Anda di halaman 1dari 102

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

LHOKSEUMAWE

SKRIPSI

HUBUNGAN TUGAS KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN


HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DEWANTARA

Oleh:

INTAN FAJRIA
NIM. 1707201077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE

SKRIPSI

HUBUNGAN TUGAS KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN


HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DEWANTARA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Melakukan Penelitian Dalam Rangka


Penulisan Skripsi Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh:

INTAN FAJRIA
NIM. 1707201077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LHOKSEUMAWE
2021
KATA PERSEMBAHAN

“karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai
(mengerjakan suatu pekerjaan) kerjakanlah pekerjaan lain dan hanya kepada Tuhanmu (sajalah)
kamu berharap” (QS. Al-Insyirah. 6-8).

Ya Allah, sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku dan setetes ilmu itulah yang akan
menghantam hambamu menuju jalan-Mu, kumohon restu dan hidayah dari-Mu rahmatilah
hidupku.

Teristimewa.....
Ayahanda Alm. Husaini dan Ibunda Nurhayati...
Untukmu Ananda persembahkan karya tulis ini, walaupun ayahanda tidak bersama ananda lagi
percayalah ayah sudah berhasil mendidik ananda menjadi seperti sekarang. Dan untuk ibunda
terima kasih atas pengorbanan yang selama ini telah engkau lakukan, dengan cucuran keringat,
cinta kasih dan doa-doamu kini telah menghantarkanku kegerbang masa depan, meskipun hari
esok sudah menjadi tanda tanya yang belum kutemui jawabannya. Dan untuk kakakku tercinta
Fera Ulva terima kasih atas dukungan serta perhatiannya selama ini.

Spesial buat sahabat-sahabat terbaikku (Nurul Izzah, Maulia Fitri, Cut Nurul A’la, Icha Novitasari,
Rosmita), akhirnya perjuangan berat kita jalani bersama dan berakhir dengan indah... yang pasti
kebersamaan kita begitu indah, penuh warna, ceria dan canda tawa yang takkan ada akhirnya. Dan
terima kasih juga buat kamu yang selalu nyemangatin walaupun kita beda pulau tetapi masih
dilangit yang sama.

Masih panjang jalan yang harus kutempuuh, mash banyak tantangan yang harus kuhadapi, ku
butuh rahmat-Mu Ya Allah...dan restumu Ibunda.....

INTAN FAJRIA

iv Program Studi Ilmu Keperawatan


STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
Skripsi, Agustus 2021

ABSTRAK

Intan Fajria
Hubungan Tugas Keluarga Dengan Pencegahan Hipertensi Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara

Xiii + VI Bab + 56 Halaman + 5 Tabel + 2 Skema + 15 Lampiran


Tugas Keluarga sangat berperan penting dalam mencegah agar tidak
terjadinya hipertensi pada lansia, dengan seiring bertambahnya usia angka
kejadian hipertensi juga semakin meningkat biasanya pada usia 60 tahun keatas.
Dengan demikian tugas keluarga sangat harus dilaksanakan supaya bisa mencegah
suatu penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi pada lansia di wilayah kerja
puskesmas dewantara.
Desain penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan Cross-
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah 170 orang dan sampel dalam
penelitian ini sebanyak 65 orang. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 12
s/d 26 juli 2021. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner atau angket dan analisis data menggunakan uji chi square dan tingkat
kemaknaan α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas melaksanakan tugas
keluarga dengan baik 48 responden (97,5%) dengan pencegahan hipertensi
dilakukan dengan baik. Ada hubungan antara tugas keluarga dengan pencegahan
hipertensi pada lansia dengan p_value 0,000.
Di harapkan kepada keluarga lebih meningkatkan kelima tugas keluarga
agar perilaku pencegahan hipertensi pada lansia bisa lebih baik.

Kata Kunci : Tugas Keluarga, Pencegahan Hipertensi


Daftar Bacaan : 9 Buku Bacaan + 16 Jurnal + 4 internet (2012-2020)

iv
The Nursing Science Course Program
STIKes Muhammadiyah, Lhokseumawe
Thesis, August 2021

ABSTRACT

Intan Fajria

Relationship between Family Duties and Prevention of Hypertension in the


Elderly in the Work Area, Public Health Center of Dewantara
Xiii + VI Chapters + 56 Pages + 2 Tables + 2 Schemes + 15 Attachments
Family duties play an important role in preventing hypertension in the
elderly, along with increasing age the incidence of hypertension also increases,
commonly at the age of 60 years and over. Thus, the task of the family must be
carried out in order to prevent a degenerative disease. The research’s objective
was to determine the relationship between family duties and prevention of
hypertension in the elderly in the work area, Public Health Center of Dewantara.
The research design was correlational with a cross-sectional approach. The
population used this research was 170 people and the sample was 65 people. Data
collection was carried out on July 12 to 26, 2021. The instrument used in this
research was a questionnaire and data analysis used the chi square test and the
level of significance α= 0.05.
The results showed that the majority who carried out family duties well in
doing hypertension prevention was 48 respondents (97.5%). There was a
relationship between family duties and prevention of hypertension in the elderly
with a p_value of 0.000.
It is expected that the family will further improve the five family duties so
that hypertension prevention behavior in the elderly can be better.
Keywords : Family Duty, Hypertension Prevention
References : 9 Books + 16 Journals + 4 Online Materials (2012-2020)

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah

melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-NYA, serta shlawat dan salam

kepangkuan nabi besar Muhammad SAW, Sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan judul “Hubungan Tugas Keluarga Dengan Pencegahan

Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara”.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana keperawatan pada program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe.

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan secara

langsung dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Mursal, M.Kep, Selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe.

2. Ns. Novia Rizana, M.Kep, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe.

3. Ns. Sri Andala, M.Kep, Selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu

dan pemikiran dalam memberikan arahan dan bimbingan pada proses

penyusunan skripsi ini.

4. Ns. Faridah Hanum, M.Kep, Selaku pembimbing II yang telah membimbing

dan memberikan arahan pada proses penyusunan skripsi ini.

5. Ns. Ida Suryawati, M.Kep dan Ns. Novia Rizana, M.Kep selaku penguji I dan

penguji II.

vii
6. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes

Muhammadiyah Lhokseumawe yang telah membimbing peneliti.

7. Ibunda, kakak dan seluruh keluarga yang selalu mendo’akan serta memberikan

semangat dan dukungan baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi.

8. Sahabat-sahabat terbaikku seperjuangan khususnya angkatan 2017 yang telah

memberikan semangat dan berpartisipasi dalam menyusun skripsi ini.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT, begitu juga

dengan penyusunan skripsi ini yang masih banyak kesalahandan kekurangan

karena kekurangan adalah milik peneliti dan kelebihan hanyalah milik Allah

SWT, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk peneliti perbaiki kedepannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti

dan pembaca sekalian. Aamiin yarabbal’alamin.

Lhokseumawe, Agustus 2021

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRAK........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR SKEMA.......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 6
1.3 Tujuan............................................................................................ 6
1.4 Manfaat ......................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Keluarga............................................................................ 8
2.1.1. Pengertian Keluarga............................................................. 8
2.1.2. Tipe Keluarga...................................................................... 8
2.1.3. Peran Keluarga.................................................................... 10
2.1.4. Fungsi Keluarga................................................................... 11
2.1.5. Tugas Keluarga................................................................... 12
2.2 Konsep Lanjut Usia (Lansia)......................................................... 14
2.2.1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia).......................................... 14
2.2.2. Batasan Usia Lanjut............................................................. 15
2.2.3. Ciri-Ciri Lansia.................................................................... 15
2.2.4 Tipe Lanjut Usia................................................................... 17
2.3 Konsep Hipertensi......................................................................... 18
2.3.1 Pengertian Hipertensi............................................................ 18
2.3.2 Etiologi................................................................................. 19
2.3.3 Patofisiologi.......................................................................... 20
2.3.4 Komplikasi Hipertensi.......................................................... 20
2.3.5 Pencegahan Hipertensi.......................................................... 21
2.3.6 Kerangka Teori..................................................................... 25

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN


3.1 Kerangka Konsep Penelitian........................................................ 26
3.2 Hipotesis Penelitian...................................................................... 26
3.3 Definisi Operasional..................................................................... 27

BAB IV METODELOGI PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 28
4.2 Populasi dan Sampel..................................................................... 28
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 29
4.4 Etika Penelitian............................................................................. 29
4.5 Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data..................................... 31
4.6 Instrumen Penelitian..................................................................... 32
4.7 Uji Coba Instrumen...................................................................... 33
4.8 Cara Pengolahan Data.................................................................. 36
4.9 Analisa Data................................................................................. 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................... 40
5.1.1 Data Demografis ................................................................ 40
5.1.2 Data Demografi ................................................................. 41
5.1.3 Visi dan Misi ..................................................................... 41
5.1.4 Sarana dan Prasarana ......................................................... 42
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................ 42
5.2.1 Analisa Univariat ............................................................... 43
5.2.2 Analisa Bivariat ................................................................. 44
5.3 Pembahasan ................................................................................. 46
5.3.1 Karakteristik Responden.................................................... 46
5.3.2 Tugas Keluarga Pada Lansia.............................................. 48
.....................................................................................................
5.3.3 Pencegahan Hipertensi Pada Lansia .................................. 49
5.3.4 Hubungan tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi
pada lansia ......................................................................... 51

