TEKNIK KROMATOGRAFI
GAS
SUNARDI
Departeman Kimia FMIPA-UI
sunardi1@ui.ac.id
1
Kromatografi
Kromatografi merupakan metode pemisahan
yang mengandalkan perbedaan perilaku
interaksi analit antara fase gerak mengalir dan
fase diam untuk memisahkan komponen dalam
campuran.
2
Kromatografi
Komponen yang keluar dari ujung kolom
dideteksi dan diukur oleh detektor.
Instrumen analitis dapat dikombinasikan antara
metode pemisahan dengan analisis on-line.
Contoh:
◦ Kromatografi gas atau cair dengan spektrometri
massa (GC-MS dan LC-MS) atau GCMSMS, LCMSMS
◦ Fourier-transform spektroskopi inframerah (GC-FTIR).
◦ Diode-array UV-VIS absorpsi spektroskopi(HPLC-UV-
VIS).
3
Kromatografi
Mekanisme interaksi dalam kromatografi
5
Skema Gas Kromatograf
6
Skema Gas Kromatograf
7
Pengatur Aliran Gas
8
Pengatur Aliran Gas
Kecepatan aliran fasa gerak dalam
kromatografi sangat penting karena
berpengaruh terhadap pemisahan.
9
Pengatur Aliran Gas
Bubble flow meter
Dipasang setelah
kolom.
Pengukurannya relatif
akurat dan teliti.
10
Pengatur Aliran Gas
Rotameter
Dipasang setelah
kolom
Pengukuran dilakukan
dengan membaca
posisi bola yang
mengapung karena
dorongan gas.
Harus dikalibrasi
dengan Bubble flow
meter.
11
Pengatur Aliran Gas
Electronic flow sensor
Merupakan modifikasi
dari detektor daya
hantar panas.
Responnya agak
lambat bergantung
jenis gas yang
digunakan.
Harus dikalibrasi
dengan Bubble flow
meter.
12
Pemilihan fasa gerak gas
Fasa gerak hanya membawa komponen sampel
melewati kolom tanpa ada interaksi antara fasa
gerak dengan komponen sampel.
13
Pemilihan fasa gerak gas
Contoh gas fasa gerak :
N2 harganya murah
tetapi jumlah N kecil.
15
Injeksi sampel
Sampelyang dianalisis dapat
berbentuk padat, cair atau gas.
Caramemasukkan sampel
bergantung jenis sampelnya.
◦ Cara injeksi (sampel cairan atau larutan)
◦ Sampling loop/ Valve (sampel gas)
◦ Head Space / Termal Desorption (sampel
padat, cairan atau larutan)
16
Tempat injeksi
Kolom paket Kolom kapiler
17
Tempat injeksi
18
Tempat injeksi : Kolom paket
19
Tempat injeksi : Kolom kapiler
20
Kromatografi gas
kolom kapiler
SUNARDI 03/27/2024 21
Injeksi split
22
Injeksi split
Keunggulan injeksi split :
◦ Sesuai untuk sampel yang kadarnya tinggi, sehingga
kolom tidak kelebihan kapasitas.
Cara menanggulangi :
◦ Spiltless/split : Injeksi dengan cara tanpa split setelah
sampel masuk kolom, diganti cara split untuk
mengurangi jumlah pelarut masuk ke kolom.
23
Injeksi tanpa split (splitless)
Tahap 1 : Split dimatikan (Off)
24
Injeksi split
Tahap 2 : Split dinyalakan (On)
25
Injeksi “on Coloumn”
Proses penguapan dengan pemanasan dalam
injektor dapat merusak jenis sampel tertentu.
Sampel dalam keadaan dingin langsung di
26
Injeksi “on Coloumn”
27
Injektor yang dapat diprogram
28
Septum
29
“liner”
Liner mencegah kontak
antara sampel dengan
bahan logam.
31
Suntikan (Syringe)
32
Auto Injektor
Dapat menginjeksikan
sampel secara
automatik dan cepat.
Dapat mencuci syringe
secara automatik.
Dapat mengencerkan
sampel yang kadarnya
terlalu tinggi.
Keterulangannya lebih
baik dibanding cara
injeksi manual.
33
Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang
dianalisis :
◦ Cairan 0,1 – 10 L
◦ Gas 0,5 – 5 mL
34
Sampling loop
35
Sampling loop
36
Sampling loop
37
Sampling loop
38
Head Space/ Thermal Desorption
39
Jenis kolom
40
Jenis kolom
41
Jenis kolom
Paket preparatif Paket analitik Kapiler analitik
Bahan kolom Stainless steel Stainless, gelas Fused Silika
Diameter dalam > 8,0 mm 4,0 – 6,0 mm 0,1 – 0,5 mm
Panjang kolom >3m 2–6m 10 – 100 m
42
Jenis kolom
43
Difusi Eddy
44
Pengaruh panjang kolom dan resolusi
45
Kolom paket analitik
46
Kolom paket preparatif
47
Kolom kapiler
48
Pemasangan Kolom
49
Pemasangan Kolom
50
Pemasangan Kolom
51
Kromatogram
52
Pengaturan suhu
Suhu injektor dan detektor, biasanya diatur
minimal 120 oC agar jika sampel mengandung air
dapat menguap tidak terkondensasi dalam
injektor atau detektor, atau10 oC diatas titik didih
komponen sampel yang paling sukar menguap.
53
Program Temperatur
Kolom kromatografi gas selalu dipanaskan,
untuk menjaga agar komponen sampel dan
pelarut selalu berada dalam fasa gas.
54
Program Temperatur
55
Program Temperatur
56
Detektor
Detektor
Destruktif Non Destruktif
Universal Selektif
57
Thermal Conductivity Detector/ TCD
Bersifat universal, semua jenis sampel dapat
dideteksi.
Non destruktif
Kurang sensitif
Prinsip deteksi : perubahan hambatan listrik
58
Thermal Conductivity Detector/ TCD
59
Flame Ionization Detector/ FID
Bersifat spesifik, hanya untuk senyawa yang
dapat dibakar.
Destruktif
Prinsip deteksi : Hasil pembakaran senyawa
60
Flame Ionization Detector/ FID
61
Flame Ionization Detector/ FID
62
Flame Ionization Detector/ FID
Tidak dapat digunakan untuk menganalisis :
◦ Gas mulia CS2
◦ NOx O2
◦ H2O N2
◦ NH3 senyawa perhalogen
◦ CO asam format
◦ CO2 formaldehida
63
Flame Ionization Detector/ FID
Respon detektor sebanding dengan jumlah
atom C dalam senyawa
64
Kromatografi gas
65
Perbandingann FID dan TCD
66
Electron Capture Detector/ ECD
Bersifat spesifik, sampel harus mengandung
unsur yang sangat elektronegatif.
Non destruktif
Sangat sensitif
Prinsip deteksinya : Absorpsi sinar beta oleh
67
Electron Capture Detector/ ECD
68
Electron Capture Detector/ ECD
69
Nitrogen-Phosphor Detector/ NPD
Spefisik hanya untuk sampel yang
mengandung Nitrogen dan Phosfor
Destruktif
Sangat sensitif untuk sampel yang
mengandung N dan P
Prinsip deteksi : merupakan modifikasi dari
70
Nitrogen-Phosphor Detector/ NPD
71
Flame Photometric Detector/ FPD
Spesifik untuk senyawa yang mengandung
Phosfor dan Sulfur
Destruktif
Sensitif untuk senyawa yang mengandung P
dan S
Prinsip deteksi : senyawa yang mengandung P
72
Kromatografi gas
73
Detektor MS-MS/MS
Bersifat universal
Destruktif
Sangat sensitif
Dapat untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
74
GC-MS
75
GC-MS
76
Kromatogram Massa
77
GC-MSMS
78
GC-MSMS
79
GC-MSMS
80
GC-MSMS
81
GC-MSMS
82
GC-MSMS
83
Proses Identifikasi dengan MS
Analisis Kualitatif
Library
MATCH
85