Anda di halaman 1dari 100

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP

NILAI TEKANAN DARAH PADA USIA DEWASA


DENGAN PASIEN HIPERTENSI : SEBUAH
TINJAUAN SISTEMATIS

Oleh :

REZKIA ANANDA
16.14201.30.48

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
NILAI TEKANAN DARAH PADA USIA DEWASA
DENGAN PASIEN HIPERTENSI : SEBUAH
TINJAUAN SISTEMATIS

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KEPERAWATAN

Oleh :

REZKIA ANANDA
16.14201.30.48

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Skripsi, Agustus 2020

Rezkia Ananda

Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usia
dewasa dengan pasien hipertensi
(xv + 29 halaman, 6 tabel, 1 bagan, 6 lampiran)

Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit yang tidak menular atau biasa
disebut silent killer dengan tekanan darah diatas rata-rata normal atau 140/90 mmHg,
hal tersebut terjadi ketika jantung bekerja lebih cepat dalam memompa darah
keseluruh tubuh sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. Salah satu terapi
yang dapat digunakan untuk mengatasi tekanan darah adalah dengan cara
nonfarmakologis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kembali pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usia dewasa dengan pasien
hipertensi.
Metode penelitian yang digunakan berupa kuantitatif dengan pendekatan
systematic review dengan pencarian menggunakan database. Kriteria inklusi yang
digunakan adalah jurnal intervensi untuk mengatasi masalah tekanan darah pada
pasien hipertensi dengan studi design Quasi Experimental Pre-Post test dengan
sampel pasien hipertensi dengan usia dewasa (≥ 18 keatas). Tahun jurnal yang
digunakan adalah 2015-2020.
Hasil penelitian pada 6 jurnal didapatkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam
memiliki kemampuan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
dengan nilai p-value sebesar 0,001 dengan batas kepercayaan 0,05.
Kesimpulan menunjukkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat terdapat
pengaruh tekanan darah pada pasien hipertensi.

Kata Kunci : Teknik Relaksasi Nafas Dalam, Tekanan Darah, Hipertensi


Daftar Pustaka : 22 (2015-2020)

iii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCE
NURSING STUDY PROGRAM
Student Thesis, August 2020

Rezkia Ananda

The effect of deep breath relaxation techniques on blood pressure values in


adults with hypertensive patients
(xv + 29 pages, 6 tables, 1 chart, 6 attachment)

Hypertension is a type of disease that is not contagious or commonly called


the silent killer with blood pressure above the normal average or 140/90 mmHg, this
occurs when the heart works faster to pump blood throughout the body, causing blood
pressure to increase. One of the ways to overcome high blood pressure in
hypertensive patients is by means of non-pharmacological therapy in the form of deep
breath relaxation techniques.
The purpose of this study was to re-analyze the effect of deep breath
relaxation techniques on blood pressure values in adults with hypertensive patients.
The research method used is quantitative with a systematic review approach
with a database search. The inclusion criteria used were intervention journals to
address blood pressure problems in hypertensive patients with a study design Quasi
Experimental Pre-Post test with a sample of hypertensive patients with adult age (≥
18 and above). The journal year used is 2015-2020.
The results of research in 6 journals found that deep breath relaxation
techniques have the ability to reduce blood pressure in hypertensive patients with a p-
value of 0.001 with a confidence limit of 0.05.
The conclusion shows that deep breath relaxation techniques can have an
effect on blood pressure in hypertensive patients.

Keywords : Deep Breath Relaxation Techniques, Blood Pressure,


Hypertension
Bibliography : 22 (2015-2020)

iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

I. BIODATA

Nama : Rezkia Ananda

Tempat Tanggal Lahir : Negeri Pakuan, 18 Juli 1999

Alamat : Negeri Pakuan, Kec. BP. Peliung, Kab. Oku Timur

No. Hp : 082177040484

Email : rezkiaananda123@gmail.com

Nama Orang Tua

- Ayah : Hermanto

- Ibu : Nurmala

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2004 – 2010 : SD Negeri 2 Bantan

2. Tahun 2010 – 2013 : SMP Negeri 1 Martapura

3. Tahun 2013 – 2016 : SMA Negeri 3 Martapura

4. Tahun 2016 – 2020 : STIK Bina Husada Palembang

vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Dengan bangga kupersembahkan :


 Untuk kedua orang tua ku, ayahanda Hermanto dan Ibunda Nurmala, terima
kasih atas support, dorongan, dan segala perjuangan sampai titik ini saya bisa
mengejar impian saya hingga menyelesaikan sarjana pendidikan ILMU
KEPERAWATAN, ku persembahkan untuk mereka karena mereka membuat
hidup terasa begitu mudah dan penuh kebahagiaan.
 Untuk saudara – saudara ku Dina Putri Pertiwi, Anggun Sri Rahayu, Redho
Tatamandala, Doa Anugrahman, Fidrian dan David Destandi terimakasih telah
memberikan dorongan dan semangat kepada saya dalam menggapai cita – cita.
 Untuk Rahmat Fauzi Tuasikal orang yang paling istimewa dalam hidupku. Kamu
adalah sosok yang terbaik yang mengajarkan saya banyak hal dan meluangkan
waktu untuk mendengarkan keluh kesah yang saya alami. Terima kasih untuk
dukungan dan kebaikan serta perhatianmu.

Motto :

“Hidup ini seperti sepeda, agar tetap seimbang kau harus terus bergerak ”

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat

dan ridho – Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang menggunakan Studi

Literatur dengan judul “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nilai

Tekanan Darah Pada Usia Dewasa dengan Pasien Hipertensi”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan pada Jurusan

Ilmu Keperawatan STIK BINA HUSADA PALEMBANG.

Dalam penyusunan skripsi ini saya menyadari bahwa peyusunan skripsi ini

tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang –

orang yang telah berpartisipasi baik langsung maupun tidak langsung dalam

penulisan skripsi ini:

1. Dr. Amar Muntaha, SKM., M.Kes Selaku Ketua STIK Bina Husada Palembang.

2. Ns. Kardewi, S.Kep., M.Kes Selaku Ketua Jurusan Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang.

3. Ns. Sutrisari Nainggolan, S.Kep., M.Kes., M.Kep Selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang.

4. Ns. Romliyadi, S.Kep., M.Kes., M.Kep Selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama penyusunan

skripsi.

ix
5. Ns. Isrizal, S.Kep., M.Kes., M.Kep Selaku Dosen Penguji 1 yang telah

memberikan kritik saran dalam penulisan ini.

6. Ns. Yofa Anggriani, S.Kep., M.Kes., M.Kep Selaku Dosen Penguji 2 yang telah

memberikan kritik saran dalam penulisan ini.

7. Seluruh jajaran Dosen dan Staf STIK Bina Husada Palembang

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan baik segi isi maupun teknik penyusunan. Dan dengan hati yang ikhlas

penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

demi sempurnanya penyusunan skripsi ini dimasa yang akan datang dan berharap

semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta Hidayah- Nya atas

bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Akhir

kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan

ilmu keperawatan serta bagi kita semua. Amin

Palembang, Agustus 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ....................................................ii
ABSTRAK ................................................................................................................iii
ABSTRACT ..............................................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN..........................................................................v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ....................................................................vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS................................................................................vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO...........................................................................viii
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................................ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN.................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Pertanyaan penelitian ...........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................7

BAB II METODE PENELITIAN


2.1 Metode Pencarian.................................................................................................8
2.1.1 Sumber Pencarian ...................................................................................8
2.1.2 Strategi Pencarian ...................................................................................8
2.2 Seleksi Studi........................................................................................................9
2.2.1 Strategi Seleksi Studi ..............................................................................9
2.2.2 Kriteria Inklusi ........................................................................................10
2.2.3 Kriteria Eksklusi ....................................................................................11
2.3 Kriteria Kualitas Studi ........................................................................................11
2.4 Ekstraksi Data .....................................................................................................12

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil ....................................................................................................................14
3.1.1 Karakteristis Studi ...................................................................................14
3.1.2 Hasil Lain Berdasarkan Item Tujuan ......................................................21
3.2 Pembahasan .........................................................................................................21
3.2.1 Nilai rata – rata tekanan darah sebelum dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam pada responden...........................................................................21

xi
3.2.2 Nilai rata – rata tekanan darah sesudah dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam pada responden...........................................................................23
3.2.3 Perbandingan sebelum dan sesudah saat diberikan intervensi teknik
relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usia dewasa
dengan pasien hipertensi ................................................................................24

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan .........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman


Tabel 2.1 Strategi Pencarian .................................................................................... 8
Tabel 2.2 Kriteria Inklusi ......................................................................................... 10
Tabel 2.3 Kriteria Eksklusi ...................................................................................... 11
Tabel 2.4 Kriteria Kualitas Studi ............................................................................. 11
Tabel 2.5 Ekstraksi Data .......................................................................................... 12
Tabel 3.1 Karakteristik Studi Tinjauan Sistematis................................................... 15

xiii
DAFTAR BAGAN

No. Tabel Halaman

Bagan 2.1 Diagram Alur Prisma ..............................................................................9

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Artikel (Cahyanti, dkk. 2019) Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Rsud Dr Soeratno Gemolong
tahun 2018.
2. Artikel (Lisavina Juwita & Ela Efriza. 2018) Pengaruh nafas dalam terhadap
tekanan darah pada pasien hipertensi.
3. Artikel (Anggraini, Yanti. 2020) Efektifitas teknik relaksasi nafas dalam terhadap
tekanan darah pada pasien hipertensi di Jakarta.
4. Artikel (Hartanti, dkk. 2016) Terapi rekasasi napas dalam menurunkan tekanan
darah pasien hipertensi.
5. Artikel (Luti, Baharudin. 2019) Efektifitas teknik relaksasi nafas dalam (deep
breathing) dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di puskesmas
cibatu kabupaten garut.
6. Artikel (Rasyidah, az. 2018) Pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi.

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah salah satu jenis penyakit yang tidak menular dan terjadi

ketika tekanan terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Hipertensi merupakan salah satu

penyakit yang menjadi perhatian di dunia, (Brunner, 2015).

Berdasarkan data WHO melaporkan bahwa penderita tekanan darah tinggi

pada orang dewasa dikawasan Afrika mencapai angka 40% hingga 50%, sedangkan

dikawasan Amerika terdapat sekitar 75 juta orang dewasa atau 32%. Kematian yang

disebabkan karena tekanan darah tinggi dikawasan Amerika mencapai 410,000 orang

dengan setiap harinya terdapat 1,100 orang meninggal yang diakibatkan tekanan

darah tinggi (WHO 2015).

Penderita hipertensi saat ini merupakan masalah utama kesehatan di seluruh

dunia dengan mencapai angka 1,13 milyar orang yang artinya 1 dari 5 orang didunia

menderita hipertensi, dimana pada setiap tahunnya kasus tersebut meningkat.

Di wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi sekitar 27% dari penderita

hipertensi di dunia, sedangkan di wilayah Amerika populasi orang dewasa yang

mengalami prevalensi hipertensi berkisar diantara 18% sampai 25% (Yonaya, 2016).

Kasus prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 63,309,602 orang atau

sekitar 25% dari total penduduk dewasa. Diperkirakan kasus prevalensi hipertensi

1
2

pada penduduk di usia ≥ 18 tahun sebesar 34,1%, pada usia 31-44 tahun sebesar

31,6%, pada usia 45-54 tahun sebesar 45,3%, sedangkan pada umur 55-64 tahun

sebesar 55,2% (Depkes, 2019).

Sekitar 13 provinsi di Indonesia yang persentasenya melebihi angka

Nasional, salah satu yang tertinggi berada pada Provinsi Bangka Belitung 30,9%.

Berdasarkan hasil pengukuran prevalensi hipertensi di Sumatera Barat adalah 31,2%

meningkat berdasarkan usia, usia diatas 55 tahun mencapai 50%. Hipertensi

meningkat setiap tahunnya berdasarkan data diatas, terdapat 60% penderita hipertensi

(RISKESDAS, 2018).

Menurut Profil Dinas Kesehatan Sumatera Selatan terdapat jumlah penderita

hipertensi pada tahun 2015 penderita hipertensi sebanyak 204,213 orang, pada tahun

2016 penderita hipertensi sebanyak 225,305 orang dan pada tahun 2017 penderita

hipertensi sebanyak 229,365 orang. Prevalensi penyakit hipertensi dari tahun ke tahun

selalu mengalami peningkatan dimana pada tahun 2015 penderita hipertensi

meningkat sebanyak 8,530 orang, pada tahun 2016 penderita hipertensi meningkat

sebanyak 8,686 orang, sedangkan pada tahun 2017 penderita hipertensi meningkat

sebanyak 6,973 orang (Dinkes Palembang, 2017).

Fenomena hipertensi di masyarakat sekarang bahwa kebanyakan masyarakat

masih menggunakan obat – obatan (farmakologi) yang bisa menurunkan tekanan

darah. Namun sebenarnya bukan hanya terapi farmakologi yang bisa menurunkan

tekanan darah, tetapi terapi non farmakologi juga bisa menurunkan tekanan darah

salah satunya yaitu teknik relaksasi nafas dalam (Lutfi, 2019).


3

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu bentuk manajemen

keperawatan dalam menghilangkan stress dan melakukan modifikasi gaya hidup

seseorang. Dengan menerapkan teknik relaksasi nafas dalam dapat membuat tubuh

menjadi lebih tenang dan lebih rileks, nafas lambat menahan inspirasi secara

maksimal dan mampu menghembuskan nafas secara perlahan-lahan. Cara melakukan

teknik relaksasi nafas dalam sebaiknya dilakukan 3-4 kali dalam sehari dengan jangka

waktu 5 sampai 10 menit (Musrifatul dkk, 2016).

Beberapa peneliti sudah melakukan penelitiannya salah satunya peneliti yang

dilakukan oleh Cahyanti tentang pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi baik sedang maupun berat,

peneliti tersebut mengatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan

tekanan darah (Cahyanti, 2019).

Tekanan darah merupakan suatu keadaan yang terjadi pada saat pembuluh

darah menyempit secara tidak normal, dimana ketika jantung memompa darah lebih

cepat untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh maka penahan pada pembuluh darah

akan membesar, sehingga menyebabkan tekanan darah pada seseorang akan

meningkat. Tekanan darah akan meningkat secara terus – menerus yang disebabkan

karena beberapa faktor (Qing Wu, 2020).

Faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap hipertensi antara lain, jenis

kelamin, usia, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah).

Selain itu terdapat faktor perilaku seperti diet dalam penggunaan garam berlebihan,

merokok, obesitas, kurangnya berolahraga, konsumsi minuman berakohol, stress


4

sehingga diperlukan beberapa jenis penanganan untuk mengurangi terjadinya

hipertensi (Buntan dkk, 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prandika mengatakan bahwa tujuan

penanganan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah sehingga didapatkan adanya

perubahan terhadap sebelum dilakukan penanganan dan sesudah dilakukan

penanganan dengan nilai p-value 0,000 (Prandika, 2018).

Peneliti yang sama dilakukan Hartanti, dkk menyatakan bahwa terdapat

pengaruh dari terapi relaksasi nafas dalam untuk menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value pada

tekanan darah sistolik 0,001 dan nilai p value pada tekanan darah diastolik 0,001.

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam cukup

efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, teknik relaksasi nafas

dalam secara otomatis dapat memberikan rangsangan pada sistem saraf simpatis

(Hartanti, dkk 2016).

Penelitian yang dilakukan juga oleh Sentana, tentang pengaruh relaksasi

nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di tempat

Puskesmas Dasan Agung Mataram, didapatkan hasil rata-rata tekanan darah sebelum

dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam. Sebelum dilakukan relaksasi nafas

dalam sistolik dan diastolik 152,35 mmHg dan 97,08 mmHg dan tekanan darah

sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam adalah sistolik 137,03mmHg dan

diasolik 81,01 mmHg. Didapatkan hasil p value 0,000 maka disimpulkan adanya
5

pengaruh pada relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi (Sentana, 2015).

Penelitian serupa dilakukan oleh Rini Tri Hastuti dan Insiyah tahun 2015

pasien hipertensi dengan 30 orang di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo,

mengatakan adanya perubahan yang signifikan terhadap sebelum dan sesudah

diberikan intervensi teknik relaksasi nafas dalam dengan p-value 0.000 (<0.005) pada

tekanan darah sistolik dan diastolik. Sebelum dilakukan intervensi teknik relaksasi

nafas dalam nilai tekanan darah pada sistolik 177,33 mmHg dan nilai tekanan darah

pada diastolik 95,87 mmHg dan pada saat dilakukan intervensi teknik relaksasi nafas

dalam nilai yang terdapat pada sistolik yaitu 173,20 mmHg dan nilai pada diastolik

yaitu 90 mmHg, maka disimpulkan adanya pengaruh intervensi saat melakukan

teknik relaksasi nafas dalam.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Jayadi, 2017 tentang perbedaan tekanan

darah sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan sesudah dilakukan teknik

relaksasi nafas dalam pada penderita hipertensi di Puskesmas Kalongan Kecamatan

Ungaran Timur, didapatkan hasil tekanan darah sebelum dilakukan teknik relakssi

sistolik 148 mmHg dan diastolik 93,2 mmHg dan hasil sesudah diberikan teknik

relaksasi nafas dalam yaitu sistolik 133 mmHg dan diastolik 80 mmHg. Terdapat

hasil p value 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan tekanan darah

sebelum dan sesudah saat dilakukan teknik relaksasi nafas dalam.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas beberapa peneliti yang sudah

melakukan penelitian tentang pemberian terapi teknik relaksasi nafas dalam terhadap
6

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi terdapat hasil bahwa adanya

pengaruh terhadap penurunan tekanan darah saat diberikan teknik relaksasi nafas

dalam dan sebelum melakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi,

maka peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Nilai Tekanan Darah Pada Usia Dewasa dengan Pasien Hipertensi.

1.2 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana nilai rata- rata tekanan darah sebelum dilakukan teknik relaksasi

nafas dalam pada responden?

2. Bagaimana nilai rata- rata tekanan darah sesudah dilakukan teknik relaksasi

nafas dalam pada responden?

3. Apakah ada perbandingan sebelum dan sesudah saat diberikan intervensi

teknik relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usia dewasa

dengan pasien hipertensi?

4. Apakah ada pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah saat diberikan

intervensi teknik relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usia

dewasa dengan pasien hipertensi?


7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan

darah pada usia dewasa dengan pasien hipertensi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya nilai rata- rata tekanan darah sebelum dilakukan teknik

relaksasi nafas dalam pada responden.

2. Diketahuinya nilai rata- rata tekanan darah sesudah dilakukan teknik

relaksasi nafas dalam pada responden.

3. Diketahuinya perbandingan sebelum dan sesudah saat diberikan

intervensi teknik relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada

usia dewasa dengan pasien hipertensi.

4. Diketahuinya pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah saat

diberikan intervensi teknik relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan

darah pada usia dewasa dengan pasien hipertensi.


BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Metode Pencarian

2.1.1 Sumber Pencarian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan

pendekatan systematic review. Pencarian melalui database dari : Garuda, Pubmed

dan Science Direct, Google Scholar, serta media neliti.

2.1.2 Strategi Pencarian

Pencarian literature menggunakan pendekatan PICO berdasarkan kata kunci

sebagai berikut :

Tabel 2.1
Strategi Pencarian

Population Intervention Comparison Outcomes


(Populasi) (Intervensi) (Perbandingan) (Hasil)
Konsep Utama Konsep Utama Konsep Utama Konsep Utama
Pasien dewasa ≥ Pemberian terapi Teknik relaksasi Pengaruh yang berhubungan
18 tahun keatas teknik relaksasi nafas dalam dengan teknik relaksasi nafas
yang mengalami nafas dalam terhadap nilai dalam terhadap nilai tekanan
hipertensi tekanan darah darah pada usia dewasa dengan
pasien yang mengalami penyakit
hipertensi
Sinonim/ Istilah Sinonim/ Istilah Sinonim/ Istilah Sinonim/ Istilah Pencarian
Pencarian Pencarian Pencarian
Pasien dewasa ≥ - Teknik relaksasi - - Teknik relaksasi nafas dalam
18 tahun keatas nafas dalam - Tekanan darah
yang mengalami - Tekanan darah - Hipertensi
hipertensi - Hipertensi

8
9

2.2 Seleksi Studi

2.2.1 Strategi Seleksi Studi

Seleksi studi berpedoman pada DIAGRAM PRISMA (2009) yang alurnya

dapat dilihat pada Diagram 2.1

Diagram 2.1
Diagram Alur PRISMA (2009)

Pencarian artikel Pencarian artikel


berdasarkan topik Pencarian artikel berdasarkan topik berdasarkan topik
Garuda Pubmed dan Science Direct Google Scholar
(n=2) (n=3) (n=3560)

Data setelah penghapusan duplikasi


n = 26
Excluded n = 12

Identifikasi judul
dan disaring
n = 14

Identifikasi abstrak dan disaring


n = 14
Excluded n = 8

Salinan penuh dan dinilai untuk


kelayakan
n=6

Studi masuk dalam sintesis


n=6
10

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan database garuda n=2, database

pubmed dan science direct n=3, database google scholar n=3560 dari ketiga database

berjumlah n=38 artikel yang sesuai dengan kata kunci. Kemudian peneliti melakukan

artikel yang disaring berdasarkan kriteria inklusi, tahun penelitian sebanyak 26 artikel

dan disaring lagi berdasarkan judul dan abstrak sebanyak 14 artikel. Peneliti

melakukan skrinning sesuai dengan full teks dan mendapatkan 6 artikel yang akan

digunakan dalam systematic review.

2.2.2 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi studi ditetapkan berdasarkan item PICOS

Tabel 2.2
Kriteria Inklusi

Participant/ Population (Populasi) Pasien dewasa muda ≥ 18 tahun keatas


yang mengalami Hipertensi
Intervention (Intervensi) Teknik relaksasi nafas dalam
Comparison (Perbandingan) Nilai tekanan darah sebelum dan setelah
diberikan intervensi
Outcomes (Hasil) Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap nilai tekanan darah
Study Design/ Context Kuantitatif dengan menggunakan desain
penelitian “Quasi Experimental Pre-Post
Test”
11

2.2.3 Kriteria Eksklusi

Tabel 2.3
Kriteria Eksklusi

Participant/ Population (Populasi) Orang yang tidak mengalami Hipertensi


Intervention (Intervensi) Intervensi yang bukan teknik relaksasi nafas
dalam
Comparison (Perbandingan) -
Outcomes (Hasil) Tidak dijelaskan pengaruh teknik relaksasi
nafas dalam terhadap nilai tekanan darah
Study Design/ Context Tidak ada pengecualian

2.3 Kriteria Kualitas Studi

Penelitian kualitas atau kelayakan pada peneliti ini didasarkan pada data

(artikel penelitian) dengan teks lengkap (full text) dengan memenuhi kriteria yang

telah di tentukan (kriteria inklusi) dan kriteria eksklusi. Kriteria kualitas pada

penelitian ini di jelaskan pada tabel berikut.

Tabel 2.4
Kriteria Kualitas Studi
Pencarian Literatur Dipublikasikan dari jurnal yang terindeks SINTA dan
GARUDA, GOOGLE SCHOLAR, serta MEDIA
NELITI, Pubmed, Science Direct, Proquest
Batas Pencarian 2015 - 2020
Skrining/ Penyaringan Full teks dengan penulis
Abstraksi Data Satu orang mengabstraksi data sementara yang lain
memverifikasi
Resiko Penilaian Bias Satu orang menilai sementara yang lain memverifikasi
Apakah dua penulis akan secara Ya
mandiri menilai studi
Proses penilaian Full teks
Bagaimana perbedaan pendapat Perbedaan pendapat akan dikelola oleh orang yang ahli
akan dikelelola
Alat penilai resiko bias/ alat penilai -
kualitas studi
12

2.4 Ekstraksi Data

Data studi akan diekstraksi menggunakan format standar dan dimasukkan

kedalam Microsoft word. Data akan diekstraksi oleh satu reviewer (mahasiswa) dan

diperiksa keakuratan dan kelengkapannya oleh reviewer kedua (dosen pembimbing)

Data yang diekstraksi meliputi:

a. Info Umum : Nama Penulis, Negara, Tahun publikasi

b. Khusus : Kriteria Inklusi, item RQ

Tabel 2.5
Ekstraksi Data
Info Umum Info Khusus
No Nama Penulis Negara Tahun Kriteria Inklusi Item RQ
Publikasi
1. Luluk Cahyanti, Indonesia 2019 Seluruh pasien Pra
Febryanto hipertensi di eksperiment
RSUD. dr. dengan desain
Soeratno one-group
Gemolong dengan pretest
sampel sebanyak posttest
25 pasien
2. Lisavina Juwita & Indonesia 2018 Jumlah sampel Quasy
Ela Efriza adalah 10 orang eksperimen
dengan kriteria dengan
inklusi usia 45-55 pendekatan
tahun one group
pretest dan
postest
3. Yanti Anggraini Indonesia 2020 Pasien hipertensi Eksperimental
yang bersedia dengan jenis
melakukan teknik desain one
relaksasi nafas group pretest-
dalam 3x sehari posttest
13

4. Rita Dwi Hartanti, Indonesia 2016 Jumlah sampel Quasi


Desnanda Pandu sebanyak 20 eksperimen
Wardana,Rifqi Ari responden dengan dengan
Fajar kriteria inklusi metode one-
pasien hipertensi. group pretest-
posttest
design
5. Baharudin Lutfi S Indonesia 2019 Dengan kriteria quasi
inklusi pasien eksperimen
hipertensi yang pre test dan
berobat ke post test
Puskesmas Cibatu,
Kabupaten Garut
dengan total
sampel sebanyak
34 orang
6. Rasyidah AZ Indonesia 2018 Kriteria inklusinya quasi
penderita eksperimen
hipertensi dengan dengan
jumlah sampel pendekatan
sebanyak 17 one group
responden pretest dan
posttest
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Karakteristik Studi

Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan pemahaman dimulai

dengan pencarian jurnal melalui GARUDA, google SCHOLAR, serta melalui

MEDIA NELITI. Pubmed, dan Science Direct. Menggunakan kata kunci pengaruh

teknik relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usai dewasa dengan

pasien hipertensi, tahun penerbitan jurnal terkait minimal tahun 2015, didapatkan

hasil 6 jurnal terkait dengan penelitian. Di bawah ini dijabarkan hasil literature review

jurnal terkait penelitian.

14
15

Tabel 3.1
Karakteristik Studi Tinjauan Sistematis “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nilai
Tekanan darah Pada Usia Dewasa Dengan Pasien Hipertensi”

Metode (Desain,
Volume, Tujuan
No Author Thn Judul Sampel, Variabel, Hasil Penelitian Database
Angka Penelitian
Instrumen, Analisis)
1. Luluk Cahyanti, 2019 Vol.6 Pengaruh Teknik Untuk D: pra experiment Menggunakan SPSS SCHOLAR
Febriyanto, No. 1 Relaksasi Nafas mengetahui dengan desain one dengan nilai p value http://jurnal.
Dosen Akper Dalam Terhadap pengaruh group pretest posttest <0,000 (signifikan) akperkridah
Krida Husada Penurunan teknik S: Seluruh pasien yang menunjukkan usada.ac.id/i
Kudus, Tekanan Darah relaksasi nafas hipertensi di RSUD dr. ada pengaruh teknik ndex.php/jp
Mahasiswa Pada Pasien dalam terhadap Soeratno Gemolong relaksasi nafas dalam k/article/vie
Akper Krida Hipertensi Di Rsud penurunan dengan sampel terhadap penurunan w/63
Husada Dr. Soeratno tekanan darah sebanyak 25 pasien tekanan darah.
Gemolong Tahun pada pasien V: penurunan tekanan Tekanan darah pada
2018 hipertensi darah dan teknik sistolik sebelum dan
relaksasi nafas dalam sesudah dilakukan
I: instrument yang teknik relaksasi nafas
digunakan pada dalam yaitu 153,80
penelitian yaitu mmHg dan 142,56
menggunakan alat mmHg, sedangkan
ukur berupa nilai tekanan darah
sphygmomanometer pada diastolik yaitu
digital dengan merk 94,40 mmHg dan
Arm Style J-003 84,80 mmHg
dengan standar SOP
(standar operasional
prosedur) dan lembar
16

observasi pengukuran
tekanan darah post test
dan pre test
A: accidental sampling
2. Juwita, L dan 2018 Vol. 1, Pengaruh Nafas Untuk D: quasi eksperiment Hasil penelitian SCHOLAR
Efriza No.2 Dalam Terhadap mengetahui dengan pendekatan dengan jumlah sampel file:///C:/Us
Tekanan Darah pengaruh one group pre test dan 10 orang didapatkan ers/user/Do
Pada Pasien teknik post test penurunan tekanan wnloads/26
Hipertensi relaksasi nafas S: sampel adalah 10 darah dari rata- rata 3-1522-2-
dalam terhadap orang dengan kriteria pada tekanan darah PB%20(1).p
nilai tekanan inklusi usia 45-55 sistolik sebelum dan df
darah pada tahun sesudah diberi
pasien V: usia dalam rentang relaksasi nafas dalam
hipertensi 30-65 tahun, sakit yaitu 149,20 menjadi
kepala, sulit tidur dan 141,69 sedangkan
gelisah rata-rata tekanan
I: instrument yang darah diastolik
digunakan adalah tensi sebelum dan sesudah
meter air raksa sebagai diberi relaksasi nafas
alat untuk mengukur dalam yaitu 89,24
tekanan darah dan menjadi 83,39
lembar observasi
A: analisis univariat
dan bivariat dengan uji
t-test dependen
17

3. Yanti Anggraini 2020 Vol 5 No Efektifitas teknik Untuk D: eksperimental Hasil penelitian SCHOLAR
1 tahun relaksasi nafas mengetahui dengan jenis desain menunjukkan bahwa file:///C:/Us
2020 dalam terhadap upaya One Group Pretest- adanya pengaruh ers/user/Do
tekanan darah pada penurunan Posttest efektifitas teknik wnloads/28
pasien hipertensi di tekanan darah S: responden 30 pasien relaksasi nafas dalam 06-7106-1-
Jakarta dengan teknik hipertensi terhadap tekanan PB%20(1).p
relaksasi nafas V: variabel yang darah pada pasien df
dalam pada digunakan dalam hipertensi di tempat
pasien penelitian ini adalah RSU UKI dan
hipertensi tekanan darah sistolik Puskesmas dengan p
dan diastolik sebagai value 0,000 (<0,05).
variabel dependen dan Sebelum melakukan
teknik relaksasi nafas teknik relaksasi nafas
dalam sebagai variabel dalam tekanan darah
independent sistolik pada pasien
I: instrument yang hipertensi sebanyak
digunakan yaitu tensi 56,7% pada stage 2
meter air raksa sebagai dan tekanan darah
alat untuk mengukur diastolik pada
tekanan darah dan sebanyak 36,7% pada
lembar observasi stage 1, sesudah
untuk mengumpulkan dilakukan teknik
data karakteristik relaksasi nafas dalam
beserta beserta hasil tekanan darah pada
pengukuran tekanan sistolik menjadi
darah responden normal sebanyak
A: analisa univariat 56,7% dan diastolik
menggunakan SPSS turun menjadi normal
frekuensi dan analisa sebanyak 76,7%
18

bivariat pre-test dan


post-test
menggunakan uji
wilxocon serta untuk
uji hubungan
menggunakan uji
korelasi kendall
4. Rita Dwi 2016 Vol IX, Terapi Relaksasi Untuk D: quasi eksperiment Hasil penelitian SCHOLAR
Hartanti, No. 1 Nafas Dalam mengetahui dengan metode one- menunjukkan bahwa https://medi
Desnanda Pandu Menurunkan efektifitas group pretest-posttest adanya pengaruh a.neliti.com/
Wardana,Rifqi Tekanan Darah terapi relaksasi design penurunan tekanan media/publi
Ari Fajar Pasien Hipertensi nafas dalam S: pasien hipertensi di darah dengan cations/972
terhadap nilai Desa Kasesi menggunakan teknik 68-ID-
tekanan darah Kecamatan Kasesi relaksasi nafas dalam terapi-
pada pasien Kabuaten Pekalongan dengan tekanan darah relaksasi-
hipertensi sebanyak 20 sistolik sebesar 18,46 napas-
responden mmHg dengan nilai p dalam-
V: variabel yang Value 0,001 dan menurunkan
digunakan dalam tekanan darah pada .pdf
penelitian ini adalah diastolik sebesar 6,54
tekanan darah sistolik mmHg dengan p
dan diastolik sebagai Value 0,001.
variabel dependen dan
teknik relaksasi nafas
dalam sebagai variabel
independent
I: instrument yang
digunakan adalah alat
tensi meter air raksa
19

sebagai alat untuk


mengukur tekanan
darah dengan standar
(SOP) dan lembar
kuisioner
A: paired sample T-
test
5. Baharudin Lutfi 2019 Vol.3, Efektifitas Tehnik Untuk D: quasi eksperimen Hasil dari penelitian GARUDA
S No. 1 Relaksasi Nafas mengetahui pre test dan post test mengatakan bahwa http://garud
Dalam (deep penurunan S: jumlah responden terdapat perbedaan a.ristekbrin.
breathing) Dalam tekanan darah sebanyak 34 orang tekanan darah sistolik go.id/journa
Menurunkan dengan teknik V: variabel yang dan diastolik pada l/view/1885
Tekanan Darah relaksasi nafas digunakan dalam pasien hipertensi 1?page=4
Pada Pasien dalam pada penelitian ini adalah sebelum dilakukan
Hipertensi Di pasien tekanan tekanan darah teknik relaksasi nafas
Puskesmas Cibatu hipertensi pada pasien hipertensi dalam dan sesudah
Kabupaten Garut sebagai dependen dan diberikan teknik
teknik relaksasi nafas relaksasi nafas dalam
dalam sebagai variabel didapatkan nilai p
independent value 0,000 (p<0,05)
I: tensi meter air raksa pada sistolik dan nilai
dengan standar p value 0,000
operasional prosedur (p<0,05) pada
dan kuisioner pada diastolik.
responden
A: paired sampel T-
test
20

6. Rasyidah az 2018 Volume Pengaruh slow Untuk D: desain penelitian Hasil penelitian SCHOLAR
7 No 2 deep breathing mengatahui menggunakan quasi menunjukkan nilai http://jkt.pol
terhadap tekanan pengaruh slow experiment dengan tekanan darah sistolik tekkes-
darah pada deep breathing pendekatan one group p value sebesar 0,000 mataram.ac.
penderita hipertensi terhadap pre test and post test dengan tekanan darah id/index.ph
di Puskesmas tekanan darah S: sampel sebanyak 17 diastolik 0,166 dengan p/home/arti
Simpang IV Sipin pada penderita responden tingkat kepercayaan cle/view/26
Kota Jambi hipertensi V: terapi relaksasi 95% dengan α 5%
nafas dalam pada (0,05) dengan ini
pasien hipertensi membuktikan bahwa
I: instrument yang adanya pengaruh
digunakan teknik relaksasi nafas
menggunakan alat dalam efektif dalam
tensi meter dengan menurunkan tekanan
standart SOP dan darah
membagikan lembar
kuisioner
A: analisis Uji
Wilcoxon
21

3.1.2 Hasil Lain Berdasarkan Item Tujuan Penelitian

Dari ke 6 artikel yang di riview didapatkan hasil bahwa teknik relaksasi nafas

dalam terhadap nilai tekanan darah didapatkan adanya pengaruh pada saat melakukan

teknik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi, penulis tidak menemukan hasil

lain berdasarkan item tujuan tujuan.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Nilai rata – rata tekanan darah sebelum dilakukan teknik relaksasi

nafas dalam pada responden

Menurut peneliti yang dilakukan oleh Luluk, dkk pada tahun 2019

menunjukkan dari 25 pasien hipertensi dengan usia dewasa ≥ 18 tahun keatas

didapatkan nilai rata – rata pada tekanan darah sebelum dilakukan tindakan relaksasi

nafas dalam pre sistol sebesar 153,80 mmHg dan tekanan darah pre diastole sebesar

94,40 mmHg.

Berdasarkan peneliti yang dilakukan oleh Lisavina dan Ela (2018) bahwa

pasien hipertensi sebelum dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam dengan rentang

nilai sistolik sebesar 147,05 – 151,35 mmHg dan diastolik sebesar 87,06 – 91,43

mmHg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yanti (2020) sebelum melakukan

tindakan mayoritas responden memiliki tekanan darah sistolik pada stage 2 yaitu

56,7% dengan nilai rata- rata 161 mmHg. Untuk tekanan darah diastolik mayoritas

responden stage 1 yaitu 36,7% dengan nilai rata – rata 92 mmHg.


22

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hartanti (2016) sebelum melakukan

tindakan relaksasi nafas dalam nilai tekanan darah sistolik sebesar 156,46 mmHg dan

nilai tekanan darah diastolik sebesar 93 mmHg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lutfi (2019) tentang efektifitas

teknik relaksasi nafas dalam atau deep breathing dalam menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi didapatkan bahwa sebelum melakukan teknik relaksasi nafas

dalam nilai tekanan darah sistolik sebesar 174,41 mmHg dan nilai tekanan darah

diastolik sebesar 103,82 mmHg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rasyidah (2018) tentang

pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi

di Kota Jambi didapatkan hasil bahwa sebelum melakukan tindakan relaksasi nafas

dalam nilai sistolik sebesar 151,18 mmHg dan nilai diastolik sebesar 91,18 mmHg.

Menurut Sentana (2015) semakin meningkat dengan bertambahnya usia maka

resiko tekanan darah akan semakin meningkat karena disebabkan kurangnya

berolahraga, diit rendah garam, kurangnya asupan mkanan contohnya sayur-sayuran

dan buah-buahan, mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan merokok.

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa tekanan darah yang

dialami oleh pasien hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor usia dan faktor

makanan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia ≥18 tahun

keatas.
23

3.2.2 Nilai rata – rata tekanan darah sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas

dalam pada responden

Berdasarkan penelitian Luluk (2019) didapatkan bahwa adanya penurunan

nilai rata – rata tekanan darah pada ≥18 tahun keatas sesudah dilakukan teknik

relaksasi nafas dalam yaitu sebesar 142,56 mmHg dengan standar post sistolik 11,676

dan nilai tekanan darah pada diastolik yaitu sebesar 84,80 mmHg dengan standar post

diastol 12,203.

Berdasarkan peneilitian yang dilakukan oleh Lisavina dan Ela (2018)

mengatakan bahwa adanya penurunan nilai rata – rata pada tekanan darah sesudah

diberikan teknik relaksasi nafas dalam sistolik yaitu 141,69 mmHg dan diastolik yaitu

83,39 mmHg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2020) didapatkan hasil

bahwa nilai responden sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam mengalami

penurunan menjadi 120 mmHg dan rata- rata nilai diastolik sesudah dilakukan teknik

relakasasi nafas dalam yaitu menjadi 74,33 mmHg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartanti (2016) didapatkan hasil

bahwa nilai sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam sistolik mengalami

penurunan sebesar 138 mmHg dan nilai diastolik sebesar 86,46 mmHg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lutfi (2019) didapatkan hasil

bahwa sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam sistolik sebesar 154,71 mmHg

dan nilai tekanan darah pada diastolik sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam

sebesar 89,41 mmHg.


24

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rasyidah (2018) didapatkan hasil

bahwa sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam sistolik sebesar 140,00 mmHg

dan nilai pada diastolik sebesar 88,24 mmHg.

Tekanan darah pada pasien hipertensi terdapat dua terapi yaitu terapi

farmakologis dan terapi nonfarmakologis. Salah satu tindakan yang dapat

menurunkan tekanan darah adalah terapi nonfarmakologis yaitu dengan

menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Untuk melakukan teknik relaksasi nafas

dalam ini diantaranya ditempat yang tenang dan nyaman sehingga responden dapat

melakukan dengan rileks dan dapat tercapai tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam

ini (Nurman, 2017).

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa memang adanya

pengaruh saat diberikan teknik relaksasi nafas dalam, responden akan mengalami

keregangan otot dan merasakan rileks pada tubuh saat diberikan teknik relaksasi

tersebut.

3.2.3 Perbandingan sebelum dan sesudah saat diberikan intervensi teknik

relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usia dewasa

dengan pasien hipertensi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luluk (2019) perbandingan nilai

mean sebelum dan sesudah diterapkan teknik relaksasi nafas dalam yaitu pre systole

153,80 mmHg dengan standar deviasi 9,211 dan post systole 142,56 mmHg dengan
25

standar deviasi 11,676 nilai mean pre diastole 94,40 mmHg dengan standar deviasi

10,206 dan post diastole 84,80 mmHg dengan standar deviasi 12,203.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lisavina dan Ela(2018)

perbandingan nilai mean sebelum dan sesudah diterapkan teknik relaksasi nafas

dalam yaitu pre systole 149,20 mmHg dengan standar deviasi 3,010 dan post systole

141,69 mmHg dengan standar deviasi 2,365 nilai mean pre diastole 89,24 mmHg

dengan standar deviasi 3,053 dan post diastole 83,39 mmHg dengan standar deviasi

2,378.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2020) perbandingan nilai

mean sebelum dan sesudah diterapkan teknik relaksasi nafas dalam yaitu pre systole

161,00 mmHg dan post systole 120,00 mmHg dan nilai mean pre diastole 92,00

mmHg dan post diastole 74,33 mmHg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartanti (2016) perbandingan

nilai mean sebelum dan sesudah diterapkan teknik relaksasi nafas dalam yaitu pre

systole 156,46 mmHg dan post systole 138,00 mmHg dengan selisih 18,46 nilai mean

pre diastole 93 mmHg dan post diastole 84,46 mmHg dengan selisih 6,54.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lutfi (2019) perbandingan nilai

mean sebelum dan sesudah diterapkan teknik relaksasi nafas dalam yaitu pre systole

174,41 mmHg dengan standar deviasi 19,706 dan post systole 154,71 mmHg dengan

standar deviasi 7,171 nilai mean pre diastole 103,82 mmHg dengan standar deviasi

14,412 dan post diastole 89,41 mmHg dengan standar deviasi 5,040.
26

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rasyidah (2018) perbandingan

nilai mean sebelum dan sesudah diterapkan teknik relaksasi nafas dalam yaitu pre

systole 151,18 mmHg dan post systole 140,00 mmHg nilai mean pre diastole 91,18

mmHg dan post diastole 88,24 mmHg.

Menurut Tawang (2017) yang berjudul pengaruh teknik relaksasi nafas dalam

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi sedang - berat di Kandou

mengatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi cara ini sangat efektif. Terapi ini sangat baik dilakukan setiap

hari, karena dapat membantu relaksasi otot tubuh terutama pada pembuluh darah

sehingga dapat mempertahakan elastisitas pembuluh darah supaya dapat membantu

menurunkan tekanan darah.

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa memang adanya

perbandingan sebelum dan sesudah melakukan teknik relaksasi nafas dalam pada

pasien hipertensi, karena ketika seseorang menarik nafas perlahan maka akan terjadi

peregangan kardiopulmunori sehingga akan merangsang syaraf parasimpatis dan

menyebabkan jantung akan mensuplai oksigen keseluruh tubuh.

3.2.4 Pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah saat diberikan intervensi

teknik relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usia

dewasa dengan pasien hipertensi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luluk (2019) menunjukkan

bahwa terdapat nilai pengaruh yang signifikan dalam penurunan tekanan darah
27

sebelum dan sesudah diterapkan teknik relaksasi nafas dalam nilai nilai p-value

sistolik dan diastolik 0,000.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lisavina dan Ela (2018) bahwa

tingkat kepercayaan yang diambil menggunakan paired sample T-test didapatkan

nilai p value pada tekanan darah sistolik sebesar 0,000 dan nilai p value diastolik

sebesar 0,000 dapat disimpulkan tingkat kepercayaan 95% diyakini yang berarti

adanya pengaruh pada relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2020) bahwa tingkat

kepercayaan yang diambil menggunakan paired sample T-test didapatkan nilai p

value 0,000 (0,05) dengan tekanan darah sistolik pada stage 2 sebesar 56,7% dan

tekanan darah diastolik sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam turun menjadi

normal sebesar 76,7%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartanti (2016) bahwa tingkat

kepercayaan yang diambil menggunakan paired sample T-test didapatkan nilai p

value pada tekanan darah sistolik sebesar 0,001 dan nilai p value diastolik sebesar

0,001 dari tingkat kepercayaan 95% dengan p value 0,05 yang berarti adanya

pengaruh pada relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lutfi (2019) menunjukkan

bahwa adanya penurunan tekanan darah sehingga didapatkan nilai p value pada

sistolik sebesar 0,000 atau (p<α = 0,05) dan nilai p value pada diastolik sebesar 0,000

atau (p<α = 0,05).