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 55
6.2 saran ............................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 patofisiologi Hipertensi................................................................... 20

Skema 2.2 kerangka Teori Penelitian.............................................................. 25

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................. 26


DAFTAR TABEL
xi

Halaman

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................ 27

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi (f) Data Karakteristik Responden di Wilayah

Kerja Puskesmas Dewantara Tahun 2021 (n=65) .......................... 43

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tugas Keluarga

Tentang Pencegahan Hipertensi Pada Lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Dewantara Tahun 2021 (n=65) .................................... 44

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Tentang Pencegahan

Hipertensi Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Dewantara Tahun 2021 (n=65) ....................................................... 44

Tabel 5.4 Hubungan Tugas Keluarga Dengan Pencegahan Hipertensi

Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara

Tahun 2021 (n=65).......................................................................... 45


DAFTAR LAMPIRAN
xii
Lampiran 1 : Lembar Pemohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuesioner

Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran 5 : Surat Selesai Pengambilan Data Awal

Lampiran 6 : Surat Izin Uji Validitas

Lampiran 7 : Surat Selesai Uji Validitas

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 9 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 10: Tabulasi Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 11: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 12: Master Tabel Hasil Penelitian

Lampiran 13: Hasil Penelitian

Lampiran 14: Biodata

Lampiran 15: Pernyataan Etika Akademik dan Keaslian Kepemilikan Skripsi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dimana indvidu mempunyai peran masing-

masing yang merupakan bagian dari Keluarga. Keluarga merupakan unit

pelayanan dasar di masyarakat yang juga merupakan bagian perawat utama dalam

anggota keluarga. Dalam peningkatan derajat kesehatan dan mengatasi masalah

kesehatan anggota keluarganya, keluarga harus mampu melaksanakan fungsi

perawatan keluarga. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan fungsi

perawatan kesehatan keluarga dapat dilihat dari lima tugas keluarga di bidang

kesehatan yang dilaksanakan. Pelaksanaan lima tugas keluarga di bidang

kesehatan meliputi, mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan, modifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya

bagi keluarga (Mulia, 2018).

Hipertensi merupakan faktor risiko untuk penyakit neurologis. Faktor risiko

utama hipertensi ialah untuk semua tipe penyakit stroke termasuk stroke iskemik,

pendarahan intraserebral dan pendarahan subarachniod. Hipertensi telah menjadi

faktor risiko utama untuk penyakit kronis dan kematian. Hipertensi (tekanan darah

tinggi) merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Suprayitno & Huzaimah, 2020).

1
2

Kejadian hipertensi akan bertambah dengan bertambahnya umur seseorang, pada

usia 25 sampai 44 tahun kejadian hipertensi bisa mencapai 29%, pada usia 45

sampai 64 tahun mencapai 51%, dan pada usia lebih dari 65 kejadian hipertensi

bisa mencapai 65% (Warjiman, 2020).

Penyebab keadaan ini karena hipertensi angka kejadiannya masih sangat

tinggi di negara berkembang khususnya wilayah yang berpenghasilan rendah dan

terjadi pada lanjut usia (Lansia). Solusi diharapkan dapat menurunkan angka

kejadian hipertensi, menurunkan resiko terjadinya komplikasi dan mengurangi

resiko terhadap penyakit bagian sistem kardiovaskuler (Suprayitno & Huzaimah,

2020). Penyakit hipertensi memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target

organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah.

Proporsi lansia perempuan yang mengalami keluhan kesehatan lebih tinggi

dibandingkan lansia laki-laki. Pada semua kelompok umur fungsi organ

khususnya pada lansia mengalami kemunduran dan rawan terkena berbagai

penyakit salah satunya yaitu hipertensi (Pohan, 2019).

Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) apabila tidak diobati dan di

tanggulangi, maka dalam waktu jangka panjang bisa menyebabkan berbagai

komplikasi. Tekanan darah harus diturunkan sampai dengan batas normal agar

kompikasi tidak terjadi. Komplikasi pada penderita hipertensi yaitu gagal ginjal,

penyakit jantung, cedera iskemik dan stroke apabila berlangsung dalam jangka

waktu yang lama. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan dan

faktor risiko dapat dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan
3

meliputi faktor genetik, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang

dapat dikendalikan terdiri dari obesitas, kurang aktivitas, merokok, alkoholik,

stress, konsumsi garam yang berlebihan, pekerjaan, pendidikan dan pola makan

(Helni 2020).

Dampak negatif dari penyakit hipertensi pada lansia dapat mempengaruhi

kualitas hidup pada lansia apabila tidak segera diatasi melalui tindakan yang baik

secara kuratif (pengobatan) atau melalui preventif (pencegahan). Pencegahan dan

penanganan yang tepat untuk hipertensi pada lansia sangat penting, hal tersebut

digunakan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang diakibatkan dari penyakit

hipertensi. Untuk penanganan hipertensi terdapat dua cara yaitu secara

farmakologi dan secara non-farmakologi (Lindayani et al., 2018).

Cara mengendalikan dan mencegah hipertensi yaitu dengan menerapkan

gaya hidup sehat dengan melakukan olahraga teratur, berhenti merokok juga

berperan untuk mencegah dan mengurangi hipertensi, mengendalikan pola

kesehatan secara keseluruhan termasuk mengendalikan kadar kolesterol, diabetes,

menjaga berat badan dan mengendalikan konsumsi makanan yang dapat

memperberat kerja jantung. Jenis makanan tidak sehat yang dapat menyebabkan

hipertensi yaitu makanan siap saji yang mengandung pengawet, kadar garam yang

terlalu tinggi dalam makanan dan kelebihan konsumsi lemak (Fatmawati, 2019).

Menurut Data World Health Organization (WHO) tahun 2019, prevalensi

hipertensi mencapai 22% dari total penduduk dunia, sebanyak 9,4 juta orang

meninggal karena hipertensi dan 51% kematian akibat stroke disebabkan oleh

hipertensi (Sofiana, 2020).


4

Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar tahun

2018 penyakit yang paling banyak diderita oleh lansia ialah hipertensi sebanyak

63,5%, prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi

dibandingkan pada laki-laki (31,34%). Prevalensi di perkotaan sebesar (34,43%)

lebih tinggi dibandingkan yang perdesaan (33,72%), hipertensi terjadi pada

kelompok umur 31-44 tahun sebesar 31,6%, umur 45-54 tahun sebesar 45,3%,

umur 55-64 tahun sebesar 55,2%. Semakin bertambahnya umur seseorang maka

prevalensi hipertensi semakin meningkat.

Di Aceh Prevalensi hipertensi tertinggi mencapai 1,113,987 jiwa, yang

mendapatkan pelayanan kesehatan (diantaranya penderita hipertensi) hanya

283.910 orang (25%), dari hasil tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya

kesadaran dalam memeriksa kesehatan khususnya hipertensi. Berdasarkan data

dari profil kesehatan masyarakat Aceh tahun 2019 didapatkan bahwa riwayat

tekanan darah tinggi (hipertensi) di Aceh Utara sebanyak 102,023 orang, jumlah

laki-laki sebanyak 49.706 orang dan perempuan sebanyak 52,317 orang, yang

mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 19,698 atau 19%.

Menurut data dari Puskesmas Dewantara pada tahun 2020 jumlah pasien

yang menderita hipertensi berjumlah 1.079 orang. Berdasarkan data jumlah

kunjungan pasien yang datang ke poli klinik Puskesmas Dewantara, jumlah

penderita hipertensi yang datang ke puskesmas ± 10 orang setiap hari kerja.

Penelitian yang dilakukan Sunandar (2020), hubungan pelaksanaan tugas

kesehatan pada keluarga dengan klien hipertensi. Metode penelitian cross

sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 95,8% keluarga bersikap positif


5

atau mendukung pelaksanaan tugas kesehatan keluarga, 72,9% tekanan darah

anggota keluarga normal. Berdasarkan uji statistik didapatkan p_value 0,04 yang

berarti bahwa ada hubungan pelaksanaan tugas kesehatan pada keluarga dengan

klien hipertensi.

Berdasarkan penelitian Mulia (2018), tentang hubungan pelaksanaan tugas

keluarga di bidang kesehatan: mengenal masalah dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Kelurahan Timbangan Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir,

penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain cross

sectional dengan nilai p- value = 0,028 (α < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa keluarga yang mengenal masalah hipertensi pada lansia dengan baik maka

kejadian hipertensi cenderung lebih sedikit yaitu 40,5% dan keluarga yang tidak

baik dalam mengenal masalah hipertensi pada lansia akan cenderung lebih banyak

yaitu 65,4%.

Menurut penelitian Magfiroh (2016), tentang hubungan tugas kesehatan

keluarga dengan kejadian hipertensi berulang pada lansia di Padukuhan Karang

Tengah Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta, penelitian ini merupakan

penelitian korelasi dengan metode analitik survey dengan desain cross sectional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga ada hubungan antara tugas

keluarga dengan kejadian hipertensi berulang pada lansia dengan nilai signifikasi

p- value =0,003 dan nilai α= 0,05 (p<0,05).

