Anda di halaman 1dari 26

KROMATOGRAFI

GAS
Oleh :
Ni Luh Tu Widya Adnyani
19089016025
Prinsip kromagtografi gas
KG merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut
yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas)
bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam
dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio
distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi
berdasarkan pada peningkatan titik didihnya, kecuali jika
ada interaksi khusus antara solut dengan fase diam.
Jenis-jenis kromagtografi gas

1. Kromatografi gas-cair (KGC)


Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah
cairan yang diikatkan pada suatu pendukung
sehingga solut akan terlarut dalam fase diam.
Mekanisme sorpsi-nya adalah partisi.
2. Kromatografi gas-padat (KGP) :
Pada KGP ini, digunakan fase diam padatan
(kadang-kadang
polimerik). Mekanisme sorpsi-nya adalah adsorpsi.
Sistem peralatan KG

Sistem Peralatan KG
Diagram skematik peralatan KG ditunjukkan oleh
gambar 16.1. dengan komponen utama adalah:
kontrol dan penyedia gas pembawa, ruang suntik
sampel: kolom yang diletakkan dalam oven yang
dikontrol secara termostatik, sistem deteksi dan
pencatat (detektor dan recorder): serta komputer
yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data.
Fase gerak pada KG
Fase Gerak pada KG
Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena
tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom,
karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas.
Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif, murni/ kering karena
kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan dapat
disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk
hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen).
Lanjutan

Gas pembawa biasanya mengandung gas helium, nitrogen,


hidrogen, atau campuran argon dan metana. Pemilihan gas
pembawa tergantung pada penggunaan spesifik dan jenis
detektor yang digunakan. Helium merupakan tipe gas pembawa
yang Sering digunakan karena memberikan efisiensi kromatografi
yang lebih baik (mengurangi pelebaran pita).Untuk setiap
pemisahan dengan KG terdapat kecepatan optimum gas
pembawa yang utamanya tergantung pada diameter kolom.
Lanjutan

Untuk setiap pemisahan dengan KG terdapat kecepatan optimum gas


pembawa yang utamanya tergantung pada diameter kolom. Kecepatan
alir gas kira-kira 50-70 ml/ menit untuk kolom dengan diameter dalam 6
mm, 25-30 ml/ menit untuk kolom dengan diameter dalam 3 mm, dan
0,2-2 ml/menit untuk kolom kapiler. Pada dasarnya, kecepatan alir gas
pembawa berbanding lurus dengan penampang kolom, dan penampang
kolom tergantung pada jari-jari pangkat dua (luas lingkaran nr?). Oleh
karena itu, jika diameter kolom menjadi 2 kali lebih besar, maka
kecepatan alir gas pembawa yang diperlukan 4 kali lebih besar daripada
kecepatan alir gas pembawa pada kolom yang lebih kecil.
Ruang suntik sampel pada KG

Ruang suntik sampel pada KG


Komponen KG yang utama selanjutnya adalah ruang suntik
atau inlet. Fungsi dari ruang suntik ini adalah untuk
mengantarkan sampel ke dalam aliran gas pembawa.
Berbagai macam jenis inlet dan teknik pengantar sampel
telah tersedia. Penyuntikan sampel dapat dilakukan secara
manual atau secara otomatis (yang dapat menyesuaikan
jumlah sampel).
Lanjutan

Sampel yang akan dikromatografi dimasukkan ke dalam


ruang suntik melalui gerbang suntik yang biasanya berupa
lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet.
Ruang suntik harus dipanaskan tersendiri (terpisah dari
kolom) dan biasanya 10-150C lebih tinggi daripada suhu
kolom maksimum. Jadi seluruh sampel akan menguap
segera setelah sampel disuntikkan.
Lanjutan

Pada kolom kapiler, sampel yang diperlukan sangat


sedikit bahkan sampai 0,01 ul, karenanya berbeda
dengan kolom kemas yang memerlukan 1-100 ul
sampel. Karena pengukuran secara akurat sulit
dilakukan jika sampel yang disuntikkan terlalu kecil
(pada kolom kapiler), maka ditempuh suatu cara
untuk Mengecilkan ukuran sampel setelah
penyuntikan.
Penyiapan sampel dan
penyuntikan
Penyiapan sampel dan, penyuntikan
Sampel yang ideal dalam kromatografi gas adalah sampel
yang hanya mengandung senyawa yang akan dipisahkan
dalam kolom, dan dalam banyak hal juga pelarut yang
mudah menguap yang melarutkan sampel tersebut.
Walaupun cairan yang mudah menguap (tidak dalam
larutan) serta zat padat yang mudah menguap dapat
langsung disuntikkan, tetapi kebanyakan dilarutkan duhs
dalam pelarut organik baru kemudian disuntikkan.
Lanjutan
Pelarut sampel yang paling umum digunakan adalah.
hsdrokarbon bertitik didih rendah, etil eter, alkohol, dan
keton. Pelarus yang dipilih harus mempunyai sifat yang
berbeda secara nyats dengan sampel yang dianalisis.
Penyuntikan dalam KG dapat dilakukan dengan
memakai alat suntik kedap gas atau sistem penyuntikan
yang telah dirarwang secara khusus. Kebanyakan
penyuntikan dilakukan dengan menggunakan alat
penyuntik mikro.
Kolom pada KG

Kolom kemas terdiri atas fase cair (sekurang-kurangnya pada


Suhu kromatografi) yang tersebar pada permukaan penyangga
Yang lembam (inert) yang terdapat dalam tabung yang relatif
besar (diameter dalam 1-3 mm). Fase diam hanya dapat
dilapiskan saja pada penyangga atau terikat secara kovalen pada
penyangga yangmenghasilkan fase terikat. Kolom kapiler jauh
lebih kecil (0,02-9 2 mm) dan dinding kapiler bertindak sebagai
penyangga lembam untuk fase diam cair.
Lanjutan
Semakin sempit diameter kolom, maka efisiensi
pemisahan kolom semakin besar atau puncak
kromatogram yang dihasilkan semakin tajam.
Pada umumnya, seorang analis akan memilih
kolom dengan diameter 0,2 atau yang lebih kecil
ketika menganalisis sampel dengan konsentrasi
sekelumit atau ketika seorang analis akan
memisahkan komponen yang sangat kompleks.
Lanjutan
Semakin sempit diameter kolom, maka efisiensi
pemisahan kolom semakin besar atau puncak
kromatogram yang dihasilkan semakin tajam.
Pada umumnya, seorang analis akan memilih
kolom dengan diameter 0,2 atau yang lebih kecil
ketika menganalisis sampel dengan konsentrasi
sekelumit atau ketika seorang analis akan
memisahkan komponen yang sangat kompleks.
Kolom-kolom
A. Kolom kemas
Jenis kolom ini terbuat dari gelas atau logam yang
tahan karat atau dari tembaga dan aluminium.
Panjang kolom jenis ini adalah 1-5 meter dengan
diameter dalam 1-4 mm.
Efisiensi kolom akan meningkat dengan semakin
bertambah halusnya partikel fase diam ini.
Semakin kecil diameter partikel fase diam, maka
efisiensinya akan meningkat.
LANJUTAN

b. Kolom kapiler
Jenis kolom ini berbeda dengan kolom kemas, dalam hal adanya rongga
pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa (tube). Oleh karena itu
kolom kapiler juga disebut “Open tubular columns". Fase diam melekat
mengelilingi dinding dalam kolom. Ada empat macam jenis lapisan pada
kolom kapiler ini, yaitu: WCOT (Walll Coated Open Tube): SCOT (Support
Coated Open Tube). PLOT (Porous Layer Open Tube): dan FSOT (Fused
Silica Open Tube).
Kolom kapiler sangat banyak dipakai atau lebih disukai oleh para ilmuan.
Salah satu sebabnya antara lain kemampuan kolom kapiler memberikan
harga jumlah pelat teori yang sangat besar (3 300.000 pelat).
Detektor pada KG
Detektor pada KG
Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi
gas adalah detektor. Detektor merupakan
perangkat yang diletakkan pada ujung kolom
tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang
membawa komponen hasil pemisahan. Detektor
pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik
yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa
dan komponen-komponen di dalamnya menjadi
sinyal elektronik
Berikut akan dijelaskan detektor yang sering digunakan dalam
kromatografi gas:
a. Detektor hantar panas (Thermal Conductivity Detector
"TCD)
Detektor ini didasarkan bahwa panas dihantarkan dari benda
yang suhunya tinggi ke benda lain di sekelilingnya yang
suhunya lebih rendah.
b. Detektor Ionisasi Nyala (Flame Ionization Detektor « FID)
Pada dasarnya senyawa organik bila dibakar akan terurai
menjadi pecahan sederhana bermuatan positif, biasanya
terdiri atas satu karbon (C")
C. Detektor tangkap elektron (Electron Capture Detector «
ECD)
Lanjutan
d. Petektor nitrogen-fosfor (Nitrogen Phosphorous Detector
=NPD)
Pada prinsipnya NPD mirip dengan FID, hanya saja fenomena
mekanisme nyala plasma belum jelas.
e. Detektor fotometri nyala menggunakan prinsip bahwa ketika
senyawa yang mengandung sulfur atau fosfor dibakar dalam
nyala hidrogen-oksigen, maka akan terbentuk spesies-spesies
yang tereksitasi yang akan runtuh (decay) dan menghasilkan
suatu emisi kemiluminesen yang spesifik yang dapat diukur
pada panjang gelombang tertentu.
Lanjutan
g. Detektor foto-ionisasi
Ketika suatu senyawa menyerap energi foton dari suatu
lampu UV, maka senyawa tersebut akan terionisasi
h. Detektor spektrometer massa
Spektrometer massa jika digunakan sebagai detektor
maka akan mampu memberikan informasi data struktur
kimia senyawa yang tidak diketahui.
detektor dan mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1. Memfasilitasi setting parameter-parameter
instrumen seperti aliran fase gas: suhu oven dan
pemrograman suhu: serta penyuntikan sampel secara
otomatis.
2. Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi
lain dengan menggunakan grafik berwarna.
3. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-
perhitungan dengan statistik.
4. Menyimpan data parameter analisis untuk analisis
senyawa tertentu.
Derivatisasi pada kromotografi gas
Derivatisasi pada Kromatografi Gas
Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu
senyawa menjadi senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang
sesuai untuk dilakukan analisis menggunakan kromatografi gas.
Alasan dilakukannya derivatisasi:
1. Senyawa-senyawa tersebut tidak memungkinkan dilakukan
analisis dengan KG terkait dengan volatilitas dan stabilitasnya.
2. Untuk meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram.
Beberapa senyawa tidak menghasilkan bentuk kromatogram yang
bagus (misal puncak kromatogram saling tumpang tindih) atau
sampel yang dituju tidak terdeteksi, karenanya diperlukan derivatisasi
sebelum dilakukan analisis dengan KG.
Essterifikasi
Esterifikasi digunakan untuk membuat derivat gugus
karboksil. Contoh obat yang mengandung gugus ini adalah
obat golongan analgesik, prostaglandin, asam amino, dan
obat anti-inflamasi.
Aslilasi
sampel yang diuji mengandung fenol, alkohol, atau amim
primer atau sekunder maka sering digunakan derivatisasi
dengan asilasi yang merupakan reaksi yang paling umum.
Alkilasi
Alkilasi digunakan untuk menderivatisasi alkohol, fenol,
amina (primer dan sekunder), imida, dan sulfhidril. Derivat
dapat dibuat dengan sintesis Wiliamson, yakni alkohol atau
fenol ditambah alkil atau benzil halida dengan adanya basa
Lanjutan
Alkilasi
Alkilasi digunakan untuk menderivatisasi alkohol, fenol,
amina (primer dan sekunder), imida, dan sulfhidril. Derivat
dapat dibuat dengan sintesis Wiliamson, yakni alkohol
atau fenol ditambah alkil atau benzil halida dengan adanya
basa
Siklisasi
Penutupan gugus polar melalui siklisasi dilakukan pada
senyawa yang mengandung 2 gugus fungsi yang kira-kira
sangat mudah dibuat heterosiklis beratom 5 atau 6.
Beberapa jenis heterosiklis yang terbentuk adalah: ketal,
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai