I. DESKRIPSI SINGKAT
H
IV-AIDS bukan hanya merupakan masalah penyakit menular semata tetapi
sudah menjadi masalah nasional bahkan dunia yang berdampak negatif
dihampir semua bidang kehidupan, oleh karena itu berbagai upaya untuk
mengatasinya perlu dilakukan. MDGs menargetkan untuk HIV dan AIDS adalah
menghentikan laju penyebaran serta membalikkan kecenderungannya pada tahun 2015,
namun demikian sampai saat ini rendahnya kesadaran tentang isu-isu HIV dan AIDS
serta terbatasnya layanan untuk menjalankan tes dan pengobatan masih menjadi
kendala dalam mencapai target tersebut.
Para pemegang program maupun penggerak dibidang HIV dan AIDS perlu memperoleh
informasi tentang permasalahan HIV dan AIDS, agar dapat mengambil peran dalam
melakukan pencegahan dan penanggulangannya. Modul ini akan membimbing Anda
memahami berbagai hal tentang informasi dasar HIV dan AIDS.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Anda akan diajak untuk : Memahami situasi
epidemiologi HIV dan AIDS terkini di Indonesia, pengertian, pathogenesis, cara
penularan, kelompok perilaku berisiko tinggi dan rentan, perjalanan dan stadium HIV
dan AIDS, diagnosa HIV, pengobatan, perawatan komprehensif dan berkesinambungan
ODHA, pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS, kaitan HIV dan AIDS dengan
NAPZA dan penyakit oportunistik lainnya.
Pikiran terbuka (open mind) adalah syarat utama agar Anda dapat menguasai informasi
dasar tentang HIV dan AIDS. Disamping itu, pengalaman dalam menangani kasus HIV
dan AIDS yang pernah Anda alami merupakan bahan kajian yang penting dalam
pelatihan ini. Selamat mempelajari dan menerapkan hal yang sangat menantang ini!
1 BBPK Ciloto-Kemenkes
II. TUJUAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu menjelaskan infromasi dasar HIV
dan AIDS.
2
IV. URAIAN MATERI
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel
darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh
manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV, disebut HIV positif atau
pengidap HIV, dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun
orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan
seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.
3 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah
putih manusia, terutama sel-sel limfosit T. Sel Limfosit T berfungsi untuk melawan
berbagai macam infeksi tanpa menimbulkan gejala peradangan yang parah. Uniknya
lagi, sel Limfosit T dapat mengingat kuman yang pernah dihancurkannya ke generasi
selanjutnya. Sehingga identifikasi jumlah CD4 pada orang dengan sistem kekebalan
yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh
manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih ( limfosit T) yang seharusnya
berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan
sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar 1400 – 1500 sel/ml. Sedangkan pada
orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV)
nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa
sampai nol). Untuk memahami bagaimana virus HIV berkembang biak dalam sel
Limfosit T, maka dapat Anda pelajari gambar berikut ini :
BBPK Ciloto-Kemenkes RI 4
Limfosit tersebut sehingga menimbulkan peleburan membran sel Limfosit dengan
membran virus. Dengan terjadinya peleburan membran, maka isi (inti) virus lalu
menebar diseluruh isi sel, salah satunya adalah RNA virus beserta enzim
transkriptasenya membantu proses peleburan inti sel Limfosit (DNA) dengan RNA virus
HIV. Peleburan ini juga diikuti peleburan beberapa protein lain dari virus dengan
enzim-enzim pembuatan protein sel sehingga seiring dengan produksi protein sel
secara alamiah, maka protein dan inti virus HIV juga diperbanyak di dalam tubuh sel
Limfosit tersebut dengan menghabiskan persediaan protein sel. Virus-virus HIV hasil
metabolisme (palsu) sel Limfosit tersebut akhirnya keluar dari sel dan menyebar di
aliran darah dengan menarik sebagian membran sel limfosit sebagai kulit (membran)
virus. Akibatnya virus yang dihasilkan sangat banyak, namun sel Limfosit semakin
rusak dan akhirnya mati. Masing-masing virus berpotensi menginfeksi sel Limfosit T
lainnya.
Setelah Anda Memahami tentang virus HIV, sekarang Anda akan mempelajari apa
yang di maksud dengan AIDS. AIDS atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya
kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan
tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti
TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan
kanker. Stadium AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk
menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali.
5 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
paling sedikit 2 gejala ini untuk mulai mencurigai seseorang menderita virus HIV.
Gejala-gejala ini yaitu:
- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- Demensia / HIV ensefalopati
2. Gejala Minor :
Sementara gejala minor jauh lebih spesifik kearah infeksi HIV, walaupun bisa juga
diakibatkan penyakit lainnya. Satu gejala ini bila disertai 2 gejala mayor sudah cukup
untuk mencurigai seseorang sudah terinfeksi virus HIV. Gejala ini dapat berupa:
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Adanya herpes Zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
- Kandidiasis orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
- Retinitis virus sitomegalo
Sebagai contoh, bila seorang dewasa (> 12 tahun) dianggap AIDS apabila
menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan
sekurang-kurang 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan
oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV (2).
BBPK Ciloto-Kemenkes RI 6
C. Perjalanan HIV - AIDS
Masih ingatkah Anda dengan gejala HIV DAN AIDS yang sudah dipelajari pada point D?
Ternyata gejala-gejala tersebut tidak dengan cepat muncul pada diri seseorang yang
terinfeksi HIV. Gejala tersebut baru muncul beberapa hari sampai bertahun-tahun,
sejak masuknya virus HIV ke dalam tubuh. Sehingga ada beberapa tahapan atau
perkembangan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS. Dalam
keadaan wajar (higiene/sanitasi baik), maka sejak masuknya virus HIV ke dalam
tubuh, seseorang akan mengalami beberapa tahapan infeksi sebagai berikut :
1. Tahap I : Periode jendela (Window period/primary infection)
- Periode ketika virus HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya
antibody terhadap HIV dalam darah
- Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
- Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan
2. Tahap 2 : HIV positif (tanpa gejala/asimtomatik) rata-rata selama 5 – 10 tahun
- HIV berkembang biak dalam tubuh sampai pada menurunnya sistem
kekebalan tubuh (sampai konsentrasi CD4 sebanding dengan konsentrasi virus
HIV dalam darah)
- Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah
terbentuk antibody terhadap HIV
- Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan
tubuhnya (rata-rata 8 tahun) di negara berkembang lebih pendek
3. Tahap 3 : HIV positif ( muncul gejala/ simtomatik)
- Sistem kekebalan tubuh semakin turun
- Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya pembengkakan kelenjar
limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll.
- Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan
tubuhnya
7 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
4. Tahap 4 : AIDS (Opportunistic infections)
- Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
- Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah (2)
Untuk lebih jelasnya, dapat dicermati grafik riwayat alamiah/patofisiologi perjalanan
penyakit HIV/AIDS (3) sebagai berikut.
Pada grafik di atas, terlihat perjalanan perkembangan virus HIV ditandai dengan garis
merah yang semakin meningkat, dan penurunan bertahap dari jumlah sel Limfosit T
(secara laboratoris, diwakili dengan jumlah konsentrasi CD4 dalam darah) ditandai
dengan garis hijau. Demikian pula fase-fase perkembangan penyakit terlihat jelas
dengan perkiraan waktunya pada garis ordinat.
Coba sekarang bayangkan, apabila seseorang terinfeksi virus HIV dalam darahnya,
maka akan membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 6 minggu hingga dapat dideteksi
melalui pemeriksaan laboratorium, dan lebih dari satu tahun sampai dia mempunyai
keluhan dan memeriksakan diri ke tenaga kesehatan. Dalam rentang waktu itu, orang
tersebut berpotensi menularkan virus HIV pada orang lain, apalagi bila dia memiliki
perilaku berisiko (perilaku seks menyimpang, tenaga kesehatan yang berurusan
dengan cairan tubuh/ darah orang lain, dsb.). Sehingga jelaslah mengapa HIV cepat
menular di seluruh dunia.
BBPK Ciloto-Kemenkes RI 8
D. PENULARAN HIV DAN AIDS
1. Prinsip Penularan
Walaupun HIV mudah menular pada orang lain, namun secara teori tetap mengikuti
beberapa prinsip penularan penyakit.Prinsip penularan HIV dikenal dengan istilah
ESSE yaitu :
Exit (keluar)
Sufficient (cukup)
Survive (hidup)
Enter (masuk)
Maksudnya adalah HIV tersebut keluar dari tubuh manusia dalam jumlah yang
cukup dan dalam keadaan hidup, kemudian masuk melalui jalur dan media
tertentu ke dalam tubuh manusia.
2. Cara penularan
HIV menular melalui cairan tubuh seperti darah, cairan sperma, cairan vagina, air
susu ibu dan cairan lainnya yang mengandung darah.
HIV ada dalam tiap cairan tubuh per ml² : (4)
- Darah (plasma dan serum) : 10 – 50
- Urin :<1
- Air liur/saliva : <1
- Air mani/semen : 10 – 50
- Air susu ibu :<1
- Air mata :<1
- Keringat :0
- Cairan otak : 10 – 1000
- Cairan / sekret vagina :<1
- Seiret telinga : 5 – 10
Sekarang muncul pertanyaan dengan cara apa, atau melalui cara apa virus
HIV dapat menular? Untuk lebih jelasnya, maka mari kita cermati gambar
berikut ini :
9 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
Dari gambar di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa virus HIV tersebut
menular melalui jalur sebagai berikut :
a. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang terinfeksi.
Kondom adalah satu-satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
b. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah
tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
c. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi.
d. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa
kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
BBPK Ciloto-Kemenkes RI 10
Ingat !
HIV tidak menular melalui air, udara, pakaian penderita, atau gigitan
nyamuk. HIV hanya menular melalui cairan tubuh (darah, cairan
otak, cairan vagina, sperma, dan ASI) yang terinfeksi, atau barang-
barang pribadi yang tercemar cairan tersebut.
F. DIAGNOSA HIV
Diagnosis sering terlambat karena :
a. Diagnosis klinis dini sulit karena periode asimptomatik yang lama.
b. Pasien enggan / takut periksa ke dokter
c. Sering pasien berobat pada stadium AIDS dengan infeksi oportunistik yang sulit
didiagnosis karena : kurang dikenal, manifestasi klinis atipikal dan sarana diagnostic
Selain mencurigai secara klinis, status HIV harus ditegakan melalui diagnosis
laboratorium yang terdiri dari :
Serologis / deteksi antibodi : rapid tes,
ELISA, Western Blot ( untuk konfirmasi )
Deteksi virus : RT- PCR, antigen p24
Ingat !
Perhatikan negatif palsu karena periode jendela
Pada risiko tinggi , tes perlu diulang 3 bulan kemudian,
dan seterusnya tiap 3 bulan.
13 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
G. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
1. Pencegahan HIV DAN AIDS
Tidak ada pengobatan untuk HIV atau AIDS akan tetapi hidup berdampingan dengan
kedua penyakit tersebut menjadi semakin dapat diatur.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan seseorang dalam mencegah tertularnya
HIV/AIDS, seperti berikut:
a. Pencegahan Penularan melalui Kontak Seksual
Sebagian besar penularan HIV di Indonesia terjadi melalui penularan seksual,
sehingga pencegahan HIV/AIDS perlu difokuskan pada menghindari hubungan
seksual yang beresiko. Untuk itu kepada setiap orang perlu memperoleh informasi
yang akurat agar memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab,
yaitu:
1) Tidak melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan
2) Hanya melakukan hubungan seksual dengan satu orang dan saling setia, yaitu
hubungan suami-isteri.
3) Apabila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV atau tidak dapat saling setia,
gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual.
Rumus pencegahan HIV melalui seks, dikenal dengan istilah pencegahan pola ABCE :
14
Beberapa praktisi membaca pada kemasan kondom tertentu, tertulis
bahwa kondom tidak menjamin terhalangnya penetrasi virus HIV
menembus lapisannya. Namun dengan penggunaan kondom yang
benar dengan disertai penggunaan lumbrikan (pelumas khusus) sesuai
yang dianjurkan, maka pengelupasan sel-sel mukosa atau sel-sel kulit
ari pasangan seksual, pada saat melakukan hubungan seksual akan
diminimalisir. Dengan permukaan mukosa/ kulit yang intact (utuh),
maka kemungkinan penularan virus HIV akan menjadi sangat kecil atau
dapat diabaikan.
E : Education artinya memberi edukasi kepada banyak orang tentang HIV dan
AIDS sehingga tidak melakukan perilaku seks yang berisiko.
15 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
tua yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan kembali tentang
rencana kehamilan.
Risiko bayi terinfeksi HIV melalui ASI kecil, sehingga tetap dianjurkan bagi si ibu
untuk memberikan ASI pada bayinya. Jika ibu berniat memberikan ASI, maka:
1) Berikan ASI ekslusif selama 6 bulan menggunakan cangkir atau sendok.
2) Setelah 6 bulan, hentikan ASI dan berikan makanan tambahan.
3) Bayi akan mendapat (Anti Retroviral) ARV profilaksis sesuai dengan petunjuk
dokter.
Alangkah bijaknya, apabila ibu yang terinfeksi HIV segera memeriksakan diri pada
fasilitas kesehatan, mendapat pelayanan kesehatan yang memadai, dan
mendapat pengobatan ARV sedini mungkin.
17 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
Sebagai tambahan, coba Anda simak bagan berikut ini.
19 BBPK Ciloto-Kemenkes R
Jika seorang perempuan terkena IMS, perempuan tersebut akan cenderung kurang
menunjukkan gejala, jika dibandingkan dengan laki-laki. Diperkirakan sekitar 80-85%
perempuan dengan IMS tidak menunjukkan gejala apapun. Gejala keputihan yang
sering muncul pada perempuan merupakan hal biasa yang juga dipengaruhi oleh faktor
lain (hormon dan lingkungan). Sehingga perempuan cenderung tidak akan mengobati
infeksinya karena dianggap bukan merupakan gejala IMS. Hal ini disebabkan karena alat
reproduksi perempuan yang cukup luas jika dibandingkan dengan laki-laki. Pada pria
alat reproduksi bermuara menjadi satu dengan alat berkemih. Sehingga ketika ada
keluhan pada organ seksual, maka secara otomatis akan menimbulkan keluhan jika
berkemih.
IMS akan meningkatkan resiko seseorang terkena HIV dari hubungan seksual menjadi
2-10 kali lipatnya. Jika seseorang terkena IMS, maka pada kulit/mukosa permukaan
organ reproduksi/seksual nya akan terdapat infeksi. Dalam bahasa ilmiahnya disebut
dengan inflamasi atau proses peradangan. Jika terjadi perandangan maka akan banyak
sekali sel darah putih yang berkumpul di permukaan. Sel darah putih sendiri sangat
disukai oleh virus HIV. HIV akan segera berlekatan dengan sel-sel darah putih, sehingga
proses masuknya virus HIV dalam tubuh manusia dipercepat. Itulah mengapa salah satu
cara untuk memutuskan penyebaran HIV adalah dengan memutuskan mata rantai
penyebaran IMS.
BBPK Ciloto-Kemenkes RI 20
Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diderita seseorang, secara tidak langsung
menunjukkan adanya perilaku seksual yang tidak sehat, baik oleh dirinya sendiri
ataupun oleh pasangan seksualnya. Tentunya perilaku seks yang tidak sehat ini
berisiko tinggi akan penularan HIV DAN AIDS.
3. Penyakit paru-paru
a. Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki
kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi
HIV. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama
AIDS.
b. Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang
terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat melalui rute
pernapasan.
4. Penyakit saluran pencernaan utama
a. Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan yaitu jalur makanan dari mulut ke
lambung.
b. Diare kronis pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagaipenyebab; antara lain
infeksi bakteri dan parasit yang umum.
c. Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang
digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari
HIV itu sendiri.
5. Penyakit syaraf dan kejiwaan utama
a. Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan
pada syaraf. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan
muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak
ditangani dapat mematikan.
b. Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mentalyang
terjadi karena menurunnya metabolisme sel otak yangdisebabkan oleh infeksi HIV.
21 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk ketidak normalan kognitif,
perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV.
6. Beberapa penyakit lain
a. Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang
terinfeksi HIV.Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun
1981 adalah salah satupertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini sering muncul di
kulit dalam bentuk bintikkeungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain,
terutama mulut, saluran pencernaan,dan paru-paru.
b. Kanker getah bening tingkat tinggi adalah kanker yang menyerang seldarah
putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening. Kanker ini seringkali merupakan
perkiraan kondisi yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama
AIDS.
c. Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS.
Kanker usus besar bawah (rectum), kanker anus, kanker payudara dan kanker usus
besar (colon) adalah menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien
yang terinfeksiHIV.
Nah, bagaimana? Jika sudah selesai menjawab, silakan diskusikan dengan teman-taman
Anda dibimbing fasilitator di kelas, untuk kemudian simpulkan hasilnya.
Saat ini kasus HIV dan AIDS di Indonesia termasuk dalam kategori epidemi
terkonsentrasi, dengan pervalensi kasus >5% pada kelompok populasi berisiko tinggi.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel
darah putih di dalam tubuh ( limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh
manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS
disebabkan oleh infeksi HIV.
Untuk mengenali/ mencurigai secara mudah, apakah seseorang sudah terinfeksi virus
HIV, maka Anda perlu mencermati beberapa gejala khas. Gejala yang dimaksud
adalah adanya 2 gejala Mayor dan 1 gejala Minor.
HIV menular melalui kontak antar cairan tubuh seperti darah, cairan kelamin (sperma
dan cairan vagina) dan ASI. Penularan HIV akan terjadi jika memenuhi prinsip ESSE
(Exit, Sufficient, Survive dan Enter).
Kelompok perilaku berisiko tinggi terhadap HIV dan AIDS yaitu WPS/PPS, pelanggan
WPS/PPS, penasun, GWL, dan narapidana, sementara yang masuk ke dalam
kelompok rentan yaitu orang dengan mobilitas tinggi, perempuan, remaja, anak
jalanan, pengungsi, ibu hamil, nakes dan penerima transfusi darah.
Perjalanan HIV dan AIDS, terbagi dalam 4 tahap yaitu periode jendela, HIV positif
asimtomatik, HIV positif simtomatik dan AIDS
Pencegahan HIV dan AIDS meliputi Pencegahan penularan melalui kontak seksual,
melalui darah dan pencegahan penularan dari Ibu ke Anak (PPIA)
Terdapat keterkaitan antara HIV dan AIDS dengan NAPZA dan penyakit oportunistik
lainnya, seperti IMS, penyakit Paru, penyakit saluran cerna dan penyakit syaraf.
23 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
Daftar Pustaka
Kasus 1
Sebagai petugas klinik, anda didatangi seorang laki-laki bernama bapak N usia
45 tahun, dengan keluhan batuk-batuk tidak sembuh-sembuh lebih dari sebulan.
Berat badan juga menurun drastis, celana dan baju terasa longgar. Dia merasa
badannya semakin kurus dan lemah. Akhir-akhir ini dia mengaku sering lupa
akan barang-barang yang dia simpan, bahkan pernah tersesat di kampung
sendiri. Setelah wawancara mendalam ternyata dia mengaku sering
berhubungan dengan pekerja seks komersial saat bertugas ke luar daerah.
Menurut anda, patutkah bapak N dicurigai menderita HIV? Kalau iya, apa
alasannya?
25 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
MODUL
Kasus 2
Menurut anda, patutkah ibu M dicurigai menderita HIV? Kalau iya, apa
alasannya?
Kasus 3
Menurut anda, patutkah H dicurigai menderita HIV? Kalau iya, apa alasannya?
26
Hasil Diskusi Peserta
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Kesimpulan Hasil Diskusi
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
UNIVERSAL PRECAUTION (UP)/
KEWASPADAAN STANDAR
Universal Precaution saat ini dikenal dengan kewaspadaan standar, kewaspadaan standar
dirancang untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik
dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui (Depkes, 2008).
Universal Precaution adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh
seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat
pelayanan dalam rangka pengurangi risiko penyebaran infeksi (Nursalam, 2007).
Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan untuk meminimalkan pajanan darah
dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
Kewaspadaan umum tersebut ditujukan untuk melindungi setiap orang (pasien, klien, dan
petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan baku berlaku
untuk darah, tubuh/semua cairan tubuh, sekresi dan ekskresi (kecuali keringat), luka pada
kulit, dan selaput lendir, kulit dan membran mukosa yang tidak utuh. Penerapan ini adalah
untuk mengurangi risiko penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang
diketahui atau yang tidak diketahui (misalnya si pasien, benda yang terkontaminasi, jarum
suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam sistem pelayanan kesehatan.
Masker
Masker berguna untuk melindungi alat pernapasan terhadap udara yang terkontaminasi
di tempat kerja atau di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi dan mengurangi
risiko tertular penyakit melalui udara .
Keselamatan Menggunakan Jarum Suntik
Keselamatan menggunakan jarum suntik sebaiknya menggunakan tiap-tiap jarum dan
spuit hanya sekali pakai, tidak melepas jarum dari spuit setelah digunakan, tidak
menyumbat, membengkokkan, atau mematahkan jarum sebelum dibuang dan
membuang jarum dan spuit di wadah anti bocor.
c. Sterilisasi Alat
Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam mensterilkan instrumen bedah/tindakan,
sarung tangan dan peralatan lainnya yang kotor (terkontaminasi), terutama jika akan
dibersihkan dengan tangan misalnya, merendam barang-barang yang terkontaminasi
dalam larutan klorin 0,5 % atau disinfektan lainnya yang tersedia dengan cepat dapat
membunuh HBV dan HIV. Dengan demikian, menjadikan instrumen lebih aman ditangani
sewaktu perlu dibersihkan, dan akhirnya dapat disterilisasi atau didisinfeksi tingkat tinggi.
Proses yang dipilih untuk pemrosesan akhir bergantung pada apakah instrumen ini akan
bersinggungan dengan selaput lendir yang utuh atau kulit yang terkelupas atau jaringan
di bawah kulit yang biasanya steril.
48
MODUL
Gambar 1
Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar
Sumber : http://blogsoewandono.blogspot.com/2011/02/cara-mencuci-tangan-yang-
baik- dan-benar.html
49 BBPK Ciloto-Kemenkes RI
MODUL
Gambar 2
Alat Pelindung Diri (APD)
Sumber : http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/mencegah-infeksi-nosokomial.html
BBPK Ciloto-Kemenkes RI