Berdasarkan data di atas, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan

tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Dewantara.
6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui apakah

ada hubungan tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi pada lansia di

wilayah kerja Puskesmas Dewantara.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi

pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Dewantara.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hubungan

tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Dewantara.

1.4.2 Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan dapat menjadi pengetahuan

keluarga dengan pencegahan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas

Dewantara.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang dipergunakan dalam

pembelajaran keperawatan keluarga khusunya mengenai pentingnya tugas

keluarga hipertensi pencegahan pada lansia.


7

1.4.4 Bagi Penelitian Lanjutan

Sebagai bahan referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya

mengenai hubungan tugas keluarga dalam upaya pencegahan hipertensi pada

lansia di wilayah kerja Puskesmas Dewantara.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah bentuk sosial yang utama merupakan tempat untuk

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Keluarga secara kuat

mempengaruhi perilaku sehat dari setiap anggotanya, begitu juga status kesehatan

dari setiap individu mempengaruhi fungsi unit keluarga terpenuhi dan

kemampuannya untuk mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga tersebut

cenderung untuk merasa positif mengenai diri mereka sendiri dan keluarga

mereka. Sebaliknya, pada saat keluarga tidak mampu mencapai tujuan, keluarga

memandang diri mereka sendiri sebagai keluarga yang tidak efektif (Esti, 2020).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-

masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga merupakan unit

pelayanan dasar di masyarakat yang juga merupakan perawat utama dalam

anggota keluarga. Keluarga dipandang sebagai suatu sistem yang mempengaruhi

seluruh keluarga dan sebaliknya juga mempengaruhi status kesehatan anggota

keluarga lainnya (Mulia, 2018).

2.1.2 Tipe Keluarga

Menurut Kholifah (2016), tipe keluaga dapat dikelompokkan menjadi

beberapa bagian diantaranya yaitu:

8
9

a. Tipe keluarga tradisional

1) keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri,

dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.

2) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga yang terdiri atas

keluarga inti ditambah keluarga lainnya (hubungan darah) seperti paman,

bibi, kakek, nenek dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh

keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan.

3) Keluarga dyad (the dyad family), yaitu suatu rumah tangga yang terdiri

atas suami dan istri belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak.

4) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak

(kandung atau angkat) yang terjadi akibat perceraian atau kematian.

5) Single adult, yaitu kondisi dimana dalam rumah tangga hanya terdiri satu

orang dewasa yang tidak menikah.

6) Middle-aged or elderly couple, yaitu orang tua yang tinggal sendiri

dirumah (baik suami/istri atau keduanya), dikarenakan anak-anaknya

sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.

7) Kin-network family, yaitu beberapa keluarga yang tinggal bersama atau

saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti

dapur dan kamar mandi yang sama.

b. Tipe keluarga non tradisional

1) Unmarried parent and chil family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang

tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.


10

2) Cohabitating couple, yaitu orang dewasa yang tinggal bersama tanpa

adanya ikatan perkawinan.

3) Gay and lesbian family, seseorang yang mempunyai persamaan jenis

kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan sumami istri.

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup

bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua si anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga

yang asli.

2.1.3 Peran Keluarga

Menurut Esti (2020), Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi

dan situasi tertentu. Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok

masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga yaitu:

a. Peran Ayah: ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai

kepala keluarga, sebagai anggota kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran Ibu: ibu sebagai istri dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
11

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Di samping itu ibu jua dapat

peranan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran Anak: anak-anaknya melaksanakan peranan resiko sosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.1.4 Fungsi Keluarga

Menurut Ayuni (2020), fungsi keluarga berfokus pada proses yang

digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan bersama anggota keluarga.

Fungsi dasar keluarga ada 5, yaitu:

a. Fungsi Afektif: merupakan basis kekuatan keluarga berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial, anggota keluarga mengembangkan konsep

diri yang positif, rasa memiliki dan dimiliki, rasa berarti serta merupakan

sumber kasih sayang.

b. Fungsi Sosialisasi: merupakan fungsi mengembangkan dan tempat melatih

anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi Reproduksi: merupakan fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi Ekonomi: merupakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi Perawatan: merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.


12

2.1.5 Tugas Keluarga

Pelaksanaan tugas keluarga di bidang kesehatan sangat diperlukan dalam

upaya pencegahan dan mengatasi masalah kesehatan keluarganya, khususnya

lansia sebagai bagian dari anggota keluarga yang memerlukan perawatan yang

lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan. Salah satunya

adalah penanganan terhadap penyakit degeratif yang banyak diderita oleh lansia

yang sering menimbulkan kecacatan. Menurut Mulia (2018), tugas keluarga dapat

dkatagorikan sebagai berikut.

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya: Perubahan sekecil apapun

yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan

tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu

segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan berapa besar

perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga:

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk melakukan tindakan yang tepat agar masalah

kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.

c. Memberikan perawatan anggota keluarganya yang sakit atau yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri. Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah

apabila keluarga memiliki kemampuan malakukan tindalan untuk pertolongan

pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan

agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.


13

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga atau modifikasi lingkungan.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

Menurut Friedman (2012), sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan,

keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dilakukan dan

dipahami, antara lain:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga, kesehatan merupakan kebutuhan

keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu

tidak akan berarti. Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan-perubahan yang di alami anggota keluarga. Apabila menyadari

adanya perubahan keluarga, perlu di catat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, tugas ini

merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat

sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara

keluarga yang mempunyai kemampuannya memutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga

diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan diatasi.

Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang

di lingkungan tinggal keluarga memperoleh bantuan.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, sering kali keluarga

telah mengambil tindakan yang tepat atau benar, tetapi keluarga memiliki
14

keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri, jika demikian,

anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh

tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah

apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk

pertolongan pertama.

d. Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

2.2 Konsep Lanjut Usia

2.2.1 Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Menua

bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan kumulatif, proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Banyak diantara lanjut usia

yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada

hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses

menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua (menua) yaitu

proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam

diri dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. Menjadi tua juga merupakan
15

proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu:

anak, dewasa, dan tua (Kholifah, 2016).

Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dak fisik, dimulai

dengan adanya perubahan dalam hidup. Seorang lansia rentan terhadap masalah

kesehatan seperti nyeri sendi, pendegaran kurang, penglihatan kabur, dan penyakit

degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus, asam urat dan osteoarthritis

(Dayanti et al, 2020).

2.2.2 Batasan Usia Lanjut

Menurut Nasrullah (2016), World Health Organization (WHO) menjelaskan

batasan usia lanjut yaitu:

a. Usia lanjut (Elderly) antara usia 60-74 tahun.

b. Usia tua (Old) : 75-90 tahun.

c. Usia sangat tua (Very old) : usia > 90 tahun.

Dan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI),

batasan usia lanjut yaitu sebagai berikut:

a. Masa lansia awal : 46-55 tahun.

b. Masa lansia akhir : 56-65 tahun.

c. Masa manula : 65 tahun keatas.

2.2.3 Ciri-Ciri Lansia

Menurut (Kholifah, 2016), ada beberapa ciri-ciri lansia di antaranya yaitu

sebagai berikut.
16

a. Lansia merupakan priode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor

psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.

Misalnya lansia yang memiliki motivasi rendah dalam melakukan kegiatan, maka

akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang

memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih

lama terjadi.

b. Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan

terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia

lebih senang mempertahankan pedapatnya maka sikap sosial di masyarakat

menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada

orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai kemunduran dalam

segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan

sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat cenderung mengembangkan

konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang

buruk. akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia

menjadi buruk pula. Misalnya: lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak

dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,


17

kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat

tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

2.2.4 Tipe Lanjut Usia

Menurut Nasrullah (2016), tipe lanjut usia dibagikan menjadi 5, diantara

yaitu sebagai berikut.

a. Tipe arie bijaksana

Pada tipe ini, lanjut usia kaya dengan hikmah, pengalaman, dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap

ramah, rendah hati, sederhana, dermawan memenuhi undangan serta bisa menjadi

panutan.

b. Tipe mandiri

Pada tipe mandiri, lansia senang mengganti kegiatan yang hilang dengan

kegiatan yang baru, selektif dalam mencarai pekerjaan dan teman pergaulan.

c. Tipe tidak puas

Lansia selalu mengalami konfik lahir batin pada tipe tidak puas serta

menentang proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan

daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman, dan bisa menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.

d. Tipe pasrah

Pada tipe pasrah, lansia menerima dan menunggu nasib yang baik, serta

selalu mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, dan pekerjaan apa saja mau

dilakukannya.
18

e. Tipe bingung

Pada tipe ini, lansia sering kaget, kehilangam kepribadian, mengasingkan diri,

merasa minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.

2.3 Konsep Hipertensi

2.3.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

darah diatas normal. Hal ini ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan

angka diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan

alat pengukur yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital

lainnya. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan tinggi dan berat badan,

tingkat aktivitas nornal serta kesehatan pada umumnya adalah 120/80 mmHg.

Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya berada pada angka kisaran

stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah akan turun saat

tidur dan saat beraktivitas akan sebaliknya. Hipertensi merupakan gejala penyakit

yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dalam jangka panjang yang

dapat merusak organ-organ target tertentu seperti otak, ginjal, retina, jantung,

pembesaran ventrikel kiri/ bilik kiri, gagal jantung kronik, kerusakan retina mata/

kebutaan (Irwan, 2017).

Hipertensi disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena gejalanya

sering tanpa keluhan. Biasanya penderita tidak mengetahui kalau dirinya

mengidap hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kebanyakan

orang merasa sehat walaupun hipertensi, keadaan ini tentu sangat berbahaya dan

dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat. Hipertensi juga


19

merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan

tekanan darah di atas normal (Depkes, 2018).

2.3.2 Etiologi

Menurut Irwan (2017), penyakit darah tinggi atau hipertensi memiliki dua

tipe, diantaranya yaitu:

a. Hipertensi Primer adalah suatu kondisi dimana tekanan darah tinggi terjadi

akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang

dengan pola makan tidak terkontrol akan berdampak pada kelebihan berat

badan atau bahkan obesitas. Hal ini juga dianggap sebagai pencetus awal

penyakit tekanan darah tinggi. Lingkungan dengan tingkat stressor tinggi

sangat berdampak pada seseorang sehingga akhirnya mengidap penyakit

tekanan darah tinggi, terlebih mereka yang kurang berolahraga.

b. Hipertensi Sekunder adalah suatu kondisi dimana meningkatnya tekanan

darah disebabkan oleh penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal

atau kerusakan sistem hormon tubuh. Pada ibu hamil, khususnya pada wanita

dengan berat badan di atas rata-rata tekanan darah umumnya meningkat saat

kehamilan berusia 20 minggu.


20

2.3.3. Patofisiologi

Angiotensinogen

Renin (disekresikan oleh ginjal)


Angiotensin I

Angiotensin Converting Enzyme (ACE)


Angiotensin II

Sekresi hormon ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron


dari korteks ardenal

Urin sedikit, pekat dan osmolaritas


Ekskresi NaCl (garam) dengan
mereabsorpsinya di tubulus ginjal
Mengentalkan
Konsentrasi NaCl di
pembuluh darah
Menarik cairan intraserebral ekstraseluler

Diencerkan dengan
Volume darah volume ekstraseluler

Tekanan darah Volume darah

Tekanan darah

Skema 2.1 Patofisiologi Hipertensi (Menurut Drago, 2016)

2.3.4 Komplikasi Hipertensi

Menurut Fikriana (2018), seseorang dengan hipertensi dapat mengalami

komplikasi antara lain, sebagai berikut.


21

a) serangan jantung.

b) Stroke.

c) Chronic Heart Failure (CHF) atau gagal jantung.

d) Chronic Renal Failure (CRF) atau gagal ginjal.

Peningkatan tekanan darah akan menyebabkan pembuluh darah menyempit

sehingga aliran darah yang menuju ke jantung menjadi berkurang. Dengan

berkurangnya aliran darah ke jantung dapat menyebabkan suplai oksigen pada

jantung rendah sehingga akan menyebabkan nyeri dada, serangan jantung maupun

gagal jantung, serangan jantung terjadi akibat suplai oksigen yang diperlukan

untuk kehidupan di jantung berkurang. Sedangkan gagal jantung merupakan

kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya

untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Selain itu, hipertensi juga dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan di otak

akibat aneurisme ataupun stroke. Peningkatan tekanan darah menyebabkan

pembuluh darah menjadi lemah sehingga menimbulkan terjadinya aneurisme atau

terjadinya pembesaran pembuluh darah otak. Peningkatan tekanan darah yang

tinggi berpotensi untuk terjadinya ruptur aneurisme sehingga hal inilah yang

menurunkan aliran darah dan oksigen ke otak sehingga penderita akan mengalami

stroke.

2.3.5 Pencegahan Hipertensi

Menurut Fikriana (2018), pencegahan hipertensi bertujuan mengendalikan

tekanan darah dan untuk mencegah terjadinya komplikasi yaitu sebagai berikut.
22

a. Non Farmakologi

Untuk mengendalikan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup

untuk menurunkan/ mengontrol tekanan darah. Beberapa hal yang dapat dilakukan

antara lain:

1) Pembatasan konsumsi garam

Peningkatan konsumsi garam akan meningkatkan jumlah volume cairan di

dalam pembuluh darah. Akibatnya jantung akan berusaha meningkatkan

tekanannya untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga dapat miningkatkan

tekanan darah seseorang. Hipertensi dapat terjadi pada seseorang yang

mengkosumsi garam rata-rata lebih 2,3 gram per hari. American Health

Association (AHA) merekomendasikan konsumsi garam rata-rata per hari kurang

dari 1,5 gram. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah

memperbanyak makan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, daging unggas dan ikan,

sedangkan jenis diet yang harus dihindari yaitu makanan yang manis serta daging

merah.

2) Pembatasan konsumsi lemak

3) Menghindari konsumsi rokok

4) Tidak konsumsi alkohol: Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan

risiko terjadinya hipertensi atau tekanan darah tinggi.

5) Olahraga: Aktivitas fisik seperti olahraga akan mampu menurunkan tekanan

darah seseorang serta meningkatkan kesehatan jantung. Contoh jenis olahraga

yang dianjurkan adalah jalan, jogging, renang dan bersepeda. American


23

Health Association (AHA) merekomendasikan olahraga yang dilaksanakan

rutin 3-4 kali dalam per minggu dengan durasi kurang lebih 40 menit.

Terdapat terapi nonfarmakologi lain yang dapat digunakan untuk

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi taitu menggunakan terapi

hipnosis. Terapi hipnosis merupakan terapi konvensional yang dapat digunakan

sebagai pelengkap efektif yang mampu meningkatkan efektivitas terapi

nonfarmakologi, menurunkan stress sehingga meningkatkan kualitas hidup serta

akan dapat menurunkan kekambuhan pada penderita hipertensi.

Menurut Irwan (2017), upaya pencegahan hipertensi di bagi menjadi 9,

yaitu sebagai berikut:

1) Mengukur tekanan darah secara teratur

2) Menurunkan berat badan pada obesitas atau kegemukan

3) Pembatasan konsumsi garam

4) Tidak mengkonsumsi alkohol

5) Menghentikan kebiasaan merokok

6) Melakukan olahraga teratur dan istirahat yang cukup

7) Diet rendah lemak jenuh

8) Menghindari stress

9) Pemberian kalium dalam bentuk makanan

b. Farmakologi

Jika tatalaksana nonfarmakologi tidak efektif menurunkan tekanan drah,

maka pemberian terapi farmakologi dapat diberikan. Terapi pilihan awal dapat

diberikan pada penderita hipertensi yaitu:


24

1) Thiazide diuretic

2) Long acting calcium channel blockers (CCB)

3) Antigiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors

4) Antigiotensin II receptor blockers (ARBs)

Pemberian terapi awal hipertensi tersebut bertujuan untuk mempertahankan

tekanan darah sesuai dengan yang diharapkan. Pada penderita hipertensi usia <60

tahun tekanan darah yang diharapkan adalah <140/90 mmHg, usia >60 tahun

tekanan darah yang diharapkan 150/90 mmHg.


25

2.4. Kerangka Teori

Pencegahan Hipertensi
Tugas keluarga Menurut (Mulia, 2018):
(Irwan, 2017):
a. Mengenal masalah
a. Mengukur tekanan
kesehatan setiap darah secara teratur.
anggotanya. b. Menurunkan BB
b. Mengambil keputusan. pada obesitas.
c. Memberikan c. Pembatasan
perawatan. konsumsi garam.
d. Modifikasi lingkungan. d. Tidak
mengkonsumsi
e. Memanfaatkan fasilitas
alkohol.
pelayanan kesehatan di e. Tidak merokok .
sekitarnya. f. Olahraga secara
teratur.
g. Diet rendah lemak
jenuh.
Hipertensi h. Menghindari stress.
i. Konsumsi sayur
dan buah.
Etiologi hipertensi
(Irwan, 2017):
a. Hipertensi primer:
dampak dari gaya
hidup dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder:
adanya penyakit
penyerta, seperti gagal
jantung, gagal ginjal

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Skema 2.2 Kerangka Teori Penelitian


Modifikasi dari Irwan (2017) dan Mulia (2018)
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian merupakan abstraksi dari suatu realitas

sehingga dapat dikomunikasikan dan membentuk teori yang menjelaskan

keterikatan antara variabel yang diteliti (Nursalam, 2017). Variabel pada

penelitian ini, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel

independen (variabel bebas) adalah tugas keluarga, bahwasanya merupakan upaya

pencegahan dan mengatasi masalah kesehatan keluarganya seperti mengenal

masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil keputusan, memberikan

perawatan, modifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di

sekitarnya. Sedangkan variabel dependen (variabel terikat) adalah pencegahan

hipertensi yaitu mengendalikan tekanan darah dan untuk mencegah terjadinya

komplikasi dengan upaya non farmakologi dan farmakologi. Adapun kerangka

konsep dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Tugas Keluarga Pencegahan Hipertensi

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis Penelitian

Ho: Tidak ada hubungan antara tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi

pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Dewantara.