28

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rasyidah (2018) bahwa tingkat

kepercayaan yang diambil menggunakan paired sample T-test didapatkan nilai p

value pada tekanan darah sistolik sebesar 0,000 dan nilai p value diastolik sebesar

0,166 dengan p value tekanan darah diastolik 0,05 yang berarti adanya pengaruh pada

relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah.

Menurut Hartono (2019) ketika seseorang menerapkan teknik reaksasi nafas

dalam maka transmitter yang bekerja pada otak akan menghambat dan memutus

rangsangan sehingga akan mengurangi tingkat stress pada responden dan dengan

menggunakan teknik relaksasi nafas dalam ini dapat menurunkan aktivitas pada saraf

simpatis sehingga dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga keadaan

menjadi rileks.

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan bahwa adanya pengaruh teknik

relaksasi nafas dalam sebelum dan setelah dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam

dan efektif dalam menurukan tekanan darah pada pasien hipertensi karna dari kerja

teknik relaksasi nafas dalam ini penurunan denyut jantung dan kontraksi pada

jantung. Hal ini dikarenakan, ketika kita melakukan teknik relaksasi nafas dalam

dengan rileks dan tenang maka penurunan seksresi pada hormon CRH (cortocotropin

releasing hormone) dan ACTH (adrenocorticotropic hormone) menurun di

hipotalamus sehingga pengeluaran pada adrenalin dan nonadrenalin berkurang.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan systematic review dari 6 jurnal yang membahas tentang

pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usia dewasa

(± 18 tahun) dengan pasien hipertensi, penulis menarik kesimpulan :

1. Sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi didapatkan

hasil bahwa penderita mengalami nyeri sedang.

2. Sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam penderita hipertensi didapatkan

hasil bahwa penderita hipertensi mengalami nyeri ringan.

3. Adanya perbandingan sebelum dan sesudah saat diberikan intervensi teknik

relaksasi nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usia dewasa dengan

pasien hipertensi.

4. Adanya pengaruh sebelum dan sesudah saat diberikan intervensi teknik relaksasi

nafas dalam terhadap nilai tekanan darah pada usia dewasa dengan pasien

hipertensi.

29
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz & Musrifatul. (2016) Buku ajar ilmu keperawatan dasar. Jakarta: Salemba

Medika.

Anggraini, Yanti. (2020) ‘Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tekan

an Darah Pada Pasien Hipertensi Di Jakarta’, jurnal JKFT : Universit as

Muhammadiyah Tangerang, Vol. 5, No. 1.

Buntan , Dkk. (2019) ‘Faktor-faktor risiko kejadian hipertensi nelayan di Desa Mala

dan Mala Timur Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud’,

jurnal Kesmas, Vol. 7(4).

Cahyanti, Dkk. (2019) ‘Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nilai

Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rsud dr. Soeratno Gemolong

Tahun 2018’, Jurnal Profesi Keperawatan Akademi Keperawatan Krida

Husada Kudus, Vol. 6 No. 1. Available at: http://jurnal.akperkridahusada.ac

.id/index.php/jpk/article/view/63.

CDC. (2016) ‘Division for heart and stroke prevention: High blood pressure fact

sheet’, in Centers for Disease Control and Prevention.

Dinkes. (2017) Profil kesehatan provinsi sumatera selatan. Available at: https://ww

w.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://dinkes.palembang.go

id/tampung/dokumen/dokumen-150274.pdf&ved=2ahUKEwiU042UyOrAh
WHT30KHUQtAp4QFjABegQIDRAC&usg=AOvVaw1sbXkP0857y-y80s

IEscvK. Diakses Pada Tanggal 06 Agustus 2020.

Hartanti, Dkk. (2016) ‘Terapi Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Tekanan Darah

Pasien Hipertensi’, Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK), Vol. IX, No. 1, ISSN :

1978-3167.

jain, Ritu. (2017) Pengobatan Alternatif Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Jayadi . (2017) ‘Tentang perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah dilakukan

pernafasan diafragma (dhiapragmatic breathing) pada penderita hipertensi

esensial di Puskesmas Kalongan Kecamatan Ungaran Timur’.

Juwita, L & Ela Efriza. (2018) ‘Pengaruh Nafas Dalam Terhadap Tekanan Darah

Pada Pasien Hipertensi’, Real in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2

Available at: https://ojs.fdk.ac.id/ index.php/nursing/index.

Lutfi, B. (2019) ‘Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam (DEEP BREATHING)

Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas

Cibatu Kabupaten Garut’, Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra

Kencana Tasikmalaya, Vol. 3, No.1 P-ISSN: 2599-0055, E-ISSN: 2615-19

87. Available at: http://garuda.ristekbrin.go.id/journal/view/ 18851?page=4.

Muttaqin, Arif. (2015) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurman, Muttaqin. (2017) ‘Efektifitas Antara Terapi Relaksasi Otot Progresif Dan

Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi Di Desa Pulau Birandang Wilayah Kerja Puskesmas

Kampar Timur Tahun 2017’, Jurnal Ners, Vol.1(2)..

Prandika, R. (2018) Efektivitas teknik pernafasan diafragma terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi di ruangan interne rsud dr adnan wd

payakumbuh tahun 2018. Padang: STIK Perintis Padang.

Putra, W. S. (2015) Sehat dengan terapi refleksi & herbal di rumah sendiri.

Yogyakarta: Kata Hati.

Qing Wu (2020) Effect of voluntary breathing exercises on stable coronary artery

disease in heart rate variability and rate – pressure product: a study

protocol for a single – blind,prospective, randomized controlled trial. China:

Department Of Cardionlogy, The First Affiliated Hospital of Soochow

University.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018) ‘Badan penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI tahun 2015’.

Sentana (2015) ‘Tentang pengaruh relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Dasan Agung Mataram’.


Sumiati, N. (2018) Ketidakpatuhan pola makan pada pasien hipertensi di kota mal

ang, Doctoral dissertation. Malang: University of Muhammadiyah Malang.

Suwardianto, H. (2017) ‘Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam (deep breathing)

terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di puskesmas

kota wilayah selatan kota Kediri’, Jurnal stikkes rs baptis Kediri, Vol.4,

No.1.

WHO (2015) Hipertensi. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/d

etail/hypertension.

Yonaya, D. (2016) ‘Hipertensi Sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke’, Vol. 5,

No. 3.
LAMPIRAN
JPK P-ISSN 2355-8040
Jurnal Profesi Keperawatan Vol. 6 No. 1 Januari 2019
Akademi keperawatan Krida Husada Kudus

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rsud Dr. Soeratno
Gemolong Tahun 2018

Luluk Cahyanti1
Febriyanto2
1
Dosen Akper Krida Husada Kudus
2
Mahasiswa Akper Krida Husada Kudus
Email:lulukabbas.lc@gmail.com

ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi suatu masalah kesehatan
yang serius dan perlu diwaspadai. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang di tunjukkan melalui angka
sistolik dan diastolik. Tekanan darah di ukur menggunakan alat sphygmomanometer
digital. Tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi dapat diatasi dengan terapi
farmakologi dan non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi adalah teknik
relaksasi nafas dalam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunana tekanan darah pada pasien hipertensi.
Jenis penelitian ini yang digunakan adalah pra experiment dengan desain one grup
pretest posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi di
RSUD dr. Soeratno Gemolong dengan sampel sebanyak25pasien. pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Data yang
didapatkan kemudian diolah menggunakan uji beda yaitu paired sample T-test dengan
tingkat kepercayaan yang diambil sebesar 95% dengan α<5% (0,05). Hasil penelitian
dengan SPSS menunjukkan Ada pengaruh yang signifikan antara tekanan darah
sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi.
Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam sebesar 153,80 mmHg dan 142,56 mmHg. Sedangkan pada tekanan darah
diastolik sebelum dan sesudah sebesar 94,40 mmHg dan 84,80 mmHg. Ada pengaruh
yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam pada pasien hipertensi yaitu p value 0,000 (p< 0,000).

Kata Kunci: hipertensi, tekanan darah, teknik relaksasi nafas dalam

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 61


ABSTRACT

Background: Hypertension is a non-communicable disease that becomes a serious


health problem and needs to be wary of. Hypertension is a condition in which a person
experiences an increase in blood pressure above normal which is indicated through
systolic and diastolic numbers. Blood pressure is measured using a digital
sphygmomanometer device. High blood pressure in hypertensive patients can be
treated with pharmacological and nonpharmacological therapy. One of the non-
pharmacological therapies is the deep breathing relaxation technique. The purpose of
this study was to determine the effect of deep breathing relaxation techniques on blood
pressure lowering in hypertensive patients. This type of research used is pre
experiment with one group pretest posttest design. Population in this research is all
patient of hypertension in RSUD dr. Soeratno Gemolong with a sample of 25 patients.
The sampling technique used in this research is accidental sampling. The data
obtained were then processed using different test ie paired sample T-test with a
confidence level of 95% with α <5% (0.05). The results of the study with SPSS showed
There was a significant influence between blood pressure before and after the
technique of deep breathing relaxation in hypertensive patients. The mean systolic
blood pressure before and after the technique of deep breathing relaxation was 153,80
mmHg and 142,56 mmHg. While at diastolic blood pressure before and after of 94.40
mmHg and 84.80 mmHg. There was a significant influence between blood pressure
before and after the technique of deep breathing relaxation in patients with
hypertension is p value 0,000 (p <0.000).

Keywords: Hypertension, blood pressure, deep breathing relaxation technique

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 62


PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang
menjadi suatu masalah kesehatan yang serius dan perlu di waspadai. Penyakit
darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka
systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.1
Angka kejadian hipertensi di dunia cukup tinggi yaitu 10% dari seluruh
populasi dunia mengalami hipertensi. Di Amerika Serikat populasi orang dewasa
yang menderita hipertensi antara 20% sampai 25%. Dari populasi ini 90% sampai
95% menderita hipertensi primer, artinya alasan terjadi peningkatan tekanan darah
tidak diketahui penyebabnya. Data statistik terbaru menyatahkan bahwa terdapat
24,7% penduduk Asia tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke
atas mengalami hipertensi pada tahun 2014.2 Menurut Riskedas Tahun (2013) di
Indonesia terjadi peningkatan prevalensi hipertensi. Secara keseluruhan Prevalensi
hipertensi di Indonesia tahun 2013 yang di dapat melalui pengukuran pada umur ≥
18 tahun sebesar 26,5%. Sedangkan Jawa Tengah didapatkan prevalensi hipertensi
sebesar 26,4%. Angka kejadian hipertensi di Kabupaten Kudus adalah tinggi. Hal ini
dibuktikan data yang diperoleh dari rekam medik rekap pelayanan rawat inap RSUD
dr. Soeratno Gemolong didapatkan bahwa pasien hipertensi pada tahun 2014
sebanyak 487 pasien, pada tahun 2015 sebanyak 303 pasien, pada tahun 2016
sebanyak 329 pasien. Di tahun 2017 selama bulan Januari-Maret jumlah penderita
hipertensi sebanyak 74 pasien.
Menurut Carpenito (2009) bahwa penyakit hipertensi atau penyakit tekanan
darah tinggi terkadang tidak disadari oleh penderita. Dalam kenyataannya, 50 %
penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas, apalagi bila masih dalam
taraf awal. Gejala-gejala yang sering timbul antara lain pusing, sakit kepala,
mimisan secara tiba-tiba, dan tengkuk terasa pegal. Hipertensi tidak menunjukan
gejala awal, satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan
pengontrolan tekanan darah.
Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi pada sepanjang pembuluh
darah yang dipompa oleh jantung.3 Tekanan darah umumnya diukur dengan alat

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 63


yang disebut sphygmomanometer. Tekanan darah normal adalah di bawah 120/80,
tekanan darah antara 120/80 dan 139/89 di sebut pra-hipertensi, tekanan darah
140/90 atau di atasnya dianggap tinggi. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah
kondisi terjadinya
peningkatan tekanan darah. Tekanan darah tinggi ditandai dengan keadaan tekanan
darah yang tinggi secara terus-menerus, yaitu 140/90 mmHg atau lebih. Tekanan
darah tinggi menyebabkan jantung harus ekstra memompa darah ke arteri sehingga
pada akhirnya jantung akan rusak. 3
Menurut Carpenito (2009) bahwa tujuan penanganan pasien dengan
hipertensi adalah menurunkan tekanan darah mendekati normal. 4 Untuk
menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologis (medis) seperti pemberian obat antihipertensi, dan
untuk terapi non farmakologi dapat diberikan sebagai penunjang medis seperti
teknik relaksasi nafas dalam, guided imaginary dan meditasi. Relaksasi merupakan
perasaan bebas secara mental dan fisik dari ketergantungan atau stres yang
membuat individu memiliki rasa kontrol terhadap dirinya. Teknik relaksasi dapat
digunakan pada fase apa saja ketika sehat atau sakit. Perubahan fisiologi atau
perilaku yang berhubungan dengan relaksasi yang mencakup menurunnya denyut
jantung, tekanan darah, dan kecepatan pernafasan, meningkatnya kesadaran
secara global, menurunnya kebutuhan oksigen, perasaan damai, serta menurunnya
ketegangan otot, dan kecepatan metabolisme. 5
Menurut penelitian Hartanti, dkk (2016) menunjukkan ada pengaruh terapi
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di
Desa Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. 6 Didapatkan nilai pvalue
tekanan darah sistolik 0,001 dan p value tekanan darah diastolik 0.001. Hal ini
menunjukkan terapi relaksasi nafas dalam efektif menurunkan tekanan darah pasien
hipertensi. Terapi relaksasi dapat menurunkan tekanan darah dan tanpa adanya
efek samping atau kontra indikasi seperti pada terapi dengan menggunakan obat
anti hipertensi. Melalui teknik relaksasi seperti teknik relaksasi nafas dalam secara
otomatis akan merangsang sistem saraf simpatis untuk menurunkan kadar zat
ketokolamin yang mana ketokolamin adalah suatu zat yang dapat menyebabkan
konstriksi pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Ketika aktivitas sistem saraf simpatis turun karena efek relaksasi maka
produksi zat katekolamin akan berkurang sehingga menyebabkan dilatasi pembuluh

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 64


darah dan akhirnya tekanan darah menurun. Dalam menurunkan tekanan darah
sebaiknya dilakukan terlebih dahulu dengan metode non farmakologi yaitu teknik
relaksasi nafas dalam, apabila terlalu sering menggunakan metode farmakologis
seperti pemberian obat-obatan anti hipertensi, dikhawatirkan akan menimbulkan
dampak ketergantungan terhadap obat-obatan dan lama-kelamaan akan
memperberat kerja sistem ginjal.6
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi di RSUD dr. Soeratno Gemolong.

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 65


METODE
Jenis penelitian ini adalah pra experiment dan rancangan penelitian
menggunakan desain one grup pretest posttest yang mempunyai tujuan
mengungkapkan hubungan sebab akibat tanpa melibatkan kelompok kontrol.
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang dirawat inap di
RSUD dr. Soeratno Gemolong pada bulan Januari - Maret 2017. Adapun jumlah
sampelnya sebanyak 25 pasien, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel
accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Soeratno Gemolong pada
tanggal 17 Juni - 16 Juli 2017. Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah
menggunakan alat ukur yang baku atau standar yaitu menggunakan
sphygmomanometer digital dengan merk Arm Style J-003, standar operasional
prosedur (SOP) teknik relaksasi nafas dalam, dan lembar observasi pengukuran
tekanan darah pre test dan post test. Teknik relaksasi nafas dalam diberikan selama
7 menit. Data dianalisis menggunakan uji paired t-test.

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 66


HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai pengaruh
teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi di RSUD dr. Soeratno Gemolong pada tanggal 17 Juni sampai dengan 16
Juli 2018, didapatkan 25 pasien yang memenuhi kriteria inklusi seperti di bawah ini:
1. Analisa Univariat
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Tindakan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Hipertensi (n=25)
TD n Mean SD Min-Max 95% CI
Pre Sistole 25 153,80 9,211 142-170 150,00-157,60
Pre Diastole 25 94,40 10,206 77-121 90,19-98,61

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari 25 pasien hipertensi,


didapatkan rata-rata tekanan darah pre sistol sebesar 153,80 mmHg dan
tekanan darah pre diastol sebesar 94,40 mmHg dan standart deviasi pre
sistol sebesar 9,211 dan pre diastol sebesar 10,206. Hasil tekanan darah pre
sistol pada pasien hipertensi didapatkan nilai terendah adalah 142 mmHg
dan nilai tertinggi 170 mmHg, sedangkan hasil tekanan darah pre diastol
pada pasien hipertensi didapatkan nilai terendah adalah 77 mmHg dan nilai
tertinggi 121 mmHg. Dari Hasil estimasi interval dapat disimpulkan 95%
dinyakini bahwa rata-rata tekanan darah pre sistol pada pasien hipertensi
adalah 150,00 sampai dengan 157,60 sedangkan pre diastol 90,19 sampai
98,61.
Tabel 1.2
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sesudah Dilakukan Tindakan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Hipertensi (n=25)

TD n Mean SD Min-Max 95% CI


Post Sistole 25 142,56 11,676 126-163 137,74- 147,38
Post Diastole 25 84,80 12,203 63-111 79,76-89,84

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 67


Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa dari 25 pasien hipertensi,
didapatkan rata-rata tekanan darah post sistol sebesar 142,56 mmHg dan
tekanan darah post diastol sebesar 84,80 mmHg dan standart deviasi post
sistol sebesar 11,676 dan post diastol sebesar 12,203. Hasil tekanan darah
post sistol pada pasien hipertensi didapatkan nilai terendah adalah 126
mmHg dan nilai tertinggi 163 mmHg, sedangkan hasil tekanan darah post
diastol pada pasien hipertensi didapatkan nilai terendah adalah 63 mmHg
dan nilai tertinggi 111 mmHg Dari Hasil estimasi interval dapat disimpulkan
95% dinyakini bahwa rata-rata tekanan darah post sistol pada pasien
hipertensi adalah 137,74 sampai dengan 147,38 sedangkan post diastol
79,76 - 89,84.
2. Analisa Bivariat
Tabel 1.3
Pengaruh Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Pada Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi (n=25)

Variabel N Mean SD T p value

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 68


Pre TD
25 153,80 9,211
(Sebelum) Sistole 10,036 0,000
Post TD
25 142,56 11,676
(Sesudah) Sistole
Pre TD
25 94,40 10,206
(Sebelum) Diastole 5,965 0,000
Post TD
25 84,80 12,203
(Sesudah) Diastole

Berdasarkan tabel 1.3 hasil analisa uji statistik rata-rata tekanan


darah sistolik sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
sebesar 153,80 mmHg dan 142,56 mmHg. Sedangkan pada tekanan darah
diastolik sebelum dan sesudah sebesar 94,40 mmHg dan 84,80 mmHg
dengan nilai t hitung sistolik dan diastolik adalah 10,036 dan 5,965 (t hitung <
t tabel), serta hasil analisa diperoleh tekanan sistolik p value = 0,000 (p
<0,05) dan tekanan diastolik p value = 0,000 (p <0,05) maka dapat
dinyatakan ada pengaruh yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan
sesudah teknik relaksasi nafas dalam.

PEMBAHASAN
1. Analisa Univariat (Rata-Rata Tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi di RSUD dr.
Soeratno Gemolong)
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 25 pasien hipertensi
rata-rata tekanan darah sistol sebelum dilakukan tindakan teknik relaksasi nafas
dalam adalah 153,80 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastol sebelum
dilakukan tindakan teknik relaksasi nafas dalam adalah 94,40 mmHg. Sedangkan
rata-rata tekanan darah sistol sesudah dilakukan tindakan teknik relaksasi nafas
dalam adalah 142,56 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastol sesudah
dilakukan tindakan teknik relaksasi nafas dalam adalah 84,80 mmHg. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 69


pada pasien hipertensi sesudah dan sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam.
Hal ini didukung dengan Penelitian yang dilakukan oleh Putra, dkk (2013)
dengan judul Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten
Magetan dengan hasil bahwa terdapat perbedaan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah melakukan nafas dalam.
Dimana p-value sistolik = 0,000 dan p-value diastolik = 0,000. Dari hasil analis
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah jenis kelamin, umur, dan
pendidikan.7
2. Analisa Bivariat (Pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
di RSUD dr. Soeratno Gemolong)
Hasil analisis didapatkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi di RSUD dr.
Soeratno Gemolong. Hal ini dibuktikan dengan p value 0,000 (p<0,05).
Berdasarkan rata-rata didapatkan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi sebesar 153,80
mmHg dan 142,56 mmHg. Sedangkan pada tekanan darah diastolik sebelum dan
sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi sebesar
94,40 mmHg dan 84,80 mmHg.
Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Tawang, dkk
(2013) dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sedang-Berat Di Ruang Irina
C BLU PROF. DR. R. D Kandou Manado diperoleh hasil yaitu terjadi penurunan
nilai tekanan darah sistolik dengan nilai p value= 0,000 hal ini menunjukkan ada
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi sedang-berat di ruang Irina C BLU PROF. DR. R. D Kandou
Manado.8

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 70


Menurut Hartono (2007) dengan adanya relaksasi dapat mengurangi stress
karena terjadi melalui kerja transmiter yang ada di otak, dengan cara
menghambat dan memutus rangsangan penyebab stres, sehingga rangsangan
mencapai otak bawah sadar menjadi kecil atau bahkan dihilangkan. Relaksasi
juga dapat merangsang munculnya zat kimia yang mirip dengan beta blocker di
saraf tepi yang dapat menutup simpul-simpul saraf simpatis, selanjutnya berguna
untuk mengurangi ketegangan dan menurunkan tekanan darah. 9
Menurut hasil penelitian dan teori di atas maka peneliti berpendapat
bahwa terdapatnya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi. Hal ini dikarenakan, ketika melakukan
teknik relaksasi nafas dalam dengan keadaan tenang dan rileks yang dilatih
selama 7 menit kepada responden maka sekresi CRH (corticotropin releasing
hormone) dan ACTH (adrenocorticotrophic hormone) di hipotalamus menurun.
Penurunan sekresi kedua hormon ini menyebabkan aktifitas kerja saraf simpatis
menurun, sehingga pengeluaran adrenalin dan noradrenalin berkurang.
Penurunan adrenalin dan noradrenalin mengakibatkan terjadi penurunan denyut
jantung, pembuluh darah melebar, tahanan pembuluh darah berkurang, dan
penurunan pompa jantung, sehingga tekanan darah arteri jantung menurun, dan
akhirnya tekanan darah responden juga menurun.
Pada penelitian ini, masih terdapat responden setelah pemberian teknik
relaksasi nafas dalam, tekanan darah sistolik hanya mengalami penurunan 1
mmHg dan dan tekanan diastoliknya tidak mengalami penurunan. Hal ini dapat
dikarenakan beberapa faktor, diantaranya tempat yang kurang tenang dan
nyaman serta kondisi responden yang mengalami penyakit penyerta. Dalam
teknik relaksasi nafas dalam, penyiapan tempat yang tenang dan nyaman sangat
menentukan keberhasilan pemberian teknik relaksasi nafas dalam, karena
dengan menciptakan ketenangan dan kenyamanan maka pelaksanaan dari
pemberian teknik relaksasi nafas dalam dapat dilakukan sesuai dengan prosedur
dan tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam ini dapat tercapai. Sementara
apabila responden mengalami penyakit penyerta akan menjadi faktor penggangu
yang akan menghambat keberhasilan proses relaksasi nafas dalam, karena
responden menjadi kurang siap dan kurang memahami proses teknik relaksasi
nafas dalam yang diberikan.

