Anda di halaman 1dari 14

Praktikum Kimia Fisika I

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan kesetimbangan cair-cair yang bertujuan untuk


mempelajari kelarutan suatu zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling
campur dan menentukan harga konstanta distribusinya. Prinsip dari percobaan
ini adalah distribusi zat terlarut ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur yaitu air dan kloroform, dimana menurut hukum distribusi Nerst, jika
ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur di masukkan zat terlarut maka
zat terlarut dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, sehingga akan terjadi
pembagian zat terlarut dengan perbandingan tertentu. Perbandingan konsentrasi
solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu ketetapan pada
suhu tetap. Tetapan tersebut adalah tetapan distribusi atau koefisien distribusi
(KD). Hasil standarisasi yang didapatkan pada titrasi pertama yaitu volume
NaOH sebanyak 20,8 mL dan titrasi kedua yaitu volume NaOH sebanyak 21,3
mL, sehingga didapatkan volume NaOH rata-rata sebanyak 21,05 mL.
Konsentrasi yang didapatkan dari standarisasi NaOH sebesar 0,12 M. Dari
dilakukan ekstraksi sebanyak 3 kali ini didapatkan hasil koefisien distribusi
pertama sebesar 0,05263, koefisien distribusi kedua sebesar 0,02564 dan
koefisien distribusi sebesar 0,01265. Sehingga didapatkan koefisien distribusi
rata-rata sebesar 0,0303.

Kata Kunci: ekstraksi, koefisien distribusi, pelarut air, pelarut kloroform.

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


Prinsip dari percobaan ini adalah distribusi zat terlarut ke dalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur yaitu air dan kloroform, dimana menurut
hukum distribusi Nerst, jika ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur di masukkan zat terlarut maka zat terlarut dapat larut dalam kedua
pelarut tersebut, sehingga akan terjadi pembagian zat terlarut dengan
perbandingan tertentu. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut
tersebut tetap dan merupakan suatu ketetapan pada suhu tetap. Tetapan
tersebut adalah tetapan distribusi atau koefisien distribusi (KD).
Reaksi yang terjadi:
CH3COOH + NaOH  CH3COONa + H2O
C2H2O4 + 2NaOH  Na2C2O4 + 2H2O
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaa ini adalah untuk mempelajari kelarutan suatu zat
terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling campur dan menentukan harga
konstanta distribusinya.

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi
Distribusi adalah proses penyebaran zat terlarut menjadi molekul-
molekul kecil di dalam dua zat pelarut yang tidak saling campur. Koefisien
distribusi atau koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit
antara fasa sampel dan fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar
zat dalam dua fase. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi
kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak saling
bercampur. Faktor yang mempengaruhi koefisien disribusi adalah pelarut
pertama dan pelarut yang kedua (Day & Underwood, 1998).
Penentuan koefisien distribusi disebabkan oleh dua pelarut yang
dicampurkan tetapi tidak saling melarutkan. Dalam melakukan penentuan
koefisien distribusi dikenal dengan hukum Distribusi Nerst. Menurut hukum
distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur
dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan
terjadi pembagian kelarutan. Solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke
dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah (Noue,
1969). Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap
dan merupakan suatu tetapan. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau
koefisien distribusi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya koefisien distribusi
zat terlarut dalam sistim extraksi pelarut air-organik adalah:
1. Konsentrasi zat terlarut
Bilamana keadaan molekul zat terlarut dalam kedua fasa sama, dan
konsentrasinya di bawah titik jenuhnya, maka koefisien distribusi tidak
berubah dengan berubahnya konsentrasi zat terlarut. Walaupun demikian
koefisien distribusi akan berubah pada konsentrasi zat terlarut yang tinggi.
Hal ini disebabkan perubahan konsentrasi zat terlarut mengakibatkan
pengaruh yang cukup besar pada kelarutan relatifnya dalam kedua fasa.
2. Susunan (komposisi) fasa air

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

Apabila fasa air mengandung zat terlarut lain yang mempengaruhi


kelarutan relatif zat terlarut yang diekstraksi, maka koefisien distribusi
bergantung pada susunan fasa air dan berubah sesuai dengan berubahnya
susunan fasa air. Penambahan zat dalam fasa air yang bereaksi dengan zat
yang akan diekstraksi, membentuk senyawa yang tidak dapat diekstraksi
menurunkan koefisien distribusi. Sedangkan penambahan zat yang
menurunkan kelarutan zat yang akan diekstraksi dalam fasa air atau
bereaksi dengan zat terlarut membentuk senyawa yang lebih mudah
diekstraksi, akan menaikkan koefisien distribusi.
3. Komposisi fasa organik
Bila fasa organik hanya terdiri dari satu macam pelarut saja, maka
koefisien distribusi tidak dipengaruhi oleh bagian sistem ini. Tetapi bila
fasa organik terdiri dari campuran beberapa macam pelarut organik di
mana zat yang akan diekstraksi mempunyai kelarutan berbeda, maka
koefisien distribusi akan berubah bergantung pada susunan fasa organik.
4. Suhu
Distribusi zat terlarut dalam fasa air dan dalam fasa organik bergantung
pada temperatur, akibatnya koefisien distribusi akan berubah dengan
berubahnya suhu.
5. Waktu kesetimbangan
Umumnya bilamana dispersi dari satu fasa ke fasa lain baik, waktu
kesetimbangan yang dicapai cukup pendek. Untuk maksud--maksud
analisa pencampuran selama 5 menit sudah menjamin tercapainya KD
pada kesetimbangan.
(Gitowati, 1978)
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi pelarut atau ekstraksi cair-cair merupakan distribusi suatu zat
telarut (solut) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur (Soebagio,
2003). Dua fasa cair tersebut umumnya adalah fasa air dan fasa organik.
Setelah proses ekstraksi, fasa organik adalah larutan yang mengandung
banyak solute, yang disebut ekstrak. Fasa organik ini merupakan larutan yang
tidak larut dalam air, Sedangkan fasa air adalah larutan yang mengandung

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

sedikit solute disebut rafinat. Metode pemisahan dengan ekstraksi merupakan


salah satu metode pemisahan yang dapat dilakukan baik untuk tingkat mikro
maupun makro.
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) berdasarkan prinsip
beda kelarutan. Ekstraksi dapat dipakai untuk memisahkan dari kadar rendah
sampai dengan kadar tinggi. Ekstraksi cair-cair atau sering disebut ekstraksi
saja (Basuki dan Biyantoro, 2011). Laddha, 1976 mengatakan bahwa
ekstraksi lebih ekonomis dipakai dibandingkan dengan proses lain, antara lain
pada pemisahan campuran bahan dengan sifat kimia yang mirip antara yang
satu dengan yang lain dibandingkan daripada proses distilasi. Pada proses
ekstraksi cair-cair pemilihan solven sangat penting dilakukan, hal ini
dikarenakan solven berperan dalam kecepatan pemisahan, peningkatan
efisiensi, dan faktor pemisahan (Laddha, 1976).
2.3 Standarisasi
Standardisasi adalah proses penetapan sifat berdasarkan parameter-
parameter tertentu untuk mencapai derajat kualitas yang sama. Standardisasi
larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder
ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer
(Kenkel, 2003). Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan
menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar
primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui
dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil
standardisasi (Day & Underwood, 1999).
2.4 Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen
yang tidak dikenal (Day & Underwood, 1999). Titrasi dibagi menjadi

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

beberapa jenis, salah satunya yaitu titrasi asam basa. Titrasi asam basa
merupakan salah satu metode analisis kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan dalam titrasi
asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator yang mampu
menunjukkan titik akhir dari titrasi. Indikator merupakan suatu zat yang
ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda yang menunjukkan
telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Suatu zat dapat
dikatakan sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat memberikan
perubahan warna sampel seiring dengan terjadinya perubahan konsentrasi ion
hidrogen atau perubahan pH (Day & Underwood, 1986). Indikator asam basa
yang sering digunakan di laboratorium untuk titrasi asam basa merupakan
indikator sintetis contohnya fenolftalein (PP) dan metil jingga (MJ).

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi adalah proses penyebaran zat terlarut menjadi molekul-molekul


kecil di dalam dua zat pelarut yang tidak saling campur. Koefisien distribusi
adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang
berbeda yang tidak saling bercampur. Penentuan koefisien distribusi disebabkan
oleh dua pelarut yang dicampurkan tetapi tidak saling melarutkan. Dalam
melakukan penentuan koefisien distribusi dikenal dengan hukum Distribusi Nerst.
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka
akan terjadi pembagian kelarutan. Solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke
dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah (Noue, 1969).
Ekstraksi cair-cair adalah proses yang memungkinkan pemisahan dua atau lebih
komponen tergantung pada perbedaan kelarutan masing-masing komponen dalam
dua fasa cairan yang tidak saling larut (Lee et al., 2015). Standardisasi larutan
merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan
tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (Kenkel, 2003). Titrasi
merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan
ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal (Day &
Underwood, 1999).
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu batang pengaduk, buret,
corong pisah, erlenmeyer, gelas beaker, kaca arloji, pipet volume, dan pipet tetes.
Adapun bahan yang digunakan yaitu asam asetat, asam oksalat, indikator
fenolftalein, kloroform, dan NaOH. Fungsi dari asam asetat adalah sebagai larutan
standar untuk standarisasi larutan NaOH. Fungsi dari asam oksalat adalah sebagai
zat terlarut pada proses ekstraksi cair-cair. Fungsi dari indikator fenolftalein
adalah sebagai penanda yang menunjukkan telah terjadinya titik akhir titrasi pada
analisis volumetrik. Fungsi dari kloroform adalah sebagai pelarut organik dan
fungsi dari NaOH adalah sebagai larutan yang distandarisasi agar dapat
menentukan konsentrasi dari lapisan atas yaitu larutan asam oksalat.

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

Percobaan ini dimulai dari membuat larutan asam asetat, larutan asam
oksalat dan larutan NaOH. Untuk membuat larutan asam asetat 0,5 M, asam asetat
diambil sebanyak 2,86 mL lalu dilarutkan dalam akuades sebanyak 100 mL.
Kemudian untuk membuat larutan NaOH, NaOH ditimbang sebanyak 1,0542
gram lalu dilarutkan dalam akuades sebanyak 250 mL. Dan untuk membuat
larutan asam oksalat dibagi menjadi tiga konsentrasi yaitu 0,5 M, 0,25 M dan
0,125 M. Untuk membuat larutan asam oksalat 0,5 M, asam oksalat ditimbang
sebanyak 4,5 gram lalu dilarutkan dalam akuades sebanyak 100 mL. Kemudian
larutan asam oksalat 0,5 M diambil sebanyak 50 mL lalu dilarutkan dalam
akuades sebanyak 100 mL untuk membuat larutan asam oksalat 0,25 M. Dan
larutan asam oksalat 0,25 M diambil sebanyak 50 mL lalu dilarutkkan dalam
akuades sebanyak 100 mL untuk membuat laruttan asam oksalat 0,125 M.
Dilakukan standarisasi NaOH menggunakan larutan asam asetat 0,5 M sebanyak 5
mL dan ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes secara duplo. Hasil
yang didapatkan pada titrasi pertama yaitu volume NaOH sebanyak 20,8 mL dan
titrasi kedua yaitu volume NaOH sebanyak 21,3 mL, sehingga didapatkan volume
NaOH rata-rata sebanyak 21,05 mL. Konsentrasi yang didapatkan dari
standarisasi NaOH sebesar 0,12 M. Fungsi dari standarisasi yaitu untuk
mengetahui konsentrasi larutan standar sekunder (larutan NaOH) agar dapat
digunakan sebagai larutan standarisasi pada penentuan konsentrasi asam oksalat.
Pada saat titrasi terjadi perubahan warna menjadi ungu muda disebabkan oleh
indikator fenolftalein karena indikator ini memiliki trayek pH sebesar 8,0 – 9,6
(Rubinson, 1998).
Ekstrasi dilakukan dengan variasi konsentrasi larutan asam oksalat sebesar
0,5 M, 0,25 M, dan 0,125 M. Fungsi dari ekstraksi adalah memisahkan suatu
komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Jika zat terlarut antara
dua cairan tidak saling larut, ada suatu hubungan yang tepat antara konsentrasi zat
terlarut dalam kedua fasa terlarut pada keadaan kesetimbangan. Zat tersebut akan
terdistribusikan atau terbagi dalam kedua pelarut tersebut berdasarkan koefisien
distribusi. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu C2H2O4 + 2NaOH 
Na2C2O4 + 2H2O.

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

Pada ekstraksi pertama, larutan asam oksalat 0,5 M di pipet sebanyak 20 mL


lalu di masukkan ke dalam corong pisah kemudian dicampurkan dengan
kloroform sebanyak 20 mL setelah itu dikocok selama 15 menit. Fungsi dari
pengocokan adalah untuk memisahkan antara air dengan pelarut organik
(kloroform). Setelah pengocokan dengan corong pisah, larutan didiamkan selama
beberapa menit hingga terjadi pemisahan menjadi 2 lapisan. Fungsi dari
didiamkan selama beberapa menit ini adalah agar kedua larutan terpisah secara
sempurna. Dua lapisan yang terbentuk yaitu lapisan atas yang terdiri dari air dan
asam oksalat dan lapisan bawah yang terdiri dari kloroform dan asam oksalat. Hal
ini dikarenakan perbedaan densitas dari dua zat pelarut. Air memiliki densitas
sebesar 1 g/L sedangkan kloroform memiliki densitas sebesar 1,49 g/L. Kemudian
lapisan atas dan lapisan bawah dipisah. Lapisan atas kemudian dilakukan titrasi
secara duplo dengan mengambil 5 mL lapisan atas dan ditambahkan dengan
indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes. Fungsi dari titrasi dilakukan secara duplo
adalah agar hasil konsentrasi yang didapatkan lebih akurat. Pada saat titrasi terjadi
perubahan warna menjadi ungu muda. Hasil yang didapatkan pada titrasi pertama
yaitu volume NaOH sebanyak 34,3 mL dan titrasi kedua sebanyak 34,7 mL,
sehingga volume NaOH rata-rata sebesar 34,5 mL. Konsentrasi asam oksalat yang
didapatkan sebesar 0,345 M. Pada ekstraksi kedua, larutan asam oksalat 0,25 M di
pipet sebanyak 20 mL lalu di masukkan ke dalam corong pisah kemudian
dicampurkan dengan kloroform sebanyak 20 mL setelah itu dikocok selama 15
menit. Setelah pengocokan dengan corong pisah, larutan didiamkan selama
beberapa menit hingga terjadi pemisahan menjadi 2 lapisan. Kemudian lapisan
atas dan lapisan bawah dipisah. Lapisan atas kemudian dilakukan titrasi secara
duplo dengan mengambil 5 mL lapisan atas dan ditambahkan dengan indikator
fenolftalein sebanyak 3 tetes. Pada saat titrasi terjadi perubahan warna menjadi
ungu muda. Hasil yang didapatkan pada titrasi kedua yaitu volume NaOH
sebanyak 15,5 mL dan titrasi kedua sebanyak 15,7 mL, sehingga volume NaOH
rata-rata sebesar 15,6 mL. Konsentrasi asam oksalat yang didapatkan sebesar
0,156 M. Pada ekstraksi ketiga, larutan asam oksalat 0,125 M di pipet sebanyak
20 mL lalu di masukkan ke dalam corong pisah kemudian dicampurkan dengan
kloroform sebanyak 20 mL setelah itu dikocok selama 15 menit. Setelah

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

pengocokan dengan corong pisah, larutan didiamkan selama beberapa menit


hingga terjadi pemisahan menjadi 2 lapisan. Kemudian lapisan atas dan lapisan
bawah dipisah. Lapisan atas kemudian dilakukan titrasi secara duplo dengan
mengambil 5 mL lapisan atas dan ditambahkan dengan indikator fenolftalein
sebanyak 3 tetes. Pada saat titrasi terjadi perubahan warna menjadi ungu muda.
Hasil yang didapatkan pada titrasi kedua yaitu volume NaOH sebanyak 7,9 mL
dan titrasi kedua sebanyak 7,9 mL, sehingga volume NaOH rata-rata sebesar 7,9
mL. Konsentrasi asam oksalat yang didapatkan sebesar 0,079 M. Hubungan dari
konsentrasi dengan distribusi adalah bilamana keadaan molekul zat terlarut dalam
kedua fasa sama, dan konsentrasinya di bawah titik jenuhnya, maka koefisien
distribusi tidak berubah dengan berubahnya konsentrasi zat terlarut. Walaupun
demikian koefisien distribusi akan berubah pada konsentrasi zat terlarut yang
tinggi. Hal ini disebabkan perubahan konsentrasi zat terlarut mengakibatkan
pengaruh yang cukup besar pada kelarutan relatifnya dalam kedua fasa (Gitowati,
1978). Dari dilakukan ekstraksi sebanyak 3 kali ini didapatkan hasil koefisien
distribusi pertama sebesar 0,05263, koefisien distribusi kedua sebesar 0,02564 dan
koefisien distribusi sebesar 0,01265. Sehingga didapatkan koefisien distribusi
rata-rata sebesar 0,0303.

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa bila ke dalam dua pelarut
yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua
pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Solut akan
terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok
dan dibiarkan terpisah. Lapisan yang terbentuk terbagi menjadi 2 yaitu
lapisan atas yang terdiri dari air dan asam oksalat dan lapisan bawah yang
terdiri dari kloroform dan asam oksalat. Dari dilakukan ekstraksi sebanyak 3
kali ini didapatkan hasil koefisien distribusi pertama sebesar 0,05263,
koefisien distribusi kedua sebesar 0,02564 dan koefisien distribusi sebesar
0,01265. Sehingga didapatkan koefisien distribusi rata-rata sebesar 0,0303.
4.2 Saran
Saran untuk praktikan selanjutnya adalah agar lebih memahami materi
praktikum sebelum memulai praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan lapisan atas dan lapisan bawah. Penggunaan alat yang lebih
berhati-hati dan pada saat pengocokan lebih baik dilakukan secara kuat dan
konstan agar lapisan yang terbentuk terpisah secara sempurna.

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, K. T., dan Biyantoro, D. 2011. Kinetika Reaksi Pemisahan Zr – Hf pada


Ekstraksi Cair – Cair dalam Media Asam Nitrat. Jurnal Teknologi Bahan
Nuklir. Vol. 7, No. 1.
Day, R.A. & Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Day, R.A. & Underwood, A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.
Day, R. A, dan Underwood, A. L. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Gitowati, I. 1978. Pemisahan Logam Tanah Jarang dari Uranium Bagian 1:
Kimia Ekstraksi Uranium dan Cerium. Badan Tenaga Atom Nasional Pusat
Penelitian Tenaga Atom Gama. Yogyakarta.
Kenkel, J. 2003. Analytical Chemistry for Technicians. Washington, Lewis
Publishers.
Laddha, G. S. and Degallesan, T. E. 1976. Transport Phenomena In Liquid
Extraction. Tata Mcgraw-Hill Publishing Co., Ltd., New Delhi No. 6.
Lee, M. S., Banda, R., Min, S. H., (2015). Technical Note separation of Hf(IV) –
Zr(IV) in H2SO4 solutions using solvent extractionwith D2EHPA or Cyanex
272 at Different Reagent and Metal Ion Concentrations. Hidrometallurgy
152. Page:84 – 90.
Noue, K. I., Taniguchi, K., Murata, T., Mitsui, H., and Doi, A. K. 1969. Burnup
Determination of Nuclear Fuel. Mass Spectroscopy, Original Papers. Vol
17 No. 4.
Rubinson, J. F & Rubinson, K. A. 1998. Contemporary in Analytical Chemistry.
Toronto: John Wiley & Sons

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

LAMPIRAN

Dokumentasi

Gambar 1. Massa Asam Gambar 2. Massa NaOH


Oksalat

Gambar 3. Pembuatan Gambar 4. Pembuatan Larutan Asam Oksalat


Larutan NaOH, Asam Asetat 0,5 M, 0,25 M, dan 0,125 M
dan Kloroform

Gambar 5. Standarisasi Gambar 6. Titrasi 1

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair


Praktikum Kimia Fisika I

Gambar 7. Titrasi 2 Gambar 8. Titrasi 3

Nur Annisa|D1121191014 Kesetimbangan Cair-Cair

Anda mungkin juga menyukai