Anda di halaman 1dari 136

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan alir pembuatan basis gel pengharum ruangan

Akuades

Dipanaskan sampai suhu 750C

Karagenan,
Agar-Agar, Diaduk hingga homogen
Natrium
benzoat

Diturunkan suhu hingga 650 C

Propilen glikol Diaduk hingga homogen

Dituangkan dalam cetakan

Dibiarkan pada suhu ruangan hingga


mengeras

Bentuk sediaan gel

43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Bagan alir pembuatan gel pengharum ruangan

Akuades

Dipanaskan sampai suhu 750C

Karagenan,
Agar agar,
Diaduk hingga homogen
Natrium
benzoat

Diturunkan suhu hingga 650 C

Propilen glikol Diaduk hingga homogen

Minyak mawar,
Diaduk hingga homogen
miyak akar wangi

Dituangkan dalam cetakan

Dibiarkan pada suhu ruangan hingga


mengeras

Gel pengharum ruangan

44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Lembar penilaian uji kesukaan

Lembar Penilaian Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Nama :
Umur :
instruksi : berikan pendapat anda tentang aroma wangi sedian gel pengharum
ruangan yang diuji, kemudian berilah tanda centang () pada salah satu
kolom (SS/S/CS/KS/TS) yang tersedia.

Penilaian
Sediaan
SS S CS KS TS

1%

1,5%

2%

2,5%

Keterangan :
Nilai 5 = Sangat Suka (SS)
Nilai 4 = Suka (S)
Nilai 3 = Cukup Suka (CS)
Nilai 2 = Kurang Suka (KS)
Nilai 1 = Tidak Suka (TS)

45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Lembar penilaian uji ketahanan wangi

Lembar Penilaian Uji Ketahanan Wangi

Nama :
Umur :
instruksi : berikan pendapat anda tentang aroma wangi sedian gel pengharum
ruangan yang di uji, kemudian berilah tanda centang () pada salah satu
kolom (SW/SKW/KW/SGW/TW) yang tersedia.

Penilaian
Sediaan
SW SKW KW SGW TW

1%

1,5%

2%

2,5%

Keterangan :
Nilai 5 = Sama Wangi(SW)
Nilai 4 = Sedikit Kurang Wangi (SKW)
Nilai 3 = Kurang Wangi (KW)
Nilai 2 = Sangat Kurang Wangi (SGW)
Nilai 1 = Tidak Wangi (TW)

46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5.Gambar minyak mawar

47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6.Gambar minyak akar wangi

48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7.Rumus perhitungan nilai uji kestabilan gel

M 0 − Mi
(%) Sineresis = x 100%
M0

Keterangan: M0 = berat mula mula

Mi = berat akhir

49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)

Formula B1

44,67-44,24
Sineresis (%) = x 100%
44,67

= 0,96

Formula B2

43,81-43,30
Sineresis (%) = x 100%
43,81

= 1,16

Formula B3

45,27-44,46
Sineresis (%) = x 100%
45,27

= 1,78

Formula B4

46,15-45,56
Sineresis (%) = x 100%
46,15

= 2,10

Formula B5

46,55-45,56
Sineresis (%) = x 100%
46,55

= 2,12

50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8.Rumus perhitungan nilai uji kesukaan

Untuk menghitung nilai kesukaan rata-rata dari setiap panelis digunakan

rumus sebagai berikut:

• P ( X − (1,96.S / n )) ≤ µ ≤ ( X + (1,96.S / n )) ≅ 95%

∑ = Xi
n

• X = i

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

• S = S2

Keterangan :
n : Banyak panelis
S2 : Keseragaman nilai kesukaan
1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95%
X : Nilai kesukaan rata-rata
Xi : Nilai dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3,…,n
S : Simpangan baku nilai kesukaan
P : Tingkat kepercayaan
µ : Rentang nilai

51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8.(Lanjutan)

