BAB I
PENDAHULUAN
1 [A]
G=R=k ................................................. (1.1)
l
1.2.2 Konduktivitas
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan
suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada
2
per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua
elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup
seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar
disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat
oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Basset, 1994).
Dalam cairan atau gas, umumnya terdapat baik ion positif atau ion negatif yang
bermuatan tunggal atau kembar dengan massa yang sama atau berbeda.
Konduktivitas akan terpengaruh oleh semua faktor-faktor tersebut. Tapi kalau kita
anggap semua ion adalah sama, demikian pula ion positif, maka konduktivitasnya
hanya terdiri dari dua suku (Sinaga, 2010).
1.2.3 Konduktansi
Pengukuran konduktansi larutan adalah teknik elektroanalitik yang
menemukan aplikasi dalam berbagai bahan kimia dan studi biokimia.
Misalnya,konduktansi dapat digunakan untuk menilai kemurnian
pelarut,menentukan kekuatan ion relatif larutan (termasuk berfungsi sebagai
detektor untuk ion kromatografi), monitor pembubarankinetika dan pendekatan
keseimbangan untuk garam larut sebagian, menentukan konsentrasi kritik misel,
tentu saja berdasarkan beberapa reaksi enzimatik,serta data dasar termodinamika
yang tersedia untuk larutan elektrolit. Ketika dua elektroda dicelupkan dalam
larutan elektrolit dan diterapkan potensial listrik diantara kedua elektroda,arus akan
dihasilkan dalam sirkuit eksternal yang menghubungkan dua elektroda
(Mulyasuryani,2008).
1.2.4 Daya Hantar Ekivalen
Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya
hantar ekivalen (Ʌ) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat
terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua elektroda 1cm. Yang dimaksud
dengan berat ekivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau
negatif. Contoh berat ekivalen BaCl2 adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan
(cm3) yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut diberikan oleh,
100
V= .......................................................... (1.2)
C
3
dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm), bilangan 1000 menunjukkan 1 liter
= 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan jarak
kedua elektroda (l).
V= l. A ........................................................... (1.3)
dengan l sama dengan 1 cm
100
V=A= .................................................. (1.4)
C
Substitusi persamaan 1.4 ke dalam persamaan 1.1 diperoleh (Sahirman, 2013):
1 1000k
G= = ................................................ (1.5)
R C
Daya hantar ekivalen (Ʌ) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1
gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm.
1000k
Ʌ= ........................................................ (1.6)
C
Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk
setiap ion (Sahirman, 2013).
3) Sel
Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang
elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam
yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan elektroda.
Konduktivitas ditentukan oleh jenis ion. Sehingga untuk mengetahui kemampuan
tiap jenis ion, maka perlu dilakukan percobaan dengan larutan yang sangat encer,
sehingga tidak dipengaruhi oleh ion lain. Pada kondisi seperti ini, maka
konduktivitas larutan merupakan jumlah konduktivitas ion positif (kation) dan ion
negatif (anion) (Sahirman, 2013).
Ʌo = Ʌo kation + Ʌo anion ................................ (1.7)
Ʌo adalah konduktivitas molar ion pada larutan sangat encer (konsentrasi
mendekati nol). Harga konduktovitas molar beberapa ion dengan konsentrasi
mendekati nol di tabelkan sebagai berikut (Sahirman, 2013):
Tabel 1.1 Konduktivitas Molar Ionik Batas Pada 25°C.
Jenis Ion Ʌo
H+ 349,8
Na+ 50,1
Kation
K+ 73,5
NH4+ 73,5
OH- 1978,3
F- 55,4
NO3- 71,5
CH3COO- 40,9
Daya hantar H+ turun sampai titik ekivalen tercapai. Dalam hal ini jumlah H+
makin berkurang di dalam larutan, sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah
titik ekivalen (TE) tercapai karena jumlah OH- di dalam larutan bertambah. Jumlah
ion Cl- di dalam larutan tidak berubah, karena itu daya hantar konstan dengan
penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+ bertambah secara perlahan-lahan sesuai
dengan jumlah ion Na+ (Sahirman, 2013).
Hal-hal berikut harus selalu diingat-ingat ketika melakukan titrasi (Sahirman,
2013):
1) Penyesuaian PH
Untuk sebagian besar titrasi EDTA, pH larutan sangat menentukan sekali,
seringkali harus dicapai batas-batas dari 1 satuan pH atau 0,5 satuan pH agar suatu
titrasi yang sukses dapat dilakukan. Untuk mencapai batas-batas kontrol yang
begitu sempit, perlu digunakan sebuah pH-meter sewaktu menyesuaikan nilai pH
larutan, dan bahkan untuk kasus di mana batas pH adalah sedemikian sehingga
kertas uji pH boleh digunakan untuk mengontrol penyesuain pH, hanyalah kertas
dari jenis dengan jangkau yang sempit boleh digunakan (Sahirman, 2013).
2) Pemekatan ion logam yang akan dititrasi
Kebanyakan titrasi berhasil dengan baik dengan 0,25 milimol ion logam yang
bersangkutan dalam volume 50-150 cm3 larutan. Jika konsentrasi ion logam itu
terlalu tinggi, maka titik akhir mungkin akan sangat sulit untuk dibedakan, dan jika
kita mengalami kesulitan dengan titik akhir, maka sebaiknya mulailah lagi dengan
7
satu porsi larutan uji yang lebih sedikit, dan encerkan ini sampai 100-150 cm3
sebelum menambahkan medium pembufer dan indikator, lalu diulangi titrasi itu
(Sahirman, 2013).
3) Banyaknya indikator
Penambahan indikator yang terlalu banyak merupakan kesalahan yang harus
kita hindarkan. Dalam banyak kasus, warna yang ditimbulkan oleh indikator
bertambah kuat selama jalannya titrasi, dan lebih jauh, banyak indikator
memperlihatkan dikroisme, yaitu terjadi suatu perubahan warna peralihan pada satu
dua tetes sebelum tiik akhir yang sebenarnya (Sahirman, 2013).
4) Pencapaian titik-akhir
Dalam banyak titrasi EDTA, perubahan warna disekitar titik akhir, mungkin
lambat. Dalam banyak hal, sebaiknya titran ditambahkan dengan hati-hati sambil
diaduk larutan terus menerus, dianjurkan untuk memakai pengaduk magnetic.
Sering, titik akhir yang lebih tajam dapat dicapai jika larutan dipanaskan sampai
sekitar kira-kira 40OC. Titrasi dengan CDTA selalu lebih lambat dalam daerah titik
akhir dibanding dengan titrasi EDTA padanan (Sahirman, 2013).
5) Deteksi perubahan warna.
Dengan semua indikator ion logam yang digunakan pada titrasi
kompleksometri, deteksi titik akhir dan titrasi bergantung pada pengenalan suatu
perubahan warna yang tertentu,bagi banyak pengamat, ini dapat merupakan tugas
yang sulit, dan bagi yang menderita buta warna, bolehlah dikatakan mustahil.
Kesulitan-kesulitan ini dapat diatasi dengan menggantikan mata dengan suatu
fotosel yang jauh lebih peka, dan meniadakan unsur manusiawi. Untuk melakukan
operasi yang dituntut, perlu tersedia sebuah kolorimeter atau spektrofotometer
dalam mana kompartemen kuvetnya cukup besar untuk memuat bejana titrasi (labu
erlenmeyer atau piala berbentuk tinggi). Spektrofotometer Unicam SP 500
merupakan contoh dari instrumen yang sesuai untuk tujuan ini, dan sejumlah
fototitrator tersedia secara komersial (Sahirman, 2013).
6) Metode lain untuk mendeteksi titik akhir.
Disamping deteksi secara visual dan secara spektrofotometri dari titik akhir
dalam titrasi EDTA denagn bantuan indikator ion logam, metode berikut ini juga
tersedia untuk deteksi titik akhir, yaitu (Sahirman, 2013):
8
e) Ketidakstabilan listrik
2. Elektroda, terjadinya kesalahan pada elektroda bersumber pada :
a) Konsentrasi jembatan garam
b) Komposisi jembatan garam
c) Potensial tambahan
d) Sel elektroda terhambat dalam penghantaran arus
e) Gangguan cairan sisa
f) Distribusi ion terhambat
3. Larutan, sumber kesalahan yang disebabkan oleh larutan adalah :
a) Aktivitas tidak sebanding dengan konsentrasi
b) Aktivitas air
c) Adanya ion pengganggu
d) Efek suspensi
Sumber-sumber kesalahan pada analisis dengan pH meter:
a) Lupa mengkalibrasi
b) Salah menggunakan buffer
c) Tidak menggunakan elektroda yang tepat
d) Mengkalibrasi alat tidak mengikuti SOP
1.2.7 Konduktivitas
Pengukuran konduktivitas (hantaran) dapat pula di gunakan untuk penentuan
titik ahir titrasi. Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan dua cara, tergantung
pada frekuensi arus yang digunakan. Jika frekuensi arus bertambah cukup besar,
maka pengaruh kapasitan dan induktif akan makin besar. Adapun jenis titrasi
tersebut adalah sebagai berikut (Sahirman, 2013):
pada titrasi basa kuat oleh asam kuat. Dalam titrasi ini terjadi penurunan
konduktivitas karena terjadi penggantian ion hidrogen, yang mempunyai
konduktivitas tinggi, dengan kation lain yang mempunyai konduktivitas rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan, dan lain- lain, penentuan titik ahir titrasi
titrasi di tentukan berdasarkan perubahan koduktivitas (hantaran) dari reaksi kimia
yang terjadi. Hantaran di ukur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi dan titik
pengukuran tersebut bila di alurkan memberikan 2 garis lurus yang saling
perpotongan dinamakan titik ekuivalen titrasi. Ketepatan metode ini bergantung
pada sudut perpotongan dan kerapatan titik pengukuran. Secara praktik konsentrasi
penitran 20-100 kali lebih kali pekat dari larutan yang di titrasi. Kelebihan titrasi
ini, baik untuk asam yang sangat lemah seperti asam borat dan fenol yang secara
potensiometri tidak dapat di lakukan. Selain itu, titrasi konduktometri tidak perlu
kontrol suhu.
volume larutan Ci, pada hantaran ekuivalen ionik S1, tetapi berbanding terbalik
dengan jarak elektroda d, sehingga (Sahirman, 2013):
a
L = d . S Ci. S1.............................................. (1.9)
Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi
bersifat aditif. Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya dalam
ml. Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor
1000. nilai d/a = S merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk
suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel. Untuk mengukur konduktivitas suatu
larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan
dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan
tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar (Sahirman, 2013).
Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan
resistansnya diukur. Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat
menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali
dengan lektrode-elektrode, begitulah potensial- potensial dapat timbul pada
elektrode-elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan serius dalam
pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek polarisasi demikian
dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan (Sahirman, 2013).
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan
suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada
per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua
elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup
seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar
disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit- elektrolit kuat
dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Sahirman,
2013).
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-
kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi
konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi
ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada penambahan satu garam sederhana
kepada garam sederhana lain (misal, kalium klorida kepada natrium nitrat),
12
konduktansi hanya akan naik semata-mata. Jika terjadi reaksi ionik, konduktansi
dapat naik atau turun, begitulah pada penambahan suatu basa kepada suatu asam
kuat, hantaran turun disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang
konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini
adalah prinsip yang mendasari titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion
dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain. Biasanya
konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah
prosedur titrasi (Sahirman, 2013).
Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika
perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan
reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut
jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada
temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Hendaknya diperhatikan
pentingnya pengendalian temperatur dalam pengukuran-pengukuran konduktans
(Sahirman, 2013).
Sementara penggunaan termostat tidaklah sangat penting dalam titrasi
konduktometri, kekonstanan dalam temperatur dituntut, tetapi biasanya kita hanya
perlu menaruh sel konduktivitas itu dalam bejana besar penuh air pada temperatur
laboratorium. Penambahan relatif (dari) konduktivitas larutan selama reaksi dan
pada penambahan reagensia dengan berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi;
pada kondisi optimum kira-kira 0,5 persen. Elektrolit asing dalam jumlah besar,
yang tak ambil bagian dalam reaksi, tak boleh ada, karena zat-zat ini mempunyai
efek yang besar sekali pada ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri memiliki
aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri
ataupun amperometri (Sahirman, 2013).
13
1.2.9 Konduktometer
Ls x R = K ..................................................................... (1.12)
k
Ls = R .............................................................................. (1.13)
1000 ×Lion
Ʌ= ................................................................. (1.15)
N
Dimana:
R = tahanan larutan yang dibaca pada skala konduktometer
k = tetapan sel
Ls = daya hantaran larutan
Ʌ= daya hantaran setara
N = kenormalan (gst/l)
15
S = kelarutan
Lion = daya hantaran ion-ion
1.2.11 Hantaran Elektrolit
Penghantaran arus listrik dalam larutan elektrolit dilakukan oleh ion-ion, baik
ion positif maupun ion negatif. Bagian arus total yang dibawa oleh kation disebut
bilangan angkut kation, t+; sedangkan yang dibawa oleh anion disebut bilangan
angkut anion, t-. Antara keduanya berlaku hubungan (Isana, dkk, 2002):
t+ + t- .................................................................................. (1.17)
Bagian arus yang dibawa oleh kation dan anion bergantung pada kecepatan
gerak ion itu dalam larutan. Pada suhu tertentu hubungan antara bilangan angkut
dan kecepatan gerak ion telah dirumuskan oleh Hittorf sebagai berikut (Isana, dkk,
2002):
V+
t+ = V+ +V− ........................................................................ (1.18)
V−
t- = V+ +V− ....................................................................... (1.19)
elektrolit tidak dapat diukur dengan baik jika digunakan arus searah, karena akan
terjadi peristiwa, karena akan terjadi elektrolisis yang mengakibatkan perubahan
konsentrasi elektrolit dan penumpukan hasil elektrolisis pada elektroda akan
mengubah tahanan larutan. Untuk menghilangkan hal tersebut digunakan arus
bolak-balik. Elektroda yang digunakan adalah platina yang dilapisi platina hitam
(Nugroho, 2010).
Untuk memaksimumkan kepekaan dalam pengukuran larutan dengan
hantaran tinggi diperlukan suatu sel dengan tetapan sel yang tinggi.Suatu larutan
dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda,
karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda mengandung ion yang berbeda.
Karena itu, untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik dari
sejumlah tertentu elektrolit, disebut hantaran molar. Dalam hal ini hantaran
dinyatakan dalam bentuk jumlah muatan individual yang diangkut (Nugroho,
2010).
c. Hantaran molar
Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi besaran ini tidak
biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran dalam suatu larutan
elektrolit. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai
hantaran jenis yang berbeda karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda
mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh ukuran
kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit, di definisikan
hantaran molar (A) (Nugroho, 2010).
d. Kebergantungan Hantaran Molar Terhadap Konsentrasi
Berdasarkan hantarannya, elektrolit dibedakan menjadi dua, yakni elektrolit
kuat (garam-garam dan sebagian asam seperti nitrat, sulfat, klorida) dan elektrolit
lemah (seperti asam asetat dan asam organik lainnya). Elektrolit kuat mempunyai
hantaran molar yang lebih tinggi dan dengan pengenceran mengalami kenaikan
yang tidak terlalu besar. Sedangkan elektrolit lemah mempunyai hantaran yang jauh
lebih rendah pada konsentrasi tinggi, tetapi nilainya meningkat tajam dengan
semakin encernya larutan (Nugroho, 2010).
Untuk elektrolit kuat yang tidak mengandung asosiasi ion, konsentrasi ionnya
berbanding lurus dengan konsentrasi elektrolitnya. Hal ini terjadi karena ada
17
BAB II
PERCOBAAN
Keterangan:
1.buret
2.statif
3.erlenmeyer
4.klem
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
3.1.1 Titrasi Asam Basa secara Konduktometri
Berikut ini adalah tabel hasil percobaan titrasi asam basa secara
konduktometri.
1 34.45
1 32.3
1 29.8
1 27.1
1 25.6
0,5 24.1
0,5 23.2
0,5 21.8
0,5 19.9
0,5 18.5
0,5 17.6
0,5 15.8
0,5 14.3
0,5 13.1
0,5 12.2
21
0,5 11.8
0,5 10.3
0,5 9.4
0,5 8.7
0,5 9.3
0,5 10.6
0,5 11.3
0,5 12.8
0,5 13.6
0,5 15.1
1 18.3
1 20.4
1 22.8
1 29.6
1 27.8
22
Akuades 595,7
3.2 Pembahasan
Konduktometri adalah suatu cara analisa kuantitatif berdasarkan pengukuran
daya hantar (konduktansi) listrik suatu larutan. Konduktivitas suatu larutan
elektrolit pada setiap temperaturnya bergantung pada ion – ion yang ada dalam
konsentrasinya..Pada percobaan pertama, dibuat larutan AgNO3 0,01 N, KCl 0,01
N, dan KNO3 0,01 N dengan melakukan pengenceran oleh aquadest pada labu ukur
100 ml. Pengenceran dilakukan dengan cara mencampur 3 larutan tersebut dengan
aquadest sampai mencapai batas pengenceran yang terdapat di labu ukur tersebut.
Setelah itu, ditentukanlah masing – masing tahanan larutan yang sudah diencerkan
tersebut dengan konduktometer.
Pada percobaan kedua, dibuat terlebih dahulu HCl 0,01 N dengan cara
pengenceran seperti percobaan pertama. Setelah diencerkan, tahanan larutan HCl
tersebut diukur terlebih dahulu. Lalu dilakukan titrasi dengan penambahan NaOH
0,1 N sebagai titrannya. Penambahan NaOH 0,1 N dengan total 20 ml ini dilakukan
dalam 3 tahap. Pada tahap pertama dilakukanlah penambahan 5 ml NaOH 0,1 N,
dimana setiap 1 ml NaOH yang bertambah akan dilakukan pengukuran tahanan
pada larutan HCl. Pada tahap kedua, dilakukan penambahan NaOH 0,1 N 10 ml,
dimana tiap 0,5 ml penambahannya dilakukan pengukuran tahanan pada larutan
HCl. Tahap ketiga sama seperti tahap pertama, dengan total 5 ml NaOH 0,1 M, tiap
23
0.14
0.12
Titik Ekivalen
0.1
L kor (mho)
0.08
0.06
0.04
0.02
0
1 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 19
Volume NaOH (ml)
Gambar 3.1 Kurva Hubungan Lkor vs Volume NaOH Terpakai
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu larutan dengan konsentrasi yang
berbeda mengandung jumlah ion yang berbeda pula, maka daya hantar jenis yang
dimiliki juga berbeda (Dogra,1990).
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Titik ekivalen yang diperoleh pada percobaan ini saat titrasi HCl 0,01 N
menggunakan NaOH 0,1 N yaitu pada saat penambahan 13 ml dan
menghasilkan konsentrasi HCl sebesar 0,08 N
2. Konstanta sel konduktansi yang diperoleh yaitu sebesar 1,00034
3. Kelarutan AgCl yang diperoleh secara konduktometri adalah 1,069x 10-5
grek/L
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
TUGAS
Data Hasil Pengukuran
0.14
0.12
L kor (mho)
0.08
0.06
0.04
0.02
0
1 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 19
Volume NaOH (ml)
29
LAMPIRAN B
PERTANYAAN
Hitunglah (untuk percobaan c ) :
1. Konstanta sel (K) dengan menggunakan data hantaran KCl 0,1 N
Jawab :
L = 0,832 x 10-3 mho
R = 1202,33 ohm
K= LxR
K = 0,832 x 10-3 mho x 1202,33 ohm = 1,00034