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 71


Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Assa, dkk (2014) diperoleh hasil
bahwa ada perbedaan hasil pengukuran tekanan darah pada lengan kiri dan
lengan kanan penderita hipertensi didapatkan nilai p value = 0,034 (p< 0,05).
Menurut Perry dan Potter (2010), variasi tekanan darah dapat ditemukan pada
arteri yang berbeda. Variasi normal sering ditemukan pada kedua lengan, tetapi
biasanya 5-10 mmHg. Perbedaan yang lebih dari 10 mmHg merupakan indikasi
terjadinya gangguan vaskuler, dan bila lebih dari 20-30 mmHg pada kedua
lengan tangan, menunjukkan kecurigaan terhadap adanya gangguan organis
aliran darah pada daerah yang tekanan darahnya rendah. Variasi tekanan darah
bertambah seiring dengan bertambahnya tingkat tekanan darah dan usia. 10

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 72


Pada penelitian ini responden diukur tekanan darah pada salah satu
lengan, yaitu lengan kanan atau kiri, tergantung dari letak posisi pemasangan
infus. Berdasarkan hasil penelitian dan teori, peneliti berpendapat bahwa pada
penderita hipertensi akan sangat besar kemungkinana terjadi gangguan vaskuler
yang dapat menyebabkan perbedaan pada hasil pengukuran tekanan darah
antara lengan kiri dan lengan kanan. Dan sebaiknya pengukuran tekanan darah
dilakukan pada kedua lengan.

SIMPULAN DAN SARAN


SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD dr. Soeratno
Gemolong telah dilakukan tabulasi data dan dibahas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Dari 25 pasien didapatkan rata-rata tekanan darah sistole sebelum dilakukan
tindakan teknik relaksasi nafas dalam adalah 153,80 mmHg dan rata-rata
tekanan darah diastole sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah
94,40 mmHg.
2. Dari 25 pasien didapatkan tekanan darah sistole sesudah dilakukan tindakan
teknik relaksasi nafas dalam adalah 142,56 mmHg dan Sedangkan rata-rata
tekanan darah diastole sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah
84,80 mmHg.
3. Ada pengaruh yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi yaitu p value
0,000 (p< 0,000).

SARAN
Saran dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Responden
Pasien dengan hipertensi sebaiknya melakukan pemeriksaan tekanan darah
secara rutin tanpa menunggu adanya gejala lain yang muncul. Dan rutin untuk
melakukan terapi non farmakologi berupa teknik relaksasi nafas dalam untuk
menurunkan tekanan darah.

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 73


2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu bagi
perpustakaan dan dapat menjadi literatur bagi peneltian mendatang.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah jumlah sampel dan perlu
dikembangkan dengan terapi komplementer lain seperti guided imaginary dan
meditasi untuk pasien dengan hipertensi
4. Bagi Rumah Sakit
Disarankan kepada pihak rumah sakit, untuk menyusun standar operasional
prosedur (SOP) teknik relaksasi nafas dalam sebagai terapi untuk menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wahdah, Nurul. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes (Mendeteksi, Mencegah,
dan Mengobati dengan Cara Medis dan Herbal). Yogyakarta: Multi press. 2011.
2. WHO. Cardiovascular diseases (CVDs). 2015
3. Putra, W. S. Sehat dengan Terapi Refleksi & Herbal di Rumah Sendiri.
Yogyakarta: Kata hati. 2015
4. Carpenito, L. J. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis. Jakarta: EGC.
2009
5. Potter, Perry. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 3. Jakarta: Salemba
Medika. 2009
6. Alimansur, M,. Anwar M. C. Efek Relaksasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 2 No. 1 November 2013
ISSN 2303- 1433
7. Putra, E. K,. Dkk. Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten
Magetan, Skripsi. 2013
8. Tawang, E., dkk. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sedang-Berat Di Ruang Irina C BLU
Prof. DR. R. D. Kandau Manado. Ejournal keperawatan Vol. 1 No. 1 Agustus
2013

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 74


9. Hartono, L. A. Stres & Stroke. Yogyakarta: Kanisius. [e-book]. Diakses 21 Maret
2017.Darihttp://onesearch.perpusnas.go.id/Record/IOS1INLIS00000000032189
8. 2017
10. Assa, C., Rondonuwu, R., Bidjuni, H. Perbandingan Pengukuran Tekanan
Darah Pada Lengan Kiri dan Lengan Kanan Pada Hipertensi di Ruang Irina C
BLU RSUP PROF. DR. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan Vol. 2 No.
2 Tahun 2014
11. Hartanti, R. D,. Desnanda P. W., Rifqi A. F. Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK).
2016. Vol IX, No. 1, Maret 2016. ISSN: 1978-3167
12. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
13. Palmer, A., Bryan. W. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga. 2007.

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam... Page 75


Volume 1, No. 2
Agustus 2018

REAL in Nursing Journal (RNJ)


Research of Education and Art Link in Nursing Journal

https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/index

Pengaruh Nafas Dalam Terhadap Tekanan


Darah Pada Pasien Hipertensi

Lisavina Juwita & Ela Efriza

Program Studi Pendidikan Ners


STIKes Fort de Kock Bukittinggi, Indonesia
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Juwita, L & Efriza, E (2018). RNJ. 1(2) : 51-59

Pengaruh Nafas Dalam Terhadap Tekanan Darah Pada


Pasien Hipertensi
REAL in Lisavina Juwita & Ela Efriza
Nursing
Journal (RNJ)
Research of E duc ation and Art Link in Nursing J ournal
ABSTRACT
https://ojs.fdk.ac.id/inde
x.php/Nursing/index
Hypertension is a condition in which the blood pressure increase. The purpose
of this research is to know the effect of deep breathing in response to blood
pressure in patients with hypertension. This research used quasi experiment
with one group pre test post test. Population this research was 474. The
number of samples as many as 10 samples with purposive sampling. The
Keywords: difference in average systolic blood pressure in hypertension patients before
deep breathing techniques, and after administering deep breathing techniques was 7,514, with standard
hypertension, deviation 1,190 and value p=0,000 and the difference in avarege diastolic
blood pressure. blood pressure on hypertension patiens before and after administering deep
breathing techniques was 9,400, with standard deviation 3,748 and value
Korespondensi: p=0,000. Based on the above it can be concluded that deep breathing can
Lisavina Juwita decreased blood pressure in hypertensive patients who were given breath
fdklisa@gmail.com technique in the work-area health center Nilam Sari Bukittinggi City. Expected
to apply the techniques of deep breath regularly and choose the peace place.
Stikes Fort De Kock
Bukittinggi Key words: deep breathing techniques, hypertension, blood pressure.

ABSTRAK
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh teknik nafas dalam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. Metode penelitian
ini adalah quasi eksperimen dengan pendekatan one group pre test dan post test. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua pasien hipertensi DiWilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi yang berjumlah
474 orang. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 10 orang. Hasil
penelitian didapatkan perbedaan rata-rata tekanan darah diastolik adalah 9,400 dengan standar deviasi
3,748 dan nilai p=0,000. Ada pengaruh nafas dalam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi yang
diberi teknik nafas dalam wilayah kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi. Diharapkan dapat melakukan
teknik nafas dalam 1 kali sehari selama 15 menit dan dilakukan 1 kali sehari selama 15 menit dan dilakukan
di tempat yang nyaman.

Kata kunci: Teknik nafas dalam, hipertensi, tekanan darah

51 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Juwita, L & Efriza, E (2018). RNJ. 1(2) : 51-59

PENDAHULUAN hipertensi dinyatakan sebagai lima penyakit tidak


Hipertensi adalah gejala peningkatan menular utama (Jannah, 2013).
tekanan darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah Angka penderita hipertensi di Sumatra
terhambat sampai kejaringan tubuh yang Barat dinyatakan tertinggi diIndonesia dan di
membutuhkan. Penderita tekanan darah tinggi Dunia. Dari hasil penelitian, enam
biasanya terjadi karena kenaikan tekanan darah kabupaten/kota yang tertinggi angka penderita
sistolik dan diastolik. Seseorang dikatakan hipertensinya adalah kota Bukittinggi (41,8%),
tekanan darah tinggi jika tekanan sistolik Kota Padang (29,5%), kota Solok (25%),
mencapai 140 mmHg atau lebih dan tekanan Kabuaten 50 Kota (22,2%), Kabupaten SoloK
diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. (Nur (20,5%), serta Kabupaten Padang Pariaman
2012, p.101). (20,2%). Tiga daerah yang kurang penderita
hipertensinya adalah Kota Payakumbuh (10%)
Badan penelitian kesehatan dunia Kabupaten Mentawai (12,5%), dan Kabupaten
WHO tahun 2012 menunjukan diseluruh dunia Pesisisr Selatan (13%) (Depkes Sumbar, 2010)
sekitar 982 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
mengidap hipertensi dengan perbandingan Berdasarkan Studi pendahuluan yang
26,6% pria dan 26,1% wanita, angka ini di lakukan pada tanggal 16 juni 2014 di
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi
tahun 2025 (WHO,2012). Menurut AHA didapatkan jumlah penderita hipertensi pada
(American Heart Association) di Amerika tekanan tahun 2012 berjumlah 1097 orang, pada tahun
darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga 2013 penderita hipertensi berjumlah 1258 orang
orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta sedangkan pada Bulan Januari- Juni 2014
orang mengidap prehipertensi. Semua orang berjumlah 474 orang. Dari data-data tersebut
yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya dapat disimpulkan bahwa hipertensi salah satu
yang mengetahui keadaannya dan hanya 61% penyakit dengan angka kejadian yang cukup
medikasi (Adi & Muhlisin, 2011). besar.

Prevalensi hipertensi di Indonesia Penanganan untuk mencegah terjadi


berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2007) juga komplikasi dari penyakit hipertensi dapat
menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di dilakukan dengan cara farmakologi dan non
Indonesia berkisar 30% dengan insiden farmakologi. Salah satu tindakan non
komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih banyak farmakologis yang dapat diberikan untuk
pada perempuan (52%) dibandingkan dengan menurunkan tekanan darah pada penderita
laki-laki (48%) (Depkes,2008). Prevalensi hipertensi adalah dengan cara teknik relaksasi
hipertensi di Sumatra Barat berdasarkan hasil nafas dalam (Suwardianto, 2011).
pengukuran tekanan darah adalah 31,2%, Nafas dalam merupakan tindakan yang
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dapat menimbulkan relaksasi bagi
0,9%, dan berdasarkan diagnosis atau riwayat pasien,tindakan ini menggunakan pernafasan
minum obat hipetensi 9,2% (RISKESDAS, 2007). diagfragma dengan cara udara dihembuskan
Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan lewat bibir seperti meniup. Mekanisme relaksasi
Kota Padang pada tahun 2009, dilaporkan nafas dalam pada sistem pernafasan berupa
bahwa hipertensi termasuk dalam 10 penyakit suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi
terbanyak di Padang dengan 36.45 kasus atau pernafasan dengan frekuensi pernafasan
sebesar 8,1% dan merupakan penyakit kematian menjadi 6-10 kali permenit sehingga terjadi
no 5 setelah ketuaan, korban gempa, penyakit peningkatan regangan kardiopulmonari, Impuls
jantung dan DM. Selanjutnya pada laporan aferen dari baroreseptor mencapai pusat
tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang 2010, simpatis (kardioakselerator), sehingga
menyebabkan vasodilatasi sitemik, penurunan
52 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Juwita, L & Efriza, E (2018). RNJ. 1(2) : 51-59

denyut dan daya kontraksi jantung. Keadaan METODE PENELITIAN


tersebut mengakibatkan penurunan volume
sekuncup curah jantung. Pada otot rangka Data diperoleh melalui rekam medis
beberapa serabut vasomotor mengeluarkan Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi.
asetilkolin yang menyebabkan dilatasi pembuluh Responden dalam penelitian ini adalah
darah. Akibat dari penurunan curah jantung, masyarakat penderita hipertensi. Jumlah
kontraksi serat-serat otot jantung, dan volume populasi pasien hipertensi sebanyak 474 orang.
darah membuat tekanan darah menjadi menurun Cara pengambilan sampel menggunakan tehnik
(Suwardianto, 2011) purposive sampling. Jumlah sampel adalah 10
orang dengan kriteria inklusi usia 45 - 55 tahun,
Beberapa penelitian mengenai nafas Hipertensi stage 1 dan jenis kelamin perempuan.
dalam ini sudah dilakukan di Indonesia. Pada masing-masing responden, sampel
Penelitian tahun 2011 yang telah dilakukan oleh diinstruksikan untuk istirahat dan rileks. Lima
Suwardianto terbukti bahwa relaksasi nafas belas menit sebelum intervensi, dilakukan
dalam dapat menurunkan tekanan darah pada pengukuran tekanan darah dan hasilnya dicatat
penderita hipertensi. Kemudian penelitian juga dalam lembaran hasil pengukuran. Responden
dilakukan di Manado oleh Elrita bahwa terdapat diberikan teknik nafas dalam selama 15 menit,
pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap kemudian responden diminta istirahat. Setelah
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi responden sudah beristirahat selama 15 menit
sedang-berat, dengan melakukan terapi dilakukan lagi pengukuran tekanan darah. Teknik
relaksasi setiap hari dapat membantu relaksasi nafas dalam dilakukan 1 kali sehari selama 7 hari
otot tubuh terutama otot pembuluh darah berturut-turut. Selama penelitian, responden
sehingga mempertahankan elastisitas pembuluh akan diukur tekanan darahnya sebanyak 2 kali
darah arteri. dalam sehari yaitu 15 menit sebelum dan 15
menit sesudah teknik nafas dalam. Penelitian
Sementara itu Peneliti sudah dilaksanakan pada Januari 2015. Desain
melakukan observasi pada tanggal 27 Juli 2014 penelitian menggunakan Quasi Eksperimental
kepada tiga orang pasien hipertensi, mereka dengan metode pendekatan one group pretest
mengatakan penyebab hipertensi terjadi karena posttest (Notoadmojo, 2010). Analisa data
stres dan pola makan yang tidak baik. Pada dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat
ketiga pasien tersebut peneliti juga melakukan dengan uji t-test dependen menggunakan
teknik nafas dalam dan didapatkan adanya program komputer.
penurunan tekanan darah dengan rata-rata 5
mmHg.
HASIL PENELITIAN
Analisa Univariat
Rata-Rata Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sebelum dan Sesudah Teknik Nafas Dalam
Tabel 1 Rata-rata Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sebelum Teknik Nafas Dalam
Variabel Mean SD Minimal -maksimal 95% Cl
Sistolik Sebelum teknik nafas 149,20 3,010 144-155 147,05-151,35
dalam
Diastolik Sebelum teknik
nafas dalam 89,24 3,053 85-93 87,06-91,43
Sistolik Sesudah teknik nafas
dalam 141,69 2,365 137 – 146 139,99-143,38
Diastolik Sesudah teknik
nafas dalam 83,39 2,378 80-87 81,68-85,09
53 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Juwita, L & Efriza, E (2018). RNJ. 1(2) : 51-59

Rata-rata tekanan darah sistolik pada pasien pada pasien hipertensi sebelum teknik nafas
hipertensi sebelum teknik nafas dalam di dalam di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari
Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Kota Bukittinggi Tahun 2015 adalah 89,24
Bukittinggi Tahun 2015 adalah 149,20 dengan dengan standar deviasi 3,053. Dari hasil estimasi
standar deviasi 3,010. Dari hasil estimasi interval interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata rata-rata tekanan darah diastolik pada pasien
tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi hipertensi sebelum teknik nafas dalam berada
sebelum teknik nafas dalam berada pada pada rentang nilai 87,06-91,43. Dengan nilai
rentang nilai. 147,05-151,35. Dengan tekanan diastolik minimal adalah 85 dan maksimal adalah
darah sistolik minimal adalah 144 dan maksimal 93.
adalah 155. Rata-rata tekanan darah diastolik
Rata-rata tekanan darah sistolik pada pasien pada rentang nilai 81,68-85,09. Dengan tekanan
hipertensi sesudah pemberian teknik nafas darah diastolik minimal adalah 80 dan maksimal
dalam di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari adalah 87.
Kota Bukittinggi Tahun 2015 adalah 141,69
dengan standar deviasi 2,365. Dari hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini Analisa Bivariat
rata-rata tekanan darah sistolik pada pasien Rata-rata tekanan darah diastolik pada pasien
hipertensi sesudah teknik nafas dalam berada hipertensi sebelum dan sesudah teknik nafas
pada rentang nilai 139,99-143,38. Dengan dalam di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari
tekanan darah sistolik minimal adalah 137 dan Kota Bukittinggi Tahun 2015 adalah 5,857
maksimal adalah 146. dengan standar deviasi 1,006. Dari hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
rata-rata tekanan darah diastolik pada pasien
Rata-rata tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah teknik nafas
hipertensi sesudah pemberian teknik nafas dalam berada pada rentang nilai 5,138 – 6,577.
dalam di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Dengan tekanan darah diastolik sebelum nilai
Kota Bukittinggi Tahun 2015 adalah 83,39 minimal adalah 85 dan maksimal adalah 93.
dengan standar deviasi 2,378. Dari hasil estimasi Dengan tekanan darah diastolik sesudah nilai
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini minimal adalah 80 dan maksimal adalah 87. Nilai
rata-rata tekanan darah diastolik pada pasien p=0,000.
hipertensi sesudah teknik nafas dalam berada

Tabel 2 Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sebelum dan Sesudah Pemberian Teknik Nafas Dalam

Variabel Mean SD N Minimal - 95% Cl P value


maksimal
Sistolik
Sebelum 10 144-155
7,514 1,190 6,863 – 8,365 0,000
Sistolik
Sesudah 10 137–146
Diastolik
Sebelum 10 85-93
5,857 1,006 5,138 – 6,577 0,000
Diastolik
Sesudah 10 80-87

54 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Juwita, L & Efriza, E (2018). RNJ. 1(2) : 51-59

PEMBAHASAN 165,86 mmHg dan rata -rata tekanan darah


diastole 104,83 mmHg.
Analisa Univariat
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Usia dalam rentang 30 hingga 65 yang dilakukan Tawaang (2013) yang berjudul
tahun terjadi peningkatan tekanan darah pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
sistolik rata-rata 20 mm/Hg disebabkan terhadap penurunan tekanan darah pada
semakin bertambah usia semakin terjadi pasien hipertensi sedang-berat di ruang Irin AC
penurunan elastitas pembuluh darah. Keluhan Blu Prof. Dr. R. D. Kandou, tekanan darah
hipertensi yang dialami responden adalah responden diukur dengan sphygmomanometer
seperti sakit kepala, sulit tidur dan gelisah. clock dan stetoskop dewasa lalu dicatat. Teknik
Hipertensi adalah keadaan relaksasi nafas dalam diajarkan kepada
peningkatan tekanan darah yang memberi responden kelompok eksperimen selama 15
gejala yang akan berlanjut untuk suatu target menit, lalu tekanan darah diukur kembali dan
organ seperti stroke (untuk otak) penyakit dicatat, Kelompok kontrol tidak diberikan
jantung koroner (untuk pembuluh darah perlakuan, hanya pengukuran.
jantung) dan left ventrikel hypertrophy (untuk Penelitian ini sejalan dengan penelitian
otot jantung) dengan target organ di otak yang yang dilakukan Suwardianto &Kurnia (2011)
berupa stroke, dan hipertensi adalah penyebab yang berjudul Pengaruh terapi relaksasi napas
utama stroke (Bustan 2004, p.31). Tingkat dalam (deep breathing) terhadap perubahan
normal untuk tekanan darah adalah dibawah tekanan darah pada penderita hipertensi di
120/80 mmHg, dimana 120 adalah hasil Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri
pengukuran sistolik (tekanan puncak pada didapatkan tekanan darah sistolik sebelum
arteri) dan 80 merupakan hasil pengukuran terapi relaksasi nafas dalam (deep breathing)
diastolic (tekanan minimum dalam pembuluh pada penderita hipertensi kelompok
darah) (Puspito 2012, p.229). eksperimen yaitu 145,00 mmHg, 146,09
Hasil penelitian didapatkan nilai sistolik mmHg. Tekanan darah diastolik sebelum terapi
dalam rentang 140-159 mmHg, dan diastolik relaksasi nafas dalam (deep breathing) pada
dalam rentang 90-99 mmHg. Semua penderita hipertensi kelompok eksperimen
responden berada pada rentang usia 45-55 yaitu 93,00 mmHg, 88,00 mmHg dan 98,00
tahun. mmHg, mode-nya yaitu 90,00 mmHg, 92,00
Penelitian ini sejalan dengan penelitian mmHg dan 96,00 mmHg, dan mean-nya adalah
yang dilakukan oleh Armunanto (2013) berjudul 83,00 mmHg.
pengaruh terapi imajinasi terpimpin terhadap Hipertensi yang dialami responden
perubahan tekanan darah pada pasien disebabkan oleh berbagai faktor seperti
hipertensi di Kelurahan Karangsari Kabupaten konsumsi makanan berkolesterol, aktivitas fisik
Kandal berdasarkan jenis kelamin pria, kurang baik, dan stress. Penyebab terbanyak
terdapat responden sebanyak 10 orang adalah pola makan, responden kurang
(34,5%) dan perempuan terdapat responden mengetahui makanan yang baik dan tidak baik
sebanyak 19 orang (65,5%). Berdasarkan umur untuk penderita hipertensi. Pola makan
Jumlah terbanyak pada responden yang responden yang kurang baik seperti
beruisa antara 56-65 tahun sebanyak 11 mengonsumsi makanan yang bersantan dan
(37,9%) responden dan yang terendah pada berlemak, karena responden berasal dari suku
responden yang berusia antara 46-55 tahun minang yang suka mengonsumsi makanan
sebanyak 8 (27,6%). Hasil statistik yang bersantan dan berlemak, konsumsi yang
menunjukkan tekanan darah pada pasien tidak dibatasi dapat tertumpuk di sepanjang
hipertensi sebelum diberikan terapi imajinasi aliran pembuluh darah, peredaran darah tidak
terpimpin rata-rata tekanan darah sistole lancar mengakibatkan tekanan darah
meningkat. Pola makan yang salah lainnya
adalah konsumsi garam yang berlebihan.
55 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Juwita, L & Efriza, E (2018). RNJ. 1(2) : 51-59

Garam bersifat mengikat air sehingga ekskresi penelitian. Setiap responden mengalami
cairan tubuh meningkat, kondisi ini penurunan yang berbeda-beda tergantung
mengakibatkan darah menjadi kental, tekanan konsentrasi dan respon tubuh responden.
darah pun menjadi meningkat Selain itu, Selama penelitian, semua responden
penyebab lainnya adalah stress, karena ketika mampu berkonsentrasi, namun butuh waktu
stress, meningkatkan tegangan aliran dan tempat yang nyaman untuk menciptakan
pembuluh darah sehingga vasokontriksi, maka konsentrasi responden. Selama penelitian tidak
terjadi peningkatan tekanan darah secara ditemukan hambatan yang berarti, namun ada
bertahap. Responden mengatakan untuk beberapa responden yang lebih suka bercerita
mengatasi hipertensi yang dialaminya, hal yang kepada peneliti, sehingga sulit untuk mengajak
dilakukan adalah mengonsumsi obat-obatan responden berkonsentrasi. namun dibawah
antihipertensi, mengonsumsi ramuan herbal bimbingan peneliti dan komunikasi yang baik
dan istirahat. Tidak ada satu pun responden membuat semua responden melakukan teknik
yang sebelumnya pernah mencoba teknik nafas dalam dengan konsentrasi yang baik.
nafas dalam untuk menurunkan hipertensi yang Responden melakukan teknik nafas dengan
dialaminya. teratur selama 15 menit di sore hari dibawah
Sesudah diberikan teknik nafas dalam bimbingan dan arahan peneliti. Responden
semua responden mengalami penurunan mengatakan akan melakukan nafas dalam
tekanan darah. Semua responden antusias secara teratur sesuai yang telah diajarkan serta
mengikuti gerakan teknik nafas dalam yang responden merasa senang melakukannya
dibimbing langsung oleh peneliti. Sebelumnya, karena gerakannya mudah dan tanpa biaya
responden diajak berbincang-bincang seputar namun hasilnya bermanfaat mengurangi
keluhan yang dirasa dan diagnosa hipertensi keluhan yang selama ini dirasakan dan tanpa
yang dialami, didapatkan semua responden efek samping.
tidak mengetahui teknik nafas dalam mampu Nafas dalam merupakan tindakan yang
menurunkan tekanan darah. Responden dapat menimbulkan relaksasi bagi pasien,
diminta mengisi format persetujuan menjadi tindakan ini menggunakan pernafasan
responden. Langkah selanjutnya responden diafragma dengan cara udara dihembuskan
bersama peneliti memutuskan tempat untuk lewat bibir seperti meniup (Sigalingging, 2013).
melakukan teknik nafas dalam, dalam ruangan Relaksasi nafas dalam kebebasan mental dan
yang nyaman dengan aliran oksigen yang fisik dari ketegangan dan stress. Teknik
lancar melalui ventilasi terbuka atau ruangan relaksasi nafas dalam ini menganjurkan klien
terbuka yang tenang dan nyaman bagi untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-
responden. Responden disugesti untuk paru dengan udara menghembuskan secara
melepaskan masalah yang dipikirkan, perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki,
kosongkan pikiran responden hingga perut, dan punggung, serta mengulang hal
merasakan kenyamanan. Responden diminta yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga
menarik nafas dalam melalui hidung dan paru- didapat rasa nyaman, tenang dan rileks (Aziz
paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3 2006, p.221).
selanjutnya perlahan-lahan udara dihembuskan Penelitian ini sejalan dengan penelitian
melalui mulut, tindakan ini dilakukan selama 15 yang dilakukan Suwardianto (2011) yang
menit. berjudul Pengaruh terapi relaksasi napas
Dari 10 responden sesudah pemberian dalam (deep breathing) terhadap perubahan
teknik nafas dalam, didapatkan 6 responden tekanan darah pada penderita hipertensi di
mengatakan rasa gelisah tidak lagi dirasakan Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri
dan 4 responden mengatakan sakit kepala didapatkan Tekanan darah sistolik sesudah
berkurang. Semua responden mengalami terapi relaksasi nafas dalam (deep breathing)
penurunan tekanan darah setiap kali pada penderita hipertensi kelompok
melakukan teknik nafas dalam selama 7 hari eksperimen yaitu 136,00 mmHg, 138,00
56 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Juwita, L & Efriza, E (2018). RNJ. 1(2) : 51-59

mmHg, 130,00 mmHg, 146,00 mmHg, dan Mekanisme relaksasi nafas dalam
136,09 mmHg. Tekanan darah diastolik (deep breathing) pada sistem pernafasan
sesudah terapi relaksasi nafas dalam (deep berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi
breathing) pada penderita hipertensi kelompok pernafasan dengan frekuensi pernafasan
eksperimen yaitu 82,00 mmHg, 72,00 mmHg menjadi 6-10 kali per menit sehingga terjadi
dan 92,00 mmHg, mode-nya yaitu 82,00 peningkatan regangan kardiopulmonari.
mmHg, dan 90,00 mmHg, dan mean-nya Stimulasi peregangan diarkus aorta dan sinus
adalah 83,00 mmHg. karotis diterima dan diteruskan oleh saraf
Penelitian ini sejalan dengan penelitian vagus ke medula oblongata (pusat regulasi
yang dilakukan Tawaang (2013) yang berjudul kardiovaskuler), selanjutnya merespon
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terjadinya peningkatan refleks baroreseptor.
terhadap penurunan tekanan darah pada Impuls aferen dari baroreseptor mencapai
pasien hipertensi sedang-berat di ruang Irin AC pusat jantung yang akan merangsang aktivitas
Blu Prof. Dr. R. D. Kandou menyatakan ada saraf parasimpatis dan menghambat pusat
penurunan tekanan darah yang signifikan simpatis (kardioakselerator), sehingga
sesudah dilakukan teknik relaksasi napas menyebabkan vasodilatasi sistemik, penurunan
dalam pada penderita hipertensi sedang-berat denyut dan daya kontraksi jantung. Sistem
kelompok eksperimen, nilai sistolik mengalami saraf parasimpatis yang berjalan ke SA node
penurunan sebesar 165,77mmHg / 90,00 melalui saraf vagus melepaskan
mmHg untuk hari ke-1, sedangkan hari ke-2 neurotransmitter asetilkolin yang menghambat
terjadi penurunan sebesar 149,33 mmHg/84,00 kecepatan depolarisasi SA node, sehingga
mmHg. terjadi penurunan kecepatan denyut jantung.
Perangsangan system saraf parasimpatis ke
Analisa Bivariat bagian-bagian miokardium lainnya
mengakibatkan penurunan kontraksilitas,
Terjadi penurunan tekanan darah volume sekuncup, curah jantung yang
setelah melakukan nafas dalam, hal ini terjadi menghasilkan suatu efek inotropik negative.
karena ketika menarik nafas dalam (ekspirasi Keadaan tersebut mengakibatkan penurunan
dan inspirasi) terjadi peregangan volume sekuncup, dan curah jantung. Pada
kardipulmonari, peregangan ini akan otot rangka beberapa vasomotor mengeluarkan
disampaikan impuls ke otak (pusat regulasi asetilkolin yang menyebabkan dilatasi
kardiovaskuler) yang merangsang saraf pembuluh darah. Akibat dari penurunan curah
parasimpatis sehingga terjadi vasodilatasi jantung, kontraksi serat-serat otot jantung, dan
sistemik (seluruh tubuh) termasuk jantung. volume darah membuat tekanan darah menjadi
Suplai oksigen ke semua organ diseluruh tubuh menurun (Suwadianto Heru, 2011).
terpenuhi, hal ini mengakibatkan denyut Penelitian ini sejalan dengan penelitian
jantung menurun, penurunan curah jantung, yang dilakukan Tawaang (2013) yang berjudul
serta dilatasi pembuluh darah sehingga terjadi pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
penurunan tekanan darah. Sebelum diberikan terhadap penurunan tekanan darah pada
teknik nafas dalam semua responden pasien hipertensi sedang-berat di ruang Irin AC
mengalami hipertensi stadium 1. Keluhan Blu Prof. Dr. R. D. Kandou menggunakan uji
hipertensi yang dialami responden adalah Wilcoxon Signed Rank didapatkan nilai p=0,05.
seperti sakit kepala, sulit tidur dan gelisah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hipertensi yang dialami responden disebabkan yang dilakukan oleh Armunanto (2013) berjudul
oleh berbagai faktor seperti konsumsi makanan pengaruh terapi imajinasi terpimpin terhadap
berkolesterol, aktivitas fisik kurang baik, dan perubahan tekanan darah pada pasien
stress. Sesudah diberikan teknik nafas dalam hipertensi di Kelurahan Karangsari Kabupaten,
semua responden mengalami penurunan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test.
tekanan darah. Hasil uji statistik menunjukkan nilai value
57 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Juwita, L & Efriza, E (2018). RNJ. 1(2) : 51-59

tekanan darah sistole sebelum dan sesudah SIMPULAN


diberikan terapi imajinasi terpimpin (0,001) Rata-rata tekanan darah pada pasien
lebih kecil dari nilai alpha (0,05), value tekanan hipertensi sebelum teknik nafas dalam di
darah diastole sebelum dan sesudah diberikan Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota
terapi imajinasi terpimpin (0,001) lebih kecil dari Bukittinggi Tahun 2015 adalah Mean=
nilai alpha (0,05). Hal ini menunjukkan ada 149,20/89,24, SD= 3,010/3,053. Rata-rata
pengaruh terapi imajinasi terpimpin terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi sesudah
perubahan tekanan darah pada pasien pemberian teknik nafas dalam di Wilayah Kerja
hipertensi di Kelurahan Karangsari Kabupaten Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi Tahun
Kendal. 2015 adalah Mean=141,69/83,39, SD=
Penelitian ini sejalan dengan penelitian 2,365/2,378. Perbedaan rata-rata tekanan
yang dilakukan Kurnia (2011) yang berjudul darah pada pasien hipertensi sebelum dan
pengaruh terapi relaksasi nafas dalam (deep sesudah pemberian teknik nafas dalam di
breathing) terhadap perubahan tekanan darah Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota
pada penderita hipertensi di Puskesmas Kota Bukittinggi Tahun 2015 adalah Mean=
Wilayah Selatan Kota Kediri didapatkan hasil 7,514/9,400 SD=1,190/3,748 dan nilai
uji statistik pada tekanan darah sistolik sebelum p=0,000/0,000. Disarankan kepada Pasien
dengan sesudah terapi relaksasi nafas dalam hipertensi agar dapat menerapkan teknik nafas
(deep breathing) kelompok eksperimen dalam ini secara rutin setiap hari yang
didapatkan p=0,000 dan pada tekanan darah dilakukan sesuai prosedur dan waktu yang
diastolik sebelum dan sesudah terapi relaksasi telah ditentukan dan pilihlah tempat atau
nafas dalam (deep breathing) pada penderita ruangan yang nyaman untuk hasil yang lebih
hipertensi kelompok eksperimen didapatkan efektif. Diharap kepada pelayanan kesehatan
p=0,000. untuk dapat mengaplikasikan teknik nafas
Semua responden mampu mengikuti dalam ini untuk menurunkan tekanan darah,
gerakan teknik nafas dalam yang dibimbing dengan cara mendemonstrasikan kepada
langsung oleh peneliti. Setelah pemberian pasien hipertensi. Serta institusi pelayanan
teknik relaksasi, responden mengatakan rasa kesehatan dapat memotivasi pasien hipertensi
gelisah tidak lagi dirasakan dan sakit kepala untuk dapat melakukan teknik nafas dalam ini
berkurang. Selama penelitian berlangsung, secara rutin. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
responden diharuskan berkonsentrasi dan tentang metode lain dan membandingkan
memilih tempat yang nyaman. Dilakukan 15 perbedaan penurunan tekanan darah antara
menit per hari selama 7 hari. Data yang metode lain dengan penelitian ini untuk melihat
didapatkan selama 7 hari penelitian yang hasil mana yang lebih terlihat efektif.
kemudian diolah melalui SPSS versi 16.
Didapatkan distribusi data normal, maka uji
bivariat menggunakan Uji T test Dependent UCAPAN TERIMAKASIH
untuk tekanan darah sistolik didapatkan nilai Peneliti mengucapkan terimakasih yang
p=0,000, sedangkan tekanan diastolik sebesar - besarnya kepada Ketua STIKes Fort
didapatkan nilai p=0,000. Nilai p<0,05 yang De Kock Bukittinggi, Ketua Program Studi
berarti bermakna, ada pengaruh nafas dalam Keperawatan yang telah mendukung penelitian
terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi ini. Selanjutnya kepada Bagian Litbang Prodi
sebelum dan sesudah diberikan teknik nafas Keperawatan, Ketua LPPM STIKes Fort De
dalam di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kock, Kepala Kesbangpol Bukittinggi, Kepala
Kota Bukittinggi Tahun 2015. Puskesmas Nilam Sari yang telah memfasilitasi
penelitian ini sehingga dapat dilaksanakan
dengan baik. Dengan dukungan dari semua
pihak sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu.
58 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2
Juwita, L & Efriza, E (2018). RNJ. 1(2) : 51-59

REFERENSI Maharani.2006. Herbal Sebagai Obat Bagi


Penderita Penyakit Mematikan. Jakarta:
Adi. 2011. Analisis Pengaruh Faktor Stres A Plus
Terhadap Kekambuhan Penderita
Hipertensi di Puskesmas Bendosari Notoadmojo.2010. Metodologi Penelitian
Sukoharjo. Diakses tanggal 19 Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Septenber 2014.
Permadi.2008. Ramuan Herbal Penumpas
Adib.2011. Cara Mudah Memahami Hipertensi Hipertensi. Jakarta: Pustaka Bunda
Dan Menghindari Hipertensi Jantung
Dan Stroke. Jakarta: ECG Puspitorini.2009. Cara Mudah Mengatasi
Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta
Asmadi.2008. Teknik dan Prosedural
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Sigalingging, Ganda. 2004. Buku Panduan
Laboratorium Kebutuhan Dasar
Casey, Benson.2006. Menurunkan Tekanan Manusia.
Darah. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
STIKes Fort De Kock,2014. Pedoman
Darmawan.2012. Waspadai Gejala Penyakit Penulisan Skripsi, Bukittinggi : FDK
Mematikan. Jakarta: ORYZA
Sugiyono. 2010 . Statistika Untuk Penelitian.
Elrita dkk.2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Bandung: CV. Alfabeta
Napas Dalam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Sutanto.2010. Cegah dan Tangkal Penyakit
Hipertensi Sedang-Berat di Ruang irina Modern (Hipertensi, Stroke, Jantung,
c blu prof. Dr. R. D. Kandou Kolesterol, dan Diabetes). Yogyakarta:
Manado. Diakses tanggal 17 CV Andi Offset
September 2014.
Suwardianto.2011. Pengaruh Terapi Relaksasi
Jannah dkk.2013. Perbedaan Asupan Natrium Napas Dalam (Deep Breathing)
Dan Kalium Pada Penderita Terhadap Tekanan Darah Pada
Hipertensi Dan Normotensi Penderita Hipertensi DiPuskesmas Kota
Masyakarakat Minangkabau Di Kota Wilayah Selatak Kediri. Diakses tanggal
Padang. Diakses tanggal 29 15 Agustus 2014
Agustus 2014.
Uliyah, Alimul Aziz.2006. Buku Ajar
Jones & Barlet.2004. Manajement Stres.ECG: Keperawatan Dasar Manusia. Surabaya:
Jakarta Health Book Publishing

Khansanah.2012. Waspadai Beragam Penyakit Vitahealth.2004. Hipertensi . Jakatra: Gramedia


Akibat Pola Makan. Jakarta: Laksana Pustaka Utama

Kusuma,Kelana Dharma.2011. Metodologi Yekti, Ari.2011. Cara Jitu Mengatasi Darah


Penelitian Keperawatan (Pedoman Tinggi (Hipertensi). Yogyakarta: CV Andi
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Offset
Dari Penelitian). Jakarta: CV.Trans Info
Yohana & Yovita.2010. Therapi Herbal
Media
Berbagai Penyakit. Jakarta: Eska Medika
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi
Sumatra Barat. 2007

59 | R N J
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI NAFAS
DALAM TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PASIEN HIPERTENSI DI JAKARTA
Yanti Anggraini
Dosen Prodi DIII Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia,yanti. anggraini@uki.ac.id

INFORMASI ARTIKEL: ABSTRAK

Riwayat Artikel:
Tanggal di Publikasi: Juli 2020 Hipertensi merupakan penyakit the silent killer yang mengakibatkan 7.5
Kata kunci: juta kematian diseluruh dunia. Di RSU UKI Jakarta ditemukan 1.066
Pasien hipertensi pasien hipertensi. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara
Teknik relaksasi farmakologi dan non farmakologi. Pentalaksanaan non farmakologi
Tarik nafas dalam dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Tujuan penelitian
Tekanan darah adalah mengetahui upaya penurunan tekanan darah dengan teknik
relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi. Jenis penelitian
eksperimental desian One Group Pretest-Posttest. Pasien berjumlah 30
responden dipilih dengan random sampling di RSU UKI dan Puskesmas
Kelurahan Cawang Jakarta Timur dari desember 2019- februari 2020.
Hasil: adanya perbedaan tekanan darah sistolik dan sistolik sebelum dan
sesudah intervensi teknik relaksasi nafas dalam (p=0.000), ada hubungan
usia terhadap tekanan darah diastolik (p=0.043) dan ada hubungan
makanan berlemak tinggi terhadap tekanan darah diastolik (p=0.037).
Kesimpulan: Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi selama empat hari dan direkomendasikan
perawat mengajarkan tarik nafas dalam dan memotivasi pasien untuk
latihan mandiri di rumah.

41
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917

PENDAHULUAN Pentalaksanaan penyakit


Menurut American heart hipertensi dapat dilakukan secara
Association (2019: Hal 1-5), Penyakit farmakologi dan non farmakologi.Secara
kardiovaskular merupakan penyebab farmakologi pasien diberikan obat-
utama kematian secara global. Penyakit obatan anti hipertensi.Secara non
kardiovaskular terdiri dari penyakit PJK, farmakologi, pasien diajarkan teknik
stroke, gagal jantung, penyakit arteri dan relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi
penyakit hipertensi.Hipertensi nafas dalam merupakan suatu teknik
merupakan peningkatan lebih dari atau yang digunakan untuk menurunkan
sama dengan 140 mmHg pada tekanan tingkat stress dan nyeri kronis. Teknik
darah sistolik dan peningkatan lebih dari relaksasi nafas dalam memungkin pasien
atau sama dengan 90 mmHg pada mengendalikan respons tubuhnya
tekanan darah diastolik (Cheryl, 2017: terhadap ketegangan dan kecemasan.
hal.6). Teknik relaksasi nafas dalam dilakukan
Hipertensi merupakan penyakit dapat menurunkan konsumsi oksigen,
the silent killer yang menyebabkan 1 metabolism, frekuensi pernfasan,
dari 3 orang dewasa terkena penyakit frekuensi jantung, tegangan otot dan
hipertensi dan diperkirakan 7.5 juta tekanan darah (Kozier, Erb, Berman &
kematian yang diakibatkan oleh Snyder, 2011: 314)
hipertensi di seluruh dunia Penelitian yang dilakukan oleh
(Thirunavukarasu, Mahesan & Rini Tri Hastuti dan Insiyah (2015)
Nadarajah, 2018: hal. 1). Insiden pasien terhadap 30 orang pasien hipertensi
hipertensi berjumlah 1,13 milyar orang Puskesmas Bendosari Kabupaten
di seluruh dunia . Prevelensi pasien Sukoharjo, didapatkan adanya
hipertensi di Eropa tengah dan barat perbedaan signifikan sebelum dan
berjumlah lebih dari 150 juta orang sesudah intervensi teknik relaksasi nafas
(European Society Of Cardiology, 2018 dalam pada tekanan darah sistolik dan
: hal. 10). tekanan darah diastolik dengan p-value
Menurut Kementrian Kesehatan 0.000 (<0.005). Dalam penelitian ini
(2018: hal. 156), Angka kejadian pasien didapatkan sebelum dilakukan intervensi
hipertensi tertinggi di provinsi Sulawesi teknik relaksasi tarik nafas dalam nilai
Utara 13, 21 %, Kalimantan timur rata-rata tekanan darah sistolik berada
10,57%, Kalimantan Utara 10,46%, Dki pada 177,33 mmHg dan nilai rata-rata
Jakarta 10.17% dan Sulawesi Tenggara tekanan darah diastolic 95.87 mmHg.
10.17% dari 300.000 rumah tangga yang Setelah dilakukan intervensi teknik
dipilih dan dikunjungi di Indonesia. relaksasi nafas dalam nilai rata-rata
Berdasarkan data diatas, bila hipertensi tekanan darah sistolik berada pada
tidak segera ditangani, maka akan 173.20 mmHg dan nilai rata-rata
berakibat ke komplikasi penyakit tekanan darah diastolik 90.00 mmHg.
jantung koroner, gagal jantung, stroke, Penelitian ini dilakukan di RSU
gagal ginjal kronik, kerusakan retina UKI Jakarta Timur dan Puskesmas
mata dan penyakit vaskular perifer Kelurahan Cawang, Jakarta
(Glenys Yulanda dan Rika Lisiswanti, timur.Peneliti melakukan penelitian di
2017: hal.2). RSU Jakarta karena fenomena angka
kejadian yang tinggi berjumlah 1.066
pasien (Januari-Desember 2018).

