Percobaan VIII
Pembuatan “Shampo Motor atau Mobil”
Muhammad Aidil
1907114038
Asisten :
Rona Uli Br Gaol
Dosen Pengampu :
Drs. Irdoni, HS., MS
Catatan Tambahan:
Dosen Pengampu,
ABSTRAK
Sampo motor atau mobil adalah suatu detergen yang mengandung konstituen bahan aktif
pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif berupa
surfaktan yang merupakan singkatan dari surfaceactive agent, yaitu bahan yang
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dandi antarmuka fasa (baik cair-gas maupun
cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan. Tujuan dari praktikum adalah
mempelajari pembuatan shampoo motor atau mobil dan mementukan karakteristik
shampoo motor atau mobil. Pada percobaan dilakukan pencampuran larutan LABSNa dan
SLS. Pada percobaan juga dilakukan beberapa kali pengujian yaitu pengujian densitas,
pengujian viskositas, pengujian daya busa, dan pengujian emulsi. Hasil yang didapat
pengujian densitas 0,753 gram/ml, viskositas sebesar 18,267 Pa. s, dan stabilitas emulsi
53,34%.
ABSTRACT
Motorcycle or car shampoo is a detergent that contains constituents of the active ingredient
on its surface and constituents of additives. The active ingredient constituent is a surfactant
which stands for surfaceactive agent, which is a substance that lowers the surface tension
of a liquid and at the phase interface (both liquid-gas and liquid-liquid) to facilitate
distribution and distribution. The purpose of the practicum is to study the manufacture of
motor or car shampoos and to determine the characteristics of motor or car shampoos. In
the experiment, the LABSNa and SLS solutions were mixed. In the experiment, several tests
were also carried out, namely density testing, viscosity testing, foam power testing, and
emulsion testing. The results obtained from a density test of 0.753 gram / ml, a viscosity of
18.267 Pa. s, and emulsion stability 53,34%.
DAFTAR ISI
4.1 Hasil.................................................................................................................... 16
4.2 Pembahasan......................................................................................................... 17
BAB 5 PENUTUP........................................................................................................ 20
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
Dewasa ini sampo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan
masyarakat dan diganti dengan Sampo yang terbuat dari bahandeterjen. Sampo yang
terbuat dari bahan deterjen lebih banyak digunakan karenamemiliki efektifitas pencucian
yang lebih bagus. Hal ini dikarenakan kandungansurfaktan dalam deterjen memiliki
kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan serta mampu mengikat dan
membersihkan kotoran. Surfaktan itusendiri merupakan suatu senyawa aktif penurun
tegangan permukaan yang dapat diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi.
Surfaktan memilikistruktur molekul amfifatik yaitu mempunyai struktur molekul yang
terdiri darigugus hidrofilik dan gugus hidrofobik. Surfaktan telah diaplikasikan secara luas
pada berbagai industri antara lain sebagai emulsifier ,emuliency,defoaming,detergeny, dan
lainnya (Vogel, 1978)
1.2 Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Surfaktan
Surfaktan adalah suatu senyawa kimia yang bersifat ampipilik dimana sifat
hidropilik dan hidropobik ada dalam satu molekul surfaktan. Surfaktan dapat menurunkan
tegangan permukaan suatu fluida sehingga dapat mengemulsikan dua fluida yang tidak
saling bercampur menjadi emulsi sehingga surfaktan dibutuhkan oleh industri kosmetik,
makanan, tekstil, industri minyak bumi dan farmasi. Permasalahan yang ditumbulkan oleh
penggunaan surfaktan adalah pencemaran lingkungan, terutama oleh surfaktan berbahan
dasar petroleum yang bersifat non biodegradable, untuk itu perlu dilakukan pengembangan
surfaktan yang bersifat biodegradable. Biosurfaktan adalah surfaktan biodegradable yang
dapat diproduksi oleh sel mikoorganisme (bakteri/fungi) maupun dari bahan alam.
Biosurfaktan dari mikoorganisme telah diketahui adalah senyawa Rhamnolipid dan
Lipopeptida. Sebagai contoh adalah Surfactin dan Dactomicin, merupakan biosurfaktan
yang dihasilkan oleh mikroorganisme adalafh antibiotik. Biosurfaktan yang terbuat dari
bahan alam contohnya adalah MES (Metil Ester Sulfonat), yang terbuat dari minyak sawit.
Selain MES, ester dari karbohidrat juga merupakan surfaktan yang dihasilkan dari
esterifikasi karbohidrat dan asam karboksilat. Hambatan produksi surfaktan dari
mikroorganisme adalah prosesnya lambat, biaya pemurnian tinggi dan harga produk mahal.
Biosurfaktan dari bahan alam mendapat perhatian dari kalangan peneliti dan industri untuk
diproduksi skala industri karena prosesnya cepat, bahan baku tersedia melimpah dan murah
(Reningtyas dan Mahreni, 2015)
1. Surfaktan anionic
Surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Surfaktan ini
membentuk kelompok surfaktan yang paling besar dari jumlahnya. Sifat hidroliknya
berasal dari bagian kepala ionik yang biasanya merupakan gugus sulfat atau sulfonat. Pada
kasus ini, gugus hidrofob diikat ke bagian hidrofil dengan ikatan C-O-S yang labil, yang
mudah dihidrolisis. Beberapa contoh dari surfaktan anionik adalah linier alkilbenzen
sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS), alpha olefin sulfonat (AOS) dan parafin atau secondary
alkane sulfonat (SAS).
2. Surfaktan kationik
Surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya garam alkil
trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan garam alkil dimethil benzil
ammonium.
3. Surfaktan nonionik
Surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Surfaktan sejenis ini tidak
berdisosiasi dalam air, tetapi bergantung pada struktur (bukan keadaan ion-nya) untuk
mengubah hidrofilitas yang membuat zat tersebut larut dalam air. Surfaktan nonionik
biasanya digunakan bersama-sama dengan surfaktan aniomik. Jenis ini hampir semuanya
merupakan senyawa turunanpoliglikol, alkiloamida atau ester-ester dari polihidroksi
alkohol. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa
asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina,
dialkanol amina dan alkil amina oksida.
Polioksietilendodekileter : C12H25-O-(CH2-CH2O)2H…………....................................(2.3)
4. Surfaktan amfoter
1. LABS
SLS sangat baik sebagai agen aktif permukaan untuk pengemulsi, polimerisasi,
pada proses pemnuatan deterjen, metal, dan shampoo, agen pembusa, agen pendispersi
pada krim, lotion, agen pembersih pada kosmetik, preparasi medis seperti perhitungan
sampel sel darah merah, seperti elektroforesis, food additive (penegmulsi, pengembang
roti), industry elektro plating (nikel dan zins), adjuvant pada insektisida dana gen penetrasi
pada varnish dan pengilang cat, (Anonim dalam Aridfianto, 2005). Bahan SLS banyak
digunakan sebagai zat pencucui karena harganya murah dan SLS relative tidak bereaksi
dengan bahan organiuk. Senyawa ini tidak dapat bekerja diatas suhu 30⁰C karena pada suhu
itu dapat merusak struktur molekulnya. Bentuknya serbuk bewarna putih. Bahan SLS
mudah sekali larut dalam air. (Fitriyah dalam Aridfianto, 2005), SLS pada konsentrasi 20%
digunakan sebagai control positif untuk mengidentifikasi substansi atau preparasi ujin
biologi (Anonim dalam Aridfianto, 2005.)
Sodium Lauryl sulfat merupakan bahan dasar yang terdaoat pada shampoo, hair
conditioner, pasta gigi, sabun mandi, adalah jenis deterjen kuat yangbmengakibatkan
irirtasi masa, kerusakan permanen pada mata, terutama anak-anak, kulit kering, kerontokan
rambut, mengelupasnya kulit pada bibir. Ketika dikombinasikan dengan bahan lain dapat
membentuk nitrosamine, yang bersifat karsinogenik sehingga logam tertentu dapat dengan
mudah menembus kulit dan dapat mengendap dalam hati, paru-paru, otak, dan jantung
(Anonimous dalam Aridfianto, 2005). Apabila SLS digunakan dalam shampoo atau
pembersih yang memiliki bahan dasar nitrogen, dapat mengakibatkan nitrat karsinogenik
yang dapat masuk ke dalam aliran darah dalam jumlah yang besar dibandingkan nitrat
yangmasuk secara normal ke dalam tubuh. SLS dapat menimbulkan Nitrosamine yaitu
kondisi yang berpotensi menyebabkan karsinogenik karena tubuh menyerap nitrat dalam
jumlah sangat banyak daripada jumlah nitrat normal yang dibutuhkan tubuh.
Gambar 2.1 Sodium lauryl sulfate (SLS) molekul (Sumber: Aridfianto, 2005)
2.1.2 NaOH
Natrium hidroksida dengan rumus kimia NaOH biasa dikenal sebagai soda kaustik,
soda api, ataupun sodium hidroksida, ialah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida
bisa terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat saat dilarutkan ke dalam air. Natrium
hidroksida digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan dipakai sebagai basa
dalam proses produksi bubur kayu maupun kertas, tekstil, sabun, air minum dan deterjen.
Natrium hidroksida ialah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni memiliki bentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk serpihan,
pelet, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen. bersifat
lembap cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut
dalam air dan melepaskan panas ketika dilarutkan, dikarenakan pada proses pelarutannya
dalam air bereaksi secara eksotermis. natrium hidroksida juga larut ke dalam etanol dan
metanol, meskipun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada
kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya. Larutan
natrium hidroksida akan meninggalkan bekas noda kuning pada kain dan kertas.
2.1.3 Xylene
Xylene adalah bahan kimia yang merupakan jenis molekul hidrokarbon dalam satu
dari tiga bentuk (isomer), termasuk cincin benzen. Isomer-isomer ini berbeda hanya jika
gugus metil berikatan dengan molekul dan mereka semua memiliki rumus C 6H4(CH3)2.
Xylene adalah molekul yang lebih besar dengan berat molekul 106.168 g / mol. Molekul
xylene adalah jenis hidrokarbon. Xylene adalah bahan kimia yang berpotensi berbahaya
karena terbakar dengan cepat dan telah terbukti menyebabkan selaput lendir dan iritasi
kulit. Selama bernafas, itu beracun bagi tubuh dan oleh karena itu, mereka yang bekerja
dengan xylene harus mengambil tindakan pencegahan untuk tidak menyentuh kulit atau
menghirup asap. Xylene dapat merusak system. Ada tiga isomernya, yaitu ortho-xylene,
metaxylene dan para-xylene. Nama tersebut bergantung pada lokasi atom karbon pada
cincin benzene yang diikat oleh dua metil. Cairan ini tidak berwarna, dibuat dari minyak
bumi atau aspal cair, sifatnya mudah terbakar, dan sering digunakan sebagai pelarut
(Jacobson, G dan McLean, S., dalam Herang, C dkk, 2015)
2.2.1 Densitas
Massa jenis (densitas) adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya
(Julianto, 2012). Ditimbang piknometer kosong, kemudian dimasukkan sampel dan
ditimbang kembali untuk mengatahui densitasnya dengan menggunakan rumus :
(𝑤2 − 𝑤1)
p= ……………………………………………………………………………(2.2)
𝑉𝑝
Dengan ρ adalah densitas (g/mL), w1 adalah berat piknometer kosong (g), w2 adalah berat
piknometer dengan sampel (g) dan Vp adalah volume piknometer (mL) (Saputra, dkk,
2017)
2.2.2 Viskositas
Viskositas merupakan salah satu materi fluida statis yang dipelajari saat perkuliahan
fisika dasar. Viskositas merupakan gesekan yang terjadi diantara lapisan-lapisan yang
bersebelahan di dalam fluida.Viskositas pada gas diakibatkan oleh tumbukan antar molekul
gas sedangkan viskositas pada zat cair terjadi akibat adanya gaya-gaya kohesi antar
molekul zat cair (Giancoli dalam Lesmono, dkk, 2018). Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi viskositas fluida salah satunya adalah suhu. Viskositas berbanding terbalik
dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun dan begitu pula sebaliknya (Sani,
dalam Lesmono, dkk, 2018). Menurut Lumbantoruan dan Yulianti dalam Lesmono, dkk,
2018, suhu berhubungan erat dengan viskositas dimana semakin tinggi suhu maka semakin
kecil nilai viskositas.
Cairan yang akan diuji viskositasnya dimasukkan ke dalam viskometer ostwald. Cairan
kemudian disedot naik menggunakan bulp hingga mencapai garis, kemudian dihitung
waktu cairan untuk turun. Kemudian dihitung menggunakan rumus :
µk = C x t………………………………………………………………………………(2.3)
Dimana µk adalah viskositas kinematik (cSt), C adalah konstanta Ostwald (0,4994 cSt/s)
dan t adalah waktu (t) (Saputra,dkk 2017)
yang semakin besar berarti tegangan permukaan semakin besar sehingga semakin mudah
pecah (Tadros, 2005).
2.2.4 Emulsi
Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti
minyak dan air. Perlu ditambahkan zat tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang
dapat membantu dua cairan dapat bercampur secara homogen dan stabil . Menurut
farmakope edisi IV, Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan
dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).
Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Emulgator Alam seperti : Tumbuh-tumbuhan ( Gom Arab, tragachan, agar-agar, chondrus),
Hewani ( gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae), Tanah dan mineral ( Veegum/
Magnesium Alumunium Silikat). Emulgator Buatan: Sabun, Tween (20,40,60,80), Span
(20,40,80).
Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis yang disebut dengan
kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik menarik antar molekul yang tidak
sejenis yang disebut dengan adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada
permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya
keseimbangan daya kohesi. Tegangan terjadi pada permukaan tersebut dinamakan dengan
tegangan permukaan “surface tension”. Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya
perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur “immicble liquid”.
Tegangan yang terjadi antara 2 cairan dinamakan tegangan bidang batas. “interface
tension”.
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok
hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian, emulgator
seolah-olah menjadi tali pengikat antara minyak dengan air dengan minyak, antara kedua
kelompok tersebut akan membuat suatu kesetimbangan. Setiap jenis emulgator memiliki
harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan
istilah HLB (Hydrophyl Lypophyl Balance) yaitu angka yang menunjukan perbandingan
Antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil. Semakin besar harga HLB berarti
semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah
larut dalam air dan demikian sebaliknya.
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dengan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers atau
fase internal. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk
bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk
memberikan stabilitas maksimum.
c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua partikel
dengan segera.
Sampo motor atau mobil adalah suatu detergen yang mengandung konstituen bahan
aktif pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan.Konstituen bahan aktif berupa
surfaktan yang merupakan singkatan dari surfaceactive agent, yaitu bahan yang
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dandi antarmuka fasa (baikcair-gas maupun
cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan. Contoh surfaktan pada
pembuatan shampoo ini yaitu LABS (Linier Alkyl Benzene Sulfonate) atau kadang disebut
juga Linier Alkyl Benzene (LAB) dan surfaktan penunjang SLS (Sodium Lauryl Sulfate).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Wadah plastic
2. Pengaduk plastik
3. Gelas ukur
4. Neraca analitik
5. Pipet tetes
6. Labu takar
7. Gelas piala
8. Botol penyimpanan shampo
9. Corong
10. Spatula
11. Piknometer
12. Viskometer
A. Pembuatan Larutan NaOH untuk pembuatan larutan NaOH 0,1 N dalam 250 ml
1. NaOH sesuai keperluan dihitung untuk pembuatan larutan NaOH 0,1N dalam
labu ukur 250 ml
2. Labu ukur 250 ml disediakan
3. NaOH kristal ditimbang 1 gram dalam gelas piala 50 ml
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Parameter Hasil
1 Berat piknometer kosong 18,3 gram
2 Berat piknometer + akuadest 23 gram
3 Berat piknometer + shampo 25,83 gram
4 Berat piknometer + KIT 25,73 gram
No Parameter Hasil
1 Waktu shampoo jatuh 14 s
2 Waktu jatuh KIT 0,7 s
3 Waktu jatuh air 0,58 s
No Pengujian Hasil
1 Botol A (Shampo Praktikan) 3 jam 50 menit
2 Botol B (Shampo KIT) 4 jam 30 menit
No Pengujian Hasil
1 Botol A (Shampo Praktikan) -Volume awal = 15 ml
-Volume akhir = 7 ml
2 Botol B (Shampo KIT) -Volume awal = 15 ml
-Volume akhir = 5,5 ml
4.2 Pembahasan
NaOH merupakan senyawa yang bersifat netral atau garam. Pada proses pembuatan
larutan NaOH, NaOH yang berwujud Kristal sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam gelas
piala dan ditambahkan akuadest sambal diaduk. Pengadukan berfungsi unutk
mengohomogenkan antara NaOH dan air. Air berfungsi sebagai pelarut. Larutan kemudian
dimasukkan ke labu ukur 250 ml, gelas piala bekas larutan dibilas agar NaOH terlarut
seluruhnya. Larutan kembali diaduk hingga benar-benar homogen dan siap digunakan.
plastik sambal diaduk agar cepat bereaksi dan homogen. Larutan yang telah homogen
merupakan LABSNa
Densitas merupakan massa jenis suatu zat. Massa jenis atau densitas adalah
perbandingan massa larutan dengan volumenya. Pada percobaan ini digunakan piknometer
dengan volume 10 ml. Piknometer kosong ditimbang menggunakan neraca analitik,
kemudian ditimbang juga piknometer yang telah diisi shampoo hasil prakatikum juga
ditimbang shampoo komersil. Densitas dihitung dengan penjumlahan berat piknometer
berisi dikurang berat piknometer kosong berbanding volume. Hasil yang didapat adalah
massa jenis shampoo praktikum 0,753 gram/ml dan shampoo KIT 0,743 gram/ml. Dini
dapat dapat disimpulkan bahwa massa jenis shampoo praktikum lebih besar dari kit.
Kerapatan shampoo praktikum lebih besar dari KIT. Hal ini diesbabkan juga massa
shampoo praktikum juga lebih besar dengan volume yang sama
praktikum lebih besar dari shampoo KIT yaitu sebesar 18,267 Pa.s dan 0,9 Pa.s. Shampo
KIT lebih kental dari shampoo praktikum
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Y. , d., 2018. Kajian Pengaruh Suhu terhadap Viskositas Minyak Goreng
sebagai Rancangan Bahab Ajar Petunjuk Praktikum Fisika. Jurnal Pembelajaran
Fisika, 3(7), pp. 307-314.
Herang, dkk, 2015. Hubungan Paparan Xylene dan Methyl Hippuric Acid pada Pekerja
Informal Pengecatan Mobil di Karasak, Bandung. Cr Journal, 1(1), pp. 79-94.
Reningtyas, R. & M., 2015. Reningtyas, R dan Mahreni. 2015. Biosurfaktan. Jurnal
Eksergi. 2 (12) : 12. Jurnal Eksergi, 2(12), p. 12.
Saputra, A.T, dkk, 2017. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Untuk Pembuatan Biodiesel
Menggunakan Katalis Zeolit Alat Teraktivasi. Jurnal Chemurgy, 2(1), pp. 1-6.
Kent,J. A. 2007. Kent and Riegel’s Handbook of Industrial Chemistry and Biotechnology.
Berlin: Springer Science & Business Media
Aridfianto, 2005, Uji Toksisitas SLS terhadap Udang Windu, Skripsi, Tidak Diterbikan,
FMIPA Universitas Airlangga
Bailey, A. E. 1996. Industrial Oil and Fat Products. New York: InterscholarticPublishing
Inc
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
= 0,753 gram/ml
(berat piknometer + shampoo)– berat piknometer kosong
b. KIT = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
25,73−18.3
= 10
= 0,743 gram/mol
A.2 Viskositas
𝑡𝑥𝑝
a. Praktikum = x µ⁰
𝑡 0𝑥 𝑝⁰
14 𝑠 𝑥 0,753 𝑔𝑟/𝑚𝑙
= 0,58𝑠 𝑥 1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
x 1,005 Pa. s
= 18,267 Pa. s
𝑡𝑥𝑝
b. KIT = 𝑡 0𝑥 𝑝⁰ x µ⁰
𝑂,7 𝑠 𝑥 0,743 𝑔𝑟/𝑚𝑙
= 0,58𝑠 𝑥 1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
x 1,005 Pa. s
= 0,9 Pa. s
A.3 Stabilitas Emulsi
15 𝑚𝑙−7 𝑚𝑙
= 15 𝑚𝑙
x 100%
= 53,34 %
(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛−𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑚𝑖𝑠𝑎ℎ𝑎𝑛)
b. KIT = x 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑚𝑖𝑠𝑎ℎ𝑎𝑛
15𝑚𝑙 − 5,5 𝑚𝑙
= 15 𝑚𝑙
x 100%
= 63,34 %