ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Distribusi
Distribusi adalah proses penyebaran zat terlarut menjadi molekul-
molekul kecil di dalam dua zat pelarut yang tidak saling campur. Koefisien
distribusi atau koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit
antara fasa sampel dan fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar
zat dalam dua fase. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi
kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak saling
bercampur. Faktor yang mempengaruhi koefisien disribusi adalah pelarut
pertama dan pelarut yang kedua (Day & Underwood, 1998).
Penentuan koefisien distribusi disebabkan oleh dua pelarut yang
dicampurkan tetapi tidak saling melarutkan. Dalam melakukan penentuan
koefisien distribusi dikenal dengan hukum Distribusi Nerst. Menurut hukum
distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur
dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan
terjadi pembagian kelarutan. Solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke
dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah (Noue,
1969). Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap
dan merupakan suatu tetapan. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau
koefisien distribusi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya koefisien distribusi
zat terlarut dalam sistim extraksi pelarut air-organik adalah:
1. Konsentrasi zat terlarut
Bilamana keadaan molekul zat terlarut dalam kedua fasa sama, dan
konsentrasinya di bawah titik jenuhnya, maka koefisien distribusi tidak
berubah dengan berubahnya konsentrasi zat terlarut. Walaupun demikian
koefisien distribusi akan berubah pada konsentrasi zat terlarut yang tinggi.
Hal ini disebabkan perubahan konsentrasi zat terlarut mengakibatkan
pengaruh yang cukup besar pada kelarutan relatifnya dalam kedua fasa.
2. Susunan (komposisi) fasa air
beberapa jenis, salah satunya yaitu titrasi asam basa. Titrasi asam basa
merupakan salah satu metode analisis kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan dalam titrasi
asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator yang mampu
menunjukkan titik akhir dari titrasi. Indikator merupakan suatu zat yang
ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda yang menunjukkan
telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Suatu zat dapat
dikatakan sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat memberikan
perubahan warna sampel seiring dengan terjadinya perubahan konsentrasi ion
hidrogen atau perubahan pH (Day & Underwood, 1986). Indikator asam basa
yang sering digunakan di laboratorium untuk titrasi asam basa merupakan
indikator sintetis contohnya fenolftalein (PP) dan metil jingga (MJ).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan ini dimulai dari membuat larutan asam asetat, larutan asam
oksalat dan larutan NaOH. Untuk membuat larutan asam asetat 0,5 M, asam asetat
diambil sebanyak 2,86 mL lalu dilarutkan dalam akuades sebanyak 100 mL.
Kemudian untuk membuat larutan NaOH, NaOH ditimbang sebanyak 1,0542
gram lalu dilarutkan dalam akuades sebanyak 250 mL. Dan untuk membuat
larutan asam oksalat dibagi menjadi tiga konsentrasi yaitu 0,5 M, 0,25 M dan
0,125 M. Untuk membuat larutan asam oksalat 0,5 M, asam oksalat ditimbang
sebanyak 4,5 gram lalu dilarutkan dalam akuades sebanyak 100 mL. Kemudian
larutan asam oksalat 0,5 M diambil sebanyak 50 mL lalu dilarutkan dalam
akuades sebanyak 100 mL untuk membuat larutan asam oksalat 0,25 M. Dan
larutan asam oksalat 0,25 M diambil sebanyak 50 mL lalu dilarutkkan dalam
akuades sebanyak 100 mL untuk membuat laruttan asam oksalat 0,125 M.
Dilakukan standarisasi NaOH menggunakan larutan asam asetat 0,5 M sebanyak 5
mL dan ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes secara duplo. Hasil
yang didapatkan pada titrasi pertama yaitu volume NaOH sebanyak 20,8 mL dan
titrasi kedua yaitu volume NaOH sebanyak 21,3 mL, sehingga didapatkan volume
NaOH rata-rata sebanyak 21,05 mL. Konsentrasi yang didapatkan dari
standarisasi NaOH sebesar 0,12 M. Fungsi dari standarisasi yaitu untuk
mengetahui konsentrasi larutan standar sekunder (larutan NaOH) agar dapat
digunakan sebagai larutan standarisasi pada penentuan konsentrasi asam oksalat.
Pada saat titrasi terjadi perubahan warna menjadi ungu muda disebabkan oleh
indikator fenolftalein karena indikator ini memiliki trayek pH sebesar 8,0 – 9,6
(Rubinson, 1998).
Ekstrasi dilakukan dengan variasi konsentrasi larutan asam oksalat sebesar
0,5 M, 0,25 M, dan 0,125 M. Fungsi dari ekstraksi adalah memisahkan suatu
komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Jika zat terlarut antara
dua cairan tidak saling larut, ada suatu hubungan yang tepat antara konsentrasi zat
terlarut dalam kedua fasa terlarut pada keadaan kesetimbangan. Zat tersebut akan
terdistribusikan atau terbagi dalam kedua pelarut tersebut berdasarkan koefisien
distribusi. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu C2H2O4 + 2NaOH
Na2C2O4 + 2H2O.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa bila ke dalam dua pelarut
yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua
pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Solut akan
terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok
dan dibiarkan terpisah. Lapisan yang terbentuk terbagi menjadi 2 yaitu
lapisan atas yang terdiri dari air dan asam oksalat dan lapisan bawah yang
terdiri dari kloroform dan asam oksalat. Dari dilakukan ekstraksi sebanyak 3
kali ini didapatkan hasil koefisien distribusi pertama sebesar 0,05263,
koefisien distribusi kedua sebesar 0,02564 dan koefisien distribusi sebesar
0,01265. Sehingga didapatkan koefisien distribusi rata-rata sebesar 0,0303.
4.2 Saran
Saran untuk praktikan selanjutnya adalah agar lebih memahami materi
praktikum sebelum memulai praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan lapisan atas dan lapisan bawah. Penggunaan alat yang lebih
berhati-hati dan pada saat pengocokan lebih baik dilakukan secara kuat dan
konstan agar lapisan yang terbentuk terpisah secara sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Dokumentasi