42
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
Penelitian juga dilakukan denga independen. Instrumen yang digunakan
Puskesmas Kelurahan Cawang Jakarta dalam penelitian ini adalah tensi meter
Timur karena ditemukan penanganan air raksa sebagai alat untuk mengukur
pasien hipertensi lebih banyak dengan tekanan darah dan lembar observasi
menggunakan farmakologi dan pasien untuk mengumpulkan data karakteristik
jarang melakukan teknik relaksasi nafas beserta hasil pengukuran tekanan darah
dalam karena pasien kurang memahami responden. Responden diukur tekanan
cara melakukan teknik relaksasi nafas darah dalam posisi duduk kemudian
dalam dengan baik sehingga pasien diberi latihan teknik relaksasi nafas
jarang latihan teknik relaksasi nafas dalam selama 15 menit.Latihan teknik
dalam dirumah dan mengakibatkan relaksasi nafas dalam dilakukan tiga kali
tekanan darah meningkat. Tujuan dalam sehari selama empat hari.Hari
penelitian ini adalah untuk mengetahui terakhir sesudah latihan teknik relakasi
efektifitas teknik relaksasi nafas dalam nafas dalam dilakukan pengukuran
terhadap tekanan darah pada pasien tekanan darah sistolik dan diastolik pada
hipertensi. sore hari. Untuk analisa univariat
menggunakan SPSS frekuensi dan
METODE PENELITIAN analisa bivariat pre-test & post-test
Jenis penelitian ini merupakan menggunakan uji wilxocon serta untuk
penelitian Eksperimental dengan jenis uji hubungan menggunakan uji korelasi
desian One Group Pretest-Posttest kendall.
dimana kelompok perlakukan diukur
tekanan darah sebelum dan sesudah HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan intervensi teknik relaksasi
nafas dalam selama empat hari.Populasi Tabel 1. Karakteristik Responden
penelitian ini adalah pasien hipertensi
yang berkunjung ke RSU UKI dan
Puskesmas Kelurahan Cawang.Kriteria
inklusi adalah pasien hipertensi yang
bersedia melakukan teknik relaksasi
nafas dalam tiga kali sehari, pasien yang
mengalami rawat inap di RSU UKI dan
paisen yang berkunjung ke poli
Puskesmas Kelurahan Cawang.Kriteria
eksklusi adalah pasien yang tidak
bersedia melakukan Teknik Relaksasi
nafas dalam secara rutin dan pasien yang
tidak rutin mengkonsumsi obat
hipertensi.
Besar sampel dalam penelitian ini
berjumlah 30 pasien hipertensi yang
dipilih secara random sampling.Variabel
yang diteliti dalam penelitian ini yaitu
tekanan darah sistolik dan diastolik
sebagai variabel dependen dan teknik
relaksasi nafas dalam sebagai variabel

43
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
Tabel 2. Kataristik Tekanan Darah Tabel 5. Uji Hubungan Teknik
Relaksasi Dengan Usia, Jenis
Kelamin, Pekerjaan, IMT, Merokok,
Olahraga, Kebiasaan Makanan
Berlemak dan Asin

Tabel 3.Nilai Rata-Rata Usia,


Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

Berdasarkan tabel 1 dan 3


didapatkan usia responden mayoritas
pada lansia akhir (36.7%) dan nilai rata-
rata usia 56 tahun. Responden yang
Tabel 4. Perbedaan Tekanan Darah
terkena hipertensi termuda pada usia 39
Sistolik& Diastolik Sebelum dan
tahun dan tertua pada usia 80 tahun.
Sesudah Intervensi Teknik Relaksasi
Untuk responden hipertensi
Tarik Nafas Dalam
adalah mayoritas responden yang
merokok (76.7%), IMT overweight
(46.7%), tidak berolahraga (63.3%),
mengkonsumsi makanan tinggi lemak
(66.7%) dan makanan asin (60%).
Sebelum dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam, mayoritas
reponden memiliki tekanan darah
sistolik pada stage 2 (56.7%) dan nilai
rata-rata 161 mmHg. Tekanan darah
sistolik minimum 130 mmHg dan

44
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
maksimum 210 mmHg.Untuk tekanan diastolic dengan p-value 0.000 (<0.005).
darah diastolik, mayoritas pada Dalam penelitian ini didapatkan sebelum
hipertensi stage 1 (36.7%) dan nilai rata- dilakukan intervensi teknik relaksasi
rata 92 mmHg.Tekanan darah sistolik tarik nafas dalam nilai rata-rata tekanan
minimum 76 mmHg dan maksimum 120 darah sistolik berada pada 177,33
mmHg. mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah
Sesudah dilakukan teknik diastolik 95.87 mmHg. Setelah
relaksasi nafas dalam, mayoritas dilakukan intervensi teknik relaksasi
reponden memiliki tekanan darah tarik nafas dalam nilai rata-rata tekanan
sistolik normal (56.7%) dan nilai rata- darah sistolik berada pada 173.20
rata 120 mmHg.Tekanan darah sistolik mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah
minimum 100 mmHg dan maksimum diastolik 90.00 mmHg.
160 mmHg.Untuk tekanan darah Menurut Kozier, ERb, Berman &
diastolik, mayoritas tekanan darah Snyder (2011: hal. 314), teknik relaksasi
responden normal (76.7%) dan nilai dapat menurunkan konsumsi oksigen,
rata-rata 74.33 mmHg.Tekanan darah metabolism, frekuensi pernafasan,
sistolik minimum 64 mmHg dan frekuensi jantung, tegangan otot dan
maksimum 90 mmHg. tekanan darah sistolik dan diastolik.
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan Teknik relaksasi nafas dalam
ada perbedaan signifikan tekanan darah memungkinkan pasien mengendalikan
sistolik dan diastolik sebelum dan respons tubuhnya terhadap ketegangan
sesudah intervensi teknik relaksasi nafas dan kecemasan.
dalam dengan p-value 0.000 (< 0.005) Teknik relaksasi nafas dalam
dengan dibuktikan sebelum dilakukan dilakukan dengan cara pasien menarik
intervensi tekanan darah sistolik nafas dalam dan mengisi paru-paru
mayoritas pada stage 2 dengan nilai rata- dengan udara. Pasien disuruh
rata 161 mmHg.Sesudah dilakukan mengeluarkan udara pelan-pelan dan
intervensi, tekanan darah sistolik tubuh dilemaskan, konsentrasi sampai
mayoritas kembali normal dengan nilai merasakan enak.Kemudian bernafas
rata-rata 120 mmHg.Untuk tekanan seperti biasa, anjurkan nafas dalam lagi
darah diastolik, sebelum dilakukan dan keluarkan dengan pelan-pelan baru
intervensi teknik relaksasi tarik nafas kaki dilemaskan, kemudian lemaskan
dalam mayoritas pada hipertensi stage 1 bagian tangan, perut dan punggung
dengan nilai rata-rata 92 mmHg.Sesudah setelah selesai rileks dan anjurkan napas
dilakukan intervensi, tekanan darah secara teratur (A. Aziz & Musrifatul,
diastolik mayoritas kembali normal 2016).
dengan nilai rata-rata 74.33 mmHg. Pada tabel 5 didapatkan ada
Hasil penelitian ini sesuai dengan hubungan antara usia terhadap tekanan
penelitian yang dilakukan Rini Tri darah diastolik sesudah intervensi teknik
Hastuti dan Insiyah (2015) terhadap 30 Relaksasi nafas Dalam dengan p-value
orang pasien hipertensi Puskesmas 0.043 (<0.05) dan ada hubungan antara
Bendosari Kabupaten Sukoharjo, makanan berlemak terhadap tekanan
didapatkan adanya perbedaan signifikan darah diastolik sesudah intervensi teknik
sebelum dan sesudah intervensi teknik relaksasi Nafas Dalam dengan p-value
relaksasi nafas dalam pada tekanan 0.037 (<0.05). Tidak ada hubungan
daraah sistolik dan tekanan darah antara usia terhadap tekanan darah

45
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
sistolik (p-value= 0.394), merokok sel tubuh. Lemak dari makanan berada
terhadap tekanan darah sistolik (p- dalam berbagai bentuk dan samar.
value= 0,342), merokok terhadap Asupan kolesterol dan lemak jenuh yang
tekanan darah diastolik (p-value=0.529), tinggi berkaitan dengan perkembangan
olahraga terhadap tekanan darah sistolik PJK yang ditandai dengan tekanan darah
(p-value= 0.351), olahraga terhadap tinggi (hipertensi).
tekanan darah diastolik (p-value=
0.977), IMT terhadap tekanan darah KESIMPULAN DAN SARAN
sistolik (p-value= 0.320), IMT terhadap Hasil penelitian ini menunjukkan
tekanan darah diastolik (p-value= bahwa adanya efektifitas teknik
0.056), Makanan berlemak terhadap relaksasi Tarik nafas dalam terhadap
tekanan darah sistolik (p-value= 0.802), tekanan darah pada pasien hipertensi di
makanan asin terhadap tekanan darah RSU UKI dan Puskesmas Kelurahan
sistolik (p-value= 0.942), dan makanan Cawang dengan p-value 0.000 (<0.05)
asin terhadap tekanan darah diastolik (p- dimana sebelum terapi tehnik relaksasi
value= 0.864). tarik nafas dalam, tekanan darah sistolik
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pada hipertensi stage 2
hubungan antara usia terhadap tekanan sebanyak 56.7% dan tekanan darah
darah diastolik sesudah intervensi teknik diastolik mayoritas pada hipertensi stage
Relaksasi nafas Dalam dengan p-value 1 sebanyak 36.7%. Sesudah dilakukan
0.043 (<0.05). Menurut Black & Hawks intervensi, tekanan darah sistolik turun
(2014: hal. 82), usia adalah faktor resiko menjadi normal sebanyak 56.7% dan
yang tidak dapat dimodifikasi dan diastolik turun menjadi normal sebanyak
mempengaruhi risiko serta keparahan 76.7%. Ada hubungan antara usia
penyakit jantung koroner yang ditandai terhadap tekanan darah diastolik sesudah
dengan tekanan darah tinggi intervensi teknik Relaksasi nafas Dalam
(hipertensi). Pada usia yang lebih tua, dengan p-value 0.043 (<0.05) dan
wanita yang mengalami serangan makanan berlemak terhadap tekanan
jantung memiliki kemungkinan darah diastolik sesudah intervensi teknik
kematian akibat serangan jantung dua relaksasi nafas dalam dengan p-value
kali lebih besar dibandingkan pria. 0.037 (<0.05).
Hasil dari tabel 5 menunjukkan Saran pada penelitian ini adalah
ada hubungan antara makanan berlemak bagi tenaga kesehatan khususnya
terhadap tekanan darah diastolik sesudah perawat dan mahasiswa perawat agar
intervensi teknik relaksasi nafas dalam mengajarkan intervensi keperawatan
dengan p-value 0.037 (<0.05).Hal ini yaitu teknik relaksasi tarik nafas dalam
dibuktikan oleh Black & Hawks (2014: kepada pasien hipertensi selama empat
hal.83) makanan berlemak mengandung hari dan memotivasi pasien untuk
kolesterol yang bersirkulasi di darah melakukan teknik relaksasi nafas dalam
dalam kombinasi dengan trigeliserida di rumah secara mandiri.
dan fosfolipid terikat protein. Kompleks
ini disebut dengan DAFTAR PUSTAKA
lipoprotein.Lipoprotein berfungsi untuk American Heart Association.(2019).
LDL yang memiliki konsentrasi Heart Disease and Stroke
kolesterol yang paling tinggi dan Statistics-2019 At-a-Glance. 1-5.
ttps://healthmetrics.heart.org/wp-
mengangkut kolesterol endogen ke sel-

46
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang
Vol 5 No 1 Tahun 2020
p-ISSN 2502-0552; e-ISSN 2580-2917
content/uploads/2019/02/At-A- Healthcare Professionals. 1-81.
Glance-Heart-Disease-and-Stroke- Kumaran Book
Statistics-–-2019.pdf House.https://www.researchgate.ne
t/publication/327418169_HYPER
A. Aziz & Musrifatul. (2016). Buku TENSION_The_Silent_Killer
Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba Medika.

Black & Hawks.(2014). Keperawatan


Medikal Bedah. Singapore:
Elsevier.

Cheryl. (2017). Hypertension


Prevalence and Control Among
Adults: United States. 1-29. ISSN
1941-
4927.https://www.cdc.gov/nchs/dat
a/databriefs/db289.pdf

European Society Of Cardiology.


(2018). Guidelines For The
Management of arterial
hypertension. 1-98. Doi
10.1093/eurheartj/ehy339.
https://www.semg.es/images/docu
mentos/grupos/Guia_2018_manejo
_HTA_SEH.pdf

Glenys Yulanda dan Rika


Lisiswanti.(2017). Penatalaksanaan
Hipertensi Primer.1-9. Volume
6.Nomor 1.Februari 2017. Jurnal
Universitas Lampung.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/i
ndex.php/majority/article/view/152
6/1484

Kementerian Kesehatan .(2018). Hasil


Utama Riskesdas 2018. 1-220.
http://www.kesmas.kemkes.go.id/a
ssets/upload/dir_519d41d8cd98f00
/files/Hasil-riskesdas-
2018_1274.pdf

Kozier, Erb, Berman & Snyder.(2011).


Buku Ajar Fundamental
Keperawatan.Volume 1. Jakarta:
EGC.

Thirunavukarasu, Mahesan &


Nadarajah. (2018). Hypertension
The Silent Killer A Guide For
Primary Care Physicians and

47
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No. 1, Maret 2016 ISSN 1978-3167

Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi

Rita Dwi Hartanti, Desnanda Pandu Wardana, Rifqi Ari Fajar


STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan,
Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan
email: rita.270985@gmail.com

Abstrak. Hipertensi merupakan salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang
memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Tekanan darah tinggi pada pasien
hipertensi dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan non farmakologis. Salah satu terapi
non farmakologis adalah terapi relaksasi napas dalam. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas terapi relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien dengan hipertensi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan hipertensi
di Desa Kesesi Kecamatan Kesesi KabupatenPekalongan sebanyak 20 responden. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non-random (non probability)
Sampling dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat penurunan tekanan darah respondensetelah diberikan terapi relaksasi nafas
dalamyaitu tekanan darah sistolik sebesar 18,46 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar
6,54 mmHg. Analisis statistik dengan menggunakan paired sample T-test dengan tingkat
kepercayaan yang diambil sebesar 95% dengan r 5% (0,05), didapatkan nilai Œvalue
tekanan darah sistolik 0,001 dan Œvalue tekanan darah diastolik 0,001. Hal ini menunjukkan
terapi relaksasi napas dalam efektif menurunkan tekanan darah pasien hipertensi.
Penelitian ini merekomendasikan terapi relaksasi napas dalam efektif digunakan dalam
menurunkan tekanan darah (sistolik dan diastolik) pada pasien hipertensi.
Kata Kunci: relaksasi, nafas dalam, tekanan darah, hipertensi

Breath Relaxation Therapy Lowers Blood Pressure in Hypertension


Abstract. Hypertension is one of the diseases of the cardiovascular system which has a mortality
and morbidity. High blood pressure in hypertensive patients can be treated with pharmacological
and non pharmacological therapy. One non-pharmacologic therapy is In deep breathing
relaxation. This study aims to determine the effectiveness of In deep breathing relaxation to the
reduction of blood pressure in patients with hypertension. The sample in this study are patients
with hypertension in the Kesesi Village of Pekalongan as much as 20 respondents. The sampling
technique in this study using a non-random (non-probability) sampling using purposive
sampling method. The results showed there is a decrease in blood pressure after the respondent is
given a breath of In deep breathing relaxationin which systolic blood pressure of 18.46 mm Hg
and diastolic blood pressure by 6.54 mmHg. Statistical analysis using paired sample t-test with a
confidence level of 95% is taken by the . 5% (0.05), obtained the value ! value 0,001 systolic
blood pressure and diastolic blood pressure values ! 0, 001. This result shows In deep breathing
relaxation effectively lower blood pressure in hypertensive patients. The study recommends a deep
breath relaxation therapy is effective in lowering blood pressure (systolic and diastolic) in
hypertensive patients.
Keywords : relaxation , deep breathing , blood pressure , hypertension
baik itu pria maupun wanita.Prevalensi
Pendahuluan terendah menurut WHO diwilayah
WHO(World Health Organization) Amerika sekitar 35% baik itu pria
pada tahun 2008 memperkirakan maupun wanita. Pria lebih tinggi
bahwa hipertensi menyebabkan 7,5juta dibandingkan wanita (39% untuk pria
kematian sedangkan tahun 2013 dan 32% untuk wanita).
penyakit kardiovaskuler seperti Tekanan darah tinggi masih
hipertensi telah menyebabkan 17 juta merupakan tantangan besar Indonesia.
kematian tiap tahun, Peringkat Hipertensi merupakan masalah
tertinggi hipertensi adalah Afrika 46% kesehatan yang besar dengan prevalensi

School of Health Science Muhammadiyah_Pekajangan_Pekalongan


Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No. 1, Maret 2016 ISSN 1978-3167

hipertensi di Indonesia yang didapat orang, tahun 2013 prevalensi hipertensi


PHODOXL SHQJXNXUDQ SDGD XPXU • berjumlah 419 orang dan pada tahun
tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di 2014 prevalensi hipertensi berjumlah
Bangka Belitung (30,9%), diikuti 534 orang. Berdasarkan data yang
Kalimantan Selatan (30,8%), didapatkan dari studi dokumen
Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa sebagian besar orang dengan hipertensi
Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di tersebut mengkonsumsi obat anti
Indonesia yang didapat melalui hipertensi.
kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan
sebesar 9,5%, yangterdiagnosis tenaga Metode
kesehatan atau sedang minum obat Penelitian ini merupakan
sebesar 9,4 % (Trihono 2013, h. 88). penelitian quasy eksperimen dengan
Prevalensi kasus tekanan darah metodeone-group pretest-posttest design.
tinggi menurut profil kesehatan Jawa Sampel dalam penelitian ini adalah
Tengah dalam 5 tahun terakhir pasien dengan hipertensi di Desa Kesesi
mengalami penurunan. Pada tahun Kecamatan Kesesi
2009 sebesar 698.816 orang, pada tahun KabupatenPekalongan dengan jumlah
2010 sebesar 562.117 orang, pada tahun sampel sebanyak 20 responden. Teknik
2011 sebesar 634.860 orang, pada tahun pengambilan sampel dalam penelitian
2012 sebesar 544.711 orang dan pada ini menggunakan non-random (non
tahun 2013 sejumlah 497.966 probability) Sampling dengan
orang.Menurut Dinas Kesehatan menggunakan metode purposive
Kabupaten Pekalongan dalam tiga sampling.
tahun terakhir. Pada tahun 2012
sebesar 7.951 orang, pada tahun 2013 Hasil
sebesar 6.550 orang dan pada tahun Tabel 1. Distribusi Frekuensi Rata-rata
2014 sebesar 10.998 orang. Tekanan DarahSetelah Diberikan
Fenomena hipertensi di Indonesia Intervensi RespondenPasien
sebesar 9,5 %, yang terdiagnosis tenaga Hipertensi di Desa Kesesi
kesehatan atau sedang minum obat Kecamatan Kesesi
sebesar 9,4 % (Trihono 2013, h. 88) KabupatenPekalongan tahun
menunjukan bahwa pasien hipertensi 2014
masih banyak menggunakan
pengobatan dengan cara terapi TD (mmHg) Mean
farmakologi. Selain terapi farmakologi, Sistolik 138
terapi nonfarmakologi bisa menurunkan Diastolik 86,46
tekanan darah tinggi pasien hipertensi.
Salah satu terapi nonfarmakologi yang Tabel 1 menunjukkan nilai mean
dapat menurunkan tekanan darah tekanan darah sistolik setelah diberikan
adalah terapi relaksasi nafas dalam. terapi relaksasi nafas dalam 150 mmHg
Relaksasi napas dalam adalah dan mean takanan darah diastolik
pernafasan pada abdomen dengan setelah diberikan terapi relaksasi nafas
frekuensi lambat serta perlahan, dalam 91,5 mmHg.
berirama, dan nyaman dengan cara
memejamkan mata saat menarik nafas. Tabel 2. Analisis Penurunan Tekanan
Efek dari terapi ini ialah distraksi atau
Darah pada Responden Pasien
pengalihan perhatian (Setyoadi dkk
Hipertensi di Desa Kesesi Kecamatan
2011, h. 127). Studi dokumen pada
tahun 2012 prevalensi hipertensi di Kesesi KabupatenPekalongan tahun
Puskesmas Kesesi I berjumlah 329 2014

School of Health Science Muhammadiyah_Pekajangan_Pekalongan


Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No. 1, Maret 2016 ISSN 1978-3167

relaksasi nafas dalam yaitu 93mmHg


dan rata-rata tekanan darah diastolik
TD (mmHg) Mean Selisih !value setelah diberikan terapi relaksasi nafas
Sebelum dalam yaitu 86,46mmHg. Terjadi
Diberikan 156,46 penurunan tekanan darah
Intervensi
Sistolik
Setelah
18,46 0.001 respondensetelah diberikan terapi
Diberikan 138 relaksasi nafas dalam,yaitu tekanan
Intervensi darah sistolik sebesar 18,46 mmHg dan
Sebelum tekanan darah diastolik sebesar 6,54
Diberikan 93 mmHg.
Diastol Intervensi
ik
6,54 0.001 Berdasarkan analisis statistik
Setelah
Diberikan 86,46 menggunakan paired sample T-test
Intervensi dengan tingkat kepercayaan yang
diambil sebesar 95% dengan . 5%
Tabel 2 menunjukkan nilai rata- (0,05), didapatkan nilai !value tekanan
rata tekanan darah sistolik setelah darah sistolik 0,001 dan !value tekanan
diberikan terapi relaksasi nafas dalam darah diastolik 0,001. Hal ini berarti
mengalami penurunan yaitu 18,46 ada pengaruh terapi relaksasi nafas
mmHg dan rata-rata tekanan darah dalam terhadap penurunan tekanan
diastolik mengalami penurunan yaitu darah pada pasien hipertensi di Desa
6,54 mmHg. Pada penelitian ini, Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten
tingkat kepercayaan yang diambil Pekalongan.
sebesar 95% dengan . 5% (0,05). Hasil penelitian terapi relaksasi
Berdasarkan analisis statistik nafas dalam dapat menurunkan
menggunakan paired sample T-test tekanan darah baik itu tekanan sistolik
didapatkan nilai !value tekanan darah maupun diastolik. Kerja dari terapi ini
sistolik 0,001 dan !value tekanan darah dapat memberikan pereganggan
diastolik 0,001. Hal ini berarti bahwa kardiopulmonari (Izzo 2008, h.138).
nilai !value lebih kecil dari nilai . 5% Stimulasi peregangan di arkus aorta dan
(0,05), sehingga H0 ditolak, yang berarti sinus karotis diterima dan diteruskan
ada pengaruh terapi relaksasi nafas oleh saraf vagus ke medula oblongata
dalam terhadap penurunan tekanan (pusat regulasi kardiovaskuler), dan
darah pada pasien hipertensi di Desa selanjutnya terjadinya peningkatan
Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten refleks baroreseptor. Impuls aferen dari
Pekalongan. baroreseptor mencapai pusat jantung
yang akan merangsang saraf
Pembahasan parasimpatis dan menghambat pusat
Hasil penelitian menunjukkan simpatis, sehingga menjadi vasodilatasi
ada pengaruh terapi relaksasi nafas sistemik, penurunan denyut dan
dalam terhadap penurunan tekanan kontraksi jantung. Perangsangan saraf
darah pada pasien hipertensi di Desa parasimpatis ke bagian ² bagian
Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten miokardium lainnya mengakibatkan
Pekalongan. Hal ini dibuktikan dengan penurunan kontraktilitas, volume
rata-rata tekanan darah sistolik sekuncup menghasilkan suatu efek
sebelum diberikan terapi relaksasi nafas inotropik negatif. Keadaan tersebut
dalamyaitu 156,46mmHg dan rata-rata mengakibatkan penurunan volume
tekanan darah sistolik setelah diberikan sekuncup dan curah jantung. Pada otot
terapi relaksasi nafas dalam yaitu 138 rangka beberapa serabut vasomotor
mmHg. Rata-rata tekanan darah mengeluarkan asetilkolin yang
diastolik sebelum diberikan terapi menyebabkan dilatasi pembuluh darah

School of Health Science Muhammadiyah_Pekajangan_Pekalongan


Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No. 1, Maret 2016 ISSN 1978-3167

dan akibatnya membuat tekanan darah Kabupaten Pekalongan,


menurun (Muttaqin 2009, hh. 18-22). Pekalongan.
Pada penelitian tersebut analisis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
statistik menggunakan paired sample T- Tengah, 2008, Profil Dinas
test dengan tingkat kepercayaan yang Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
diambil sebesar 95% dengan . 5% 2008. Dinas Kesehatan Provinsi
(0,05), didapatkan nilai !value tekanan Jawa Tengah, Semarang.
darah sistolik 0,001 dan !value tekanan Erviana, A 2009, Pengaruh Pemberian
darah diastolik 0,001. Hal ini berarti Teknik Relaksasi terhadap
bahwa nilai !value lebih kecil dari nilai Penurunan Hipertensi di Desa
. 5% (0,05), sehingga H0 ditolak yang Tulangan Kecamatan Pracimantoro
berarti ada pengaruh terapi relaksasi Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah,
nafas dalam terhadap penurunan dilihat 1 Maret 2011,
tekanan darah pada pasien hipertensi di <http://skripsistikes.wordpress.com
Desa Kesesi Kecamatan Kesesi /2009/05/03/ikpiii97/>
Kabupaten Pekalongan. Gray et all 2005, Lecture Notes
Melihat hasil tersebut dapat Kardiologi, edk 4,trans. A Agoes, A
dikatakan bahwa pemberian terapi Dwi, Erlangga, Jakarta.
relaksasi nafas dalam mempunyai Hamid, A 2007, Buku Ajar Riset
pengaruh terhadap penurunan tekanan Keperawatan Konsep, Etika, dan
darah pada pasien hipertensi di Desa Instrumentasi, edk.2, EGC, Jakarta.
Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten Muttaqin, A 2009, Pengantar Asuhan
Pekalongan. Sehingga, terapi relaksasi Keperawatan Klien dengan
nafas dalam dapat dijadikan sebagai Gangguan Sistem Kardiovaskular,
salah satu alternatif tindakan ed.N Elly, Salemba Medika,
keperawatan nonfarmakologis untuk Jakarta.
menurunkan tekanan darah pada pasien Nieswiadomy, RM 2008, Fundamentals
hipertensi. of Nursing Research, Fifth edition,
Pearson Education, Jurong.
Simpulan Notoatmodjo, S 2005, Metodologi
Tekanan darah responden dengan Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
hipertensi mengalami penurunan baik Jakarta.
pada tekanan darah sistolik maupun Nugroho, W 2000, Keperawatan
tekanan darah diastolik. rata-rata Gerontik, edk 2, EGC, Jakarta.
tekanan darah sistolik setelah diberikan Nursalam 2008, Konsep dan Penerapan
terapi relaksasi nafas dalam yaitu 138 Metodologi Penelitian Ilmu
mmHg, mengalami penurunan Keperawatan Pedoman Skripsi,
sebanyak 18,46 mmHg. Rata-rata Tesis, dan Instrumen Penelitian
tekanan darah diastolik setelah Keperawatan, Salemba Medika,
diberikan terapi relaksasi nafas dalam Jakarta.
yaitu 86,46mmHg, terjadi penurunan Oktiawati, A 2008, Efektivitas Terapi
tekanan darah diastolik sebesar 6,54 Nafas Dalam untuk Menurunkan
mmHg. Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi di Puskesmas Penusupan
Daftar Pustaka Kecamatan Pangkah Kabupaten
Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, dilihat 1 Maret 2011,
Pekalongan, 2010, Data Kasus <http://keperawatan.undip.ac.id>
Penyakit Tidak Menular Tiap Palmer, A and Williams, B 2007, Simple
Kabupaten di Jawa Tengah Tahun Guides Tekanan Darah Tinggi,
2008-2010. Dinas Kesehatan

School of Health Science Muhammadiyah_Pekajangan_Pekalongan


Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No. 1, Maret 2016 ISSN 1978-3167

trans. Y Elizabeth, Penerbit


Erlangga, Jakarta.
Perry, AGandPotter, PA 2005, Buku
Ajar Fundamental Keperawatan,
vol. 1 & 2, edk 4, trans. A Yasmin et
all, EGC, Jakarta.
Price, SA 2006, Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, vol.
1, EGC, Jakarta.
Purwandari, H 2009, Pengaruh Terapi
Seni dalam Menurunkan Kecemasan
pada anak usia sekolah yang
menjalani Hospitalisasi, dilihat 17
Juni
2011<http://eprints.lib.ui.ac.id/.../1
24844-
TESIS0582%20Har%20N09p-
Pengaruh%20terapi-Literatur.pdf
>
Setiadi 2007, Konsep dan Penulisan
Riset Keperawatan, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

School of Health Science Muhammadiyah_Pekajangan_Pekalongan


Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No. 1, Maret 2016 ISSN 1978-3167

School of Health Science Muhammadiyah_Pekajangan_Pekalongan


Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987, Volume 3 Nomor 1, Mei 2019, Hal. 34 - 41

EFEKTIFITAS TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM (DEEP


BREATHING) DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIBATU
KABUPATEN GARUT

Baharudin Lutfi S
Dosen Program Studi Keperawatan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
baharudinlutfis@gmail.com

ABSTRAK
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan
dan organ-organ tubuh secara terus menerus lebih dari suatu periode. Peningkatan tekanan
darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke)
serta dapat menyebabkan komplikasi lainnya. Tatalaksana hipertensi dapat dilakukan dalam
dua kategori yaitu dengan farmakologi dan non farmakologis. Dalam konsep keperawatan,
penurunan tekanan darah pada hipertensi dapat menggunakan penatalaksanaan dengan
penerapan non farmakologi, salah satunya teknik nafas dalam. Mengidentifikasi efektifitas
tehnik relaksasi nafas dalam (deep breathing). Desain penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif dengan metode penelitian quasi eksperimen dengan memberikan
intervensi terhadap subjek penelitian dengan jumlah responden sebanyak 34 orang responden.
Penelitian ini menunjukan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistolik pada pasein
hipertensi setelah diberikan intervensi tehnik relaksasi nafas dalam (deep breathing), hasil uji
statistik menggunakan paired T-test didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05)
membuktikan bahwa tehnik relaksasi nafas dalam (deep breathing) efektif dalam menurunkan
tekanan darah sistolik pasien hipertensi di Puskesmas Cibatu Kabupaten Garut. Pada tekanan
darah diastolik pasien hipertensi juga mengalami penurunan tekanan darah setelah diberikan
intervensi tehnik relaksasi nafas dalam (deep breathing) dengan nilai p-value sebesar 0,000
(p<0,05) yang membuktikan bahwa tehnik relaksasi nafas dalam juga efektif dalam
menurunkan tekanan darah diastolik pasien hipertensi di Puskesmas Cibatu Kabupaten Garut.
Penelitian ini merekomendasikan tehnik relaksasi nafas dalam (deep breathing) sebagai
alternatif penatalaksanan non farmakologi pada pasien hipertensi karena efektif dalam
menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik.

Kata Kunci : Hipertensi, Tekanan Darah, Relaksasi Nafas Dalam

PENDAHULUAN organ tubuh secara terus menerus lebih dari


Hipertensi atau tekanan darah tinggi suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi
adalah suatu peningkatan abnormal tekanan dapat didifinisikan sebagai tekanan darah
darah dalam pembuluh darah arteri yang persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
mengangkut darah dari jantung dan 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas
memompa keseluruh jaringan dan organ- 90 mmHg (Syamsudin, 2011).

34
Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987, Volume 3 Nomor 1, Mei 2019, Hal. 34 - 41

Peningkatan tekanan darah yang oleh tenaga kesehatan hanya mencapai


berlangsung dalam jangka waktu lama 35,4% dari seluruh penderita hipertensi.
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan Tatalaksana hipertensi dapat
pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit dilakukan dalam dua kategori yaitu dengan
jantung koroner) dan otak (menyebabkan farmakologi dan non farmakologis. Terapi
stroke) serta dapat menyebabkan farmakologis adalah tatalaksana hipertensi
komplikasi lainnya (Rachmayanti, 2017). dengan menggunakan obat, sedangkan
Komplikasi hipertensi menyebabkan upaya non farmakologis adalah dengan
sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap menjalani pola hidup sehat seperti menjaga
tahunnya. Hipertensi menyebabkan berat badan, mengurangi asupan garam,
setidaknya 45% kematian karena penyakit melakukan olahraga, mengurangi konsumsi
jantung dan 51% kematian karena penyakit alkohol dan tidak merokok (Ann et al,
stroke. Kematian yang disebabkan oleh 2015).
penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit Dalam konsep keperawatan,
jantung koroner dan stroke diperkirakan penurunan tekanan darah pada hipertensi
akan terus meningkat mencapai 23,3 juta dapat menggunakan penatalaksanaan
kematian pada tahun 2030 (Infodatin dengan penerapan non farmakologi, salah
Jantung, 2014). satunya teknik nafas dalam. Menurut
Menurut data WHO, di seluruh dunia Audah, (2011) bernafas dengan cara dan
sekitar 972juta orang atau 26,4% orang di pengendalian yang baik mampu
seluruh dunia mengidap hipertensi, angka memberikan relaksasi serta mengurangi
ini kemungkinan akan meningkat menjadi stress. Latihan nafas dalam merupakan
29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta suatu bentuk terapi nonfarmakologi, yang
pengidap hipertensi, 333 juta berada di dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
negara maju dan 639 sisanya berada di klien bagaimana cara melakukan napas
negara berkembang, termasuk Indonesia dalam, napas lambat (menahan inspirasi
(Yonata, 2016). Data dari Riskesdas 2013 secara maksimal) dan bagaimana
menunjukkan prevalensi hipertensi secara menghembuskan napas secara perlahan,
nasional sebesar 26,9%, dengan proporsi Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
kasus yang telah didiagnosis hipertensi teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan

35
Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987, Volume 3 Nomor 1, Mei 2019, Hal. 34 - 41

meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer upaya yang dilakukan oleh penderita


& Bare, 2013). hipertensi untuk menurunkan tekanan
Berdasarkan penelitian oleh Elrita darahnya adalah dengan meminum obat
Tawang, (2013) tentang Pengaruh teknik anti hipertensi.
relaksasi napas dalam terhadap perubahan Dari hasil uraian diatas maka peneliti
tekanan darah pada penderita hipertensi tertarik untuk melakukan penelitian
sedang-berat, menunjukkan bahwa teknik mengenai Efektifitas Tehnik Relaksasi
relaksasi napas dalam dapat menurunkan Nafas Dalam (Deep Breathing) Dalam
tekanan darah pada penderita hipertensi Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien
sedang-berat. Penelitian lainnya yang Hipertensi di Puskesmas Cibatu Kabupaten
dilakukan oleh Ervan (2013) tentang Garut.
pengaruh latihan nafas dalam terhadap
METODE PENELITIAN
perubahan tekanan darah penderita
Desain penelitian yang digunakan
hipertensi di wilayah Kecamatan Karas
adalah penelitian kuantitatif dengan metode
Kabupaten Magetan menimpulkan bahwa
penelitian quasi eksperimen dengan
terdapat perbedaan tekanan darah pada
memberikan intervensi terhadap subjek
penderita hipertensi setelah melakukan
penelitian. Selanjutnya efek intervensi
latihan nafas dalam dengan nilai p-value
tersebut dilakukan pengukuran dan
sistolik 0,000 dan p-value diastolik 0,000.
dianalisis dengan menggunakan rancangan
Berdasarkan data di Puskesmas
penelitian pre test dan post test tanpa
Cibatu Kabupaten Garut, bahwa jumlah
kelompok kontrol.
penderita hipertensi baru dan lama pada
Populasi dalam penelitian ini adalah
tahun 2018 yaiu sebanyak 8.289 penderita.
pasien dengan hipertensi yang berobat ke
Penyakit hipertensi menempati urutan ke- 1
BP Umum Puskesmas Cibatu Kabupaten
dari keseluruhan penyakit tidak menular
Garut pada tanggal 15-20 April 2019
(PTM) yang ada di Puskesmas Cibatu
dengan tehnik pengambilan sampel
Kabupaten Garut (Profil Puskesmas
accidental sampling dengan total sampel
Cibatu, 2018). Hasil Studi pendahuluan
sebanyak 34 orang.
yang dilakukan peneliti terhadap 3 orang
Kriterian inklusi dalam penelitian ini
pasien dengan hipertensi yang dirawat di
adalah pasien yang bersedia menjadi
Puskesmas Cibatu menyatakan bahwa
responden, pasien yang tidak memiliki
36
Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987, Volume 3 Nomor 1, Mei 2019, Hal. 34 - 41

riwayat gangguan sistem pernafasan, Berdasarkan hasil analisis pada tabel


pasien yang belum minum obat anti 2 menunjukan adanya penurunan nilai
hipertensi kurang dari enam jam. tekanan darah sistolik sebelum dan
Sedangkan kriteria ekslusi dalam penelitian sesuadah diberikan intervensi tehnik
ini adalah pasien dengan penyakit relaksasi nafas dalam (deep bretahing)
konflikasi, pasein yang telah diberikan dengan rerata sebelum dilakukan intervensi
tehnik relaksasi lainnya. sesebasar 174,41 dan sesudah diberikan
intervensi sebesar 154,71. Perbedaan
HASIL PENELITIAN
selisih nilai tekanan darah sistolik sebesar
Tabel 1
17,706 dengan standar deviasi 7,171. Hasil
Hasil Uji Normalitas Berdasarkan
Selisih Variabel Tekanan Darah uji statistik didapatkan nilai p value 0,000
Responden Hipertensi di
(p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan
Puskesmas Cibatu
yang bermakna antara nilai tekanan darah
Variabel Shapiro-Wilk Sig
sistolik sbelum dan sesudah intervensi
Tekanan Darah 0,162
tehnik relaksasi nafas dalam (deep
Berdasarkan hasil pengujian asumsi
breathing).
normalitas pada tabel 1 pada tekanan darah
responden memiliki nilai uji Shapiro-wilk Tabel 3
Perbedaan Tekanan Darah Diastolik
sebesar 0,162 (p>0,05), maka variabel
Sebelum dan Sesudah Diberikan
pengukuran tekanan darah menyebar Tehnik Relaksasi Nafas Dalam
(Deep Breathing)
mengikuti distribusi normal. Karena data
pada penelitian ini berdistribusi normal, P
Variabel Mean Selisih CI 95%
value
maka uji analisa data yang digunakan Sebelum 103.82 14,412 12,653 -
0,000
Sesudah 89,41 (5,040) 16,170
adalah uji parametrik dependent t-test.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel
Tabel 2 3 menunjukan adanya penurunan nilai
Perbedaan Tekanan Darah Sistolik
Sebelum dan Sesudah Diberikan tekanan darah diastolik sebelum dan
Tehnik Relakasasi Nafas Dalam sesuadah diberikan intervensi tehnik
(Deep Breathing)
relaksasi nafas dalam (deep bretahing)
P
Variabel Mean Selisih CI 95%
value dengan rerata sebelum dilakukan intervensi
Sebelum 174,41 19.706 17,204 - sesebasar 103,82 dan sesudah diberikan
0,000
Sesudah 154,71 (7,171) 22,208
intervensi sebesar 89,41 Perbedaan selisih
37
Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987, Volume 3 Nomor 1, Mei 2019, Hal. 34 - 41

nilai tekanan darah sistolik sebesar 14,412 dalam menurunkan tekanan darah pasien
dengan standar deviasi 5,040. Hasil uji hipertensi yang menunjukan adanya
statistik didapatkan nilai p value 0,000 penurunan tekanan darah pasien setelah
(p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan diberikan terapi relaksasi nafas dalam yaitu
yang bermakna antara nilai tekanan darah tekanan darah sistolik sebesar 18,46 mmHg
diastolik sbelum dan sesudah intervensi dan tekanan darah diastolik sebesar 6,54
tehnik relaksasi nafas dalam (deep mmHg. Analisa statistik dengan
breathing). menggunakan paired sampel T-test
didapatkan nilai p value tekanan darah
PEMBAHASAN
sistolik 0,001 (p<α=0,05) dan p value
Melihat dari hasil data diatas penulis
tekanan darah diastolik 0,001 (p<α=0,05).
berpendapat bahwa adanya perbedaan
Hal ini menunjukan terapi relaksasi nafas
tekanan darah sistolik dan diastolik pada
dalam efektif menurunkan tekanan darah
pasien hipertensi sebelum dan sesudah
pasien hipertensi.
diberikan intervensi merupakan hasil dari
Prosedur teknik relaksasi nafas
proses yang telah dilakukan oleh responden
dalam dan guided imagery yaitu dengan
melalui intervensi tehnik relaksasi nafas
cara menciptakan lingkungan yang tenang,
dalam (deep breathing). Hal tersebut
selanjutnya jaga privasi pasien, usahakan
diperkuat dengan hasil uji statistik dengan
tangan dan kaki responden dalam keadaan
mengunakan paired sampel T-test
rileks, kemudian minta pasien untuk
didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05)
memejamkan mata dan usahakan agar
pada tekanan darah sistolik, dan nila p
pasien berkonsentrasi, minta pasien
value 0,000 (p<0,05) pada tekanan darah
menarik nafas melalui hidung secara
diastolik. Dengan demikian terdapat
perlahan-lahan sambil menghitung dalam
perbeadaan yang bermakna antara nilai
hati “hirup, dua, tiga”, selama responden
tekanan darah sistolik dan diastolik
memejamkan mata kemudian minta pasien
sebelum dan sesudah diberikan intervensi
untuk membayangkan hal-hal yang
tehnik relaksasi nafas dalam (deep
menyenangkan atau keindahan, minta
breathing) pada pasien hipertensi di
responden untuk menghembuskan udara
Puskesmas Cibatu Kabupaten Garut.
melalui mulut dan membuka mata secara
Hasil ini sesuai dengan penelitian
perlahan-lahan sambil menghitung dalam
Rita (2016) tentang terapi relaksasi napas
38
Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987, Volume 3 Nomor 1, Mei 2019, Hal. 34 - 41

hati “hembuskan, dua, tiga”, minta pasien tehnik relaksasi nafas dalam (deep
untuk mengulangi lagi sama seperti breathing) memiliki nilai rata-rata 174,41
prosedur sebelumnya sebanyak tiga kali sedangkan tekanan darah diastolik pasien
selama lima menit. hipertensi sebelum diberikan intervensi
Kerja dari terapi ini mampu tehnik nafas dalam (deep bretahing)
memberikan pereganggan kardiopulmonari memiliki nilai rata-rata 103,82.
(Izzo, 2008). Stimulasi peregangan di arkus Tekanan darah sistolik pasien
aorta dan sinus karotis diterima dan hipertensi sesudah diberikan intervensi
diteruskan oleh saraf vagus ke medula tehnik relaksasi nafas dalam (deep
oblongata (pusat regulasi kardiovaskuler), breathing) memiliki nilai rata-rata 154,71
dan selanjutnya terjadinya peningkatan sedangkan tekanan darah diastolik pasien
refleks baroreseptor. Impuls aferen dari hipertensi sesudah diberikan intervensi
baroreseptor mencapai pusat jantung yang tehnik nafas dalam (deep breathing)
akan merangsang saraf parasimpatis dan memiliki nilai rata-rata 89,41.
menghambat pusat simpatis, sehingga Dapat diambil kesimpulan bahwa
menjadi vasodilatasi sistemik, penurunan tehnik relaksasi nafas dalam (deep
denyut dan kontraksi jantung. breathing) efektif dalam menurukan
Perangsangan saraf parasimpatis ke bagian- tekanan darah pada pasien hipertensi di
bagian miokardium lainnya mengakibatkan Puskesmas Cibatu Kabupaten Garut.
penurunan kontraktilitas, volume sekuncup
SARAN
menghasilkan suatu efek inotropik negatif.
Bagi pelayanan kesahatan dalam
Keadaan tersebut mengakibatkan
megatasi permasalahan pasien terutama
penurunan volume sekuncup dan curah
dalam penatalaksanaan sebuah kasus agar
jantung. Pada otot rangka beberapa serabut
tidak selalu berfokus kepada medis dan
vasomotor mengeluarkan asetilkolin yang
farmakologis saja alangkah lebih baiknya
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
dikolaborasikan dengan penatalaksanaan
akibatnya membuat tekanan darah menurun
non medis dan non farmakologis. Dengan
(Muttaqin, 2009).
harapan permasalahan pasien bisa cepat
KESIMPULAN teratasi dan bisa menjadi pendidikan
Tekanan darah sistolik pasien kesehatan bagi pasien dalam mengatasi
hipertensi sebelum diberikan intervensi
39
Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987, Volume 3 Nomor 1, Mei 2019, Hal. 34 - 41

permasalahannya sebelum datang ke Irianto, K. (2014). Ilmu Kesehatan


pelayanan kesehatan. Masyarakat. Bandung: Alfabet.

Bagi pasien hipertensi tehnik Jayanthi, Niken. 2010. Teknik


RelaksasiNafas Dalam.
relaksasi nafas dalam (deep breathing) bisa
http://rentalhikari.wordpress.co
dijadikan terapi modalitas dalam mengatasi m/2010/03/23/teknikrelaksasi-
permasalahannya, agar dapat membantu nafas-dalam/ diakses pada
tanggal 29 April 2019 pukul
menurunkan tekanan darahnya. 14.00WIB
Rachmayanti, D. H. (2017). Hubungan
DAFTAR PUSTAKA
Pengetahuan dan Riwayat
Audah, F. (2011). Dahsyatnya Teknik Hipertensi Dengan Tindakan
Pernafasan. Yogyakarta: Pengendalian Tekanan Darah Pada
Interpreebook. Lansia. Jurnal Berkala
Chandra Kristianto, dkk (2013). Efektifitas Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2,
Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Mei 2017, Hlm. 174-184.
Guided Imagery Terhadap
Kementerian Kesehatan RI (2013). Riset
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Operasi Sectio Caesare di Irina D
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Jakarta: Badan Litbang Kemenkes
Manado. Ejurnal Keperawatam (e- RI.
Kp). Volume 1. Nomor 1. Agustus Rita Dwi Hartanti, dkk. (2016). Terapi
2013
Relaksasi Napas Dalam
Ervan Putra (2013). Pengaruh Latihan Menurunkan Tekanan Darah
Nafas Dalam Terhadap Perubahan Pasien Hipertensi . Junal Ilmiah
Tekanan Darah Pada Penderita Kesehatan (JIK), Vol IX, No. 1.
Hipertensi Di Wilayah Kecamatan
Karas Kabupaten Magetan. Smeltzer & Bare (2013). Buku Ajar
Fakultas Ilmu Kesehatan Keperawatan Medikal Bedah
Universitas Muhammadiyah Bruner dan Sudart Edisi 8. Jakarta:
Surakarta. EGC.

Infodatin. (2014). Pusat Data dan Sutanto, P, H (2016). Analisa Data Pada
Informasi. Jakarta: Kementerian Bidang Kesehatan. Jakarta :
Kesehatan Republik Indonesia. Rajawali Pers

Insyah, R. T. (2015). Penurunan Tekanan Syamsudin. (2011). Buku ajar


Darah Dengan Menggunakan Farmakoterapi Kardiovaskuler
Tehnik Nafas Dalam (Deep dan Renal. Jakarta: Salemba
Breathing) Pada Pasien Hipertensi Medika.
di Puskesmas Bendosari Tawang, E. (2013). Pengaruh Teknik
Kabupaten Sukoharjo. Junrnal Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Terpadu Ilmu Kesehatan, 82-96. Penurunana Tekanan Darah Pada
40
Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987, Volume 3 Nomor 1, Mei 2019, Hal. 34 - 41

Pasien Hipertensi. Ejournal


Keperawatan (e-Kp), Volume 1.
Nomor 1. Agustus 2013.
Yonaya, dkk (2016). Hipertensi Sebagai
Faktor Pencetus Terjadinya Stroke.
Majority. Volume 5. Nomor 3.
September 2016

41
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 7, No. 2
Desember 2018
https://doi.org/10.30644/rik.v7i2.178

Pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah pada penderita


hipertensi di puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi

Rasyidah AZ
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu, Jambi
Email : syidahaz84@gmail.com

Abstrak

Latar belakang : Hipertensi merupakan salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang
memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Tekanan darah tinggi pada pasien
hipertensi dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan non farmakologis.Salah satu terapi non
farmakologis adalah terapi relaksasi napas dalam. Data kasus hipertensi di Puskesmas
Simpang IV Sipin pada tahun 2015 sebanyak 1193 kasus meningkat menjadi 2026 kasus pada
tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh slow deep breathing
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin.
Metode : Penelitian ini merupakan quasi exsperimen dengan pendekatan one group pre test
and post test. Sampel penelitian adalah penderita hipertensi dengan jumlah sampel sebanyak
17 responden dan diambil secara Purposive sampling.Pengumpulan data dengan
menggunakan alat ukur spygnomano meter air raksa dan melakukan slow deep
breathing.Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji
wilxocon.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah responden
setelah diberikan slow deep breathing yaitu tekanan darah sistolik sebesar 11,18 mmHg dan
tekanan darah diastolik sebesar 2,94 mmHg. Hasil analisis dengan menggunakan uji wilxocon
dengan tingkat kepercayaan 95% dengan α 5% (0,05) didapat nilai p-value tekanan darah
sistolik 0,000 dan tekanan darah diastolik 0,166). Hal ini menunjukkan slow deep breathing
memiliki pengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik, tetapi tidak memiliki pengaruh
terhadap tekanan darah diastolik pada penderita hipertensi.
Kesimpulan dan Saran : kesimpulan menunjukkan adanya pengaruh slow deep breathing
terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi.
Diharapkan perawat dapat memberikan latihan slow deep breathing sebagai manajemen non
farmakologi dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi primer.

Kata Kunci : Hipertensi, Slow Deep Breathing

Abstract
Background: Hypertension is one of the diseases of the cardiovascular system that has high
mortality and morbidity. High blood pressure in hypertensive patients can be treated with
pharmacological and nonpharmacological therapy. One of the non-pharmacological treatments
is deep breathing relaxation therapy. Data of hypertension cases at Simpang IV Sipin Public
Health Center in 2015 as many as 1193 cases increased to 2026 cases in 2016. The purpose
of this study was to determine the effect of slow deep breathing on blood pressure in
hypertensive patients at Simpang IV Sipin Public Health Center.
Method: This study is a quasi exsperimen with one group pre test and post test approach. The
sample of this research is hypertension patient with 17 respondent and taken by purposive
sampling. Collecting data using spygnomano meter mercury meter and doing slow deep
breathing. Data analysis was done by univariate and bivariate using wilxocon test.
Results: The results showed that there was a decrease in blood pressure of respondents after
given slow deep breathing ie systolic blood pressure of 11.18 mmHg and diastolic blood
pressure of 2.94 mmHg. Result of analysis by using wilxocon test with 95% confidence level
with α 5% (0,05) got p-value value of systolic blood pressure 0.000 and diastolic blood pressure
0,166). This indicates that slow deep breathing has an effect on the decrease in systolic blood
pressure, but has no effect on diastolic blood pressure in hypertensive patients.

155
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 7, No. 2
Desember 2018
Conclusion and Suggestion: conclusion shows the effect of slow deep breathing on blood
pressure of hypertensive patients at Simpang IV Sipin Public Health Center, Jambi City. It is
expected that nurses can provide slow deep breathing exercise as non-pharmacological
management in providing nursing care in primary hypertensive patients.
Keywords: Hypertension, Slow Deep Breathing

PENDAHULUAN Faktor-faktor yang mempengaruhi


Hipertensi merupakan salah satu terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua
penyakit yang menjadi perhatian di dunia. kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat
Hipertensi menjadi penyakit tidak menular dikendalikan seperti jenis kelamin, umur,
nomor satu di banyak negara. Darah tinggi genetik, ras dan faktor yang dapat
merupakan pembunuh tersembunyi yang dikendalikan seperti pola makan, diabetes
penyebab awalnya tidak diketahui atau melitus, kebiasaan olah raga, konsumsi
tanpa gejala sama sekali. Hipertensi dapat garam, kopi, alkohol dan stres. Terjadinya
menyebabkan berbagai komplikasi yaitu hipertensi perlu peran beberapa faktor risiko
penyakit jantung, stroke dan ginjal (1) secara bersama-sama sehingga dapat
Data WHO menyatakan bahwa di dikatakan bahwa satu faktor risiko saja
seluruh dunia terdapat sekitar 972 juta orang belum dapat menimbulkan hipertensi(4)
atau 26,4% penghuni bumi menderita Terapi non farmakologis yang wajib
hipertensi, angka ini akan meningkat dilakukan oleh penderita hipertensi yakni
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta mengontrol asupan makanan dan natrium,
penderita hipertensi, 333 juta berada di menurunkan berat badan, pembatasan
Negara maju dan 639 sisanya berada di konsumsi alkohol dan tembakau, serta
Negara berkembang, termasuk Indonesia. melakukan latihan dan relaksasi(5). Salah
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi satu terapi nonfarmakologis yang dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi dilakukan pada penderita hipertensi primer
esensial yaitu hipertensi yang tidak diketahui yaitu latihan slow deep breathing karena
penyebabnya dan hipertensi sekunder atau termasuk ke dalam latihan dan relaksasi.
hipertensi yang diketahui penyebabnya Latihan pernapasan dalam dan lambat (Slow
seperti gangguan ginjal, gangguan hormon, Deep breathing) adalah salah satu terapi
dan sebagainya.Jumlah penderita hipertensi modalitas non-farmakologis yang dapat
esensial sebesar 90-95%, sedangkan meningkatkan sensitivitas baroreflex dan
jumlah penderita hipertensi sekunder mengurangi aktivitas simpatis dan aktivasi
sebesar 5-10%(2). chemoreflex, yang menunjukkan efek
Data Dinas Kesehatan Kota Jambi berpotensi menguntungkan dalam
tahun 2017 menujukkan bahwa jumlah hipertensi(5)
kejadian hipertensi sebanyak 17.742 kasus. Berdasarkan latar belakang di atas,
Data Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun maka penulis tertarik untuk melakukan
2016 menunjukkan dari 20 Puskesmas yang sebuah penelitian ilmiah yang berjudul
ada di Kota Jambi, Puskesmas yang “pengaruh slow deep breathing terhadap
memiliki kasus hipertensi paling tinggi pada tekanan darah pada penderita hipertensi di
tahun 2016 adalah Puskesmas Putri Ayu Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi
yakni sebanyak 2798 kasus dan disusul oleh Tahun 2017”.
Puskesmas Simpang IV Sipin yakni
sebanyak 2026 kasus. Kasus Hipertensi di METODE
Puskesmas Simpang IV Sipin mengalami Jenis penelitian ini adalah quasi
peningkatan dari 1193 kasus pada tahun exsperimen dengan pendekatan one group
2013 menjadi 2026 kasus pada tahun pre test and post test yang
2017(3) bertujuanmengetahui pengaruh slow deep

156
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 7, No. 2
Desember 2018

breathing terhadap tekanan darah pada Rata-rata tekanan darah sebelum dan
penderita hipertensi. Populasi dalam setelah intervensi adalah sebagai berikut:
penelitian ini sebanyak 2026 penderita
hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin Tabel 2: Hasil Analisis Rata-rata Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Sebelum dan Setelah Intervensi
Kota Jambi tahun 2016 dan jumlah sampel
Slow Deep Breathing di Wilayah Kerja Puskesmas
dalam penelitian ini sebanyak 17 Simpang IV Sipin Tahun 2017.
responden.Penelitian dilakukan pada
tanggal 3 s/d 23 Juli. Pengumpulan data Tekanan Darah Rerata p-value n
dengan melakukan pengukuran tekanan Sistolik Pre Test 151,18 0,000 17
darah menggunakan sphygnomanometer air Post Test 140,00
Diastolik Pre test 91,18 0,166 17
raksa dan melakukan slow deep breathing.
Post test 88,24
Data dianalisis dengan menggunakan uji
Wilcoxon.
Hasil uji wilxocon pre test dan post test
tekanan darah sistolik memiliki nilai p-value
HASIL = 0,000 sehingga disimpulkan bahwa ada
1. Univariat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
tekanan darah sistolik sebelum dan setelah
Gambaran tekanan darah sebelum diberikan slow deep breathing.
dan setelah diberikan slow deep breathing Hasil uji wilxocon pre test dan post test
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : tekanan darah diastolik memiliki nilai p-value
= 0,166 sehingga disimpulkan bahwa tidak
Tabel 1:Hasil Tekanan Darah Sebelum dan Setelah ada perbedaan yang signifikan antara rata-
Diberikan Slow deep Breathing di Wilayah Kerja rata tekanan darah sistolik sebelum dan
Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2017
setelah diberikan slow deep breathing
Nilai Pre Test Post Test
Statistik PEMBAHASAN
Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik
a. Gambaran Tekanan Darah Pre-test
Terendah 140,0 80,0 130,0 70,0 dan Post-test
Tertinggi 210,0 110,0 180,0 100,0 Berdasarkan hasil penelitian
Rata-rata 151,18 91,18 140,0 88,24 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan
Median 140,0 90,0 140,0 90,0
darah sistolik sebelum diberikan latihan slow
Standar 19,648 9,275 14,142 7,276
deep breathing adalah 151,18 mmHg dan
Deviasi menurun menjadi 140,0 mmHg setelah
diberikan latihan slow deep breathing. Rata-
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata tekanan darah diastolik sebelum
tekanan darah pre test diperoleh nilai diberikan latihan slow deep breathing adalah
91,18 mmHg dan berubah menjadi 88,24
terendah sistol 140 dan diastol 80, nilai
mmHg setelah diberikan latihan slow deep
tertinggi sistol 210 dan diastol 110, rata-rata breathing.
sistol 151,18 dan diastol 91,18, median sistol Penelitian ini didukung oleh Tawang
140 dan diastol 90, standar deviasi sistol (2013) yang menyatakan bahwa tehnik
19,648 dan diastol 9,275. relaksasi nafas dalam sangat efektif
Kemudian tekanan darah post test menurunkan tekanan darah pada pasien
diperoleh nilai terendah sistol 130 dan hipertensi (6) Pernapasan diafragma sampai
diastol 70, nilai tertinggi sistol 180 dan saat ini menjadi metode relaksasi yang
diastol 100, rata-rata sistol 140 dan diastol mudah dalam pelaksanaanya.Terapi
88,24, median sistol 140 dan diastol 90, relaksasi teknik pernapasan diafragma ini
standar deviasi sistol 14,142 dan diastol sangat baik untuk di lakukan setiap hari oleh
7,276. penderita tekanan darah tinggi, agar
2. Bivariat
157
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 7, No. 2
Desember 2018

membantu relaksasi otot tubuh terutama otot menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
pembuluh darah sehingga mempertahankan sehingga keadaan menjadi rileks.Keadaan
elastisitas pembuluh darah arteri sehingga rileks ini dapat mempengaruhi HPA axis,
dapat membantu menurunkan tekanan hipotalamus (CRF menurun), pituitari (ACTH
darah. menurun) dan medula katekolamin yang
Selama ini penanganan hipertensi mengakibatkan penurunan tekanan darah(8)
lebih menekankan pada terapi farmakologi Relaksasi dengan mengatur frekuensi
dan jarang diberikan terapi pernafasan antara 8-12 kali per
nonfarmakologis.Terapi nonfarmakologis menitmemberi pengaruh berupa
dapat berupa olahraga, diit rendah garam, menurunnya konsumsi oksigen oleh sel-sel
penurunan berat badan, teknik tubuh dan meningkatnya kadar CO2 plasma.
relaksasi/nafas dalam, dan lain-lain.Slow Peningkatan kadar CO2 plasma
Deep Breathing (SDB) atau nafas dalam merangsang refleks baroreseptor, yang
saat ini banyakdirekomendasikan sebagai kemudian menurunkan aktivitas simpatis
salah satu teknik yang bisa digunakan pada jantung (menurunkan kontraktilitas
menurunkan atau mengontrol tekanan miokard) sehingga mengurangi stroke
darah. SDB adalah berupa suatu keadaan volume dan menurunkan tekanan sistole.
inspirasi dan ekspirasi pernafasan dengan Berdasarkan hasil penelitian
frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali per didapatkan bahwa latihan slow deep
menit sehingga terjadi peningkatan breathing dapat digunakan sebagai terapi
regangan kardiopulmonari (7). nonfarmakologi pada pasien hipertensi
selain mudah dilakukan, slow deep
b. Pengaruh Slow Deep Breathing breathing juga efektif dalam menurunkan
terhadap Penurunan Tekanan Darah tekanan darah penderita hipertensi. .
Sistolik pada Penderita Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai c. Pengaruh Slow Deep Breathing
p-value = 0,000 hal tersebut menunjukkan terhadap Penurunan Tekanan Darah
bahwa ada pengaruh slow deep breathing Diastolik pada Penderita Hipertensi
terhadap penurunan tekanan darah sistolik Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
pada penderita hipertensi di wilayah kerja nilai p-value = 0,166 hal tersebut
Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi. menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
Hasil penelitian ini sejalan dengan slow deep breathing terhadap penurunan
penelitian yang dilakukan oleh Hastuti tekanan darah diastolik pada penderita
(2014) di Puskesmas Bendosari, hasill uji hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
statistik dengan menggunaka uji paired t-test Simpang IV Sipin Kota Jambi.
pada tekanan darah sistole didapatkan nilai Hasil penelitian ini sejalan dengan
p=0,000, berarti padaalpha 5% terlihat ada penelitian yang dilakukan oleh Anugraheni
perbedaan yang signifikan antara rata-rata (2017) diperoleh hasil bahwa tidak ada
tekanan darah pada pasien hipertensi pengaruh slow deep breathing terhadap
sebelum dan sesudah tindakan terapi tehnik tekanan darah diastolik pada lansia di
nafas dalam (deep breathing), yaitu Ho wilayah kerja Puskesmas Purwosari dengan
ditolak dan Ha diterima yang berarti ada nilai p-value = 0,052. Hasil penelitian ini juga
pengaruh pemberian terapi tehnik nafas sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(deep breathing) terhadap penurunan oleh Hidayat (2010) yang menunjukkan
tekanan darah pada pasien hipertensi. bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
Pada teknik relaksasi terjadi terapi non farmakologi dengan penurunan
penurunan aktivitas saraf simpatis sehingga tekanan diastolik pada kelompok
158
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 7, No. 2
Desember 2018

ekeperimen dan kelompok kontrol dengan DAFTAR PUSTAKA


nilai p-value = 0,486. 1. Brunner & Suddarth. Buku Ajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keperawatan Medikal Bedah. 8th ed.
tidak ada pengaruh slow deep breathing 2013.
terhadap tekanan darah diastolik pada 2. WHO. Hypertension Report. 2015.
penderita hipertensi. Penelitian Jones et al 3. Dinkes. Profil Kesehatan Kota Jambi.
(2014) yang dilakukan pada 20 orang Jambi; 2016.
responden didapatkan bahwa slow deep 4. Kemenkes RI. Pusat Data dan Informasi
breathing dapat menurunkan tekanan darah Kementrian Kesehatan RI tentang
sistolik, sementara tekanan diastolik juga Hipertensi. Jakarta; 2015.
terjadi penurunan tetapi tidak terlalu 5. Smeltzer, C. Suzanne & Bare G B. Buku
signifikan (9). Ajar Keperawatan MedikalBedah. Alih
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta:
hubungan antara slow deep breathing
EGC; 2013.
dengan tekanan darah diastolik dikarenakan
6. Tawang, E., Mulyadi dan HP. Pengaruh
sebagian besar yakni 47,1% responden
Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
memiliki usia dengan kategori lansia.
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien
Dimana pada usia lanjut, hipertensi terutama
Hipertensi Sedang-Berat di Ruang Irina
ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan
C Blu Prof. DR. R. D. Kandou Manado.
darah sistolik. Selain itu, tekanan darah
diastolik terkait dengan sirkulasi koroner, jika Ejournal Keperawatan (e-Kp).
arteri koroner mengalami aterosklerosis 2013;1:1–7.
akan mempengaruhi tekanan darah diastolik 7. Izzo, Joseph L,. Sica, Domenic,.& Black
HR. Hypertension Primer: The
KESIMPULAN essentials of High Blood Pressure Basic
Rata-rata tekanan darah sistolik Science, Population. 2008.
sebelum diberikan latihan slow deep 8. Priharjo R. Perawatan Nyeri. Jakarta:
breathing adalah 151,18 mmHg dan rata- EGC; 2003.
rata tekanan darah diastolik sebelum 9. JONES CU, , B. SANGTHONG, OP,
diberikan latihan slow deep breathing adalah JONES DA. Slow Breathing Training
91,18 mmHg.Rata-rata tekanan darah
Reduces Resting Blood Pressure and
sistolik setelah diberikan latihan slow deep
the Pressure Responses to Exercise.
breathing adalah 140,0 mmHg dan rata-rata
Physiol Res 64. 2015;673–82.
tekanan darah diastol setelah diberikan
10. Hastuti, Rini, Tri & Insiyah. 2014.
latihan slow deep breathing adalah 88,24
Penurunan Tekanan Darah dengan
mmHg
Menggunakan Tehnik Nafas Dalam
Ada pengaruh slow deep breathing
terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada Pasien Hipertensi di Puskesmas
pada penderita hipertensi di wilayah kerja Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Jurnal
Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Terapan Ilmu Kesehatan. Volume 4,
dengan nilai p-value = 0,000. No.2

159

Anda mungkin juga menyukai