Anda di halaman 1dari 89

HUBUNGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DENGAN

KEMAMPUAN KOGNITIF, STATUS NUTRISI DAN PRESTASI BELAJAR


PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA SIKAPAS
KABUPATEN MANDAILING NATAL

TESIS

PUTRI HASRIA SRI MURNI

147041088 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DENGAN
KEMAMPUAN KOGNITIF, STATUS NUTRISI DAN PRESTASI BELAJAR
PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA SIKAPAS
KABUPATEN MANDAILING NATAL

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) dalam Program


Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak-Spesialis
Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

PUTRI HASRIA SRI MURNI

147041088 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths Dengan


Kemampuan Kognitif, Status Nutrisi Dan Prestasi
Belajar pada Anak Sekolah Dasar di Desa Sikapas
Kabupaten Mandailing Natal

Nama Mahasiswa : Putri Hasria Sri Murni


Nomor Induk Mahasiswa : 147041088
Program Studi : Magister Kedokteran klinik
Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Anak

Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K)) (Dr. Hj. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc, CM-FM, M.Pd.Ked )
NIP. 195010301978021001 NIP. 196705271999032001

Ketua Program Studi Dekan


Magister Kedokteran Klinik

(Dr. dr. Rodiah R. Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M(K)) (Dr.dr.Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K))
NIP. 197604172005012002 NIP. 196605241992031002

i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada
Tanggal : 31 Mei 2017
Penguji :

Penguji I Penguji II

(Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji, Sp.A(K)) (dr. Supriatmo, M.Ked(Ped), Sp.A(K))
NIP. 195103021977111001 NIP. 196508211991011001

Penguji III

dr. Johannes H. Saing, M.Ked(Ped), Sp.A(K)


NIP. 197201292000031001

Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Kesehatan Anak
FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan

(dr. Supriatmo, M.Ked(Ped), Sp.A(K))


NIP. 196508211991011001

ii
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN

Hubungan Infeksi Soil Transmitted helminth Dengan Kemampuan


Kognitif, Status Nutrisi, dan Prestasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar
Di Desa Sikapas Kabupaten Mandailing Natal

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2019

Putri Hasria Sri Murni

iii
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang merupakan

salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan magister kedokteran

di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Dengan selesainya penulisan tesis ini, saya ingin menyampaikan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum sebagai rektor Universitas

Sumatera Utara

2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) sebagai dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) sebagai Ketua

Program Studi Magister Kedokteran Klinik

4. Dr. Supriatmo, M.Ked(Ped) Sp.A(K) selaku kepala Departemen Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5. dr. Selvi, M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku ketua program studi Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

6. Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K) sebagai pembimbing pertama dan Dr.

Hj. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc, CM-FM, M.Pd.Ked sebagai pembimbing

iv
Universitas Sumatera Utara
kedua yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing

saya dalam menyelesaikan tesis ini

7. Prof. Dr. Atan Baas Sinuhaji Sp.A(K), dr. Supriatmo, M.Ked(Ped),

Sp.A(K), dan dr.Johannes H Saing, M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku penguji

yang telah memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki tesis ini

8. Seluruh dosen dan staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

9. Bupati Kabupaten Mandailing Natal, Kepala Kecamatan Muara Batang

Gadis, Kepala Desa Singkuang, dan Kepala Sekolah SD N 384 Sikapas

yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian di wilayah dan

instansi yang mereka pimpin

10. Seluruh guru dan siswa SD N 384 Sikapas yang telah berpartisipasi

dalam penelitian ini

11. Tim Penelitian Singkuang yang telah bekerjasama dengan baik dalam

menyelesaikan penelitian di lokasi tersebut

12. Suami saya H. Firmansyah, SE, Mars yang telah memberikan kasih

sayang serta memberi dukungan penuh dalam menyelesaikan tesis ini

13. Ayahanda saya H.Hasballah dan Ibunda saya Hj.Nilawati yang telah

melahirkan, membesarkan, dan mendidik saya serta memberi dukungan

penuh dalam menyelesaikan tesis ini

14. Mertua saya H.M.Nur Abubakar Dan Hj.Radiah, S.Pd yang telah memberi

dukungan penuh dalam menyelesaikan tesis ini

v
Universitas Sumatera Utara
15. Abang kandung saya yang pertama Fajrillah,S.kom,M.Si,M.Kom dan istri

Nursiti Nasution, yang kedua Zulfikrillah, SE.AK dan istri Dr.Edhesty

Diona, yang ketiga Mahyunillah, SE dan istri Fitri Ariyanti SE, dan kakak

kandung saya Hijria Hasni,S.Kep dan abang kandung saya Jefri Hasni

16. Teman-teman PPDS dan teman sejawat yang lain, yang tidak dapat saya

sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu saya dalam

pengerjaan tesis ini.

Saya berharap tesis ini dapat bermanfaat untuk pelayanan kesehatan

masyarakat, pendidikan dan penelitian selanjutnya. Saya juga menyadari

bahwa tesis ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaanya. Akhir kata, saya

berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang

menggunakannya.

Medan, Januari 2019

Penulis

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i
Pernyataan iii
Ucapan Teima Kasih iv
Daftar Isi vii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Singkatan xii
Abstrak xiii

BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Hipotesis 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.4.1. Tujuan Umum 3
1.4.2. Tujuan Khusus 4
1.5. Manfaat Penelitian 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka


2.1. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) 5
2.1.1. Definisi infeksi STH 5
2.1.2. Epidemiologi Infeksi STH 5
2.1.3. Morfologi dan siklus hidup 6
2.1.3.1. Morfologi dan siklus hidup Ascaris Lumbricoides 6
2.1.3.2. Morfologi dan siklus hidup Trichuris Trichiura 8
2.1.3.3. Morfologi dan siklus hidup cacing tambang
(Ancylostoma duedenale dan Necator americanus) 11
2.1.4. Gejala klinis 15
2.1.4.1. Gejala klinis Ascaris Lumbricoides 15
2.1.4.2. Gejala klinis Trichuris Trichura 17
2.1.4.3. Gejala klinis Ancylostoma Duodenale dan Necator
Americanus 17
2.1.5. Diagnosis Infeksi STH 18
2.1.6. Patogenesis Infeksi STH 20
2.1.7. Penatalaksanaan dan pencegahan Infeksi STH. 21
2.2. Kemampuan Kognitif 23
2.2.1. Defenisi Kemampuan kognitif. 23
2.2.2. Wechsler Intellegence Scale forChildren. 24
2.3. Status Nutrisi 27

vii
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Defenisi status nutrisi 27
2.4. Prestasi belajar 28
2.4.1. Defenisi prestasi belajar 28
2.4.2. Penilaian prestasi belajar 29
2.5. Hubungan antara Infeksi STH dengan kemampuan
kognitif 29
2.6. Hubungan antara Infeksi STH dengan status nutrisi 33
2.7. Hubungan antara Infeksi STH dengan prestasi belajar 33
2.8. Kerangka teori 34
2.9. Kerangka Konsep 35

BAB 3 Metode Penelitian


3.1. Desain Penelitian 36
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 36
3.3. Populasi dan sampel 36
3.4. Perkiraan Besar Sampel 37
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 38
3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan/Informed Consent 38
3.7. Etika penelitian 38
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 39
3.8.1 Cara Kerja 39
3.8.2 Alur Penelitian 40
3.9. Identifikasi Variabel 41
3.10. Pengolahan Data dan Analisa. 41
3.11. Definisi Operasional. 42

Bab 4 Hasil Penelitian


4.1. Karakteristik Umum Peserta Penelitian. 45
4.2. Hasil Analisis univariat Distribusi Frekuensi Peserta
Penelitian berdasrakan Infeksi STH 46
4.3. Hasil Analisis Bivariat 48
4.3.1. Hubungan infeksi STH dengan kemampuan kognitif 48
4.3.2. Hubungan infeksi STH dengan status nutrisi 48
4.3.3. Hubungan infeksi STH dengan prestasi belajar 49

Bab 5 Pembahasan
5.1. Prevalensi Soil Transmitted Helminths 50
5.2. Infeksi Solil Transmitted Helminths dan Status Nutrisi 50
5.3. Infeksi Solil Transmitted Helminths dan kemamuan
Kognitif 53
5.4. Infeksi Solil Transmitted Helminths dan Prestasi
Belajar 53

viii
Universitas Sumatera Utara
Bab 6 Kesimpulan Dan Saran
6.1. Kesimpulan 55
6.2. saran 55

Bab 7 Ringkasan 57

Daftar Pustaka 59

Lampiran
1. Personil Penelitian
2. Biaya Penelitian
3. Jadwal Penelitian
4. Naskah Penjelasan Kepada Orang Tua
5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
6. Lembar Isian
7. Hasil Pemeriksaan Psikologis
8. Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Intensitas Infeksi STH 20

Tabel 2.2. Pembagian Status Nutrisi Berdasarkan Antropometri 28

Tabel 3.1. Definisi Operasional 42

Tabel 4.1. Karakteristik Umum Peserta Penelitian 46

Tabel 4.2. Hasil Analisis univariat Distribusi Frekuensi Peserta

Penelitian berdasrakan Infeksi STH 47

Tabel 4.3.1. Hubungan infeksi STH dengan status nutrisi 48

Tabel 4.3.2. Hubungan infeksi STH dengan kemampuan kognitif 49

Tabel 4.3.3. Hubungan infeksi STH dengan prestasi belajar 49

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Cacing Dewasa Ascaris Lumbricoides 6

Gambar 2.2. Siklus Hidup Ascaris Lumbricoides 8

Gambar 2.3. Telur dan cacing dewasa Trichuris Truchura 9

Gambar 2.4. Siklus hidup Trichuris trichura 11

Gambar 2.5. Telur cacing tambang 13

Gambar 2.6. Siklus hidup Hookworm 15

Gambar 2.7. Kerangka Teori 34

Gambar 2.8. Kerangka Konsep 35

Gambar 3.1. Diagram Alur penelitian 40

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN

IgE : Imunoglobuli E

IQ : Intelegence

NTDs : Negleted Tropical Diseases

PS : Processing Speed

P2PL : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan

SD : Sekolah Dasar

STH : Soil Transmitted Helminth

UKS : Unit Kesehatan Sekolah

VC : verbal Comprehension

WHO : World Health Organization

WISC : Weshler Intelligence Scale For Children

WPSSI : Weshler Preschool and Primary Scale Of


Intelligence

WM : Working Memory

xii
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths dengan Kemampuan
Kognitif, Status Nutrisi, dan Prestasi Belajar pada Anak Sekolah Dasar
di Desa Sikapas Kabupaten Mandailing Natal

Putri Hasria Sri Murni1, Munar Lubis1, Isti Ilmiati Fujiati2

Departemen Ilmu Kesehatan Anak1, Departemen Kedokteran Komunitas2,


Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

ABSTRAK
Latar belakang: Prevalensi soil transmitted helminths (STH) pada anak di
Indonesia, terutama di Provinsi Sumatera Utara, masih tinggi. Infeksi STH
diduga dapat menghambat tumbuh kembang dan mempengaruhi
kemampuan kognitif anak.
Tujuan: Mengetahui hubungan infeksi STH dengan kemampuan kognitif,
status nutrisi, dan prestasi belajar pada anak.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan di Desa Sikapas, Kabupaten
Mandailing Natal pada bulan Maret sampai April 2016. Sampel adalah murid
sekolah dasar yang tidak memiliki gangguan mental dan dipilih dengan
metode acak sederhana. Tinja diperiksa dengan metode Kato untuk menilai
infeksi STH. Dilakukan pengumpulan data antropometri dan rerata nilai ujian
untuk semua mata pelajaran pada bulan September 2015. Kemampuan
kognitif dinilai dengan metode WISC IV. Analisis dilakukan dengan uji chi
square dan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% dengan
Nilai P<0.05 dianggap signifikan.
Hasil: Sampel sebanyak 87 anak dengan rerata usia 10.2 (SB 1.75) tahun.
Proporsi penderita infeksi STH adalah 70,1%. Anak dengan infeksi STH
memiliki status nutrisi yang lebih baik dibandingkan anak tanpa infeksi STH
berdasarkan persentase berat badan menurut tinggi badan. Rerata nilai ujian
anak dengan infeksi STH lebih tinggi dibandingkan anak tanpa infeksi STH.
Hal sebaliknya dijumpai pada kemampuan kognitif. Tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara infeksi STH dengan status nutrisi (P=0.890),
kemampuan kognitif (P=0,384), dan prestasi belajar (P=0,317).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara infeksi STH dengan status
nutrisi, kemampuan kognitif, dan prestasi belajar.

Kata kunci: soil transmitted helminths, anak, kognitif, status nutrisi, prestasi
belajar

xiii
Universitas Sumatera Utara
Association between Soil Transmitted Helminths Infection and
Cognitive Performance, Nutritional Status, and Academic Achievement
in Elementary School Children in Sikapas Village, Mandailing Natal
Regency
Putri Hasria Sri Murni1, Munar Lubis1, Isti Ilmiati Fujiati2

Departments of Child Health1, Departement of Community Medicine2,


Medical School,University of Sumatera Utara, Medan, Indonesia

ABSTRACT
Background: The prevalence of soil transmitted helmints (STH) among
children in Indonesia, particularly in North Sumatera Province, remains high.
STH infection may cause delay in children’s growth and development and
lower their cognitive performance.
Objective: To determine the association between STH infection and
cognitive performance, nutritional status, and academic achievement.
Method: Cross-sectional study was conducted in Sikapas Village, Mandailing
Natal Regency from March to April 2016. Samples were students of
elementary school without mental disorders that obtained by simple random
sampling. Feces was investigated using Kato method to determine STH
infection. Antrophometric data and mean test marks from all school subjects
in September 2015 were collected. Cognitive performance was measured
using WISC IV method. Analysis was done using chi square test and Mann
Whitney test with Confidence interval 95% and P-value of <0.05 was
considered significant.
Results: Eighty-seven samples were enrolled with mean age 10.2 (SD 1.75)
year-old. The proportion of STH infection was 70,1%. Children with STH
infection had better nutritional status compared to children without STH
infection based on wight-for-height percentage and so was mean test marks.
The contrary condition was found regarding cognitive performance. There
was no significant association between STH infection and nutritional status
(P=0.890) with CI 95%, cognitive performance (P=0,384) with CI 95%, and
academic achievement (P=0,317).
Conclusion: There is no significant association between STH infection and
nutritional status, cognitive performance, and academic achievement in
children.

Keywords: soil transmitted helminths, children, cognitive, nutritional status,


academic achievement

xiv
Universitas Sumatera Utara
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Neglected tropical diseases (NTDs) berkembang di daerah yang miskin, di

area terpencil, pedesaan dan daerah kumuh perkotaan. Yang termasuk

dalam NTDs adalah infeksi soil transmitted helminths (STH), schistosomiasis,

filariasis limfatik, dan onchocerciasis.1 STH merupakan sekelompok parasit

nematoda yang menyebabkan infeksi pada manusia akibat kontak dengan

telur parasit atau larva yang berkembang di dalam tanah yang hangat dan

lembab di negara-negara tropis dan subtropis di dunia.2 Jenis cacing STH

yang sering ditemukan yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing

cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale

dan Necator americanus).1-3

Pada tahun 2010, World Health Assembly, dengan Resolusi 54.19,

menetapkan target global pengobatan 75% anak- anak usia sekolah

(biasanya dinyatakan sebagai anak- anak berusia 5 hingga 14 tahun) berisiko

menderita infeksi STH pada tahun 2011.1 World Health Organization (WHO)

tahun 2012 mengatakan bahwa lebih dari 2 milyar orang di seluruh dunia

terinfeksi STH. Dari seluruh anak-anak yang membutuhkan penatalaksanaan

di dunia, 42% terdapat di Negara-negara area Asia Tenggara yaitu 64%

berasal dari India, 15% berasal dari Indonesia, dan 13% berasal dari

1
Universitas Sumatera Utara
2

Bangladesh.4 Area ini merupakan lokasi terbesar pelaksanaan program

pencegahan infeksi STH. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), salah

satu masalah kesehatan yang sering dialami anak usia sekolah adalah

kecacingan.5 Hasil Survey kecacingan 2009 di Indonesia oleh Ditjen P2PL

menyebutkan 31,8% siswa Sekolah Dasar (SD) menderita kecacingan.

Dalam laporan hasil survey prevalensi infeksi cacing pada 10 propinsi tahun

2004, Sumatera Utara menduduki peringkat ke-3 (60.4%) dalam hal penyakit

cacingan setelah Sumatera Barat (82.3%) dan Nusa Tenggara Barat

(83.6%).6

Dampak penyakit STH terutama dikaitkan dengan masalah kronik dan

berbahaya bagi kesehatan dan kualitas hidup anak-anak yang terinfeksi.

Infeksi berat akan menganggu pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif

dan merupakan penyebab terjadinya defisiensi mikronutrien termasuk anemia

defisiensi besi (terutama oleh jenis Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus) yang menyebabkan buruknya performa di sekolah dan sering

tidak datang ke sekolah.2,7 Dalam penelitiannya di Filipina mendapatkan bukti

kuat adanya hubungan erat antara infeksi cacing dengan kemampuan

belajar, daya ingat dan verbal. Infeksi Ascaris lumbricoides dengan intensitas

sedang dan berat berhubungan dengan uji daya ingat yang menurun. Selain

itu juga ditemukan adanya hubungan antara infeksi Trichuris trichiura dengan

hasil uji verbal yang menurun.8 Pengobatan infeksi STH dengan albendazol

meningkatkan kemampuan kognitif dan full IQ score anak- anak.9

Universitas Sumatera Utara


3

Infeksi satu atau lebih STH dikaitkan dengan lebih buruknya

kemampuan kognitif, status nutrisi, dan performa di sekolah.10

Prevalensi Infeksi STH di Desa Singkuang Kabupaten Mandailing


11
natal secara keseluruhan sebesar 90,4%.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan pertanyaan:

Apakah terdapat hubungan infeksi STH dengan kemampuan kognitif, status

nutrisi dan prestasi belajar pada anak sekolah dasar di Desa Sikapas?

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan infeksi STH dengan kemampuan kognitif, status nutrisi

dan prestasi belajar pada anak sekolah dasar di Desa Sikapas.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan infeksi STH dengan kemampuan kognitif, status nutrisi

dan prestasi belajar pada anak sekolah dasar di Desa Sikapas .

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui rasio prevalensi infeksi STH terhadap kemampuan

kognitif, status nutrisi, dan prestasi belajar pada anak usia sekolah

dasar di Desa Sikapas .

Universitas Sumatera Utara


4

2. Mengetahui distribusi kemampuan kognitif pada anak usia sekolah

dasar di Desa Sikapas.

3. Mengetahui distribusi status nutrisi pada anak usia sekolah dasar di

Desa Sikapas.

4. Mengetahui distribusi prestasi belajar pada anak usia sekolah dasar

di Desa Sikapas.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti

mengenai pengaruh infeksi infeksi STH terhadap kemampuan kognitif,

status nutrisi dan prestasi belajar anak usia sekolah dasar.

2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan mengetahui pengaruh infeksi

STH terhadap kemampuan kognitif, status nutrisi dan prestasi belajar

anak usia sekolah dasar. Diharapkan pelayanan kesehatan dapat

mencegah dan menanggulangi keadaan infeksi STH pada anak usia

sekolah dasar.

3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan kontribusi dalam

mengembangkan strategi pencegahan dan penanggulangan infeksi STH

di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH)

2.1.1.Definisi Infeksi STH

STH merupakan sekelompok parasit nematoda yang menyebabkan infeksi

pada manusia akibat kontak dengan telur parasit atau larva yang

berkembang di dalam tanah yang hangat dan lembab dinegara-negara tropis

dan subtropis di dunia.2 STH mengacu pada cacing intestinal yang ditransmisi

melalui tanah.12

Jenis cacing STH yang sering ditemukan yaitu cacing gelang (Ascaris

lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang

(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus).1-3, 12,13

2.1.2.Epidemiologi Infeksi STH

STH bersifat endemis pada ke enam area WHO dan mempengaruhi lebih dari

2 milyar orang di seluruh dunia. Dari seluruh anak-anak (atau kurang dari

1%) terdapat di negara-negara area Eropa.3 Ascaris lumbricoides dan

Trichuris trichiura diperkirakan menginfeksi masing-masing 1,3 milyar orang

di seluruh dunia. Secara geografis, insidensi infeksi parasit ini bervariasi.

Prevalensi infeksi Ascaris lumbricoides yang tinggi terdapat di Cina dan Asia

Tenggara.14

5
Universitas Sumatera Utara
6

2.1.3. Morfologi dan Siklus Hidup

2.1.3.1.Morfologi dan siklus hidup Ascaris Lumbricoides

Manusia merupakan satu-satunya host Ascaris lumbricoides. Penyakit yang

disebabkan parasit ini disebut askariasis. Prevalensi askariasis di Indonesia

termasuk dalam kategori tinggi yaitu memiliki frekuensi antara 60-90%.3

Ascaris lumbricoides berbentuk giling (silindris) memanjang, berwarna krem/

merah muda keputihan, panjangnya dapat mencapai 40 cm. Jangka hidup

(life span) cacing dewasa adalah 10-12 bulan. Ukuran cacing betina 20-35

cm dengan diameter 3-6 mm. Sedangkan ukuran cacing jantan 15-31 cm

dengan diameter 2-4 mm (lihat gambar 2.1.a). Mulut ascaris lumbricoides

memiliki tiga tonjolan bibir berbentuk segitiga, antara lain satu tonjolan

dibagian dorsal dan dua tunjulan dibagian ventrolateral. Pada bagian tengah

mulut terdapat rongga mulut (buccal cavity).2,14

A B

Gambar 2.1. A. Cacing Dewasa Ascaris Lumbricoides. B.Telur Cacing.


(Dikutip dari CDC, 2013 dan Bethony, 2006)

Universitas Sumatera Utara


7

Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir

sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan tidak dibuahi. Telur yang dibuahi,

besarnya ± 60x45 mikron, berbentuk oval, berdinding tebal dengan tiga

lapisan dan berisi ovum, sedangkan yang tidak dibuahi lebih besar yaitu

berukuran ± 90x40 mikron, berbentuk bulat lonjong atau tidak teratur,

dindingnya terdapat dua lapisan dan dalamnya bergranula (lihat gambar

2.1.b). Selain itu terdapat pula telur decorticated, yaitu telur yang tanpa

lapisan albumin atau albuminnya terlepas karena proses mekanik. Dalam

lingkungan tanah yang sesuai (tanah liat, kelembaban tinggi, dan suhu yang

berkisar antara 250-300C), telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk

infeksius dalam waktu ± 3 minggu.3

Bentuk infektif ini bila tertelan manusia,akan menetas menjadi larva di

usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah

atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke

paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus

masuk rongga alveolus, kemudian naik ke atas trakea melalui bronkioulus

dan bronkus. Dari trakea larva menuju faring, sehingga menimbulkan

rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk kedalam esophagus lalu menuju

ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan

waktu kurang lebih 2 bulan sejak telur tertelan sampai menjadi cacing

dewasa (lihat gambar 2.2.).14,15

Universitas Sumatera Utara


8

Gambar 2.2. Siklus Hidup Ascaris Lumbricoides. 1) Cacing dewasa, 2) telur


infertile dan telur fertile, 3) telur infeksius 4) masuk melalui makanan atau
tangan yang terkontaminasi 5) larva yang telah menetes, 6) masuk ke paru-
paru melalui pembuluh darah7) larva matur. (Dikutip dari CDC, 2015)

2.1.3.2.Morfologi dan siklus hidup Trichuris Trichiura

Trichuris trichiura tinggal di usus besar. Panjang cacing jantan dewasa

Trichuris trichura 30-45 mm dan cacing betina dewasa 35-50 mm. Tiga

perlima bagian anterior tubuh cacing berukuran kecil seperti cambuk, dilalui

oleh esophagus yang sempit dan menyerupai rantai merjan. Dua perlima

bagian posterior tubuh cacing melebar. Bagian ini berisi usus dan alat

Universitas Sumatera Utara


9

reproduksi. Bagian posterior cacing betina membulat tumpul. Vulva terletak di

perbatasan antara tubuh bagian anterior dengan tubuh bagian posterior.

Bagian posterior cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum dengan

selubung yang retraktil.2,14

Telur cacing Trichuris trichiura berukuran 50-54 x 22-23 mikron dan

berbentuk seperti tong anggur (barrel shaped) dengan adanya penonjolan

yang jernih pada kedua kutub yang terkenal sebagai mucoid plugs ( lihat

gambar 2.4.). Bagian luar kulit telur berwarna kekuningan-kuningan. Bagian

dalam telur jernih dan berisi massa yang tidak bersegmen. 14,16

Gambar 2.3. Telur dan Cacing Dewasa Trichuris trichiura


(Dikutip dari CDC, 2013).

Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari

antara 3000- 10.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron,

berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan pada kedua kutub

Universitas Sumatera Utara


10

dan dilengkapi dengan tutup (operkulum) dari bahan mucus yang jernih. Kulit

telur bagian luar berwarna kekuningan dan bagian dalamnya jernih.

Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur

tersebut matang dalam waktu 3-4 minggu dalam lingkungan yang sesuai,

yaitu tanah yang lembab dan tempat yang teduh.3,17

Hospes akan terinfeksi apabila hospes menelan telur infeksius

kemudian telur akan menetas di usus halus kemudian larva masuk ke usus

besar dan menjadi dewasa di kolon, terutama sekum (lihat gambar 2.5.).14,18

Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa

betina meletakkan telur kira-kira 30-90 hari.14

Universitas Sumatera Utara


11

Gambar 2.4. Siklus Hidup Trichuris trichiura (Dikutip dari CDC, 2013).

2.1.3.3.Morfologi dan Siklus Hidup Cacing Tambang (Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus)

Cacing tambang dewasa berukuran kecil, giling / silindris, dan berwarna

coklat muda atau merah muda keputihan. Cacing jantan dewasa Anylostoma

duodenale memiliki panjang 8-11 mm dan berdiameter 0,4-0,5 mm,

sedangkan cacing betina dewasa memiliki panjang 10-13 mm dan

berdiameter 0,6 mm. Bagian servikal cacing dewasa Ancylostoma duodenale

melengkung kearah dorso-anterior sehingga tampak seperti huruf C. Bagian

Universitas Sumatera Utara


12

posterior cacing jantan melebar membentuk bursa kopulatriks dan sepasang

spikula yang panjang. Cacing jantan dewasa Necator americanus memiliki

panjang 7-9 mm dan berdiameter 0,3 mm, sedangkan cacing betina dewasa

memiiliki panjang 9-11 mm dan berdiameter 0,4 mm. ujung anterior cacing

dewasa Necator americanus menekuk kearah dorsal sehingga tampak

seperti huruf S. Cacing jantan dewasa memiliki kopulatrik yang panjang dan

lebar.17,19

Hospes cacing Ancylostoma duodenale dan Necator americanus

adalah manusia. Cacing Ancylostoma duodenale menyebabkan

ankilostomiasis, sedangkan cacing Necator americanus menyebabkan

nekatoriasis. Cacing dewasa hidup di jejunum dan duodenum, dengan mulut

yang besar melekat pada mukosa dinding usus. Cacing dewasa Ancylostoma

duodenale mengeluarkan kira-kira 10.000-25.000 butir telur setiap hari,

sedangkan cacing dewasa Necator americanus mengeluarkan 5.000-10.000

butir telur setiap hari. Kedua telur cacing tambang berbentuk ovoid dengan

dinding telur yang tipis, di dalamnya terdapat beberapa sel, kira-kira 22-8 sel

dan memiliki ukuran 60-40 mikron dan identik secara morfologi (lihat gambar

2.5.). Telur yang dihasilkan oleh cacing dewasa keluar bersama dengan

feses ke lingkungan luar, apabila kondisi lingkungan optimal (lembab, hangat,

dan teduh) telur akan menetes pada tanah dalam 1-2 hari.14

Universitas Sumatera Utara


13

Gambar 2.5. Telur Cacing Tambang.2

Cacing tambang memiliki dua jenis larva yaitu larva rhabditiform dan

larva filariform. Larva rhabditiform berukuran 0,25-0,30 mm dan berdiameter

177 mikron. Mulutnya panjang dan sempit. Esofagus berbentuk seperti

tabung (bulbus oeshophagus) terletak di sepertiga anterior. Larva

rhabditiform keluar dari telur dan berkembang di dalam tinja atau tanah.

Larva rhabditiform akan mengalami pergantian kulit (moulting) sebanyak dua

kali dalam 5-10 hari. Selanjutnya, larva rhabditiform akan berkembang

menjadi larva filariform. Larva ini infektif dan dapat tetap hidup di lingkungan

luar selama 7-8 minggu pada kondisi lingkungan yang optimal.17,19,20

Larva filariform dikenal sebagai larva stadium tiga dan merupakan

stadium infeksius untuk manusia. Pada fase ini, larva infektif Necator

Universitas Sumatera Utara


14

americanus mempunyai selubung (sheathed larva) dari bahan kutikula dan

terdapat garis-garis transversal yang mencolok.19,20

Kontak antar kulit manusia dengan tanah yang telah terkontaminasi

menyebabkan larva filariform melakukan penetasi melalui folikel rambut dan

fisura kecil dalam beberapa menit (lihat gambar 2.7). Tempat penetrasi larva

filariform melalui sela-sela jari kaki atau bagian lateral punggung kaki. (Pada

petani, penetrasi larva ini melalui tangan). Larva filariform menembus

subkutan dan mencapai vena-vena kecil superficial, lalu memasuki aliran

darah ke jantung dan paru-paru. Larva menembus alveoli pulmonum,

percabangan bronkus, faring, lalu tetesan memasuki usus halus. Di usus

halus larva filariform mengalami pergantian kulit, menjadi larva stadium

empat, kemudian menjadi cacing dewasa. Diperlukan waktu 5 minggu atau

lebih dari infeksi larva stadium tiga sampai menjadi cacing dewasa yang

menghasilkan telur. Cacing Necator americanus dapat bertahan hidup

selama 3-5 tahun atau lebih, sedangkan cacing Ancylostoma duodenale

dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun.2,17,19-21

Universitas Sumatera Utara


15

Gambar 2.6. Siklus Hidup Hookworm. (Dikutip dari CDC, 2013)

2.1.4. Gejala Klinis

2.1.4.1.Gejala klinis Ascaris Lumbricoides

Gejala klinis Ascaris lumbrricoides menjadi gejala akut yang berhubungan

dangan migrasi larva melalui kulit dan visceral, serta gejala akut dan kronik

yang disebabbkan oleh infeksi parasit di saluran pencernaan oleh cacing

dewasa.2

Gejala klinis oleh larva Ascaris Lumbricoides biasanya terjadi pada

saat di paru. Pada orang yang rentan, terjadi pendarahan kecil di dinding

Universitas Sumatera Utara


16

alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai batuk, demam, dan

eosinofilia di paru. Antigen larva askariasis menyebabkan respon inflamasi

sehingga terbentuk infiltrat eosinofilik yang dapat dilihat pada pemeriksaan

foto toraks. Infiltrat tersebut menghilang dalam waktu tiga minggu.Kondisi ini

disebut dengan sindrom Loeffler.20 Gejala klinis oleh cacing dewasa

tergantung pada jumlah cacing, dan keadaan gizi penderita umumnya, hanya

infeksi dengan intensitas yang sedang dan berat pada saluran pencernaan

apat menimbulkan gejala klinis. Cacing dewasa Ascaris Lumbricoides yang

terdapat dalam jumlah banyak pada usus halus dapat menyebabkan

intoleransi serta malabsorpsi vitamin A dan bahan nutrisi lainnya, di mana

dapat mengakibatkan kekurangan gizi dan gangguan pertumbuhan. 2,20

Pada anak-anak,cacing dewasa dapat beragregasi kedalam ileum dan

mengakibatkan obstruksi parsial karena ukuran lumen ileum yang kecil.

Berbagai konsekuensi yang berat dapat terjadi, antara lain intususepsi,

volvulus, dan perforasi usus keadaan peritonitis dapat berakibat fatal,

walaupun anak tersebut dapat bertahan, Cacing dewasa yang berpindah

tempat dapat mati dan menyebabkan peritonitis granulomatosa kronis.

Secara khusus, anak yang mengalami obstruksi oleh Ascaris lumbricoides

memiliki keadaan toksik dengan tanda dan gejala peritonitis.2

Universitas Sumatera Utara


17

2.1.4.2 Gejala Klinis Trichuris trichiura

Banyak penderita trikuriasis tidak memiliki gejala dan hanya di dapati

keadaan eosinofilia pada pada pemeriksaan darah tepi.19 Pada trikuriasis,

inflamasi pada tempat perlekatan cacing dewasa dalam jumlah besar dapat

menyebabkan kolitis.2 Anak-anak yang menderita kolitis akibat trikuriasis

kronis akan mengalami nyeri abdomen kronis, diare, anemia, defisiensi besi,

gangguan pertumbuhan, serta clubbing fingers. Anak-anak tersebut beresiko

menderita sindrom disentri trikuris. Keadaan ini ditandai dengan tenesmus

dengan banyak feses yang mengandung banyak mukus dan darah. Prolapus

rektus sering terjadi dan cacing dewasa dapat ditemukan pada mukosa yang

prolaps.19

2.1.4.3 Gejala klinis Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus

Gejala klinis ditimbulkan baik oleh cacing dewasa maupun larvanya. Larva

cacing menimbulkan gatal pada waktu menembus kulit penderita (Ground-

itch) dan menimbulkan gangguan antara lain alergi pada waktu beredar di

dalam paru-paru (lung migration). Cacing dewasa menghisap darah

penderita. Seekor cacing Necator americanus menghisap darah sebanyak

0,1 cc per hari, sedangkan Ancylostoma duodenale 0,34 cc per hari. Karena

itu, gambaran klinis infeksi cacing tambang yang tampak dapat berupa :

Universitas Sumatera Utara


18

 Anemia hipokromik mikrositer

 Gambaran umum kekurangan darah ( pucat, perut buncit, rambut

kering dan mudah lepas )

 Rasa tidak enak di epigastrium

 Sembelit, diare

 Gejala bronkitis ( batuk, kadang-kadang batuk berdarah).2

2.1.5. Diagnosa infeksi STH

Pemeriksaan yang umumnya dilakukan dalam mendiagnosis infeksi STH

berupa mendeteksi telur cacing atau larva pada feses manusia. 4,17,19

Pemeriksaan rutin feses dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.

Pemeriksaan mikroskopis bertujuan untuk memeriksa parasit dan telur

cacing. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan NaCI 0,85% dan lugol

iodin. Pada pemeriksaan ini, kedua reagensia diteteskan pada kaca objek

(object glass, yaitu 1 tetes NaCI 0,85% di sisi kiri dan 1 tetes iodin di sisi

kanan.Kemudian, sedikit spesimen feses (seujung tangkai aplikator)

dilarutkan bersama dengan kedua reagensia yang telah diteteskan di kaca

objek. Setelah itu, kaca objek ditutup dengan kaca dek dan diperiksa di

bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 dan 10x40.22

Sensitivitas dapat ditingkatkan dengan melakukan beberapa

pemeriksaan kato-katz apusan tebal yang dipersiapkan dari sampel feses

Universitas Sumatera Utara


19

sebelumnya, atau lebih baik lagi dari beberapa sample feses. Teknik

pemeriksaan ini memfokuskan pada metode diagnosis parasitologi yang

mampu melakukan skrining dengan menggunakan sampel feses dalam

jumlah banyak, yaitu 0,5 gram atau bahkan 1 gram pada metode dengan

konsentrasi eter atau teknik FLOTAC. Metode dengan konsentrasi eter sering

dipergunakan dalam mendiagnosis infeksi cacing, terutama pada

laboratorium khusus, metode ini dapat mendiagnosis infeksi protozoa usus

yang terjadi bersamaan.22

Intensitas infeksi STH terdiri atas intensitas ringan, sedang, dan berat.

Pada askariasis, infeksi dengan insensitas rendah terdapat 1 sampai dengan

4.999 telur per gram feses, intensitas rendah terdapat 1 sampai dengan 999

telur per gram feses, intensitas sedang terdapat 1.000 sampai dengan 999

telur per gram feses, dan intensitas berat terdapat lebih dari 10.000 telur per

gram feses. Pada ankilostomiasis dan nekatoriasis, infeksi dengan intensitas

rendah terdapat 1 sampai dengan 1.999 telur per gram feses, intensitas

sedang terdapat 2.000 sampai dengan 3.999 telur per gram feses, dan

intensitas berat terdapat lebih dari 4.000 telur per gram feses. 17

Universitas Sumatera Utara


20

Tabel 2.1. Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths


(Dikutip dari WHO, 2012)

Infeksi Infeksi Infeksi


Intensitas Intensitas Intensitas
Organisme Rendah Sedang Berat
(telur per gram (telur per gram (telur per gram
feses) feses) feses)
Ascaris
1-4.999 5.000-49.999 > 50.000
Lumbricoides

Trichuris trichura 1-999 1.000-9.999 > 10.000

Cacing Tambang
(Necator
1-1.999 2.000-3.999 > 4.000
americanus atau
anycylostoma
duodenale)

2.1.6 Patogenesis Infeksi STH

Patogenesis infeksi STH merupakan interaksi dari respon imun tubuh

manusia, efek migrasi larva, efek mekanika cacing dewasa, dan respon imun

tubuh manusia, efek migrasi larva, efek mekanik cacing dewasa, dan

terjadinya kekurangan nutrisi.14

Eosinofilia merupakan karakteristik berbagai infeksi cacing. Eosinofilia

yang dijumpai pada sediaan darah perifer, sumsum tulang belakang, dan

jaringan lainnya berkaitan dengan keberadaan ataupun migrasi cacing pada

jaringan tubuh tersebut. Keadaan eosinofilia berperan secara signifikan

dalam proses pembasmian cacing di dalam tubuh manusia dan resistensi

terhadap infeksi cacing, dimana bertanggung jawab terhadap sejumlah

proses inflamasi patologi. Infeksi kronis cacing secara khusus menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


21

aktivitas sistem imunitas yang ditandai dengan profil sitokin tipe Th2 yang

dominan dan tingkat imunoglobulin E yang tinggi, begitu juga proliferasi dan

aktivitas eosinofil. Namun respon tubuh manusia berupa produksi berbagai

sitokin, antibodi spesifik dan non spesifik immunoglobulin E (IgE), serta

mobilisasi eosinofil, basophil, dan sel mast tersebut tidak dapat sepenuhnya

memproteksi.20

2.1.7 Penatalaksanaan dan pencegahan Infeksi STH

Seluruh infeksi Ascaris Lumbricoides, baik yang bersifat asimtomatik ataupun

intensitas rendah, harus dilakukan tindakan penatalaksanaan. Pilihan obat

berupa albendazol oral (400 mg dosis tunggal), mebendazol (500 mg dosis

tunggal atau 100 mg dua kali sehari dalam 3 hari), ketiga obat ini memiliki

tingkat kesembuhan yang tinggi. Penderita yang tidak sepenuhnya sembuh

mengalami penurunan beban infeksi cacing yang diketahui melalui

pemeriksaan telur cacing.2,23,24

Pada ankilostomiasis dan nekatoriasis, pemberian terapi besi dapat

memperbaiki kadar hemoglobin menjadi normal, tetapi anemia akan terjadi

kembali apabila terapi anti he lmintik tidak diberikan.23

WHO menyusun strategi global dalam mengendalikan STH dengan

penggunaan kemoterapi modern. Strategi tersebut bertujuan untuk

mengendalikan morbiditas yang diakibatkan oleh infeksi STH, yaitu dengan

mengeleminasi infeksi dengan intensitas sedang dan tinggi dengan

Universitas Sumatera Utara


22

pemberian obat antelmintik (terutama albendazol 400 mg dosis tunggal dan

mebendazol 500 mg dosis tunggal). Obat antihelmintik ini diberikan kepada

populasi dengan resiko tinggi, yaitu:4

a. Anak-anak yang belum sekolah (usia 1 - 4 tahun)

b. Anak-anak usia sekolah ( usia 5 - 14 tahun )

c. Wanita usia reproduktif ( termasuk wanita dengan kehamilan tri

semester kedua dan ketiga, serta wanita menyusui).

d. Kelompok usia dewasa yang rentan terpapar dengan infeksi STH

( contoh pekerja kebun teh dan pekerja penambangan).

Program pemberantasan infeksi cacing juga dilakukan melalui sekolah

dan lembaga lain yang terkait. Program pemberantasan infeksi ini termasuk

dengan pemberian vaksinasi dan suplemen , seperti vitamin A. 4

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

424/Menkes/SK/VI/2006, dimana tujuan dari program ini adalah memutus

mata rantai penularan infeksi cacing, baik di dalam tubuh maupun diluar

tubuh. Program ini dilakukan dengan kerjasama pemerintah, Departemen

Kesehatan masyarakat, serta sektor lain sebagai mitra. Untuk mencapai hal

tersebut dilakukan kegiatan berupa penentuan prioritas lokasi atau penduduk

sasaran, penegakan diagnosa dengan pemeriksaan feses secara langsung

menggunakan metode Kato-Katz, serta penanggulangan infeksi. Sesuai

rekomendasi WHO, penanggulangan infeksi cacing dilakukan dengan

pengobatan tindakan pencegahan, dan promotif. 24

Universitas Sumatera Utara


23

Pencegahan dilakukan dengan pengendalian faktor resiko, antara lain

kebersihan lingkungan, kebersihan pribadi, penyediaan air bersih, yang

cukup, seminisasi lantai rumah, pembuatan dan penggunaan jamban yang

memadai, menjaga kebersihan makanan, serta pendidikan kesehatan di

sekolah kepada guru dan anak. Pendidikan kesehatan dilakukan melalui

penyuluhan kepada masyarakat umum secara langsung atau dengan

penggunaan media massa. Sedangkan untuk anak-anak di sekolah dapat

dilakukan penyuluhan melalui program UKS (Unit Kesehatan Sekolah).24

2.2. Kemampuan Kognitif

2.2.1. Definisi Kemampuan Kogitif

Kognisi berasal dari Bahasa Latin. Ahli filosofi Latin menggunakan kata

cognition sebagai terjemahan Bahasa Yunani gnosis, sedangkan ahli fisolofi

Barat menerjemahkan sebagai knowledge.25 Kognisi merupakan kumpulan

proses mental yang berkontribusi terhadap persepsi, memori, intelektual, dan

aksi.26 Fungsi kognitif termasuk berbagai proses mental seperti persepsi,

atensi, memori, membuat keputusan, pemahaman bahasa, perencanaan,

pengetahuan umum, perencanaan, menjelaskan, dan visuo-spasial. Fungsi

kognitif berperan penting terhadap sikap setiap hari dan sikap sosial.

Misalnya, saat seseorang pergi belanja, dia perlu untuk mengingat informasi

mengenai apa yang harus dibeli, bagaimana untuk membuat keputusan beli

Universitas Sumatera Utara


24

yang tepat, dan bagaimana berbicara dengan penjual toko. Kemampuan

kognitif berubah sepanjang hidup kita.27

Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan

tindakan kognitif seseorang. Oleh karenanya, perkembangan kognitif

seringdisamakan dengan perkembangan intelektual.28 Kecerdasan dapat

diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes

IQ. IQ menjelaskan tingkat kecerdasan seseorang yang mencakup sejumlah

kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan

masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan

belajar yang dibandingkan dengan sesamanya dalam satu populasi. 29

2.2.2. Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC-IV)

Tes fungsi kognitif / Wechsler merupakan tes yang paling lazim digunakan

dalam menilai gangguan pada disabilitas intelektual dan gangguan perhatian

pada anak hiperaktif.30,31 Skala intelegensia Wechsler dibuat oleh dr David

Wechsler, seorang ahli psikolog klinis. Sejak tahun 1939, telah dibuat tiga

skala dan telah direvisi, untuk menilai fungsi intelektual anak- anak dan orang

dewasa.32

Anak- anak berusia 3 sampai 7 tahun dan 3 bulan diperiksa dengan

Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence, Third Edition (WPPSI-

III). Untuk anak-anak berusia 6- 16 tahun, sering digunakan Wechsler

Intelligence Scale for Children (WISC-IV).33,34 WISC-IV dilakukan dalam

Universitas Sumatera Utara


25

waktu 65 sampai 80 menit.32 Test WISC-IV mengukur seluruh kemampuan

kognitif umum, dan juga fungsi intelektual pada verbal comprehension (VC),

perceptual reasoning (PR), working memory (WM) dan Processingspeed

(PS). Masing- masing subskala VC, PR, WM, dan PS memberi skor untuk

Verbal Comprehension Index (VCI), Perceptual Reasoning Index (PRI),

Working Memory Index (WMI), dan Processing Speed Index (PSI). Bersama-

sama, VCI, PRI, WMI, dan PSI menetapkan seluruh tingkat intelegensia, atau

Full Scale IQ (FSIQ). FSIQ mulai dari yang terendah 40 hingga yang tertinggi

160 point. Meskipun WISC-IV memiliki 15 subset, hanya 10 dianggap

intisarinya, dan lebih sering digunakan ketika memerika inteligensia. Subset

pokok untuk VC adalah vocabulary, similarity, dan pemahaman. Subset

pokok untuk PR adalah block design, konsep gambar, dan matrix reasoning.

Subset pokok untuk WM adalah digit span dan urutan huruf- nomor, dan

subset pokok untuk PR adalah coding dan pencarian simbol. Lima subset

sisanya, yang disebut subset tambahan, adalah informasi dan word

reasoning (bagian dari VC), picturecompletion (bagian PR), aritmatika (bagian

dari WM), dan cancelation (bagian dari PS).32,34

Dari WISC-IV, didapatkan skor dari masing- masing sub- test dengan

menjumlahkan weighted score yang diberi untuk respon yang benar.30

1) Block design. Sub- tes berikut merupakan aktivitas non- verbal yang

mengukur kemampuan individu dalam visualisasi dan analisis

spasial, pemrosesan, dan koordinasi visual- motorik. Block design

Universitas Sumatera Utara


26

merupakan timed perceptual reasoning sub-test. Anak- anak diberi

blok dengan dua sisi berwarna merah, dua berwarna putih, dan dua

sisi warna merah/ putih, untuk mengulangi desain model yang

ditunjukkan psikolog atau dicetak pada buku

2) Similarities. Dua kata berbeda disajikan secara verbal, dan murid

tersebut diminta untuk mengatakan bagaimana (dan jika) arti kedua

kata tersebut serupa. Sub- tes ini mengukur pembentukan konsep

verbal dan pemikiran abstrak verbal

3) Digit forward. Ini untuk mengukur ingatan jangka pendek dan atensi.

Anak-anak harus mengulang rangkaian nomor secara acak sesuai

dengan yang disebut

4) Digit backward. Ini untuk mengukur working memory dan atensi.

Anak- anak harus mengulang rangkaian noor secara acak dengan

susunan terbalik dari yang disebutkan

5) Letter- number sequencing. Ini untuk mengukur working emory dan

atensi. Anak- anak harus mengulang nomor berdasarkan susunan

kronologi, dan huruf sesuai dengan abjad, yang mengikuti

presentasi dalam urutan acak

6)Cancelation. Ini untuk mengukur atensi selektif visual dan kecepatan

pemrosesan. Anak- anak perlu mencoret dengan pensil sebanyak

mungkin hewan dari sekumpulan hewan yang berwarna-warni dan

objek-objek yang dicetak pada dua set berbeda dari dua halaman

Universitas Sumatera Utara


27

secara tepat dalam 45 detik. Pada halaman pertama, gambar

tersebut disusun secara acak, sedangkan halaman kedua disusun

secara vertikal dan horizontal.30

Interpretasi hasil pemeriksaan WISC-IV membagi IQ menjadi35

 Mental Defective (skor < 70)

 Borderline (skor 70-79)

 Low average (skor 80-89)

 Average (skor 90- 109)

 High Average (110-119)

 Superior (120-129)

 High superior (>129)

2.3. Status nutrisi

2.3.1.Definisi Status Nutrisi

Menurut WHO (2016), nutrisi merupakan asupan makanan, yang dianggap

berkorelasi dengan kebutuhan diet tubuh.36 Menurut Supariasa et al (2002),

status nutrisi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan nutrisi dalam

bentuk variabel tertentu.37 Sedangkan menurut Dwyer (2002), status nutrisi

adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan

zat-zat gizi.38

Universitas Sumatera Utara


28

Adapun penggolongan status nutrisi menurut indeks antropometri dapat

dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2. Pembagian status nutrisi menurut indeks antropometri. 39

Ambang batas baku untuk keadaan nutrisi berdasarkan


indeks antropometri
Status nutrisi
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB

Gizi buruk <60% <70% <70% <70% <75%

Gizi kurang 60-80 % 70-90 % 70-90 % 70-85 % 75-85%

Normal 90-120% 90-110 % 90-110 % 85-100 % >85 %

Overweight 110-120 %

Obesitas >120%

2.4. Prestasi Belajar

2.4.1.Definisi Prestasi Belajar

Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Dari pendapat

tersebut dapat dipahami bahwa prestasi adalah suatu hasil usaha yang

diperoleh seseorang atas usaha yang dilakukan.40

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak dapat dibedakan

menjadi faktor internal (faktor dari dalam anak), faktor eksternal (faktor dari

luar anak), dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal anak merupakan

segala sesuatu yang berasal dari dalam diri individu yang mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara


29

individu dalam proses pencapaian prestasi belajar di sekolah seperti

motivasi, minat, bakat dan intelegensi (IQ). Sedangkan faktor eksternal

adalah segala sesuatu yang berasal dari luar individu baik langsung maupun

tidak langsung yang dapat mempengaruhi individu dalam mencapai prestasi

belajar di sekolah di antaranya lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat. Kedua faktor ini haruslah berjalan berdampingan dan tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh

terhadap keberhasilan proses belajar. Pendekatan belajar dapat dipahami

sebagai upaya belajar anak, yang meliputi metode dan strategi dalam

menunjang keefektifitasan dan efisiensi proses pembelajaran materi

tertentu.40

2.4.2. Penilaian Prestasi Belajar

Berdasarkan Depdiknas RI tahun 2000 mengkategorikan prestasi belajar

dibagi dalam tiga kategori yaitu kategori baik (nilai ≥80,0), kategori cukup (

rata-rata nilai 60,0 – 79,9 ) dan kategori kurang (rata-rata ≤ 60,0).41

2.5. Hubungan antara infeksi STH dengan kemampuan kognitif

Dampak penyakit STH terutama dikaitkan dengan masalah kronik dan

berbahaya bagi kesehatan dan kualitas hidup anak-anak yang terinfeksi.

Infeksi berat akan menganggu pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif

dan merupakan penyebab terjadinya defisiensi mikronutrien termasuk anemia

Universitas Sumatera Utara


30

defisiensi besi ((terutama oleh jenis Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus) yang menyebabkan buruknya performa di sekolah dan sering

tidak datang ke sekolah.2,7 Hubungan antara kecacingan dan kemampuan

kognitif anak telah lama diketahui.42 Uji klinis acak terbuka diJakarta,

Indonesia menyebutkan bahwa pada penderita infeksi Ascaris Lumbricoides

akan terjadi peningkatan kemampuan belajar, konsentrasi dan koordinasi

setelah dilakukan intervensi dengan mebendazole.43Uji klinis acak terbuka

lainnya di Indonesia mendapatkan bahwa infeksi cacing tambang memberi

dampak negatif terhadap daya ingat anak.44

Penelitian di Filipina mendapatkan bukti kuat adanya hubungan erat

antara infeksi cacing dengan kemampuan belajar, daya ingat dan

verbal.Infeksi Ascaris lumbricoides dengan intensitas sedang dan berat

berhubungan dengan uji daya ingat yang menurun. Selain itu juga ditemukan

adanya hubungan antara infeksi Trichuris trichiura dengan hasil uji verbal

yang menurun.8 Pengobatan infeksi STH dengan albendazol meningkatkan

kemampuan kognitif dan full IQ score anak- anak.9 Infeksi satu atau lebih

STH dikaitkan dengan lebih buruknya kemampuan kognitif, status nutrisi, dan

performa di sekolah.10

Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif. Efek cacing

terhadap kognitif dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Universitas Sumatera Utara


31

a) Efek langsung

Pergerakan cacing akan menggangu konsentrasi individu yang

terinfeksi, pada beberapa penelitian terdahulu disebutkan bahwa anak

yang kecacingan akan mengalami nyeri perut, gangguan tidur, dan

mudah lelah yang kemudian menyebabkan penurunan prestasi

disekolah. Pengobatan terhadap kecacingan tersebut akan

menyebabkan perbaikan nafsu makan, hilangnya nyeri perut dan nyeri

kepala.45

b) Efek tidak langsung

1. Nutrisi

Cacing mempengaruhi nutrisi dengan cara konsumsi lansung zat

nutrisi, darah, menyebabkan malabsorbsi, mensekresi protease

inhibitor dan meransang respon imun terhadap infeksi yang akan

menyebabkan anoreksia. Kurangnya nutrisi akan mengurangi

kemampuan kerja mental dalam memusatkan dan mempertahankan

konsentrasi.45.46

Faktor yang memperngaruhi perkembangan otak pada anak meliputi

factor genetic dan lingkungan. Nutrisi merupakan bagian dari

lingkungan biologis yang dapat mempengaruhi perkembangan otak

dan kognitif. Nutrisi dapat mempengaruhi makrostruktur

otak.(contohnya perkembangan area otak seperti hipokampus),

mikrostruktur (contohnya myelinisasi neuron) kadar serta kerja

Universitas Sumatera Utara


32

neurotransmitter (contohnya kadar dopamine atau jumlah reseptor).

Pengaruh nutrisi terhadap otak juga dipengaruhi oleh waktu. 45

Suatu interprestasi neuropsikologikal terhadap proses kognitif pada

anak malnutrisi menunjukkan adanya keterlibatan korteks difus yakni

pada korteks prefrontal dorsolateral (penurunan hasil uji atensi, fluency

dan working memory atau daya ingat jangka pendek), parietal kanan

(penurunan hasil uji fungsi comprehension, pembelajaran verbal, daya

ingat verbal dan visual material). Namun area yang paling rentan

untuk terjadi gangguan akibat malnutrisi adalah korteks prefrontal

dorsolateral. 47

2. Respon Imun

Infeksi cacing bderhubungan denga pelepasan berbagai sitokin.

Namun, belum ada penelitian yang secara khusus menghubungkan

sitokin yang dihasilkan cacing dengan kemampuan kognitif. Salah satu

perilaku yang sering tampak pada kecacingan dan kemungkinan

diperantarai imun adalah anoreksia.48 Anoreksia ini akan

mengakibatkan asupan nutrisi yang kurang yang kemudian akan

menurunkan kapasitas kognitif.22 Pelepasan sitokin akan

menyebabkan perubahan perilaku, mengganggu daya ingat dan

konsentrasi. Suatu uji klinis tersamar ganda di Munich, jerman

melaporkan bahwa stimulasi pertahanan tubuh primer akan

Universitas Sumatera Utara


33

menyebabkan efek negative terhadap emosi dan daya ingat yang

kemungkinan disebabkan oleh pelepasan sitokin.49

2.6. Hubungan infeksi STH dan status nutrisi

Dari berbagai penelitian telah diketahui ada hubungan timbal balik antara

keadaan nutrisi dan berbagai penyakit infeksi dimana keadaan malnutrisi

yang berat akan memperberat keadaan penyakit infeksi yang diderita oleh

sebaliknya adanya penyakit infeksi memperburuk keadaan nutrisi.13

Penelitian pada tahun 1999 mendapatkan hubungan antara status nutrisi

dengan infeksi cacing, dimana infeksi Ascaris lumbricoides lebih

mempengaruhi status nutrisi anak dan remaja sementara infeksi Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus lebih banyak dijumpai pada orang

dewasa.50 Infeksi Trichiuris trichiura atau Ascaris lumbricoides dengan

intensitas sedang hingga berat merupakan prediktor bermakna terjadinya

stunting.11 Infeksi satu atau lebih STH dikaitkan dengan lebih buruknya

kemampuan kognitif, status nutrisi, dan performa di sekolah. 10

2.7. Hubungan Infeksi STH dengan Prestasi Belajar Anak

Pada anak- anak, kecacingan akan menghambat dalam mengikuti pelajaran

dikarenakan anak akan merasa cepat lelah, menurunnya daya konsentrasi,

malas belajar, dan pusing. Hal ini tentunya akan mengakibatkan prestasi

belajar anak akan menurun dan mengakibatkan anak akan tinggal kelas.

Universitas Sumatera Utara


34

Wibowo (2008) menunjukkan bahwa siswa yang terinfeksi cacing STH

mempunyai risiko untuk mendapatkan prestasi belajar buruk sebesar 1,69

kali dibandingkan yang tidak terinfeksi cacing STH.51 Namun, hal ini

berlawanan dengan yang ditemukan oleh Handayani (2015 ). Handayani

tidak menemukan adanya hubungan antara infeksi STH dengan prestasi

belajar (p>0,05).52

2.8 Kerangka teori

Infeksi Soil Transmited


Helminth

Kemampuan Status nutrisi Prestasi belajar


Kognitif

Efek Efek Tidak Faktor Faktor Faktor


langsung langsung Internal Eksternal Pendekatan
Belajar

Gambar 2.7. Kerangka Teori

Keterangan : : yang diamati dalam penelitian

Universitas Sumatera Utara


35

2.9 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini menjelaskan hubungan Infeksi Soil transmitted

Helminths sebagai variabel independen dengan kemampuan kognitif, status

nutrisi dan prestasi belajar sebagai variabel dependen pada anak sekolah

dasar di desa Sikapas.

Variabel independen Variabel dependen

Kemampuan
Kognitif

Status nutrisi
Infeksi STH

Prestasi belajar

Gambar 2.8. Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional

yang menilai hubungan infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) dengan

kemampuan kognitif, status nutrisi dan prestasi belajar pada anak usia

sekolah dasar pada satu waktu tertentu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Sikapas kecamatan Muara Batang Gadis

Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan mulai dari

Maret 2016 sampai Desember 2016.

3.3 Populasi dan sampel

Populasi pada penelitian ini adalah semua anak usia Sekolah Dasar Negeri

384 di Desa Sikapas, Kecamatan Muara Batang Gadis. Pengumpulan

sampel dilakukan secara simple random sampling.

36
Universitas Sumatera Utara
37

3.4 Perkiraan Besar sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar sampel

untuk uji hipotesis pada satu populasi. Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan power 80%.

√ √

dimana:

n : Besar sampel minimal

Po : Proporsi penderita kecacingan pada anak usia sekolah dasar,

dari kepustakaan didapatkan nilai 0.42

Pa – Po : clinical judgement, ditetapkan 0,2

Zα :Tingkat kepercayaan yang dikehendaki, ditetapkan 95%

dengan nilai dalam rumus 1,96

Zβ : power, ditetapkan 80% dengan nilai dalam rumus 0,842

Berdasarkan rumus tersebut, dijumpai besar sampel minimal 67 orang.

Peneliti kemudian menambahkan 30% jumlah sampel sehingga total sampel

menjadi 87 orang.

Universitas Sumatera Utara


38

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi

1. Anak usia sekolah dasar

2. Orang tua bersedia mengisi lembar persetujuan informed consent

dan ikut serta dalam penelitian.

Kriteria Eksklusi

1. Gangguan mental

3.6 Persetujuan Setelah Penjelasan/Informed Consent

Sebelum ikut serta dalam penelitian ini, para orang tua diberi penjelasan

tentang maksud dan tujuan penelitian kemudian menandatangani

persetujuan untuk mengikuti penelitian dari masing-masing orang tua Anak.

(Formulir persetujuan terlampir.)

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat izin dari Komite Etik

Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


39

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian

3.8.1. Cara Kerja

1. Penentuan sampel dengan metode simple random sampling.

2. Orang tua dari anak diminta untuk memberikan persetujuan untuk

mengikuti penelitian.

3. Partisipan diberikan wadah untuk menampung feses dirumah,

feses yang ditampung akan dikumpulkan keesokan harinya.

4. Dilakukan pemeriksaan feses dengan teknik Kato- Katz untuk

menilai adanya telur cacing.

5. Dilakukan pemeriksaan kemampuan kognitif dengan tes WISC IV.

6. Dilakukan pengukuran antropometri anak (tinggi badan dan berat

badan)

7. Pengumpulan nilai rata-rata untuk semua mata pelajaran pada

ujian bulan September 2015, berdasarkan Depdiknas RI tahun

2000 dalam Sinaga (2005) mengkategorikan prestasi belajar dibagi

dalam tiga kategori yaitu kategori baik (nilai ≥80,0), kategori cukup

( rata-rata nilai 60,0 – 79,9 ) dan kategori kurang (rata-rata ≤ 60,0).

8. Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dilakukan

analisis statistik untuk mengetahui hubungan infeksi STH dengan

kemampuan kognitif, status nutrisi dan prestasi belajar di Desa

Sikapas.

Universitas Sumatera Utara


40

3.8.2. Alur Penelitian

Sampel yang memenuhi kriteria


inklusi

Persetujuan orang tua dari anak


yang diminta untuk mengikuti
penelitian

Pertisipan diberikan wadah untuk


menampung feses dirumah dan
dikumpulkan keesokan harinya

Pemeriksaan kato untuk menilai


telur cacing

Test kemampuan kognitif Pengukuran Dilakukan tes


dengan Metode WISC IV antropometri (tinggi pengukuran nilai rata –
badan dan berat badan) rata raport
anak

Pengolahan dan analisis


data

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian

Universitas Sumatera Utara


41

3.9 Identifikasi Variabel

Variabel dependen Skala

Kemampuan Kognitif Kategorikal (ordinall)

Status Nutrisi Kategorikal (ordinal)

Prestasi Belajar Kategorikal (ordinal)

Variabel independen Skala

Infeksi Soil Transmitted Helminth kategorikal (nominal)

3.10 Pengolahan Data dan Analisa

Analisis univariat, bivariat dilakukan terhadap data pada penelitian ini.

Untuk data demografis dilakukan analisis univariat sehingga

didapatkan karakteristik partisipan. Untuk mengetahui hubungan

infeksi Soil Transmitted Helminth dengan kemampuan kognitif dan

status nutrisi dengan analisis bivariat dilakukan uji mann – whitney

dengan tingkat kepercayaan 95% dan signifikasi <0,05% sedangkan

Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan infeksi Soil Transmitted

Helminth dengan prestasi belajar menggunakan chi-square.

Universitas Sumatera Utara


42

3.11 Definisi operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Infeksi STH adalah terdeteksinya
telur atau larva salah satu atau
lebih jenis cacing , yaitu Ascaris
Infeksi Soil
lumbricoides/ Trichuris trichura/ Pemeriksaan 1. Terinfeksi Kategorik
1 Transmitted Kato-katz
Necator americanus/ Ancylostoma feses 2. Tidak terinfeksi ( Nominal)
Helminths
duodenale pada feses anak SD
Sikapas dengan pemeriksaan Kato
Katz
1.Mental Defective
( skor : ≤65 )
Kemampuan kognitif adalah suatu
2.Borderline
proses berpikir yang menunjukkan
( skor : 66-79 )
tingkat kecerdasan siswa SD
3.Low Average
Sikapas (IQ) yang dinilai dengan
( skor : 80-89 )
menggunakan WISC IV.
Kemampuan Wawancara 4.Average Kategorik
2 Berdasarkan WISC IV , di WISC IV
Kognitif oleh psikolog ( skor : 90-110 ) ( Ordinal )
kategorisasikan sebagai
5.Bright Normal
kemampuan kognitif : Mental
( skor : 111-119 )
defective, bordeline, low average,
6.Superior
average, high average, superior,
( skor : 120-127 )
high average.
7.High Superior
( skor : ≥ 128 )
Status nutrisi adalah keadaan Pengukuran 1. Gizi buruk
Kurva
tubuh sebagai akibat dari berat badan, ( nilai : < 70% ) Kategorik
3 Status Nutrisi pertumbuhan
pemakaian, penyerapan, dan tinggi/panjang 2. Gizi kurang ( Ordinal )
CDC
penggunaan makanan.akibat badan ( nilai : 70-90 %)

Universitas Sumatera Utara


43

konsumsi makanan dan kebutuhan 3.Gizi baik


tubuh akan zat gizi. ( nilai : 90-110 % )
Berdasarkan indikator kurva 4.Obesitas
pertumbuhan, dikategorisasikan : ( nilai : 110-120 %)
sebagai gizi buruk, gizi kurang, gizi 5. Overweight
baik, overweight, dan obesitas ( nilai : > 120% )
1. Kategorik Baik
Prestasi belajar adalah pencapaian
Hasil rapor ( nilai : ≥ 80 )
hasil belajar anak yang tertulis
Prestasi pada bulan Nilai rata-rata 2. Kategorik Cukup Kategorik
4 dalam rapor.
Belajar september rapor ( nilai : 60-79 ) ( Ordinal)
Dikategorisasi : sebagai prestasi
2015 3. Kategorik Kurang
belajar baik, cukup dan kurang.
( nilai : < 60 )

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 384 Sikapas di Desa Sikapas,

Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal. Anak sekolah

dasar dari kelas I (satu) sampai kelas VI (enam) diperiksa untuk melihat

adanya infeksi cacing Ascaris Lumbricoides, Triuchuris trichura, Necator

Americanus dan Ancylostoma Duodenale dan yang tidak terinfeksi cacing

tersebut.

Jumlah total anak Sekolah Dasar Negeri 384 yaitu 323 anak. Pada

saat pembagian lampiran informed consent, hanya terdapat 280 anak yang

datang ke sekolah.

Keesokan harinya, sebanyak 200 anak bersedia ikut serta dalam

penelitian dan diberi pot feses kepada 200 anak tersebut, karena 54 anak

tidak bersedia dan 26 anak tidak hadir pada saat perkumpulan feses.

Dari 200 anak yang dilakukan pemeriksaan feses, keesokan harinya

pada saat perkumpulan pot feses, terdapat 13 anak yang tidak membawa pot

dan 7 anak yang tidak hadir. Jadi total terkumpul pot feses yaitu 180 anak

dan dilakukan randomisasi sehingga diambil 87 anak, yang diperiksa

kemampuan kognitif oleh psikolog, diperiksa status nutrisi dan dinilai prestasi

belajarnya dari hasil rapor sekolah dasar. Penjelasan di atas terlampir pada

gambar 4.1.

44
Universitas Sumatera Utara
45

Jumlah anak SDN 384


Sikapas (n=323)
43 anak tidak hadir

Yang mendapat formulir


informed consent (n=280)

80 anak
- 54 anak tidak bersedia
- 26 anak tidak hadir

Bersedia ikut
penelitian(n=200)

20 anak
- 13 anak pot (-)
- 7 anak tidak hadir

180 anak yang


mengumpulkan pot feses

randomisasi

Jumlah peserta penelitian


87 anak

Gambar 4. Alur pengumpulan sampel.

4.1. Karakteristik Umum Peserta Penelitian

Distribusi karekteristik peserta penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.

Berdasarkan tabel 4.1. di bawah ini, jumlah peserta penelitian yang

diikutsertakan sebanyak 87 anak, dengan rerata usia 10,2 tahun. Terdapat

sebanyak 59,8% berjenis kelamin laki- laki. Selain itu, terdapat anak dengan

infeksi STH sebanyak 61 anak (70,1%) dan tidak terinfeksi STH sebanyak 26

( 29,9%).

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 4.1. Demografi karakteristik peserta penelitian

Karakteristik Jumlah peserta penelitian


n=87
Rerata usia, tahun (SB) 10,2 (1,75)
Jenis kelamin, n (%)
Laki-laki 52 (59,8)
Perempuan 35 (40,2)
Status Infeksi STH, n (%)
Ya terinfeksi STH 61 (70,1)
Tidak terinfeksi STH 26 (29,9)

4.2. Hasil Analisis Univariat Distribusi Frekuensi Peserta Penelitian

berdasarkan Infeksi STH

Dari 87 peserta penelitian, terdapat 61 anak (70.1%) yang menderita STH

dan tidak terinfeksi STH 26 anak (29,9%). Hasil pemeriksaan antropometri

dan status nutrisi berdasarkan infeksi STH pada penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 4.2. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa rerata

lingkar kepala dan berat badan berdasarkan tinggi badan sampel dengan

infeksi STH lebih tinggi dibandingkan dengan sampel tanpa infeksi STH.

Kondisi sebaliknya dijumpai pada ukuran antropometri lain, yaitu rerata berat

badan, tinggi badan, dan lingkar lengan. Penilaian status nutrisi menunjukkan

bahwa sebagian besar sampel (41.4%) memiliki status nutrisi baik dan

menderita infeksi STH.

Universitas Sumatera Utara


47

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Peserta Penelitian berdasarkan Infeksi STH

Karakteristik Infeksi STH Tidak terinfeksi STH


n=61 n=26
Rerata berat badan, kg (SB) 24,4 (5,08) 24,6 (5.,54)
Rerata tinggi badan, cm (SB) 125,2 (10,82) 127,5 (11,10)
Rerata lingkar lengan, cm (SB) 17,1 (1,78) 17,2 (1,63)
Rerata BB/TB, % (SB) 96,0 (11,65) 93,5 (9,78)
Status nutrisi, n (%)
Buruk 2 (3,2) 1 (3,8)
Kurang 18 (29,5) 8 (30,7)
Baik 36 (59,0) 15 (57,6)
Overweight 3 (4,9) 2 (7,6)
Obesitas 2 (3,2) 0 (0)
Kemampuan kognitif, n (%)
Mental Defective 7 (11,4) 6 (23,0)
Bordeline 23 (37,7) 6 (23,0)
Low Average 14 (22,9) 6 (23,0)
Average 16 (26,2) 7 (26,9)
Bright Normal 1 (1,6) 0 (0)
Superior 0 (0) 1 (3,8)
Rerata nilai rapor, (SB) 75.2 (5,33) 75.1 (7,06)
Prestasi belajar, n (%)
Baik 14 (22,9) 9 (34,6)
Kurang 41 (67,2) 13 (50,0)
Cukup 6 (9,8) 4 (15,3)

Penilaian fungsi kognitif dan prestasi belajar juga dilakukan

berdasarkan infeksi STH pada penelitian ini. Rerata nilai rapor peserta

penelitian yang terinfeksi STH lebih tinggi dibandingkan yang tidak terinfeksi

STH (75,2 dibandingkan 75,1). Kebanyakan anak siswa yang terinfeksi STH

memilikitingkat kemampuan kognitif kurang, yaitu 26,4%. Sebagian besar

siswa (47.1%) yang terinfeksi STH memiliki prestasi belajar yang kurang.

Universitas Sumatera Utara


48

4.3. Hasil Analisis Bivariat

4.3.1. Hubungan infeksi STH dengan kemampuan kognitif

Hubungan infeksi Soil Transmitted Helminth dengan kemampuan kognitif

dilakukan uji mann – whitney dengan tingkat kepercayaan 95% dan

signifikasi <0,05%

Tabel 4.3.1. Hubungan infeksi STH dengan kemampuan kognitif

Kemampuan kognitif
Mental Bordeline Low Average Bright Superior
Infeksi Defective Average Normal P* 95% IK
STH
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)

Ya 7 (53.8) 23(79.3) 14(70.0) 16(69.6) 1(100.0) 0 (0.0) 0.885 (0.818-0.952)

Tidak 6 (46.2) 6 (20.7) 6 (30.0) 7 (30.4) 0 (0.0) 1(100.0)

*uji mann – whitney

Berdasarkan tabel 4.3.1, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara

infeksi STH dengan gangguan kemampuan kognitif, pada penelitian ini

P=0,885 (P>0.005).

4.3.2. Hubungan infeksi STH dengan status nutrisi

Hubungan infeksi Soil Transmitted Helminth dengan status nutrisi dilakukan

uji mann – whitney dengan tingkat kepercayaan 95% dan signifikasi <0,05%.

Universitas Sumatera Utara


49

Tabel 4.3.2 Hubungan infeksi STH dengan status nutrisi

Status nutrisi
Infeksi STH P* 95% IK
Buruk Kurang Baik Overweight Obesitas
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)

Ya 2 (66.7) 18 (69.2) 36(70.6) 3 (60.0) 2 (100.0) 0.816 (0.735 - 0.897)

Tidak 1 (33.3) 8 (30.8) 15(29.4) 2 (40.0) 0 (0.00)


*uji mann – whitney

Uji statistik pada table 4.3.2, menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan antara infeksi STH dengan status nutrisi dengan P=0,816 (p>0,05)

4.3.3. Hubungan infeksi STH dengan prestasi belajar

Hubungan infeksi Soil Transmitted Helminth dengan prestasi belajar

dilakukan uji chi - square.

Tabel 4.3.3. Hubungan infeksi STH dengan prestasi belajar

Prestasi
Baik (%) Kurang (%) Cukup (%) P*
Infeksi STH
n (%) n (%) n (%)

14 (60.9) 41 (75.9) 6 (60.0) 0.317


Ya
Tidak 9 (39.1) 13 (24.1) 4 (40.0)
*uji Chi square

Terdapat penurunan prestasi belajar pada anak dengan infeksi STH.

Meskipun demikian, tidak dijumpai hubungan yang bermakna secara statistik

antara infeksi STH dengan prestasi belajar anak pada penelitian ini

(P=0,317).

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Prevalensi Soil Transmitted Helminths

Infeksi STH, termasuk di dalamnya cacing gelang (Ascaris lumbricoides),

cacing tambang (Ancylostoma duodenale), dan cacing cambuk (Trichuris

trichiura), masih tinggi terutama di wilayah tropis dan subtropis. Umumnya

infeksi menyerang anak dari kelompok sosioekonomi bawah.11,53 Dari

penelitian ini, diketahui bahwa prevalensi infeksi STH adalah sebesar 70,1%,

sebuah angka yang cukup tinggi bahkan untuk prevalensi Provinsi Sumatera

Utara. Hal ini kemungkinan dikarenakan daerah penelitian yang endemis

tinggi STH dengan mayoritas penduduk bekerja di perkebunan. Di samping

itu, akses ke pelayanan kesehatan yang masih kurang memadai tentunya

menyebabkan tindakan deworming sulit dilakukan secara rutin. Temuan

tersebut jauh berbeda dengan laporan dari penelitian sebelumnya di

Tiongkok dengan angka prevalensi sebesar 42%.11

5.2. Infeksi Soil Transmitted Helminths dan Status Nutrisi

Tinjauan sistematis yang dilakukan oleh Taylor, dkk terhadap 45 penelitian

dari seluruh dunia. Hasilnya menunjukkan bahwa tindakan deworming

terhadap anak yang menderita infeksi STH akan menyebabkan peningkatan

berat badan yang signifikan dalam 6 bulan. Peningkatan berat badan yang

50
Universitas Sumatera Utara
51

diamati berkisar antara 0.2 sampai 1.3 kg. Di sisi lain, meta analisis tersebut

juga menyimpulkan bahwa deworming akan memberikan dampak positif

terhadap kadar hemoglobin anak. Infeksi cacing, menurut meta analisis

tersebut tidak berkaitan dengan pertumbuhan linear. Hal ini diduga akibat

proses malnutrisi yang diakibatkan oleh infeksi STH hanya bersifat akut. 53

Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan tinjauan sistematis yang

dilakukan oleh Taylor, dkk sebelumnya pada tahun 2012. Deworming tetap

menunjukkan dampak positif terhadap pengingkatan berat badan meskipun

dengan nilai yang lebih rendah (0.58 sampai 0.76 kg). Peningkatan

hemoglobin yang dilaporkan pada tinjauan sistematis tersebut adalah

sebesar 0.37 sampai 0.64 d/dL. Deworming yang dilakukan pada daerah

endemis dilaporkan memiliki efek terhadap status nutrisi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah dengan prevalensi infeksi yang rendah. 54

Liu, dkk dalam penelitiannya menemukan hasil yang sama dengan

kedua tinjauan sistematis di atas. Mereka melaporkan hubungan antara

infeksi STH dengan pertumbuhan linear dan peningkatan berat badan.

Namun, infeksi yang berhubungan adalah infeksi oleh lebih dari satu spesies

cacing. Mereka juga melaporkan bahwa kadar hemoglobin anak dengan

infeksi STH lebih rendah dibandingkan dengan anak tanpa infeksi. 11

Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara

infeksi STH dengan status nutrisi pada anak. Anak dengan infeksi STH justru

Universitas Sumatera Utara


52

memiliki status nutrisi yang lebuh baik dibandingkan dengan anak tanpa

infeksi terkait pertumbuhan linear dan berat badannya.

5.3. Infeksi Soil Transmitted Helminths dan Kemampuan Kognitif

Taylor, dkk melakukan dua tinjauan sistematis dan melaporkan bahwa

hubungan antara infeksi STH dengan kemampuan kognitif masih lemah.53,54

Ebenezer, dkk melakukan penelitian terkait infeksi STH dan kemampuan

kognitif pada anak sekolah dasar di Sri Lanka. Penelitian tersebut

memberikan suplementasi besi selain tindakan deworming. Uji kemampuan

kognitif dilakukan dengan Test of Everyday Attention for Children (TEA-Ch).

Analisis statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara

infeksi STH dengan kemampuan kognitif.55

Hasil pada penelitian ini tidak sesuai dengan ketiga literatur di atas.

Pada penelitian ini dijumpai perbedaan antara kemampuan kognitif anak

dengan infeksi STH dibandingkan dengan anak tanpa infeksi. Meskipun

secara statistik, tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara infeksi STH

dengan kemampuan kognitif.

Amara, dkk menyebutkan bahwa infeksi STH dapat mempengaruhi

kemampuan kognitif anak dengan menyebabkan kondisi anemia defisiensi

besi, inflamasi, penurunan status makronutrien, dan menimbulkan gejala

yang mengganggu perhatian berupa nyeri perut. Mereka melakukan

penelitian prospektif terkait infeksi STH (terutama Schistosoma japonicum)

Universitas Sumatera Utara


53

dengan kemampuan kognitif. Uji kemampuan kognitif yang digunakan adalah

Phillipine nonverbal intelligence test (PNIT), verbal fluency (VF), dan dua

domain Wide Range Assessment of Learning and Memory (WRAML).

Hasilnya menunjukkan bahwa eredikasi infeksi STH akan memberikan

dampak positif terkait kemampuan kognitif anak dengan variabel perancu

berupa usia, jenis kelamin, dan status sosioekonomi. 56

Perbedaan kemampuan kognitif juga dilaporkan oleh Liu, dkk. Dalam

penelitian mereka, anak dengan infeksi STH akan menunjukkan kemampuan

kognitif yang lebih rendah dibandingkan dengan anak tanpa infeksi STH.

Infeksi tunggal oleh satu jenis cacing juga tidak memberikan hasil yang

signifikan, sama seperti status nutrisi yang telah dijelaskan sebelumnya

kecuali infeksi oleh Trichuris trichiura.11

5.4. Infeksi Soil Transmitted Helminths dan Prestasi Belajar

Beberapa literatur mencoba mencari hubungan antara infeksi STH dengan

prestasi belajar anak. Taylor, dkk melaporkan tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara prestasi belajar anak dengan infeksi STH. Angka kehadiran

murid juga tidak dipengaruhi oleh adanya infeksi tersebut. 53

Ebenezer, dkk juga menilai prestasi belajar anak pada penelitiannya.

Mereka menilai prestasi belajar berdasarkan dua mata pelajaran, yaitu

bahasa dan matematika. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat

Universitas Sumatera Utara


54

hubungan antara infeksi STH dengan prestasi belajar, bahkan setelah

dilakukan kontrol terhadap anemia dan latar belakang pendidikan orang tua.55

Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur di atas. Tidak terdapat

hubungan antara infeksi STH dengan prestasi belajar anak. Rerata nilai ujian

terakhir dari semua mata pelajaran malah menunjukkan angka yang lebih

tinggi pada anak dengan infeksi STH, meskipun perbedaan yang diamati

tidak signifikan.

Liu, dkk menyebutkan bahwa anak dengan infeksi STH memiliki

tingkat absensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak tanpa infeksi,

meskipun kondisi tersebut menjadi tidak signifikan setelah dilakukan

penyesuaian terkait variabel perancu. Di sisi lain, rerata nilai mata pelajaran

anak dengan infeksi STH jauh lebih rendah dibandingkan dengan anak tanpa

infeksi pada penelitian ini.11

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi infeksi

STH pada anak usia sekolah dasar di Desa Sikapas, Kabupaten Mandailing

Natal adalah sebesar 70,1%.

Diketahui bahwa Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

infeksi STH dengan kemampuan kognitif dengan nilai p=0,0885, status nutrisi

dengan nilai p=0,816 dan prestasi belajar dengan nilai p=0,317.

6.2. Saran

1. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan desain

penelitian yang lebih baik seperti penelitian kohort prospektif.

2. Meskipun secara statistik tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara

infeksi STH dengan kemampuan kognitif, namun terlihat perbedaan terkait

variabel tersebut pada anak dengan dan tanpa infeksi STH sehingga klinisi

perlu mempertimbangkan infeksi STH pada anak yang mengalami

gangguan kemampuan kognitif.

3. Deworming rutin hendaknya dilakukan pada wilayah-wilayah endemis

tinggi infeksi STH untuk meminimalkan dampak buruk yang dapat

ditimbulkan di kemudian hari.

55
Universitas Sumatera Utara
56

4. Edukasi kesehatan terkait higienitas dan sanitasi hendaknya ditingkatkan

untuk membantu mengurangi endemisitas infeksi STH di suatu wilayah.

Universitas Sumatera Utara


BAB 7

RINGKASAN

Infeksi STH masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Pada tahun

2010, world Health assembly, dengan resolusi 54.19 menetapkan target

global pengobatan 75% anak-anak usia sekolah (biasanya dinyatakan

sebagai anak-anak berusia 5 hingga 14 tahun) berisiko menderita infeksi

STH pada tahun 2011. World Health Organization (WHO) tahun 2012

mengatakan bahwa lebih dari 2 milyar orang di seluruh dunia terinfeksi STH.

Dampak penyakit STH terutama dikaitkan dengan masalah kronik dan

berbahaya bagi kesehatan dan kualitas hidup anak-anak yang terinfeksi.

Infeksi berat akan menganggu pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif

dan merupakan penyebab terjadinya defisiensi mikronutrien termasuk anemia

defisiensi besi (terutama oleh jenis Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus) yang menyebabkan buruknya performa di sekolah dan sering

tidak datang ke sekolah.

World Health Organization menyusun strategi global dalam

mengendalikan STH dengan penggunaan kemoterapi modern. Strategi

tersebut bertujuan untuk mengendalikan morbiditas yang diakibatkan oleh

infeksi STH, yaitu dengan mengeleminasi infeksi dengan intensitas sedang

dan tinggi dengan pemberian obat antelmintik (terutama albendazol 400 mg

dosis tunggal dan mebendazol 500 mg dosis tunggal).

57
Universitas Sumatera Utara
58

Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara

infeksi STH dengan status nutrisi pada anak. Anak dengan infeksi STH justru

memiliki status nutrisi yang lebuh baik dibandingkan dengan anak tanpa

infeksi terkait pertumbuhan linear dan berat badannya. Pada penelitian ini

juga dijumpai perbedaan antara kemampuan kognitif anak dengan infeksi

STH dibandingkan dengan anak tanpa infeksi. Meskipun secara statistik,

tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara infeksi STH dengan

kemampuan kognitif. Tidak terdapat hubungan antara infeksi STH dengan

prestasi belajar anak. Rerata nilai ujian terakhir dari semua mata pelajaran

malah menunjukkan angka yang lebih tinggi pada anak dengan infeksi STH,

meskipun perbedaan yang diamati tidak signifikan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Helminth Control in School- Age Children,


A Guide for Managers of Control Programmes, Second Edition.
France: WHO Press; 2011.
2. Bethony J, et al. Soil-Transmitted Helminth Infections: Ascariasis,
Trichuriasis and hookworm [Internet]. Lancet. 2006; 367: 1521-1532.
Available from:
http://140.226.65.22/davis_lab/Parasit_links/Soil_Transmitted_%20Hel
mints_Lancet_%20%2706.pdf.
3. Gandahusada S. Parasitologi kedokteran. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
4. World Health Organization. 2012 Soil-Transmitted Helminthiases,
Eliminating Soil-Transmitted Helminthiases as a Public Health Problem
in Children: Progress Report 2001-2010 and Strategic Plan 2011-
2020. France: WHO Press; 2012.
5. Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.
6. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal PP dan PL. Pedoman
Pengendalian Kecacingan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.
7. Hughes S, Kelly P. Interactions of Malnutrition and Immune
Impairment, with Specific Reference to Immunity against Parasites.
Parasites Immunol. 2006; 28: 577-88.
8. Ezeamama AE, Fridman JF, Acosta LP, Bellinger DC, Langdon GC,
Manalo DL, et al. Helminth infection and cognitive impairment among
Filipino children. Am J Trop Med Hyg. 2005; 72(5): 540-48.
9. Sari D, Ali M, Pasaribu S. The Effect of Treatment of Soil- Transmitted
Helminthiasis on Cognitive Function in Children. Paediatr Indones.
March 2012; 52: 99 -105.
10. Liu C, Luo R, Yi H, Zhang L, Li S Bai Y, et al. Soil-Transmitted
Helminths in Southwestern China: A Cross-Sectional Study of Links to
Cognitive ability, Nutrition, and School Performance among Children.
PLoS Negl Trop Dis. 2015 9(6): e0003877.
Doi:10.1371/journal.pntd.0003877.
11. Mahruza A, Lubis munar, Fujiati Isti. Hubungan Soil Transmitted
Helminths dengan angka kejadian stunting pada anak sekolah dasar di
kabupaten Mandailing natal. Medan. 2016.
12. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Parasites
[Internet]. 2013 [Cited on 13th March 2016]. Available from:
https://www.cdc.gov/parasites/sth/.

59
Universitas Sumatera Utara
60

13. Hotez PJ, et al. Helminth Infections: Soil-Transmitted Helminth


Infections and Schistosomiasis. In: Jamison, DT, et al, eds. Disease
Control Priorities in Developing Countries. 2 nd Edition. Washington
(DC): World Bank; 2006. P467-81.
14. Ideham B, Pusarawati S. Helmintologi Kedokteran. Surabaya:
Airlangga University Press; 2007.
15. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Parasites-
Ascariasis; Biology [Internet]. 2015 [Cited on 9th October 2016].
Available from: http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html.
16. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Parasites-
Trichuriasis. 2015. 2015 [Cited on 9th October 2016]. Available from:
http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/.
17. Supali T, Margono SS. 2009. Epidemiologi Soil Transmitted Helminths.
In: Susanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S, eds. Buku Ajar
Parasitologi Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. P20-5.
18. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Parasites-
Trichuriasis; Biology [Internet]. 2015 [ Cited on 9th October 2016].
Available from: http://www.cdc.gov/parasites/whipworm/biology.html.
19. Maguire JH. Intestinal Nematodes (roundworms). In: Mandell GL,
Bennett JE, Dolin R. Mandell. Douglas. and Bennett’s Principles and
Practice of Infections Disease. 7th Edition. Philadelphia: Churchill
Livingstone Elsevier; 2010. P 3577-86.
20. Supali T, Margono SS, Abidin SAN. Nematode Usus. In: Susanto I,
Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S, eds. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009. P6-20.
21. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Parasites-
Hookworm; Biology [Internet]. 2015 [ Cited on 9th October 2016].
Available from: http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/biology.html
22. Glinz D, et al. Comparing Diagnostic Accuracy of Kato-Katz Agar
Plate, Ether-Concentration, and FLOTAC for Schiscosoma mansoni
and Soil-Transmitted Helminth. PLos Negl Trop Dis. 2010; 4 (7): e754
(1-10).
23. Maguire JH. Introductions to Helminth Infections. In: Mandell GL,
Bennet JE, Dolin R, Mandell. Douglas, and Bennett’s Priciples and
Practise of Infectious Disease. 7th Edition. Philadelphia: Churchill
Livingstones Elsevier; 2010. P3573-5.
24. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 424/MENKES/SK/VI?2006 Tentang
Pedoman Pengendalian Cacingan. Menteri Kesehatan; 2006.

Universitas Sumatera Utara


61

25. Brandimonte MA, Bruno N, Collina S. Cognition. In: Pawlik P,


D’Ydewalle G. eds. Psychological Concepts: An International Historical
Perspective. UK: Psychology Press; 2006
26. American College of Sports Medicine. Physical Activity, Fitness,
Cognitive Function, and Academic Achievement in Children: A
Systematic Review. Official Journal of the American College of Sports
Medicine. 2016. DOI: 10.1249/MSS.0000000000000901.
27. Nouchi R, Kawashima R. Improving Cognitive Function from Children
to Old Age: A Systematic Review of Recent Smart Ageing Intervention
Studies. Hindawi Publishing Corporation, Advances in Neuroscience;
2014. Article ID 235479, 15 pages.
28. Gamayanti IL. Upaya Optimalisasi Fungsi Kognitif dan Psikomotorik
Anak Stunting di Indonesia. Yogyakarta; 2010.
29. Pradita RRA. Hubungan Stunting dengan Skor IQ Anak Usia Sekolah
Dasar Keluarga Miskin di Kabupaten Klaten [Skripsi]. Surakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; 2009.
30. Koriakin TA, McCurdy MM, Papazoglou A, Pritchard AE, Zabel TA,
Mahone EM. Classification of intelectual disability using the Wechsler
Intellegence Scale for Children: full scale IQ or general ability index?
Dev Med Child Neurol. 2013; 55(9):h840-5.
31. Devena SE, Watkins MW. Diagnostic utility of WISC-IV general
abilities index and cognitive proficiency index difference score aming
children with ADHD. Journal of Applied School Psychology. 2012;
28:h133-54.
32. Anonymous. Wechsler Intelligence Scale for Children- IV Conceptual
and Interpretive Guide [Internet]. [cited on 9th October 2016]. Available
from: http://www.iupui.edu/~flip/wiscdescription.pdf.
33. Shea SE. Intellectual Disability (Mental Retardation). Pediatrics in
Review. March 2012; 33 (3): 110-21. doi: 10.1542/pir.33-3-110DOI:
10.1542/pir.33-3-110.
34. Gomez R. Vance A. Watson SD. Structure of the Wechsler Intelligence
Scale for Children- Fourth Edition in a Group of Children with ADHD.
Front. Psychol. May 2016; 7: 737. doi: 10.3389/fpsyg.2016.00737.
35. Anonymous. Supplementary Information [Internet]. [Cited on 9th
October 2016]. Brain sci. 2013: 3. Available from:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
9&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjU3Z_Al8XQAhXGQY8KHU1sDv0
QFghLMAg&url=http%3A%2F%2Fwww.mdpi.com%2F2076-
3425%2F3%2F4%2F1597%2Fs1&usg=AFQjCNElzJOC4lUsWCb3Pwt
KgR5E_6qrnQ&sig2=sAxpU4-
xFMYpZBA_7fa1FQ&bvm=bv.139782543,d.c2I.

Universitas Sumatera Utara


62

36. World Health Organization. Nutrition [Internet]. 2016 [Cited on 9th


October 2016]. Available from: http://www.who.int/topics/nutrition/en/.
37. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Nutrisi. Jakarta: EGC;
2002.
38. Dwyer J. Nutritional Requirements and Dietary Assesment. In: Kasper,
Dennis L., et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. New York:
McGrawHill; 2005. P399-402.
39. Maqboool A, Olsen II, Stallings VA. Clinical assessment of nutritional
status. Dalam: Duggan C, penyunting. Nutrtions in pediatrics. Edisi ke
4. Canad: BC Decker In, 2008. H.5-13.
40. Thahir A, Hidriyanti B. Pengaruh Bimbingan Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Pondok Pesantren Madrasah Aliyah Al- Utrujiyyah Kota
Karang Bandar Lampung [Internet]. [Cited on 9th October 2016].
Available from:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj8jMGoq8XQAhWLrI8KHQMOCE4
QFggjMAE&url=http%3A%2F%2Fejournal.radenintan.ac.id%2Findex.p
hp%2Fkonseli%2Farticle%2Fdownload%2F671%2F556&usg=AFQjCN
E9wvzkz14PwjopZBJkSYqf29YTlA&sig2=C-
uqX0ShYL2Mjs8WpkcemQ&bvm=bv.139782543,d.c2I.
41. Sinaga E. Hubungan antara Kadar Hb dengan Prestasi Belajar pada
Murid SD Negeri No.173728 Lobutua Kecamatan Palipi Kabupaten
Samosir Tahun 2005. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. 2005; 1(2):
15-21. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15362/1/mki-des2005-
%20%283%29.pdf.
42. Simeon DT, McGregor SM, Callnder JE, Wong MS. Treatment of
Trichuris Tricchura Infections Improves Growth, Spelling Scores and
School Attendance in Some Children. J Nutrition. 1995; 125:1875-83.
43. Hadidjaja P, Bonang E, Suyardi MA, Abidin SAN, Ismid IS , Margono
SS. The Effect of Interventions Methods on Nutitional Status and
Cognitive Functions of Primary School Children Infected with Ascaris
Lumbricoides. Am J Trop Med Hyg.1998; 59(5):791-95.
44. Sakti H, Nokes C, Hertanto WS, Hendratno S, Hall A, Bundy DAP, et
al. Evidence of An Association between Hookworm Infection and
Cognitive Function in Indonesia School Children. Trop Med int Health.
1999; 4(5):322-34.
45. Jukes M. Better Education Through Improved and Nutrition:
Implications for Early Childhood Development Programs in Developing
Countries. Pediatr Infect Dis Rev. 2007: 145-76.
46. Roschnik N, Parawan A, Balyon MAB, Chua T, Hall A. Weekly Iron
Supplements Given By Teachers Sustain The Haemoglobin Level

Universitas Sumatera Utara


63

Concentration Of School Chidren in the Philipines. Trop MedInt Healt.


2004;9(8) :904-9.
47. Kar BR. Rao SL, Shandramoli BA. Coognitive Development in
Children with Chronic Protein Energy. Behav Brain Frunc. 2008;4: 31-
43
48. Watkins WE. Pollit E. “Stupidity or worms”: Do Intestinal Worms Impair
Mental Performance? Psychological Bulletin. 1997;121(2) : 171-91.
49. Reichenberg A, Yirmiya R, Schuld A., Kraus T. Haack M. Morag A, et
al. Cytokine Associated Emotional and Cognitive Disturbance in
Humans. Arch Gen Psychiatry. 2001; 58 :445-52.
50. Cromptom DW, Nesheeim MC. Nutritional impact of intestinal
helminthiasis during the human life cycle. Annu Rev Nutr. 2002; 22:35-
59.
51. Wibowo JR. Hubungan antara Infeksi Soil Transmitted Helminths
dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar 03 Pringapus,
Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang; 2008.
52. Handayani D, Ramdja M, Nurdianthi IF. Hubungan Infeksi Soil
Transmitted Helminths (STH) dengan Prestasi Belajar pada Siswa
SDN 169 di Keluharan Gandus Kecamatan Gandus Kota Palembang.
MKS. 2015; 47 (2).
53. Taylor-Robinson DC, Maayan N, Soares-Weiser K, Donegan S,
Garner P. Deworming drugs for soil-transmitted intestinal worms in
children: effects on nutrirional indicators, haemoglobin, and school
performance (review). Cochrane Database of Syst Rev. 2015;
7:CD000371.
54. Taylor-Robinson DC, Maayan N, Soares-Weiser K, Donegan S,
Garner P. Deworming drugs for soil-transmitted intestinal worms in
children: effects on nutrirional indicators, haemoglobin, and school
performance (review). Cochrane Database of Syst Rev. 2012;
11:CD000371.
55. Ebenezer R, Gunawardena K, Kumarendran B, Pathmeswaran A,
Jukes MCH, Drake LJ, et al. Cluster-randomized trial of the impact of
the impact of school-based deworming and iron supplementation on
the cognitive abilities of schoolchildren in Sri Lanka’s plantation sector.
Trop Med Int Health. 2013; 18:942-51.
56. Ezeamama AE, McGarvey ST, Hogan J, Lapane KL, Bellinger DC,
Acosta LP, et al. Treatment for Schistosoma japonicum, reduction of
intestinal parasite load, and cognitive test score improvements in
school-aged children. PLoS Negl Trop Dis. 2012; 6:e1634.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

1. Ketua penelitiian

Nama : dr. Putri Hasria Sri Murni

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak

FK-USU/RSHAM

2. Anggota Penelitian

1. Prof. dr.H. Munar Lubis, SpA(K

2. Dr. isti Ilmiati Fujiati, M.sc, CM/FM

3. Dr. Nur Arafah

4. Dr. krisnarta Sembiring

5. Dr. Richo wijaya

6. Dr. M.Arief Boediman

7. Dr. Irwieny Tria Pujiastuti

8. Dr. Didi Ariandi

9. Dr.Efrina Harahap

Universitas Sumatera Utara


2. Biaya Penelitian

1. Bahan / perlengkapan : Rp. 1.000.000

2. Transportasi/akomoddasi : Rp. 5.000.000

3. Penyusunan dan Penggandaan : Rp. 1.000.000

4. Tes WISC : Rp. 11.000.000

5. Seminar hasil penelitian : Rp. 5.000.000

: Rp. 23.000.000

Universitas Sumatera Utara


3. Jadwal penelitian

WAKTU Mar – Mei Juni - Sep - Nov -

2016 agustus Okt Des


KEGIATAN
2016 2016 2016

Persiapan

Proposal

Penelitian

Persiapan

Penelitian

Pelaksanaan

Penelitian

Penyusunan

hasil penelitian

Penggandaan

Laporan

Universitas Sumatera Utara


4. Naskah Penjelasan Kepada orang tua

Yth. Bapak/Ibu

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri dan ingin menjelaskan

mengenai penelitian yang akan saya lakukan. Nama saya dr. Putri

Hasria Sri Murni, saat ini bertugas di Departemen Ilmu Kesehatan

Anak FK USU/RSUP H. Adam Malik. Saya sedang melaksanakan

penelitian dengan judul “Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminth

dengan kempuan kognitif, status nutrisi dan prestasi belajar pada

Anak usia sekolah dasar“. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan antaraHubungan Infeksi Soil Transmitted

Helminth dengan kempuan kognitif, status nutrisi dan prestasi belajar

pada Anak usia sekolah dasar. Pada penelitian ini akan dilakukan

pemeriksaan feses, tes kemampuan kognitif dengan tes CFIT 2A,

pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, menilai rata-rata

rapor untuk melihat prestasi belajar, dan beberapa pertanyaan untuk

mengetahui tentang riwayat minum obat cacing, pernah cacingan atau

tidak, kondisi sumber air bersih, kesehatan dan kebersihan lingkungan

rumah tangga.

Penelitian ini dilakukan dengan meminta orang tua partisipan untuk

mengisi kuesioner penelitian dan Partisipan dalam penelitian ini adalah

Universitas Sumatera Utara


anak usia sekolah dasar.Tidak dijumpai efek samping pada partisipan

dalam penelitian ini.

Segala biaya penelitian ditanggung sepenuhnya oleh peneliti dan

orang tua dari partisipan tidak dibebankan biaya apapun dalam

penelitian ini.

Jika Bapak/Ibu bersedia apabila anaknya diikutsertakan dalam

penelitian ini, maka kami mengharapkan Bapak/Ibu menandatangani

lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).

Jika Bapak/Ibu belum mengerti atau memerlukan penjelasan lebih

lanjut, dapat menghubungi saya di nomor 082166677774.

Demikian penjelasan yang dapat saya sampaikan. Atas perhatian

Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Peneliti

dr. Putri Hasria Sri Murni

Universitas Sumatera Utara


5. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (PSP)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :................................................ Umur .............. tahun (L/P)
Alamat: .............................................................................................
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
untuk diikutsertakan dalam penelitian terhadap anak saya :
Nama : ..............................................................................................
Umur : ...................................... tahun, (L/P)
Alamat Rumah:..................................................................
yang tujuan dan pelaksanaannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah
saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan.

, ..................................... 2016
Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan

dr. ..........................................
(.......................................................) (.............................)

Saksi-saksi :

1. ............................................. ........................................................

2. ............................................. ........................................................

Universitas Sumatera Utara


6. Lembar Isian
Lembar isian

Nomor urut: Nama Pemeriksa:


1. Data anak
a. Nama Lengkap Anak : ____________________________
b. Jenis Kelamin : ____________________________
c. Usia :____________________________
d. Kelas :____________________________
e. Nama Sekolah Dasar :____________________________
f. Tempat &tanggal Lahir :____________________________
g. Alamat :____________________________
h. No. Telpon/HP :____________________________
i. Berat Badan :____________________________
j. Tinggi Badan :____________________________

2. Data Orangtua

Ayah Ibu
Nama :……………… Nama :………………
Usia :……………… Usia :………………
Pekerjaan :……………… Pekerjaan :………………
Pendidikan Tidak tamat SD Pendidikan Tidak tamat SD
Tamat SD Tamat SD
SMP SMP
SMA/STM SMA/STM
Diploma Diploma
Sarjana Sarjana
Agama :……………… Agama :
Tinggi Tinggi
:……………… :
Badan Badan
Berat
:……………… Berat Badan :
Badan
Penghasilan keluarga perbulan (rata-
:Rp. ………………
rata)
Jumlah anak dalam keluarga: :………………

Universitas Sumatera Utara


7. Hasil Pemeriksaan Psikologis

RAHASIA
HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS
NO : 01/EP/IV/2016

Nama : Aditia Sekolah : SD


Tgl. Lahir : 08-03-2006 Kelas :
Tgl. Tes : 16-04-2016 Jenis Kelamin : Laki-Laki

SKOR IQ = 74 (Skala Weschler)


65 and below 66-79 80 – 89 91 – 110 111-119 120 – 127 ≥ 128

Mental defective Borderline Low Average Average Bright normal Superior Very Superior
(Kurang Sekali) (Kurang) (Rata-rata Bawah) (Sedang) (Rata-rata Atas) (Tinggi) (Tinggi Sekali)

Kurang Rata-rata Rata- Rata-rata Tinggi


Aspek Kurang Tinggi
Sekali Bawah rata Atas Sekali
Kemampuan Verbal:
1. Pengetahuan Umum X
2. Pemahaman norma X
sosial
3. Penalaran angka X
4. Pemahaman verbal X
5.Kemampuan X
Konsentrasi

1. Kecermatan dan X
ketelitian
2. Analisa sintesa X
3. Koordinasi visual X
motorik
4. Kecepatan dan X
Ketepatan

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan psikologis yang dilakukan ananda ADITIA memiliki kecerdasan pada
kategori Borderline dengan skor IQ:74 (Menurut Skala Weschler). Hal ini menunjukkan bahwa
ADITIA memiliki kecerdasan di bawah rata-rata dibandingkan usia kronologisnya.

Padang, 19 April 2016


PSIKOLOG

Septi Mayang Sarry. M.Psi, psikolog


SIP: 0039-15-2-1

Universitas Sumatera Utara


8. Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai