Anda di halaman 1dari 137

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SULI KABUPATEN LUWU

EVA PURWATI FAHRUDDIN


K111 14 505

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN BIOSTATISTIK/KKB
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2018
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Makassar Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Biostatistik/KKB
Skripsi, Maret 2018

EVA PURWATI FAHRUDDIN


“ FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SULI
KABUPATEN LUWU”
xii + VI BAB + 87Halaman + 24 Tabel + VI Lampiran

Hipertensi dalam kehamilan adalah tekanan darah mencapai 140/90


mmHg atau lebih yang terjadi saat kehamilan,Ibu hamil yang mengalami
hipertensi sering terjadi pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Hipertensi pada
kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu hamil (termasuk
kejang, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur riwayat
hipertensi, paparan asap rokok, paritas, dan stress kehamilan terhadap kejadian
hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli kabupaten Luwu.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan
pendekatan desain cross sectional study, populasi pada penelitian ini adalah 73
ibu hamil. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah total sampling.
Pengumpulan data diperoleh menggunakan kuesioner.Analisis hubungan
menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengalami
hipertensi sebanyak 38 orang (53,4%) sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak
35 orang (46,6%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa umur (p=0,000), riwayat
hipertensi (p=0.004), paparan asap rokok (p=0,431), paritas (p=0,626) dan stres
kehamilan (p=0.007). jadi disimpulkan bahwa ada hubungan umur, riwayat
hipertensi, dan stres kehamilan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
sedangkan yang tidak memiliki hubungan yaitu paparan asap rokok dan paritas
dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah Kerja Puskesmas Suli
Kabupaten Luwu.
Dengan demikian ibu hamil yang menderita hipertensi selama kehamilan
diharapkan untuk terus mengontrol kesehatannya salah satunya yaitu tekanan
darah yang tetap normal.

Daftar pustaka : 86 (2002-2017)


Kata Kunci : Hipertensi, Hipertensi dalam kehamilan

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi

rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul“FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SULI KABUPATEN LUWU”. Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan

kepada Nabi besar Muhammad SAW kepada keluarga, para sahabatnya dan

umatnya hingga akhir zaman amin.

Penulis sadar dengan kekurangan dalam penulisan ini serta berbagai

kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan skripsi ini.Alhamdulillah saya

ucapkan terima kasih kepada semua orang yang terlibat membantu baik moril

maupun materil dalam penyususnan skripsi ini.

Penghargaan dan terima kasih yang tak terkira kepada kedua orang tua

yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya yang selalu memberikan

dukungan baik doa dan materi kepada penulis semoga Allah SWT selalu

melimpahkan rahmat ,kesehatan dan keberkahan atas semua kebaikan yang

diberikan kepada penulis.


Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang membantu penulis dalam

berbagai hal. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan terima kasih sedalam

dalamnya kepada :

1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunianya yang memberikan

kekuatan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua Orang tua tercinta yang selama ini telah banyak membantu peneliti

dalam berbagai bentuk perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang

tidak hentinya demi kelancaran dan kesuksesan peneliti dalam menyelesaikan

skripsi.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. A. Ummu Salmah, SKM., M.Scselaku pembimbing I dan

Bapak dr. Muhsen Sarake, MSselaku pembimbing II yang telah membimbing

penulis, memberikan nasihat, arahan, serta dukungan dalam bimbingan

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Masni, Apt, MSPH, ,Bapak Indra Dwinata,SKM.,MPH, Bapak Dian

Putra Marzuki, SKM, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran, kritik dan arahan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli A, M.Kes selaku Dekan Fakultas

kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin.

6. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat

berharga dan bermanfaat bagi penulis selama menempuh pendidikan.

7. Seluruh Staf Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin atas

segala kemudahan birokrasi dan telah menjalankan fungsinya dengan baik

pada saat pengurusan administratif.


8. Staf Bagian Biostatistik/KKB Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas

Hasanuddin yang telah memberikan bantuan serta dukungan dan motivasi.

9. Ibu Hj. Hudianah, SE selaku kepala Puskesmas Suli beserta pegawai yang

telah memberikan data awal kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

10. Ibu kepala Bidang puskesmas Suli yang mendukung dan turun tangan dalam

penyelesaian penelitian pada skripsi ini.

11. Kakak-kakak senior yang telah banyak memberikan informasidalam

penyelesaian Skripsi ini.

12. Masyarakat wilayah puskesmas Suli yang telah bersedia menjadi responden

dan juga kerjasamanya untuk penelitian ini dalam penyelesaian Skripsi.

13. Terima kasih kepada Novitayang selalu menemani dan membantusecara

langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Terima kasih kepadaMiftachul Hajar, Puspita Rezki Amanda, dan Taufik nur

hidayat yang selalu mendoakan membantu, menemani dan memberikan

dukungan dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Terima Kasih kepada Kumalasari, Faradillah, Putri Pratiwiyang selalu

mendoakan kesuksesan dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Terima kasih kepada Mutmainnah Lukman yang selalu membantu dan

menemani dalam menyelesaikan skripsi.

17. Terima kasih Muhammad Rahman Jas telah mendengar keluh kesah saya, dan

selalu mendukung serta memberikan motivasi untuk mengerjakan penelitian

dalam menyelesaikan Skripsi ini.

vii
18. Teman-teman HIMASTIK periode 2016/2017 dan kakak-kakak jurusan

Biostatistik/KKB yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatuyang telah

menemani hari-hari penulis selama menempuh jenjang pendidikan di FKM

Unhas.

19. Teman-teman angkatan 2014 (VAMPIR) yang selalu memberikan keceriaan

dikampus, kakanda senior dan junior FKM Unhas atas dukungan dan

bantuannya selama proses perkuliahan hingga terselesaikan tugas akhir ini.

20. Teman-teman PBL posko Baltar(Eka, Reni, Itta, Ghea, Diana, fenny, ika

Baso dan Mifta) terima kasih atas kerja samanya dan dukungan selama

penelitian ini berlangsung.

21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

segala dukungan dan bantuan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan namun

demikian, penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat, semoga Allah

SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Aamiin

Makassar, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
RINGKASAN..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
A. Tinjauan umum Tentang Hipertensi...............................................................8
B. Tinjauan Umum Tentang Ibu Hamil............................................................17
C. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi Ibu hamil............................................23
D. Tinjauan Umum tentang Puskesmas.............................................................34
E. Tinjauan Umum tentang Variabel Yang di teliti..........................................38
F. Kerangka Teori 45
BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................45
A. Dasar Pemikiran Variabel.............................................................................45
B. Kerangka Konsep........................................................................................47
C. Definisi Oprasional dan Kriteria Objektif....................................................48
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................52
A. Jenis Penelitian 52
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................52
C. Pengumpulan Data........................................................................................53
D. Pengolahan dan Analisis data.......................................................................54
E. Penyajian Data 56
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Has il Penelitian.............................................................................................58
B. Pembahasan..................................................................................................73

vi
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................87
B. Saran.............................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Teori Modifikasi : Mc. Carthy and Maine (1992) dan
Teori Mosley
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Indeks Keparahan DASS 42

Tabel 3.1 Tabel Kontigensi Analisis Bivariat

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan umur ibudi Wilayah

Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan terakhirdi

Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pekerjaan di Wilayah

Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan usia kehamilandi Wilayah

Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan riwayat hipertensidi

Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi

Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi

Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gejala Hipertensi

kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Umur

kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

ix
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suami Merokok di

Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga

Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paparan Asap Rokok di

Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja

Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stres Kehamilandi

Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pertanyaan Stres

Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status tekanan Darah di

Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Dengan Hipertensi

Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab. Luwu

Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi

Dengan Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas

Suli Kab. Luwu

Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paparan Asap Rokok

Dengan Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Suli

Kab. Luwu
Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan paritas Dengan

Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kab.

Luwu

Tabel 5.22Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stres Kehamilan Dengan

Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Suli

Kab.Luwu
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Sintesa Penelitian

Lampiran 2 :Kuesioner

Lampiran 3 :Dokumentasi

Lampiran 4 :Hasil SPSS

Lampiran 5 :Surat izin penelitian

Lampiran 6 : Biodata Penulis


BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang Masalah

` Hipertensi merupakan tekanan darah diatas batas normal yaitu

140/90mmHg.Hipertensi termasuk dalam masalah global yang melanda

dunia.Menurut data WHO (World Health Organization) hipertensi kehamilan

adalah salah satu penyebab kesakitan dan kematian diseluruh dunia baik bagi

ibu maupun janin. Secara global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong

dalam penyebab kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena

terjadinya pendarahan (25%) biasanya pendarahan pasca persalinan, hipertensi

pada ibu hamil (12%), partus macet (8%), aborsi (13%) dankarena sebab

lainnya (7%) (WHO, 2015).

Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, terutama apabila terjadi

pada wanita yang sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu

dan bagi bayi yang akan dilahirkan, Karena tidak ada gejala atau tanda khas

sebagai peringatan dini. Hipertensi dalam kehamilan, kejadian ini

persentasenya 12% dari kematian ibu di seluruh dunia yang menyatakan bahwa

hipertensi meningkatkan angka kematian dan kesakitan pada ibu hamil

(Kemenkes, 2013).

Angka Kematian Ibu (AKI) yang merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan, sampai saat ini masih tinggi di Indonesia

dan j auh berada di atas negara ASEAN lainnya.jika dibandingkan AKI

Singap
1
ura yaitu 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Malaysia mencapai 160

1
2

per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKI Vietnam sama seperti Negara

Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per

100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 per kelahiran hidup,

sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu

juga merupakan salah satu target yang ditentukan dalam tujuan pembagunan

Millennium Development Goals(MDG’S) yaitu meningkatkan kesehatan ibu

dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai

¾ risiko jumlah kematian ibu (Depkes RI, 2007).

Hipertensi berada pada persentase kedua penyebab kematian ibu yaitu

(24%), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi)

yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan

dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang

tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat

bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum masa kehamilan (SDKI, 2007).

Hasil dari SDKI tahun 2012, menyatakan bahwa sepanjang tahun 2007-

2012 kasus kematian ibu melonjak naik. Pada tahun 2012 AKI mencapai 359

per 100.000 penduduk atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan

kondisi pada tahun 2007, yaitu sebesar 228 per 100.000 penduduk. Angka

kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi,

partus lama/macet, dan abortus. Pada tahun 2010, angka kematian ibu di

Indonesia tertinggi disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan sebanyak 32%,

31% d ikarenakan komplikasi purperium, 20% karena perdarahan. Data situasi

keseha tan ibu menggambarkan angka kematian ibu karena hipertensi dalam
3

kehamilan pada tahun 2010 sebesar 21,5% dan pada tahun 2013 menjadi

27,1% menunjukan terjadi peningkatan sebesar 5,6% (Kemenkes, 2013).

Berdasarkan prevalensi hipertensi menurut Riskesdas 2007 dan 2013

hipertensi berdasarkan jenis kelamin, prevalensi hipertensi pada tahun 2007

perempuan lebih tinggi yaitu 31.9% dibandingkan dengan laki-laki yaitu 31.3%

dan pada tahun 2013 laki laki yaitu 22,8% dan 28,8%, meskipun kejadian

hipertensi mengalami penurunan namun hipertensi pada perempuan masih

tetap lebih tinggi.

Sedangkan berdasarkan profil kesehatan provinsi Sulawesi Selatan tahun

2015 prevalensi hipertensi pada perempuan 47,73% lebih besar dibandingkan

dengan laki-laki 38,51%. Hipertensi lebih sering menyerang perempuan

dikarenakan berbagai macam faktor pendukung, terutama pada perempuan

yang mengalami kehamilan karena masa kehamilan yang rentan dimana selama

kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2–3% kehamilan.

Kejadian hipertensi pada kehamilan sekitar 5–15%, dan merupakan satu di

antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di samping infeksi

dan perdarahan (Anna, 2012).

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Luwu tahun 2016 Kondisi AKI

di kabupaten Luwu semakin hari semakin meningkatdimana sejak tahun 2012

sebanyak37,5%, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi17,5%

tahun 2014 dan 2015 menjadi 47.5% dan 2016 meningkat menjadi 58,2%, AKI

di Kab upaten Luwu bahkan dapat diprediksi masih banyak kasus yang belum
4

terlaporkan melihat masih tingginya cakupan persalinan oleh dukun dan

kemitraan antara dukun dan bidan belum berjalan secara optimal.

Data dari dinas kesehatan Kabupaten Luwu pada tahun 2016 ditemukan

7.335 ibu hamil dengan usia 15-39 tahun dan diperoleh angka kejadian

hipertensi pada ibu hamil sebanyak 1.467 kasus. Berdasarkan data KIA di

puskesmas Suli Kabupaten Luwu pada bulan juli 2017 terdapat 18 orang ibu

hamil yang disebabkan karena hipertensi (preeklampsia-eklampsia) sedangkan

pada bulan Agustus 2017 terdapat 48 orang ibu hamil yang disebabkan

karenahipertensi (Preeklampsia-Eklampsia). Hal ini menunjukkan bahwa ibu

hamil dengan risiko tinggi yang disebabkan oleh hipertensi (Preeklampsia-

Eklampsia) semakin hari semakin bertambah, tingginya kejadian hipertensi

dalam kehamilan mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian

janin.

Tingginya kejadian hipertensi dalam kehamilan ini disebabkan oleh

banyak faktor.Adapun menurut hasil penelitian Saraswati (2014) menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian hipertensi

pada ibu hamil.<20 dan >35 tahun mempunyai risiko 15,731 mengalami

kejadian hipertensi dibandingkan dengan responden yang berumur 20 – 35

tahun.

Berdasarkan penelitian Fahira (2017) bahwa riwayat hipertensi merupakan

faktor risiko kejadian preeklampsia dengan kata lain riwayat hipertesnsi

berisik o 1,591 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibanding

denga n yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Menurut hasil penelitian Lina
5

(2013) 2 responden dari kelompok hipertensi yang menyatakan tinggal

serumah dengan > 1 perokok aktif sedangkan pada kelompok tidak hipertensi

hanya 1 responden.berarti perokok pasif yang tinggal serumah dengan > 1

orang perokok aktif berisiko 1,85 kali daripada serumah dengan 1 perokok

aktif untuk terjadi hipertensi.

Menurut hasil penelitian Sri (2016) proporsi ibu bersalin dengan

hipertensiyang paling banyak adalah pada kelompok ibu yang pernah

melahirkan > 3 kali yaitu terdapat 74%. Menurut hasil penelitian Ridha (2013)

menunjukkan adanya hubungan dengan hipertensi antara tingkat stres yang

dialami oleh ibu hamil yaitu sebesar 47,6%.

Berdasarkan beberapa hal tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui

faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah

kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dari

penelitian ini yaitu apakah ada hubungan faktor terjadinya hipertensi pada ibu

hamil di wilayah kerja puskesmas kabupaten luwu berdasarkan umur ibu,

riwayat hipertensi, paparan asap rokok, paritas, dan stress kehamilan.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :
6

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor risiko kejadian hipertensi pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu berdasarkan umur ibu,

riwayat hipertensi, paparan asap rokok, paritas, dan stress kehamilan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara umur ibu dengan kejadian hipertensi pada

ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

b. Mengetahui hubungan antara riwayat hipertensi Ibu dengan kejadian

hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten

Luwu.

c. Mengetahui hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian

hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten

Luwu.

d. Mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian hipertensi pada

ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

e. Mengetahui hubungan antara stres kehamilan dengan kejadian

hipertensi ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam

melakukan pemberdayaan kepada perempuan terutama ibu hamil untuk

menghindari hipertensi.
7

2. Manfaat Teknis

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan perbendaharaan pengetahuan

mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya.

3. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini akan menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dan

menambah ilmu pengetahuan terkait faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi pada ibu hamil dan sebagai bahan referensi untuk

melakukan penelitian sejenis dengan metode lain untuk pengembangan

penelitian berikutnya dengan menambah variabel atau mengganti variabel

bebas.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum Tentang Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya

tekanan yang berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan

darah tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang

mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian. Seseorang dikatakan

menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah

sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Yeyeh, 2010).

Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen.Pada sebagian besar pasien,

hipertensi merupakan akibat dari etiologi dengan patofisiologi yang tidak

diketahui (hipertensi esensial atau primer).Walaupun bentuk dari hipertensi

ini tidak bisa disembuhkan, tetapi dapat dikontrol.Sejumlah kecil presentasi

pasien memiliki penyebab hipertensi yang spesifik (hipertensi

sekunder).Terdapat banyak penyebab sekunder yang potensial, baik karena

kondisi medis atau diinduksi secara endogen.Jika penyebab terjadinya

hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien dapat

disembuhkan (Uli, 2013).

Penyakit hipertensi sering disebut sebagai The Silent Disease atau penyakit

tersembunyi. Orang yang tidak sadar telah mengidap penyakit

8
9

hipertensi sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi dapat

menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status sosial

ekonomi.Hipertensi merupakan suatu keadaan yang tidak memiliki gejala

nampak, dimana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya resiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan

kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung, serangan jantung, kerusakan

ginjal (Lilies, 2015).

2. Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala :

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan


berhubungan
dipercaya dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud

adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan

kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi. Jika

hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, akan timbul gejala yaitu

sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan

menjadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal

(LIPI, 2009)

3. Faktor penyebab Hipertensi

Menurut WHO dalam Susan (2004) hipertensi berdasarkan penyebabnya

dibagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Hipertensi Essensial

Hipertensi esensial (primer) adalah suatu peningkatan persisten

tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol


homeostik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Prevalensi

mencapai lebih dari 90% pada seluruh penderita dipertensi di

masyarakat.

b. Hipertensi Nonessensial

Hipertensi nonessensial (sekunder) yaitu hipertensi yang disebabkan oleh

kelainan organ tubuh yang telah terbukti kaitannya terhadap timbulnya

hipertensi, seperti kelainan ginjal, dan penyakit pembuluh darah, yang

memerlukan sarana khusus agar dapat ditentukan diagnosis

penyebabnya.Prevalensinya <10% dari seluruh penderita hipertensi di

masyarakat.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita hipertensi

yaitu ada faktor risiko yang dapat dihindari atau diubah dan ada yang tidak

dapat diubah (Moerdowo, 1984 dalam Ferry, 2013) :

1. Faktor risiko yang dapat dihindari atau diubah

a. Kegemukan (Obesitas)

Obesitas adalah massa tubuh yang meningkat disebabkan jaringan

lemak yang jumlahnya berlebihan. Pada orang-orang yang gemuk

seringkali terdapat hipertensi, walaupun sebabsebabnya yang belum

jelas.Oleh sebab itu sebaiknya orang yang terlampau gemuk untuk lebih

menurunkan berat badannya.

Orang yang kegemukan biasanya lebih cepat lelah, nafas sesak,

jantung berdebar-debar walaupun aktifitas yang dilaksanakan olehnya

tidak seberapa. Karena senantiasa memikul beban tubuh yang berat


maka jantung harus bekerja lebih berat dan harus bernafas lebih cepat

supayah kebutuhan tubuh akan darah dan oksigen dapat dipenuhi. Oleh

sebab itu lama-kelamaan akan mengakibatkan hipertensi.

b. Konsumsi Garam yang Tinggi

Penderita tekanan darah tinggi sering diwajibkan untuk

mengurangi konsumsi garam.Hal yang terpenting adalah membatasi

pengguna garam dalam upaya mencegah berkembangnya hipertensi.

Anjuran Kementrian kesehatanpada masyarakat umum yang sehat

adalah 5 gram atau setara satu dendok tehperhari. Harus diperhatikan

bahwa bagian garam yang menyebabkan hipertensi adalah sodium.

Natrium memiliki sifat menarik cairan sehingga mengonsumsi

garam berlebih atau makan-makanan yang diasinkan dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Orang-orang peka natrium

akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi

cairan dan peningkatan tekanan darah. Karena sifatnya yang meretensi

air sehingga volume darah menjadi naik dan hal tersebut secara

otomatis menaikkan tekanan darah (Uli, 2013).

c. Stres psikososial

Hubungan antara stres dengan hipertensi diperkirakan melalui

aktifitas saraf simpatik, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara

intermiten. Apabila stress menjadi berkepanjangan, akibat tekanan

darah akan menetap tinggi. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan,

murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa


takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan

hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih

kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung

cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul

kelainan organis atau perubahan patologis (Ferry, 2013).

2. Faktor risiko yang tidak dapat dihindari atau diubah

a. Umur

Tidak dapat dihindari bahwa pada kebanyakan orang bertambahnya

umur dibayangi dengan naiknya ukuran tekanan darah. Namun tidak

semua orang tua mempunyai tekanan darah yang tinggi asalkan saja

orang senantiasa mengatur hidupnya menurut cara yang sesuai dengan

usaha pencegahan hipertensi,

b. Jenis kelamin

Pria umumnya lebih mudah terkena hipertensi dibandingkan

dengan wanita, hal ini mungkin disebabkan kaum pria lebih banyak

memiliki faktor pendorong seperti stres, kelelahan dan makan yang

tidak terkontrol.

4. Pencegahan Hipertensi

Tindakan pencegahan biasanya relatif. Adapun pencegahan yang bisa

dilakukan untuk mengurangi kejadian hipertensi yaitu (Susan, 2004) :

a. Pencegahan primordial

Yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap

hipertensi, dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko


hipertensi. Sebagai contoh adalah dengan adanya peraturan yang dibuat

oleh pemerintah dengan membuat peringatan rokok akan bahayanya

terhadap kesehatan. Selain itu juga dengan melakukan senam kesegaran

jasmani untuk menghindari faktor-faktor hipertensi.

b. Pencegahan primer

Yaitu upaya pencegahan sebelum seseorang menderita hipertensi,

dimana dengan melakukan pendekatan komuniti berupa penyuluhan

faktor risiko hipertensi seperti rokok, alkohol, kurang olahraga dan

sebagainya. Penyuluhan dapat dilaksanakan di sekolah atau

kelompokusia muda.

c. Pencegahan sekunder

Yaitu upaya mencegah hipertensi yang sudah pernah terjadi untuk

berulang atau mejadi lebih berat.Disini diperlukan perubahan pola hidup

terhadap faktor risiko hipertensi yang dapat diubah.Selain itu dibutuhkan

juga kepatuhan berobat bagi seseorang yang sudah pernah menderita

hipertensi.

d. Pencegahan Tersier

Yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang berlebih atau

bahkan kematian.Sebagai contohnya adalah dengan melakukan

rehabilitasi.Dalam hal ini bukanlah rehabilitasi fisik yang dimaksud

melainkan rehabilitasi mental dan sosial yang membuat penderita tidak

merasa berkecil hati atas penyakitnya.


14

5. Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan

mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, mencapai target

tekanan darah untuk individu berisiko tinggi dengan diabetes atau gagal

ginjal dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta

lainnya (Kartikasari, 2012).

a. Penatalaksanaan Non farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologis yang berperan dalam keberhasilan

penangananhipertensi merupakan pendamping dari terapi farmakologis

dengan memodifikasi gaya hidup. Terapi jenis ini harus dilakukan oleh

semua penderita hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah

dan mengendalikan faktor-faktor risikonya. Modifikasi gaya hidup yang

dianjurkan antara lain:

1) Menurunkan Berat Badan Berlebih dan Pengaturan Diet

Mengurangi berat badan dapat menurunkan risiko

hipertensi,diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Penerapan pola

makan yang seimbang dapat mengurangi tekanan darah.Setiap

penurunan 5 kg berat badan pada yang obesitas dapat menurunkan

tekanan darah secara signifikan penurunan tekanan darah Setiap

penurunan 1 kg berat badan dapat menurunkan tekanan darah 2/1

mmHg .Tujuan utama dari pengaturan diet pada hipertensi adalah

mengatur tentang makanan sehat, menu makanan harus seimbang


15

dan memenuhi kebutuhan zat gizi yang dapat menurunkan tekanan

darah (Uli, 2013).

2) Meningkatkan Aktivitas Fisik dan Olahraga

Olahraga aerobik secara teratur seperti berjalan kaki, jogging,

berenang dan bersepeda secara teratur dapat menurunkan tekanan

darah, karena latihan aerobik dapat menurunkan tekanan darah 5-7

mmHg pada orang dewasa dengan hipertensi.Direkomendasikan agar

berolahraga dengan frekuensi 3-4 hari per minggu selama minimal

12 minggu.Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat jantung

lebih kuat.(Dea, 2016)

3) Berhenti Merokok

Merokok memiliki peran cukup besar dalam peningkatan tekanan

darah yang disebabkan oleh nikotin yang terkandung dalam

rokok.Tidak merokok mengurangi keseluruhan risiko penyakit

kardiovaksular dan dapat menurunkan tekanan darah secara perlahan

(Simarmaata, 2012).

4) Istirahat yang Cukup

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel

dalam tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan

waktu.Meluangkan waktu tidak berarti meminta istirahat lebih

banyak dibandingkan bekerja secara produktif.Meluangkan waktu

istirahat itu perlu dilakukan secara rutin.Istirahat adalah usaha untuk


16

mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan

hormon dan dalam tubuh (Yogiantoro, 2009).

b. Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis berupa pemberian obat-obatan

antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar

seperti (LIPI, 2009) :

1) Diuretik

Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan

tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang

yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

2) Penghambat Simpatetik

Obat jenis ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis

(saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).

3) Betabloker

Obat jenis ini menurunkan daya pompa jantung, sehingga penderita

yang mengalami gangguan pernapasan tidak dianjurkan.

4) Vasodilator

Obat jenis ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan

relaksasi otot polos (otot pembuluh darah).

5) Penghambat ensim konversi angiotensin

Obat jenis ini menghambat pembentukan angiotensin II (zat yang

dapat meningkatkan tekanan darah).


B. Tinjauan Umum Tentang Ibu Hamil

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin mulai sejak

konsepsi dan berakhir sampai permula persalinan.Periode kehamilan yang

dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulai

persalinan sejati, yang menandai awalnya periode antepartum.Periode

antepartum dibagi menjadi tiga trimester yang masing-masing terdiri dari

tiga belas minggu atau tiga bulan menurut hitungan kelender. Pembagian

waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan bahwa lama

kehamilan diperkirakan kurang lebih 280 hari, 40 minggu, 10 bulan

(berdasarkan perputaran bulan atau lunar) atau 9 bulan sejak hari pertama

haid terakhir (dengan perkiraan siklus 28 hari). Hal ini membuat

kehamilan berlangsung kurang lebih 266 hari 38 minggu (Fahira, 2017).

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang

terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi imigrasi spermatozoa dan

ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi pada uterus,

pembentukan plasenta serta tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.

Adapun diagnosa kehamilan (Yulaikah, 2007) :

a. Tanda Dugaan hamil

Tanda ini meliputi tidak datang bulan (Amenorea).Konsepsi dan nidasi

menimbulkan pengeluaran hormon, tidak terjadi pertumbuhan dan

perkembangan folikel sehingga terjadi keadaan “Tidak datang bulan”.

Buah dada sakit, buah dada dipersiapkan sejak semula, dengan terjadi
perubahan peredaran darah, menahan air dan garam, sehingga ujung

saraf tertekan yang menimbulkan rasa penuh dan sakit, terutama

kehamilan pertama

b. Perasaan mengidam (ingin makanan khusus) yang dapat berupa mual

muntah terutama pagi hari (Morning Sickness), kurang suka makanan,

tidak tahan bau-bauan, terdapat pengeluaran air liur berlebihan

(hipersalivasi), kepala sakit dan pusing, ingin makanan tertentu.

c. Gangguan pencernaan dan perkemihan, sering sulit buang air besar

karena kurang makan serat dan pengaruh hormonal, sering kencing

berlebihan karena kandung kemih tertekan rahim. Pigmentasi kulit,

karena pengaruh hormon tertentu terdapat pigmentasi kulit wajah,

sekitar buah dada dan dinding perut.

2. Proses Kehamilan

Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, adapun proses

terjadinya kehamilan yaitu (Saifuddin,2006) :

a. Ovum dan Sperma

1) Ovum adalah sel telur yang matang yang dilepaskan oleh ovarium

pada saat ovulasi. Ovum dikeliling oleh zona pellusida dimana

dibagian luar dari zona pellusida ditemukan sel-sel Korona

radiatedan didalamnya terdapat ruang perivitellina, tempat benda-

benda kutub (Winkjosastro, 2008).

2) Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala berbentuk

lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus) leher yang


menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat

bergetar sehingga sperma dapat bergerak cepat. Panjang ekor kira-

kira sepuluh kali bagian kepala.

b. Fertilisasi (Pembuahan)

Pembuahan adalah suatu proses penyatuan antara sel mani dan sel telur

dari tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba, pada hari ke 11 – 14

dalam siklus menstruasi. Wanita mengalami ovulasi (peristiwa matangnya

sel telur) sehingga siap untuk dibuahi. Hanya satu sperma yang mengalami

proses kapitasi yang dapatmelintasi zona pellusida dan masuk ke vitelus

ovum.Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahanzigot

selama 3 hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi inidigerakkan ke

arah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut (silia)serta kontraksi

tuba.Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri padatingkat blastula.

c. Implantasi

Setelah 5-7 hari setelah terjadi ovulasi terjadi, blastosit tiba di rahim dalam

keadaan siap untuk implantasi.Progesterone merangsang

pembuluhpembuluh darah pada endometrium agar tumbuh dan siap

menerima blastosit.Kira-kira 9 hari setelah pembuahan, blastosit yang kini

terdiri dari beratus-ratus sel, mulai meletakkan dirinya ke dinding rahim

dengan penjuluran serupa spons dari sel-sel trofoblast. Sel-sel tersebut

tumbuh menjadi vilus korionik yang akan berkembang menjadi plasenta.

M ereka akanmelepaskan enzim-enzim yang menembus lapisan rahim dan

menyebabkan jaringan terurai. (Winkjosastro, 2008).


3. Tahap – Tahap Kehamilan

Selain dari diagnosa dan proses kehamilan ada juga tahap-tahap kehamilan

yaitu (Manuaba, 2008) :

a. Trimester pertama

Trimester pertama pada umur kehamilan 0-12 minggu.Dianggap

sebagai periode penyesuaian.Penyesuaian yang dilakukan oleh wanita

adalah kenyataan bahwa dia sedang mengandung.Penerimaan

kenyataan ini sangat penting bagi dirinya danperan psikologi yang

paling penting pada trimester pertama kehamilan.

b. Trimester kedua

Trimester kedua pada umur kehamilan 13-28 minggu.Periode

kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nayaman dan

bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami selama hamil.

c. Trimester ketiga

Trimester ketiga umur kehamilan 29-40 minggu.Periode penantian

dengan penuh kewaspadaan.Dimana saat wanita menyadari kehadiran

bayinya.

4. Risiko tinggi pada kehamilan

Adapun risiko tinggi dari kehamilan (Indiriani, 2012) :

a. Risiko pada ibu

1) Mengalami pendarahan

Pendarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena

otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi selain itu
pendarahan disebabkan oleh selaput ketuban stosel (bekuan darah

yang tertinggal didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah

yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan

lahir.

2) Kemungkinan Keguguran/Abortus

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi

keguguran. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor alamiah

seperti halnya pada wanita yang hamil di usia muda dimana organ

reproduksinya dalam hal ini uterus belum bisa berfungsi dengan baik

dalam kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya keguguran

cukup besar.

3) Kematian Ibu

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena

perdarahan dan juga infeksi.Selain itu angka kematian ibu dapat

terjadi karena kejadian gugurnya kandungan jugacukup tinggi yang

kebanyakan dikarenakan banyaknya faktor risiko yang

mempengaruhi kehamilan ditambah lagi penolong persalinan yang

dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).

b. Risiko bagi Bayi

1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259

hari).Hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin, zat yang

diperlukan kurang.
2) Berat badan lahir rendah (BBLR)

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500

gram.Hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu

saathamil kurang dari 20 tahun dapat juga dipengaruhi

penyakitmenahun yang diderita oleh ibu hamil.

3) Cacat Bawaan

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat

pertumbuhan.Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor

gizi dan kelainan hormon.

4) Kematian Bayi

Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau

kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500

gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran

kongenital serta lahir dengan asfiksia menambah peningkatan jumlah

kematian bayi (Manuaba,2008).


C. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi Ibu hamil

1. Pengertian Hipertensi Kehamilan

Hipertensi karena kehamilan yaitu : hipertensi yang terjadi pada saat

kehamilan, hipertensi kehamilan biasanya terjadi pada usia kehamilan

memasuki 20 minggu. Peningkatan tekanan darah dari arteri yang

bersifatsistematik atau berlangsung terus – menerus untuk jangka waktu

lama

adalah hipertensi. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui

proses yang cukup lama (Yeyeh, 2010).

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan

menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi. Untuk

menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi diperlukan setidaknya tiga kali

pengukuran tekanan darah pada waktu yang berbeda.Jika dalam tiga kali

pengukuran selama interval 2-8 pekan angka tekanan darah tetap tinggi,

maka patut dicurigai sebagai hipertensi. Pengecekan retina mata dapat

menjadi cara sederhana untuk membantu menentukan hipertensi pada diri

seseorang (Lingga, 2012).

2. Gangguan Hipertensi Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2008), gangguan hipertensi pada kehamilan

diantaranya adalah:

a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan

20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur


kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca

persalinan. Hipertensi kronik dapat terjadi karena adanya penyakit ginjal,

vascular kolagen, endokrin, dan pembuluh darah. Hipertensi kronik dapat

terjadi pada ibu hamil relatif diatas 30 tahun, multipara, pengguna obat

hipertensi sebelum kehamilan dan tekanan darah tinggi(Manuaba, 2008).

b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan

disertai dengan proteinuria. Preklamsia merupakan penyulit kehamilan,

dengan tanda-tanda darah ≥140/90mmHg, berat badan naik, sesak nafas,

nyeri epigastrum, protein urine dan endema. Protein dalam urin normal

tidak lebih dari 0,3 gram dalam 24 jam. Adapun faktor risiko preeklamsia

(Wahyuny, 2012).

1) Faktor genetik

Bila ada riwayat preeklampsia pada ibu, anak perempuan, saudara

perempuan dari seorang ibu hamil maka ia akan berisiko 2-5 kali lebih

tinggi mengalami preeklampsia dibandingkan bila riwayat tersebut

terdapat pada ibu mertua atau ipar perempuannya. Sehingga

preeklampsia merupakan penyakit yang lebih sering ditemukan pada

anak wanita dari ibu yang penderita preeklamsia.

2) Faktor graviditas

Marshall(1995) mengemukakan bahwa preklamsia biasanya terjadi

pada kehamilan pertama. Pada umumnya preklampsia diperkirakan

sebagai penyakit pada kehamilan pertama, bila khamilan sebelumnya

normal maka kejadian preeclampsia akan menurun bahkan abortus


pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor protektif terhadap

kejadian tersebut. Hal ini disebabkan pada primigravida pembentukan

antibody penghambat belum sempurna sehingga meningkatkan risiko

terjadinya preklampsia (Nanien, 2012)

3) Faktor Bayi

Kejadian preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan

kembar dibandingkan dengan kehamilan tunggal.Penderita

preeklampsia berat yang tidak mendapat penanganan yang memadai

atau terlambat mendapat pertolongan bisa mendapat serangan kejang-

kejang yang disebut Eklampsia. Eklampsia sering terjadi pada

kehamilan nullipara, kehamilan kembar, kehamilan mola dan

hipertensi dengan penyakit ginjal (Roeshadi, 2007)

4) Faktor riwayat penyakit

Peningkatan risiko preeklampsia/eklampsia dapat terjadi pada ibu

yang memiliki riwayat hipertensi kronis, diabetes, dan adanya riwayat

preeklampsia/eklampsia sebelumnya.

5) Faktor Lingkungan

Faktor pendidikan dan pekerjaan ibu hamil juga mempengaruhi

terjadinya preeklampsia.Klonoff (1989) mengemukakan bahwa wanita

yang bekerja di luar rumah memiliki risiko lebih tinggi mengalami

preeklampsia/eklampsia bila dibandingkan dengan ibu rumah tangga

(Nanien, 2011).
c. Eklamsia adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai

dengan koma. Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia pada

eklamsia, endema terjadi penumpukan cairan tubuh yang tampak ataupun

tidak tampak. Endema berlanjut pada otak dan pendarahan otak (nyeri

kepala, muntah), pendarahan hati hingga berujung kejang (gagal jantung,

pendarahan otak) dan bahkan koma (Prawirahardjo, 2008).

d. Hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik

disertai proteinuria. Hipertensi yang didapatkan sebelum kehamilan

berusia ≤20 minggu dan berkelanjutan sampai 6 minggu pasca puus

dengan tanda preeklamsia (dengan tanda-tanda tekanan darah ≥140/90

mmHg, berat badan naik, sesak nafas (Radjamuda, 2014).

e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang

timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi

menghilang setelah 3 bulan pasca persalin.

Batasan mengenai tekanan darah tersebut ditetapkan dan dikenal dengan

ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood

Pressure).Ketetapan ini juga telah disepakati WHO, organisasi hipertensi

internasional.maupun organisasi hipertensi regional, termasuk yang ada di

Indonesia. Dari batasan tersebut terlihat bahwa mereka yang mempunyai

tekanan darah normal yaitu bila tekanan darahnya lebih rendah dari 120/80

mmHg.Di atas dari batasan tersebut sudah termasuk dalam kategori pre-

hipertensi dan atau hipertensi (Susilo, 2011).


Hipertensi pada ibu hamil terjadi karena disebabkan oleh banyak hal, ibu

hamil yang terpapar asap rokok lingkungan secara umum menghadapi

senyawa yang sama seperti yang dihirup langsung oleh perokok aktif,

walaupun dengan konsentrasi dan pola waktu yang berbeda. Dengan

demikian dampak asap tokok tidak hanya dirasakan oleh perokok itu sendiri,

melainkan juga orang yang berada disekitarnya. Dan jika ibu hamil

merupakan seorang perokok pasif, hal ini dapat meningkatkan terjadinya

berbagai risiko semasa kehamilan seperti terjadinya abortus, kelahiran

prematur, kecacatan pada janin dan bayi berat lahir rendah (Prawirohardjo,

2009).

Sekitar 800 perempuan setiap hari meninggal akibat kehamilan dan

persalinan. Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di negara berkembang,

komplikasi utama yang menyumbang 80% dari seluruh kematian ibu adalah

perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, preekampsia, eklampsia, dan

aborsi.4 Di negara berkembang, seorang wanita tujuh kali lebih mungkin

untuk mengalami preeklampsia dibandingkan wanita di negara maju.5

Preeklampsia di negara berkembang didiagnosis (3 – 5%) dan di dunia di

diagnosis (7.5%) (Giovanna, 2017).

3. Faktor Penyebab Hipertensi

Faktor penyebab hipertensi yaitu individu dan dengan riwayat keluarga

hipertensi berisiko mengalami hipertensi. Selain itu kegemukan, merokok,

peng guna berat alkohol, kadar kolesterol tinggi terpapar stress secara kontinu

juga dihubungkan dengan hipertensi. Hipertensi dipengaruhi oleh gangguan


emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebih, rangsangan kopi berlebih,

tembakau dan obat-obatan yan merangsang, dan penyakit ini sangat

dipengaruhi oleh faktor keturunan. Oleh karena itu hipertensi memiliki

kecenderungan genetic yang kuat dan dapat dipaparkan faktor-faktor

kontribusi misalnya sebagai berikut (Potter, 2006) :

a. Obesitas

Dalam penelitian Narkiewicz (2005) berat badan yang berlebih akan

menyebabkan ketidakseimbangan metabolism dimana hal tersebut dapat

menimbulkan Chronic kidney diseases (CKD) yang berakibat timbulnya

peningkatan darah (Debby, 2012).

b. Pola Makan

Banyak makanan yang mengandung bahan pengawet, garam, dan bumbu

penyedap juga dapat menyebabkan hipertensi.Hal ini desebabkan karena

makanan tersebut banyak mengandung natrium yang bersifat menarik air

ke dalam pembuluh darah, sehingga beban kerja jantung untuk memompa

darah meningkat dan mengakibatkan hipertensi.Konsumsi alkohol dan

kopi berlebih juga mengakibatkan hipertensi.Efek alkohol dan kopi

terhadap tekanan darah masih begitu jelas, namun di duga ada kaitannya

dengan perangsang saraf otonom simpatis dan pengaruh hormon kortisol

dimana keduanya dapat menghasilkan efek peningkatan tekanan darah.

c. Rokok/Tembakau

Gas CO dihasilkan rokok mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

(Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat
dibandingkan oksigen. Akibatnya, sel tubuh menjadi kekurangan oksigen

dan akan berusaha meningkatkan oksigen melalui kompensasi pembuluh

darah dengan jalan menciut. Bila proses tersebut berlangsung lama dan

terus menerus, akibatnya pembuluh darah akan mudah rusak dengan

terjadinya aterosklerosis (penyempitan/pengerasan pembuluh darah).

Pengerasan pembuluh darah tersebut megakibatkan tekanan darah di

dalam pembuluh menjadi tinggi. Selain itu mikotin yang terkandung dalam

asap rokok menyebabkan perangsangan terhadap hormone adrenalin yang

bersifat memacu jantung dan tekanan darah (Husaini, 2007).

Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan

multifaktorial, beberapa fakot risiko dari hipertensi dalam kehamilan

adalah (Katsiki, 2010).

1) Faktor maternal

a. Usia

Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.

Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia

dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian

maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang

kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap

remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami

hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35

tahun (Manuaba, 2008).

b. Primigravida
Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan

pertama.Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan

graviditas paling aman adalah kehamilan kedua sampai

ketiga.Primigravida adalah seorang wanita hami untuk pertama kali,

wanita yang pertama kali hamil sering mengalami stree dalam

mengalami persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi dalam

kehamilan.

Umurnya dibawah 20 tahun disebut primigravida muda.Usia terbaik

untuk seseorang wanita hamil antara 20 tahun – 35 tahun. Sedangkan

wanita yang pertama hamil pada usia diatas 35 tahun disebut

primigravida tua. Primigravida muda termasuk kedalam risiko tinggi

dimana jiwa dan kesehatan ibu atau bayi dapat terancam. Risiko

kematian maternal primigravida muda jarang dijumpai dari pada

primigravida tua, karena pada primigravida muda dianggap kekuatan

fisiknya masih baik sedangkan pada primigravida tua risiko

kehamilan meningkat bagi sang ibu dan dapat terkenan hipertensi

(Kartikasari, 2012).

c. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga perpanjangan silsilah di mana kehidupan dan

waktu dari orang yang bersangkutan diselidiki Riwayat keluarga

menempatkan daging pada tulang silsilah. (Obat) Informasi yang

berkaitan dengan gangguan yang diderita oleh kerabat langsung

pasien; sangat berguna jika gangguan adalah genetik sedangkan


riwayat hipertensi keluarga adalah penilaian adanya riwayat keluarga

(ayah, ibu, saudara, kakek, dll) yang menderita hipertensi atau

memiliki garis keturunan secara langsung.

Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan.Hal

tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan

hipertensi dalam kehamilan.Hipertensi pada kehamilan dapat

diturunkan pada anak perempuan sehingga sering terjadi hipertensi

sebagai komplikasi kehamilan. Kerentanan terhadap hipertensi

kehamilan bergantung pada sebuah gen resesif. .

d. Riwayat Hipertensi

Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat

meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam keamilan, dimana

komplikasi tersebut dapat mengakibatkan preeklampsia dan

hipertensi kronis dalam kehamilan. Hal ini sama seperti teori yang

dikemukakan oleh Karkata (2006) bahwa wanita yang mengalami

hipertensi pada kehamilan pertama akan meningkatkan dan

mendapatkan hipertensi pada kehamilan berikutnya.

e. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena

kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor

risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degenerative, seperti

diabetes mellitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung

koroner, reumatik, dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan


gangguan kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan adanya

timbunan lemak berlebih dalam tubuh (Muflihan, 2012).

f. Gangguan Ginjal

Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu hamil

dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan.Hal itu

berhubungan dengan keruskan glomerus yang menimbulkan

gangguan filtrasi dan vasokonstriksi pembuluh darah.

Perempuan hamil dengan hipertensi dalam kehamilan memiliki

risiko yang tinggi untuk komplikasi yang berat seperti abruption

plasenta, penyakit serebrovaskular, gagal organ, dan koagulasi

intravascular.Hipertensi kehamilan member pengaruh buruk pada

kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero

plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel

pembuluh darah plasenta.

2) Faktor Kehamilan

Faktor kehamilan seperti hamil anggur dan kehamilan ganda

berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.Preeklampsia dan

eklampsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan

ganda. Dari 105 kasus bayi kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian

preeklampsia. Untuk menghindari tekanan darah tinggi saat hamil

dengan merubah gaya hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran, diet

rendah kolesterol, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak


33

mengkonsumsi alkohol dan rokok..Yang perlu adalah penanganan cepat

dan menindak lanjuti dengan pelayanan kesehatan (Ratnawati, 2017).


34

D. Tinjauan Umum tentang Puskesmas

1. Definisi Puskesmas

Menurut Departemen Kesehatan tahun 2011 Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan

masyarakat yang amat penting di Indonesia yang memberikan pelayanan

secara menyeluruh, terpadu dan bersinambungan kepada masyarakat

dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha usaha kesehatan

pokok dan langsung berada dalam pengawasan administratif maupun

teknis dari Dinas Kabupaten dan bertanggung jawab menyelenggarakan

pembagungan kesehatan disuatu wilayah kerja. Jika ditinjau dari sistem

pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan

Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di

Indonesia (Konli, 2014).

Menurut Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Gunarti, 2016).

Puskesmas adalah pusat pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan

masyaraka juga menjadi bagian pelaksana program jaminan kesehatan

na sional (JKN) yang harus dijamin oleh badan penyelenggara jaminan

sosial (BPJS). Tujuan utama dari adanya puskesmas adalah menyediakan


35

layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yang relatif

terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi

menengah ke bawah. Masalah yang sering dihadapi secara umum oleh

puskesmas adalah belum mampunya puskesmas memberikan sesuatu hal

yang benar-benar diharapkan pengguna jasa (Shobirin, 2016).

Secara umum, pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan),

promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitasi (pemulihan kesehatan),

namun ada beberapa pelayanan lainnya seperti pembuatan surat keterangan

berbadan sehat, pembayaran, surat rujukan serta surat lainnya, Kinerja

pelayanan menyangkut hasil pekerjaan, kecepatan kerja, pekerjaan yang

dilakukan sesuai dengan harapan pelanngan, dan ketepatan waktu dalam

menyelesaikan pekerjaan (Hendry, 2013).

2. Kategori Puskesmas

Dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada

kebutuhan dan kondisi masyarakat, Menurut permenkes no 75 tahun 2014

Bab IV puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah

kerja dan kemampuan penyelenggaraan :

a. Berdasarkan Karakteristik wilayah kerja

1) Puskesmas kawasan perkotaan merupakan puskesmas yang

wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit

3 atau 4 kriterian kawasan perkotaan yaitu :


36

a) Aktivitas lebih dari 50% penduduk pada sector non agraris,

terutama industry, perdagangan dan jasa.

b) Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah, pasar, rumah

sakit, bioskop dan hotel.

c) Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik

d) Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju asilitas

perkotaan.

2) Puskesmas kawasan pedesaan merupakan puskesmas yang

wilayah kerjanya meliputi kriterian kawasan pedesaan yaitu:

a) Aktivita lebih dari 50% penduduk sektor agraris

b) Memiliki fasilitas sekolah, pasar, rumah sakit, dan tidak

memiliki bioskop atau hotel.

c) Rumah tanga dengan listrik kurang 90%

d) Terdapat akses jalan transportasi menuju fasilitas.

3) Kawasan Puskesmas terpencil

a) Berada diwilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana

pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir.

b) Akses transportasi umum rutin 1 kali 1 minggu, jarak tempuh

pulang pergi dari ibu kota kabupaten memerlukan lebih dari 6

jam dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang

iklim atau cuaca.

c) Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan

yang tidak stabil.


37

b. Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan

Menurut Departemen Kesehatan RI (2007) terdapat dua jenis

puskesmas yaitu ;

1) Puskesmas Perawatan (Rawat Inap)

Puskesmas perawatan adalah puskesmas yang berdasarkan

surat keputusan menjalankan fungsi yang diberikan tambahan

ruangan dan silitas rawat inap yang sekaligus merupakan rujukan

antara. Puskesmas perawatan berfungsi sebagai rujukan pasien

yang gawat darurat sebelum dibawah ke rumah sakit.

Pelayanan rawat inap merupakan salah satu pelayanan

medis yang utama di Puskesmas dan merupakan tempat untuk

interaksi antara pasien dan Puskesmas berlangsung dalam waktu

yang tak lama. Pelayanan rawat inap melibatkan pasien, dokter dan

perawat dalam hubungan yang sensitif yang menyangkut kepuasan

pasien,mutu pelayanan dan citra Puskesmas (Tri, 2012).

Tindakan operatif terbatas seperti kecelakaan lalu lintas, persalinan

dengan penyulit dan penyakit lain yang bersifat gawat darurat.

Puskesmas perawatan sebagai puskesmas rawat inap tingkat

pertama member layanan kesehatan yang meliputi observasi,

diagnose, pengobatan, rehabilitasi medic dengan tinggal di ruang

rawat inap puskesmas (Kemenkes, 2008)


38

2) Puskesmas Non perawatan

Jenis puskesmas non perawatan hanya melakukan pelayanan

kesehatan rawat jalan. Kegiatan pelayanan kesehatan rawat jalan

yakni observasi, diagnosis, pengobatan, dan pelayanan kesehatan

lainnya tanpa dirawat inap.

E. Tinjauan Umum tentang Variabel Yang di teliti

1. Umur Ibu

Hipertensi (preeklampsia-eklamsi) meningkat di umur muda,

sehubungan dengan belum sempurnanya organ-organ yang ada ditubuh

wanita untuk bereproduksi, selain itu faktor psikologis yang cenderung

kurang stabil juga meningkatkan kejadian preeklampsiadi umur muda. Hal

ini juga sesuai dengan studi di RS Neutra Colombia, Porapakkan di

Bangkok, dan lainnya di Zambia, cenderung terlihat insiden hipertensi

(preeklamsia-eklamsi)cukup tinggi di usia belasan tahun (Indriani,2012).

Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting.Umur

berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga

mempengaruhi status kesehatan seseorang. Salah satu penelitian

menyatakan bahwa wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan

wanita yang hamil pada usia 30 – 35 tahun mempunyai resiko yang sangat

tinggi untuk mengalami preeklampsia. Pada usia 30 – 35 tahun atau lebih

ak an terjadi perubahan pada jaringan dan alat reproduksi serta jalan lahir

ti dak lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung didapatkan penyakit lain

da lam tubuh ibu, salah satunya hipertensi. Usia ibu yang terlalu tua saat
39

hamil mengakibatkan gangguan fungsi organ karena proses degenerasi.

Proses degenerasi organ reproduksi akan berdampak langsung pada

kondisi ibu saat menjalani proses kehamilan dan persalinan yang salah

satunya adalah preeklampsia. (Giovanna, 2017).

Norwitz (2008) yang menyatakan bahwa umur merupakan salah

satu faktor risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan.Kehamilan pada

umur ibu yang ekstrem (<20 dan >35 tahun) merupakan kehamilan

berisiko tinggi yang dapat menyebabkan komplikasi dalam

kehamilan.komplikasi utama kehamilan dibawah umur <20 dan >35 tahun

ini yakni terjadinya preeklampsia. Ibu mengalami hipertensi disertai kaki

bengkak dan ditemukan protein pada air seni (Nugroho,2012).

2. Riwayat Hipertensi

Wanita yang mengalami hipertensi (preeklampsi-eklamsi) pada kehamilan

pertama akan meningkat mendapatkan preeklampsia pada kehamilan

berikutnya. Matello mengatakan kejadian preeklampsia akan meningkat

pada kehamilan kedua bila ada kehamilan dengan jarak anak yang terlalu

jauh. Cincotta juga menemukan bahwa bila ada riwayat hipertensi

(preeklampsi-eklamsi) maka kemungkinan pada primigravida akan

meningkat empat kali. Kejadian ini dapat diminimalisir dengan

dilakukannya penyuluhan pada setiap ibu hamil untuk dapat mengetahui

tanda-tanda bahaya yang bisa saja terjadi pada saat hamil, terlebih kepada

ib u hamil yang mempunnyai riwayat hipertensi sebelumnya agar bisa lebih


memperhatikan makanan, kesehatan ibu dan janin serta rajin melakukan

kontrol kehamilan kepada tenaga kesehatan (Radjamuda, 2014)

Teori Varney (2002) yang menyatakan bahwa seorang wanita yang

mempunyai riwayat penyakit yang parah akan lebih membahayakan

kondisi dirinya sendiri pada saat hamil. Maka dari itu ibu hamil yang

mempunyai riwayat penyakit pada saat hamil mempunyai peluang resiko

lebih besar mengalami preeklampsia dibandingkan dengan ibu yang tidak

mempunyai riwayat penyakit (Mardiani, 2013)

3. Paparan Asap Rokok

Gas CO (Carbonmonoksida) merupakan gas yang sangat berbahaya karena

persentasenya yang sangat tinggi dalam aliran darah seorang perokok aktif

maupun menyedot persediaan gas oksigen yang dibutuhkan individu untuk

bernafas.Gas co yang dihasilkan rokok mempunyai kemampuan mengikat

hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih

kuat dibandingkan oksigen. Sel tubuh menjadi kekurangan oksigen dan

akan menciut (spasme). Bila proses spasme berlangsung lama dan terus

menerus, akibatnya pembuluh darah akan mudah rusak (Astuti, 2009).

Ibu hamil yang terpapar asap rokok memberi pengaruh buruk pada kondisi

janin yang dikandungnya. Asap rokok dapat menghambat tumbuh

kembang janin. Tumbuh kembang adalah proses yang terus menerus sejak

dari konsepsi sampai dengan maturitas (dewasa) yang dipengaruhi oleh

faktor bawaan dan lingkungan. Tumbuh kembang sudah terjadi sejak bayi

di dalam kandungan hingga setelah kelahirannya.Faktor lingkungan


prenatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin salah satunya

adalah toksin atau zat kimia (Sulistyawati, 2014). Oleh karena itu paparan

asap rokok selama kehamilan merupakan salah satu faktor penentu yang

kuat terhadap pertumbuhan janin dan risiko BBLR (Hanifah, 2017).

Nikotin yang terdapat pada asap rokok merupakan zat vasokonstriktor

yang akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan

meningkatkan kontraksi jantung, sehingga dapat meningkatkan tekanan

darah pada ibu hamil. Peningkatan tekanan darah ini akan memengaruhi

aliran darah umbilikal yang berupa penurunan suplai darah ke janin

sehingga akan merubah detak jantung janin. Penurunan suplai darah ke

janin dan perubahan detak jantung janin kemudian akan menyebabkan

terjadinya penurunan suplai nutrisi dan oksigen pada janin. Penurunan

suplai oksigen dapat menyebabkan pertumbuhan janin terganggu (Zulardi,

2014).

4. Paritas

Prawirohardjo (2002) yang menyatakan bahwa paritas merupakan salah

satu penyebab paling banyak ibu hamil mengalami hipertensi. Semakin

muda kehamilan seseorang (primigravida) atau semakin banyak seseorang

melahirkan (grandemulti) akan semakin besar peluang ibu hamil tersebut

mengalami hipertensi. Hal ini diakibatkan oleh karena wanita hamil

pertama dan dalam keadaan hamil dan berusia muda lebih cenderung

rentan terhadap timbulnya preeklampsia yang diakibatkan oleh belum

matangnya alat reproduksi untuk hamil sedangkan pada wanita yang telah
berulang kali mengalami persalinan lebih diakibatkan karena kondisi

tubuh dan kesehatannya yang menjadi lemah sehingga kemungkinan untuk

terkena preeklamspia lebih besar.

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki

oleh seorang wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh terhadap persalinan

dikarenakan Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami

gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada ibu yang pertama kali

mengalami masa kehamilan..Hal ini dimungkinkan bahwa ibu yang

memiliki jumlah anak yang banyak disebabkan oleh faktor kehamilan yang

tidak diinginkan dikarenakan ketidakpatuhan terhadap program KB

seperti. Jarak kehamilan membuat para ibu tidak menyadari akan bahaya

bagi kehamilan dan janinnya (Wahyuny, 2012).

Wanita yang baru menjadi ibu atau dengan pasangan baru mempunnyai

resiko 6 sampai 8 kali lebih mudah terkena hipertensi daripada

multigravida.Sekitar 85% hipertensi terjadi pada kehamilan pertama.Teori

imunologik menjelaskan secara gamblang perihal hubungan paritas dengan

kejadian hipertensi.Teori tersebut menyebutkan blocking antibodies

terhadap antigen plasenta yang terbentuk pada kehamilan pertama menjadi

penyebab hipertensi dan sampai pada keracunan kehamilan.Pada

mayoritas primigravida kehamilan minggu ke-28 sampai 32 minggu

menunjukkan peningkatan tekanan diastolik sedikitnya 20 mmHg yang

bisa sampai mengakibatkan preeklamsiapada kehamilan (Nelawati, 2014).

5. Str es Kehamilan
43

Ibu hamil yang mengalami tingkat kecemasan tinggi dapat meningkatkan

resiko kelahiran bayi prematur bahkan keguguran.Ibu hamil dengan

kecemasan yang tinggi ketika hamil akan meningkatkan resiko hipertensi.

Resiko hipertensi dapat berupa terjadinya stroke, kejang bahkan kematian

pada ibu dan janin (Sirait, 2012).

Pada ibu hamil sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan.

Stres emosi yang terjadi pada ibu hamil menyebabkan peningkatan

pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh hipothalamus,

yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol.Pada wanita dengan

preeklamsia/eklamsia, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap

vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume

darah langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah

(Wulandari, 2013).

Terdapat berbagai cara untuk mengukur tingkat stres salah satu

diantaranya yaitu dengan mengunakan Depression Anxiety Stress Scale 42

(DASS 42). DASS 42 adalah sebuah instumen atau alat berupa kuesioner

yang berisi 42 item pertanyaan untuk mengukur keadaan emosional,

kecemasan dan stress. Adapun indeks keparahan yang dilihat dari total

skor :

Tabel2.1
Indeks Keparahan DASS 42
Tingkat stres Depresi Kecemasan Stress
Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
44

Berat 21-27 15-19 26-33


Sangat Berat >28 >20 >34
(Sumber ; Health 2014 dalam Widya 2015)

Masing-masing keadaan tersebut terdiri dari 14 item pertanyaan

dengan 2-5 konten serupa.Skala stress menilai kesulitan santai, gairah

saraf, menjadi marah/gelisah, mudah tersinggung/over-reaktif dan tidak

sabar.
F. Kerangka Teori
Determinan Kontekstual Determinan Antara

Status kesehatan
Status wanita dalam keluarga dan masyarakat
Gizi, infeksi, riwayat penyakit,
Pendidikan, pekerjaan, keberdayaan wanita riwayat komplikasi, paparan Hipertensi dalam kehamilan
asap rokok, stress kehamilan
s
Status reproduksi

Umur, paritas, status perkawinan


Komplikasi Pendarahan Infeksi
Status keluarga dalam masyarakat

Penghasilan, kepemilikan, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga Akses ke yankes

Lokasi pelayanan kesehatan


puskesmas jangkauan pelayanan,
kualitas pelayanan.
Status masyarakat Kematian/ kecatatan
Perilaku sehat
n, sumber daya r, klinik)
Penggunaan KB, pemeriksaan
antenatal, penolong persalinan
Kesejahteraa
(dokte

45
Faktor tak dikenal/tak terduga Gambar 1 : Kerangka Teori Modifikasi : Mc.
Carthy and Maine (1992) dan Teori Mosley
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka maka dapat dibuatkan

kerangka berpikir tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi dalam kehamilan.Penyakit hipertensi pada kehamilan berperan

mordibitas dan mortalitas maternal dan perinatal.Dari seluruh ibu hamil yang

mengalami hipertensi selama kehamilan, setengah sampai dua pertiga di

diagnosis mengalami preeklampsia dan eklampsia.Penderita ibu hamil dengan

tekanan darah tinggi dapat juga mempengaruhi paritas ibu hamil dimana

jumlah kehamilan dan persalinan anak yang pernah dilahirkan seorang ibu,

baik lahir hidup maupun mati.

1. Umur ibu adalah lama hidup seseorang di dunia ini dihitung sejak tanggal

dilahirkan. Pada umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul sering sekali

belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya ibu hamil pada usia

itu mungkin dapat mengalami persalinan lama/macet atau gangguan

lainnya. Ibu dianjurkan hamil pada usia antara 20-35 tahun. Pada usia

tersebut ibu lebih siap hamil secara jasmani dan kejiwaan sedangkan pada

umur 35 tahun ke atas kesehatan ibu sudah menurun dan akibatnya ibu

hamil pada usia itu mempunyai anak cacat, persalinan lama dan

pendarahan yang mekungkinan lebih besar (Simarmata, 2012).

2. Ri wayat Hipertensi adalah informasi tentang keadaan seseorang yang

pernah mengalami masalah hipertensi.Seseorang yang memiliki riwayat

45
46

hipertensi kemungkinan lebih besar. Riwayat hipertensi pada kehamilan

sebelumnya menyumbang 20% risiko hipertensi pada kehamilan

berikutnya. Hal ini terjadi karena hipertensi merupakan penyakit yang

memiliki risiko kekambuhan (Ratnawati, 2017).

3. Paparan Asap Rokok merupakan paparan yang dihirup oleh perokok

maupun non perokok, ketika beraktifitas di dalam dan luar rumah. Jika ibu

hamil merupakan perokok pasif, hal ini dapat meningkatkan risiko

terjadinya hipertensi, abortus, kelahiran premature, kecacatan ada janin,

dan berat badan lahir rendah (Prawirohardjo, 2009).

4. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seseorang

wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan

grandemultipara. Paritas pada ibu hamil merupakan salah satu faktor

terjadinya hipertensi hingga preeclampsia. Paritas pertama berhubungan

dengan kekurangan pengalaman dan pengetahua dalam perawatan

kehamilan. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman, paritas satu dan

paritas tinggi (lebih dari tiga) merupakan paritas berisiko terjadinya

hipertensi kehamilan. Ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 4) sudah

mengalami penurunan fungsi system reproduksi (Henderson, 2006).

5. Stres kehamilan adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap stressor.

Respon tubuh yang tidak spesifik meliputi respon fisiologis, respon

kognitif, respon emosi, dan respon tingkah laku. Termasuk kondisi hamil

da
pat menyebabkan stress. Respon emosi yang dialamai ibu hamil dapat rupa

be perubahan mood selama kehamilan stres juga sangat erat kaitannya


47

dengan hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga

melalui aktivitas saraf simpatis, dimana peningkatan saraf dapat

menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stres yang

berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi

(Suhadak, 2010).

B. Kerangka Konsep

Umur Ibu

Riwayat Hipertensi
Hipertensi pada Ibu
Paparan Asap hamil
Rokok

Paritas

Stres Kehamilan

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

Gambar 2 : Skema Kerangka Konsep


48

C. Definisi Oprasional dan Kriteria Objektif

1. Hipertensi

Hipertensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tekanan

darah pemeriksaan terakhir ibu hamil mencapai 140/90 mmHg atau lebih

(WHO) :

Kriteria Objektif

Hipertensi : Apabila tekanan darah padapemeriksaan terakhir

mencapai 140/90 mmHg atau lebih.

Tidak Hipertensi : Apabila tekanan darah pada pemeriksaan terakhir

Kurang dari 140/90mmHg.

2. Umur

Umur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama waktu

hidup ibu yang terhitung mulai sejak lahir sampai pada saat kehamilan.

Kriteria objektif (chunningham, 2006):

Umur berisiko : Kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Tidak berisiko : 20 tahun sampai dengan 35 tahun.

3. Riwayat Hipertensi

Data riwayat hipertensi diperoleh dari kuesioner

Ya : Apabila responden pernah mengalami

hipertensi sebelumnya

Tidak : Apabila responden tidak mengalami

hipertensi Sebelumnya
49

4. Paparan Asap rokok

Paparan asap rokok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keadaan dimana ibu hamil terpapar asap rokok pada saat di dalam rumah.

Kriteria Objektif

Terpapar : Apabila responden terpapar asap rokok

di dalam rumah

Tidak terpapar : Apabila responden tidak terpaparasap rokok

didalam rumah

5. Paritas

Paritas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah anak

yang pernah dilahirkan oleh responden baik yang lahir hidup mupun mati

sampai pada saat penelitian (Depkes RI).

Kriteria Objektif

Paritas berisiko : 0 dan lebih dari 4 anak

Paritas tidak berisiko : 1 sampai 4 anak

6. Stres Kehamilan

Stres yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil penilaian

terhadap berat ringan stress berdasarkan 14 item pertanyaan yang di adopsi

dari Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42).

Kriteria Objektif

Tidak Stres : Jika skor responden bernilai <15

S res : Jikaskor responden bernilai >15


50

A. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian hipertensi pada

ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

b. Tidak ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian

hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten

Luwu.

c. Tidak ada hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian

hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten

Luwu.

d. Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

e. Tidak ada hubungan antara stres kehamilan dengan kejadian hipertensi

pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

b. Ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi

pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

c. Ada hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian hipertensi

pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

d. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil

di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.


51

e. Ada hubungan antara stres kehamilan dengan kejadian hipertensi pada

Ibu hamil di Wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross

sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor-faktor risiko efek dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point Time Approach)

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas Suli, Kabupaten Luwu.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Suli, Kabupaten

Luwu.Penelitian dilakukan pada bulan Januari2018.Penulis mengambil lokasi

dikarenakan belum ditemukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli,

Kabupaten Luwu.

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh objek yang sesuai

dengan tujuan penelitian dalam penelitian ini populasi adalah seluruh Ibu

hamil yang usia kehamilannya 20 minggu keatas yaitu sebanyak 73 orang.

52
53

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi. Sampel dalam

penelitian ini menggunakan perhitungan total sampling yaitu semua

jumlah populasi diambil dalam penelitian.

C. Pengumpulan Data
1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara

langsung kepada responden (sampel) dan masih memerlukan pengolahan

untuk menghasilkan informasi.Data Primer yang diperoleh langsung dari

responden melalui kuesioner yang diberikan dengan melakukan kunjungan

dari rumah ke rumah.Pengambilan data dilakukan dengan teknik kuesioner

yaitu pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan terkait

dengan penelitian yang telah disiapkan sebelumnya dan diberikan

langsung kepada responden untuk diisi sesuai dengan petunjuk kuesioner

atau arahan peneliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas Suli

berupa data jumlah ibu hamil pada bulan januari 2018. Data sekunder juga

diperoleh dari Dinas kesehatan kabupaten Luwu berupa data jumlah ibu

hamil pada tahun 2017. Buku dan berbagai sumber literature online

maupun offline juga menjadi sumber data sekunder yang mendukung

penelitian ini.
54

D. Pengolahan dan Analisis data


1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan bantuan

SPSS kemudian dianalisis secara deskriptif dan analitik. Data yang

terkumpul diolah dengan menggunakan SPSS kemudian pengolahan data

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Screening, dilakukan pemeriksaan seberapa banyak data missing yang

ditemukan dalam kuesioner pada penelitian.

b. Editing, terdapat beberapa kesalahan yang didapatkan pada tahap

Screeningsehingga dilakukan validasi dengan cara membuka kembali

kuesioner yang datanya tidak sesuai.

c. Coding, diberikan kode pada setiap jawaban dalam kuesioner yang di

isi oleh responden untuk memudahkan dalam entri data.

d. Entry, data yang didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh

responden dimasukkan kedalam program SPSS.

e. Cleaning, masih terdapat beberapa kesalahan dalam memasukkan data.

Sehingga dilakukan tahap cleaningsampai data yang dimasukkan sudah

benar, maka dapat dilanjutkan ke tahap analisis data dengan

menggunakan uji Chi-square.

2. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan cara,

antara lain :
55

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

penelitian.Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan presentase dari tiap variabel.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

dependen dan independen dalam bentuk tabulasi silang (Cross

Tabulation) dengan menggunakan komputerisasi program SPSS dengan

uji statistic Chi-square jika tidak ada sel yang memiliki frekuensi yang

diharapkan (E) kurang dari 5 dengan rumus :

Keterangan :

X2: ukuran mengenai perbedaan yang terdapat antara frekuensi yang

diobservasi dengan yang diharapkan.

O : Frekuensi yang diobservasi

E : frekuensi yang diharapkan

Jika nilao p , 0,05 maka H0 ditolak, dengan taraf kesalahan 0,05

Tabel 3.1
Tabel kontigensi
Frekuensi Pada
Sampel Objek I Objek II Jumlah Sampel
Sampel A A B a+b
Sampel B C D c+d
Jumlah a+c b+d
(Sumber : Sugiyono, 2007)
56

Untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen

jika tidak ada nilai E yang kurang dari 5 dipergunakan chi-square

dengan Yater’s Corection menggunakan tabel kontigen 2x2 dengan

rumus :

| |

Jika terdapat sel yang mempunyai nilai E kurang dari 5 maka

menggunakan fisher test dengan rumus :

Interprestasi : H0 ditolak bila p<0,05

E. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel

yaitu tabel frekuensi dan crosstabulation. Tabel frekuensi disajikan untuk

analisis univariat sedangkan crosstabulation untuk analisis bivariat. Tabel ini

akan disertai dengan narasi berupa penjelasan mengenai frekuensi serta

hubungan antarvariabel.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Kecamatan suli adalah salah satu kecamatan diKabupaten Luwu yang

terbagi menjadi 6 desa dan 1 kelurahan dengan ibukota di Kelurahan Suli,

Luas wilayah Kecamatan Suli sebesar 6,09 persen dari total luas daratan

Kabupaten Luwu atau sebesar 81,75 km2. Kecamatan ini berbatasan dengan

kecamatan Belopa di sebelah utara, Teluk Bone di sebelah timur, Kecamatan

Larompong di sebelah selatan dan kecamatan Lindajangdi sebelah barat.

Kecamatan Suli Merupakan Salah Satu Kecamatan Dengan fasilitas

pendidikan yang sudah cukup. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekolah

yang ada di kecamatan suli yaitu SD sebanyak 22 sekolah, SMP sebanyak 7

sekolah dan SMA sebanyak 6 sekolah.

Puskesmas Suli berada di ibu kota Kecamatan Suli, dalam rangka

mendekatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat hingga saat ini fasilitas

kesehatan pembantu yang ada di Kecamatan Suli yaitu Pustu, Poskesdes dan

posyandu. Tenaga kesehatan yang petugas di Puskesmas Suli pada tahun 2016

yaitu : 1 dokter, 1 dokter gigi, 12 paramedis dan 13 bidan. Angka kelahiran

bayi yang ditolong oleh bidan adalah 342 dari 342 kelahiran, atau dengan kata

lain setiap kelahiran ditangani oleh bidan. Ini menunjukkan tingkat kesadaran

masyarakat tentang kesehatan sudah cukup tinggi.

57
58

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu

selama kurang lebih tiga minggu sejak tanggal 22 januari – 10 Februari

penelitian ini dilakukan untuk melihat variabel yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas suli kabupaten

luwu. Adapun responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia

kehamilan <20 minggu yang tercatat di puskesmas Suli pada bulan januari

2018 sebanyak 73 orang.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan mendatangisecara langsung

responden di rumah dan memberikan kuesioner secara langsung kepada ibu

hamil yang terpilih menjadi responden, kemudian memberikan penjelasan

mengenai penelitian kepada responden.

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan di analisis secara

univariat dan bivariat. Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data

yang telah dilakukan maka hasil penelitia yang diperoleh sebagai berikut :

1. Ananlisis Univariat

Analisis pada tahap ini merupakan analisis yang bertujuan untuk

melihat deskripsi responden dalam bentuk tabel narasi sebagai berikut :

a. Distribusi responden berdasarkan kategori umur ibu

Umur ibu yang dimaksud pada penelitian ini adalah lama waktu

hidup seorang ibu hamil yang terhitung mulai dari sejak ibu hamil lahir

sampai pada saat kehamilan.


59

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Umur(Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
<20 11 15,0
20-35 33 45,3
>35 29 39,7
Total 73 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok umur,

responden terbanyak perada pada kelompok umur 20-35 tahun< yakni

sebanyak 33 Orang (45,3%) dan terendah pada kelompok umur <20

tahun sebanyak 11 orang (15,0%).

b. Distribusi responden berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

jenjang yang telah ditempuh oleh responden yaitu jenjang formal

hingga tammat dan menghasilkan ijasah trakhir.

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di
Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Pendidikan Terakhir Frekuensi(n) Persentase (%)
SD 4 5,4
SLTP 16 22,1
SLTA 25 34,2
Perguruan Tinggi 28 38,3
Total 73 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa berdasarkan pendidikan terakhir,

responden yang memiliki pendidikan terakhir paling banyak adalah

Perguruan tinggi yaitu sebanyak 28 orang (38,3%) dan paling sedikit

adalah Sekolah Dasar yaitu sebanyak 4 orang (5,4%).


60

c. Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan adalah Kegiatan utama yang dilakukan oleh responden,

dimana itu merupakan sebuah kegiatan yang mampu menghasilkan

uang bagi seseorang.

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Terakhir di
Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase(%)
IRT 31 42,5
PNS 20 27,4
Wiraswasta 22 30,1
Total 73 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa berdasarkan pekerjaan, responden

paling banyak adalah sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak

31 orang (42,4%) dan paling sedikit yaitu sebagai PNS Sebanyak 20

orang (27,4%).

d. Distribusi responden berdasarkan kategori usia kehamilan

Usia kehamilan di penelitian ini yaitu Trimester kedua 13-28

minggu dan trimester akhir 29-40 minggu.

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Kategori usia kehamilan Frekuensi (n) Persentase(%)
Trimester II 51 69,9
Trimester III 22 30,1
Total 73 100
Sumber : Data Primer 2018.

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa berdasarkan kategori usia

kehamilan, responden yang memiliki usia kehamilan yang paling


61

banyak yaitu pada trimester II yakni sebanyak 51 orang (69,9)

sedangkan pada trimester III hanya sebanyak 22 orang (30,1%).

e. Distribusi responden berdasarkan kategori Riwayat Hipertensi


Riwayat hipertensi adalah apabila tekanan darah mencapai 140/90
mmHg yang di diagnose sebelum kehamilan.
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Kategori riwayat hipertensi Frekuensi (n) Persentase(%)
Ada Riwayat Hipertensi 38 52,1
Tidak ada Riwayat Hipertensi 35 47,9
Total 73 100
Sumber : Data Primer 2018.

Tabel 5.5 Menunjukkan bahwa berdasarkan kategori Riwayat

hipertensi, responden yang memiliki riwayat hipertensi sebanyak 38

orang (52,1%) dan yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak 35

orang (47,9%).

f. Distribusi responden berdasarkan Riwayat Hipertensi Kehamilan

Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi
Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten
Luwu
Riwayat HT Kehamilan Frekuensi (n) Persentase(%)
Ada Riwayat 42 56,8
Tidak ada Riwayat 31 41,9
Total 73 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.6menunjukkan bahwa berdasarkan kategori Riwayat

Hipertensi Kehamilan, responden yang paling banyak yaitu memiliki

riwayat Hipertensi Kehamilan yakni sebanyak 42 orang (56,8%)


62

sedangkan Tiada ada riwayat hipertensi kehamilan sebanyak 31 orang

(41,9%).

g. Distribusi Responden berdasarkan Riwayat Keluarga

Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi
Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten
Luwu
R. Keluarga Frekuensi (n) Persentase(%)
Ada Riwayat 51 68,9
Tidak Ada Riwayat 22 29.7
Total 73 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa berdasarkan kategori Riwayat

Hipertensi Keluarga, responden yang paling banyak yaitu memiliki

riwayat keluarga sebanyak 51 orang (68,9%) dan yang tidak memiliki

riwayat keluarga sebanyak 22 Orang (29,7%).

h. Distribusi Responden berdasarkan Gejala Hipertensi

Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Hipertensi Kehamilan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Gejala Hipertensi Frekuensi (n) Persentase(%)
Ada Gejala 30 41,1
Tidak Ada Gejala 43 58,9
Total 73 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa berdasarkan Gejala Hipertensi

Kehamilan responden yang paling banyak yaitu yang tidak memiliki

gejala sebanyak 43 orang (58,9%) dan yang memiliki gejala sebanyak

30 orang (41,1%).
63

i. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur

Umur dikategorikan menjadi dua kategori yakni umur berisiko <20

tahun dan >35 tahun sedangkan umur tidak berisiko adalah 20-35 tahun.

Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur Di Wilayah
Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Kategori umur Frekuensi (n) Persentase(%)
Berisiko 40 54,8
Tidak Berisiko 33 45,2
Total 73 100
Sumber : Data Primer 2018.

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa berdasarkan kategori umur,

responden yang berisiko lebih bayak dibandingkan dengan yang tidak

berisiko, responden yang umur berisiko sebanyak 40 orang (54,8%)

sedangkan responden yang umur tidak berisiko sebanyak 33 orang

(45,2%).

j. Distribusi Responden berdasarkan Suami Merokok

Tabel 5.10
Distribusi Responden Berdasarkan Suami merokok Di Wilayah
Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Suami merokok Frekuensi (n) Persentase(%)
Merokok 58 79,5
Tidak Merokok 15 20,5
Total 73 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa berdasarkan Suami yang merokok

responden yang paling banyak yaitu suami yang merokok sebanyak 58

orang (79,5%) dan suami yang tidak merokok sebanyak 15orang

(20,5%).
64

k. Distribusi Responden berdasarkan Anggota Keluarga merokok

Tabel 5.11
Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Merokok Di
Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Anggota Keluarga Frekuensi (n) Persentase(%)
Merokok 61 83,6
Tidak Merokok 12 16,4
Total 73 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa berdasarkan Anggota keluarga

responden yang paling banyak yaitu yang Merokok sebanyak 61 orang

(83,6%) dan yang tidak merokok sebanyak 12 orang (16,4%).

l. Distribusi Responden berdasarkan Kategori paparan Asap Rokok

Paparan asap rokok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu

hamil yang terpapar asap rokok di dalam rumah oleh anggota keluarga.

Tabel 5.12
Distribusi Responden Berdasarkan Paparan Asap Rokok Di
Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu

Kategori paparan Asap Rokok Frekuensi (n) Persentase(%)


Terpapar 61 83,6
Tidak Terpapar 12 16,4
Total 73 100
Sumber : Data Primer 2018.

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa berdasarkan kategori paparan asap

rokok, responden yang terpapar asap rokok lebih banyak dibandingkan

dengan yang tidak terpapar. Responden yang terpapar sebanyak 61

orang (83,6%) sedangkan yang tidak terpapar sebanyak 12 orang

(16,4%).
65

m. Distribusi Responden berdasarkan kategori Paritas

Tabel 5.13
Distribusi Responden Berdasarkan Paritas Di Wilayah Kerja
Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Kategori paritas Frekuensi (n) Persentase(%)
Berisiko 25 34,2
Tidak berisiko 48 65,8
Total 73 100
Sumber : Data Primer, 2018.

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa berdasarkan kategori paritas,

responden yang tidak berisiko lebih banyak dibandingkan dengan

responden yang berisiko. Responden yang tidak berisiko sebanyak 48

orang (65,8%) sedangkan yang berisiko sebanyak 25 orang (32,2%).

n. Distribusi Responden berdasarkan kategori Stres Kehmilan

Stres kehamilan adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap

stressor yang meliputi respon fisiologis, kognitif, emosi dan tingkah

laku.

Tabel 5.14
Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kehamilan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Kategori stres kehamilan Frekuensi (n) Persentase(%)
Stres 56 76,7
Tidak Stres 17 23,3
Total 73 100
Sumber : Data Primer 2018.

Tabel 5.14menunjukkan bahwa berdasarkan kategori stres kehamilan,

responden yang mengalami stres lebih banyak dibandingkan yang tidak

mengalami stres. Responden yang mengalami stress kehamilan

sebanyak 56 orang (76,7%) sedangkan yang tidak mengalami stres

sebanyak 17 orang (23,3%).


O. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Pertanyaan Stress Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten
Luwu
Tabel 5.15
Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Stres Kehamilan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu

Tidak Pernah Kadang- Lumayan Selalu Total


Stres Kehamilan Kadang Sering
n % n % n % n % N %
Saya marah karena hal sepele 10 13,3 16 21,9 22 30,2 25 34,6 73 100
Saya bereaksi berlebih saat situasi tertentu 11 15,0 20 27,6 20 27,3 22 30,1 73 100
Saya sulit bersantai 7 9,5 18 24,8 33 45,2 15 20,5 73 100
Saya mudah marah 10 13,3 35 47,9 21 28,7 7 9,5 73 100
Saya menghabiskan energi saat cemas 37 50,9 24 32,8 11 15,0 1 1,3 73 100
Saya tidak sabaran saat bermasalah 22 30,2 38 52,1 7 9,5 6 8,2 73 100
Saya mudah tersinggung 4 5,6 32 43,8 21 28,7 16 21,9 73 100
Saya sulit istirahat 4 5,6` 13 17,8 35 47,9 21 28,7 73 100
Saya gelisah 32 44,0 24 32,8 11 15,0 6 8,2 73 100
Saya berkeringat saat tidak beraktivitas 63 86,3 5 6,8 2 2,8 3 4,1 73 100
berlebih
Saya gelisah tidak bisa menyelesaikan 52 71,2 16 21,9 3 4,1 2 2,8 73 100
tugas
Saya susah menelan 1 1,3 6 8,2 27 36,9 39 53,6 73 100
Saya khawatir mengalami masalah saat 0 0 30 41,0 23 31,5 20 27,5 73 100
kehamilan
Saya takut mengalami persalinan 2 2,8 28 38,4 32 43,8 11 15,0 73 100

66
67

Tabel 5.15 menunjukkan bahwa berdasarkan kategori stress

kehamilan pada pilihan tidak pernah pertanyaan dengan jumlah paling

banyak dipilih responden adalah berkeringat saat tidak beraktifitas yaitu

(86,3%), pada pilihan kadang-kadang pertanyaan dengan jumlah paling

banyak dipilih responden adalah tidak sabaran saat ada masalah yaitu

(52,1%), pada pilihan lumayan sering pertanyaan dengan jumlah paling

banyak dipilih oleh responden adalah sulit beristirahat yaitu (47,9%)

sedangkan pada pilihan sering sekali pertanyaan paling banyak dipilih

responden adalah susah menelan (53,6%).

o. Distribusi Responden Berdasarkan kategori status tekanan darah

Hipertensi adalah apabila tekanan darah ibu hamil mencapai

140/90 mmHg atau lebih.

Tabel 5.16
Distribusi Responden Berdasarkan Status Tekanan Darah di
Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Status tekanan darah Frekuensi (n) Persentase(%)
Hipertensi 38 52,1
Tidak Hipertensi 35 47,9
Total 73 100
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 5.16 menunjukkan bahwa berdasarkan status tekanan darah,

responden yang mengalami hipertensi sebanyak 38 orang ( 52,1%) lebih

banyak dibandingkan yang tidak mengalami hipertensi yaitu sebanyak

35 orang (47,9%).
2. Analisis Bivariat

Dalam penelitian ini di analisis bivariat digunakan untuk melihat

hubungan anatara variabel independen dengan variabel dependen dengan

menggunakan uji X2.

a. Variabel umur dengan kejadian Hipertensi Kehamilan

Tabel 5.17
Hubungan Antara Umur Dengan Hipertensi Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Hipertensi Kehamilan Uji
Statistik
Umur Ya Tidak Total
N % N % N %
Berisiko 30 75,0 10 25,0 40 100
Tidak Berisiko 8 24,2 25 75,8 33 100 p=0,000
Total 38 52,1 35 47,9 73 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.17menunjukkan bahwa jumlah responden

yang memiliki umur berisiko sebanyak 40 orang dan yang tidak

berisiko sebanyak 33 orang. Dari hasil tersebut dapat dilihat responden

yang memiliki umur berisiko dan mengalami hipertensi kehamilan

sebanyak 30 orang (75,0%) dan ibu hamil yang berada pada umur tidak

berisiko yang mengalami hipertensi sebanyak 8 orang (24,2%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square pada α = 0,05

diperoleh nilai p=0,000 < 0,05 atau Ho ditolak, dengan demikian

terdapat hubungan yangsignifikan antara umur dengan kejadian

hipertensi ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.


69

b. Varibel Riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi kehamilan

Tabel 5.18
Hubungan antara Riwayat Hipertensi degan Hipertensi pada ibu
hamil di wilayah kerja puskesmas suli kabupaten luwu
Hipertensi Kehamilan Total Uji
Riwayat HT Ya Tidak Statistik
N % n % N %
Ada Riwayat 26 68,4 12 31,6 38 100
Tidak ada Riwayat 12 34,2 23 65,8 35 100 p=0,004
Total 38 52,1 35 47,9 73 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.18 Menunjukkan bahwa jumlah responden

yang memiliki riwayat hipertensi sebanyak 38 orang dan yang tidak

memiliki riwayat sebanyak 35 orang. Dari hasil tersebut dapat dilihat

responden yang memiliki riwayat hipertensi dan mengalami hipertensi

kehamilan sebanyak 26 orang (68,4%) dan responden yang tidak

memiliki riwayt hipertensi sebanyak 12 orang (34,2%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square pada α = 0,05

diperoleh nilai p=0,004 < 0,05 atau Ho ditolak, dengan demikian

terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi

pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

c. Variabel Paparan Asap Rokok dengan kejadian Hipertensi Kehamilan


Tabel 5.19
Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Dengan Hipertensi Pada
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Kabupaten Luwu
Paparan asap Hipertensi Kehamilan Total Uji
rokok Ya Tidak Statistik
N % n % N %
Terpapar 33 54,1 28 45,9 61 100
Tidak Terpapar 5 41,7 7 58,3 12 100 p=0,431
Total 38 52,1 35 47,9 73 100
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.19 menunjukkan bahwa jumlah responden

yang terpapar asap rokok sebanyak 61 orang dan yang tidak terpapar

asap rokok sebanyak 12 orang. Dari hasil tersebut dapat dilihat

responden yang terpapar asap rokok dan mengalami hipertensi

kehamilan sebanyak 33 orang (54,1%) dan responden yang tidak

terpapar sebanyak 5 orang (41,7%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square pada α = 0,05

diperoleh nilai p=0,431>0,05 atau Ho diterima. Dengan demikian tidak

terdapat hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian

hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten

Luwu.

d. Variabel paritas dengan kejadian hipertensi kehamilan

Tabel 5.20
Hubungan antara paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil di wilayah kerja puskesmas suli kabupaten luwu
Hipertensi Kehamilan Total Uji
Paritas Ya Tidak Statistik
n % n % N %
Berisiko 14 56,0 11 44,0 25 100
Tidak berisiko 24 50,0 24 50,0 48 100 p=0,626
Total 38 52,1 35 47,9 73 100
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.20 menunjukkan bahwa jumlah responden

yang berisiko paritas sebanyak 25 orang dan yang tidak berisiko paritas

sebanyak 48 orang. Dari hasil tersebut dapat dilihat responden yang

berisiko paritas dan mengalami hiperten kehamilan sebanyak 14 orang

(56,0%) dan responden yang tidak berisiko sebanyak 24 orang (50,0%).


Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square pada α = 0,05

diperoleh nilai p=0,626 > 0,05 atau Ho diterima, dengan demikian tidak

terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

e. Variabel Stres Kehamilan dengan kejadian hipertensi Kehamilan

Tabel 5.21
Hubungan Antara Stress Kehamilan Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Luwu
Hipertensi Kehamilan Total Uji
Stress kehamilan Ya Tidak Statistik
N % n % N %
Stres 34 60,7 22 39,3 56 100
Tidak stress 4 23,5 13 76,5 17 100 p=0,007
Total 38 52,1 35 47,9 73 100
Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.21 menunjukkan bahwa jumlah responden

yang mengalami stres kehamilan sebanyak 56 orang dan yang tidak

mengalami stres kehamilan sebanyak 17 orang. Dari hasil tersebut dapat

dilihat responden yang mengalami stres kehamilan dan mengalami

hipertensi kehamilan sebanyak 34 orang (60,7%) dan responden yang

mengalami stres kehamilan tapi tidak mengalami hipertensi sebanyak

22 orang (39,3%) sedangkan responden yang tidak mengalami stres

kehamilan dan mengalami hipertensi kehamilan sebanyak 4 orang

(23,5%) dan yang tidak mengalami hipertensi kehamilan sebanyak 13

orang (76,5%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square pada α = 0,05

diperoleh nilai p=0,007<0,05 atau Ho ditolak, dengan demikian terdapat


hubungan antara stres kehamilan dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil di wilayah kerja puskesmas Suli Kabupaten Luwu.

C. Pembahasan
Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas suli kabupaten luwu. Jumlah responden yang berhasil di dapatkan

sebanyak 73 orang ibu hamil dengan kisaran kelompok umur paling banyak

pada umur berisiko<20 dan > 35 tahun sebanyak 40 orang (54,8%)

Berdasarkan pendidikan terakhir, responden yang paling banyak tammat

Perguruan Tinggi sebanyak 28 (38,3%) dan paling sedikit tammat SD

sebanyak 4 orang (5,4%). Adapun berdasarkan pekerjaan responden paling

banyak sebagai ibu rumah tangga sebanyak 31 orang (42,4%) dan yang paling

sedikit sebagai PNS sebanyak 21 orang (28,5%). Pada penelitian ini juga

menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami hipertesi lebih banyak yaitu 38

orang (52,1%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami hipertensi yaitu

sebanyak 35 (47,9%).

a. Hubungan umur dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil

Menurut Wiknjosastro (2008) usia atau umur pada wanita hamil

digolongkan menjadi 2 yaitu usia tidak berisiko dan usia yang berisiko.

Usia yang tidak berisiko (aman) untuk kehamilan dan persalinan adalah

usia 20- 35 tahun, sedangkan usia yang berisiko untuk hamil dan melahirkan

ada lah < 20 tahun dan > 35 tahun. Pada usia < 20 tahun kematian maternal
73

2- 5 lebih tinggi dari pada kematian maternal pada usia 20-30 tahun,

kematian materal meningkat kembali pada usia > 35 tahun.

Umur merupakan hal yang sangat berperan dalam kejadian hipertensi saat

kehamilan dimana tingkat risiko kehamilan dan persalinan wanita yang

berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki risiko tinggi

terhadap kejadian hipertensi. pada usia antara 20-35 tahun ibu lebih siap

hamil secara jasmani dan kejiwaan. Pada umur 35 tahun atau lebih,

kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu memiliki

potensi untuk memiliki anak cacat, persalinan yang lama serta terjadinya

pendarahan yang kemungkinan besar bisa terjadi (Nelawati, 2014).

Usia reproduktif dari seorang wanita adalah 20 – 35 tahun. Usia reproduktif

ini merupakan periode yang paling aman untuk hamil dan melahirkan

karena pada usia tersebut risiko terjadinya komplikasi selama kehamilan

lebih rendah. Usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun disebut juga

sebagai usia risiko tinggi untuk mengalami komplikasi selama kehamilan.

Pada usia<20 tahun, ukuran uterus belum mencapai ukuran yang normal

untuk kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan dalam

kehamilan seperti preeklampsia menjadi lebih besar. Pada usia> 35 tahun

terjadi proses degeneratif yang mengakibatkan perubahan sruktural dan

fungsional yang terjadi pada pembuluh darah perifer yang bertanggung

jawab terhadap perubahan tekanan darah, sehingga lebih rentan mengalami

preeklampsia (Novianti, 2016).


Menurut Riskesdas (2007) Masih banyak kejadian hipertensi pada ibu

hamil di usia muda yaitu sebesar 31,7% ini mungkin disebabkan masih

kurangnya pemahaman orang tentang usia reproduksi sehat, sehingga

banyak yang menikah dan hamil di usia muda. Pada kehamilan <20 tahun

keadaan reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan dan akan

meninkatkan risiko kejadian hipertensi dalam kehamilan. Umur sehat yang

aman untuk kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-30 tahun.Sedangkan

umur 35 tahun keatas sudah terjadi perubahan pada jaringan dan alat

kandungan serta jalan lahir tidak lentur lagi pada umur tersebut cenderung

di dapatan penyakit lainnya di dalam tubuh ibu hamil salah satunya

hipertensi (Chandradewi, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang

memiliki umur berisiko sebanyak 40 orang dan yang tidak berisiko

sebanyak 33 orang. Dari hasil tersebut dapat dilihat responden yang

memiliki umur berisiko dan mengalami hipertensi kehamilan sebanyak 30

orang (75,0%) dan 10 orang (25,0%) tidak mengalami hipertensi kehamilan

sedangkan yang umur tidak berisiko yang mengalami hipertensi kehamilan

sebanyak 8 orang (24,2%) dan tidak mengalami hipertensi kehamilan

sebanya 25 orang (75,8%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur ibu akan mempengaruhi

kejadian hipertensi pada ibu hamil Diketahuibahwa rata-rata umur ibu di

wilayah kerja puskesmas Suli kabupaten Luwu sekitar 36 tahun.

Berdasarkan masa reproduksi ibu hamil umur tersebut masuk kategori


berisiko.Responden yang berada pada umur berisiko namun tidak

mengalami hipertensi kehamilan disebabkan karena kedaan ibu hamil yang

sangat baik terhindar dari stress berada pada paritas tidak berisiko dan tidak

memiliki riwayat hipertensi sebelumnya, Karena ibu hamil yang mengetahui

bahwa mereka berada pada umur yang berbahaya sehingga mereka rajin

memeriksakan kondisinya pada bidan puskesmas sedangkan responden yang

berada pada umur tidak berisiko namun mengalami hipertensi kehamilan

disebabkan karena rata-rata responden berada pada kehamilan pertama

sehingga mereka masih memiliki kecemasan tersendiri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan peneltian sebelumnya yang dilakukan

oleh Hinda Noviati (2016) terdapat hubungan anatara umur dengan kejadian

hipertensi kehamilan (0,000). Penelitian ini juga sejalan dengan Tigor

Situmorang (2016) menunjukkan bahwa ibu berusia dalam ketegori berisiko

yang didapatkan 100% (0,000) maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian hipertensi

kehamilan.

Penelitian ini juga sejalan dengan Devi Kurniasari (2015) ada hubungan

antara usia Ibu dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan (0,000).

Penelitian ini sejalan Nelawati Radjamuda (2014) ada hubungan antara

umur ibu hamil dengan kejadian hipertensi(0,002). Hasil penelitian ini

sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh Cunningham (2006) bahwa

umur yang berisiko terkena hipertensi (preeklamsi-eklamsi) pada ibu hamil

dengan usia <20 dan >35 tahun.


Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Sutrimah (2015) bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara faktor umur dengan resiko terjadinya

preeclampsia (0,768) ,Novita Lusiana (2015) yang menyatakan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadiaan preeklampsia

pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

dengan (0,114), hal tersebut dimungkinkan sebagian besar umur ibu adalah

umur reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa variabel umur ibu sangat mempengaruhi kejadian

hipertensi pada ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Suli kabupaten luwu.

b. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan kejadian hipertensi pada

ibu hamil

Wanita yang mengalami hipertensi pada kehamilan pertama akan

meningkatkan preeklampsia pada kehamilan berikutnya, kejadian hipertensi

menunjukkan bahwa seorang ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi

cenderung memiliki risiko hipertensi pada kehamilan kedua bila kehamilan

dengan jarak yang jauh. hipertensi dalam kehamilan merupakan masalah

medis yang kerap kali muncul dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi

seperti kejang eklamsi, pendarahan otak dan BBLR.

Faktor riwayat hipertensi mempunyai risiko 4 kali terjadi preeklampsia

dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak ada riwayat hipertensi.Tekanan

darah tinggi pada ibu hamil menimbulkan dampak yang beragam, mulai dari

preeklampsia ringan hingga yang berat. Hipertensi dalam kehamilan terbagi

atas preeklamsia ringan, preeklamsia berat, eklampsia, serta superimposed


hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi

dan hipertensi berlanjut selama kehamilan).

Responden yang didapatkan pada penelitian ini sebagian besar memiliki

riwayat hipertensi yaitu 52,1% lebih banyak dibandingkan yang tidak

memiliki riwayat hipertensi yaitu 47,9%. Berdasarkan hasil analisis

didapatkan ibu hamil yang menderita hipertensi lebih banyak pada

responden yang memiliki riwayat hipertensi yaitu 68,4% dibandingkan yang

tidak memiliki riwayat hipertensi 31,6%.

Pada penelitian ini responden yang mengalami hipertensi kehamilan lebih

banyak dibandingkan yang tidak mengalami hipertensi kehamilan hal ini

disebakan karena rata-rata responden pernah mengalami hipertensi

sebelumnya baik itu riwayat hipertensi secara umum maupun hipertensi

kehamilan (preeklampsia/eklampsia).Selain itu kebanyakan responden juga

memiliki riwayat hipertensi keluarga seperti yang diketahui bahwa sesorang

yang memiliki riwayat hipertensi keluarga kemungkinan mengalami

hipertensi lebih besar.

Terdapat beberapa responden yang berada pada kategori ada riwayat

hipertensi namun tidak mengalami hipertensi kehamilan hal ini disebakan

karena pada dasarnya responden tersebut memiliki kondisi tekanan darah

yang normal karena selalu mengontrol tekanan darahnya, selain itu rata-rata

responden yang tidak mengalami hipertensi tersebut juga berada pada

kategori umur dan paritas yang tidak berisiko sehingga kemungkinan

terjadinya hipertensi juga berkurang, sedangkan responden yang berada


pada kategori tidak ada riwayat tetapi mengalami hipertensi hal ini

disebabkan karena responden merupakan istri dari seorang nelayan yang

membantu pekerjaan suaminya sebelum dan sesudah melaut. Hal ini

menyebabkan ibu hamil jadi kurang beristirahat dan terlalu banyak bekerja

dan bahkan tidak pernah sama sekali memeriksakan keadaaan kehamilannya

salah satunya mereka tidak pernah mengontrol tekanan darahnya.

Berdasarkan jawaban tambahan responden pada saat penelitian terdapat

beberapa responden yang memiliki keluhan karena merasakan gejala-gejala

akan mengalami hipertensi, adapun gejala yang banyak dirasakan responden

yaitu rasa pusing, mual berlebih, sesak nafas dan kelelahan.

Hal ini didukung oleh teori Varney (2002) yang menyatakan bahwa seorang

wanita yang mempunyai riwayat penyakit yang parah akan lebih

membahayakan kondisi dirinya sendiri pada saat hamil. Maka dari itu ibu

hamil yang mempunyai riwayat penyakit pada saat hamil mempunyai

peluang resiko lebih besar mengalami preeklampsia dibandingkan dengan

ibu yang tidak mempunyai riwayat penyakit

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Nuning Saraswati (2016) Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dengan kejadian

preeklampsia pada ibu hamil(0,001).Namun penelitian ini tidak sejalan

dengan Tigor H. Situmorang (2016) tidak ada hubungan yang signifikan

antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia(0,060).


Hasil penelitian Nelawati Radjamuda (2014) disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara riwayat hipertensi (preeklamsi-eklamsi)dengan kejadian

hipertensi pada ibu hamil (0,002).Namun hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan Andi Fahira (2017) bahwatidak ada hubungan yang bermakna

antara riwayat hipertensi dengan terjadinya preeclampsia

(0.625).namunHasil penelitian Vonny Khresna Dewi (2014) sejalan dengan

penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara riwayat hipertensi ibu dengan

kejadian preeklamsia (0,000).Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

dapat disimpulkan bahwa variabel riwayat hipertensi mempengaruhi

kejadian hipertensi pada ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Suli

kabupaten luwu.

c. Hubungan paparan asap rokok dengan kejadian hipertensi kehamilan

pada ibu hamil

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi.Hubungan antara rokok dengan

peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.Selain dari

lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang

dihisap perhari.Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali

lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Ibu hamil

yang terapar asap rokok memberi pengaru buruk pada kondisi janin yang

dikandung, asap rokok menghambat tumbuh kembang janin.

Responden yang didapatkan dalam penelitian ini sebagian besar terpapar

asap rokok yaitu 83,6% lebih banyak dibandingkan yang tidak terpapar asap

rokok yaitu 16,4%. Berdasarkan hasil analisis didapatkan ibu hamil yang
mengalami hipertensi lebih banyak pada yang terpapar asap rokok yaitu

86,8% dibandingkan yang tidak terpapar 80,0%. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok lebih banyak yang

mengalami hipertensi kehamilan. Namun tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara paparan asap rokok dengan kejadian hipertensi. Hal ini

disebabkan karena rata-rata responden yang terpapar asap rokok tidak

mengalami hipertensi dalam kehamilan meskipun jumlahnya lebih banyak

namun hanya terdapat sedikit selisih antara yang mengalami hipertensi

dalam kehamilan dan yang tidak megalami hipertensi kehamilan.

Terdapat beberapa responden yang berada pada kategori tidak terpapar

namun mengalami hipertensi kehamilan hal ini disebabkan karena paparan

asap rokok tidak memberikan pengaruh pada kondisi ibu hamil sehingga ibu

hamil yang megalami hipertensi tersebut disebabkan karena faktor lain salah

satunya yaitu karena mereka berada mengalamistress kehamilan dan

memiliki riwayat hipertensi kehamilan sebelumnya.Penelitian ini tidak

sesuai dengan teori Prawirohardjo yang mengatakan bahwa ibu hamil yang

merupakan perokok pasif dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan Lina Nurwidayanti (2013) Namun variabel wanita perokok pasif

tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi secara statistik

(0,556).Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ashari (2011) yang menyatakan bahwa perokok pasif terbukti sebagai

faktor risiko hipertensi.Penelitian yang dilakukan oleh Atika (2009) sejalan


dengan penelitian ini yaitu tidak ada hubungan signifikan antara perokok

pasif dengan terjadinya hipertensi.Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel paparan asap rokok tidak

mempengaruhi kejadian hipertensi pada ibu hamil diwilayah kerja

puskesmas Suli kabupaten luwu.

d. Hubungan paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil

Paritas pertama berhubungan dengan kurangnya pengalaman dan

pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan, paritas 2-3 merupakan paritas

paling aman, paritas satu dan paritas lebih dari 3 merupakan paritas brisiko

karena sudah mengalami penurunan alat reproduksi, wanita hamil yang baru

menjadi ibu atau dengan pasangan baru mempunyai risiko 6 sampai 8 kali

lebih mudah terkena hipertensi. The new England journal of medicine

mencatat bahwa kehamilan pertama risiko terjadi hipertensi 3,9, kehamilan

kedua 1,7% dan kehamilan ketiga 1,8% (Oktaviani, 2017).

Responden yang didapatkan dalam penelitian ini sebagian besar paritas

tidak berisiko 65,8% sedangkan paritas berisiko hanya 34,2%. Berdasarkan

hasil analisis didapatkan ibu hamil yang menderita hipertensi lebih banyak

pada paritas tidak berisiko 68,6% sedangkan paritas yang berisiko hanya

31,4%.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang tidak

berisiko paritas lebih banyak dibandingkan yang berisiko hal ini disebabkan

karena rata-rata responden berada pada kehamilan ke 2 atau 3 dengan jarak

kehamilan rata-rata 1-2 tahun. Sedangkan pada teori Henderson (2006)

bahwa paritas ibu sehat yaitu paritas 2-3 dengan jarak kehamilan 5 tahun
dan angka kejadian hipertensi kehamilan akan menurun pada paritas ke 2 –

4 dan akan meningkat pada paritas >4. Karena responden yang rata-rata

berada pada paritas ke 2 dan 3 inilah yang menyebabkan paritas tidak

menjadi faktor penyebab hipertensi pada ibu hamil di kecamatan Suli.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Sutrimah (2015) dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara paritas dengan kejadiaan preeclampsia (0.313).Hasil

penelitian ini juga didukung oleh Fauziah (2012) sehingga tidak ada

hubungan antara paritas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamildi

Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh (0.778) Penelitian ini sejalan dengan Tigor H.

Situmorang (2016) tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas

dengan kejadian preeclampsia(0,765).

Hasil penelitian Siqbal Karta Asmana (2016) menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan antara paritas dengan preeklampsia berat (0,096) Hasil

penelitian Elly Yane (2014) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan

antara paritas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil(0,500), namun

hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Dyah fajarsari (2016) dengan

demikian terdapat pengaruh antara paritas dengan kejadian preeklamsia

(0,000).Hasil penelitian Nellawati Radjamuda (2014) juga menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu

ha mil (0,000). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan


dapatdisimpulkan bahwa variabel paritas tidak mempengaruhi kejadian

hipertensi pada ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Suli kabupaten luwu.

e. Hubungan Stres kehamilan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.Apabila

stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap

tinggi. Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau

lingkungan tidak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita

untuk mengatasinya dengan efektif

Stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.Apabila stres

berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang

menetap.Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu

dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali.Peristiwa

mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah

(Hikmawan, 2017).

Responden yang didapatkan dalam penelitian ini sebagian besar

mengalami stres yakni 76,7% lebih banyak dibandingkan yang tidak

megalami stres yaitu 23,3%. Berdasarkan hasil analisis didapatkan ibu hamil

yang mengalami hipertensi lebih banyak pada kategori stres yaitu 89,5%

dibandingkan umur yang tidak stres yaitu 10,5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang mengalami

stres kehamilan lebih banyak dibandingkan yang tidak mengalami stres


kehamilan, hal ini disebabkan karena rata-rata responden memiliki kondisi

yang selalu merasa gelisah, mudah marah, susah beristirahat dan susah

makan sehingga berpengaruh juga terhadap kondisi ibu sendiri. Kondisi ibu

hamil yang apabila terus menerus seperti ini dapat menyebabkan timbulnya

emosi atau stres yang hebat dan akan berubah menjadi reaksi somatik yang

langsung mengenai sistem peredaran darah dan mempengaruhi detak

jantung.

Terdapat beberapa responden yang tidak mengalami stres kehamilan hal

ini disebabkan karena mereka tidak terlalu cemas akan kehamilannya saat

ini karena mereka menganggap bahwa pada kehamilan-kehamilan

sebelumnya mereka selalu melahirkan dengan kondisi yang aman dan

keadaan pelayanan kesehatan yang dekat dengan rumah juga menjadi

penyebab responden merasa aman dan tidak memiliki banyak keluhanan

mengenai kehamilannya.

Berdasarkan pilihan jawaban responden yang paling banyak yaitu responden

yang selalu mengalami sulit menelan disebabkan karena ibu hamil yang

selalu mual sehingga terjadi kesulitan saat menelan dan selalu marah

terhadap hal-hal sepele disebabkan karena bawaan kehamilan, kemudian

responden yang kadang-kadang khawatir mengenai kehamilan dan

persalinannya disebabkan semua ibu hamil menginginkan proses bersalin

yang normal.

Hal ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa emosi-emosi kuat dan

stres yang hebat dan berkelanjutan menjelma menjadi reaksi somatikyang


langsung mengenai system peredaran darah sehingga mempengaruhi detak

jantung dan peredaran darah (Semium, 2008 dalam Mesuri). Respon

fisiologis dari stres akan meningkatkan frekuensi nadi, tekanan darah,

pernafasan, dan aritmia. Selain itu pelepasan hormone adrenalin sebagai

akibat stress berat akan menyebabkan naiknya tekanan darah (Saleh, 2014).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Renny S. Mangopa (2015) Dengan demikian artinya terdapat hubungan

antara stres dengan kejadian hipertensi (0,000).Hasil penelitian Yimmi

Syavardie. (2015) menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

stres dengan hipertensi di Puskesmas Matur Kabupaten Agam (0.003)

Hasil penelitian Muhammad Saleh (2014) Bahwa terdapat korelasi yang

bermakna antara tingkat stress dengan derajat hipertensi, dengan kekuatan

korelasi sedang dan arah positif, dimana semakin tinggi tingkat stres

seseorang maka akan semakin tinggi derajat hipertensi seseorang (p=0,000),

nilai (r = 0,486). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa variabel stres kehamilan mempengaruhi kejadian

hipertensi pada ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Suli kabupaten Luwu.
BAB VI
PENUTU
P
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas suli Kabupaten Luwu, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan umur dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di

wilayah kerja puskesmas Suli kabupaten Luwu.

2. Ada hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil diwilayah kerja puskesmas Suli kabupaten Luwu.

3. Tidak ada hubungan paparan asap rokok terhadap kejadian hipertensi

pada ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Suli kabupaten Luwu.

4. Tidak ada hubungan paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil

diwilayah kerja puskesmas Suli kabupaten Luwu.

5. Ada hubungan stres kehamilan dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil diwilayah kerja puskesmas Suli kabupaten Luwu.

B. Saran

1. Ibu hamil sebaiknya lebih rutin memeriksa atau mengontrol tekanan

darah agar dapat dideteksi dini tanda-tanda hipertensi terutama bagi ibu

hamil yang sudah berumur <20 dan >35 tahun dan memiliki riwayat

hipertensi sebelumnya.

2. Ibu hamil sebaiknya lebih menghindari kedaan emosionalberlebih atau

suasana hati tidak baik sehingga terhindar dari kejadian stres selama

masa kehamilan.

86
87

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya dapat menggunakan variabel lain

yang lebih beragam untuk melihat faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi pada ibu hamil.


DAFTAR PUSTAKA
Anna Maria, 2012. Prevalensi Hipertensi Pada Kehamilan Di Indonesia Dan
Berbagai Faktor Yang Berhubungan (Riset Kesehatan Dasar 2007) Jurnal
Teknologi Dan Intervensi Kesehatan Masyarakat, 1: 7 Januari 2012,
Review 2: 7 Januari 2012.
Ashari, A. 2011.Perokok pasif sebagai faktor risiko hipertensi pada wanita usia 40-
70 tahun di wilayah kerja puskesmas tlogosari kulon kota semarang. Skripsi.
Asmana, S.K, dkk. 2016. Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Preeklampsia
Berat di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2012 – 2013.
Jurnal Kesehatan Andalas. 5(3) : 640-646.
Astuti, E. 2009.Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat
Pengetahuan Tentang Hipertensi Masyarakat Di Rt 12, Rw 05, Kelurahan
Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Skripsi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Atika, 2009. Hubungan perokok pasif dengan terjadinya hipertensi pada penduduk
wanita usia 30-65 tahun di dusun krajan desa sumbengepoh kecamatan
lawang. Jurnal ilmiah kesehatan.
Candradewi, N. 2015. Prevalensi penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di
wilayah kerja puskesmas abang 1 periode januari 2014. Jurnal medika
Undyana, 1(1):1-8.
Cunningham, F. G,Dkk. 2006. Obstetri William Volume 1-2 Edisi 21. Jakarta:EGC.
Dea, dkk. 2016. Upaya Pencegahan Hipertensi. Jurnal Kedokteran Universitas
Lampung.5(3).
Debby, C. 2009. Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Hipertensi pada
Masyarakat yang Merokok di Rw 01 Kelurahan Pondok Cina, Beji,
Depok. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Depkes, 2007.Survey Demografi Kesehatan Indonesia, Depkes Ri, Jakarta.
Devi Kurniasari. 2015. Hubungan Usia, Paritas Dan Diabetes Mellitus Pada
Kehamilan Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014. Jurnal
Kesehatan Holistik 9(3): 142-150.
Dewi, V .K..2014. Hubungan Obesitas Dan Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian
Preeklamsi Di Puskesmas Rawat Inap Danau Panggang.Jurnal
K Ilmu
ebidanan (1) 2: 57-61
Dinkes Luwu. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Luwu. Belopa : Dinas Kesehatan.
Fahira, A. 2017.Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Rsu
Anutapura Kota Palu.Jurnal Kesehatan Tadulako 3(2), 1-75.
Fajarsari, D. dkk.2016. Pengaruh Paritas Dan Indeks Masa Tubuh (Imt) Terhadap
Kejadian Preeklamsi Di Kabupaten Banyumas. Bidan Prada. Jurnal
Ilmiah Kebidanan, 7( 2) :104-113

Fauziah, 2012.Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Kejadian Preeklampsia Pada


Kehamilan Di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.jurnalilmu kesehatan.
Ferry, H. 2013.Faktor Faktor Risiko Hipertensi pada Peserta Pelatihan Pimpinn III
Dan IV Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian Bogor.
Skripsi Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
Giovanna, 2017. Karakteristik Ibu Hamil Dengan Preeclampsia di Rsup Prof Dr.
R.D.Kandou Manado. Jurnal Kedokteran Klinik (Jkk) Volume 1
No.3,.Http://Chiiviolet.Blogspot.Com/2013/12/Makalah-Kehamilan-
Dengan-Hipertensi.Html.[Diakses 20 Oktober 2017].
Gunarti.R, dkk.2016. Tinjauan Pelaksanaan Family Folder Untuk Rekam Medis
Rawat Jalan Di Puskesmas Guntung Payung Tahun 2016. Jurkessia,
6(3).
Hanifah, H. 2017. Pengaruh Paparan Asap Rokok Lingkungan pada Ibu Hamil
Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Skripsi Universitas Lampung.
Henderson, C., Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Hendry, Apriano. dkk. 2013. Implementasi Kebijakan Subsidi Pelayanan Kesehatan
Dasarterhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Di Kota Singkawang.
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 2(4) :180 – 188.
Hikmawan, M, Dkk, 2017.Analisis Informasi Faktor Risiko Hipertensi Berbasis
Posbindu Di Dinkes Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Prosiding Seminar Nasional.
Husaini, A. 2007. Tobat Merokok, Rahasia dan Cara Empatik Berhenti Merokok.
Jurnal Depok : Pustaka Iman.
Indriani, Nanien, 2012, Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan
P dengan reeklampsia pada Ibu Bersalin Di Rsu Daerah
Tahu Kardinah Kota Tegal 2011, Skripsi Fakultas Kesehatan
n ebidanan, Depok
K
Masyarakat Program Studi

Indriani,
P
Tahu
n ebidanan, Depok
K
Kartikasari, An. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan
Kidul, Kabupaten Rembang. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang:
Undip Kedokteran Egc.
Katsiki. 2010. Hypertention in pregnancy : classification, diagnosis and treatment.
Aristotle university medical journal. 37:09-10.
Kemenkes RI. 2013. Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kepmenkes RI nomor 28/menkes/sk/ix/2008 diakses pada tanggal 18 november 2017
http://googleweblight.com/?lite_url=http://tipsserbaserbi.2015/10/jenis-jenis-
puskesmas-menurut.html?m%3D1&m=167&host
Konli, S. 2014. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Desa Gunawan
Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung.Journal Ilmu Pemerintahan,
2(1)
Lilies, S. 2015. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi.Jurnal Keperawatan, Volume xi, No. 2 Oktober 2015.
Lina, N. dkk. 2013. Analisis Pengaruh Paparan Asap Rokok Di Rumah pada
Wanita terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga 1(2).

Lingga, L. 2012. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta. Agro Media Pustaka.
LIPI. 2009. Hipertensi. Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan Dan Kesehatan.
Lusiana, N. 2015.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia
padaIbu Bersalin di Ruangan Camar II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Tahun 2014.Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(10).

Maduba, 2007.Pengantar Kuliah Obstetric, Egc, Jakarta : 401-417.


Manggopa, R.S. Dkk. 2015.Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dan Stres
DenganKejadian Penyakit Hipertensi Di Desa Tarabitan Kecamatan Likupang
Barat Kabupaten Minahasa Utara .Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Manuaba, 2008.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Egc.
Mardiani, dkk. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya
Preeklampsia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Kecamatan
Pasar. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(3).
Muflihan, Fa. 2012. Analisis Faktor Faktor Terjadinya Preeklamsia Berat di
Rsud Tugerejo Tahun 2011. Skripsi Universitas Muhammadiyah Semarang,
Semarang : 01-02.
Nanien, 2012.Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Preeclampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit
Umum Daerah Kardinah Kota Tegal Tahun 2011.Skripsi Kesehatan
Masyarakat Universita Indonesia.

Nelawati.dkk. 2014. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi pada Ibu Hamil di Poli Klinik Obs-Gin Rumah Sakit Jiwa
Prov. Dr. V. L Ratumbuysang Kota Manado. Jurnal Ilmiah Bidan, 2(1).

Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Novianti, H. 2016. Pengaruh usia dan paritas terhadap kejadian preeclampsia di


RSUD Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kesehatan,9(1) : 25-31

Nugroho, Taufan, 2012, Patologi Kebidanan, Nuha Medika, Yogyakarta.


Nurwidayanti, L. 2013. Analisis Pengaruh Paparan Asap Rokok Di Rumah Pada
Wanita Terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi, 1(2) : 244–
253
Oktaviani, Y. 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeclampsia
pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.JurnalIlmu
Kesehatan.; 1(1):31-34.
Permenkes RI, 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat.
http;//fliphtml.com/qwmk/sxrb/basic
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Dan Praktik. (4th Ed).Jakarta : Egc.
Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
2009.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka.
Profil Ke sehatan Kabupaten Luwu. 2016. Data Angka Kematian Ibu Tahun 2016.
Belopa
Profil Kesehatan Provinsi Sulsel. 2015. Data Hipertensi Penduduk Menurut Jenis
Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Provinsi Sulsel.
Radjamuda, N. dkk. 2014. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Ibu Hamil di Poli Klinik Obs-Gin Rumah Sakit Jiwa
Prov. Dr. V. L Ratumbuysang Kota Manado. Jurnal Ilmiah Bidan, 2(1).
Ratnawati, dkk.2017. Faktor Risiko pada Pasien Preeklampsia.Jurnal Ilmiah
Kesehatan. 10(2)
Ridha, H. 2013. Determinan Kejadian Stress Persalinan Primigravida di Puskesmas
Mongolato Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.Jurnal Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan


KesehatanKementerian RI tahun
2013.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20Riskesda
s%202013.pdf.
Roeshadi.R.H. 2007.Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu
pada Penderita Preeclampsia dan Eklampsia.Jurnal Kesehatan Bagian
Obsetri Dan Ginekologi Kedokteran USU. 31(3).
Saifuddin.2006. Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal.Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saleh, M. dkk.2014. Hubungan Tingkat Stres Dengan Derajat Hipertensi Pada
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun
2014.Jurnal Keperawatan 10(1 ):166 – 175.
Saraswati, N. 2016.Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Preeclampsia pada Ibu Hamil (Studi Kasus Di Rsud Kab. Brebes Tahun
2014). Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Universitas Negeru Semarang
Indonesia, 5(2).
SDKI. 2007. Penyebab Kematian Ibu di Indonesia. Jakarta: Survei Demografi
Dan Kesehatan Indonesia.
SDKI. 2012. Angka Kematian Ibu. Jakarta: Survei Demografi Dan Kesehatan
Indonesia.
Shobirin. 2016.Hubungan Penerapan Manajemen Puskesmas Dan Komitmen
K erja Petugas Dengan Mutu Pelayanan Pengobatan Di Poli Umum
Pus kesmas Kabupaten Bangkalan.Jurnal Penelitian Administrasi Publik
2(2), 513 – 526.
Simarmata, S. 2012. Perilaku Merokok pada Siswa-Siswi Madrasah Tsanawiyah
Provinsi Riau Tahun 2012.Depok.Skripsi Fakultas Kesehatan
Masayarakat Universitas Indonesia.
Sirait, Anna Maria. 2012. Prevalensi Hipertensi pada Kehamilan di Indonesia dan
Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan (Riset Kesehatan Dasar
2007).Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 15 No. 2 April 2012: 103–
109.
Situmorang, T.H, dkk. 2016. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
PreeklampsiaPada Ibu Hamil Di Poli KiaRsu Anutapura Palu. Jurnal
Kesehatan Tadulako 2(1) : 1- 75.
Sri, dkk.2016. Analisis Faktor-Faktor yang Berisiko Terhadap Preeklamsia pada Ibu
Bersalin di Rsud Raden Mattaher Jambi Tahun 2016.Scientia Journal
Stikes Prima Jambi, 5(2).
Suhadak. 2010. Pengaruh Pemberiaan The Rosella Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Tinggi pada Lansia di Desa Windu Kecamatan Larangbinangun
Kabupaten Lamongan. BPPM Stikes Muhammdiyah Lamongan.
Susan. 2004. Karakterisik Penderita Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit
Tembakau Deli Ptp Nusantara Ii Medan Tahun 2003.Skripsi Universitas
Sumatera Utara.
Susilo, Y. Dan Wulandari, A. 2010. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:
Andi Publisher.
Sutrimah, Dkk. 2015.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang.Http://Jurnal.Unimus.Ac.Id/Index.Php/Jur_Bid/Aeticle/View/1383)
Tri, A, Joko Suranto, 2012.Studi Rawat Inap di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.Transformasi.
25(22).
Uli, A.2013. Hubungan Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi
pada Masyarakat Pesisir Laut Kecamatan Belawan. Skripsi Universitas
Sumatera Utara.
Wahyuny.dkk. 2012. Faktor Risiko Kejadian Preeclampsia Di RSKD Ibu dan
Anak Siti Fatimah Makassar Tahun 2011-2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Widya, A. 2015.Faktor Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.Skripsi kesehatan
masyarakat Universitas Hasanuddin
Wiknojosastro, Hanifa.2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
World Health Organization. 2015. Data Hipertensi Global. Asia Tenggara: Who.
Wulandari, A. G. 2013. Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Pre Eklamsi di
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012. Jurnal Penelitian Universitas
Jambi: Seri Sains, 15(1).
Yane, Elly. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Preeklamsia
Pada Ibu Hamil Di Rumah Sakit Undata Palu Tahun 2014.Jurnal Ilmiah
Kedokteran. 3(1)
Yeyeh R.2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta: Tim
Yimmi. 2015. Pengaruh Stres Terhadap Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Matur,
Kabupaten Agam. Jurnal ilmu kesehatan.
Yogiantoro, M. 2009. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo AW., Setiyohadi, Bambang
A., Idrus K., Marcellus Simadibrata, & Setiati, S. ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 2. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing, 1079-1085.
Yulaikah, Lily. 2007. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Zulardi Ar. 2014. Hubungan Lingkungan Perokok dengan Ibu Hamil Terpapar
Asap Rokok Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Surakarta.
Skripsi Surakarta: Universitas Sebelas Maret
LAMPIRAN
Lampiran 1

SINTESA HASIL PENELITIAN VARIABEL


No Nama Peneliti Judul Penelitian Lokasi, Populasi Variabel Hasil Ket
. (Sumber)
Determinan Kejadian Puskesmas Salo Umur, Paritas, Umur 0,000<0,05 Artinya Ada Jurnal
1 Idha Leidha Hipertensi Pada Ibu Hamil Kab. Pinrang Paparan Asap Hubungan Antara Umur Dengan Kesehatan
Di Wilayah Kerja Puskesmas (150 Orang) Rokok, Riwayat Ht, Hipertensi Masyarakat
Salo Kabupaten Pinrang Riwayat Dm Paritas 0,004<0,05 Artinya Ada (2016)
Stres Kehamilan, Hubungan Antara Paritas Dengan
Pendidikan, Hipertensi
Aktivitas Fisik, Papara Asap Rokok 0,627>0,05
Artinya Tidak Ada Hubungan Asap
Rokok Dengan Hipertensi
Riwayat Ht 0,002<0,05
Artinya Ada Hubungan Riwayat
Hipertensi Dengan Hipertensi
Stress Kehamilan 0,013<0,05
Artinya Ada Hubungan Stress
Dengan Hipertensi
Pengaruh Stres Terhadap Puskesmas Matur Stres Stres 0,029<0,05 Artinya Ada Jurnal Ilmu
2 Yimmi Syavardie Kejadian Hipertensi (91 Orang) Hubungan Antara Stres Dengan Kesehatan
Di Puskesmas Matur, Hipertensi (2015)
Kabupaten Agam
Hubungan Antara Kebiasaan Likupang Barat Kebiasaan Kebiasaan Merokok 0,000<0,05 Jurnal
3 Renny S. Merokok Dan Stres Dengan Kab. Minahasa Merokok, Stres, Ada Hubungan Antara Kebiasaan Kesehatan
Manggopa Kejadian Penyakit Utara (Populasi Merokok Dengan Ht Masyarakat
Hipertensi Di Desa Tarabitan 938 Orang Dan Stres 0,000<0,05 Artinya Ada (2015)
Kecamatan Likupang Barat Sampel 145) Hubungan Antara Stres Dengan Ht
Kabupaten Minahasa Utara
Faktor-Faktor Risiko yang Rumah Sakit Jiwa Umur, Paritas, Umur 0,002<0,05 Artinya Ada Jurnal Ilmiah
4 Nelawati Berhubungan Dengan Prof. Dr. V.L. Riwayat Hipertensi Hubungan Umur Dengan Kejadian Bidan (2014)
Radjamuda Kejadian Hipertensi Pada Ratumbuysang Hipertensi.
Ibu Hamil Di Poli Klinik Obs Kota Manado Riwayat Hipertens 0,002<0,05
- Gin Rumah Sakit Jiwa (207 Ibu Hamil) Artinya Ada Hbungan Riwayat
Prof. Dr. V. L. Hipertensi Dengan Kejadian
Ratumbuysang Kota Hipertensi
Manado

Faktor - Faktor Yang Poli Kia Rsu Umur, Paritas, Umur 0,000<0,05 Artinya Ada Jurnal
5 Tigor H. Berhubungan Dengan Anutapura Palu Pengetahuan, Hubungan Yang Signifikan Kesehatan
Situmorang KejadianPreeklampsia Pada (Populasi : 55 Riwayat Hipertensi, Paritas (0,765>0,05 Artinya Tidak Tadulako
Ibu Hamil Di Poli KiaRsu Orang) Pmeriksaan Anc Ada Hubungan Yang Signifikan 2016
Anutapura Palu. Pengetahuan 0,000<0,05 Artinya
Ada Hubungan Yang Signifikan
Riwayat Ht 0,060>0,05 Tiadak Ada
Hubungan Signifikan
Pemeriksaan Anc 0,813>0,05
Artinya Tidak Ada Hubungan Yang
Signifikan
Hubungan Usia, Paritas Dan Puskesmas Umur ,Paritas, Dm Umur 0,000<0,05 Artinya Ada Jurnal
6 Devi Kurniasari Diabetes Mellitus Pada Rumbia Kab. Hubungan Yang Signifikan Kesehatan
Kehamilan Dengan Kejadian Lampung (62 Ibu Holistik
Preeklamsia Pada Ibu Hamil Hamil) 2015
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rumbia Kabupaten Lampung
Tengah Tahun 2014
Faktor-Faktor Yang Rs. Roemania Umur,Paritas, Paritas 1,190>0,05 Artinya Tidak Jurnal
7 Sutrimah, dkk. Berhubungan Dengan Riwayat Ada Hubungan Paritas Dengan Kesehatan
Kejadian Preeklampsia Pada Preeklampsia, Preeklampsia (2015)
Ibu Hamil Di Rumah Sakit Kehamilan
Roemani Muhammadiyah Kemba
Semarang
Faktor Risiko Yang Rsud Brebes (145 Umur, Status Umur 0,001<0,05 Ada Hubungan Jurnal Ilmu
8 Nuning Saraswati Berhubungan Dengan Orang) Gravida, Riwayat Umur Dengan Preeklampsia Kesehatan
Kejadian Preeklmapsia Pada Keturunan, Riwayat Hipertensi 0,001<0,05 Ada Masyarakat
Ibu Hail (Studi Kasus Di Pemeriksaan Hubungan Riwayat Ht Dengan (2016)
Rsud Kabupaten Brebes Antenatal,Riwayat Preeklampsia
Tahun 2014) Preeclampsia,
Riwayat
Hipertensi
9 Hinda Novianti Pengaruh Usia Dan Paritas Rsud Sidoarjo Umur Dan Paritas Umur 0,000<0,05 Ada Hubungan Jurnal Lmiah
Terhadap Kejadian Pre (Populasi 450 Mur Dengan Preeclampsia Kesehatan
Eklampsia Di Rsud Sidoarjo Sampel 150) (2016)
Hubungan Obesitas Dan Puskesmas Danau Obesitas, Riwayat Riwayat Hipertensi 0,000<0,05 Ada Jurnal Ilmu
10 Vonny Khresna Riwayat Hipertensi Dengan Panggang (407 Hipertensi Hubungan Riwayat Hipertensi Kebidanan
Dewi Kejadian Orang) Dengan Preeklampsia (2014)
Preeklamsi Di Puskesmas
Rawat Inap Danau Panggang

Hubungan Usia Dan Paritas Rs. Achmad Usia Dan Paritas Usia 0,014<0,05 Artinya Ada Jurnal
11 Siqbal Karta Dengan Kejadian Mochtar Hubungan Usia Dengan Kesehatan
Asmana, Dkk Preeklampsia Berat Di Bukittinggi (356 Preeklampsia Andalas
Rumah Sakit Achmad Sampel) Paritas 0,096>0,05 Artinya Tidak (2016)
Mochtar Bukittinggi Tahun Ada Hubungan Paritas Dengan
2012 - 2013 Preeklampsia
Analisis Pengaruh Paparan Puskesmas Paparan Asap Paparan Asap Rokok 0,556>0,05 Jurnal
12 Lina Asap Rokok Di Rumah Pada Mulyorejo Kota Rokok Artinya Tidak Ada Hubungan Berkala
Nurwidayanti Wanita Terhadap Kejadian Surabaya (42 Paparan Asap Rokok Dengan Epidemiologi
Hipertensi Orang) Hipertensi (2013)

13 Elly Yane Analisis Faktor-Faktor Yang Rs undata palu Umur, faktor Paritas 0,500>0,05 artinya tidak ada Jurnal
Bangkele Berhubungan Dengan (79 orang) graviditas, paritas, hubungan paritas dengan kejadian Ilmiah
Preeklamsia Pada Ibu Hamil abortus, berat preeklampsia Kedoktera
Di Rumah Sakit Undata Palu bayi lahir n (2016)
Tahun 2014
Hubungan Tingkat Stres Puskesmas Tingkat stres Stres 0,000<0,05 artinya ada Jurnal
14 Muhammad saleh Dengan Derajat andalas padang hubungan antara tingkat stress keperawatan
Hipertensi Pada Pasien (64 orang) dengan kejadian hipertensi (2014)
Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas
Padang Tahun 2014
Lampiran 2
LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA
IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SULI
KABUPATEN LUWU

No Kuesioner : Hari/Tanggal :

A. IDENTITAS RESPONDEN
A1 NamaLengkap :
A2 Alamat :
A3 Umur :
A4 UsiaKehamilan :
A5 Pendidikan Terakhir :
A6 Pekerjaan :
a. PNS
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta
d.IRT
e. Lainnya (Sebutkan….............................)
A7 Status TekananDarah
Sistolik............................mm/Hg
Diastolik............................mm/Hg
B. RIWAYAT HIPERTENSI
B1 Apakahandapernahmengalamihipertensisebelumnya?
1. Tidak
2. Ya
B2 Apakahandamengalamihipertensi di kehamilansebelumnya?
1. Tidak
2. Ya
B3 Apakahadakeluargadekatanda yang
menderitaataumemilikiriwayathipertensi ?
0. Tidak
1. Ya
B4 Apakahandamemilikikeluhanakhir-akhirinimengenaigejalahipertensi?
1. Tidak
2. Ya
C. PAPARAN ASAP ROKOK
C1 Apakahibumerokok?
1. Tidak
2. Ya
C2 Apakahsuamiibumerokok?
1. Tidak
2. Ya
C3 Apakahadaanggotakeluargaserumahmerokok?
1. Tidak
2. Ya
C4 Apakahsuami/Anggotarumahlainnyapernahmerokok di dalamrumah?
1. Tidak
2. Ya
D.PARITAS
D1 Berapajumlahanak yang sudahibulahirkanbaiklahirmatimaupunhidup
………………
D2 Berapausiaibusaatpertamakali melahirkan.......................tahun
D3 Anak yang keberapa yang ibukandungsaatini .................
D4 Berapa lama jarakkelahiranibudengankelahiransebelumnya ...................
Tahun
KUESIONER STRES
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan
jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
1 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
2 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
3 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau
lumayan sering.
4 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya, anda diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X)
pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman ibu selama satu minggu
belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai
dengan keadaan diri anda yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang
terlintas dalam pikiran anda.

No PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal
sepele.
2 Saya cenderung bereksi berlebihan terhadap suatu situasi
3 Saya merasa sulit untuk bersantai
4 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal
5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk
merasa cemas
6 Saya merasa diri saya menjadi tidak sabaran saat mengalami
masalah
7 Saya merasa bahwa saya muda tersinggung
8 Saya merasa sulit untuk beristirahat
9 Saya sedang merasa gelisah
10 Saya berkeringan secara berlebih padahal temperatur tidak
panas dan tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.
11 Saya merasa akan terhambat oleh tugas-tugas sepele yang
tidak biasa saya lakukan
12 Saya merasa mengalami kesulitan dalam menelan
13 Saya merasa putus asa dan sedih jika mengalami masalah
(dalam kehamilan)
asa ketakutan (menghadapi persalinan)
14 Saya mer
Lampiran 3

DOKUMENTASI
Lampiran 4

OUTPUT SPSS
Frequencies

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 16.0 1 1.4 1.4 1.4


17.0 1 1.4 1.4 2.7
18.0 4 5.5 5.5 8.2

19.0 5 6.8 6.8 15.1

20.0 6 8.2 8.2 23.3

21.0 2 2.7 2.7 26.0

22.0 3 4.1 4.1 30.1

23.0 2 2.7 2.7 32.9

25.0 5 6.8 6.8 39.7

27.0 5 6.8 6.8 46.6

28.0 2 2.7 2.7 49.3

29.0 3 4.1 4.1 53.4

30.0 1 1.4 1.4 54.8

32.0 3 4.1 4.1 58.9


34.0 1 1.4 1.4 60.3

36.0 11 15.1 15.1 75.3

37.0 2 2.7 2.7 78.1


38.0 2 2.7 2.7 80.8

39.0 2 2.7 2.7 83.6


40.0 7 9.6 9.6 93.2

42.0 1 1.4 1.4 94.5

43.0 2 2.7 2.7 97.3

44.0 1 1.4 1.4 98.6

45.0 1 1.4 1.4 100.0


Total 73 100.0 100.0
Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PT 28 38.4 38.4 38.4


SD 4 5.5 5.5 43.8

SMA 25 34.2 34.2 78.1

SMP 16 21.9 21.9 100.0


Total 73 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 31 42.5 42.5 42.5


PNS 20 27.4 27.4 69.9

Wiraswasta 22 30.1 30.1 100.0


Total 73 100.0 100.0

B2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid .0 42 57.5 57.5 57.5


1.0 31 42.5 42.5 100.0
Total 73 100.0 100.0

B3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid .0 22 30.1 30.1 30.1


1.0 51 69.9 69.9 100.0
Total 73 100.0 100.0
B4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid .0 43 58.9 58.9 58.9


1.0 30 41.1 41.1 100.0
Total 73 100.0 100.0

C1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid .0 73 100.0 100.0 100.0

C2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid .0 15 20.5 20.5 20.5


1.0 58 79.5 79.5 100.0

C3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid .0 12 16.4 16.4 16.4


1.0 61 83.6 83.6 100.0
Total 73 100.0 100.0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali d Tidak Beresiko 33 45,2 45,2 45,2
Beresiko 40 54,8 54,8 100,0
Total 73 100,0 100,0
Riwayat Hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 35 47,9 47,9 47,9


Ya 38 52,1 52,1 100,0
Total 73 100,0 100,0

Paparan Asap Rokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Terpapar 12 16,4 16,4 16,4
Terpapar 61 83,6 83,6 100,0
Total 73 100,0 100,0

Paritas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

48 65,8 65,8 65,8


25 34,2 34,2 100,0
73 100,0 100,0

Stres Kehamilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Stress 17 23,3 23,3 23,3


Stress 56 76,7 76,7 100,0
Total 73 100,0 100,0
Hipertensi Pada Ibu Hamil
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Hipertensi 35 47.9 47.9 47.9


Hipertensi 38 52.1 52.1 100.0
Total 73 100.0 100.0

Crosstab
s
Umur * Hipertensi Pada Ibu Hamil Crosstabulation
Hipertensi Pada Ibu Hamil
Tidak Hipertensi Hipertensi Total

Umur Tidak Beresiko Count 25 8 33


% within Umur 75.8% 24.2% 100.0%
Beresiko Count 10 30 40
% within Umur 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 35 38 73
% within Umur 47.9% 52.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 18.666 1 .000
b
Continuity Correction 16.687 1 .000
Likelihood Ratio 19.535 1 .000
Fisher's Exact Test
.000 .000
Linear-by-Linear Association 18.410 1 .000
N of Valid Cases 73

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.82.
b. Computed only for a 2x2 table
Riwayat Hipertensi * Hipertensi Pada Ibu Hamil Crosstabulation
Hipertensi Pada Ibu Hamil
Tidak Hipertensi Hipertensi Total

Riwayat Hipertensi Tidak Count 23 12 35


% within Riwayat Hipertensi 65.7% 34.3% 100.0%
Ya Count 12 26 38
% within Riwayat Hipertensi 31.6% 68.4% 100.0%
Total Count 35 38 73
% within Riwayat Hipertensi 47.9% 52.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value Df (2- sided) (2- sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.506 1 .004
b
Continuity Correction 7.193 1 .007
Likelihood Ratio 8.675 1 .003
Fisher's Exact Test
.005 .003
Linear-by-Linear Association 8.390 1 .004
N of Valid Cases 73

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.78.
b. Computed only for a 2x2 table

Paparan Asap Rokok * Hipertensi Pada Ibu Hamil Crosstabulation


Hipertensi Pada Ibu Hamil
Tidak Hipertensi Hipertensi Total

Paparan Asap Rokok Tidak Terpapar Count 7 5 12


% within Paparan Asap
58.3% 41.7% 100.0%
Rokok
Terpapar Count 28 33 61
% within Paparan Asap
45.9% 54.1% 100.0%
Rokok
Count 35 38 73
% within Paparan Asap
Total 47.9% 52.1% 100.0%
Rokok
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .621 1 .431
b
Continuity Correction .223 1 .637
Likelihood Ratio .622 1 .430
Fisher's Exact Test
.533 .318
Linear-by-Linear Association .612 1 .434
N of Valid Cases 73

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.75.
b. Computed only for a 2x2 table

Paritas * Hipertensi Pada Ibu Hamil Crosstabulation


Hipertensi Pada Ibu Hamil
Tidak Hipertensi Hipertensi Total

Paritas Tidak Beresiko Count 24 24 48


% within Paritas 50.0% 50.0% 100.0%
Beresiko Count 11 14 25
% within Paritas 44.0% 56.0% 100.0%
Total Count 35 38 73
% within Paritas 47.9% 52.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .237a 1 .626
Continuity Correctionb .058 1 .810
Likelihood Ratio .238 1 .626
Fisher's Exact Test
.805 .406
Linear-by-Linear Association .234 1 .629
N of Valid Cases 73
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.99.
b. Computed only for a 2x2 table
Stres Kehamilan * Hipertensi Pada Ibu Hamil Crosstabulation
Hipertensi Pada Ibu Hamil
Tidak Hipertensi Hipertensi Total

Stres Kehamilan Tidak Stress Count 13 4 17


% within Stres Kehamilan 76.5% 23.5% 100.0%
Stress Count 22 34 56
% within Stres Kehamilan 39.3% 60.7% 100.0%
Total Count 35 38 73
% within Stres Kehamilan 47.9% 52.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.225a 1 .007
Continuity Correctionb 5.812 1 .016
Likelihood Ratio 7.485 1 .006
Fisher's Exact Test
.012 .007
Linear-by-Linear Association 7.126 1 .008
N of Valid Cases 73
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.15.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 5
Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : EVA PURWATI FAHRUDDIN

Alamat : Perumahan Green Hasanuddin Blok C2/7

Tempat/Tgl Lahir : Murante, 25 Oktober 1996

Email : Evhapurwati25@gmail.com

Agama : Islam

Suku : Bugis

Bangsa : Indonesia

Pendidikaan Terakhir :

1. SDN 10 Murante Kab. Luwu

2. SMPN 1 Suli Kab. Luwu

3. SMAN 1 Luwu Kab. Luwu

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai