Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM II

FENOMENA DISTRIBUSI
Tujuan Percobaan : Untuk menentukan koefisien distribusi suatu zat di dalam minyak dan

air.

TEORI

Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling bercampur.
Jika ada kelebihan cairan atau suatu zat padat ditambahkan kedalam campuran dari dua cairan
tidak bercampur, zat itu akan mendistribusikan diri diantara dua fase sehingga masing-masing
menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan kedalam pelarut tidak bercampur dalam jumlah yang
tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut akan didistribusikan diantara kedua
lapisan dengan konsentrasi tertentu.
Zat terlarut dapat berada sebagian atau keseluruhan sebagai molekul terdisolusi dalam
ion-ion salah satu fase tersebut. Hukum distribusi ini diginakan untuk konsentrasi zat yang
umum pada kedua fase, yaitu monomer atau molekul sederhana dari zat tersebut.
Apabila ditinjau suatu zat tunggal yang terlarut dalam 2 macam cairan yang tidak saling
bercampur, maka dalam sistem tersebut tidak akan terjadi keseimbangan (equilibrium) sebagai
berikut :
Zat terlarut Zat terlarut luar
Fase bawah Fase atas
Menurut hukum termodinamika, pada keadaan seimbang ini nisbih (ratio) aktivitas
species terlarut dalam kedua fase tersebut disebut hukum distribusi Nerst. Biasanya aktivitas
dapat diganti dengan konsentrasi, sehingga hukum itu dapat ditulis sebagai berikut :
K = Cu
Cl
Dimana : K = Koefisien distribusi
Cu = Koefisien dalam fase atas
Cl = Koefisian dalam fase bawah
Koefisien partisi tergantung pada suhu, bukan merupakan fungsi konsentrasi absolute
zat atau volume kedua fase tersebut (Martin, 1999).
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada siat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut,
juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH, larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil,
bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Jika kelebihan cairan atau zat pelarut ditambahkan ke dalma campuran dari dua cairan
tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri diantara kedua fase sehingga masing-masing
menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan ke dalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang
tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut tetap berdistribusi di antara kedua
lapisan dengan perbandingan konsentrasi tertentu.
Untuk memproduksi suatu respon biologis, molekul obat pertama-tama harus
menyeberangi suatu membran biologis beraksi sebagai suatu pembatas lemak untuk
kebanyakan obat-obat dan mengizinkan absorbsi zat-zat yang larut dalam lemak dengan difusi
pasif sedangkan zat-zat yang tidak larut dalam lemak dapat mendifusi menyeberangi
pembatasan hanya dengan kesulitan yang besar, jika tidak sama sekali. Hubungan antara
konstanta disolusi, kelarutan dalam lemak, dan pH pada tempat absorbsi serta karakteristik
absorbsi dari berbagai obat merupakan dasar dari teori pH-partisi. Penentuan derajat disosiasi
atau harga pKa dari zat obat merupakan suatu karakteristik fisika-kimia yang relatif penting
terhadap evaluasi dari efek-efek yang mungkin pada absorbsi dari berbagai tempat pemberian.
Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat lipofilik atau hidrofobik dari
molekul obat. Lewatnya obat melalui membran lemak dan interaksi dengan makro molekul pada
reseptor kadang-kadang berhubungan baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari obat.
Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di
dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu, kelarutan dinyatakan dalam mililiter
pelarut yang dapat melarutkan suatu gram zat, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika dan kimia zat-zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya
obat diabsorbsi setelah zat aktifnya larut dalam cairan tubuh sehingga salah satu usaha
mempertinggi efek farmakologinya dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat
aktifnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena distribusi adalah pengaruh sifat kelarutan
bahan obat terhadap distribusi menunjukkan antara lain bahwa senyawa yang larut baik dalam
bentuk lamak terkonsentrasi dalam jaringan yang mengandung banyak lemak sedangkan
sebaliknya zat hidrofil hampir tidak diambil oleh jaringan lemak karena itu ditentukan terutama
dalam ekstrasel.
Pengaruh distribusi telah disebut pengaruh obat artinya membawa bahan obat terarah
kepada tempat kerja yang diinginkan dari segi terapeutik kita mengharapkan distribusi dapat
diatur artinya konsentrasi obat pada tempat kerja lebih besar dari pada konsentrasi di tempat
lain pada organisme, walaupun demikian kemungkinan untuk mempengaruhi pada distribusi
dalam bentuk hal kecil, pada kemoterapi tumor ganas sebagian dicoba melalui penyuntikan
atau infus sitostatika ke dalam arteri memasok tumor untuk memperoleh kerja yang terarah.
Begitu pula kelarutan asam organic lain dapat mempunyai keadaan demikian, yaitu
dapat larut dalam air ataupun dapat larut dalam lemak. Aplikasi di bidang Farmasi adalah
apabila ada zat pengawet untuk senyawa organic berada dalam emulsi, maka pengawet ini
sebagian larut dalam minyak. Ini berarti kadar pengawet akan meninggikan air menuju ke
minyak. Padahal zat pengawet bekerja dalam media air. Perlu diketahui bahwa perbandingan
kelarutan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yang berpengaruh pada pH larutan.

ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN


ALAT : Corong pisah, Buret, Erlenmeyer, Gelas Kimia, Pipet Volume
BAHAN : Asam Borat, Asam Benzoat, Air Suling, Minyak Kelapa

PROSEDUR KERJA :
1. Timbang 100 mg asam borat
2. Larutkan dengan aquadest secukupnya hingga tidak ada partikel sampel yang
tertinggal pada dasar (melarut seluruhnya), kemudian cukupkan volume larutan
hingga 100 mL dengan aquadest
3. Pipet 25 mL dari larutan tersebut, dimasukkan dalam corong pisah
4. Tambahkan dengan 25 mL minyak kelapa ke dalam corong pisah tersebut.
5. Kocok selama beberapa menit campuran di dalam corong pisah dan diamkan
selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah satu sama lain
6. Tampung cairan, yang berada sebelah bawah corong pisah sedangkan cairan
lainnya dibuang.
7. Tambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer berisi
cairan/asam borat yang dikeluarkan dari corong pisah.
8. Titrasi larutan dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
indikator dari bening menjadi merah muda.
9. Ambil 25 mL larutan no. 2 di atas, kemudian titrasi dengan larutan baku NaOH
0,1 N, serta tambahkan pula dengan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes
10. Titrasi dihentikan setelah tercapai titik akhir titrasi, ditandai dengan perubahan
warna indikator dari bening menjadi merah muda.
11. Catat volume titrasi yang digunakan

Misalnya data yang diperoleh

Pertama dibuat dulu larutan NaOH 0,1 N kemudian dibakukan.


Buatlah perhitungannya, berapa normalitas NaOH jika yang
ditimbang sebanyak 39,2 mg dan volume yang dibutuhkan adalah
10 mL NaoH.

100 mg ----- 100 ml


25 ml + 25 ml minyak ----- ambil lapisan air
25 ml ------------------- titrasi

Diketahui
BE = Asam benzoate = 122,12
N NaOH = 0.0980 N
Volume titrasi tanpa minyak = 3 ml
Volume titrasi dengan minyak = 0,7 ml
Kadar = …..?

Cara pertama
Mencari kadar keseluruhan

Kadar tanpa minyak


Mg = V . N. BE
= 3 ml x 0,0980 N x 122,12
= 36,233 mg ------------------ untuk 25 mL
Untuk 100 mL = 100 ml/25 ml x 36,233 mg = 144,932 mg

% kadar = 144,932 mg / 100 mg x 100 % = 144,932 %

Kadar dengan minyak (kadar air yang tercampur air)


Mg = V . N . BE
= 0.7 ml x 0.0980 N x 122,12
= 8,420 mg ------------------ untuk 25 ml

Untuk 100 ml = 100 ml / 25 ml x 8,420 mg = 33,68 mg

% kadar = 33,68 mg / 100 mg x 100% = 33,68 %

Jadi % kadar yang terlarut dalam minyak


= % kadar total - % kadar yang tercampur
= 144,932 % - 33,68%
= 111,252 %

C fase atas C fase minyak


Koefisien distribusi = =
C fase bawah C fase air

= 111,252 % / 144,932%
= 0.77

CARA KEDUA

Kadar tanpa minyak


Mg = V . N. BE
= 3 ml x 0,0980 N x 122,12
= 36,233 mg

Kadar dengan minyak (kadar air yang tercampur minyak)


Mg = V . N . BE
= 0.7 ml x 0.0980 N x 122,12
= 8,420 mg

Kadar dalam minyak = kadar total tanpa minyak – kadar air dgn
minyak
= 36,233 mg – 8,420 mg

= 27,813 mg

C fase atas C fase minyak


Koefisien distribusi = =
C fase bawah C fase air

= 27,813 mg / 36,233 mg
= 0.77

DATA 1 . PEMBAKUAN NaOH


Pertama dibuat dulu larutan NaOH 0,1 N kemudian dibakukan.
Buatlah perhitungannya, berapa normalitas NaOH jika yang
ditimbang sebanyak 39,2 mg dan volume yang dibutuhkan adalah
10 mL NaoH.

DATA 2. TITRASI
BAHAN VOL TITRASI VOLUME TITRASI
TANPA MINYAK DENGAN MINYAK (mL)
(mL)

Asam Benzoat 2,7 0,6

Asam Borat 3 2,3

Anda mungkin juga menyukai