PENDAHULUAN
1.2.1 Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase,yaitu fase
diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat cair atau
zat padat, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau zat gas. Alat yang
digunakan terdiri atas kolom yang didalamnya diisikan fase stasioner (padatan atau
cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan campuran akan
bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa mobile). Pemisahan dicapai
oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan
oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fase mobile dan dan fase diam
(stasioner).
1.2.2 Kromatografi Gas
Gas Chromatography (GC) adalah teknik pemisahan suatu zat atau senyawa
yang bersifat volatil. Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap
pada suhu kamar. Sampel yang dapat digunakan dalam GC ini ada dua wujud yaitu
cair dan gas. Prinsip kerja dari Gas Chromatography yaitu sampel yang
diinjeksikan ke dalam aliran fase gerak, kemudian akan dibawa oleh fase gerak
yang berupa gas inert ke dalam kolom untuk dilakukan pemisahan komponen
sampel berdasarkan kemampuannya interaksi diantara fase gerak dan fase diam.
Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam
berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada
zat dan penunjangnya (Khopkar, 2007).
Injektor Detektor
Detektor
amplifier
Gas inlet
Pengatur Kolom
laju dan
tekanan
Oven
b. Gas Pembawa
Yang umum digunakan adalah helium, nitrogen, argon. Gas – gas tersebut
pada suhu dan tekanan normal tidak reaktif dan tidak berbahaya kecuali gas
hidrogen yang mudah terbakar. Gas pembawa yang dipakai harus disesuaikan
dengan jenis detektor, misalnya Thermal Conduvtivity Detector cocok bila
digunakan gas hidrogen atau helium. Selain itu gas pembawa juga harus mempunya
kemurnian yang tinggi, karena kontaminasi dalam jumlah kecil pun, dapat
menyebabkan noise pada signal yang dikirimkan oleh detektor, sehingga dapat
memberikan garis datar, yang tidak lurus. Aliran gas pembawa melalui kolom dapat
terjadi karena adanya perbedaan tekanan pada ujung masuk dan ujung keluar dari
kolom tersebut. Perlu diketahui, bahwa gas umumnya dapat mengalami kompresi.
Oleh karena itu dapat menyebabkan variasi dalam pengukuran kecepatan aliran dan
besarnya volume gas yang mengalir melalui kolom flowmeter dengan gelembung
sabun umum digunakan untuk mengecek kecepatan aliran gas pembawa. Fungsi gas
pembawa adalah mengangkut cuplikan dalam kolom ke detektor.
c. Injektor
Seperi pada jenis kromatografi yang lain sampel harus diberikan dalam
waktu yang singkat dengan volume yang sekecil mungkin. Injektor harus
dipanaskan lebih dahulu agar sampel yang berupa cairan dapat segera menguap.
Selain itu desain injektor harus sedemikian, sehingga sampel yang telah menguap
tersebut dapat langsung masuk kolom dengan perantaraan gas pembawa. Bila hal
ini tidak terjadi sampel tersebut mungkin akan tersebar sebelum pemisahn dalam
kolom dapat terjadi. Pada bebrapa alat, sampel tersebut dapat diinjeksikan langsung
ke dalam kolom (on column injection), terutama untuk menghindari kelemahan
tadi. Hal ini juga lebih disukai khususnya untuk sampel yang titik didihnya tidak
terlalu tinggi.
Besarnya sampel yang digunakan ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu
jumlah yang tersedia, kapasitas kolom, dan kepekaan detektor. Kromatograf yang
umum digunakan dilaboratorium biasanya mampu untuk mengadakan pemisahan
sampel cair antara 0,1 – 10 µl dan sampel yang berupa gas antara 1 – 10 ml. Kolom
kapiler, yang nanti akan diterangkan hanya memerlukan jumlah sampel yang sangat
kecil, yaitu antara 10-3 – 10-2 µl. Sampel yang sekecil ini dapat dihasilkan dengan
splitter, yang kecil dari sampel yang diinjeksikan yang akan masuk ke kolom,
sedang sebagian besar dari sampel tersebut akan keluar ke udara atmosfir. Cara ini
tidk dapat dipakai dalam analisis kuantitaf bila dikehendaki hasil yang akurat.
Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:
1. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan
diuapkan dalam injector yang panas dan 100 % sampel masuk menuju kolom.
2. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan
dalam injector yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.
3. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua sampel
diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup
pemecah ditutup.
4. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit
dimasukkan langsung ke dalam kolom. Teknik injeksi langsung ke dalam kolom
digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap; karena kalau
penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung dikhawatirkan akan
terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau pirolisis.
d. Kolom
Ada dua jenis kolom yaitu kolom dengan isian (packed column) dan kolom pipa
kapiler. Packing butiran penyerap dapat diganti dengan menggunakan kolom
kapiler dari gelas atau silika, dimana dinding kolom berfungsi sebagai penyangga
fase cairan diam. Kolom kapiler sangat bermanfaat untuk pemisahan komponen –
komponen senyawa yang kompleks. Kolom isian merupakan sutau pipa yang diisi
bahan penyangga padat yang permukaannya dilapisi dengan cairan (fase stasioner)
yang non volatil. Panjang. Kolom isian biasanya hanya antara 0,7 – 2 m.
Proses dimana zat membagi dirinya menjadi dua pelarut yang tidak
bercampurkan karena perbedaan kelarutan, dimana kelarutan dalam satu pelarut
satu lebih mudah dibanding dengan pelarut lainnya disebut sebagai partisi.
a. Waktu Retensi
Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak melalui kolom
menuju ke detektor disebut sebagi waktu retensi. Waktu ini diukur berdasarkan
waktu dari saat sampel diinjeksikan pada titik dimana tampilan menunujukkan
tinggi puncak maksimum untuk senyawa itu. Setiap senyawa memiliki waktu
retensi yang berbeda. Untuk senyawa tertentu, waktu retensi sangat bervariasi dan
bergantung pada:
4. Temperatur kolom.
e. Detector
Komponen zat – zat yang terdapat dalam sampel yang telah dapat
dipisahkan oleh kolom harus dapt dideteksi dan akhirnya digambarkan dalam
bentuk kromatogram. Mengingat bahwa masing-masing komponen tersebut
terdapat dalam konsentrasi yang sangat rendah dalam gas pembawa, detector harus
mempunyai kepekaan yang sangat tinggi. Meskipun demikian agar komponen yang
jumlahnya sangat kecil dapat ditunjukan dalam kromatogram masih dilperlukan
amplifier.
Berbeda dengan alat analisis lainnya, detektor pada kromatografi gas pada
umumnya lebih beraneka ragam. Hal ini disebabkan detektor pada GC mendeteksi
aliran bahan kimia dan bukan berkas sinar seperti pada spektrofotometer. Tabel
berikut menujukkan berat minimal dari masing – masing komponen yang masih
dapat dideteksi oleh beberapa detektor .
Dasar dari ECD ialah terjadinya absorpsi elektron oleh senyawa yang mempunyai
afinitas terhadap elektron bebas, yaitu senyawa – senyawa yang mempunyai gugus
elektro negatif. Dalam detektor ini gas yang berasal dari kolom akan terionisasi oleh
partikel yang partikel yang dihasilkan dari zat radioaktif misalnya 3H atau 63
Ni.
ECD merupakan detektor yang selektif dan peka terhadap senyawa yang
mengandung halogen. Fosfor, timbal, gugus nitro dan senyawa aromatik yang
berinti ganda. Detetektor ini juga sangat ideal untuk mendeteksi residu intsektisida
dalam kandungan yang kecil.
f. Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH
dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomerkonstitusional dari dimetil eter.
Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari
gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal
yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga
telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk
kegunaan industri seringkali dihasilkan dari etilena. Etanol memiliki titik didih
sebesar 78,29˚C dan titik beku sebesar -114,14˚C.
g. Benzena
Benzena, juga dikenal dengan rumus kimia C6H6, PhH, dan benzol,
adalah senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah
terbakar serta mempunyai bau yang manis. Benzena terdiri dari
6 atom karbon yang membentuk cincin, dengan 1 atom hidrogen berikatan pada
setiap 1 atom karbon. Benzena merupakan salah satu jenis hidrokarbon
aromatik siklik dengan ikatan pi yang tetap. Benzena adalah salah satu komponen
dalam minyak bumi, dan merupakan salah satu bahan petrokimia yang paling dasar
serta pelarut yang penting dalam dunia industri. Karena memiliki bilangan
oktan yang tinggi, maka benzena juga salah satu campuran penting pada bensin.
Benzena juga bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik,
bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan alami
dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat
dalam minyak bumi. Karena bersifat karsinogenik, maka pemakaiannya selain
bidang non-industri menjadi sangat terbatas. Benzena memiliki titik didih sebesar
80,1˚C dan titik beku sebesar 5,5˚C.
BAB II
METODOLOGI
3.2 Pembahasan
Pada praktikum GC (Gas Chromatography) ini bertujuan untuk memahami
prinsip analisa dengan menggunakan GC, mampu mengoperasikan alat GC dan
mengetahui pengaruh laju alir terhadap retention time.
GC merupakan teknik pemisahan campuran komponennya dengan bantuan
perbedaan fisik maing-masing komponen yaitu pada kepolarannya. Pada
kromatografi terdapat dua fase yaitu fase diam (stationer) dan fase gerak (mobile).
Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang didasarkan pada fase stasioner, lalu
sampel dimasukkan ke dalam kolom dan akan bergerak dengan bantuan fase mobile
atau carier gas (gas pembawa). Sampel tersebut akan terpisah berdasarkan
kepolarannya. Pada senyawa yang memiliki sifat kepolaran yang hampir sama
dengan fase stasioner maka akan tertahan lebih lama, sedangkan senyawa yang
memiliki sifat kepolaran yang berbeda akan lebih cepat melewati kolom dan keluar
lebih dahulu dari kolom. Sehingga setiap senyawa dapat terpisah dan memiliki
waktu retensi yang berbeda-beda. Waktu retensi adalah waktu yang dibutuhkan
sampel untuk melewati kolom hingga keluar menuju detektor.
Tahap awal dari pengoperasian GC adalah menyalakan alat GC dan
komputer yang terhubung dengan alat. Lalu dikomputer menekan ion galaxie lalu
mengirim perintah ke GC untuk memanaskan agar GC siap digunakan. Setelah itu
mengatur suhu injektor. Aturan untuk mengatur suhu injektor adalah bahwa suhu
tempat injektor sekitar 50˚C lebih tinggi dari titik didih campuran dari cuplikan
yang mempunyai titik didih paling tinggi. Suhu injektor tidak boleh terlalu tinggi,
sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau penguraian dari
senyaw yang akan dianalisa. Kemudian mengatur suhu oven. Suhu oven harus
diatur dan sedikit di bawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu tinggi, cairan
pada fase diam akan teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan
bisa mengalir terlalu cepat dalam kolom sehingga menjadi terpisah. Biasanya oven
memiliki jangkauan suhu 30˚C-320˚C. Temperatur kolom dapat lebih rendah
dibandingkan di injektor, sehingga beberapa komponen campuran dapat
berkondensasi pada awal kolom. Pada temperatur tinggi, pemisahan menjadi tidak
efektif setiap kenaikan temperatur, karena dapat menyebabkan berkurangnya daya
larut komponen. Mengatur laju alir dalam kolom sesuai yang diinginkan antara 0,7
mL/min-1,3 mL/min. Kemudian dalam detektor, mengatur suhu detektor yaitu 30-
50˚C diatas suhu injektor. Lalu pada FID mengklik ignite yang berfungsi untuk
menyalakan proses pembakaran pada detektor. Kemudain mengatur acquisition
yaitu kolom injektor yangg digunakan dan waktu acquisition, waktunya disesuaikan
lebih besar dibanding waktu retensi dari sampel, sehingga puncak yang
mengindikasikan sampel dapat terbaca. Setelah itu bagian monitoring baseline yang
berfungsi melihat dan memastikan alat dalam keadaan stabil, dengan ciri-ciri peak
yang terbentuk sudah serupa. Setelah itu mengirimkan perintah tadi ke GC,
menunggu hingga ready. Setelah GC ready masuk tahap penginjeksian sampel.
Fungsi dari injeksi adalah untuk menginjeksikan sampel yang kemudian masuk ke
dalam alat GC dengan menggunakan siring hingga menembus lempengan karet
(septum). Sampel yang digunakan harus bisa menguap dan jika sampel berupa
padatan, maka terlebih dahulu diencerkan agar sampel tersebut lebih mudah
menguap. Pada saat penginjeksian, sampel harus dilakukan dalam keadaan yang
singkat, agar sampel tidak tersebar sebelum pemisahan dalam kolom dan tidak
boleh mengijeksikan sampel terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya
jumlah sampel yang diinjeksikan dalam analisa 0,5 mL – 50 Ml untuk gas dan 0,2
mL – 20 mL untuk cairan.
Sampel kemudain dibawa oleh carier gas bersama fase gerak dimana carier
gas yang umumnya digunakan adalah Nitrogen. Pemilihan gas pengangkut atau
pembawa ditentukan oleh detektor yang digunakan. Tabung gas pembawa
dilengkapi dengan pengatur tekanan keluaran dan pengatur tekanan. Pengaturan
tekanan pada tabung gas bisa juga dilihat dari manual book. Kemudian carier gas
membawa sampel ke kolom sampai ke detektor. Detektor berfungsi sebagai
pendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan dari kolom secara terus-
menerus, cepat, akurat dan dapat dilakukan pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi
umumnya yaitu mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus
listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan
kromatogram. Dalam praktikum ini detektor yang digunakan adalah FID ( Flame
Ionization Detector). Detektor ini peka terhadap berbagai komponen dan dapat
berfungsi pada berbagai konsentrasi, tetapi detektor jenis ini tidak dapat mendeteksi
air. FID bekerja berdasarkan pembakaran solut sehingga terjadi ionisasi. Kemudian
arus listrik tersebut diteruskan ke rekorder dan memberi hasil keluaran berupa
kromatogram. Kromatogram berbentuk peak-peak dengan pola yang sesuai dengan
kondisi sampel dan jenis detektor yang digunakan.
Dari tujuan ketiga yaitu mengetahui pengaruh laju alir terhadap Retention
Time (RT), didapat kesimpulan bahwa semakin cepat laju alir maka RT nya
semakin kecil. Ini berarti hubungan antara laju alir dan RT berbanding terbalik. Dari
variasi laju alir yang digunakan yaitu 0,7 mL/min; 0,9 mL/min; 1,1 mL/min dan 1,3
mL/min dengan suhu oven 60˚C didapat hasil RT yang semakin kecil. Ini terjadi
karena sampel melewati kolom dalam waktu yang juga semakin cepat untuk menuju
detektor. Waktu yang semakin cepat menyebabkan pemisahan yang tidak
sempurna. Karena kolom membutuhkan waktu yang sesuai untuk menganalisa atau
mendeteksi komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam sampel tersebut.
Manfaat dari variasi laju alir ini adalah untuk mengetahui laju alir optimum
sehingga didapat peak yang bagus, waktu yang efektif dan pemisahan yang
sempurna.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip dasar analisa dengan menggunakan GC yaitu sampel diinjeksikan ke
dalam injektor diubah fasenya menjadi gas kemudian oleh fase gerak atau mobile
dibawa menuju kolom, dimana sampel tersebut akan terpisah berdasarkan
perbedaan nilai kepolarannya sehingga akan dibaca oleh detektor dan
menghasilkan keluaran berupa kromatogram.
2. Saat menginjeksikan sampel ke injektor, perlu diperhatikan kecepatan
penginjeksian yang harus konstan, waktu yang singkat dan volume yang sekecil
mungkin kerena akan mempengaruhi hasil pemisahan dan waktu retensinya.
3. Laju alir semakin cepat maka RT semakin kecil. Ini berarti hubungan antara laju
alir dan retention time time berbanding terbalik.
5.2 Saran
1. Mencoba menggunakan variasi temperatur oven untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap RT.
2. Mencoba menganalisa sampel yang mengandung minyak atsiri, produk gas
alam atau asam lemak misalnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Etanol
https://id.wikipedia.org/wiki/Benzena
LAMPIRAN
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4
Laju Alir (mL/min)
GAMBAR ALAT
Printer Vial
Syiringe