Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

KOEFISIEN DISTRIBUSI

OLEH :

I GEDE ARKA LINGGA BUMI


1908511002

KELAS A
KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KOEFISIEN DISTRIBUSI

I. Tujuan
1. Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang saling
tidakbercampur
2. Mengetahui konsep pemisaham berdasarkan ekstraksi cair-cair
3. Membandingkan harga koefisien distribusi pada berbagai konsentrasi
4. Mengetahui kecenderungan distribusi suatu zat melalui nilai koefisien distribusi
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi

II. Dasar Teori


Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling
bercampur. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut. Ekstraksi pelarut atau yang
biasa disebut denganekstraksi air merupakan metode yang paling baik dan paling umum
digunakan. Hal inidisebabkan karena pemisahan dengan metode ekstraksi pelarut dapat
diganakan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Ekstraksi pelarut umumnya
digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang diinginkan dan mugkin merpakan
gugus penganggu dalam analisa secara keseluruhan. Prinsip kerja dari metode ini
berdasarkan pada distribusi pelarut dengan perbandinga tertetu antara dua zat pelarut yang
tidak saling bercampur, seperti benzena, karbontetraklorida atau kloroform. (Rukmana,
2013).
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara kalsik adalah
mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi. Sekarang klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion
logam berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu.
Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies
ekstraksi disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang
melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan
spesies netral yang tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori
terakhir merupakan
kstraksi sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat
yang berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut
pengekstraksi.Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap,
ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang
paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak
bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai
lapisan didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990).

Koefisien distribusi merupakan perbandingan konsentrasi senyawa dalam


campuran dua fase yang tak larut pada kesetimbangan. (Saat dua pelarut dicampurkan
tetapi tidak saling melarutkan maka akan tebentuk dua fasa yang terpisah (Rizki,
dkk,2016). Jika kedalamnya ditambahkan zat terlarut yang dapat larut di dalam du afasa
tersebut, seperti iodum yang dapatlarut dalam karbon tetraklorida dan air, maka zat terlarut
akan terdistribusi di kedua pelarut (yang berbeda fasa) tersebut, sampai tercapai keadaan
kesetimbangan, Pada saat tersebut, potensial kimia zat terlarut di 1 fasa sama dengan
potensial kimianya di fasa 2.
𝑋2
=𝐾
𝑋1
(Rosita, 2014)

Koefisien distribusi dinyatakan dalam rumus sabagai berikut ;

𝐶2
= 𝐾𝑑
𝐶1
Dengan :
Kd merupakan koefisien distribusi atau koefisien partisi atau perbandingan anatara
kelarutansenyawa dalam kedua pelarut yang tidak bercampur C merupakan konsentrasi
solut dalam pelarut.

(Tim Lab Kimfis, 2021)


Pada ekstraksi cair-cair terdapat tiga metode dasar yaitu ekstraksi bertahap, ekstraksi
kontinu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan metode yang paling
sederhana, prinsip kerja dari metode ini adalah menambahkan pelarut pengektraksi yang
tidakbercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, selanjutny
alapisan tersebut setelah beebrapa saat dipishkan (Rahmawati, 2014).
III. Alat dan Bahan
3.1.Alat
- Corong pemisah
- Labu tutrasi
- Buret
- Pipet ukur 10,0 ml, 25,0 ml
3.2.Bahan
- Dietil eter
- Larutan asam asetat 1 dan 0,5 M
- Larutan NaOH 0,5 M
- Indikator Fenoftalein (PP)

IV. Prosedur Kerja


Disiapkan maisng-maisng 50 ml larutan asam setat dengan konsentrasi 1 M dan 0,5 M.
Selanjutnya masing-masing larutan tersebut dipipet sebanyak 25 ml dan dimasukkan kedalam
corong pemisah. Dan diberikan label nomor. Selanjutnya dituangkan 25 ml dietil eter ke
dalam maisng masing corong. Kemdian ditutup dan dikocok dengan pengock mekanik selama
30 menit. Setelah pengoocokan selesai larutan dibiarkan hingga terjadi pemisahan lapisan.
Selanjutnya lapisan air dipishkan dan dipipet sebnayak 10,0 ml dan dimasukkan ke dalam
labu titrasi kemudian dititrasi dengan larutan NaOH dengan bantua indikator phenoftalein
(pp).
V. Data Pengamatan
V CH3COOH V NaOH [CH3COOH]
10 mL 7,65 mL 0,5 M
10 mL 15,65 mL 1M

VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini penentuan koefisien distribusi dilakukan dengan mengukur
konsentrasi asam asetat dalam fase air dan dalam pelarut organik. Pelarut organik pada
percobaan ini memiliki sifat tidak saling melarutkan dengan dengan air. Pada percobaan ini
asam asetat yang digunakan memiliki konsentrasi 0,5 M dan 1 M. Konsentrasi asam asetat
dibuat bervariasi untuk mengetahui pengaruh koefisien distribusi terhadap konsentrasi.
Percobaan kali ini menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan corong pisah. Prinsip kerja
metode ini adalah perbedaan kelarutan suatu zat dimana dalam percobaan ini yaitu perbedaan
kelarutan antara asam setat dengan dua pelarut yang tidak saling melarutkan yaitu dietil eter dan
air, dimana akan terbentuk dua fase yang kemudian daat dipisahkan dengan alat corong pisah.
Dalam penentuan koefisien distribusi dilakukan proses pengocokan. Fungsi dari
pengocokan adalah untuk mempercepat distribusi asam asetat ke pelart air dan dietil eter. Dalam
percobaan ini pengocokan dilakukan selama 30 menit, lamanya waktu pengocokan dapat
berpengaruh pada distribusi larutan dimana terjainya perpindahan massa dari fasa air ke fasa
organik disebabkan karena reaksi kimia dan difusi. Antara fasa air dan fasa organik akan
membentuk lapisan antar muka dengan ketebalan imajiner tertentu yang merupakan hambatan
laju perpindahan massa dari fasa air ke fasa organik atau sebaliknya. Besarnya tebal lapisan
tipis antar muka ini tergantung pada kecepatan pengocokan. Semakin cepat pengadukan maka
tebal lapisan akan semakin tipis. Dimana hal ini akan berhubungan dengan Kd, dimana nilai Kd
akan bertambah besar seiring dengan kenaikan kecepatan pengocokan, karena intenstas
terjadinya tumbukan antara reaktan semakin banyak dan semakin cepat. Selanjutnya lapisan air
akan dipisahkan dengan dengan corong pisah, untuk selanjutnya dititrasi dengan NaOH. Sampel
air digunakan sebagai sampel titrasi dengan NaOH karena apabila lapisan senyawa organik
(minyak) dititrasi dengan NaOH maka akan terjadi reaksi saponifikasi sehinga titik akhir titrasi
susah ditentukan. Titrasi ini dibantu dengan indikator phenoptalein sehingga titik akhir titrasi
dapat dengan mudah diamati. Adapun reaksi yang tejadi adalah sebagai berikut
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Dari reaksi penetralan diatas dapat diketahui bahwa mol asam sestat ekivalen dengan mol NaOH
sehingga jumlah NaOH yang dihabiskan saat titrasi akan sama dengan jumlah asam asetat.
Pada percobaan kali ini diperoleh hasil bahwa volume NaOH 0,5 M yang diperlukan untuk
titrasi adalah sebesar 7,65 ml dan untuk NaOH 1 M dihabiskan saat titrasi sebesar 15,65 ml.
Dari data tersebut kemudian ditentukan nilai koefisien distribusi (Kd) sehingga diperoleh Kd
pada NaOH 0,5 M sebesar 0,3072 dan Kd pada NaOH 1 M sebesar 0,2760. Dari hasil tersebut
diketahui bahwa koefisien distribusi pada konsentrasi Na0H 1 M lebih kecil dari koefisien
distribusi NaOH dengan konsentrasi 0,5 M. Hal ini kurang sesuai dengan teori dimana
seharusnya nilai koefisien distribusi akan semakin besar pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Perbedaan ini dapat disebabkan karena kesalahan dari praktikan saat melakuakn pengocokan,
diaman kecepatan pengocokan terlalu lambat sehingga nilai koefisien distribunya menjadi lebih
kecil dari yang seharusya.
Dari percobaan dapat dinyatakan bahwa konsentrasi, pengocokan dan suhu yang konstan
merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi nilai dari koefisien distribusi.

VII. Kesimpulan
1. Harga koefisien distribusi pada NaOH 0,5 M sebesar 0,3072 dan Kd pada NaOH 1 M
sebesar 0,2760
2. Pimasahan ekstraksi cair-cair didasarkan pada adalah perbedaan kelarutan suatu zat dimana
dalam percobaan ini yaitu perbedaan kelarutan antara asam setat dengan dua pelarut yang
tidak saling melarutkan yaitu dietil eter dan air, dimana akan terbentuk dua fase yang
kemudian daat dipisahkan dengan alat corong pisah.
3. Dari hasil percobaan diketahui harga koefisien reaksi pada NaOH 1 M lebih kecil daripada
koefisien distribusi NaOH 0,5 M
4. Koefisien distribusi asam setat yang diperoleh lebih kecil dari 1 sehingga asam asetat
cenderung atau dominan terdistribusi ke salah satu pelarut saja
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi yaitu konsentrasi, pengocokan, suhu
Daftar Pustaka
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . UI-Press. Jakarta.

Rahmawati, Huda. 2014. Jurnal Praktikum Kimia Fisik II Penentuan Koefisien Distribusi. Jakarta:
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
IlmuTarbiyah dan Keguruam Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.

Rosita, Ipa Ida. 2014. Penentuan Koefisien Distribusi. Jakarta: Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruam
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.

Rizki, dkk, 2016. Laporan Praktikum Fisika Farmasi Penentuan Koefisien Distribusi. Jambi :
Akademi Farmasi Jambi.

Tim Laboratorium Kimia Fisik. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Fisik. Jimbaran : Prodi Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univrsitas Udayana.
LAMPIRAN

1, Data Pengamatan

2. Perhitungan
A. Konsentrasi asam asetat CH3COOH 0,5 M
Diketahui :
M CH3COOH = 0,5 M
V CH3COOH = 25 ml = 0,025 L
V CH3COOH dalam sampel (titrasi) = 10 ml = 0,01 L
M NaOH = 0,5 M
V NaOH = 7,65 ml = 0,00765 L
Ditanya :
1. C0 CH3COOH =….?
2. C1 CH3COOH =…..?
3. C2 CH3COOH = ...... ?
4. Kd = ...... ?
5. N = ....... ?
Jawab :
1. C0 CH3COOH
C0 CH3COOH = M CH3COOH awal x V CH3COOH
= 0,5 mol/L x 0,025 L
= 0,0125 mol (n CH3COOH)
2. C1 CH3COOH dalam air
n NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,5 mol/L x 0,00765 L
= 0,003825 mol
n CH3COOH setelah titrasi = n NaOH = 0,003825 mol
𝑛 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 0,003825 𝑚𝑜𝑙
[CH3COOH] = =
𝑉 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 0,01 𝐿

= 0,3825 mol/L
3. C2 CH3COOH dalam dietil eter
n CH3COOH = M CH3COOH x V CH3COOH
= 0,3825 mol/L x 0,025 L
= 0,00956 mol (n CH3COOH akhir)
n CH3COOH = n CH3COOH awal – n CH3COOH akhir
= 0,0125 mol - 0,00956 mol
= 2,9375 x 10-3 mol
𝑛 𝐶𝐻 𝐶𝑂𝑂𝐻 2,9375 𝑥 10−3
[CH3COOH] = 𝑉 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 =
3 0,025 𝐿

= 0,1175 mol/L

4. Kd (Kofisein Distribusi)
𝐶2 0,1175 mol/L
Kd = = = 0,3072
𝐶1 0,3825 𝑚𝑜𝑙/𝐿

5. n=1, Karena pada percobaan dilaukan penambahan sebanyak 1 kali


B. Konsentrasi Asam Aseat (CH3COOH) 1 M
Diketahui :
M CH3COOH =1M
V CH3COOH = 25 ml = 0,025 L
V CH3COOH dalam sampel (titrasi) = 10 ml = 0,01 L
M NaOH = 0,5 M
V NaOH = 15,65 ml = 0,01565 L
Ditanya :
1. C0 CH3COOH =….?
2. C1 CH3COOH =…..?
3. C2 CH3COOH = ...... ?
4. Kd = ...... ?
5. n = ....... ?
Jawab :
1. C0 CH3COOH
C0 CH3COOH = M CH3COOH awal x V CH3COOH
= 1 mol/L x 0,025 L
= 0,025 mol (n CH3COOH)
2. C1 CH3COOH dalam air
n NaOH = M NaOH x V NaOH
= 0,5 mol/L x 0,01565 L
= 0,007825 mol
n CH3COOH setelah titrasi = n NaOH =0,007825 mol
𝑛 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 0,007825 mol
[CH3COOH] = =
𝑉 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 0,01 𝐿
= 0,7825 mol/L
3. C2 CH3COOH dalam dietil eter
n CH3COOH = M CH3COOH x V CH3COOH
= 0,7825 mol/L mol/L x 0,025 L
= 0,01956 mol (n CH3COOH akhir)
n CH3COOH = n CH3COOH awal – n CH3COOH akhir
= 0,025 mol - 0,01956 mol
= 0,00544 mol
𝑛 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 0,00544 mol
[CH3COOH] = =
𝑉 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 0,025 𝐿

= 0,216 mol/L
4. Kd (Kofisein Distribusi)
0,216 mol/L
Kd = 𝐶2 = = 0,2760 mol/L
𝐶1 0,7825 mol/L

5. n=1, Karena pada percobaan dilaukan penambahan sebanyak 1 kali

3. Pertanyaan-pertanyaan

1. Konsentrasi awal larutan asam asetat yaitu:


C0 CH3COOH 0,5 M = 0,0125 mol
C0 CH3COOH 1 M = 0,025 mol
2. Konsentrasi asam asetat setelah percobaan ( C1 dan C2 )
a. CH3COOH 0,5 M
C1 CH3COOH dalam air = 0,3825 mol / L
C1 CH3COOH dietil eter = 0,1175 mol / L
b. CH3COOH 1 M
C1 CH3COOH dalam air = 0,7825 mol / L
C1 CH3COOH dietil eter = 0,2160 mol / L
3. Harga Koefisien Distribusi (Kd) dan n :
a. CH3COOH 0,5 M
Kd = 0,3072 ; n=1
b. CH3COOH 1 M
Kd = 0,2760 ; n=1
4. Benar

Anda mungkin juga menyukai