Anda di halaman 1dari 3

PRAKTIKUM IV

FENOMENA DISTRIBUSI

Tujuan percobaan :
Untuk menentukan koefisien distribusi suatu zat di dalam minyak dan air.

TEORI :
Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara
dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada interaksi fisik dan kimia
antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena distribusi adalah pengaruh
sifat kelarutan bahan obat terhadap distribusi menunjukkan antara lain bahwa
senyawa yang larut baik dalam bentuk lamak terkonsentrasi dalam jaringan yang
mengandung banyak lemak sedangkan sebaliknya zat hidrofil hampir tidak diambil
oleh jaringan lemak karena itu ditentukan terutama dalam ekstrasel.
Pengaruh distribusi telah disebut pengaruh obat artinya membawa
bahan obat terarah kepada tempat kerja yang diinginkan dari segi terapeutik kita
mengharapkan distribusi dapat diatur artinya konsentrasi obat pada tempat kerja
lebih besar dari pada konsentrasi di tempat lain pada organisme, walaupun demikian
kemungkinan untuk mempengaruhi pada distribusi dalam bentuk hal kecil, pada
kemoterapi tumor ganas sebagian dicoba melalui penyuntikan atau infus sitostatika
ke dalam arteri memasok tumor untuk memperoleh kerja yang terarah.

Pelarut secara umum dibedakan atas dua pelarut, yaitu pelarut air dan bukan air.
Salah satu ciri penting dari pelarut tetapan dielektriknya (E), yaitu gaya yang
bekerja antara dua muatan itu dalam ruang hampa dengan gaya yang bekerja pada
muatan itu dalam dua pelarut. Tetapan ini menunjukkan sampai sejauh mana tingkat
kemampuan melarutkan pelarut tersebut. Misalnya air dengan tetapan dielektriknya
yang tinggi (E = 78,5) pada suhu 25 oC, merupakan pelarut yang baik untuk zat-zat
yang bersifat polar, tetapi juga merupakan pelarut yang kurang baik untuk zat-zat
non polar. Sebaliknya, pelarut yang mempunyai tetapan dielektrik yang rendah
merupakan pelarut yang baik untuk zat non polar dan merupakan pelarut yang kurang
baik untuk zat berpolar (Rifai, 1995).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam larutan, yaitu :
1. Temperatur, kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira 2 atau 3 tiap
kenaikan suhu 10oC.
2. Kekuatan Ion, semakin kecil konsentrasi suatu larutan maka laju distribusi
makin kecil.
3. Konstanta Dielektrik, efek konstanta dielektrik terhadap konstanta laju
reaksi ionik diekstrapolarkan sampai pengenceran tak terbatas, yang
pengaruh kekuatan ionnya 0. Untuk reaktan ion yang kekuatannya bermuatan
berlawanan maka laju distribusi reaktan tersebut adalah positif dan untuk
reaktan yang muatannya sama maka laju distribusinya negatif.
4. Katalisis, katalisis dapat menurunkan laju – laju distribusi (Katalis negatif).
Katalis dapat juga menurunkan energi aktivitas denganss mengubah
mekanisme reaksi sehingga kecepatan bertambah.
5. Katalis Asam Basa Spesifik, laju distribusi dapat dipercepat dengan
penambahan asam atau basa. Jika laju peruraian ini terdapat bagian yang
mengandung konsentrasi ion hidrogen atau hidroksi.
6. Cahaya Energi, cahaya seperti panas dapat memberikan keaktifan yang
diperlukan untuk terjadi reaksi. Radisi dengan frekuensi yang sesuai dengan
energi yang cukup akan diabsorbsi untuk mengaktifkan molekul – molekul
(Cammarata, 1995).

Pada umumnya obat-obat bersifat asam lemah atau basa lemah. Jika obat tersebut
dilarutkan dalam air sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan
tergantung pada pH larutannya. Obat-obat yang tidak terionkan lebih mudah larut
dalam lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion kelarutannya kecil atau bahkan
praktis tidak larut. Dengan demikian pengaruh pH sangat besar terhadap kecepatan
absorpsi obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah (Sardjoko, 1987)

METODE KERJA
1 Alat
batang pengaduk, buret 50 ml, corong, corong pisah 250 ml, erlenmeyer 25
ml, erlenmeyer 50 ml, gelas kimia 250 ml, gelas ukur 25 ml, gelas ukur 50 ml,
klem, penyangga corong pisah, pipet tetes, statif dan timbangan analitik.

2 Bahan
aquades, asam benzoat, asam borat, indikator fenofltalein, kertas timbang,
larutan baku NaOH 0,1 N, minyak kelapa, dan tissu.
3 Langkah Kerja
1. Menentukan koefisien partisi
 ditimbang asam borat sebanyak 100 mg
 dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml,
 dilarutakan dengan aquadest sebanyak 100 ml,
 diambil 25 ml dari larutan tersebut, kemudian dimasukkan dalam corong
pisah,
 ditambahkan 25 ml minyak kelapa. kemudian, dikocok selama 5 menit
campuran di dalam corong pisah,
 diamkan selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah satu sama lain.
 dipisahkan air dari minyak dan ditampung dalam erlenmeyer
 ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer,
 dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
dari bening menjadi merah muda.
 diambil 25 ml larutan asam borat yang telah dicukupkan dengan aquadest,
kemudian titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N, serta tambahkan pula
dengan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes
 titrasi dihentikan setelah tercapai titik akhir titrasi, ditandai dengan
perubahan warna indikator dari bening menjadi merah muda, catat volume
titrasi yang digunakan.

DATA PENGAMATAN
SAMPEL BERAT/ VOLUME TITRASI (ML) KADAR
VOLUME I II
SAMPEL

Anda mungkin juga menyukai