26
27

Ha: Ada hubungan antara tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi pada

lansia di wilayah kerja Puskesmas Dewantara.

3.3 Definisi Operasional

Penjelasan tentang pengertian dari variabel-variabel yang diteliti dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Cara Alat Skala Hasil Ukur


Operasional ukur Ukur
Variabel Independen
1 Tugas kemampuan Wawancara Kuesioner Nominal  Dilaksanakan
Keluarga keluarga dalam x ≥ 19,93
Mengenal masalah
kesehatan setiap  Tidak
anggotanya, Dilaksanakan
mengambil x < 19,93
keputusan,
memberikan
perawatan,
modifikasi
lingkungan,
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan di
sekitarnya.

Variabel Dependen
2 Pencegahan Upaya yang di Wawancara Kuesioner Nominal  Dilakukan
Hipertensi lakukan oleh x ≥ 16,98
keluarga dalam
mengatasi
terjadinya  Tidak
Hipertensi yaitu dilakukan
dengan cara gaya x < 16,98
hidup sehat, tidak
merokok, dan tidak
mengkonsumsi
makanan yang
banyak
mengandung
garam.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah korelasional

yaitu rancangan penelitian yang mengkaji hubungan dua variabel pada satu

situasi. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tugas keluarga dengan

pencegahan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Dewantara.

Pendekatan yang digunakan adalah Cross-sectional yang mempelajari korelasi

antara paparan atau faktor risiko (independen) dengan akibat (dependen),

pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara

variabel independen dan variabel dependen (Masturah, 2018).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita

hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas Dewantara, periode Januari-Mei 2021

berjumlah sebanyak 170 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2018). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

accidental sampling dengan penetapan waktu selama 14 hari dengan jumlah

responden sebanyak 65 orang yang dipilih sesuai dengan kriteria tertentu oleh

peneliti, berikut kriterianya sebagai berikut:

28
28
29

1. Kriteria Insklusi

a) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan.

b) Lansia yang tinggal bersama keluarganya.

c) Lansia yang berusia ≥ 60-90 tahun.

d) Lansia yang ada riwayat penyakit hipertensi.

2. Kriteria Ekslusi

a) Lansia yang tidak bersedia menjadi responden

b) Lansia yang berusia < 60 tahun.

c) Lansia yang pikun atau demensia.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Dewantara.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 12 Juli sampai dengan 26 Juli

2021.

4.4 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian. Prinsip

prinsip etik yang diterapkan dalam kegiatan penelitian untuk melindungi

responden dari berbagai dampak yang mungkin timbul dalam kegiatan penelitian

(Notoatmodjo, 2018). Prinsip-prinsip tersebut meliputi :

4.4.1 Otonomi (Autonomy)

Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau wawancara


30

kepada subjek adalah didahulukan meminta persetujuannya. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti memberikan lembar persetujuan (inform consent) kepada

responden yang diteliti, dan responden menandatangani setelah membaca dan

memahami isi dari lembar persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian.

Peneliti tidak memaksa responden yang menolak untuk diteliti dan menghormati

keputusan responden. Responden diberi kebebasan untuk ikut serta ataupun

mengundurkan diri dari keikutsertaannya.

4.4.2 Berbuat Baik (Benefecence)

Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai responden dan mengisi jawaban

yang diberikan oleh responden.

4.4.3 Keadilan (Justice)

Responden berhak melakukan perlakuan yang adil baik sebelum, selama

dan setelah berpartisipasi dalam penelitian, tanpa adanya diskriminasi. Setelah

responden setuju untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden,

peneliti langsung mewawancarai responden tersebut.

4.4.4 Tidak merugikan (Non Malaficience)

Peneliti meminimalisir dampak yang merugikan bagi responden dan

berupaya agar peneliti tidak akan mengakibatkan penderitaan kepada responden

baik fisik maupun psikis.

4.4.5 Kejujuran (Veracity)

Peneliti memberikan semua informasi tentang penelitian ini secara jujur

kepada responden. Selama melakukan penelitian, peneliti menjelaskan kepada


31

responden bahwa penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana keperawatan.

4.4.6 Menepati Janji (Fidelity)

Peneliti berkomitmen untuk menepati janji yang telah disepakati dengan

responden dalam penelitian.

4.4.7 Kerahasiaan (Confidentiality)

Untuk menjaga kerahasiaan identitass responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner yang diiisi responden,

tetapi lembar tersebut hanya diberikan kode sesuai dengan kode responden

tersebut. Kerahasian informasi yang diberikan responden dijamin peneliti, dan

data yang diperoleh hanya digunakan untuk penelitian saja.

4.4.8 Akuntabilitas (Accountability)

Penelitian ini dibuat sesuai standar penelitian dan adapat dipertanggung

jawabkan.

4.5 Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data

4.5.1 Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi

dengan cara mendapatkan surat izin dari Ketua STIKes Muhammadiyah

Lhokseumawe dan izin dari Kepala Puskesmas Dewantara.

4.5.2 Tahap Pengumpulan data

a) Setelah mendapatkan izin dari kepala Puskesmas Dewantara, peneliti

menjumpai kepala ruang poliklinik penyakit tidak menular (PTM) untuk

meminta izin melakukan pengumpulan data.


32

b) Kemudian peneliti menemui calon responden untuk memperkenalkan diri dan

memberikan surat permohonan yang berisi tentang identitas peneliti, judul

peneliti, tujuan peneliti dan pernyataan bahwa bila menjadi responden berhak

memilih untuk ikut atau tidak ikut dalam penelitian. Responden menyetujui

maka dipersilahkan menandatangani surat persetujuan. Kemudian peneliti

mendampingi responden mengisi kuesioner dan menjekaskan kepada

responden jika ada pernyataan yang kurang jelas.

c) Dalam pembagian kuesioner kepada responden, peneliti dibantu oleh 2

enumerator, dan enumerator tersebut telah peneliti latih terlebih dahulu

tentang tata cara pengumpulan data dan tujuan dari penelitian yang dilakukan

serta pada saat penelitian peneliti menerapkan protokol kesehatan.

d) Pengumpulan data dinyatakan telah selesai jika sudah memenuhi jumlah

sampel yang telah ditentukan, selanjutnya peneliti melaporkan kembali pada

bidang pendidikan Puskesmas Dewantara untuk mendapatkan surat

keterangan selesai pengumpulan data.

4.6 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk angket

yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada tinjauan

kepustakaan atau kerangka konsep, dan disusun oleh peneliti dengan

menggunakan kuesioner dalam bentuk skala Guttman. Kuesioner ini terbagi 3

bagian, yaitu:

a. Bagian A merupakan data demografi yeng terdiri dari umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan pekerjaan.


33

b. Bagian B berupa kuesioner yang akan digunakan untuk mengetahui tugas

keluarga dengan pencegahan hipertensi pada lansia berupa 12 pertanyaan

dengan menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban untuk

pertanyaan positif adalah “Ya” diberi nilai 2 dan “Tidak” diberi nilai 1, dan

pertanyaan negatif adalah “Ya” diberi nilai 1 dan “Tidak” diberi nilai 2.

c. Bagian C berupa kuesioner yang akan digunakan untuk mengetahui

bagaimana pencegahan hipertensi pada lansia berupa 10 pertanyaan dengan

menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban untuk pertanyaan

positif adalah “Ya” diberi nilai 2 dan “Tidak” diberi nilai 1 pertanyaan negatif

adalah “Ya” diberi nilai 1 dan “Tidak” diberi nilai 2. Untuk pertanyaan

negatif terdiri no. 10 (bagian B) dan no. 2 (bagian C).

4.7 Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan dengan dua cara yaitu uji validitas dan uji

reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan content validity dan construct validity.

Sedangkan reliabilitasnya menggunakan perangkat komputer. Tujuannya adalah

untuk mengetahui apakah kuesioner yang telah disusun oleh peneliti mampu

mengukur apa yang hendak diukur dan menunjukan sejauh mana kuesioner dapat

dipercaya atau diandalkan, uji coba instrumen telah dilakukan di Puskesmas

Nisam dengan jumlah responden 10 orang, dan hasil uji digunakan untuk

mengetahui sejauh mana kuesioner yang telah disusun validitas dan reliabilitas.

4.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yangbmenunjukan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun
34

tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan

Content Validity (derajat kesesuaian isi) dan Construct Validity (melihat kaitan

antara dua gejala atau lebih). Adapun uji validitas dengan menggunakan product

momen :

Keterangan :

r : Kolerasi antara masing-masing item pertanyaan

X : Skor pertanyaan

N : Jumlah Subjek

Y : Skor total pertanyaan

Untuk perhitungan tiap-tiap item pertanyaan akan dibandingkan dengan

table nilai product moment, jika r hitung ≥ koefisien nilai table kritis r dengan

0,632 yaitu taraf signifikan 5% maka instrument yang diuji dinyatakan valid. Uji

validitas berguna untuk mengetahui apakah item-item pertanyaan yang ada dalam

kuesioner dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2016).

Hasil pengolahan data uji kuesioner terhadap 10 responden dengan 15

pertanyaan untuk tugas keluarga didapatkan item no. 4, 12, dan 15 yang tidak

valid dan untuk pencegahan hipertensi pertanyaan yang tidak valid no. 3, 4, 5, 14,

dan 15, maka kedelapan pertanyaan tersebut tidak di pakai pada saat pengumpulan

data sehingga nomornya diurutkan kembali. Jadi untuk variabel tugas keluarga

terdiri dari 12 item pertanyaan dan variabel pencegahan hipertensi terdiri dari 10

item pertanyaan.
35

4.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Penyataan dikatakan reliabel jika

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Pengukuran reliabilitas pada umumnya dilakukan secara one shot atau

diukur sekali saja. Dalam uji reliabilitas sebagai “r” hasil adalah nilai alpha

cronbach. Ketentuannya adalah bila “r” alpha cronbach > “r” tabel, maka semua

pernyataan tersebut reliabel.

Keterangan :

r = Koefesien reliabilitas instrumen (cronbach alpha)

k = Banyak butir pernyataan atau banyaknya soal

= Total varian butir

= Total varian

Setelah semua pernyataan dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan uji

reliabilitas bertujuan untuk melihat sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau

diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran instrumen

tersebut tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Nilai “r” tabelnya

adalah 0,632, jika hasilnya > 0,632 maka pertanyaannya reliabel, berdasarkan

hasil uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach 0,950 > 0,632.
36

4.8 Cara Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya yaitu sebagai

berikut.

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

data.

b. Coding

coding adalah tahap kedua setelah editing dimana peneliti mengklarifikasi

hasil kuesioner menurut kriteria tertentu. Klasifikasi pada umumnya ditandai

dengan kode tertentu yang biasanya berupa angka. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa kode pada bagian-bagian tertentu untuk mempermudah

waktu pentabulasi dan analisis data. Peneliti memberi kode untuk setiap hasil ukur

penelitiannya per variabel yaitu sebagai berikut.

1) Data Demografi

a) Untuk umur responden kode 1 umur 60-74 tahun, dan kode 2 untuk umur

75-90 tahun.

b) Untuk pekerjaan kode 1 untuk petani, kode 2 untuk nelayan, kode 3

Pekerja Harian Lepas, kode 4 untuk tidak bekerja.

c) Untuk pendidikan kode 1 tidak sekolah, kode 2 untuk Dasar, kode 3 untuk

Menengah, dan kode 4 untuk Atas.


37

d) Untuk jenis kelamin kode 1 laki-laki, dan kode 2 untuk perempuan.

2) Untuk variabel tugas keluarga diberi kode 1 “Dilaksanakan”, dan kode 2

“Tidak Dilaksanakan”.

3) Untuk variabel pencegahan hipertensi diberi kode 1 “Dilakukan”, dan kode

2 “Tidak Dilaksanakan”.

c. Entry data

Entry data adalah kegiatan menginput atau memasukkan semua data yang

telah diperoleh ke dalam program komputer kemudian di analisis. Data

dimasukkan kedalam komputer dan di cek dengan menggunakan microsoft office

excel dan kemudian diolah serta di analisis dengan menggunakan perangkat SPSS.

d. Tabulating

Merupakan perorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat

dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

4.9 Analisa Data

4.9.1 Analisa Univariat

Analisis univariat adalah suatu prosedur pengolahan data dengan

meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk table atau grafik. Tujuan dari

analisis univariat dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti. Data yang diperoleh terdiri dari data

demografi (umur, jenis kelamin, status, tingkat pendidikan) termasuk ke dalam

variabel kategorik dan dianalisis dengan statistik deskriptif yaitu menggunakan

distribusi frekuensi yang dijabarkan persentase dari masing-masing variabel. Data

skor yang diperoleh dilakukan perhitungan mean, median, modus, range, standar
38

deviasi, minimal dan maksimal untuk mendapatkan nilai tengah dan sebarannya

(Nursalam, 2017). Analisis data untuk penelitian ini menggunakan komputerisasi.

Langkah-langkah analisa data yang akan dilakukan peneliti adalah

p = x 100%

Keterangan :

P = Persentase

f = Frekuensi

n = Jumlah responden yang menjadi sampel

4.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan tugas keluarga

(variabel independen/bebas) dengan pencegahan hipertensi pada lansia (variabel

dependen/terikat). Analisa bivariat yaitu data dibuat dalam tabel silang untuk

melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan uji

statistic chi-square (x²), sehingga diketahui ada tidak hubungan yang bermakna

secara statistik. Perhitungan analisis dengan menggunakan computer program

SPSS for windows versi 16 dengan batas kemaknaan (p_value = 0.05). data

masing-masing variabel dimasukkan dalam table contingency. Kemudian table-

tabel contingency tersebut di analisa dengan menggunakan uji statistic chi-square

(x²) selanjutnya dibuat suatu kesimpulan. Bila nilai p value 0.05 maka ada

hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen dan


bila nilai p value 0.05 maka tidak ada hubungan bermakna antara variabel

dependen dengan variabel independen (Sugiyono, 2016). 39

Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah sebagai berikut.

a. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) < dari 5, maka uji yang

digunakan adalah Fisher Exact.

b. Bila pada tabel 2x2 tidak dijumpai nilai E (harapan) > dari 5, maka uji yang

digunakan sebaknya Continuity Correction.

c. Bila tabelnya lebih 2x2, misalnya 3x2, 3x3, dan lain-lain, maka gunakan uji

Pearson Chi Square.

d. Uji likehood Ratio dan Liner Association, biasanya digunakan untu keperluan

lebih spesfik misalnya untuk analisa stratifikasi pada bidang epidemiologi dan

juga untuk mengetahui hubungan linear antara dua variabel kategori,

sehingga kedua jenis ini jarang digunakan.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

5.1.1 Letak Geografis

Puskesmas Dewantara berlokasi di Gampong Ulee Pulo Kecamatan

Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Lokasi koordinat Puskesmas terletak pada

5014’N-97000’E. Berada pada Jalan Lintas Sumatera (Jalan Banda Aceh – Medan

Km. 253) dengan akses yang mudah di jangkau oleh masyarakat. Jarak Puskesmas

dengan Ibu Kota Provinsi Aceh yaitu Banda Aceh sejauh 235 Km dan jarak dari

Ibu Kota ke Kabupaten Lhoksukon sejauh 50 Km. Puskesmas Dewantara sebagai

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara

berusaha mensinergikan Visi dan Misi Dinas Kesehatan dan Kabupaten Aceh

Utara dalam melaksanakan program serta kegiatan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Dewantara.

Kecamatan Dewantara merupakan salah satu Kecamatan bagian barat

Kabupaten Aceh Utara dengan luas wilayah 39,47 km2 (3.947 ha) atau seluas 1%

dan luas Kabupaten Aceh Utara. Batas-batas wilayah Kecamatan Dewantara

sebagai berikut.
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka.

b. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Nisam.

c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Muara Batu. 41

d. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Muara Satu Lhokseumawe.

5.1.2 Data Demografi


40
40
Jumlah penduduk Kecamatan Dewantara berdasarkan Data Statistik Daerah

Kecamatan Dewantara berjumlah 48.354 jiwa dengan jumlah laki-laki 24.766 jiwa

dan perempuan 24.683 jiwa. Jumlah Rumah Tangga 10.325 dengan rata-rata jiwa

4 jiwa/RT. Kepadatan penduduk di Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara

mencapai 122,5/km2.

5.1.3 Visi dan Misi

a. Visi

Terwujudnya masyarakat kecamatan Dewantara yang sehat dan sejahtera

tahun 2022.

b. Misi

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu, dan

utamakan promotif dan preventif.

2) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan GERMAS melalui

pendekatan keluarga.

3) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan ibu, anak dan usila.

4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular,

penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.


5) Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan Lintas Program dan Lintas

Sektor.

42
6) Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan dalam mewujudkan

derajat kesehatan masyarakat.

5.1.4 Sarana dan Prasarana

Sarana kesehatan di Kecamatan Dewantara memiliki 1 Puskesmas induk

dengan jaringannya 3 Puskesmas Pembantu (Pustu), 5 Poskesdes dan 3 Polindes,

juga terdapat jejaring fasilitas kesehatan yaitu Rumah Sakit dan Praktek Swata.

Jumlah ketersediaan tenaga kesehatan sudah memenuhi persyaratan minimal

untuk Puskesmas dengan status non rawat inap, beberapa tenaga kesehatan yang

belum ada atau masih kurang seperti Rekam Medis, Gizi dan Apoteker .

Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) merupakan aset yang penting

dan menentukan dalam pelaksanaan program/kegiatan pembangunan kesehatan

masyarakat dan pelaku serta penentu dari setiap kegiatan dan program. Status

Kepegawaian SDMK di UPTD Puskesmas Dewantara yaitu: Dokter 7 orang,

Bidan 94 orang, Perawat 53 orang, Perawat Gigi 4 orang, Apoteker 3 orang,

Kesehatan Masyarakat 24 orang, Sanitarian 3 orang, Ahli Gizi 1 orang,

Keterapian Fisik 1 orang, Tenaga Keteknisan Medis 3 orang, dan Non Kesehatan

6 orang. Jumlah semua tenaga kerja di Puskesmas Dewantara yaitu sebanyak 199

orang.

5.2 Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 12 Juli

sampai dengan 26 Juli 2021 di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara dengan

subjek penelitian yaitu lansia yang ada riwayat hipertensi sebanyak 65 orang,

dengan tehnik pengumpulan data di lakukan dengan cara membagikan lembar


43

kuesioner didapatkan hasil sebagai berikut:

5.2.1 Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di Wilayah Kerja


Puskesmas Dewantara Tahun 2021 (n=65)
No. Data Demografi Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Usia
60-74 Tahun 52 80
(WHO, 2016)
75-90 Tahun 13 20
2. Pekerjaan
Petani 18 27,7
Nelayan 15 23,1
Pekerja Harian Lepas 27 41,5
Tidak Bekerja 5 7,7
3. Pendidikan
Tidak Sekolah 13 20
Dasar 28 43,1
Menengah 20 30,7
Tinggi 4 6,2
4. Jenis Kelamin
Laki-Laki 30 46,2
Perempuan 35 53,8
Jumlah 65 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 65 responden, mayoritas

responden mayoritas pada rentang usia 60-74 tahun dengan jumlah 52 responden

(80%). Pekerjaan mayoritas pekerja harian lepas sebanyak 27 responden (41,5%).


Pendidikan mayoritas pendidikan dasar sebanyak 28 responden (43,1%) dan

mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 responden

(53,8%).
44

b. Tugas Keluarga Pada Lansia

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tugas Keluarga Pada Lansia di Wilayah


Kerja Puskesmas Dewantara Tahun 2021 (n=65)

No. Tugas Keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)


1. Dilaksanakan 49 75,4
2. Tidak Dilaksanakan 16 24,6
Total 65 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa tugas keluarga tentang

pencegahan hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara, pada

umumnya tugas yang dilaksanakan sebanyak 49 responden (75,4%).

c. Pencegahan Hipertensi Pada Lansia

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pencegahan Hipertensi Pada Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara Tahun 2021 (n=65)

No. Pencegahan Hipertensi Frekuensi (f) Persentase (%)


1. Dilakukan 51 78,5
2. Tidak Dilakukan 14 21,5
Total 65 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi responden

tentang pencegahan hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Dewantara, pada umumnya pencegahan hipertensi dilakukan yaitu sebanyak 51

orang (78,5%).

5.2.2 Analisa Bivariat


Analisa Bivariat adalah analisa yang bertujuan untuk mengetahui ada atau

tiadanya hubungan tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi pada lansia di


45
Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara. Uji statistik yang digunakan dalam analisis

ini adalah Chi-square ( ) dengan tingkat kemaknaan (α) sebesar 0,05 (5%).

Tabel 5.4 Hubungan Tugas Keluarga Dengan Pencegahan Hipertensi Pada


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara Tahun 2021
(n=65)

Pencegahan
Hipertensi
Tugas Dilakukan Tidak Total α OR P_Value
Keluarga dilakukan
Dilaksanakan 48 1 49 208,000
73,8% 1,5% 75,4% 0,05 (19,943- 0,000
Tidak 3 13 16 2169,4)
Dilaksanakan 4,6% 20,0% 24,6%
Jumlah 51 14 65
78,5% 21,5% 100%

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 65 responden, 49 responden

(75,4%) yang melaksanakan tugas keluarga diantaranya 48 responden (73,8%)

melakukan pencegahan hipertensi dengan baik, dan 1 responden (1,5%)

melaksanakan tugas keluarga tetapi tidak melakukan pencegahan hipertensi.

Sedangkan 16 responden (24,6%) lainnya tugas keluarga tidak dilaksanakan, 3

responden (4,6%) yang melakukan pencegahan hipertensi sedangkan 13

responden (20,0%) lainnya tidak melakukan pencegahan hipertensi.

Hasil uji statistik hubungan tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi

pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara didapatkan p_value 0,000 < α

= 0,05, hal ini membuktikan bahwa ada hubungan tugas keluarga dengan

pencegahan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Dewantara


sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara tugas

keluarga dengan pencegahan hipertensi pada lansia. Dari hasil analisis diperoleh

nilai OR 208,000, artinya keluarga yang melaksanakan tugas keluarga dengan


46
baik mempunyai peluang 208,000 kali dapat mencegah terjadinya hipertensi pada

lansia.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik umur

didapatkan jumlah responden rentang umur pada 60-74 tahun lebih banyak yaitu

52 responden (80%) dibandingkan rentang umur 75-90 tahun sebanyak 13

responden (20%).

Menurut hasil penelitian Aristoteles (2018), umur sangat berpengaruh pada

pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda, dimana

pada umur rentang 60-74 tahun, seseorang individu akan berisiko terkena

penyakit hipertensi atau penyakit tidak menular lainnya. Kejadian hipertensi akan

meningkat dengan bertambahnya umur seseorang, meningkatnya kejadian darah

tinggi berpenyebab karena hipertensi angka kejadiannya masih sangat tinggi di

wilayah yang berpenghasilan rendah dan terjadi pada lanjut (Suprayitno &

Huzaimah, 2020).

Peneliti berasumsi bahwa umur merupakan salah satu faktor untuk

meningkatkan pemahaman seseorang, semakin bertambahnya usia semakin baik

pemahamannya untuk dapat mengendalikan atau mencegah suatu penyakit yang

timbul akibat penuaan.


Berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa mayoritas bekerja sebagai pekerja

harian lepas sebanyak 27 responden (41,5%), petani sebanyak 18 responden


47

(27,7%), diikuti oleh nelayan sebanyak 15 responden (23,1%), kemudian yang

tidak bekera sebanyak 5 responden (7,7%).

Menurut Lestari (2019), pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan setiap hari. Pada lingkungan pekerjaan seseorang bisa

memperoleh suatu informasi yang dibutuhkan secara langsung maupun tidak

langsung.

Peneliti berasumsi bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi pemahaman lansia

dalam mencegah terjadinya hipertensi, hal ini disebabkan oleh faktor pekerjaan

dimana akan mendapatkan berbagai informasi dilingkungan pekerjaannya.

Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan bahwa responden pendidikan

dasar sebanyak 28 responden (43,1%), menengah sebanyak 20 responden

(30,7%), diikuti yang tidak sekolah sebanyak 13 responden (20%), dan yang

berpendidikan tinggi sebanyak 4 responden (6,2%).

Menurut Nia (2018), melalui pendidikan dapat menambah wawasan dan

pola pikir yang lebih baik, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas

wawasannya yang dapat dipengaruhi pola pikir dan juga nalar seseorang,

sedangkan semakin rendah tingkat pendidikan maka wawasan tidak berkembang.

Peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang dapat

menentukan baik atau kurang wawasan seseorang. Pendidikan diperlukan untuk

memperoleh informasi dalam meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi


pendidikan maka akan semakin baik dalam mengendalikan atau mencegah

terjadinya hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden jenis kelamin


48

perempuan lebih banyak yaitu 35 responden (53,8%), dibandingkan dengan

responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 30 responden (46,2%). hal ini

dikarenakan hormon estrogen menurun saat menopause sehingga wanita

kehilangan efek menguntungkannya dan tekanan darahnya meningkat

(Aristoteles, 2018).

Peneliti berasumsi bahwa prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama

dengan wanita, namun wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskular sebelum

menopause, wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein

(HDL).

5.3.2 Tugas Keluarga Pada Lansia

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tugas keluarga pada lansia

sebanyak 65 responden, tugas keluarga yang dilaksanakan sebanyak 49 orang

(75,4%), dan tugas keluarga yang tidak dilaksanakan sebanyak 16 orang (24,6%).

Menurut konsep teoritis pelaksanaan tugas keluarga di bidang kesehatan

sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dan mengatasi masalah kesehatan

keluarganya, khususnya lansia memerlukan perawatan yang lebih ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan. Salah satunya adalah penanganan

terhadap penyakit hipertensi yang banyak diderita oleh lansia, upaya yang dapat

dilakukan oleh keluarga, mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan


tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan 49

keluarga, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya

(Friedman, 2012).

Menurut penelitian Mulia (2018), Keluarga yang melaksanakan tugas

keluarga (mengenal masalah hipertensi pada lansia) dengan baik maka kejadian

hipertensi cenderung lebih sedikit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Magfiroh (2016), menyatakan bahwa tugas kesehatan keluarga apabila

dilaksanakan dengan optimal, dapat membantu menurunkan risiko terjadinya

hipertensi berulang pada lansia. Keluarga sangat diperlukan dalam memperhatikan

kesehatan lansia melalui perawatan mandiri keluarga, salah satu faktor

pengendalian hipertensi pada lansia adalah pengawasan dari pihak keluarga.

Dalam hal ini peneliti berasumsi, keluarga adalah langkah awal yang baik

untuk menghindari terjadinya hipertensi Sehingga Keluarga sangat diperlukan

dalam memperhatikan kesehatan lansia melalui perawatan mandiri keluarga.

Dalam tugas keluarga meliputi mengenal masalah kesehatan, memutuskan

tindakan kesehatan yang tepat, merawat keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai tugas

keluarga yang penting dalam pencegahan hipertensi terhadap anggota

keluarganya, dengan adanya upaya dari keluarga dalam menjaga kesehatan


sesama anggota keluarga maka dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan

terhadap anggota keluarga lainnya.

5.3.3 Pencegahan Hipertensi Pada Lansia 50

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa untuk pencegahan hipertensi

dari 65 responden yang pencegahan hipertensi dilakukan dengan baik sebanyak

51 orang (78,5%), dan pencegahan hipertensi yang tidak dilakukan sebanyak 14

orang (21,5%).

Menurut konsep teoritis, dalam pencegahan hipertensi bertujuan

mengendalikan tekanan darah sehingga tidak terjadinya komplikasi, upaya yang

dapat dilakukan oleh keluarga yaitu perilaku hidup sehat, tidak mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung garam, dan memeriksakan kesehatan secara

rutin (Fikriana, 2018). Sedangkan menurut Irwan (2017), pencegahan hipertensi

dilakukan dengan mengukur tekanan darah secara teratur, menurunkan berat

badan pada obesitas atau kegemukan, pembatasan konsumsi garam, tidak

mengkonsumsi alkohol, menghentikan kebiasaan merokok, melakukan olahraga

teratur dan istirahat yang cukup, diet rendah lemak jenuh, menghindari stress, dan

pemberian kalium dalam bentuk makanan.

Menurut penelitian Mulia (2018), faktor risiko yang berkaitan dengan

kejadian hipertensi pada lansia meliputi kebiasaan merokok, kebiasaan minum

kopi, konsumsi daging berlemak, faktor genetik dan stress psikologis. Kebiasaan

hidup yang baik seperti mengurangi kebiasaan merokok, tidak mengkonsumsi

lemak berlebihan serta kebiasaan hidup sehat merupakan cara yang paling tepat

dalam upaya mengurangi peningkatan terjadinya hipertensi.


Penelitian Damayantie et al., (2018), penatalaksanaan hipertensi dilakukan

sebagai upaya pengurangan risiko naiknya tekanan darah dan pengobatannya.51

Dalam melakukan pencegahan hipertensi bisa dengan upaya memodifikasi gaya

hidup yaitu dengan penurunan berat badan (pada obesitas), mengurangi asupan

garam, mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok serta periksa kesehatan

secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

Peneliti berasumsi, keluarga memegang peranan penting dalam mencegah

hipertensi sejak dini terhadap anggota keluarganya dengan menunjukkan perilaku

hidup sehat, misalnya membiasakan konsumsi garam dan gula tidak berlebihan,

selalu rutin olahraga, tidak merokok, dan memeriksakan kesehatan secara teratur.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pencegahan

hipertensi keluarga sangat berperan penting didalamnya yaitu dengan

melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga lansia bisa mengetahui apa saja

untuk mencegah terjadinya hipertensi.

5.3.2 Hubungan Tugas Keluarga Dengan Pencegahan Hipertensi Pada

Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara

Dalam hasil analisis data yang dilakukan untuk mengukur hubungan tugas

keluarga dengan pencegahan hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas

Dewantara diperoleh hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p_value = 0,000

< α 0,05 dan nilai OR 208,00. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan tugas

keluarga dengan pencegahan hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Dewantara. Hasil analisis pada tabel 5.4 menunjukkan dari 65 responden, 49

responden (75,4%) yang melaksanakan tugas keluarga diantaranya 48 responden


(73,8%) melakukan pencegahan hipertensi dengan baik, dan 1 responden (1,5%) 52

melaksanakan tugas keluarga tetapi tidak melakukan pencegahan hipertensi.

Sedangkan 16 responden (24,6%) lainnya tugas keluarga tidak dilaksanakan, 3

responden (4,6%) yang melakukan pencegahan hipertensi sedangkan 13

responden (20,0%) lainnya tidak melakukan pencegahan hipertensi.

Menurut konsep teoritis Friedman (2012), Pelaksanaan tugas keluarga di

bidang kesehatan sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dan mengatasi

masalah kesehatan keluarganya, khususnya lansia memerlukan perawatan yang

lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan. Salah satunya

adalah penanganan terhadap penyakit hipertensi yang banyak diderita oleh lansia,

upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga, mengenal masalah kesehatan keluarga,

memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan untuk menjamin

kesehatan keluarga, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di

sekitarnya.

Penelitian yang dilakukan Sunandar (2020), hubungan pelaksanaan tugas

kesehatan pada keluarga dengan klien hipertensi. Metode penelitian cross

sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 95,8% keluarga bersikap positif

atau mendukung pelaksanaan tugas kesehatan keluarga, 72,9% tekanan darah

anggota keluarga normal. Berdasarkan uji statistik didapatkan p_value 0,04 yang

berarti bahwa ada hubungan pelaksanaan tugas kesehatan pada keluarga dengan

klien hipertensi.
Sedangkan penelitian Mulia (2018), tentang hubungan pelaksanaan tugas

keluarga di bidang kesehatan: mengenal masalah dengan kejadian hipertensi pada 53

lansia di Kelurahan Timbangan Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir,

didapatkan hasil berdasarkan uji statistik didapatkan p_value 0,028 < α = 0,05

yang berarti ada hubungan antara pelaksanaan tugas keluarga di bidang kesehatan:

mengenal masalah dengan kejadian hipertensi pada lansia.

Keluarga dianggap memiliki tugas yang sangat penting untuk mencegah dan

mengendalikan hipertensi. Kebiasaan atau gaya hidup menentukan kelak

seseorang berisiko atau tidak terhadap hipertensi. Membiasakan hidup sehat

dalam keluarga adalah langkah awal yang baik untuk menghindari ancaman

hipertensi. Dalam pencegahan hipertensi bertujuan mengendalikan tekanan darah

sehingga tidak terjadinya komplikasi, upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga

yaitu perilaku hidup sehat, tidak mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung garam, dan memeriksakan kesehatan secara rutin (Fikriana, 2018).

Hasil penelitian terkait Magfiroh (2016), tentang hubungan tugas kesehatan

keluarga dengan kejadian hipertensi berulang pada lansia di Padukuhan Karang

Tengah Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta, penelitian ini merupakan

penelitian korelasi dengan metode analitik survey dengan desain cross sectional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tugas keluarga dengan

kejadian hipertensi berulang pada lansia dengan nilai signifikasi p- value = 0,003

dan nilai α = 0,05 (p<0,05). Status sehat/sakit anggota keluarga dan keluarga

saling mempengaruhi. Oleh karena itu sangat penting bagi keluarga dapat

melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga. Melalui tugas kesehatan keluarga,


keluarga dapat membantu bagaimana meningkatkan kesehatan dan mencegah

terjadinya hipertensi berulang dengan pola hidup sehat. 54

Dalam hal ini peneliti berasumsi, keluarga adalah langkah awal yang baik

untuk menghindari terjadinya hipertensi. Keluarga memegang peranan penting

dalam mencegah hipertensi sejak dini terhadap anggota keluarganya dengan

menunjukkan perilaku hidup sehat, misalnya membiasakan konsumsi garam dan

gula tidak berlebihan, selalu rutin olahraga, tidak merokok, dan memeriksakan

kesehatan secara teratur.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai tugas

keluarga yang penting dalam pencegahan hipertensi terhadap anggota

keluarganya, dengan adanya upaya dari keluarga dalam menjaga kesehatan

sesama anggota keluarga maka dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan

terhadap anggota keluarganya. Keluarga juga mempunyai tugas yang sangat

berarti dalam menyelesaikan setiap masalah anggota keluarga, dukungan serta

motivasi keluarga akan membuat anggota keluarga merasa diperdulikan dan

membantu individu dalam menyelesaikan setiap masalahnya.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebelumnya,

maka dapat disimpulkan, hubungan tugas keluarga dengan pencegahan hipertensi

pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara, sebagai berikut:

a. Tugas keluarga pada lansia sebanyak 65 responden, tugas keluarga yang

dilaksanakan dengan baik pada lansia sebanyak 49 orang (75,4%).

b. Pencegahan hipertensi dari 65 responden yang pencegahan hipertensi

dilakukan dengan baik sebanyak 51 orang (78,5%).

c. Ada hubungan yang signifikan antara tugas keluarga dengan pencegahan

hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara dengan

p_value = 0,000 < α = 0,005 nilai dan OR 208,000 artinya keluarga yang

melaksanakan tugas keluarga dengan baik mempunyai peluang 208,00 kali

dapat mencegah terjadinya hipertensi pada lansia.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tugas keluarga dengan

pencegahan hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara, dapat

disarankan :
a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat menambah dan memperluas pengetahuan56serta

wawasan peneliti tentang tugas keluarga terhadap pencegahan hipertensi pada

lansia.

b. Bagi Responden 55

Diharapkan kepada klien dapat menjalankan pencegahan hipertensi dengan

baik sehingga dapat mengendalikan tekanan darahnya dalam batasan normal.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat menambah informasi untuk mahasiswa keperawatan

dan bisa digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran mengenai tugas

keluarga terhadap pencegahan hipertensi pada lansia.

d. Bagi Penelitian Lanjutan

Diharapkan kepada peneliti lanjutan dapat digunakan sebagai landasan

untuk meneliti aspek lain dan dapat dikembangkan lagi tentang tugas keluarga

terhadap pencegahan hipertensi pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai