Anda di halaman 1dari 110

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI (NASI TIM) TERHADAP STATUS GIZI

BALITA USIA 8-12 BULAN di WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUJUR

KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran


Universitas Mataram

Oleh

Nama : Nilnal Muna

NIM : H1A013047

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2017
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Pemberian MP-ASI (Nasi Tim) Terhadap Status
Gizi Balita Usia 8-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Mujur Kabupaten Lombok Tengah

Nama Mahasiswa : Nilnal Muna

Nomor Mahasiswa : H1A 013 047

Fakultas : Kedokteran

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana pada

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

Mataram, 18 Februari 2017

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping


dr. Lina Nurbaiti, M. Kes, FISPH, FISCM dr. Rifana Cholidah, M. Sc

NIP. 19820817 200812 2 002 NIP. 19781012 200212 2 002

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI (NASI TIM) TERHADAP STATUS GIZI BALITA USIA 8-12 DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUJUR KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama Mahasiswa : NILNAL MUNA

Nomor Mahasiswa : H1A 013 047

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 18 Februari 2017

Ketua,
dr.Lina Nurbaiti, M.Kes, FISPH, FISCM.
NIP. 19820817 20812 2 002

Anggota, Anggota,

dr. Rifana Cholidah. M,Sc dr. Deasy Irawati, M.Sc. Ph.D


NIP. 19781012 200212 2 002 NIP. 19770715 200501 2 001

Mengetahui,

Dekan FK Universitas Mataram

dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT-KL,M.Kes

NIP.19730525 200112 1 001


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, hidayah, dan

perlindungan-NYA sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan

pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dalam memperoleh gelar sarjana strata

1. Karya tulis ini berjudul: Hubungan Pemberian MP-ASI (Nasi Tim) Terhadap Status Gizi Balita

Usia 8-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Mujur Kabupaten Lombok Tengah.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan

petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik dari dalam institusi maupun

dari luar institusi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Melalui kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat

1. Rektor Universitas Mataram Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph.D yang telah memberikan

izin dan dukungan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

2. dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT-KL, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Mataram yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

3. dr. Yunita Sabrina, M.Sc. Ph.D selaku Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas

Mataram yang telah memberikan izin dalam rangkaian penelitian ini.

4. dr. Ima Arum Lestarini, Sp.PK, M.Si.Med selaku Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran

Universitas Mataram yang telah memberikan izin dalam rangkaian penelitian ini.
5. dr. Arfi Syamsun, Sp.KF.,M.Si.Med selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran

Universitas Mataram yang telah memberikan izin dalam rangkaian penelitian ini

sebagai ketua panitia Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas Mataram yang

telah melancarkan dalam pembuatan Ethical Clearance.

6. dr. Lina Nurbaiti, M.Kes. FISPH, FISCM selaku pembimbing utama yang selalu bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

ditengah kesibukan beliau sebagai wakil direktur Rumah Sakit Pendidikan Universitas

Mataram.

7. dr. Rifana Cholidah, M.Sc selaku pembimbing pendamping yang selalu

membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan banyak masukan serta

saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. dr. Deasy Irawati, M.Sc, Ph.D selaku dosen penguji yang telah bersedia

menguji Karya Tulis Ilmiah ini.

9. dr. Ika Primayanti, M.Kes sebagai ketua tim Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran

Universitas Mataram.

10. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kedokteran Universitas Mataram yang selalu

membantu dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat.

11. Orang tua saya TGH.M. Junaidi Umar Safii dan Hj. Saerah yang tanpa henti

memberikan dukungan do’a, nasihat dan semangat dalam menjalani semua

proses yang ada.


12. Saudara saya Wan Inti Hani, Sofa Yanti, Titin Subiani, M. Alawi, Habibal

Ajami, Ibnu Aqil, dan yang selalu setia menemani dan menyemangati serta

selalu memberikan nasihat dan motivasi untuk tidak menyerah menyelesaikan

semua proses yang ada.

13. Kepala Sekolah, seluruh guru dan staf SDN 1 Sengkerang

14. Kepala Sekolah, seluruh guru dan staf MTs.N Model Praya

15. Kepala Sekolah, seluruh guru dan staf MAN 1 Praya

16. Tim Peneliti Mimin Kurniati dan Inayah

17. Sahabat-sahabatku tersayang “CDC” Desri Enmayasari, Irwani Mandalika,

Mimin Kurniati, Neneng Miratunisa, Rosmeiti Emma Auliya, Inayah yang

selalu membantu dan memberikan semangat selama proses yang ada.

18. Teman-teman seperjuangan saya “Articulatio” yang sudah memberikan

semangat

19. Semua pihak Puskesmas Mujur yang sudah memberikan izin untuk melakukan

penelitian di wilayah kerja

20. Semua kader Posyandu Puskesmas Narmada yang membantu dalam proses

pengambilan data penelitian.

21. Semua orang tua yang menjadi responden penelitian ini yang telah bersedia

menjadi responden dan meluangkan waktunya selama proses penelitian.

22. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyusunan KTI ini yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu. Terima kasih atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan

kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

lebih sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca yang memerlukannya.

Mataram, 18 Februari 2017

Penulis
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Mataram, 18 Februari 2017

Penulis
ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI (NASI TIM) TERHADAP STATUS GIZI BALITA USIA 8-12
BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUJUR KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Nilnal Muna, Lina Nurbaiti, Rifana Cholidah

Latar Belakang: MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, yang
diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
gizi selain dari ASI. Ketepatan usia pemberian MP-ASI dapat berpengaruh terhadap status gizi.
Secara nasional, Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk salah satu provinsi yang mengalami gizi
buruk dan gizi kurang tertinggi. Penilaian masalah status gizi ini menurut WHO dapat diukur
menggunakan indikator berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U).
Tujuan: Mengetahui hubungan pemberian MP-ASI (nasi tim) terhadap status gizi balita usia
8-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mujur

Metode: Penelitian ini merupakan deskriptif analitik, dengan rancangan penelitian cross
sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu consecutif sampling dengan
jumlah sampel 51. Uji statistik yang digunakan yaitu chi-square.

Hasil: Pemberian MP-ASI (nasi tim) pada balita usia 8-12 bulan tidak berhubungan dengan
status gizi balita dengan nilai (p ≥ 0,05). Hasil dari uji chi-square didapatkan tingkat
pengetahuan dan pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan frekuensi, porsi, komposisi
pemberian MP-ASI (nasi tim) dengan nilai p ≥ 0,05, sedangkan tingkat pendidikan
berhubungan dengan frekuensi pemberian MP-ASI nasi tim (r = 0,95, p = 0,023).

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan pemberian MP-ASI (nasi tim) terhadap status gizi balita
usia 8-12 bulan.

Keywords: MP-ASI, status gizi

ABSTRACT
THE CORRELATION OF GIVING WEANING FOOD (NASI TIM) WITH NUTRITIONAL STATUS OF
CHILDREN AGED 8-12 MONTHS IN WORKING AREA OF PUSKESMAS MUJUR IN

CENTRAL LOMBOK

Nilnal Muna, Lina Nurbaiti, Rifana Cholidah

Background: Weaning food is food or drink that contains nutrients, which is given to infants
or children aged 6-24 months to fulfil nutrition requirement. A proper age to give
breastfeeding can be affected by nutritional status. West Nusa Tenggara is one of the
provinces in Indonesia which have the highest rate of severe, and moderate undernutrition.
According to WHO, nutritional status can be measured by using indicators such as weight
according to age (W/A), weight according to height (W/H) and height according to age (H/A).

Objective: To identify relationship between giving of nasi tim weaning food (frequency,
portion, and composition) with nutritional status of children aged 8-12 months in Puskesmas
Mujur.

Method. The design of this study was descriptive analytic approach with cross sectional
design. Samples were selected by using a consecutive sampling method. Fifty one samples
were recruited. Data were analysed using chi square test.

Result: There was no significant correlation between giving weaning food (nasi tim) with the
nutritional status of children aged 8-12 months (p ≥ 0,05). There was a significant relationship
between the level of education and frequency of weaning food consumption (r = 0,095, p =
0,023). There was no relationship between the level employment and the knowledge of the
mother with the delivery of weaning food (nasi tim) (p ≥ 0,05).

Conclusion: There was no significant relationship between giving weaning food (nasi tim) with
the nutritional status of children aged 8-12 months.

Keywords: weaning food, nutritional status.


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii

PRAKATA..................................................................................................................... iii

PERNYATAAN.............................................................................................................. vii

ABSTRAK ..................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ....................................................................... xvii

BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 4
1.5 Keaslian Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II. Tinjauan Pustaka

2.1 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) ................................... 9


2.1.1. Definisi MP-ASI....................................................................... 9
2.1.2. Jenis MP-ASI............................................................................ 10
2.1.3. Syarat Pemberian MP-ASI ....................................................... 11
2.1.4. Waktu Pemberian MP-ASI ....................................................... 12
2.1.5. Pola Pemberian MP-ASI .......................................................... 14
2.1.6. Frekuensi Pemberian MP-ASI.................................................. 14
2.1.7. Resiko Pemberian MP-ASI Dini .............................................. 15
2.1.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI ........ 16

2.2 Status Gizi ........................................................................................... 17


2.1.1. Definisi ..................................................................................... 17
2.1.2. Penilaian Status Gizi ................................................................ 18
BAB III. Kerangka Konsep dan Hipotesis

3.1. Kerangka Konsep ............................................................................... 27


3.2. Hipotesis............................................................................................. 28
BAB IV. Metode Penelitian

4.1. Rancangan Penelitian .......................................................................... 29


4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 29
4.3. Subjek Penelitian................................................................................. 30
4.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 32
4.5. Instrumen Pengambilan ....................................................................... 33
4.6. Uji Validitas dan Relibilitas ............................................................... 34
4.7. Pengumpulan Data .............................................................................. 36
4.8. Identifikasi Variabel ........................................................................... 36
4.9. Definisi Variabel Operasional ............................................................ 37
4.10. Prosedur Penelitian .......................................................................... 40
4.11. Pengolahan dan Analisa Data ........................................................... 40
4.12. Jadwal Rencana Kegiatan dan Waktu Pelaksana Penelitian ............ 42
BAB V. Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil Penelitian .............................................................................................. 43

5.2 Pembahasan .................................................................................................. 65

BAB VI. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan .................................................................................................... 70

6.2 Saran.............................................................................................................. 71

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 72

Lampiran ..................................................................................................................... 74

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Keaslian 5
Penelitian
....................................................................................................
....................................................................................................

Tabel 2.1 Pola Pemberian MP-ASI .............................................................. 14

Tabel 2.2 Frekuensi dan Jumlah (Porsi) Pemberian MP-ASI ...................... 15

Tabel 2.3 Klasifikasi status gizi menurut cara WHO 22


....................................................................................................
....................................................................................................

Tabel 2.4 Parameter yang dianjurkan WHO dalam survei gizi .................. 23

Tabel 4.1 Indikator Status Gizi.................................................................... 34

Tabel 4.2 Definisi Variabel Operasional .................................................... 37

Tabell 4.3 Jadwal Rencana Kegiatan Dan Waktu Pelaksanan Penelitian ... 42

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita, Usia 44


Balita, Usia Ibu Balita, Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Balita

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan responden 45

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan porsi pemberian MP-ASI 46

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan frekuensi pemberian MP-ASI 46

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan berdasarkan komposisi 46


pemberian

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan jenis makanan yang 47


diberikan dalam pemberian MP-ASI

Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan berdasarkan waktu 47


pemberian MP-ASI (nasi tim)
Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan status gizi 48

Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat 49


pengetahuan responden

Tabel 5.10 Tabulasi silang hubungan tingkat pendidikan dengan 49


komoposisi pemberian MP-ASI

Tabel 5.11 Tabulasi silang hubungan tingkat pendidikan dengan frekuensi 50


pemberian MP-ASI

Tabel 5.12 Tabulasi silang hubungan tingkat pendidikan dengan porsi 51


pemberian MP-ASI

Tabel 5.13 Tabulasi silang hubungan pekerjaan dengan frekuesni 52


pemberian MP-ASI

Tabel 5.14 Tabulasi silang hubungan pekerjaan dengan komposisi 52


pemberian MP-ASI

Tabel 5.15 Tabulasi silang hubungan pekerjaan dengan porsi pemberian 53


MP-ASI

Tabel 5.17 Tabulasi silang hubungan pengetahuan dengan frekuensi 54


pemberian MP-ASI

Tabel 5.18 Tabulasi Silang Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan 55


Komposisi Pemberian MP-ASI

Tabel 5.19 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Porsi 55


Pemberian MP-ASI

Tabel 5.20 Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Pemberian MP-ASI dengan 56


Status Gizi (BB/PB)
Tabel 5.21 Tabel 5.21 Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Pemberian MP- 57
ASI dengan Status Gizi (BB/U)

Tabel 5.22 Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Pemberian MP-ASI Dengan 58


Status Gizi (PB/U)

Tabel 5.23 Tabulasi Silang Hubungan Komposisi Pemberian MP-ASI 58


Terhadap Status Gizi (BB/PB)

Tabel 5.24 Tabulasi Silang Hubungan Komposisi Pemberian MP-ASI 59


Dengan Status Gizi (BB/U)

Tabel 5.25 Tabulasi Silang Hubungan Komposisi Pemberian MP-ASI 60


Dengan Status Gizi (PB/U)

Tabel 5.26 Tabulasi Silang Hubungan Porsi Pemberian MP-ASI Dengan 60


Status Gizi (BB/PB)

Tabel 5.27 Tabulasi Silang Hubungan Porsi Pemberian MP-ASI Dengan 61


Status Gizi (BB/U)

Tabel 5.28 Tabulasi Silang Hubungan Porsi Pemberian MP-ASI Dengan 62


Status Gizi (PB/U)

Tabel 5.29 Tabulasi Silang Hubungan Usia Ibu Balita Dengan Frekuensi 62
Pemberian MP-ASI

Tabel 5.30 Tabulasi Silang Hubungan Usia Ibu Balita dengan Komposisi 63
Pemberian MP-ASI

Tabel 5.31 Tabulasi Silang Hubungan Usia Ibu Balita dengan Porsi 64
Pemberian MP-ASI
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Persentase Energi Dan Zat Gizi Yang Harus Dilengkapi


11
Oleh MP-ASI Pada Usia 6-8 Bulan dan 9-11 bulan.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 27


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Format Kuisoner .................................................................. 74

Lampiran 2 Format Informed Consent ................................................ 76

Lampiran 3 Kuisioner Penelitian............................................................. 77

Lampiran 4 Etichal Clearance............................................................... 82

Lampiran 5 Hasil output SPSS 84

Lampiran 6 Surat Bapeda (Badan Perencanaan Penelitian dan


Pengembangan Daerah) ...................................................... 103
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Lambang/Singkatan Arti dan Keterangan


≥ Lebih dari sama dengan

≤ Kurang dari sama dengan

ASI Air Susu Ibu

BB Berat Badan

MP-ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu

DKBM Daftar Komposisi Bahan Makanan

IMT Indeks Masa Tubuh

IRT Ibu Rumah Tangga

Kemenkes RI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

KMS Kartu Menuju Sehat

ml Mililiter

NCHS National Center for Health Statistics

NTB Nusa Tenggara Barat

PJK Penyakit Jantung Koroner

PNS Pegawai Negeri Sipil

POLRI Polisi Republik Indonesia


Riskesdas RisetKesehatan Daerah

SD Standar Deviasi

TB Tinggi Badan

TNI Tentara Nasional Indonesia

U Umur

WHO World Health Organization

DBMP Daftar Bahan Makanan Penukar

AKG Angka Kecukupan Gizi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu faktor yang menentukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat

di Indonesia adalah status gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat

interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan

keadaan kesehatan tubuh (Ayu, 2008). Gizi diperlukan tubuh untuk melakukan

fungsinya, yaitu: menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan. Gizi

juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi akan berpengaruh

terhadap perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja (Almatsier,

2009). Pengaruh gizi tersebut akan menjadi masalah jika dalam pemberian asupan tidak

seimbang yang akan berdampak negatif terhadap generasi penerus bangsa (Ayu, 2008).

Penilaian masalah status gizi menurut WHO/NCHS dapat diukur menggunakan

indikator berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U) (Supariasa, 2002). Secara nasional

Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk salah satu provinsi yang mengalami gizi buruk

dan gizi kurang tertinggi (Rikerdas, 2013). Prevalensi masalah status gizi di wilayah

Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diukur menggunakan parameter indeks berat badan

menurut umur (BB/U), gizi buruk pada balita di NTB mengalami peningkatan dari

3,7% pada tahun 2013 menjadi 4,8% pada tahun 2014 dan gizi kurang dari 14,5% pada

tahun 2013 menjadi 16,9% pada tahun 2014 (Dinkes NTB, 2014).
WHO/UNICEF merekomendasikan beberapa hal sebagai upaya peningkatan

pencapaian tumbuh kembang yang optimal pada bayi. Adapun rekomendassi tersebut

yaitu: pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah

bayi lahir, pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,

pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan

sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau

lebih (Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, 2015)

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, yang

diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan gizi selain dari ASI (IDAI, 2015). Pemberian MP-ASI tidak tepat waktu (<6

bulan) dapat mempengaruhi status gizi balita. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh Lestari (2014), sebanyak 33% balita yang diberi MP-ASI tidak tepat

waktu (< 6 bulan) mengalami gizi kurang dibandingkan dengan balita yang diberikan

MP-ASI tepat waktu (≥ 6 bulan). Pemberian MP-ASI dikatakan dini jika diberikan

pada bayi < 6 bulan, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: ASI yang

tidak keluar akibat kelainan pada payudara, pekerjaan, kurangnya informasi dan

adanya promosi dari berbagai merk susu formula. Data menunjukan bahwa bayi usia

0-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif, dapat menurunkan angka kesakitan 10-20 kali

dan angka kematian 7 kali dibanding dari yang diberikan MP-ASI dini (< 6 bulan)

(Depkes, 2005).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti merasa tertarik mengetahui bagaimana

hubungan kebiasaan pemberian MP-ASI khususnya nasi tim terhadap status gizi balita

usia 8-12 bulan di wilayah Kecamatan Mujur Kabupaten Lombok Tengah tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu

bagaimana hubungan kebiasaan pemberiaan MP-ASI (nasi tim) terhadap status gizi

balita 8-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mujur Kecamatan Praya Timur

Kabupaten Lombok Tengah tahun 2016.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kebiasaan pemberiaan MP-ASI (nasi tim) yang meliputi

frekuensi, komposisi dan porsi dengan status gizi balita 8-12 bulan di Kabupaten

Lombok Tengah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui status gizi balita usia 8-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mujur

Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah tahun 2016.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian MP-ASI (nasi tim)

yang meliputi frekuensi, komposisi, dan porsi di wilayah kerja Puskesmas

Mujur Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah tahun 2016.


3. Mengetahui tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian MP-ASI (nasi tim)

yang meliputi frekuensi, komposisi, dan porsi di wilayah Puskesmas Mujur

Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah tahun 2016.

4. Mengetahui kesesuaian usia balita dengan ketepatan waktu pemberian MP-ASI

(nasi tim) di wilayah kerja Puskesmas Mujur Kecamatan Praya Timur

Kabupaten Lombok Tengah tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil dari penellitian ini diharapkan menjadi sumber atau refrensi bagi dunia

penelitian secara khusus yang berkaitan dengan hubungan pengaruh pemberian

MP-ASI (nasi tim) terhadap status gizi balita usia 8-12 bulan

2. Bagi Pemerintah

Hasil dari penellitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber feedback atau

timbal balik pemerintah untuk melihat sejauh mana program kesehatan

terutama gizi sudah terlaksana.

3. Bagi Masyarakat

Hasil dari penellitian ini diharapkan sebagai informasi bagi masyarakat

mengenai hubungan pemberian MP-ASI baik dari segi frekuensi, porsi, dan

komposisi terhadap status gizi balita.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dan

sebagai media pembelajaran dalam mengaplikasikan serta memperdalam ilmu


pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan dalam segi ilmu pengetahuan

penelitian.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1Keaslian Penelitian

No Judul penelitian Nama Tahun dan Rancangan Variabel Hasil


peneliti Tempat penelitian penelitian
Penelitian

1. Hubungan Risa 2012 Obser Variabel bebas : Terdapat


Pemberian MP- Wargiana, Wilayah vasional usia pemberian hubungan
ASI Dini dengan Latifa Aini Kerja analitik MP-ASI antara
Status Gizi Bayi S., Puskesmas pemberian
Umur 0-6 Bulan Iis Rowotengah Variabel terikat : MP-ASI dini
di Rahmawati Kabupaten status gizi dengan status
Wilayah Kerja Jember gizi bayi 0-6
Puskesmas bulandi
Rowotengah wilayah kerja
Kabupaten Puskesmas
Jember Rowotengah
Kabupaten
Jember.

2. Hubungan Mahaputri 2012 Cross Variabel bebas: Terdapat


Pemberian Ulva Lestari Puskesmas sectional usia pemberian hubungan
Makanan dkk kota Padang MP-ASI dan Jenis antara usia
Pendamping Asi MP-ASI. pemberian
(MP-ASI) MP-ASI
dengan Status Variabel terikat: dengan status
Gizi Anak Usia status gizi dan tidak ada
1-3 Tahun di hubungan
Kota Padang antara jenis
Tahun 2012 MP-ASI
dengan status
gizi

3. Pemberian MP- Muhammad 2014 Cross Variabel bebas: Terdapat


ASI Dan Status Akmal Puskesmas sectional umur, jenis hubungan
Gizi Bayi Usia 6- Hakim Bin Kubu II, kelamin, tingkat pemberian
24 Bulan Abdul Kecamatan pendidikan, MP-ASI
Berdasarkan Mutalib Kubu pekerjaan, status terhadap
Indeks BB/U Di Kabupaten gizi, pengetahuan status gizi.
Desa Ban Karangasem tentangasi
Kecamatan Kubu eksklusif
Tahun 2014 Variabel
terikat:Status
Gizi
4. Hubungan Pola Risky Eka 2013 Cross Variabel bebas: Didapatkan
Pemberian Mp- Sakti, dkk Pesisir sectional umur, jenis MP- Hubungan
Asi Dengan Kecamatan ASI, frekuensi Frekuensi
Status Gizi Anak Tallo Kota MP-ASI, jumlah Dengan
Usia Makassar konsumsi energy, Status Gizi 6-
6-23 Bulan Di jumlah konsumsi 23 Bulan
Wilayah Pesisir protein
Kecamatan Tallo Variabel terikat:
Kota Makassar status gizi
Tahun 2013

5. Asi Eksklusif Siti Nurjanah 2015 Cross Variabel bebas: Terdapat


Meningkatkan Surabaya Sectional asi ekslusif hubungan
Perkembangan Variabel terikat: pemberian
Bayi Usia 6-12 perkembangan ASI ekslusif
Bulan Di bayi terhadap
Wilayah Kerja perkembanga
Puskesmas n bayi usia 6-
Banyu Urip 12 tahun
Surabaya
6 Hubungan Kusmiyati 2014 Cross Variabel Terdapat
Pengetahuan, Manadao Sectional bebas:Pengetahua hubungan
Pendidikan Dan n, pendidikan, pengetahuan
Pekerjaan Ibu pekerjaan ibu terhadap
Dengan Variabel terikat: pemberian
Pemberian Pemberian MP- MP-ASI
Makanan ASI
Pendamping Asi Tidak
(Mp–Asi) Pada terdapat
Bayi Di hubungan
Puskesmas Bahu pendidikan
Kecamatan dan pekerjaan
Malalayang Kota terhadap
Manado pemberian
mp-asi

7 Hubungan Rika Septiana 2014 Cross Variabelbebas: Terdapat


Antara Pola Yogyakarta Sectional Pola Pemberian hubungan
Pemberian Makanan pola
Makanan Pendamping Asi pemberian
Pendamping Asi (Mp-Asi) Mp-asi
(Mp-Asi) Dan Variabel terikat: terhadap
Status Gizi Balita Status gizi balita status gizi
Usia 6-24 Bulan usia 6-24 bulan balita usia 6-
Di Wilayah Kerja 24 bulan
Puskesmas
Gedongtengen
Yogyakarta
8 Hubungan Devi 2013 Cross Variabel bebas: Tidak
Antara Kristianti Pontianak Sectional Pendidikan, terdapat
Karakteristik pekerjaan, dan pendidikan
Pekerjaan Ibu pengetahuan ibu dan pekerjaan
Dengan Status Variabel terikat: terhadap
Gizi Anak Usia status gizi status gizi
4-6 Tahun Di Tk
Salomo Terdapat
Pontianak hubungan
pengetahuan
terhadap
status gizi

9 Determinan Riskiah 2015 Cross Variabel bebas: Tidak


Yang Rahman Kolaka Sectional pekerjaa, terdapat
Berhubungan dukungan hubungan
Dengan keluarga, pengetahuan,
Pemberian Mp- pengetahuan, pekerjaan,
Asi penyuluhan, pnyuluhan
Pada Bayi Usia paparan medai terhadap
0-6 Bulan Di Variabel terikat/; pemberian
Kelurahan pemberian mp-asi mp-asi
Lalombaa
Kecamatan Terdapat
Kolaka hubungan
Kabupaten paparan
Kolaka media
terhadap
pemberian
mp-asi

10 Hubungan Risa 2013 Cross Variabel bebas: Terdapat


Pemberian Mp- Wargiana, Jember Sectional Pemberian mp-asi hubungan
Asi Dini Dengan dkk dini pemberian
Status Gizi Bayi Variabel terikat: mp-asi dini
Umur status gizi terhadap
0-6 Bulan Di status gizi
Wilayah Kerja
Puskesmas bayi usia 0-6
Rowotengah bulan
Kabupaten
Jember
11 Hubungan Erna Mey 2016 Cross Variabel bebas: Tidak
Karakteristik Ibu Liswati Boyolali sectional pekerjaan, terdapat
Dengan Status pendidikan, umur hubungan
Gizi Anak Balita ibu, dan paritas pekerjaan,
Yang Memiliki ibu dan
Jamkesmas Di Variabel terikat: pendidikan
Desa Tegal Giri status gizi dan umur ibu
Kecamatan terhadap
Nogosari status gizi
Kabupaten anak balita
Boyolali

12 Dampak Usia Eka intan 2012 Case Variabel bebas: Tidak


Pertama fitriana, dkk Palembang Control Pemberian mp-asi terdapat
Pemberian Variabel terikat: hubungan
Makanan status gizi pemberian
Pendamping mp-asi
Asiterhadap terhadap
Status Gizi Bayi status gizi
Usia 8-12 Bulan
Di Kecamatan
Seberang Ulu I
Palembang
13 Faktor Pada Rosnah 2013 Cross Vriabel terikat: Terdapat
Perilaku Ibu sectional perilaku ibu hubungan
Dalam Variabel terikat: perilaku ibu
Pemberian pemberian mp-asi terhadap
MPASI Anak 6- pemberian
24 Bulan Di mp-asi
Puskesmas
Perumnas,
Kendari
14 Hubungan Rizqia 2013 Cross Variabel bebas: Terdapat
Tingkat Nuranitha Sectional Tingkat hubungan
Pengetahuan Ibu pengetahuan, tingkat
Tentang pemberian MP- pengetahuan
Makanan ASI pertama kali, terhadap
Pendamping Asi porsi pemberian status gizi
(Mp-Asi), Umur MP-ASI balita
Pertama Variabel terikat:
Pemberian Dan status gizi
Kesesuaian Porsi
Mp-Asi Dengan
Status Gizi Bayi
Umur 7-12 Bulan
Di Kecamatan
Jatipuro
Kabupaten
Karanganyar
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

2.1.1 Definisi

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, yang

diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan gizi selain dari ASI. Makanan pendamping ASI merupakan peralihan dari

ASI ke makanan yang semi padat. Proses peralihan ini dibutuhkan juga keterampilan

motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi

menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari

lidah bagian depan ke lidah bagian belakang (IDAI, 2015)

Menurut WHO global strategy for feeding infant and young children pada

tahun 2003, adapun syarat pemberian MP-ASI meliputi :

1. Tepat waktu (timely) artinya MP-ASI harus diberikan saat ASI ekslusif sudah

tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

2. Adekuat artinya MP-ASI memiliki kandungan energi, protein, dan

mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien

bayi sesuai usianya.


3. Aman artinya MP-ASI disiapkan dan disimpan dengan cara yang higenis,

diberikan menggunakan tangan peralatan makan yang bersih.

4. Diberikan dengan cara yang benar (properly fed) MP-ASI diberikan dengan

memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak. Frekuensi makan

dan metode pemberian makan harus dapat mendorong anak untuk

mengkonsumsi makanan secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan

tangan, sendok, atau makan sendiri sesuai usia dan tahap perkembangan anak.

2.1.2 Jenis MP-ASI

Berdasarkan Kemenkes RI tahun 2015, jenis MP-ASI dibedakan menjadi :

1) Makanan Lumat, yaitu makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang

rata. Contoh: bubur susu, bubur sumsum, biskuit ditambah air panas, pisang

saring.pepaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik dengan sendok, nasi

tim saring, bubur kacang ijo saring, dan kentang rebus.

2) Makanan Lunak/Lembik, yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air yang

teksturnya lebih kasar dari makanan lumat. Makanan lunak/lembik ini biasa

diberikan pada balita usia 9-12 bulan. Contoh nya yaitu: nasi tim, bubur ayam,

bubur nasi dan lainnya.

3) Makanan Padat, yaitu makanan lunak yang sudah memiliki tekstur lebih padat

dengan campuran air yang lebih sedikit atau disebut dengan makanan keluarga.

Contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit.

Menurut Kemenkes (2015) untuk memenuhi kebutuhan gizi mikro, MP-ASI harus

memiliki komposisi yaitu:


1. MP-ASI lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,

sayur dan buah.

2. MP-ASI sederhana yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani atau nabati

dengan sayur atau buah.

Sumber : IDAI., 2015


Gambar 2.1 Persentase Energi Dan Zat Gizi Yang Harus Dilengkapi Oleh MP-ASI
Pada Usia 6-8 Bulan dan 9-11 bulan.
2.1.3 Syarat Makanan Pendamping ASI

Syarat pemberian makanan pendamping ASI yang baik yaitu harus mampu

memenuhi kebutuhan zat gizi terutama zat gizi mikro balita, sehingga

pertumbuhan dan perkembangannya optimal. Syarat pemberian MP-ASI yang

baik yaitu apabila (Kemenkes., 2015):

1) Padat energy, protein dan zat gizi mikro yang sudah kurang pada ASI (Fe,

Zinc, Kalsium, Vit. A, Vit. C dan Folat)


2) Tidak berbumbu tajam, menggunakan gula, garam, penyedap rasa,

pewarna, dan pengawet

3) Mudah ditelan dan disukai balita

4) Tersedia lokal dan harga terjangkau

2.1.4 Waktu Pemberian MP-ASI yang Tepat (WHO/UNICEF, 2006)

1. Makanan Bayi Umur Lebih Dari 6-7 Bulan

a) Pemberian ASI diteruskan semau bayi.

b) Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi

sudah bisa mengunyah.

c) Jika bayi sulit menerima makanan baru, ulangi pemberiannya pada waktu bayi

lapar, sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa

makanan tersebut.

d) Frekuensi pemberian 2 sampai 3 kali makan ditambah ASI

2. Makanan Bayi Umur 7-9 Bulan

a) Pemberian ASI diteruskan semau bayi

b) Berikan nasi tim bayi sedikit demi sedikit

c) Frekuensi pemberian 2-3 kali makan ditambah ASI, 1-3 kali makanan selingan.

Makanan selingan yang diberikan ditingkatkan secara perlahan sampai dengan

setengah mangkuk berukuran 250 ml

3. Makanan Anak Umur 10-12 Bulan

a) Pemberian ASI diteruskan semau bayi


b) Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara

bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur,

lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga

c) Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang

bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang hijau, buah, dan lain-lain. Sebaiknya

makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.

d) Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan.

Campurkanlah ke dalam makanan lembek berbagai lauk pauk dan sayuran

secara berganti-ganti. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan

berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat di kemudian hari.

e) Frekuensi pemberian 3-4 kali makan ditambah ASI, 1-2 kali makanan selingan

4. Makanan Anak Umur 13-24 Bulan

a) Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah berkurang,

tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.

b) Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari

dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu

tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.

c) Berikan bahan makanan yang bervariasi. Misalnya nasi diganti dengan: mie,

bihun, roti, kentang, dll. Hati ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang hijau,

telur, ikan. Bayam diganti dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu

diganti dengan: bubur kacang hijau, bubur sumsum, biskuit, dll. Menyapih anak
harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi pemberian ASI

sedikit demi sedikit.

2.1.5 Pola Pemberian MP-ASI

Menurut kemenkes RI (2011) pola pemberian MP-ASI yaitu :

Tabel 2.1. Pola Pemberian MP-ASI

Umur ASI Makanan Lumat Makanan Lembik Makanan


(bulan) Keluarga

0-6

6-9

9-12

12-24

Sumber : Kemenkes RI., 2015

2.1.6 Frekuensi Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI pertama dapat diberikan dua kali sehari, satu atau dua

sendok teh penuh. Kebutuhan bayi yang terus meningkat seiring dengan tumbuh-

kembangnya, juga akan mempengaruhi kebutuhan gizi sehingga dapat diberikan 3-6

sendok besar penuh setiap kali makan disertai dengan pemberia ASI. Pada usia 6-9

bulan, bayi membuutuhkan sekitar empat porsi, jika dengan porsi tersebut bayi masih

kelaparan dapat diberi makanan selingan seperti pisang atau biskuit. Buah-buahan

merupakan makanan selingan yang dapat diberikan setiap 2 jam (Arisman, 2009).
Tabel 2.2 Frekuensi dan Jumlah (Porsi) Pemberian MP-ASI
Umur
Frekuensi Jumlah Setiap Kali Makan
(bulan)
6–9 3 x Makanan Lumat + ASI Secara bertahap ditingkatkan sampai 2/3
Mangkuk ukuran 250 ml tiap kali makan
9 – 12 3 x Makanan Lembik + 2 x ¾ Mangkuk ukuran 250 ml
Makanan Selingan + ASI
12 - 24 3 x Makanan Keluarga + 2 x Semangkuk penuh ukuran 250 ml
Makanan Selingan + ASI
Sumber: Kemenkes RI, 2015

2.1.7 Resiko Pemberian MP-ASI dini

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI pada bayi adalah

umur 6 bulan. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur tersebut akan

menimbulkan risiko sebagai berikut (Rahmawati, (2014):

1. Resiko Jangka Pendek

Pemberian makanan selain ASI yang terlalu dini dapat mempengaruhi

keinginan bayi untuk menyusu.

2. Resiko Jangka Panjang

a. Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan

pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu


6 bulan. Sebelum sampai usia ini, ginjal belum cukup berkembang untuk

dapat menguraikan sisa yang dihasilkan oleh makanan padat.

b. Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan yang

berlebih di awal masa perkenalan dengan obesitas dan peningkatan resiko

timbulnya kanker, diabetes dan penyakit jantung di usia lanjut

2.1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI

Faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan

adalah adanya motivasi ibu untuk menyusui segera. Faktor pendorong (predisposing

factors) gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan subjek

tentang ASI Eksklusif(Saputra, 2016).

a. Faktor Pengetahuan

Faktor pengetahuan ibu berhubungan dengan tingkat pengenalan informasi

mengenai MPASI. Pengetahuan ibu tentang kapan pemberian makanan pendamping

ASI, fungsi makanan tambahan, serta resiko pemberian makanan pendamping ASI

pada bayi kurang dari enam bulan sangatlah sangat berpengaruh terhadap pemberian

MP-ASI yang akhirnya berdampak terhadap status gizi balita (Muthmainnah, 2010).

b. Faktor Pendidikan

Pengaruh pendidikan terhadap pemberian MP-ASI yang tepat berhubungan

dengan informasi yang diterima. Makin tinggi pendidikan seseorang maka makin

mudah menerima dan menyaring informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang

terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Muthmainnah, 2010).

c. Faktor Pekerjaan Ibu

Faktor pekerjaan ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan aktivitas

harian ibu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang terkadang menjadi alasan

kenapa pemberian makanan tambahan bayi usia kurang dari enam

bulan(Muthmainnah, 2010).

d. Faktor Petugas Kesehatan

Faktor petugas kesehatan berpengaruh terhadap keputusan akhir yang

menyebabkan ibu memilih untuk memberikan makanan tambahan pada bayi atau tidak.

Petugas kesehatan berperan dalam memberikan motivasi agar ibu memberikan ASI

ekslusif selama enam bulan dan tidak memberikan bayi makanan tambahan usia kurang

dari enam bulan. Tindakan penyuluhan dan pendekatan lainnya yang dapat dilakukan

oleh petugas kesehatan diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang kapan

waktu yang tepat memberikan makanan tambahan da resiko pemberian MP-ASI dini

pada bayi (Muthmainnah, 2010).

e. Faktor Kebiasaan Makan Balita

Faktor kebiasaan makan seperti misalnya suku Sasak di daerah Lombok,

menggambarkan kebiasaan makan balita yang memiliki berbagai pantangan makan

pada balita dengan usia tertentu atau jika misalnya sakit. (Nurbaiti., 2014). Faktor ini

berhubungan dengan nilai-nilai dan pandangan masyarakat yang pada akhirnya akan
mendorong masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan tuntunan budaya

(Muthmainnah, 2010).

2.2 Status Gizi

2.2.1 Definisi

Status gizi didefinisikan sebagai ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi

untuk anak, yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga

diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara

kebutuhan dan masukan nutrien. Faktor internal seperti usia dan jenis kelamin serta

faktor eksternal seperti lingkungan sekitar dan infeksi penyakit, turut menentukan stats

gizi. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data

antropometri serta biokimia dan riwayat diet (Antolis, 2012).

2.2.2 Penilaian status gizi

Penilaian status gizi merupakan interpretasi dari data yang didapatkan dengan

menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang

beresiko. Metode dalam penilaian status gizi dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

1) Metode secara langsung

a) Tes laboratorium

Tes laboratorium ini meliputi pemeriksaan biokimia, hematologi, dan

parasitologi. Pada pemeriksaan laboratorium dibutuhkan spesimen yang diuji, seperti

darah, urin, tinja, dan jaringan tubuh seperti hati, otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak

bawah kulit.

b) Biofisik
Metode biofisik merupakan penentuan status gizi berdasarkan kemampuan

fungsi dari jaringan serta perubahan struktur dari jaringan.

c) Pemeriksaan tanda-tanda klinis

Penilaian terhadap tanda-tanda klinis berdasarkan pada perubahan yang terjadi

dan berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat dilihat

pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

d) Penilaian asupan makanan

Komponen penilaian asupan makanan mencakup duplikasi diet catatan

makanan, kuesioner frekuensi makanan, serta ingatan selama 24 jam dan riwayat diet.

Masing-masing memberikan informasi yang berbeda-beda dan memiliki manfaat atau

keterbatasan. Asupan makanan (zat gizi) dihitung menggunakan tabel komposisi

makanan (Daftar Komposisi Bahan Makanan: DKBM). Perkiraan ukuran porsi dan

penyesuaian terhadap aktivitas juga perlu dipertimbangkan. Namun, instrumen ini

tidak dapat digunakan pada penelitian terhadap diet orang yang sakit karena pola

makan ketika sakit telah berubah.

e) Pengukuran antropometri

Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh manusia

dalam hal ini meliputi dimensi tulang, otot dan jaringan lemak. Perubahan pada

dimensi tubuh manusia dapat mencerminkan keadaan kesehatan dan kesejahteraan

secara umum baik pada individu maupun populasi. Pengukuran antropometri dapat

digunakan untuk :
 Menentukan status nutrisi individu atau populasi

 Mengidentifikasi adanya gizi buruk

 Membuat revisi grafik pertumbuhan

 Memprediksi risiko penyakit, misalnya untuk memprediksi risiko penyakit

jantung koroner (PJK) pada individu yang obesitas melalui pengukuran indeks

masa tubuh (IMT)

 Mengkaji pertumbuhan jangka pendek, jangka panjang, komposisi tubuh

(persen lemak tubuh, massa tubuh tanpa lemak, dan massa lemak), serta

densitas mineral tulang secara lebih menyeluruh.

 Pengukuran antropometri pada anak umumnya meliputi pengukuran berat

badan, panjang atau tinggi badan, dan lingkar kepala (dari lahir sampai umur 3

tahun). Parameter yang dianjurkan oleh WHO untuk diukur pada survei gizi

diantaranya.

Pengukuran antropometri memiliki kelebihan antara lain (Ayu., 2008) :

1. Prosedur pengukurannya sederhana, aman, sehingga dapat dilakukan

di lapangan

2. Alat yang digunakan tidak mahal, mudah dibawa, dapat dibuat atau

dibeli

3. Tidak membutuhkan tenaga khusus dalam pelaksanaannya

4. Metode yang digunakan tepat dan akurat, sehingga hasil pengukuran

terjamin dalam menilai dari keadaan gizi dalam jangka waktu yang

lama
5. Dapat mengidentifikasi tingkat malnutrisi (ringan sampai berat)

6. dapat digunakan sebagai skrining test untuk mengidentifikasi

individu yang memiliki resiko tinggi terjadinya malnutrisi

1. Ukuran dan Indeks antropometri

Ukuran antropometri terbagi menjadi 2 tipe: ukuran pertumbuhan tubuh

dan komposisi tubuh. Ukuran pertumbuhan tubuh menggambarkan keadaan

gizi masa sebelumnya atau lampau sedangkan ukuran komposisi tubuh

menggambarkan keadaan gizi masa sekarang atau saat pengukuran. Ukuran

pertubuhan tubuh yang biasa digunakan melputi: tinggi badan atau panjang

badan, linkar dada, tinggi lutut. Pengukuran komposisi tubuh dapat diukur

melalui: berat badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit (Ayu.,

2008)

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter.

Beberapa indeks antropometri, sebagai berikut:

BB/U (Berat Badan terhadap Umur)

a. Indikator status gizi kurang saat pengukuran

b. Sensitif terhadap perubahan kecil

c. Terkadang umur secara akurat sulit didapat

d. Untuk monitoring pertumbuhan

e. Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure

TB/U (Tinggi Badan terhadap Umur)

a. Indikator status gizi jangka panjang


b. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa

c. Skrining anak sehat dengan perawakan pendek (stunting), dengan interpretasi

pendek (< -3 SD), normal (-3 SD sampai -2 SD ), dan tinggi (> 2 SD)

d. Terkadang umur secara akurat sulit didapat

BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan)

a. Memberikan informasi pertumbuhan dan status gizi pada seorang anak, lebih

akurat dalam mengklasifikasikan status gizi pada anak, untuk skrining anak

sehat maupun pada anak malnutrisi energi protein.

b. Diinterpretasikan menjadi BB kurang (< -5 SD), BB normal (-5 SD sampai 95

SD), dan BB lebih (> 95 SD).

Tabel 2.3 Klasifikasi status gizi menurut cara WHO 2006

No Indeks Status Gizi Keterangan


1 Berat Badan menurut Gizi lebih >2 SD
Umur (BB/U) Gizi baik ≥ -2 SD sampai 2 SD
Gizi kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Gizi buruk < -3 SD
2 Tinggi Badan menurut Normal ≥ -2 SD sampai 2 SD
Umur (TB/U) Pendek < -2 SD
3 Berat Badan menurut Gemuk >2 SD
Tinggi Badan Normal ≥ -2 SD sampai 2 SD
(BB/TB) Kurus < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Kurus Sekali < -3 SD
Sumber : WHO/NCHS
2. Baku acuan (data reference)
Terdapat dua jenis baku acuan, yaitu lokal dan internasional. Ada

berbagai macam baku acuan internasional seperti Tanner, Harvard, atau NCHS.

Indonesia menggunakan baku acuan internasional WHO-NCHS zscore.

Ada 2 cara penghitungan status gizi dengan cara Z-score, yaitu:

7. Bila “Nilai Riel” hasil pengukuran ≤ “Nilai Median” BB/U, TB/U, atau

BB/TB, maka rumusnya:

8. Bila “Nilai Riel” hasil pengukuran ≥ “Nilai Median” BB/U, TB/U, atau

BB/TB, maka rumusnya:

3. Parameter dan Cara Pengukuran Antropometri

Tabel 2.4 Parameter yang Dianjurkan WHO untuk Diukur dalam Survei Gizi

Usia (tahun) Pengamatan Lapangan Pengamatan Lebih Rinci

0-1 Berat dan panjang badan Panjang batang badan :


lingkar kepala dan dada,
diameter krista iliaka, lipat
kulilt dada, triseps, dan
subskapula

1-5 Berat badan dan panjang Panjang batang badan (3


badan (sampai usia 3 tahun), tahun), tinggi duduk (diatas 3
tinggi badan (diatas 3 tahun) tahun), lingkar kepala dan
liat kulit biseps dan triseps, dada (inspirasi setengah),
lingkar lengan lipat kulit dada dan
subskapula, lingkar betis,
rontgen postero-anterior
tangan dan kaki.
f. Berat badan
Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, massa tulang, air dan

mineral.Untuk menilai status gizi umumnya berat badan dihubungkan dengan data lain

seperti umur, jenis kelamin, dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan

menggunakan timbangan digital atau timbangan dacin.

Prosedur pengukuran berat badan dilakukan dengan cara (Ayu., 2008):

1. Subjek menggunakan pakaian seminimal mungkin, tidak menggunakan

sepatu dan kaos kaki.

2. Subjek berdiri di atas timbangan dengan garis pandangan lurus ke depan

3. Kedua lengan tergantung bebas di samping badan dan telapak tangan

menghadap ke paha

4. Pengukur berdiri di belakang subjek dan mencatat hasil timbangan

g. Panjang badan atau tinggi badan

Pengukuran terhadap panjang badan atau tinggi badan dapat mencerminkan

status nutrisi jangka panjang seorang anak. Pengukuran terhadap panjang badan

dilakukan untuk anak dibawah umur 2 tahun atau panjang badan kurang dari 85 cm.

Pengukuran panjang badan dilakukan oleh dua pengukur, dimana salah satu pengukur

memposisikan kepala bayi agar menyentuh papan penahan kepala dalam posisi bidang

datar Frankfort (Frankfort horizontal plane) posisi dimana batas bawah orbita segaris

dengan batas atas meatus auditorius, sedangkan pengukur lainnya menahan agar lutut

dan tumit bayi agar datar dan menempel dengan papan penahan kaki. Anak yang sudah
dapat berdiri tanpa bantuan dan kooperatif dapat diukur tinggi badannya dengan

menggunakan stadiometer/microtoise. Apabila terdapat keterbatasan fisik pada anak

yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengukuran panjang badan atau tinggi

badan dapat dilakukan pengukuran alternatif seperti pengukuran rentang lengan (arm

spam), panjang lengan atas (upper arm length), panjang tungkai bawah (knee height)

dengan menggunakan kaliper geser (sliding caliper) pada bayi dan antropometer besar

(large anthropometer) pada anak.

h. Lingkar kepala

Pengukuran terhadap lingkar kepala umumnya digunakan untuk mendeteksi

keadaan patologis yang berupa pembesaran (hidrosefalus) maupun pengecilan kepala

(mikrosefalus), dan juga dapat digunakan untuk menilai nutrisi pada anak sampai umur

3 tahun karena pada 3 tahun pertama, pertumbuhan kepala sangat cepat. Pengukuran

ini dilakukan terutama pada anak yang mempunyai risiko tinggi gangguan status gizi.

Lingkar kepala diukur dengan menggunakan pita pengukur fleksibel yang tidak dapat

diregangkan (Arisman, 2009).

i. Lingkar Lengan Atas (LILA)

Lingkar Lengan Atas (LILA) dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan,

sebagai penanda cadangan energi dan protein, dan dapat mencerminkan kadar lemak
tubuh. Pengukuran LILA pada anak harus dilakukan dalam posisi berdiri, tangan fleksi

90o dan pada titik lengan atas, antara ujung lateral akromion dan olekranon.

j. Tebal Lipatan Kulit Triceps (TLK)

Parameter ini dapat digunakan untuk mengetahui cadangan lemak subkutan

(energi), lemak tubuh total, serta pola lemak tubuh (fat patterning). Anak harus dalam

posisi tegak dan lengan berada disisi tubuh ketika dilakukan pengukuran. TLK diukur

pada pertengahan lengan atas tepat ditengah otot trisep di lengan bagian belakang.

4. Grafik pertumbuhan (growth chart)

Beberapa jenis grafik pertumbuhan tersedia untuk membandingkan BB, TB,

dan LK dalam suatu populasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Anak normal

dengan anak yang memiliki kelainan tertentu memiliki grafik pertumbuhan yang

berbeda. Grafik pertumbuhan anak normal CDC tahun 2000 memiliki perbedaan

dengan grafik pertumbuhan WHO tahun 2006. Hasil yang ditunjukkan pada grafik

pertumbuhan CDC adalah subjek penelitian lebih berat dan pendek dibandingkan

standar dari WHO. Perbedaan metodologi dan jumlah subjek yang diambil pada umur

muda dalam pembuatan grafik pertumbuhan WHO menghasilkan grafik yang mulai

lebih cepat dan lebih panjang dibandingkan grafik CDC. Oleh sebab itu, grafik

pertumbuhan WHO tampaknya dapat mengikuti pola perubahan pertumbuhan yang

cepat pada bayi.

4) Metode secara tidak langsung


Metode ini disebut tidak langsung karena tidak menilai individu secara

langsung, namun penilaian terhadap status gizi dilakukan dengan melihat data statistik

kesehatan.

5) Metode dengan melihat variabel ekologi.

Pengukuran terhadap faktor ekologi diperlukan untuk mengetahui penyebab

malnutrisi sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi pada masyarakat.

Beberapa faktor ekologi diantaranya adalah faktor sosial ekonomi, faktor yang

berhubungan dengan makanan, aspek kesehatan, faktor demografi, politik dan

kebijakan, budaya, serta geografi dan iklim.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Ekonomi, sosial,
Usia pemberian MP-ASI teknologi
(Nasi Tim)

Kebiasaan pemberian
MP-ASI (Nasi Tim )
Status gizi balita usia 8-12 bulan
Frekuensi pemberian MP-
ASI (Nasi Tim)

Porsi pemberian MP-ASI


(Nasi Tim) Pemeriksaan
antropometri
Tingkat pengetahuan ibu
(Z-Score )
Tingkat pendidikan ibu

BB/U TB/U BB/TB

Gizi lebih Normal Gemuk


Gizi Kurang Pendek Normal
Gizi Baik Sangat Kurus
Pendek
Gizi Bruk Kurus Sekali
Tinggi
Keterangan:

Variabel yang diteliti :

Variabel yang tidak diteliti :---------

3.1 Hipotesis
Ada hubungan kebiasaan frekuensi, porsi dan komposisi pemberian MP-ASI (nasi

tim) terhadap status gizi balita usia 8-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Mujur

kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah tahun 2016.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu menggambarkan hubungan

kebiasaan pemberian MP ASI dengan status gizi balita dan menganalisa hubungan

variabel–variabel yang diteliti. Penelitian ini mengggunakan design penelitian korelasi

dengan pendekatan waktu studi potong lintang (cross sectional). Rancangan ini untuk

mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel dependent secara

bersamaan dalam satu waktu.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Mujur, dan Sengkerang yang termasuk dalam

wilayah kerja Puskesmas Mujur Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah,

Nusa Tenggara Barat.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2016 sampai bulan Januari tahun 2017.
4.3 Subjek Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu

yang karakteristiknya hendak diteliti (Kuntjojo, 2009). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua balita usia 8-12 bulan di wilayah Mujur Kecamatan Praya Timur

Kabupaten Lombok Tengah.

4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang karakteristiknya hendak teliti yang

memenuhi kriteria ekslusi dan inklusi. Metode sampling yang digunakan dalam

penelitian adalah consecutive sampling, yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria

akan dimasukkan dalam penelitian sampai dengan kurun waktu tertentu hingga jumlah

sampel minimal dapat terpenuhi. Consecutive sampling merupakan salah satu teknik

pengambilan data dengan metode random sampling atau probability yang setiap subjek

pada populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih atau untuk tidak dipilih

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

a. Balita usia 8-12 bulan.

b. Balita yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Mujur, Kecamatan Praya

Timur, Lombok Tengah.

c. Balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS)


d. Orang tua yang bersedia ikut serta dalam penelitian dan menandatangani

informed consent

e. Balita lahir cukup bulan

4.3.2.2 Kriteria Ekslusi

a. Ibu yang sakit dalam kurun waktu 6 bulan setelah melahirkan

b. Balita yang tidak ASI ekslusif

c. Balita yang sakit selama 6 bulan pertama kehidupannya

d. Balita yang mengalami cacat atau menderita kelainan bawaan (penyakit

jantung bawaan, syndrome down, palatoschisis, labioschisis)

e. Balita lahir kembar

4.3.2.3 Besar Sampel

Penentuan besar sampel pada penelitian ini :


2

𝑍𝛼 + 𝑍𝛽
𝑛= +3
1+r
0,5ln [1 − r]
{ }

2
1,64 + 1,28
𝑛={ } +3
1,4
0,5ln [0,6]

2
2,92
𝑛={ } +3
0,5𝑙𝑛 [2,333]

𝑛 = 47,61 + 3
𝑛 = 50,61(dibulatkan menjadi 51)

Keterangan :

n = jumlah sampel yang diperlukan

Zα = deviat baku alfa, kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%, sehingga (Zα

1,64)

Zβ = deviat baku beta, kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, sehingga

(Zβ 1,28)

r = korelasi minimal yang dianggap bermakna (0,4)

Berdasarkan sampel dari perhitungan didapatkan = 51 orang.

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara dan pengukuran antropometri. Hasil

wawancara diperoleh menggunakan kuesioner pada ibu yang mempunyai balita,

meliputi :

a. Karakteristik responden (umur, agama, suku, pendidikan dan pekerjaan)

b. Karakteristik balita (umur dan jenis kelamin)

c. Data pola kebiasaan pemberian MP ASI yang terdiri dari frekuensi, porsi, dan

komposisi.

Hasil pengukuran antropometri diperoleh dari:

c. Data berat badan balita yang diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan

timbangan Dacin.
d. Data panjang badan anak diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan

papan ukur panjang badan.

4.4.2. Data Sekunder

Meliputi data Kartu Menuju Sehat (KMS) berupa data Berat Badan balita dari

sejak dilahirkan, Panjang Badan atau Tinggi Badan balita sejak diahirkan dan data

Dinas Kesehatan Lombok Tengah balita usia8-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Mujur, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah.

4.5 Instrumen Pengambilan dan Pengumpulan Data


4.5.1 Instrumen Pengambilan Data
a. Kuisioner
Kuisioner digunakan untuk mengetahui karakteristik responden (umur, agama,

suku, tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI, tingkat pendidikan

ibu), karakteristik balita (umur, jenis kelamin), kesesuaian usia dengan ketepatan waktu

pemberian MP-ASI, frekuensi pemberian MP-ASI dan porsi pemberian MP-ASI.

Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka. Kuesioner diberikan dengan

cara melakukan wawancara terpimpin terhadap responden dari penelitian ini, yaitu ibu

yang memiliki balita usia 8-12 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Mujur.

Kuesioner penelitian terdiri dari empat kategori pertanyaan yaitu :

1. Identitas Responden

2. Pengetahuan Responden

3. Pemberian MP-ASI yang terdiri dari frekuensi, porsi, tekstur, dan komposisi
4. Kebiasaan pemberian jenis makanan dalam pemberian MP-ASI (nasi tim)

yang mengandung protein hewani, protein nabati, vitamin dan mineral seperti

daging, ayam, ikan, telur, tahu, tempe, sayur dan buah.

b. Pengukuran Antropometri (Timbangan Dacin dan Papan Ukur Panjang


Badan)
Indikator yang digunakan dalam pengukuran antropometri yaitu berdasarkan

indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan

berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Tabel 4.1 Indikator Status Gizi

No Indeks Status Gizi Keterangan


1 Berat Badan menurut Gizi lebih >2 SD
Umur (BB/U) Gizi baik ≥ -2 SD sampai 2 SD
Gizi kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Gizi buruk < -3 SD
2 Tinggi Badan menurut Normal ≥ -2 SD sampai 2 SD
Umur (TB/U) Pendek < -2 SD
Sangat pendek < -3 SD
Tinggi >2 SD
3 Berat Badan menurut Gemuk >2 SD
Tinggi Badan Normal ≥ -2 SD sampai 2 SD
(BB/TB) Kurus < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Kurus Sekali < -3 SD
Sumber : Kemenkes, (2011)
4.6 Uji Validitas dan Relibialitas
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner

yang sebelumnya diuji terlebih dahulu dengan validitas dan reliabilitas. Uji validitas

dan reliabilitas instrument penelitian dilakukan dengan membacakan langsung

kuesioner penelitian secara acak kepada 20 orang ibu yang memiliki balita 8-12 bulan.

4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kesahihan suatu alat ukur. Uji

validitas dilakukan dengan mengukur nilai perbedaan antara item pertanyaan dengan

nilai total tanpa mengikutsertakan pertanyaan tersebut. Pertanyaan mengenai identitas

responden, pemberian, serta kebiasaan tidak diikutsertakan dalam uji validitas maupun

uji reliabilitas karena pertanyaan tersebut termasuk dalam kategori pertanyaan yang

dianggap tidak memiliki jawaban benar atau salah oleh peneliti, sedangkan pertanyaan

mengenai pengetahuan ibu balita terhadap pemberian MP-ASI diikutsertakan dalam uji

validitas maupun reliabilitas karena memiliki jawaban benar dan salah yang sudah

ditentukan oleh peneliti.

Pertanyaan dinyatakan valid apabila hasil r hitungnya melebihi nilai dari r tabel.

Nilai r tabel dalam uji validitas kuesioner penelitian ini adalah jumlah responden uji

validitas dikurangi 2 menjadi 18. Berdasarkan tabel Corrected Item –Total Correlation

untuk nilai r tabel 18 dengan tingkat kepercayaan yang diharapkan adalah 95% = 0,05

maka nilai r hitungan harus lebih besar dari nilai r tabel 0,3783.
Berdasarkan hasil uji validitas kuesioner yang dilakukan dengan menggunakan

perangkat halus pada komputer didapatkan hasil seluruh pertanyaan tentang

pengetahuan mengenai pemberian MP-ASI valid dengan nilai melebihi r hitung.

4.6.2 Uji Relibialitas

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah

dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat

ukur dengan satu kali pengukuran menggunakan program SPSS. Hilton dan Brownlow

(2004) menyebutkan ketentuan penilaian dari nilai r alpha yang didapatkan untuk hasil

uji relibialitas adalah :

 Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna

 Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi

 Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat

 Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah

Hasil pengujian reliabilitas pertanyaan tingkat pengetahuan tentang pemberian

MP-ASI secara berturut-turut adalah 0,673. Mengikuti aturan penilaian reliabilitas

menurut Hilton dan Brownlow (2004) maka nilai reliabilitas pertanyaan tingkat

pengetahuan tentang diare bernilai reliabilitas moderat

4.7 Pengumpulan Data

a. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan

menggunakan berbagai referensi tulisan yang berkaitan dengan objek penelitian ini.

Metode ini dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi, sampel dan data-data yang

mendukung penelitian ini.

4.8 Identifikasi Variabel

Variabel adalah objek atau sasaran pengamatan penelitian yang dapat

diobservasi atau diukur (Kuntjojo, 2009).

4.8.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lainnya

(Kuntjojo, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan pemberian MP

ASI (Nasi Tim) yang terdiri dari frekuensi, porsi dan komposisi.

4.8.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya tergantung dari nilai variabel

lainnya (Kuntjojo, 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi balita

8-12 bulan.

4.9 Definisi Variabel Operasional


Tabel 4.2 Definisi Variabel Operasional

N Definisi Cara Ukur Skala


Variabel Alat Ukur
o Operasional dan Ukur
Hasil Ukur

1 Pendidikan Jenjang Kuisioner Mengisi lembaran kuisioner Ordinal


ibu pendidikan oleh responden pada data
(responden) formal yang demografi
ditempuh
(Rahmawati, responden 1.Rendah (SD,SMP)
2014) berdasarkan
ijazah terakhir 2.Tinggi (SMA, perguruan
tinggi/akademi)

2 Pekerjaan ibu Suatu rutinitas Kuisioner Mengisi lembaran kuisioner Nominal


(responden) setiap hari oleh responden pada data
yang demografi
(Notoatmodj dilakukan
o, 2012) untuk 1. PNS
memenuhi
kebutuhan 2. TANI
hidup 3. WIRASWASTA

4. PENSIUNAN

5. TNI/POLRI

6. IRT

7. PEDAGANG

3. Tingkat Tingkat Kuisioner Mengisi lembar kuisioner Ordinal


Pengetahuan persepsi pada data demografi yang
responden sudah diberi skoring 5 pada 1
terhadap suatu point pertanyaan
tindakan.
1. Baik (jika menjawab
dengan skore 21-30)

2 Cukup (jika menjawab


dengan skore 11-20)

3. Kurang (jika menjawab


dengan skore 1-10)

4. Pemberian Pemberian Kuisioner Mengisi lembar kuisioner Nominal


MP-ASI MP-ASI (Nasi pada data demografi
(Nasi Tim) Tim) adalah
pemberian 1.Diberikan tidak sesuai usia
(Kemenkes, tambahan balita yaitu ≤ 8 bulan
2015) makanan yang
berupa
makanan 2.Diberikan sesuai usia balita
lembik yang yaitu > 8 bulan
dibuat dengan
cara nasi yang
direbus
dengan
modifikasi
tambahan dari
sayuran dan
buah-buahan
yang diberikan
pada balita
usia 8-12
bulan

5 Porsi Takaran atau Kuisioner Mengisi lembar kuisioner Ordinal


jumlah pada data demografi
(Kemenkes, makanan MP-
2015) ASI yang 1. tidak cukup (1-3 sendok)
diberikan
dalam sendok 2. kurang cukup (4-8 sendok)
makan dengan 3. Cukup (9-12 sendok)
standar porsi
usia 8-12
bulan yaitu 12
sendok makan
sekali makan

5 Komposisi Kandungan Kuisioner Mengisi lembar kuisioner Nominal


zat gizi dalam pada data demografi
(Kemenkes, MP-ASI yang
2015) terdiri dari 1. Lengkap
karbohidrat,
protein 2 Tidak Lengkap
hewani,
protein nabati,
dan vitamin

Frekuensi Jumlah Kuisioner Mengisi lembar kuisioner Ordinal


pemberian pada data demografi
(Kemenkes, MP-ASI
2015) dalam sehari 1. Cukup (3 x sehari)

2 Kurang cukup (2 x sehari)

3. Tidak Cukup (1 x sehari


6. Usia Balita Perhitungan Kuisoner Mengisi lembaran kuisioner Ordinal
usia yang oleh responden pada data
(Kemenkes, dimulai dari demografi
2009) saat kelahiran
sampai dengan 1. Usia 8-9 bulan
waktu 2. Usia 9,1-10 bulan
penghitungan 3. Usia 10,1-11 bulan
usia 4. Usia 11,1-12 bulan

7 Usia Ibu Perhitungan Kuisioner Mengisi lembaran kuisioner Ordinal


Balita usia yang oleh responden pada data
dimulai dari demografi
(Depkes, kelahiran
2004) sampai dengan 1. Reproduktif Muda (15-20
penghitungan tahun)
usia
2. Reproduktif Sehat (21-35
tahun)

3. Reproduktif Tua (>35


tahun)

8 Status gizi Keadaan fisik Z-score Dilakukan penimbangan BB Ordinal


balita yang dengan timbangan dan
(Kemenkes, ditentukan perhitungan umur kemudian
2010) dengan hasil ukur di lihat pada tabel
melakukan pengukuran status gizi yang
pengukuran sesuai rujukan WHO-NCHS.
antropometri
Berat Badan Interpretasi (BB/U):
menurut umur
(BB/U) sesuai 1. Gizi buruk (<-3 SD)
standar WHO- 2. Gizi kurang (<-2 SD sd ≥
NCHS. -3 SD )
3. Gizi baik (≥-2 SD sd 2
SD)
4. Gizi lebih (>2 SD)

Interpretasi (TB/U):

1. Sangat Pendek ( < -3 SD)


2. Pendek ( < - 2SD)
3. Normal (≥ - 2 SD sd 2
SD)
4. Tinggi (> 2 SD)

Interpretasi (BB/TB):
1. Kurus (< -2 SD sd ≥ -
3SD)
2. Kurus Sekali (< -3SD)
3. Normal (≥ -2 SD sd 2 SD)
4. Gemuk (>2SD)

4.10 Prosedur Penelitian


Pengambilan data di wilayah Kerja Puskesmas Mujur Kecamatan Praya Timur

Kabupaten Lombok Tengah ini menggunakan instrumen berupa kuisioner dan alat

pengukuran antropometri. Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan metode

terpimpin yaitu peneliti membacakan beberapa point yang memiliki pilihan jawaban

dari setiap pertanyaan yang ada di kuisioner dan melakukan pengukuran antropometri

berupa Berat Badan menggunakan timbangan Dacin, Panjang Badan menggunakan

papan ukur panjang badan.

4.11 Pengolahan dan Analisa Data


4.11.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data dan setelah data terkumpul.Data

yang dikumpulkan segera diperiksa, bila terdapat kesalahan dalam pengumpulan

data segera diperbaiki (editing) dengan cara memeriksa jawaban yang kurang.

b. Coding
Memberi kode pada jawaban yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka

untuk memperoleh pengolahan data

c. Entry

Proses pemindahan data ke dalam media komputer agar diperoleh data masukan

yang siap diolah.

d. Tabulating

Mengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan

dalam table yang sudah dimasukkan.

4.11.2 Analisa data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat ini digunakan untuk mendeskripsikan tiap-tiap

variabel. Dalam penelitian ini, analisa univariat digunakan untuk

mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu

tentang MP-ASI, tingkat pengetahuan tentang pemberian MP-ASI.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel yang

berskala ordinal dan nominal. Dalam pnelitian ini variabel yang digunakan yaitu

≥ 2 kategori dan non-parametrik, uji hipotesa yang digunakan yaiitu uji Pearson

Chi Square. Uji Pearson Chi Square merupakan uji analis yang dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.

4.12 Jadwal Rencana Kegiatan Dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Tabel 4.3 Rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian


Juni-
Agustus Oktober November Desember Januari
Kegiatan Juli
2016 2016 2016 2016 2017
2016
Penyusunan
proposal
Ujian
Proposal
Persiapan
penelitian
dan
persetujuan
Ethical
clearance
Pengambilan
data
Analisis data
Penyusunan
laporan
akhir
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mujur Kecamatan Praya

Timur Kabupaten Lombok Tengah. Puskesmas Mujur memiliki wilayah kerja

sebanyak 5 desa yaitu: Desa Mujur, Desa Sukaraja, Desa Marong, Desa Kidang, dan

Desa Sengkerang, Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan pada bulan

Februari 2017 di wilayah kerja Puskesmas Mujur Kecamatan Praya Timur Kabupaten

Lombok Tengah antara lain wilayah kerja Desa Mujur yang terdiri dari Posyandu

Tanak Beak, Posyandu Santong, Posyandu Kudung Are, Posyandu Bunut Baok dan

wilayah kerja Desa Sengkerang yang terdiri dari Posyandu Sengkerang II, Posyandu

Sengkerang III, Posyandu Sengkerang V, Posyandu Telok Timuk, Posyandu Telok Bat,

Posyandu Pinggir, Posyandu Bagek Rebak, Posyandu Balen Gagak, dan Posyandu

Kesambik Mate.

5.1.2 Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini yaitu Ibu yang memiliki balita usia 8-12 bulan.

Jumlah responden dalam penilitian ini sebanyak 51 orang yang diambil dari beberapa
wilayah kerja Puskesmas Mujur antara lain 15 dari wilayah kerja Desa Mujur dan 36

dari wilayah kerja Desa Sengkerang. Sampel dari wilayah kerja Desa Mujur terdiri dari

Posyandu Tanak Beak yang berjumlah 7 orang, 2 orang dari Posyandu Kudung Are, 5

orang dari Posyandu Bunut Baok, 1 orang dari Posyandu Santong. Sampel dari wilayah

kerja Desa Sengkerang terdiri dari 7 orang dari Posyandu Sengkerang II, 7 orang dari

Posyandu Sengkerang V, 6 orang dari Posyandu Pinggir, 1 orang dari Posyandu

Kesambik Mate, 5 orang dari Posyandu Balen Gagak, 1 orang dari Posyandu Bagek

Rebak, 4 orang dari Posyandu Telok Timuk, dan 5 orang dari Posyandu Telok Bat.

Hasil penelitian ini ditunjukan pada tabel distribusi di bawah ini.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita, Usia


Balita, Usia Ibu Balita, Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Balita

Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)

Jenis Kelamin Balita

a. Laki-laki 22 43,1 (%)


b. Perempuan
29 56,9 (%)

Usia Balita

a. 8-9 bulan 12 23,5 (%)


b. 9,1-10 bulan
c. 10,1-11 bulan 16 31,4 (%)
d. 11,1-12 bulan
12 23,5 (%)

11 21,6 (%)

Usia Ibu Balita

a. Reproduktif Sehat 47 92,2 (%)


b. Reproduktif Tua
4 7,8 (%)

Pendidikan Ibu Balita

a. Rendah 29 56,9 (%)


b. Tinggi
22 43,1 (%)

Pekerjaan

a. PNS 3 5,9 (%)


b. Tani
c. IRT 3 5,9 (%)
d. Pedagang
40 78,4 (%)

5 9,8 (%)

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.1 didapatkan hasil dari 51 responden ibu-ibu yang

memiliki balita usia 8-12 bulan distribusi balita dengan jenis kelamin perempuan lebih

banyak dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 22 balita berjenis kelamin laki

laki dengan persentase (43,1%), dan 29 balita berjenis kelamin perempuan dengan

persentase (56,9%).

Berdasarkan Tabel 5.1 didapatkan hasil distribusi responden berdasarkan usia

ibu mayoritas dengan usia Reproduktif Sehat dengan jumlah 47 orang (92,2%) dan

Reproduktif Tua berjumlah 4 orang (7,8%).

Data pada tabel 5.1 menunjukan bahwa distribusi tingkat pendidikan rendah

lebih banyak dari tingkat pendidikan tinggi dengan jumlah 29 orang (56,9%) dengan

tingkat pendidikan rendah dan 22 orang (43,1%) dengan tingkat pendidikan tinggi.
Hasil dari tabel 5.1 distribusi pekerjaan responden mayoritas Ibu Rumah

Tangga dengan jumlah 40 orang (78,4 %), dibandingkan dengan jumlah pekerjaan

responden Pedagang yang berjumlah 5 orang (9,8%), PNS 3 orang (5,9%), dan Tani

berjumlah 3 orang (5,9%).

b. Pengetahuan Responden

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Balita

Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 50 98.0

Cukup 1 2.0

Total 51 100.0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2, di dapatkan 50 (98%) responden memiliki nilai

pengetahuan yang baik mengenai MP-ASI dan 1 (2%) responden memiliki nilai

pengetahuan sedang mengenai MP-ASI.

c. Pemberian MP-ASI

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Porsi Pemberian MP-ASI


Porsi Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Cukup 46 90,2


Kurang Cukup 5 9,8

Total 51 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel.5.3 didapatkan pemberian porsi yang tidak cukup sebanyak

46 responden dengan persentase 90,2%, sedangkan pemberian porsi yang kurang

cukup 5 responden dengan persentase 9,8%

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pemberian MP-


ASI
Frekuensi Jumlah (n) Persentase (%)

3 kali 25 49

2 kali 24 47,1

1 kali 2 3,9

Total 51 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan hasil jumlah responden dengan frekuensi

pemberian MP-ASI 3 kali sehari sebanyak 25 responden (49%), 24 responden

memberikan MP-ASI dengan frekuensi 2 kali sehari, sedangkan 2 (3,9%) responden

lainnya memberikan MP-ASI dengan frekuensi 1 kali sehari.

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Komposisi Pemberian MP-


ASI
Komposisi Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Lengkap 18 35,3

Lengkap 33 64,7

Total 51 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan hasil pemberian MP-ASI dengan komposisi

lengkap lebih banyak dengan jumlah 33 (64%) responden dibandingkan dengan jumlah

responden yang memberikan MP-ASI dengan komposisi tidak lengkap sebanyak 18

(35,3%).

d. Kebiasaan Jenis Makanan Yang Diberikan Dalam Pemberian MP-ASI

Tabel 5.6 Distribusi Kebiasaan Jenis Makanan Yang Diberikan


Dalam Pemberian MP-ASI
Jenis Jumlah (n) Persentase (%)
Makanan
Ya Tidak Ya Tidak

Daging 7 44 13.7 86.3

Ikan 14 37 27,5 72,5

Ayam 13 38 25,5 74,5

Telur 8 43 15,7 84,3

Tahu 29 22 56,9 43,1

Tempe 21 30 41,2 58,8

Sayur 39 12 76,5 23,5

Buah 26 25 51 49

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil jenis makanan paling tinggi yang

diberikan dalam pemberian MP-ASI yaitu sayur sebanyak 39 responden dengan

persentase 76,5%, sedangkan distribusi jenis makanan yang paling tinggi tidak

diberikan yaitu daging sebanyak 44 responden dengan persentase 86,3%.


e. Waktu Pemberian MP-ASI (nasi tim)

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pemberian MP-ASI


(Nasi Tim)
Waktu Pemberian Jumlah (n) Persentase (%)

≤ 8 bulan (Tidak Tepat) 20 39,2

>8 bulan (Tepat 31 60,8

Total 51 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan hasil distribusi waktu pemberian MP-ASI

(nasi tim) ≤ 8 bulan sebanyak 20 responden dengan persentase 39,2%, sedangkan

waktu pemberian MP-ASI (nasi tim) > 8 bulan sebanyak 31 responden dengan

persentase (60,8%).

f. Status Gizi

Tabel 5.8 Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi Balita


Status Gizi Jumlah (n) Persentase (%)

BB/U

a. Gizi Buruk 0 0 (%)


b. Gizi Kurang
c. Gizi Baik 1 2 (%)
d. Gizi Lebih
50 98 (%)

0 0 (%)

PB/U

a. Sangat Pendek 1 2 (%)


b. Pendek
c. Normal 7 13,7 (%)
d. Tinggi
43 84,3 (%)
0 0 (%)

BB/PB

a. Sangat Kurus 0 0 (%)


b. Kurus
c. Normal 2 3,9 (%)
d. Gemuk
49 96,1 (%)

0 (%) 0 (%)

Sumber: Data Primer

Hasil dari analisa data berdasarkan tabel 5.8 menunjukan status gizi balita usia

8-12 dilihat dari indikator BB/U terdapat gizi kurang berjumlah 1 orang dengan

persentase (2%), gizi baik berjumlah 50 orang dengan persentase (98%). Berdasarkan

indikator PB/U didapatkan hasil status gizi sangat pendek berjumlah 1 orang dengan

persentase (2%), pendek 7 orang dengan persentase (13,7%), dan normal 43 orang

dengan persentase (84,3%). Hasil menurut indikator BB/PB didapatkan status gizi

kurus berjumlah 2 orang dengan persentase (3,9%) dan status gizi normal berjumlah

49 dengan persentase (96%).


5.1.3 Analisis Bivariat

a. Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 5.9 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat


Pengetahuan Responden

Tingkat Pendidikan Tingkat Pengetahuan


Total p value
Responden Baik Cukup

Rendah 28 1 29

Tinggi 22 0 22 0,379

Total 50 1 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel. 5.9 didapatkan responden dengan tingkat pendidikan rendah

sebanyak 29 responden. Responden dengan tingkat pendidikan rendah yang memiliki

tingkat pengetahuan baik sebannyak 28 (96,5%) responden, sedangkan dengan tingkat

pengetahuan cukup sebanyak 1 (3,4%) responden.

Hasil analisa dari uji statistik menggunakan chi-square menunjukan p value

sebesar 0,379 (p ≥ 0,05) yang memiliki makna tidak ada hubungan tingkat pendidikan

dengan tingkat pengetahuan dari responden.

b. Pendidikan terhadap Pemberian MP-ASI

Tabel 5.10 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan


Komposisi Pemberian MP-ASI
Tingkat Pendidikan Pemberian MP-ASI
Total p value
Responden (Komposisi)
Lengkap Tidak Lengkap

Rendah 9 20 29

Tinggi 9 13 22 0,465

Total 18 33 51

Sumber: Data Primer

Hasil analisa dari tabel 5.10 didapatkan responden yang termasuk dalam

kategori tingkat pendidikan rendah sebanyak 29 responden dengan 9 (31%) responden

memberikan MP-ASI dengan komposisi yang lengkap dan 20 (69%) responden lainnya

memberikan MP-ASI dengan komposisi tidak lengkap. Dibandingkan dengan kategori

tingkat pendidikan tinggi responden berjumlah 22 responden dengan dengan jumlah 9

(31%) orang diantaranya memberikan MP-ASI dengan komposisi yang lengkap dan 13

(59%) responden memberikan MP-ASI dengan komposisi tidak lengkap.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi-square didapatkan p value

sebesar 0,465 dengan perbandingan p ≥ 0,05 dengan demikian tidak didapatkan

hubungan tingkat pendidikan terhadap komposisi pemberian MP-ASI pada balita usia

8-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mujur Kabupaten Lombok Tengah.

Tabel 5.11 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan Responden


dengan Frekuensi Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI
Tingkat Pendidikan (Frekuensi) Total p value
Responden
3 kali 2 kali 1 kali

Rendah 11 18 0 29
Tinggi 14 6 2 22 0,023

Total 25 24 2 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.11 didapatkan hasil responden dengan kategori tingkat

pendidikan rendah berjumlah 29 responden dengan frekuensi pemberian 3 kali

sebanyak 11 (38%) responden, dan 2 kali sebanyak 18 (62,1%) responden. Sedangkan

pada kategori tingkat pendidikan tinggi berjumlah 22 responden dengan masing masing

frekuensi 3 kali sebanyak 14 (64%) responden, 2 kali sebanyak 6 (27,3%) responden,

dan 1 kali sebanyak 2 (9,1%) responden.

Hasil dari uji statistik dengan menggunaka chi-square didapatkan p value

sebesar 0,023 dengan perbandingan nilai p ≤ 0,05 sehingga ada hubungan tingkat

pendidikan terhadap frekuensi pemberian MP-ASI.

Tabel 5.12 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan


Porsi Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI (Porsi)
Tingkat Pendidikan
Tidak Kurang Cukup Total p value
Responden
cukup cukup

Rendah 28 1 0 29

Tinggi 18 4 0 22 0,152

Total 46 5 0 51

Sumber: Data Primer


Hasil dari tabel 5.12 didapatkan kategori tingkat pendidikan rendah 29 dengan

porsi pemberian MP-ASI yang tidak cukup sebanyak 28 (96,5%) responden, sedangkan

pemberian porsi yang kurang cukup sebanyak 1(3,4%) responden. Kategori tingkat

pendidikan yang tinggi sebanyak 22 responden, 18 (81,8%) responden memberikan

porsi tidak cukup, sedangkan 4 (18,2%) responden memberikan porsi kurang cukup.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi-square dengan nilai p value

sebesar 0,080 dengan perbandingan nilai p ≥ 0,05 sehingga disimpulkan tidak terdapat

hubungan antara tingkat pendidikan terhadap porsi pemberian MP-ASI.

c. Pekerjaan terhadap Pemberian MP-ASI

Tabel 5.13 Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan Terhadap Frekuensi


Pemberian MP-ASI
Pekerjaan Frekuensi Pemberian MP-ASI Total p
value
3 kali 2 kali 1 kali

PNS 2 1 0 3

TANI 1 2 0 3 0,955

IRT 20 18 20 40
Pedagang 2 3 0 5

Total 25 24 2 51

Sumber: Data Primer


Berdasarkan hasil dari tabel 5.13 didapatkan 3 (5,9%) responden yang memiliki

pekerjaan sebagai PNS 2 (66,7%) diantaranya memberikan MP-ASI kepada balita

dengan frekuensi 3 kali sehari, sedangkan 1 (33,3%) responden dengan frekuensi 2 kali

sehari. Responden dengan pekerjaan tani berjumlah 3 responden, 1 (33,3%) responden

dari 3 responden memberikan MP-ASI dengan frekuensi 3 kali, sedangkan 2 (66,7%)

responden lainnya memberikan MP-ASI frekuensi 2 kali.

Hasil dari uji statistika dengan menggunakan chi-square didapatkan p value

sebesar 0,958 (p ≥ 0,05) sehingga tidak terdapat hubungan antara pekerjaan responden

dengan frekukensi pemberian MP-ASI.

Tabel 5.14 Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan dengan Komposisi


Pemberian MP-ASI
Pekerjaan Pemberian MP-ASI (Komposisi) Total p value

Lengkap Tidak Lengkap

PNS 2 1 3

TANI 0 3 3

IRT 14 26 40 0,395

Pedagang 2 3 5

Total 18 33 51

Sumber: Data Primer


Hasil dari tabel 5.14 menunjukan responden dengan pekerjaan PNS yang

berjumlah 3 responden dengan masing-masing pemberian MP-ASI dengan komposisi

lengkap sebanyak 2 (66,7%) responden, sedangkan pemberian MP-ASI dengan

komposisi tidak lengkap sebanyak 1 (33,3%) responden. Responden dengan pekerjaan

tani berjumlah 3 responden, 3 (100%) responden tersebut memberikan MP-ASI dengan

komposisi lengkap. Responden yang memiliki pekerjaan Pedagang berjumlah 5

responden, 2 (66,7%) responden memberikan MP-ASI dengan komposisi lengkap

sedangkan 3 (33,3%) responden lainnya memberikan MP-ASI dengan komposisi tidak

lengkap. Responden dengan pekerjaan IRT berjumlah 40 responden, 14 (35%)

responden memberikan MP-ASI dengan komposisi tidak lengkap, sedangkan 26 (65%)

responden lainnya memberikan MP-ASI dengan komposisi tidak lengkap.

Menurut hasil uji statistik menggunakan chi-square didapatkan p value sebesar

0,395 (p ≥ 0,05) dengan demikian tidak didapatkannya hubungan pekerjaan dengan

komposisi pemberian MP-ASI

Tabel 5.15 Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan Dengan Porsi Pemberian MP-
ASI
Pemberian MP-ASI (Porsi)
Pekerjaan Tidak Total P value
Kurang Cukup
Cukup

PNS 3 0 3

TANI 3 0 3 0,743

IRT 36 4 40
Pedagang 4 1 5

Total 46 5 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.16 didapatkan hasil responden yang memiliki pekerjaan

PNS dan tani sebanyak 3 responden, dari semua responden tersebut memberikan porsi

MP-ASI yang tidak cukup. Responden yang memiliki pekerjaan ibu rumah tangga

(IRT) sebanyak 40 responden dengan dengan 36 (90%) responden memberikan porsi

tidak cukup, sedangkann 4 (10%) responden memberikan porsi MP-ASI yang kurang

cukup. Responden dengan pekerja pedagang sebanyak 5 responden, dari kelima

responden 4 (80%) memberikan porsi tidak cukup, sedangkan 1 (20%) responden

memberikan porsi kurang cukup.

Hasil dari uji statistik menggunakan Chi-Square menunjukan p value sebesar

0,743 (p ≥ 0,05) yang memiliki arti tidak terdapat hubungan pekerjaan responden

dengan porsi pemberian MP-ASI.

d. Pengetahuan terhadap Pemberian MP-ASI

Tabel 5.17 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Frekuensi


Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI
Tingkat Pengetahuan (Frekuensi) Total p value
Responden
3 kali 2 kali 1 kali

Baik 24 24 2 50
0,588
Cukup 1 0 0 1
Total 25 24 2 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.17 menunjukan jumlah tingkat pengetahuan responden

yang baik sebanyak 50 orang dengan frekuensi pemberian MP-ASI 3 kali sehari

sebanyak 24 (48%) responden, frekuensi pemberian MP-ASI 2 kali sehari sebanyak 24

(48%) responden, sedangkan frekekuensi 1 kali sehari sebanyak 2 (4%) responden.

Hasil analisa uji statistik menggunakan chi-square didapatkan p value 0,588 (p

≥ 0,05) yang memilliki makna tidak berhubungan antara tingkat pengetahuan

responden dengan frekuensi pemberian MP-ASI.

Tabel 5.18 Tabulasi Silang Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan


dengan Komposisi Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI
Tingkat Pengetahuan (Komposisi) Total p value
Responden
Lengkap Tidak Lengkap

Baik 18 32 50

Cukup 0 1 1 0,456

Total 18 33 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.18 didapatkan responden dengan tingkat pengetahuan baik

sebanyak 50 responden dengan komposisi pemberian MP-ASI secara lengkap sebesar

18 (36%) responden, sedangkan 32 (64%) responden memberikan komposisi

pemberian MP-ASI secara tidak lengkap. Responden dengan tingkat pengetahuan


cukup, berjumlah 1 responden dengan pesentase 100% yang memberikan komposisi

MP-ASI secara tidak lengkap.

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan p value

sebesar 0,456 ( p ≥ 0,05) yang menunjukan tidak ada hubungan tingkat pengetahuan

responden dengan komposisi pemberian MP-ASI.

Tabel 5.19 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Porsi


Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI (Porsi)
Tingkat Pengetahuan
Tidak Total p value
Responden Kurang Cukup
Cukup

Baik 45 5 50

Cukup 1 0 1 0,739

Total 46 5 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.19 didapatkan hasil responden dengan tingkat pengetahuan

yang baik sejumlah 50 responden, dengan 45 (90%) responden memberikan porsi yang

tidak cukup sedangkan 5 (10%) responden memberikan porsi yang kurang cukup.

Responden dengan tingkat pengetahuan cukup sejumlah 1 (100%) responden yang

memberikan porsi tidak cukup.

Hasil dari uji statistik menunjukan p value sebesar 0,739 (p ≥ 0,05) yang

menunjukan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan


porsi pemberian MP-ASI pada usia balita 8-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Mujur.

e. Pemberian MP-ASI terhadap Status Gizi

Tabel 5.20 Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Pemberian MP-ASI


dengan Status Gizi (BB/PB)

Pemberian MP- Status Gizi (BB/PB)


Total p value
ASI (Frekuensi) Kurus Normal

3 kali 1 24 25

2 kali 1 23 24
0,958
1 kali 0 2 2

Total 2 49 51

Sumber: Data Primer

Hasil berdasarkan tabel 5.20 jumlah responden dengan frekuensi pemberian

MP-ASI 3 kali sehari berdasarkan indikator BB/PB sebanyak 25 responden,

diantaranya1 (4%) responden dengan status gizi kurus, sedangkan 24 (96%) responden

dengan status gizi normal. Jumlah responden dengan frekuensi pemberian MP-ASI 2

kali sehari berdasarkan inikator BB/PB sebanyak 24 responden dengan jumlah 1

(4.2%) responden dengan status gizi kurus, sedangkan 23 (95,8%) responden dengan

status gizi normal. Responden dengan frekuensi pemberian MP-ASI 1 kali sehari

sebanyak 2 (100%) responden dengan status gizi normal.


Analisa uji statistik menggunakan chi-square menunjukan p value sebesar

0,985 (p ≥ 0,05) yang menunjukan tidak didapatkan hubungan antara frekuensi

pemberian MP-ASI dengan status gizi menurut indikator BB/PB.

Tabel 5.21 Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Pemberian MP-ASI


dengan Status Gizi (BB/U)

Pemberian MP- Status Gizi (BB/PB)


Total p value
ASI (Frekuensi) Gizi Kurang Gizi Baik

3 kali 0 25 25

2 kali 1 23 24
0,563
1 kali 0 2 2

Total 1 50 51

Sumber: Data Primer


Hasil dari data tabel 5.21 menunjukan jumlah responden dengan frekuensi

pemberian MP-ASI 3 kali sehari sebanyak 25 responden, dari 25 responden tersebut

semua mengalami status gizi baik dengan persentase (100%). Responden dengan

frekuensi pemberian MP-ASI 2 kali sehari sejumlah 24 responden, diantaranya 1

(4,16%) mengalami status gizi kurang, 23 (95,8%) responden lainnya dengan status

gizi baik. Jumlah responden dengan frekuensi pemberian MP-ASI 1 kali sehari

sebanyak 2 responden dengan hasil 2 (100%) responden tersebut dengan status gizi

baik.
Hasil dari uji chi-square menunjukan p value sebesar 0,563 (p ≥ 0,05)

menunjukan tidak adanya hubungan frekuensi pemberian MP-ASI terhadap status gii

dengan indikator BB/U.

Tabel 5.22 Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Pemberian MP-ASI


Dengan Status Gizi (PB/U)
Pemberian Status Gizi (PB/U) Total p value
MP-ASI
(Frekuensi) Sangat Pendek Normal
Pendek

3 kali 1 3 21 25

2 kali 0 4 20 24
0,812
1 kali 0 0 2 2

Total 1 7 43 51

Sumber: Data Primer

Hasil dari tabel 5.22 menunjukan responden yang frekuensi pemberian MP-AS

3 kali sehari sebanyak 25 responden. Terdapat 1 (4%) responden dengan status gizi

sangat pendek, 3 (12%) responden dengan status gizi pendek, sedangkan 21 (84%)

responden dengan status gizi normal. Pemberian MP-ASI dengan frekuensi 2 kali

sehari sebanyak 24 responden. Responden dengan frekuensi pemberian MP-ASI 2 kali

sehari yang mengalami status gizi pendek sebanyak 4 (16,6%) responden, sedangkan

20 (83,3%) dengan status gizi normal.


Menurut dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan

nilai p value 0,812 (p ≥ 0,05) menunjukan tidak ada hubungan frekuensi pemberian

MP-ASI dengan status gizi (PB/U).

Tabel 5.23 Tabulasi Silang Hubungan Komposisi Pemberian MP-ASI Terhadap


Status Gizi (BB/PB)

Pemberian MP-ASI Status Gizi (BB/PB)


Total p value
(Komposisi) Kurus Normal

Lengkap 0 18 18

Tidak Lengkap 2 31 33 0,534

Total 2 49 51

Sumber: Data Primer


Berdasarkan dari tabel 5.23 didapatkan Pemberian MP-ASI dengan komposisi

Lengkap sebanyak 18 orang, dari semua responden yang berjumlah 18 responden

tersebut status gizi norma (100%). Responden dengan pemberian MP-ASI dengan

komposisi yang tidak lengkap sebanyak 33 responden. Responden dengan status gizi

kurus sebanyak 2 (6,1%) dengan pemberian MP-ASI yang komposisi tidak lengkap,

sedangkan 31 (93,9%) responden status gizi normal dengan pemberian MP-ASI yang

komposisi tidak lengkap.

Hasil dari uji statistik menggunakan chi-square didapatkan p value sebesar

0,287 (p ≥ 0,05) yang berarti tidak ada hubungan komposisi pemberian MP-ASI dengan

status gizi (BB/PB).


Tabel 5.24 Tabulasi Silang Hubungan Komposisi Pemberian MP-ASI
Dengan Status Gizi (BB/U)
Status Gizi (BB/U)
Komposisi Total p value
Kurus Gizi Baik

Lengkap 0 18 18

Tidak Lengkap 1 32 33 0,456

Total 1 50 51

Sumber: Data Primer

Hasil dari tabel 5.24 didapatkan jumlah responden dengan komposisi

pemberian MP-ASI yang lengkap sebanyak 18 responden, yang semua dari responden

tersebut status gizinya bai (100%). Responden dengan komposisi pemberian MP-ASI

yang tidak lengkap sebanyak 33 responden, 32 (96,9%) responden status gizinya baik

sedangkan 1 (3,1%) responden status gizinya kurus.

Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square didapatkan p value sebesar 0,456 (p

≥ 0,05) yang menunjukan tidak ada hubungan komposisi pemberian MP-ASI dengan

status gizi (BB/U).

Tabel. 5.25 Tabulasi Silang Hubungan Komposisi Pemberian MP-ASI Dengan


Status Gizi (PB/U)
Komposisi Status Gizi (PB/U) Total p value
Sangat Pendek Pendek Normal

Lengkap 0 4 14 18

Tidak Lengkap 1 3 29 33 0,341

Total 1 7 43 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.25 didapatkan hasil responden dengan pemberian

komposisi MP-ASI yang lengkap sejumlah 18 responden, yang terdiri dari 14 (77,8%)

responden dengan status gizi normal, sedangkan 4 (22,2%) responden lainnya

mengalami status gizi pendek. Responden dengan pemberian komposisi MP-ASI yang

tidak lengkap sebanyak 33 responden, yang 29 (87,8%) responden dengan status gizi

normal, sedangkan 3 (9,1%) responden dengan status gizi pendek, dan 1 (3,1%)

reponden lainnya dengan status gizi sangat pendek.

Hasil dari uji statistik menggunakan chi-square didapatkan p value sebesar

0,341 (p ≥ 0,05) yang menunjukan tidak hubungan antara komposisi pemberian MP-

ASI dengan status gizi (PB/U).

Tabel 5.26 Tabulasi Silang Hubungan Porsi Pemberian MP-ASI Dengan Status
Gizi (BB/PB)

Pemberian MP-ASI Status Gizi (BB/PB)


Total p value
(Porsi) Kurus Normal

Tidak Cukup 2 44 46
0,634
Kurang Cukup 0 5 5
Total 2 49 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.26 didapatkan responden dengan pemberian porsi MP-ASI

yang tidak cukup sebanyak 46 responden. Dinilai dari indikator BB/PB 2 responden

dengan persentase 4% mengalami status gizi kurus, sedangkan 44 (96%) responden

dengan status gizi normal. Responden dengan pemberian porsi MP-ASI yang kurang

cukup yaitu sebanyak 5 responden yang semuanya memiliki status gizi normal dinilai

dari indikator BB/PB.

Hasil dari uji analisa menggunakan chi-square didapatkan p value 0,634 (p ≥

0,05) yang menunjukan tidak ada hubungan porsi pemberian MP-ASI dengan status

gizi.

Tabel 5.27 Tabulasi Silang Hubungan Porsi Pemberian MP-ASI Dengan Status
Gizi (BB/U)

Pemberian MP-ASI Status Gizi (BB/U)


Total p value
(Porsi) Gizi Kurang Gizi Baik

Tidak Cukup 1 45 46

Kurang Cukup 0 5 5 0,739

Total 1 50 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.27 responden dengan pemberian porsi MP-ASI yang cukup

sebanyak 46 responden. Sebanyak 1 (2,2%) responden mengalami status gizi kurang,


sedangkan dengan status gizi yang baik sebanyak 45 (97,8%) responden. Responden

dengan porsi pemberian yang kurang cukup sebanyak 5 responden dengan persentase

100% semua responden tersebut dikategorikan status gizi yang baik.

Hasil dari uji analisa statistik menggunakan chi-square menunjukan p value

sebsar 0,734 (p ≥ 0,05) yang menunjukan tidka ada hubungan antara porsi pemberian

MP-ASI terhadap status gizi dinilai dari indikator BB/U.

Tabel. 5.28 Tabulasi Silang Hubungan Porsi Pemberian MP-ASI Dengan


Status Gizi (PB/U)
Status Gizi (PB/U)
Pemberian MP-ASI
Sangat Normal Total p value
(Porsi) Pendek
Pendek

Tidak Cukup 1 5 40 46

Kurang Cukup 0 2 3 5 0,193

Total 1 7 43 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.28 didapatkan hasil porsi pemberian MP-ASI yang tidak

cukup sebanyak 46 responden, dengan 1 (2%) memilik status gizi sangat pendek, 5

(11%) responden mengalami status gizi yang pendek, sedangkan 40 (87%) responden

dengan status gizi yang normal. Jumlah responden dengan pemberian MP-ASI yang

kurang cukp sebanyak 5 responden, masing-masing dengan jumlah 2 (40%) respondn


mengalami status gizi yang pendek, sedangkan 3 (60%) responden dengan status gizi

normal.

Hasil uji analisa menggunakan chi-square menunjukan hasil p value sebesar

0,193 (p ≥ 0,05) yang menunjukan tidak terdapat hubungan pemberian poprsi terhadap

status gizi berdasarkan indikator PB/U.

f. Usia Ibu Balita terhadap Ketepatan Pemberian MP-ASI

Tabel 5.29 Tabulasi Silang Hubungan Usia Ibu Balita Dengan Frekuensi
Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI
Usia Ibu Balita (Frekuensi) Total p value
3 kali 2 kali 1 kali

Reproduktif Sehat 23 22 2 47

Reproduktif Tua 2 2 0 4 0,914

Total 25 24 2 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan dari tabel 5.29 responden dengan usia reproduktif sehat berjumlah

47 responden. Responden dengan usia reproduktif sehat yang frekuensi pemberian MP-

ASInya 3 kali sehari sebanyak 23 (49,9 %) responden, sedangkan 22 (46,8%)

responden dengan frekuensi pemberian MP-ASI 2 kali sehari, dan 2 (4,3%) responden

lainnya frekuensi pemberian MP-ASInya 1 kali sehari. Responden dengan usia

reproduktif tua berjumlah 4 responden, 2 (50%) responden memberikan MP-ASI


dengan frekuensi 3 kali sehari, dan 2 (50%) responden lainnya memberikan MP-ASI

dengan frekuensi 2 kali sehari.

Hasil dari uj statistik menggunakan chi-square didapatkan p value sebesar 0,

914 (p ≥ 0,05) yang menunjukan tidak ada hubungan antara usia ibu balita dengan

frekuensi pemberian MP-ASI.

Tabel 5.30 Tabulasi Silang Hubungan Usia Ibu Balita dengan Komposisi
Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI
Usia Ibu Balita (Komposisi) Total p value
Lengkap Tidak lengkap

Reproduktif Sehat 17 30 47

Reproduktif Tua 1 3 4 0,654

Total 18 33 51

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 5.30 didapatkan hasil jumlah responden dengan reproduktif

sehat sebanyak 47 responden, yang 17 (36,2%) responden memberikan MP-ASI

dengan komposisi lengkap, sedangkan 30 (63,8%) responden lainnya memberikan MP-

ASI dengan komposisi tidak lengkap. Jumlah responden dengan usia reproduktif tua

sebanyak 4 responden, 3 diantaranya memberikan MP-ASI dengan komposisi yang

tidak lengkap (75%), sedangkan 1 (25%) lainnya memberikan MP-ASI dengan

komposisi lengkap.
Berdasarkan uji statistik dengan chi-square menunjukan p value sebesar 0,654

(p ≥ 0,05) dengan demikian tidak ada hubungan usia ibu dengan komposisi pemberian

MP-ASI.

Tabel 5.31 Tabulasi Silang Hubungan Usia Ibu Balita dengan Porsi
Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI (Porsi)
Usia Ibu Balita Total p value
Tidak cukup Kurang cukup

Reproduktif Sehat 43 4 47

Reproduktif Tua 3 1 4 0,347

Total 46 5 51

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.31 didapatkan hasil jumlah responden dengan reproduktif

sehat sebanyak 47 responden, yang 43 (91,5%) responden memberikan MP-ASI

dengan porsi tidak cukup, sedangkan 4 (8,5%) responden lainnya memberikan MP-ASI

dengan porsi kurang cukup. Jumlah responden dengan usia reproduktif tua sebanyak 4

responden, 3 diantaranya memberikan MP-ASI dengan porsi yang tidak cukup (75%),

sedangkan 1 (25%) lainnya memberikan MP-ASI dengan porsi kurang cukup.

Berdasarkan uji statistik dengan chi-square menunjukan p value sebesar 0,347

(p ≥ 0,05) dengan demikian tidak ada hubungan usia ibu dengan porsi pemberian MP-

ASI.
5.2 Pembahasan

A. Distribusi Balita Berdasarkan Waktu Pemberian Mp-Asi (Nasi Tim)

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 20 responden dari 51

responden diberikan MP-ASI (nasi tim) tidak tepat waktu dengan persentase 39,2%,

sedangkan 31 responden lainnya memberikan MP-ASI (nasi tim) tepat waktu dengan

persentase 60,8%. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Kusmiyati (2014) yang menunjukan pemberian MP-ASI dini lebih tinggi

sebanyak 36 responden dari 59 responden dengan persentase 61%, sedangkan

pemberian MP-ASI tepat waktu sebanyak 23 responden dengan persentase 39%. Hasil

dari penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil peneiltian yang dilakukan oleh

Nuranitha (2013) yang menunjukan dari 70 bayi didapatkan 61,4% diberikan MP-ASI

tepat waktu, sedangkan 38,6% diberikan MP-ASI tidak tepat waktu.

B. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian MP-ASI

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada hubungan tingkat pendidikan

terhadap frekuensi pemberian MP-ASI. Hasil ini dibuktikan dengan uji statistik

menggunakan chi-square dengan nilai p value sebesar 0,023 (p ≤ 0,05). Hasil dari
penelitian diartikan semakin tinggi pendidikan semakin tinggi frekuensi makanan yang

diberikan terhadap balita usia 8-12 tahun. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kusmiyati (2014) yang hasil penelitiannya tidak terdapat

hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemberian MP-ASI. Namun tingkat

pendidikan tidak mempengaruhi pengetahuan terhadap pemberian MP-ASI. Hal ini

dikarenakan pengetahuan tidak hanya didapat dari pendidikan formal namun bisa juga

dari pendidikan nonformal seperti dari pengalaman sendiri, promosi kesehatan, dan

media cetak serta elektronik lainnya (Notoatmodjo, 2010).

C. Hubungan Pekerjaan Terhadap Pemberian MP-ASI

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diuji menggunakan uji statistik chi-

square nilai p value yang didapatkan sebesar 0,743 (p ≥ 0,05) yang menunjukan tidak

ada hubungan pekerjaan terhadap pemberian MP-ASI. Hasil dari penelitian ini selaras

dengan penelitian yang dilakukan Septiana (2010). Menurut Septiana (2010) pekerjaan

responden dalam penelitiannya sebagian besar adalah ibu rumah tangga, namun

pekerjaan responden dalam penelitiannya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pemberian MP-ASI dan status gizi balita. Penelitian ini juga tidak berbeda dengan hasil

dari penelitian Kusmiyati (2014). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kristianti (2013) dengan hasil tidak ada hubungan antara pekerjaan

dengan status gizi pada anak. Hal ini dikarenakan terdapat faktor lain seperti

pendapatan keluarga dan dukungan dari keluarga. Pengaruh pendapatan keluarga

dengan status gizi dapat berpengaruh terhadap daya beli dalam memenuhi status gizi
terutama balita atau anak maupun anggota keluarga lainnya (Kristianti, 2013).

Keluarga dengan pendapatan tinggi kemungkinan akan baik dalam memenuhi

kebutuhan khususnya status gizi balita, namun dalam penelitian pendapatan keluarga

tidak ditanyakan atau diteliti oleh peneliti sehingga ini merupakan kelemahan dalam

penelitian ini.

D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Pemberian MP-ASI

Hasil analisis responden hubungan tingkat pengetahuan terhadap porsi dan

frekuensi, serta komposisi pemberian MP-ASI menunjukan tidak terdapat hubungan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosnah (2013) yang hasilnya

tidak berhubungan antara pengetahuan ibu balita dan pemberian MP-ASI. Namun hasil

dari penelitian yang dilakukan oleh Kristianti (2013) dan Kulas (2013) tidak sejalan

dengan hasil dalam penelitian ini. Adanya pengaruh pendidikan formal yang tinggi

akan berdampak terhadap pengetahuan ibu tentang status gizi anaknya.

E. Hubungan Pemberian MP-ASI terhadap Status Gizi

Hasil penelitian pada balita usia 8-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mujur

berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square menunjukan hasil, tidak

didapatkannya hubungan antara pemberian MP-ASI terhadap status gizi balita usia 8-

12 bulan. Hal ini menurut Wargiana (2014) karena status gizi tidak hanya dipengaruhi

oleh dari faktor eksternal seperti dari keluarga yang memberikan MP-ASI dengan
frekuensi, porsi maupun dengan komposisi yang berbeda, tetapi juga dari faktor

genetik. Berdasarkan hasil dari penelitian ini frekuensi pemberian MP-ASI tidak

berhubungan dengan status gizi. Hal ini bisa dari pemberian ASI yang lebih banyak

dibanding dengan frekuensi pemberian MP-ASI pada balita. Pemberian ASI dengan

frekuensi yang lebih banyak akan menunjang status gizi sehingga pertumbuhan dan

perkembangan tercapai dengan optimal (Nurjanah, 2015). Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wargiana (2014) yang menunjukan

pemberian MP-ASI berhubungan dengan status gizi pada balita.

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Fitriana pada tahun 2014, dari

penelitian tersebut didapatkan hasil, tidak ada hubungan antara pemberian MP-ASI

terhadap status gizi bayi usia 8-12 bulan. Namun dari penelitian ini terdapat perbedaan

cara penelitian dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2014). Perbedaannya

penelitian yang dilakukan Fitriana (2014) menggunakan metode penelitian case control

sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode cross sectional, meski demikian

terdapat kesamaan dalam hasil penelitian.

Berdasarkan dari hasil wawancara penelitian menggunakan kuisioner,

responden menjelaskan saat pemberian MP-ASI porsi dan frekuensinya tidak banyak

yang diberi ke balitanya, hal ini dianggap akan menyebabkan balitanya muntah dan

diare karena organ pencernaan yang belum bisa menerima asupan selain dari ASI.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmani (2010) dan

Sakti (2013) yang dimana terdapat hubungan antara frekuensi pemberian MP-ASI
terhadap status gizi. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sakti (2013) juga

terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian MP-ASI dengan status

gizi balita berdasarkan indikator BB/U. Namun dari hasil penelitian Sharm (2013) yang

dalam penelitiannya meneliti mengenai frekuensi pemberian jenis asupan makanan

MP-ASI terhadap status gizi menunjukan bahwa frekuensi pemberian MP-ASI tidak

berhubungan dengan status gizi. Hal ini menunjukkan anak yang diberi MP-ASI

dengan frekuensi yang tidak tepat kemungkinan tidak mempunyai resiko yang lebih

besar dengan status gizi obesitas berdasarkan indikator BB/PB . Hal ini tergantung dari

jenis MP-ASI, komposisi yang terkandung dalam MP-ASI serta kebersihan dalam

pemberian MP-ASI. Penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan

Morison (2016) tidak ada hubungan porsi pemberian MP-ASI terhadap status gizi. Hal

ini dipengaruhi oleh karena pemberian yang mungkin terlalu banyak akan

menimbulkan resiko tersedak atau muntah pada balita.

F. Hubungan Usia Ibu Balita terhadap Pemberian MP-ASI

Berdasarkan tabel 7.3 dan tabel 7.4 didapatkan hasil tidak ada hubungan usia

ibu balita terhadap pemberian MP-ASI, hal ini dibuktikan dengan uji statistik

menggunakan chi-square yang nilai p value masing-masing 0,914 dan 0,654 dengan

perbandingan nilai p ≥ 0,05 yang dapat diartikan tidak ada hubungan antara usia ibu

balita terhadap pemberian MP-ASI. Penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rosnah (2013) dan Liswati (2016). Hasil dari penelitian menunjukan

tidak ada hubungan antara usia ibu dengan pemberian MP-ASI.


5.3 Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kadar zat gizi yang bisa dinilai

dari Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP) menurut Ukuran Rumah Tangga (URT)

terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk mengetahui kebutuhan harian balita

usia 8-12 bulan.

Instrumen kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini komponen

pertanyaannya kurang mendalam terhadap pengetahuan, dan tidak ada komponen

pertanyaan mengenai pendapatan perhari dari Kepala Keluarga Responden.

Dari teknik wawancara menggunakan kuisioner mengenai pengetahuan kurang

mendalam sehingga ada jawaban yang bias seperti adanya ibu yang mengikuti jawaban

dari responden lainnya yang sebelumnya ditanya. Hal tersebut yang dapat

mempengaruhi hasil dari komponen pengetahuan.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak ada hubungan pemberian MP-ASI terhadap status gizi balita usia 8-12

bulan di wilayah kerja Puskesmas Mujur Kabupaten Lombok Tengah

2. Tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan terhadap pemberian MP-ASI baik

dari segi porsi dan komposisi pada balita usia 8-12 bulan, namun terdapat hubungan

antara pendidikan terhadap frekuensi pemberian MP-ASI

3. Tidak terdapat hubungan pekerjaan, pengetahuan terhadap pemberian MP-ASI

baik dari segi frekuensi, porsi dan komposisi pada balita usia 8-12 bulan di wilayah

kerja Puskesmas Mujur Kabupaten Lombok Tengah.

6.2 Saran

1. Diharapkan adanya penyampaian informasi yang lebih detail mengenai status gizi

dan yang mempengaruhi apa saja menurut beberapa indikator seperti BB/U, PB/U, dan

BB/PB. Diharapkan dari informasi tersebut persepsi tentang status gizi tidak keliru

seperti proporsi tubuh balita yang terlihat gizi baik jika dilihat dari indikator BB/PB,

meski demikian belum tentu proporsi tubuh dalam indikator PB/U baik.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan atau pengaruh usia ibu,

pendapatan ibu atau kepala keluarga terhadap pemberian MP-ASI khususnya nasi tim.
Daftar Pustaka

Almatsier S. (2009), Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arisman. (2009), Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Ed 2. Jakarta:
EGC.

Ayu, Sri Dara. (2008), Pengaruh Program Pendampingan Gizi Terhadap Pola Asuh,
Kejadian Infeksi Dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein., Universitas
Diponegoro., Semarang.

Dinkes. (2014). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Fitriana, Inttan Eka,. (2013). Dampak Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping
AsiTerhadap Status Gizi Bayi Usia 8-12 Bulan di Kecamatan Seberang Ulu I
Palembang. Vol 15. Sari Pediatri. Available at:
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/255/201.

IDAI., (2015), Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Buki pada Bayi dan
Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi., Unit Kerja Koordinasi Nutrisi
dan Penyakit Metabolik IDAI.

Kemenkes. (2014), Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak, Direktorat
Bina Gizi dan KIA, Jakarta. Available at: http://mca-indonesia.go.id/wp-
content/uploads/2016/05/Panduan-Penyelenggaraan-PMBA.pdf.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Gizi Seimbang.Direktur Bina Gizi dan
KIA, Jakarta. Available at:
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/PGS%20Ok.pdf.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Makanan Sehat Untuk Bayi. Direktorat Bina Gizi.
Subdit Bina Gizi Klinik. Available at: http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2013/09/Brosur-Makanan-Sehat-untuk-Bayi1.pdf.

Kristianti, Devi., Dkk. (2013). Hubungan antara karakteristik pekerjaan ibu dengan
status gizi anak usia 4-6 tahun di TK Salomo Pontianak. Available at:
Http://Download.Portalgaruda.Org/Article.Php?Article=111583&Val=5161.

Kulas., Els Ivi. (2013). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi) Pada Bayi Di Puskesmas Bitung Barat Kota
Bitung. Available at:
http://ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.php/gizido/article/view/249

Kuntjojo.(2009), Metodologi Penelitian., Kediri. Available at:


https://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf.

Kusmiyati, dkk., (2014). Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu


Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP – ASI ) Pada Bayi Di
Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Vol 2. Manado. Jurnal
Ilmiah Bidan.

Lestari, M.U., Lubis, G., 13& Pertiwi, D. (2014). Hubungan Pemberian Makanan
Pendamping Asi (MP-ASI) dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun di Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Available at: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/83.
[Accessed 15 Agustus 2016].

Liswati, Elvy. (2016). Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita
Yang Memiliki Jamkesmas Di Desa Tegal Giri Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali. Available at:
http://eprints.ums.ac.id/42812/1/1.naskah%20publikasi.pdf.

Morison BJ, Taylor RW, Haszard JJ, et al How different are baby-led weaning and
conventional complementary feeding? A cross-sectional study of infants aged
6–8 months BMJ Open 2016;6:e010665. doi: 10.1136/bmjopen-2015-010665

Muthmainnah., Fithriatul. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pengetahuan Ibu Dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu Di
Puskesmas Pamulang 2010. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta: Jakarta. Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2398/1/FITHRIAT
UL%20MUTHMAINNAH-FKIK.pdf

Notoadmodjo, S. (2010),Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurbaiti.,Lina. (2014). Kebiasaan makan balita stunting pada masyarakat Suku Sasak:
Tinjauan 1000 hari pertama kehidupan (HPK). vol 27. Surabaya. Journal
Masyarakat Kebudayaan dan Politik.

Nuranitha, R. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping Asi
(Mp-Asi), Umur Pertama Pemberian Dan Kesesuaian Porsi Mp-Asi Dengan Status
Gizi Bayi Umur 7-12 Bulan Di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar.
Available At: Http://Eprints.Ums.Ac.Id/23651/12/Naskah_Publikasi.Pdf.

Nurjanah, Siti., (2015). Asi Eksklusif Meningkatkan Perkembangan Bayi Usia 6-12
Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Urip Surabaya. Vol 8. Surabaya.
Junral Ilmiah Kesehatan.

Rahman, R., Hakim, B. H. A., & Salmah, A. U. (2015). Determinan Yang Berhubungan
Dengan Pemberian Mp-Asi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kelurahan Lalombaa
Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka. Available at:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/13100/RISKIAH%2
0RAHMAN%20K11112602.pdf?sequence=1.

Rahmawati, Rita., (2014). Gambaran Pemberian mp-asi pada bayi usia kurang dari 6
bulan di wilayah kerja puskesmas kecamatan pesanggrahan jakarta selatan
tahun 2014. Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25724/1/RITA%20
RAHMAWATI.pdf

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) . (2013), Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Available at: http://
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.
pdf. [Accessed 15 Agustus 2016].

Rosnah. Faktor pada perilaku ibu dalam pemberian MPASI anak 6-24 bulan di
Puskesmas Perumnas, Kendari. J Gizi dan Diet Indones. 2013;1(1):51–7.

Sakti., Eka Risky. (2013). Hubungan Pola Pemberian Mp-Asi Dengan Status Gizi Anak
Usia 6-23 Bulan Di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun
2013. Avvailable at: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5480

Septiana,, rika. (2010). Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi
(Mp-Asi) Dan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gedongtengen Yogyakarta. Vol 4. Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Sharm, Sangita. (2013). Assessing Dietary Intake Among Infants And Toddlers 0–24
Months Of Age In Baltimore, Maryland, Usa. Nutrition Journal, 12(1), p. 52-
59.

Supariasa. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC


Unicef. Paket Konselling. Pemberian Makan Bayi Dan Anak. Available at:
https://www.unicef.org/indonesia/id/PaketKonseling-3Logos.pdf.

UNICEF and the Global Strategy on Infant and Young Child Feeding ( GSIYCF )
Understanding the Past – Planning the Future. , pp.1–72. Available at:
http://www.unicef.org/nutrition/files/FinalReportonDistribution.pdf.
[Accessed 15 Agustus 2016].

Wargiana, (2013). Hubungan Pemberian Mp-Asi Dini Dengan Status Gizi Bayi Umur
0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember. Vol.
1. Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai