A. Tanggal Praktikum :
B. Judul Praktikum : Penentuan Komponen heksana, toluena, dan xylena pada sampel pertamax
dengan menggunakan instrumen kromatografi gas (GC)
C. Tujuan Praktikum :
Menentukan komponen heksana, toluena, dan xylena pada sampel pertamax dengan menggunakan
instrumen kromatografi gas (GC)
D. Tinjauan Pustaka
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan komponen-komponen dalam suatu
campuran berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen ke dalam 2 fasa, yaitu fasa
gerak berupa gas, dan fasa diam bisa cairan atau padatan. Selain pemisahan, kromatografi gas
juga dapat digunakan untuk pengukuran kadar komponen-komponen dalam sampel.
Dalam kromatografi gas, gas analit di alirkan seluruhnya ke kolom oleh fasa gerak gas, yang
dinamakan dengan gas pembawa. Dalam pemisahan kromatografi gas-cair, fasa diamnya adalah
cairan nonvolatil (tidak mudah menguap) yang terikat ke dalam kolom. Seperti kita ketahui
bahwa gas selalu bergerak kemana saja, tidak bisa diam. Oleh karena itu, untuk melakukan
percobaan kromatografi gas diperlukan peralatan khusus.
3. Pemrograman suhu
Jika suhu kolom di tingkatkan, tekanan uap zat terlarut meningkat dan waktu retensi menurun.
Untuk memisahkan senyawa dengan rentang titik didih yang besar atau kepolarannya, kita
naikkan suhu kolom selama pemisahan, teknik yang disebut pemrograman suhu.
4. Kolom kromatografi
Dalam kromatografi gas, kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan. Sebuah kolom
kromatografi menyediakan tempat untuk menahan fasa diam secara fisik. Bentuk kolom juga
mempengaruhi jumlah sampel yang dapat ditangani., efisiensi dari pemisahan, jumlah analit
yang dapat dipisahkan dengan mudah, dan jumlah waktu yang di butuhkan untuk pemisahan.
Untuk kromatografi gas, dikenal dua jenis kolom yaitu jenis pak (packed column) dan jenis
kolom terbuka (open tubular column).
a. Kolom pak (packed column)
Kolom pak terbuat dari gelas, stainless steel, tembaga, atau alumunium dengan panjang 2-6 m
dan diameter dalamnya 2-4 mm. Kolom diisi oleh zat pendukung dengan diameter partikel dari
37-44 µm sampai 250-354 µm. Partikulat yang paling banyak digunakan adalah tanah diatomik,
yang mengandung silika. Partikelnya sedikit berpori dengan luas permukaan 0,5-7,5 m2/g yang
memberikan kontak yang cukup antara fasa gerak dan fasa diam, ketika dihidrolisis.
Dalam kromatografi gas-cair, pemisahan berdasarkan pada partisi zat terlarut antara fasa gerak
gas, dan fasa diam cair pada bahan kemasan padat. Untuk menghindari adsorpsi molekul zat
terlarut pada pemaparan bahan kemasan, yang menurunkan kualitas pemisahan, permukaan
silanol terdeaktivasi oleh proses silanizing dengan dimetil dikloro silana dan pencucian dengan
alkohol (seperti metanol) sebelum dilapisi dengan fasa diam. Jenis kolom pak ini lebih disukai
untuk tujuan preparatif karena dapat menampung jumlah cuplikan yang banyak, namun
memberikan puncak yang lebar, waktu retensi yang panjang, dan resolusi yang rendah.
5. Fasa Diam
Selektivitas dalam kromatografi gas dipengaruhi oleh pemilihan fasa diam. Urutan elusi dalam
kromatografi gas-cair terutama ditentukan oleh titik didih zat terlarut dan ke tingkat yang lebih
rendah oleh interaksi zat terlarut dengan fasa diam. Zat terlarut dengan titik didih yang berbeda
secara signifikan dapat dipisahkan dengan mudah. Di sisi lain, dua zat terlarut dengan titik didih
yang sama dapat dipisahkan apabila fasa diam secara selektif berinteraksi dengan salah satu dari
zat terlarut.
Secara umum, zat terlarut nonpolar lebih mudah dipisahkan dengan fasa diam nonpolar., dan zat
terlarut polar mudah dipisahkan denga fasa diam polar. Kriteria utama untuk memilih fasa diam
adalah secara kimia bersifat inert, stabil secara termal, volatilitasnya rendah, dan kepolarannya
tepat untuk zat terlarut yang dipisahkan. Meskipun ratusan fasa diam telah dikembangkan,
banyak yang tersedia secara komersial, sebagian besar pemisahan kromatografi gas-cair yang
dicapai dengan 5-10 fasa diam yang umum. Sebuah permasalahan penting dengan semua fasa
diam cair adalah kecenderungan untuk keluar kolom, serta yang penting adalah ketebalan dari
fasa diam.
Jumlah fasa diam yang digunakan dinyatakan dalam persen zat padat pendukung. Jumlah yang
umum berkisar antara 2-10%. Jika fasa diam melebihi 30% dari zat padat pendukung, maka
efisiensi kolom mulai berkurang. Kerugian lainnya adalah faktor kapasitas bertambah besar atau
waktu retensi bertambah lama. Demikian pula bila jumlah fasa diam kurang dari 20% maka
permukaan zat padat pendukung tidak tertutup semuanya sehingga solut polar berikatan terlalu
kuat dengan zat pendukung. Selain zat cair, beberapa zat padat dapat digunakan sebagai fasa
diam seperti alumina (Al2O3) untuk memisahkan hidrokarbon.
6. Detektor
Detektor adalah alat ukur dalam sistem kromatografi, mendeteksi adanya senyawa dalam gas
yang mengalir meninggalkan kolom. Detektor ditempatkan dalam daerah pemisahan kontrol
panas dalam alat.
a. Detektor daya hantar panas (Thermal Conductivity Detector)
Detektor jenis ini mengukur kemampuan zat dalam memindahkan panas dari daerah panas ke
daerah dingin. Semakin besar daya hantar panas, maka semakin cepat pula panas dipindahkan.
Detektor ini terdiri dari filamen panas tungsten-rhenium yang ditempatkan pada aliran gas yang
datang dari arah kolom kromatografi. Tahanan listrik filamen akan naik bila suhu filamen naik.
Selama gas pembawa mengalir secara konstan, maka tahanan akan konstan dan begitu pula
sinyal yang dikeluarkannya. Ketika solute keluar dari kolom maka daya hantar panas aliran gas
menjadi menurun sehingga kecepatan pendinginan filamen oleh aliran gas berkurang secara
proporsional. Filamen menjadi lebih panas, tahanan bertambah, dan perubahan sinyal teramati.
H. Analisis Data
Dalam percobaan ini dilakukan penentuan hexsan, toluen, xilena dalam sampel pertamax
dengan menggunakan instrumen gas kromatografi (GC). Pertamax merupakan salah satu jenis
BBM dari pengolahan minyak bumi yang memiliki warna hijau jernih. Pertamax mengandung 33
komponen termasuk hexsan, toluena dan xilena yang akan dianalisis dalam percobaan ini.
Prinsip dasar dari gas kromatografi (GC) adalah pemisahan komponen berdasarkan
perbedaan distribusi molekul antara fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak yang digunakan dalam
percobaan ini adalah gas N2 dan udara sebagai gas pembawa yang akan membawa sampel dari
injektor masuk kedalam kolom. N2 digunakan karena detektor yang dipakai adalah FID.
Kepekaan detektor ini akan lebih meningkat jika N2 digunakan sebagai gas pembawanya. FID
digunakan karena sampel yang akan dianalisis merupakan hidrokarbon. Fasa diam yang
digunakan berupa cairan 5% fenil – 95% metilpolisikloksan yang bersifat nonpolar. Fesa diam
ini terdapat dalam kolom DB-5.
Sampel yang diinjeksikan sebanyak 1μL. Penginjeksian dilakukan menggunakan siringe.
Dalam proses pengambilan sampel menggunakan siringe, harus dipastikan tidak ada gelembung
gas dalam siringe, karena akan berpengaruh pada keakuratan hasil analisis.
Hasil keluaran dari analisis sampel menggunakan intrumen GC adalah kromatogram.
Analisis yang dilakukan dalam percobaan ini hanya analisis kualitatif. Pada tahap pertama
dilakukan analisis terhadap kromatogram larutan standar. Kedua, dilakukan analisis terhadap
kromatogram sampel yaitu pertamax dan yang terakhir dilakukan analisis kromatogram pertamax
+ larutan strandar.
1. Analisi kromatogram larutan standar
Larutan standar yang digunakan adalah heksan, toluena, dan xilena dengan perbandingan
masing-masing 0,3 mL, 0,5 mL, dan 0,7 mL. Dari hasil kromatogram larutan standar diperoleh 5
puncak. Namun, puncak yang dominan hanya ada 3 yang diduga puncak tersebut adalah heksan,
toluena, dan xilena.
Adapun data waktu retensi dan Area% dari kromatogram larutan standar sebagai berikut :
Puncak Waktu Retensi Area %
1 1,873 15,116
2 3,351 36, 502
4 5,020 47,038
Dari data tersebut, diduga bahwa puncak 1 merupakan heksan, karena memiliki %area yang
lebih kecil, sesuai dengan jumlah heksan yang ditambahkan yaitu 0,3 mL (20% dari larutan
standar keseluruhan). Puncak kedua diduga adalah toluena karena memiliki %area yang lebih
besar dari puncak 1, hal inipun sesuai dengan jumlah toluena yang ditambahkan yaitu 0,5mL
(33,33%). Dan puncak yang keempat diduga adalah xilena karena memiliki %area yang paling
besar yaitu 47,038, sesuai dengan jumlah xilena yang ditambahkan yaitu 0,7mL (46,67%).
Selain berdasarkan analisis dari luas area puncak, hasil analisis juga didasarkan pada
interaksi antara komponen yang ada dalam larutan standar dengan fasa gerak dan fasa diam.
Interaksi komponen-komponen tersebut antara lain dipengaruhi oleh perbedaan kepolaran, berat
molekul dan titik didih. Juga faktor lain seperti laju alir dan efek sterik.
Titik didih
Komponen dengan titik didih paling rendah akan keluar kolom terlebih dahulu. Hal ini
dikarenakan komponen dengan titik didih paling rendah akan terlebih dahulu menguap seiring
dengan pertambahan suhu kolom.
Berat molekul
Komponen dengan berat molekul paling kecil, akan keluar kolom terlebih dahulu dan sebaliknya.
Kepolaran
Jika dilihat dari kepolaran (harga indeks kepolaran) maing-masing komponen, maka komponen
yang bersifat paling nonpolar akan lebih lama tertahan dalam kolom dan fasa diam. Sehingga,
komponen yang lebih dahulu keluar dari kolom adalah komponen yang paling polar.
Adapun data mengenai berat molekul, titik didih, dan perbedaan kepolaran dari heksan,
toluena dan xilena adalah sebagai berikut :
Berat
Bahan Titik didih Indeks Polaritas
molekul
Heksan 86 68,95 0C 0,1
Toluena 92,13 110 0C 2,4
Xilena 106,16 138,35 0C (para) 2,5
Berdasarkan data diatas, heksan memiliki berat molekul dan titik didih yang lebih rendah
dibandingkan toluen dan xilena. Sehingga heksan lebih dulu berubah menjadi gas lalu terbawa
oleh gas pembawa dan keluar kolom lebih dalu, maka memiliki waktu retensi yang lebih kecil
yaitu puncak nomor 1. Dengan alasan yang sama, puncak 2 diduga toluena dan puncak no 4
diduga xilena.
2. Analisi kromatogram pertamax
Analisis kualitatif dari sampel pertamax dilakukan dengan membandingkan waktu retensi
pada kromatogram pertamax dan kromatogram larutan standar. Berdasarkan data waktu retensi
yang hampir mendekati waktu retensi larutan standar, terdapat 2 puncak yang diduga heksan
yaitu puncak 7 dan 8, diduga toluena yaitu puncak 20 dan 21 dan puncak xilena 31 dan 32.
Datanya sebagai berikut :
Kromatogram
Komponen Waktu retensi pertamax Selisih tr standar
standar (tr) standar Punca dengan tr pertamax
Waktu retensi
k
7 1.817 56
Heksan 1.873
8 1.895 22
20 3.237 114
Toluena 3.351
21 3.375 24
31 4.839 181
Xilena 5.020
32 5.216 196
Dari data diatas berdasarkan kedekatan selisih tr standar dan tr pertamax maka diduga puncak
ke-8 adalah heksan, puncak ke-21 adalah toluena dan puncak ke-31 adalah xilena.
Berdasarkan data diatas, diduga puncak ke-7 adalah heksan, karena memiliki selisih waktu
retensi yang lebih kecil dengan larutan standar dan mengalami penambahan luas area (area
%) jika dibandingkan dengan area % pada kromatogram pertamax yang tidak ditambahkan
dengan standar. Dengan alasan yang sama begitu juga dengan puncak ke-20 diduga toluena dan
puncak ke-31 diduga xilena.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis sampel pertamax yang dilakukan dengan gas kromatografi (GC)
terbukti bahwa dalam pertamax mengandung komponen heksana, toluena dan xilena.
DAFTAR PUSTAKA
Haries, Danil. C (2007). Quantitative Chemical Analysis. New York : W. H Freeman and Company
Harvey, David. (1956). Modern Analytical Chemistry. Depauw University : Mc-Graw-Hill Company
Hendayana, Sumar. (2010). Kimia Pemisahan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Wiji, dkk. (2013). Penentuan Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bandung : Lab. Kimia Instrumen
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Siregar, Johendri Haris. (2013). Perbedaan Premium, Pertamax, dan Pertamax Plus. [online].
Tersedia : http :// johendri27gar.blogspot.com. [2 Maret 2014]