Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan konsentrasi asam basa secara konduktometri
2. Menentukan konstanta sel konduktansi
3. Menentukan kelarutan AgCl secara konduktometri
1.2 Landasan Teori
1.2.1 Konduktometri
Salah satu sifat larutan elektrolit adalah kemampuannya untuk
menghantarkan arus listrik. Sifat hantaran ini sangat berguna di dalam pemecahan
berbagai persoalan dalam bidang elektroanalisis. Secara kuantitatif sifat hantaran
ini dapat digunakan untuk analisis suatu zat yang dipelajari dalam konduktometri
(Sahirman, 2013).
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar
listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya
hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan
(R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm. Bila arus listrik dialirkan
dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G)
berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik
dengan jarak kedua elektroda (l) (Sahirman, 2013).

1 [A]
G=R=k ................................................. (1.1)
l

Dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1cm-1

1.2.2 Konduktivitas
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan
suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada
2

per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua
elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup
seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar
disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat
oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Basset, 1994).
Dalam cairan atau gas, umumnya terdapat baik ion positif atau ion negatif yang
bermuatan tunggal atau kembar dengan massa yang sama atau berbeda.
Konduktivitas akan terpengaruh oleh semua faktor-faktor tersebut. Tapi kalau kita
anggap semua ion adalah sama, demikian pula ion positif, maka konduktivitasnya
hanya terdiri dari dua suku (Sinaga, 2010).

1.2.3 Konduktansi
Pengukuran konduktansi larutan adalah teknik elektroanalitik yang
menemukan aplikasi dalam berbagai bahan kimia dan studi biokimia.
Misalnya,konduktansi dapat digunakan untuk menilai kemurnian
pelarut,menentukan kekuatan ion relatif larutan (termasuk berfungsi sebagai
detektor untuk ion kromatografi), monitor pembubarankinetika dan pendekatan
keseimbangan untuk garam larut sebagian, menentukan konsentrasi kritik misel,
tentu saja berdasarkan beberapa reaksi enzimatik,serta data dasar termodinamika
yang tersedia untuk larutan elektrolit. Ketika dua elektroda dicelupkan dalam
larutan elektrolit dan diterapkan potensial listrik diantara kedua elektroda,arus akan
dihasilkan dalam sirkuit eksternal yang menghubungkan dua elektroda
(Mulyasuryani,2008).
1.2.4 Daya Hantar Ekivalen
Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut daya
hantar ekivalen (Ʌ) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat
terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua elektroda 1cm. Yang dimaksud
dengan berat ekivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau
negatif. Contoh berat ekivalen BaCl2 adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan
(cm3) yang mengandung satu gram ekivalen zat terlarut diberikan oleh,
100
V= .......................................................... (1.2)
C
3

dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm), bilangan 1000 menunjukkan 1 liter
= 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan jarak
kedua elektroda (l).
V= l. A ........................................................... (1.3)
dengan l sama dengan 1 cm
100
V=A= .................................................. (1.4)
C
Substitusi persamaan 1.4 ke dalam persamaan 1.1 diperoleh (Sahirman, 2013):
1 1000k
G= = ................................................ (1.5)
R C
Daya hantar ekivalen (Ʌ) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1
gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm.
1000k
Ʌ= ........................................................ (1.6)
C
Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk
setiap ion (Sahirman, 2013).

1.2.5 Pengukuran Daya Hantar Listrik


Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan
larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan
(Sahirman, 2013) :
1) Sumber listrik
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari batrei) melalui larutan
merupakan proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda.
Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro kimia pada elektroda-
elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik bukan akibat proses faradai.
Perubahan karena proses faradai dapat merubah sifat listrik sel, maka pengukuran
konduktometri didasarkan pada arus nonparaday atau arus AC (Sahirman, 2013).
2) Tahanan Jembatan
Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk
pengukuran daya hantar (Sahirman, 2013).
4

3) Sel
Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang
elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam
yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan elektroda.
Konduktivitas ditentukan oleh jenis ion. Sehingga untuk mengetahui kemampuan
tiap jenis ion, maka perlu dilakukan percobaan dengan larutan yang sangat encer,
sehingga tidak dipengaruhi oleh ion lain. Pada kondisi seperti ini, maka
konduktivitas larutan merupakan jumlah konduktivitas ion positif (kation) dan ion
negatif (anion) (Sahirman, 2013).
Ʌo = Ʌo kation + Ʌo anion ................................ (1.7)
Ʌo adalah konduktivitas molar ion pada larutan sangat encer (konsentrasi
mendekati nol). Harga konduktovitas molar beberapa ion dengan konsentrasi
mendekati nol di tabelkan sebagai berikut (Sahirman, 2013):
Tabel 1.1 Konduktivitas Molar Ionik Batas Pada 25°C.
Jenis Ion Ʌo

H+ 349,8

Na+ 50,1
Kation
K+ 73,5

NH4+ 73,5

OH- 1978,3

F- 55,4

Anion Cl- 76,3

NO3- 71,5

CH3COO- 40,9

(Sumber: Sahirman, 2013)


5

1.2.6 Titrasi Konduktometri


Titrasi konduktometri digunakan untuk menentukan daya hantar larutan
sampel setelah ditambahkan titran. Didalam titrasi konduktometri kita akan
mendapatkan beberapa kemudahan yang mungkin tidak kita dapatkan jika kita
menggunakan dengan titrasi lainnya, misal tidak menggunakan indikator, karena
dalam titrasi konduktometri ini kita hanya mengukur daya hantar larutan. Jadi
dalam titrasi konduktometri ini kita tidak perlu mencari titik ekuivalen dengan
melihat adanya perubahan warna. Walaupun demikian masih banyak kelemahan–
kelamahan dalam titrasi konduktometri ini. Karena kita tahu bahwa dalam titrasi
konduktometri hanya terbatas untuk larutan yang tergolong kedalam larutan
elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan non elektrolit tidak dapat menggunakan
titrasi konduktometri. Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya
hantar listrik, jadi juga akan berhubungan dengan adanya ion–ion dalam larutan
yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak
akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion– ion, sehingga larutan non
elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik (Sahirman, 2013).
Dalam titrasi konduktometri ini juga sangat berhubungan dengan konsentrasi
dan temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya. Sehingga kita
harus menjaga temperatur larutan agar berada dalam keadaan konstan, sehingga kita
dapat membedakan perbedaan dari daya hantar larutan hanya berdasarkan
perbedaan konsentrasi saja. Jika temperatur berubah–ubah maka bisa saja
konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar yang besar malah memiliki
daya hantar yang kecil karena suhunya menurun. Sehingga ion–ion dalam larutan
tidak dapat begerak dengan bebas (Sahirman, 2013).
Pada titrasi konduktometri metode konduktometri dapat digunakan untuk
menentukan titik ekuivalen suatu titrasi, beberapa contoh titrasi konduktometri
adalah titrasi asam kuat - basa kuat pada larutan HCl yang dititrasi oleh NaOH.
Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasi ditunjukkan
pada gambar 1.1 dibawah ini (Sahirman, 2013),
6

Gambar 1.1 Kurva titrasi

Daya hantar H+ turun sampai titik ekivalen tercapai. Dalam hal ini jumlah H+
makin berkurang di dalam larutan, sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah
titik ekivalen (TE) tercapai karena jumlah OH- di dalam larutan bertambah. Jumlah
ion Cl- di dalam larutan tidak berubah, karena itu daya hantar konstan dengan
penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+ bertambah secara perlahan-lahan sesuai
dengan jumlah ion Na+ (Sahirman, 2013).
Hal-hal berikut harus selalu diingat-ingat ketika melakukan titrasi (Sahirman,
2013):
1) Penyesuaian PH
Untuk sebagian besar titrasi EDTA, pH larutan sangat menentukan sekali,
seringkali harus dicapai batas-batas dari 1 satuan pH atau 0,5 satuan pH agar suatu
titrasi yang sukses dapat dilakukan. Untuk mencapai batas-batas kontrol yang
begitu sempit, perlu digunakan sebuah pH-meter sewaktu menyesuaikan nilai pH
larutan, dan bahkan untuk kasus di mana batas pH adalah sedemikian sehingga
kertas uji pH boleh digunakan untuk mengontrol penyesuain pH, hanyalah kertas
dari jenis dengan jangkau yang sempit boleh digunakan (Sahirman, 2013).
2) Pemekatan ion logam yang akan dititrasi
Kebanyakan titrasi berhasil dengan baik dengan 0,25 milimol ion logam yang
bersangkutan dalam volume 50-150 cm3 larutan. Jika konsentrasi ion logam itu
terlalu tinggi, maka titik akhir mungkin akan sangat sulit untuk dibedakan, dan jika
kita mengalami kesulitan dengan titik akhir, maka sebaiknya mulailah lagi dengan
7

satu porsi larutan uji yang lebih sedikit, dan encerkan ini sampai 100-150 cm3
sebelum menambahkan medium pembufer dan indikator, lalu diulangi titrasi itu
(Sahirman, 2013).
3) Banyaknya indikator
Penambahan indikator yang terlalu banyak merupakan kesalahan yang harus
kita hindarkan. Dalam banyak kasus, warna yang ditimbulkan oleh indikator
bertambah kuat selama jalannya titrasi, dan lebih jauh, banyak indikator
memperlihatkan dikroisme, yaitu terjadi suatu perubahan warna peralihan pada satu
dua tetes sebelum tiik akhir yang sebenarnya (Sahirman, 2013).
4) Pencapaian titik-akhir
Dalam banyak titrasi EDTA, perubahan warna disekitar titik akhir, mungkin
lambat. Dalam banyak hal, sebaiknya titran ditambahkan dengan hati-hati sambil
diaduk larutan terus menerus, dianjurkan untuk memakai pengaduk magnetic.
Sering, titik akhir yang lebih tajam dapat dicapai jika larutan dipanaskan sampai
sekitar kira-kira 40OC. Titrasi dengan CDTA selalu lebih lambat dalam daerah titik
akhir dibanding dengan titrasi EDTA padanan (Sahirman, 2013).
5) Deteksi perubahan warna.
Dengan semua indikator ion logam yang digunakan pada titrasi
kompleksometri, deteksi titik akhir dan titrasi bergantung pada pengenalan suatu
perubahan warna yang tertentu,bagi banyak pengamat, ini dapat merupakan tugas
yang sulit, dan bagi yang menderita buta warna, bolehlah dikatakan mustahil.
Kesulitan-kesulitan ini dapat diatasi dengan menggantikan mata dengan suatu
fotosel yang jauh lebih peka, dan meniadakan unsur manusiawi. Untuk melakukan
operasi yang dituntut, perlu tersedia sebuah kolorimeter atau spektrofotometer
dalam mana kompartemen kuvetnya cukup besar untuk memuat bejana titrasi (labu
erlenmeyer atau piala berbentuk tinggi). Spektrofotometer Unicam SP 500
merupakan contoh dari instrumen yang sesuai untuk tujuan ini, dan sejumlah
fototitrator tersedia secara komersial (Sahirman, 2013).
6) Metode lain untuk mendeteksi titik akhir.
Disamping deteksi secara visual dan secara spektrofotometri dari titik akhir
dalam titrasi EDTA denagn bantuan indikator ion logam, metode berikut ini juga
tersedia untuk deteksi titik akhir, yaitu (Sahirman, 2013):
8

a. Titrasi potensiometer dengan memakai sebuah elektroda merkurium


b. Titrasi potensiometer dengan memakai sebuah elektroda ion selektif yang
berespons terhadap ion yang sedang dititrasi.
c. Titrasi potensiometri dengan memekai sebuah sistem elektroda platinum
mengkilat kalomel jenuh, ini dapat dipakai bila reaksi melibatkan dua
keadaan oksidasi berlainan (dari) suatu logam tertentu
d. Dengan titrasi konduktometri
e. Dengan titrasi amperometri
f. Dengan titrasi entalpimetri
Hasil ukur dengan pH-meter, potensiometer, ion selektif meter atau
konduktometer bisa menyimpang jika (Marzuklina dan Supriyono, 2005):
a. Terjadi kontaminasi pada larutan buffer atau larutan yang digunakan untuk
mengkalibrasi skala ukur. Kegagalan untuk mengatur temperature secara
benar. PH/potensial atau daya hantar listrik larutan berubah jika temperatur
berubah. Temperatur yang benar ketika pengukuran dilakukan harus dicatat.
b. Kerusakan mekanis pada elektrode. Membran elektrode sangat peka.
Keretakan yang hanya bisa diamati dengan mikroskop, sudah bias
mempengaruhi pembacaan hasil ukur.
c. Pada pH meter bagian yang mula-mula rusak umumnya adalah elektroda.
Elektroda gelas sangat rentan dan mudah rusak. Meskipun harga elektroda
tidak murah, umumnya lebih murah mengganti elektroda dibandingkan
membeli alat baru. Elektroda harus diganti bila anda tidak dapat
mengkalibrsasi alat menggunakan larutan pengkalibrasi yang dipersyaratkan.
Pilihan lainnya, elektroda tersebut memerlukan penyegaran dengan proses
pembersihan khusus (lebih rincinya mengacu ke buku panduan peralatan).
Sumber kesalahan pada alat ion selektif meter meliputi 3 hal (Marzuklina dan
Supriyono, 2005):
1. Alat , penyebab kesalahan disebabkan adanya :
a) Kerusakan alat elektronik
b) Kesalahan kalibrasi
c) Impedansi masukan
d) Adanya lonjakan arus
9

e) Ketidakstabilan listrik
2. Elektroda, terjadinya kesalahan pada elektroda bersumber pada :
a) Konsentrasi jembatan garam
b) Komposisi jembatan garam
c) Potensial tambahan
d) Sel elektroda terhambat dalam penghantaran arus
e) Gangguan cairan sisa
f) Distribusi ion terhambat
3. Larutan, sumber kesalahan yang disebabkan oleh larutan adalah :
a) Aktivitas tidak sebanding dengan konsentrasi
b) Aktivitas air
c) Adanya ion pengganggu
d) Efek suspensi
Sumber-sumber kesalahan pada analisis dengan pH meter:
a) Lupa mengkalibrasi
b) Salah menggunakan buffer
c) Tidak menggunakan elektroda yang tepat
d) Mengkalibrasi alat tidak mengikuti SOP

1.2.7 Konduktivitas
Pengukuran konduktivitas (hantaran) dapat pula di gunakan untuk penentuan
titik ahir titrasi. Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan dua cara, tergantung
pada frekuensi arus yang digunakan. Jika frekuensi arus bertambah cukup besar,
maka pengaruh kapasitan dan induktif akan makin besar. Adapun jenis titrasi
tersebut adalah sebagai berikut (Sahirman, 2013):

1. Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi arus rendah


(maksimum 300Hz)
Penambahan suatu elektolit ke elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada
perubahan volum yang begitu besar akan mempengaruhi konduktivitas larutan
terjadi reaksi ionik atau tidak. Jika tidak terjadi reaksi ionik, maka perubahan
konduktivitas sedikit sekali atau hampir tidak ada. Bila terjadi reaksi ionik, maka
perubahan konduktivitas yang relatif cukup besar sehingga dapat diamati, seperti
10

pada titrasi basa kuat oleh asam kuat. Dalam titrasi ini terjadi penurunan
konduktivitas karena terjadi penggantian ion hidrogen, yang mempunyai
konduktivitas tinggi, dengan kation lain yang mempunyai konduktivitas rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan, dan lain- lain, penentuan titik ahir titrasi
titrasi di tentukan berdasarkan perubahan koduktivitas (hantaran) dari reaksi kimia
yang terjadi. Hantaran di ukur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi dan titik
pengukuran tersebut bila di alurkan memberikan 2 garis lurus yang saling
perpotongan dinamakan titik ekuivalen titrasi. Ketepatan metode ini bergantung
pada sudut perpotongan dan kerapatan titik pengukuran. Secara praktik konsentrasi
penitran 20-100 kali lebih kali pekat dari larutan yang di titrasi. Kelebihan titrasi
ini, baik untuk asam yang sangat lemah seperti asam borat dan fenol yang secara
potensiometri tidak dapat di lakukan. Selain itu, titrasi konduktometri tidak perlu
kontrol suhu.

2. Titrasi yang dilakukan dengan menggunakan frekuensi arus tinggi disebut


titrasi frekuensi tinggi
Metode ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem kimia yang dibuat bagian
dari atau di pasangkan dengan sirkuit osilator beresonasi pada frekuensi beberapa
mega hertz. Keuntungan Keuntungan cara ini antara lain elektroda di tempatkan di
luar sel dan tidak langsung kontak dengan larutan uji. Kerugiannya adalah respon
tidak spesifik karena bergantung pada konduktovitas (hantaran) dan tetapan di
elektrik dari sistem.

1.2.8 Hukum Ohm


E
I = R ........................................................ (1.8)
di mana:
I = arus dalam ampere
E = tegangan dalam volt
R = tahanan dalam ohm.
Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi.
Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL.
Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan
berbanding lurus pada luas permukaan elektroda a, konsentrasi ion persatuan
11

volume larutan Ci, pada hantaran ekuivalen ionik S1, tetapi berbanding terbalik
dengan jarak elektroda d, sehingga (Sahirman, 2013):
a
L = d . S Ci. S1.............................................. (1.9)
Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi
bersifat aditif. Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya dalam
ml. Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor
1000. nilai d/a = S merupakan faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk
suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel. Untuk mengukur konduktivitas suatu
larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan
dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui dengan
tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar (Sahirman, 2013).
Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan
resistansnya diukur. Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat
menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali
dengan lektrode-elektrode, begitulah potensial- potensial dapat timbul pada
elektrode-elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan serius dalam
pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek polarisasi demikian
dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan (Sahirman, 2013).
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan
suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada
per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua
elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup
seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar
disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit- elektrolit kuat
dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah (Sahirman,
2013).
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-
kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi
konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi
ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada penambahan satu garam sederhana
kepada garam sederhana lain (misal, kalium klorida kepada natrium nitrat),
12

konduktansi hanya akan naik semata-mata. Jika terjadi reaksi ionik, konduktansi
dapat naik atau turun, begitulah pada penambahan suatu basa kepada suatu asam
kuat, hantaran turun disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang
konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini
adalah prinsip yang mendasari titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion
dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain. Biasanya
konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah
prosedur titrasi (Sahirman, 2013).
Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika
perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan
reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut
jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada
temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Hendaknya diperhatikan
pentingnya pengendalian temperatur dalam pengukuran-pengukuran konduktans
(Sahirman, 2013).
Sementara penggunaan termostat tidaklah sangat penting dalam titrasi
konduktometri, kekonstanan dalam temperatur dituntut, tetapi biasanya kita hanya
perlu menaruh sel konduktivitas itu dalam bejana besar penuh air pada temperatur
laboratorium. Penambahan relatif (dari) konduktivitas larutan selama reaksi dan
pada penambahan reagensia dengan berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi;
pada kondisi optimum kira-kira 0,5 persen. Elektrolit asing dalam jumlah besar,
yang tak ambil bagian dalam reaksi, tak boleh ada, karena zat-zat ini mempunyai
efek yang besar sekali pada ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri memiliki
aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri
ataupun amperometri (Sahirman, 2013).
13

1.2.9 Konduktometer

Gambar 1.2 Konduktometer

Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya hantar


suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air
dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan selain itu konduktometer
memiliki kegunaan yang lain yaitu mengukur daya hantar listrik yang diakibatkan
oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
daya hantar adalah perubahan suhu dan konsentrasi. Dimana jika semakin besar
suhunya maka daya hantar pun juga akan semakin besar dan apabila semakin kecil
suhu yang digunakan maka sangat kecil pula daya hantar yang dihasilkan dan begitu
juga dengan sebaliknya antara konsentrasi dan daya hantar. Oleh sebab itu pengaruh
suhu dan konsentrasi dapat mempengaruhi daya hantar (Sahirman, 2013).
Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor atau yang di celupkan
dalam larutan akan menerima rangsangan dari suatu ion-ion yang menyentuh
permukaan konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan dilanjutkan pada outputnya
yakni berupa angka . Semakin banyak konsentrasi suatu misel dalam larutan maka
semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan
yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin
besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan
yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan
mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki
suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekul semakin cepat). Sehingga semakin
sering suatu konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan (Sahirman, 2013).
14

1.2.10 Penetapan Kelarutan Elektrolit Secara Konduktometri


Bila kedalam suatu larutan kita tambahkan zat padatan (solut) maka pada
suatu saat padatan itu tidak dapat dilarutkan lagi. Suatu larutan yang tidak dapat
melarutkan zat yang dilarutkan disebut larutan jenuh. Dalam larutan jenuh terjadi
keseimbangan antara zat yang melarut dan yang mengendap. Bila zat itu suatu zat
elektrolit, molekul-molekul yang melarut akan mengion dan terjadi keseimbangan
sebagai berikut: Untuk endapan AgCl terjadi keseimbangan (Marzuklina dan
Supriyono, 2005):
AgCl ↔ Ag+ + Cl- (padat) .............................................. (1.10)
Dalam konduktometri Lion jenuh AgCl dapat ditetapkan, tetapi Λ AgCl tidak
dapat karena AgCl sangat kecil kelarutannya. Λ AgCl dapat dihitung secara teori
(Marzuklina dan Supriyono, 2005):
Λ AgCl = Λ AgNO3 + Λ KCl – Λ KNO3 ....................... (1.11)

Ls x R = K ..................................................................... (1.12)

k
Ls = R .............................................................................. (1.13)

Lion = Ls – Lair ................................................................... (1.14)

1000 ×Lion
Ʌ= ................................................................. (1.15)
N

1000 ×Lion AgCl jenuh


NAgCl = ..................................... (1.16)
Ʌ AgCl

Dimana:
R = tahanan larutan yang dibaca pada skala konduktometer
k = tetapan sel
Ls = daya hantaran larutan
Ʌ= daya hantaran setara
N = kenormalan (gst/l)
15

S = kelarutan
Lion = daya hantaran ion-ion
1.2.11 Hantaran Elektrolit
Penghantaran arus listrik dalam larutan elektrolit dilakukan oleh ion-ion, baik
ion positif maupun ion negatif. Bagian arus total yang dibawa oleh kation disebut
bilangan angkut kation, t+; sedangkan yang dibawa oleh anion disebut bilangan
angkut anion, t-. Antara keduanya berlaku hubungan (Isana, dkk, 2002):
t+ + t- .................................................................................. (1.17)

Bagian arus yang dibawa oleh kation dan anion bergantung pada kecepatan
gerak ion itu dalam larutan. Pada suhu tertentu hubungan antara bilangan angkut
dan kecepatan gerak ion telah dirumuskan oleh Hittorf sebagai berikut (Isana, dkk,
2002):
V+
t+ = V+ +V− ........................................................................ (1.18)

V−
t- = V+ +V− ....................................................................... (1.19)

a. Mekanisme Penghantar Listrik


Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan perpindahan
elektron dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang lebih rendah.
Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam, penghantaran
berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui penghantar dengan
pengaruh dari potensial yang di terapkan. Dalam hal ini atom-atom penyusun
penghantar tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi pada penghantar
elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan lelehan garam-garam,
penghantaran berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif maupun negatif
menuju elektroda-elektroda.Mekanisme elektrolisis bahwa elektron masuk dan
keluar dari larutan terjadi melalui perubahan kimia pada elektroda-elektrodanya
(Dogra, 1990).
b. Pengukuran hantaran jenis larutan
Hantaran jenis larutan tidak dapat diukur langsung, yang dapat diukur
langsung adalah tahanan dari suatu larutan elektrolit.Tahanan (R) dari suatu larutan
16

elektrolit tidak dapat diukur dengan baik jika digunakan arus searah, karena akan
terjadi peristiwa, karena akan terjadi elektrolisis yang mengakibatkan perubahan
konsentrasi elektrolit dan penumpukan hasil elektrolisis pada elektroda akan
mengubah tahanan larutan. Untuk menghilangkan hal tersebut digunakan arus
bolak-balik. Elektroda yang digunakan adalah platina yang dilapisi platina hitam
(Nugroho, 2010).
Untuk memaksimumkan kepekaan dalam pengukuran larutan dengan
hantaran tinggi diperlukan suatu sel dengan tetapan sel yang tinggi.Suatu larutan
dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda,
karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda mengandung ion yang berbeda.
Karena itu, untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik dari
sejumlah tertentu elektrolit, disebut hantaran molar. Dalam hal ini hantaran
dinyatakan dalam bentuk jumlah muatan individual yang diangkut (Nugroho,
2010).
c. Hantaran molar
Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi besaran ini tidak
biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran dalam suatu larutan
elektrolit. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai
hantaran jenis yang berbeda karena volume larutan dengan konsentrasi berbeda
mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh ukuran
kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit, di definisikan
hantaran molar (A) (Nugroho, 2010).
d. Kebergantungan Hantaran Molar Terhadap Konsentrasi
Berdasarkan hantarannya, elektrolit dibedakan menjadi dua, yakni elektrolit
kuat (garam-garam dan sebagian asam seperti nitrat, sulfat, klorida) dan elektrolit
lemah (seperti asam asetat dan asam organik lainnya). Elektrolit kuat mempunyai
hantaran molar yang lebih tinggi dan dengan pengenceran mengalami kenaikan
yang tidak terlalu besar. Sedangkan elektrolit lemah mempunyai hantaran yang jauh
lebih rendah pada konsentrasi tinggi, tetapi nilainya meningkat tajam dengan
semakin encernya larutan (Nugroho, 2010).
Untuk elektrolit kuat yang tidak mengandung asosiasi ion, konsentrasi ionnya
berbanding lurus dengan konsentrasi elektrolitnya. Hal ini terjadi karena ada
17

antaraksi diantara ion-ion yang mempengaruhi hantaran jenisnya. Interaksi ini


berubah dengan berubahnya konsentrasi (Nugroho, 2010).
Menurut Kohlrausch, pada pengenceran tak hingga dimana disosiasi untuk
semua elektrolit berlangsung sempurna dan semua gaya antar ion hilang, masing-
masing ion dalam larutan bergerak bebas dan tidak bergantung pada ion
pasangannya. Kontribusinya terhadap daya hantar molar hanya bergantung pada
sifat dari ionnya tersebut. Jadi gaya hantar molar setiap elektrolit pada pengenceran
tak hingga merupakan jumlah dari daya hantar molar ion-ionnya pada pengenceran
tak hingga (Nugroho, 2010).
18

BAB II
PERCOBAAN

2.1 Alat-Alat yang Digunakan


1. Gelas ukur 100 ml
2. Labu ukur 100 ml
3. Gelas piala 400 ml
4. Gelas piala 100 ml
5. Buret 50 ml
6. Erlenmeyer 100 ml
7. Statif dan klem
8. Pipet tetes
9. Corong
10. Kertas saring
11. Aluminium foil
12. Konduktometer

2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan


1. HCl 0,1 N
2. AgNO3 0,1 N
3. NaOH 0,1 N
4. KCl 0,1 N
5. KNO3 0,1 N
6. Aquadest

2.3 Prosedur Percobaan


2.3.1 Persiapan Larutan
1. Diencerkan larutan AgNO3 0.01 N, KCl 0.01 N, KNO3 0.01 N masing-masing
dengan volume 100 ml.
2.3.2 Titrasi Asam Basa secara Konduktometri
1. Diambil menggunakan pipet sebanyak 10 ml HCl 0.1N lalu diencerkan
menggunakan 100 ml aquadest dengan dimasukkan kedalam gelas piala 400
ml.
19

2. Tahanan larutan HCl yang diencerkan diukur dengan cara elektroda


konduktometer dicelupkan ke dalam larutan.
3. Sebanyak 10 ml HCl di titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N. Pada titrasi 5 ml
pertama sebanyak 1 ml, tetesan berikutnya 0.5 ml hingga mencapai volume
15 ml. Tetesan selanjutnya 1 ml hingga mencapai volume 20 ml.
4. Pada setiap tetesan harus dicatat berapa tahanan larutannya.
2.3.3 Menentukan Kelarutan AgCl secara Konduktometri
1. Larutan AgCl jenuh dibuat dengan cara penambahan 5 ml AgNO3 0.1 N yang
ditambah dengan 10 ml HCl 0,1 N kedalam gelas piala 100 ml.
2. Saring endapan yang terbentuk dan dicuci hingga pH netral.
3. Larutan jenuhnya dibuat dengan melarutkan endapan AgCl.
4. 4.Larutan AgNO3 0.01 N, KCl 0,1 ; 0.01 N; KNO3 0.01 N ; AgCl jenuh dan
aquadest diukur tahanan larutan masing-masingnya.
2.4 Rangkaian Alat

Keterangan:
1.buret
2.statif
3.erlenmeyer
4.klem

Gambar 2.1 Rangkaian alat titrasi


20

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
3.1.1 Titrasi Asam Basa secara Konduktometri

Berikut ini adalah tabel hasil percobaan titrasi asam basa secara
konduktometri.

Tabel 3.1 Hasil Percobaan Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri


Volume NaOH yang terpakai ( ml ) R (ohm)

1 34.45

1 32.3

1 29.8

1 27.1

1 25.6

0,5 24.1

0,5 23.2

0,5 21.8

0,5 19.9

0,5 18.5

0,5 17.6

0,5 15.8

0,5 14.3

0,5 13.1

0,5 12.2
21

0,5 11.8

0,5 10.3

0,5 9.4

0,5 8.7

0,5 9.3

0,5 10.6

0,5 11.3

0,5 12.8

0,5 13.6

0,5 15.1

1 18.3

1 20.4

1 22.8

1 29.6

1 27.8
22

3.1.2 Menentukan Kelarutan AgCl Secara Konduktometri


Berikut ini adalah tabel hasil percobaan menetukan kelarutan AgCl secara
konduktometri

Tabel 3.2 Hasil Percobaan Menentukan Kelarutan Agcl Secara Konduktometri


Larutan Hambatan

Akuades 595,7

AgCl jenuh 679,7

KCl 0,1 N 1202,3

KCl 0,01 N 1212,3

3.2 Pembahasan
Konduktometri adalah suatu cara analisa kuantitatif berdasarkan pengukuran
daya hantar (konduktansi) listrik suatu larutan. Konduktivitas suatu larutan
elektrolit pada setiap temperaturnya bergantung pada ion – ion yang ada dalam
konsentrasinya..Pada percobaan pertama, dibuat larutan AgNO3 0,01 N, KCl 0,01
N, dan KNO3 0,01 N dengan melakukan pengenceran oleh aquadest pada labu ukur
100 ml. Pengenceran dilakukan dengan cara mencampur 3 larutan tersebut dengan
aquadest sampai mencapai batas pengenceran yang terdapat di labu ukur tersebut.
Setelah itu, ditentukanlah masing – masing tahanan larutan yang sudah diencerkan
tersebut dengan konduktometer.
Pada percobaan kedua, dibuat terlebih dahulu HCl 0,01 N dengan cara
pengenceran seperti percobaan pertama. Setelah diencerkan, tahanan larutan HCl
tersebut diukur terlebih dahulu. Lalu dilakukan titrasi dengan penambahan NaOH
0,1 N sebagai titrannya. Penambahan NaOH 0,1 N dengan total 20 ml ini dilakukan
dalam 3 tahap. Pada tahap pertama dilakukanlah penambahan 5 ml NaOH 0,1 N,
dimana setiap 1 ml NaOH yang bertambah akan dilakukan pengukuran tahanan
pada larutan HCl. Pada tahap kedua, dilakukan penambahan NaOH 0,1 N 10 ml,
dimana tiap 0,5 ml penambahannya dilakukan pengukuran tahanan pada larutan
HCl. Tahap ketiga sama seperti tahap pertama, dengan total 5 ml NaOH 0,1 M, tiap
23

1 ml penambahannya dilakukan pengukuran tahanan pada larutan HCl.


Penambahan NaOH 0,1 N yang bertahap ini bertujuan untuk mendapatkan titik
ekivalen yang lebih akurat.

0.14

0.12
Titik Ekivalen
0.1
L kor (mho)

0.08

0.06

0.04

0.02

0
1 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 19
Volume NaOH (ml)
Gambar 3.1 Kurva Hubungan Lkor vs Volume NaOH Terpakai

Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa penambahan NaOH mempengaruhi


konduktivitas larutan HCl. Daya hantar listrik yang didapat mulai meningkat
sampai penambahan 0,5 ml NaOH ke- 19. Peningkatan ini terjadi dikarenakan
adanya kelebihan ion H+ saat volume HCl masih lebih besar dibandingkan volume
NaOH yang masuk.Ion H+ disini sangat berpengaruh pada penginkatan daya hantar
larutan tersebut. Pada penambahan ke – 20 sampai ke – 29, daya hantar yang
dihasilkan mulai menurun. Ini merupakan titik dimana HCl dan NaOH habis
bereaksi, titik ini biasa disebut dengan titik ekivalen. Setelah terbentuknya titik
ekivalen, terjadi lagi kenaikan daya hantar listrik larutan tersebut. Hal ini
dikarenakan volume NaOH mulai bertambah dan ion OH- mulai terbentuk.
Pada percobaan ketiga, dicampurkan 5ml larutan AgNO3 0,1 N dengan 10ml
larutan HCl 0,1 N. Dari pencampuran ini, didapatkan hasilnya berupa endapan
AgCl. Endapan ini lalu disaring dan kemudian dimurnikan terlebih dahulu. Setelah
itu dibuatlah larutan jenuhnya, lalu dilakukan pengukuran tahanannya. Setelah itu
diukur pula tahanan larutan AgNO3 0,01 N, KCl 0,01 N dan 0,1 N, dan aquadest.
Tahanan yang dihasilkan dari beberapa larutan tersebut berbeda - beda. Perbedaan
ini dikarenakan konsentrasi dari larutan- larutan tersebut juga berbeda. Hal ini
24

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu larutan dengan konsentrasi yang
berbeda mengandung jumlah ion yang berbeda pula, maka daya hantar jenis yang
dimiliki juga berbeda (Dogra,1990).
25

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Titik ekivalen yang diperoleh pada percobaan ini saat titrasi HCl 0,01 N
menggunakan NaOH 0,1 N yaitu pada saat penambahan 13 ml dan
menghasilkan konsentrasi HCl sebesar 0,08 N
2. Konstanta sel konduktansi yang diperoleh yaitu sebesar 1,00034
3. Kelarutan AgCl yang diperoleh secara konduktometri adalah 1,069x 10-5
grek/L

4.2 Saran

1. Pada saat melakukan titrasi NaOH 0,1 N sebanyak 1 ml ataupun 0,5 ml


sebaiknya dilakukan dengan teliti.
2. Elektroda untuk mengukur tekanan sebaiknya di keringkan dengan tisu
setiap kali setelah mengukur tahanan agar tidak terkontaminasi oleh ion-
ion pada volume sebelumnya sehingga hasil yang didapatkan akurat.
26

DAFTAR PUSTAKA

Basset,J.,(1994), Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Jakarta : EGC


Dogra, S.K., (1990),Kimia fisika dan Soal-Soal,Jakarta: UI Press
Isana, Yatiman dan Suharto,(2002),Petunjuk Pratikum Kimia Fisika II,
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Marzuklina, V dan Supriyono,(2005), Analisis Elektrokimia, Bogor: Departemen
Perindustrian Pusdilkat Industri Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
Mulyasuryani, A.,(2008), Elektroanalitik Dasar dan Aplikasi, Yogyakarta: Budi
Utama
Nugroho,A.,(2010), Larutan Elektrolit,
http://jawigo.blogspot.com/2010/03/larutan-elektrolit.html, diakses pada 6
November 2018
Sahirman,(2013),Dasar Analisis Fisikokimia, Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Sinaga, 2010, Kimia Fisika Jilid I, Jakarta: Erlangga
27

LAMPIRAN A
TUGAS
Data Hasil Pengukuran

ml NaOH R L Vkor Lkor


1 34.45 0.029028 1.01 0.029318
1 32.3 0.03096 1.009901 0.031266
1 29.8 0.033557 1.009804 0.033886
1 27.1 0.0369 1.009709 0.037259
1 25.6 0.039063 1.009615 0.039438
0,5 24.1 0.041494 1.004785 0.041692
0,5 23.2 0.043103 1.004762 0.043309
0,5 21.8 0.045872 1.004739 0.046089
0,5 19.9 0.050251 1.004717 0.050488
0,5 18.5 0.054054 1.004695 0.054308
0,5 17.6 0.056818 1.004673 0.057084
0,5 15.8 0.063291 1.004651 0.063586
0,5 14.3 0.06993 1.00463 0.070254
0,5 13.1 0.076336 1.004608 0.076688
0,5 12.2 0.081967 1.004587 0.082343
0,5 11.8 0.084746 1.004566 0.085133
0,5 10.3 0.097087 1.004545 0.097529
0,5 9.4 0.106383 1.004525 0.106864
0,5 8.7 0.114943 1.004505 0.11546
0,5 9.3 0.107527 1.004484 0.108009
0,5 10.6 0.09434 1.004464 0.094761
0,5 11.3 0.088496 1.004444 0.088889
0,5 12.8 0.078125 1.004425 0.078471
0,5 13.6 0.073529 1.004405 0.073853
0,5 15.1 0.066225 1.004386 0.066516
1 18.3 0.054645 1.008696 0.05512
1 20.4 0.04902 1.008621 0.049442
1 22.8 0.04386 1.008547 0.044235
1 29.6 0.033784 1.008475 0.03407
1 27.8 0.035971 1.008403 0.036274
28

0.14

0.12

0.1 Titik Ekivalen

L kor (mho)
0.08

0.06

0.04

0.02

0
1 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 19
Volume NaOH (ml)
29

LAMPIRAN B
PERTANYAAN
Hitunglah (untuk percobaan c ) :
1. Konstanta sel (K) dengan menggunakan data hantaran KCl 0,1 N
Jawab :
L = 0,832 x 10-3 mho
R = 1202,33 ohm
K= LxR
K = 0,832 x 10-3 mho x 1202,33 ohm = 1,00034

2. Hitung Ls larutan dan aquadest


Jawab :
𝐾
𝐿𝑠 =
𝑅
𝐿𝑠 = 𝐿 × 𝐾
Daya hantar / Daya hantar jenis/

No. Larutan Elektrolit L Ls


(mho) (ohm-1 cm -1)

1. KCl 0,1 N 0,832 x 10-3 8,32 x 10-3

2. KCl 0,01 N 0,0767 7,67 x 10-2

3. KNO3 0,01 N 0,0737 7,37 x 10-2

4. AgNO3 0,01 N 0,0806 8,06 x 10-2

5. AgCl jenuh 1,433 x 10-3 1,43 x 10-3

6. Aquadest 1,679 x 10-3 1,68 x 10-3


30

3. Hitung L ion masing-masing larutan


Jawab :
𝐿 𝑖𝑜𝑛 = 𝐿𝑠 − 𝐿 𝑎𝑖𝑟
L ion KCl 0,1 N = 8,32 x 10-3 - 1,68 x 10-3 = 6,64 x 10-3
L ion KCl 0,01 N = 7,67 x 10-2- 1,68 x 10-3 = 7,50 x 10-2
L ion KNO3 0,01 N = 7,37 x 10-2- 1,68 x 10-3 = 7,20 x 10-2
L ion AgNO3 0,01 N = 8,06 x 10-2- 1,68 x 10-3 = 7,89 x 10-2
L ion AgCl jenuh = 1,43 x 10-3- 1,68 x 10-3 = -2,47 x 10-4

4. Hitung ΛAgNO3 , ΛKNO3 , ΛKCl


Jawab :
1000
𝚲= x Ls cm2 /ohm cc
C
1000
𝚲AgNO3 = x 8,06 x 10 − 2 = 8060 cm2 /ohm cc
0,01
1000
𝚲KNO3 = x 7,37 x 10 − 2 = 7370 cm2 /ohm cc
0,01
1000
𝚲KCl = x 7,67 x 10 − 2 = 7670 cm2 /ohm cc
0,01

5. Hitung ΛAgCl (l)


Jawab :
˄AgCl = ˄AgNO3 + ˄KCl + ˄𝐾𝑁𝑂3
= 8060 + 7370 + 7670
= 23100 cm2 /ohm cc

6. Hitung kelarutan AgCl


Jawab :
[AgCl] = (1000 x Lion AgCl jenuh) / ˄AgCl
= (1000 x -2,47 x 10-4) / 23100
= 1,069x 10-5 grek/L

Anda mungkin juga menyukai