Formula
Panelis
F1 F2 F3 F4
1 4 3 4 4
2 4 4 4 4
3 4 3 2 4
4 4 4 4 4
5 4 4 5 3
6 4 2 3 4
7 4 4 4 4
8 5 4 4 3
9 3 3 3 3
10 5 4 3 2
11 1 2 2 3
12 2 2 2 1
13 4 4 3 3
14 4 3 2 2
15 4 4 3 2
16 4 4 3 3
17 4 4 3 2
18 3 3 2 1
19 4 4 3 4
20 4 4 3 3
21 4 4 3 2
22 4 3 2 2
23 4 3 3 4
24 5 3 3 3
25 5 3 3 2
Jumlah 97 85 76 72

52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8.(Lanjutan)

Formula F1

∑ = Xi
n

• X = i

97
= = 3,88
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 3,88)2 + (4 − 3,88)2 + (3 − 3,88) 2 + (2 − 3,88)2 + (1 − 3,88)2
25

13,85
=
25

= 0,64

• S = S2

S = 0,55

S = 0,74

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(3,88 − (1,96.0,74 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,88 + (1.96.0,74 / 25

P(3,88 − 0,29) ≤ µ ≤ (3,88 + 0,29)

P(3,59 ≤ µ ≤ 4,17)

53
Universitas Sumatera Utara
Formula F2 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

85
= = 3,4
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(4 − 3,4 ) + (3 − 3,4 ) + (2 − 3,4 )
2 2 2

25
12
=
25

= 0,48

• S = S2

S = 0,48

S = 0,7

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (3,8 − (1,96.0,8 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,8 + (1.96.0,8 / 25

P (3,4 − 0,14) ≤ µ ≤ (3,4 + 0,14)

P (3,1 ≤ µ ≤ 4,7)

54
Universitas Sumatera Utara
Formula F3 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

76
= = 3,04
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 3,04) 2
)
+ (4 − 3,04 + (3 − 3,04) + (2 − 3,04 )
2 2 2

25
14,5
=
25

= 0,60

• S = S2

S = 0,60

S = 0,77

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (3,04 − (1,96.0,77 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,04 + (1.96.0,77 / 25

P (3,04 − 0,31) ≤ µ ≤ (3,04 + 0,31)

P (2,7 ≤ µ ≤ 3,3)

55
Universitas Sumatera Utara
Formula F4 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

72
= = 2,88
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(4 − 2,88) 2
)
+ (3 − 2,88 + (2 − 2,88) + (1 − 2,88)
2 2 2

25
22,50
=
25

= 0,90

• S = S2

S = 0,90

S = 0,95

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (2,88 − (1,96.0,95 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,88 + (1.96.0,95 / 25

P(2,88 − 0,37) ≤ µ ≤ (2,88 + 0,37)

P(2,5 ≤ µ ≤ 3,2)

56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9.Rumus perhitungan persentase penguapan zat cair

zat cair menguap (M0 - Mn)


% penguapan zat cair = x 100%
bobot minyak + bobot akuades

Keterangan:

M0: Berat gel mula-mula

Mn: Berat gel minggu ke-n

57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)

Formula F1

Minggu 1

3,421
Persen total penguapan zat cair = x 100%=8,182%
41,811

Minggu 2

6,842
Persen total penguapan zat cair = x100%=16,364%
41,811

Minggu 3

10,263
Persen total penguapan zat cair = x100%=24,546%
41,811

Minggu 4

13,684
Persen total penguapan zat cair = x100%=32,728%
41,811

Formula F2

Minggu 1

3,835
Persen total penguapan zat cair = x100%=9,56%
40,109

Minggu 2

7,670
Persen total penguapan zat cair = x100%=19,123%
40,109

Minggu 3

11,505
Persen total penguapan zat cair = x100%=28,684%
40,109

Minggu 4

15,340
Persen total penguapan zat cair = x100%=38,245%
40,109

58
Universitas Sumatera Utara
Formula F3(Lanjutan)

Minggu 1

4,412
Persen total penguapan zat cair = x100%=10,786%
40,906

Minggu 2

8,824
Persen total penguapan zat cair = x100%=21,571%
40,906

Minggu 3

13,236
Persen total penguapan zat cair = x100%=32,357%
40,906

Minggu 4

17,648
Persen total penguapan zat cair= x100%=43,143%
40,906

Formula 4

Minggu 1

5,197
Persen total penguapan zat cair= x100%=12,287%
42,295

Minggu 2

10,394
Persen total penguapan zat cair= x100%=24,575%
42,295

Minggu 3

15,591
Persen total penguapan zat cair= x100%=36,862%
42,295

Minggu 4

20,788
Persen total penguapan zat cair= x100%=49,150%
42,295

59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran9.(Lanjutan)

Ruangan AC

Formula F1

Minggu 1

4,837
Persen total penguapan zat cair= x100%=11,387%
42,478

Minggu 2

9,374
Persen total penguapan zat cair= x100%=22,068%
42,478

Minggu 3

14,011
Persen total penguapan zat cair= x100%=32,984%
42,478

Minggu 4

18,891
Persen total penguapan zat cair= x100%=44,472%
42,478

Formula F2

Minggu 1

5,422
Persen total penguapan zat cair= x100%=12,061%
41,456

Minggu 2

10,842
Persen total penguapan zat cair= x100%=26,153%
41,456

Minggu 3

60
Universitas Sumatera Utara
16,343
Persen total penguapan zat cair= x100%=39,422%
41,456

Minggu 4

21,563
Persen total penguapan zat cair= x100%=52,014%
41,456

Formula F3 (Lanjutan)

Minggu 1

6,093
Persen total penguapan zat cair= x100%=14,380%
42,369

Minggu 2

12,186
Persen total penguapan zat cair= x100%=28,761%
42,369

Minggu 3

19,069
Persen total penguapan zat cair= x100%=45,007%
42,369

Minggu 4

25,393
Persen total penguapan zat cair= x100%=59,932
42,369

Formula F4

Minggu 1

6,536
Persen total penguapan zat cair= %=15,507%
42,147

Minggu 2

13,07
Persen total penguapan zat cair= %=31,010%
42,147

Minggu 3

61
Universitas Sumatera Utara
19,622
Persen total penguapan zat cair= %=46,556%
42,147

Minggu 4

26,162
Persen total penguapan zat cair= %=62,073%
42,147

Lampiran 9. (Lanjutan)

Ruangan Kipas

Formula F1

Minggu 1

8,119
Persen total penguapan zat cair= %=19,417%
41,814

Minggu 2

16,22
Persen total penguapan zat cair= %=38,79%
41,814

Minggu 3

24,343
Persen total penguapan zat cair= %=58,217%
41,814

Minggu 4

32,392
Persen total penguapan zat cair= %=77,467%
41,814

Formula F2

Minggu 1

62
Universitas Sumatera Utara
8,647
Persen total penguapan zat cair= %=20,698%
41,775

Minggu 2

17,287
Persen total penguapan zat cair= %=41,381%
41,775

Minggu 3

25,931
Persen total penguapan zat cair= %=62,073%
41,775

Minggu 4

34,551
Persen total penguapan zat cair= %=82,707%
41,775

Formula F3 (Lanjutan)

Minggu 1

8,88
Persen total penguapan zat cair= %=21,670%
40,978

Minggu 2

17,755
Persen total penguapan zat cair= %=43,328%
40,978

Minggu 3

26,669
Persen total penguapan zat cair= %=65,081%
40,978
Minggu 4

35,525
Persen total penguapan zat cair= %=86,692%
40,978

Formula F4

Minggu 1

63
Universitas Sumatera Utara
9,9
Persen total penguapan zat cair= %=23,407%
42,295

Minggu 2

19,114
Persen total penguapan zat cair= %=45,192%
42,295

Minggu 3

28,635
Persen total penguapan zat cair= %=67,703%
42,295

Minggu 4

37,967
Persen total penguapan zat cair= %=89,767%
42,292

Lampiran 10.Hasil uji ketahanan wangi pada ruangan biasa

Minggu 1

Formula
Panelis
F1 F2 F3 F4
4
1 5 4 5
4
2 5 4 5
5
3 4 4 4
4
4 5 4 4
3
5 5 5 3
5
6 5 4 4
3
7 4 5 3
4
8 5 5 3
3
9 5 5 4
4
10 4 4 4
3
11 5 5 4

64
Universitas Sumatera Utara
3
12 5 4 4
5
13 5 5 4
4
14 4 5 3
4
15 4 5 3
3
16 4 4 5
3
17 4 4 4
3
18 5 5 4
4
19 5 5 3
4
20 5 4 3
4
21 5 4 3
3
22 5 4 4
3
23 5 5 4
4
24 5 4 5
4
25 5 5 5
93
Jumlah 118 112 97

Lampiran 10.(Lanjutan)

Formula F1

∑ = Xi
n

• X = i

118
= = 4,72
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S2 = i

65
Universitas Sumatera Utara
=
(5 − 4,72) 2
+ (4 − 4,72 )
2

25
5,08
=
25

= 0,20

• S = S2

S = 0,20

S = 0,45

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (4,72 − (1,96.0,45 / 25 ) ≤ µ ≤ (4,72 + (1.96.0,45 / 25

P (4,72 − 0,18) ≤ µ ≤ (4,72 + 0,18)

P(4,54 ≤ µ ≤ 4,9)

Formula F2 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

112
= = 4,48
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

66
Universitas Sumatera Utara
=
(5 − 4,48) 2
+ (4 − 4,48 )
2

25
6,23
=
25

= 0,25

• S = S2

S = 0,25

S = 0,5

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (4,48 − (1,96.0,5 / 25 ) ≤ µ ≤ (4,48 + (1.96.0,5 / 25

P(4,48 − 0,20) ≤ µ ≤ (4,48 + 0,20)

P(4,28 ≤ µ ≤ 4,68)

Formula F3 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

97
= = 3,88
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S2 = i

67
Universitas Sumatera Utara
=
(5 − 3,88) 2
)2
+ (4 − 3,88 + (3 − 3,88)2
25
12,53
=
25

= 0,50

• S = S2

S = 0,50

S = 0,71

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (3,88 − (1,96.0,71 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,88 + (1.96.0,71 / 25

P (3,88 − 0,28) ≤ µ ≤ (3,88 + 0,28)

P (3,60 ≤ µ ≤ 4,16)

Formula F4 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

93
= = 3,72
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S2 = i

68
Universitas Sumatera Utara
=
(5 − 3,72) 2
)2
+ (4 − 3,72 + (3 − 3,72)2
25
11,08
=
25

= 0,44

• S = S2

S = 0,44

S = 0,66

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(3,72 − (1,96.0,66 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,72 + (1.96.0,66 / 25

P(3,72 − 0,26) ≤ µ ≤ (3,72 + 0,26)

P(3,46 ≤ µ ≤ 3,98)

Lampiran 10.(Lanjutan)

Minggu 2

Formula
Panelis
N1 N2 N3 N4
2
1 5 3 3
2
2 4 3 3
2
3 4 3 4
2
4 4 3 3

69
Universitas Sumatera Utara
2
5 4 4 3
3
6 4 3 4
3
7 4 3 3
2
8 4 3 3
2
9 5 4 3
3
10 5 4 3
2
11 5 3 4
3
12 4 4 4
3
13 4 3 4
3
14 4 4 3
2
15 4 3 3
3
16 4 3 3
2
17 4 3 3
3
18 4 4 3
3
19 4 4 3
3
20 5 4 3
2
21 5 4 4
2
22 4 3 4
3
23 4 3 4
3
24 4 4 3
2
25 5 4 4
62
Jumlah 107 86 84

Lampiran 10.(Lanjutan)

Formula F1

∑ = Xi
n

• X = i

107
= = 4,28
25

70
Universitas Sumatera Utara
∑ (Xi − X )
n 2

S 2
= i

• n

=
(5 − 4,28) 2
+ (4 − 4,28 )
2

25
5,04
=
25

= 0,20

• S = S2

S = 0,20

S = 0,45

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (4,28 − (1,96.0,45 / 25 ) ≤ µ ≤ (34,28 + (1.96.0,45 / 25

P (4,28 − 0,18) ≤ µ ≤ (4,28 + 0,18)

P(4,10 ≤ µ ≤ 4,46)

Formula F2 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

86
= = 3,44
25

71
Universitas Sumatera Utara
∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(4 − 3,44) 2
+ (3 − 3,44 )
2

25
6,07
=
25

= 0,24

• S = S2

S = 0,24

S = 0,49

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(3,44 − (1,96.0,49 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,44 + (1.96.0,49 / 25

P(3,44 − 0,19) ≤ µ ≤ (3,44 + 0,19)

P(3,25 ≤ µ ≤ 3,63)

Formula F3 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

84
= = 3,36
25

72
Universitas Sumatera Utara
∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(4 − 3,36) 2
+ (3 − 3,36 )
2

25
5,77
=
25

= 0,23

• S = S2

0,23
S=

S = 0,48

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (3,36 − (1,96.0,48 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,44 + (1.96.0,48 / 25

P (3,36 − 0,19) ≤ µ ≤ (3,36 + 0,19)

P(3,17 ≤ µ ≤ 3,55)

Formula F4 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

62
= = 2,48
25

73
Universitas Sumatera Utara
∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(3 − 2,48) 2
+ (2 − 2,48 )
2

25
6,23
=
25

= 0,25

• S = S2

S = 0,25

S = 0,50

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (2,48 − (1,96.0,50 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,48 + (1.96.0,50 / 25

P(2,48 − 0,20) ≤ µ ≤ (2,48 + 0,20)

P(2,28 ≤ µ ≤ 2,68)

Lampiran 10.(Lanjutan)

Minggu 3

Formula
Panelis
N1 N2 N3 N4
2
1 3 3 2

74
Universitas Sumatera Utara
2
2 3 3 2

2
3 3 3 2

2
4 3 3 2
2
5 3 3 3
2
6 3 2 2

2
7 4 2 2

2
8 3 2 3

2
9 4 3 2

3
10 3 3 2

3
11 4 2 2

2
12 4 2 3

3
13 3 3 2

3
14 3 2 3

3
15 3 2 3

2
16 4 2 3

3
17 4 3 2

2
18 4 2 2

2
19 2 2 3

3
20 3 2 2

3
21 4 3 2

1
22 4 3 2

3
23 2 3 3

3
24 3 2 3

1
25 4 2 3

58
Jumlah 83 62 60

Lampiran 10.(Lanjutan)

Formula F1

∑ = Xi
n

• X = i

75
Universitas Sumatera Utara
83
= = 3,32
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S2 = i

=
(4 − 3,32) 2
)
2
+ (3 − 3,32 + (2 − 3,32)2
25
9,4
=
25

= 0,38

• S = S2

S = 0,38

S = 0,62

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (3,32 − (1,96.0,62 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,32 + (1.96.0,62 / 25

P(3,32 − 0,24) ≤ µ ≤ (3,32 + 0,24)

P(3,08 ≤ µ ≤ 3,56)

Formula F2 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

76
Universitas Sumatera Utara
62
= = 2,48
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S2 = i

=
(3 − 2,48) 2
+ (2 − 2,48 )
2

25
6,24
=
25

= 0,25

• S = S2

S = 0,25

S = 0,50

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (2,48 − (1,96.0,50 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,48 + (1.96.0,50 / 25

P(2,48 − 0,19) ≤ µ ≤ (2,48 + 0,19)

P(2,29 ≤ µ ≤ 2,67)

Formula F3 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

77
Universitas Sumatera Utara
60
= = 2,40
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S2 = i

=
(3 − 2,40) 2
+ (2 − 2,40 )
2

25
6,00
=
25

= 0,24

• S = S2

S = 0,24

S = 0,49

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(2,40 − (1,96.0,49 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,40 + (1.96.0,49 / 25

P(2,48 − 0,19) ≤ µ ≤ (2,48 + 0,19)

P(2,29 ≤ µ ≤ 2,67)

Formula F4 (Lanjutan)

∑ = Xi
n

• X = i

78
Universitas Sumatera Utara
58
= = 2,32
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S2 = i

=
(3 − 2,32) 2
)2
+ (2 − 2,32 + (1 − 2,32)2
25
9,4
=
25

= 0,38

• S = S2

S = 0,38

S = 0,62

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (2,32 − (1,96.0,62 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,32 + (1.96.0,62 / 25

P (2,32 − 0,24) ≤ µ ≤ (2,32 + 0,24)

P(2,08 ≤ µ ≤ 2,56)

Lampiran 10.(Lanjutan)

Minggu 4

Formula
Panelis

79
Universitas Sumatera Utara
N1 N2 N3 N4
1
1 2 1 1

1
2 1 1 1

1
3 1 1 1

1
4 1 1 1

1
5 1 1 1

1
6 2 1 1

1
7 3 1 1
1
8 1 2 2

1
9 2 1 1

1
10 1 2 1

1
11 2 1 2

1
12 1 2 2

1
13 2 1 1

1
14 2 1 1

2
15 1 1 1

1
16 1 1 1

1
17 2 2 2

2
18 1 2 1

1
19 2 2 2
2
20 1 1 2
1
21 2 1 1
1
22 2 1 2

1
23 1 1 1

1
24 1 1 1

1
25 1 2 1

28
Jumlah 37 35 32

Lampiran 10.(Lanjutan)

Formula F1

80
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

37
= = 1,48
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(3 − 1,48) + (2 − 1,48) + (1 − 1,48)
2 2 2

25

8,23
=
25

= 0,33

• S = S2

S = 0,33

S = 0,57

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (1,48 − (1,96.0,57 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,48 − (1.96.0,57 / 25

P(1,48 − 0,22) ≤ µ ≤ (1,48 + 0,22)

P(1,26 ≤ µ ≤ 1,7)

Formula F2 (Lanjutan)

81
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

35
= = 1,40
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(3 − 1,40 ) + (2 − 1,40 ) + (1 − 1,40 )
2 2 2

25

8,00
=
25

= 0,32

• S = S2

S = 0,32

S = 0,56

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(1,40 − (1,96.0,56 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,40 − (1.96.0,56 / 25

P(1,40 − 0,22) ≤ µ ≤ (1,40 + 0,22)

P(1,18 ≤ µ ≤ 1,62)

Formula F3 (Lanjutan)

82
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

32
= = 1,28
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(2 − 1,28) + (1 − 1,28)
2 2

25

5,08
=
25

= 0,20

• S = S2

S = 0,20

S = 0,45

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(1,28 − (1,96.0,45 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,28 − (1.96.0,45 / 25

P(1,28 − 0,18) ≤ µ ≤ (1,28 + 0,18)

P(1,10 ≤ µ ≤ 1,46)

Formula F4 (Lanjutan)

83
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

28
= = 1,12
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(2 − 1,12) + (1 − 1,12)
2 2

25

2,53
=
25

= 0,10

• S = S2

S = 0,10

S = 0,32

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (1,12 − (1,96.0,32 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,12 − (1.96.0,32 / 25

P(1,12 − 0,13) ≤ µ ≤ (1,12 + 0,13)

P(0,99 ≤ µ ≤ 1,25)

Lampiran 10.(Lanjutan)

84
Universitas Sumatera Utara
Minggu 1

Formula
Panelis
N1 N2 N3 N4
5
1 4 5 4

3
2 4 5 4

3
3 4 5 5

3
4 5 4 4

5
5 5 4 4

3
6 4 5 4

3
7 4 4 5

3
8 5 5 4

4
9 5 4 5

4
10 5 5 4

3
11 5 5 4

4
12 4 5 4
4
13 5 5 4

3
14 4 4 4

4
15 4 4 5

3
16 4 4 3

4
17 4 4 3

4
18 5 5 3

3
19 5 5 3

3
20 5 5 3

4
21 5 4 3

4
22 4 4 4

4
23 4 4 3
5
24 5 4 4
4
25 5 4 3

92
Jumlah 113 112 97

Lampiran 10.(Lanjutan)

85
Universitas Sumatera Utara
Formula 1

∑ = Xi
n

• X = i

113
= = 4,52
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 4,52) 2
+ (4 − 4,52 )
2

25
6,23
=
25

= 0,25

• S = S2

S = 0,25

S = 0,50

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (4,52 − (1,96.0,50 / 25 ) ≤ µ ≤ (4,52 + (1.96.0,50 / 25

P (4,52 − 0,10) ≤ µ ≤ (4,52 + 0,10)

P(4,42 ≤ µ ≤ 4,62)

Formula 2 (Lanjutan)

86
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

112
= = 4,48
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 4,48) 2
+ (4 − 4,48 )
2

25
6,23
=
25

= 0,25

• S = S2

S = 0,25

S = 0,50

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (4,48 − (1,96.0,50 / 25 ) ≤ µ ≤ (4,48 + (1.96.0,50 / 25

P(4,48 − 0,19) ≤ µ ≤ (4,48 + 0,19)

P(4,29 ≤ µ ≤ 4,67)

Formula 3 (Lanjutan)

87
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

97
= = 3,88
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 3,88) 2
)2
+ (4 − 3,88 + (3 − 3,88)2
25
10,53
=
25

= 0,42

• S = S2

S = 0,42

S = 0,65

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(3,88 − (1,96.0,65 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,88 + (1.96.0,65 / 25

P(3,88 − 0,25) ≤ µ ≤ (3,88 + 0,25)

P(3,63 ≤ µ ≤ 4,13)

Formula 4 (Lanjutan)

88
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

92
= = 3,68
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 3,88) 2
) (
2
+ (4 − 3,88 + 3 − 3,88) 2 )
25
11,38
=
25

= 0,46

• S = S2

S = 0,46

S = 0,68

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(3,68 − (1,96.0,68 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,68 + (1.96.0,68 / 25

P(3,68 − 0,27) ≤ µ ≤ (3,68 + 0,27)

P(3,41 ≤ µ ≤ 3,95)

Lampiran 10.(Lanjutan)

89
Universitas Sumatera Utara
Minggu 2

Formula
Panelis
N1 N2 N3 N4
3
1 4 3 3

2
2 4 3 3

2
3 4 3 3

2
4 4 4 3

3
5 4 4 3

2
6 4 3 3

3
7 4 3 3

2
8 4 3 3

2
9 4 4 3

2
10 5 3 3

3
11 4 4 3

3
12 5 3 3
3
13 4 3 3

2
14 5 3 3

2
15 4 3 3

2
16 5 4 4

2
17 4 4 4

3
18 4 3 3

3
19 5 3 3

2
20 5 3 4

3
21 4 3 4

2
22 4 3 3

3
23 4 3 3
2
24 5 3 3
2
25 5 4 4

60
Jumlah 108 82 80

Lampiran 10.(Lanjutan)

90
Universitas Sumatera Utara
Formula F1

∑ = Xi
n

• X = i

108
= = 4,32
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 4,32 ) + (4 − 4,32 ) + (1 − 1,40 )
2 2 2

25

5,40
=
25

= 0,22

• S = S2

S = 0,22

S = 0,47

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (4,32 − (1,96.0,47 / 25 ) ≤ µ ≤ (4,32 − (1.96.0,47 / 25

P (4,32 − 0,18) ≤ µ ≤ (4,32 + 0,18)

P(4,14 ≤ µ ≤ 4,50)

Formula F2 (Lanjutan)

91
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

82
= = 3,28
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(4 − 3,28) + (3 − 3,28)
2 2

25

5,05
=
25

= 0,20

• S = S2

S = 0,20

S = 0,45

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (3,28 − (1,96.0,45 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,28 − (1.96.0,45 / 25

P(3,28 − 0,18) ≤ µ ≤ (3,28 + 0,18)

P(3,10 ≤ µ ≤ 3,46)

Formula F3 (Lanjutan)

92
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

80
= = 3,20
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(4 − 3,20 ) + (3 − 3,20 )
2 2

25

4,00
=
25

= 0,16

• S = S2

S = 0,16

S = 0,40

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(3,20 − (1,96.0,40 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,20 − (1.96.0,40 / 25

P(3,20 − 0,16) ≤ µ ≤ (3,20 + 0,16)

P(3,04 ≤ µ ≤ 3,36)

Formula F4 (Lanjutan)

93
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

60
= = 2,40
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(3 − 2,40) 2
+ (2 − 2,40 )
2

25
6,00
=
25

= 0,24

• S = S2

S = 0,24

S = 0,49

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(2,40 − (1,96.0,49 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,40 + (1.96.0,49 / 25

P(2,40 − 0,19) ≤ µ ≤ (2,40 + 0,19)

P(2,21 ≤ µ ≤ 2,59)

Lampiran 10.(Lanjutan)

94
Universitas Sumatera Utara
Minggu 3

Formula
Panelis
N1 N2 N3 N4
3
1 3 3 3

2
2 3 3 2

3
3 3 3 2

1
4 3 3 3

2
5 3 3 3

3
6 3 3 2

1
7 3 3 2

3
8 3 3 3

3
9 3 3 3

2
10 3 3 3

3
11 3 3 3

3
12 3 3 2
2
13 4 2 3

2
14 3 3 2

3
15 4 2 3

3
16 4 3 3

2
17 3 2 2

2
18 3 3 2

3
19 3 3 2

2
20 4 2 2

2
21 4 2 2

2
22 2 3 2

2
23 4 3 2
2
24 2 3 2
2
25 4 2 2

58
Jumlah 80 70 60

Lampiran 10.(Lanjutan)

95
Universitas Sumatera Utara
Formula F1

∑ = Xi
n

• X = i

80
= = 3,20
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(4 − 3,20) 2
) (
2
+ (3 − 3,20 + 2 − 3,20) 2 )
25
7,96
=
25

= 0,32

• S = S2

S = 0,32

S = 0,57

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (3,20 − (1,96.0,57 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,20 + (1.96.0,57 / 25

P(3,20 − 0,22) ≤ µ ≤ (3,68 + 0,22)

P(2,98 ≤ µ ≤ 3,42)

Formula F2 (Lanjutan)

96
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

70
= = 2,80
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(3 − 2,80 ) + (2 − 2,80)
2 2

25

4,00
=
25

= 0,16

• S = S2

S = 0,16

S = 0,40

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(2,80 − (1,96.0,40 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,80 − −(1.96.0,40 / 25

P (2,80 − 0,39) ≤ µ ≤ (2,80 + 0,39)

P(2,41 ≤ µ ≤ 3,19)

Formula F3 (Lanjutan)

97
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

60
= = 2,40
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(3 − 2,40 ) + (2 − 2,40 )
2 2

25

7,60
=
25

= 0,30

• S = S2

S = 0,30

S = 0,55

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(2,40 − (1,96.0,55 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,40 − −(1.96.0,55 / 25

P(2,40 − 0,22) ≤ µ ≤ (2,80 + 0,22)

P(2,18 ≤ µ ≤ 3,62)

Formula F4 (Lanjutan)

98
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

58
= = 2,32
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(3 − 2,32) + (2 − 2,32) + (1 − 2,32)2
2 2

25

9,43
=
25

= 0,38

• S = S2

S = 0,38

S = 0,62

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(2,32 − (1,96.0,62 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,32 − −(1.96.0,62 / 25

P (2,32 − 0,24) ≤ µ ≤ (2,32 + 0,24)

P(2,08 ≤ µ ≤ 2,56)

Lampiran 10.(Lanjutan)

99
Universitas Sumatera Utara
Minggu 4

Formula
Panelis
N1 N2 N3 N4
1
1 2 1 1

1
2 2 1 1

1
3 1 1 1

1
4 2 1 1

1
5 2 1 1

1
6 2 1 1

1
7 1 1 1

1
8 2 2 1

1
9 2 1 1

1
10 1 1 1

1
11 1 1 1

1
12 2 2 1
1
13 1 2 1

2
14 2 1 1

1
15 1 1 2

1
16 2 1 1

1
17 1 2 1

2
18 1 1 2

1
19 1 2 1

1
20 1 1 2

1
21 1 2 1

1
22 1 1 2

1
23 1 2 1
1
24 1 1 1
1
25 1 2 2

27
Jumlah 35 33 30

Lampiran 10.(Lanjutan)

100
Universitas Sumatera Utara
Formula F1

∑ = Xi
n

• X = i

35
= = 1,40
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(2 − 1,40, ) + (1 − 1,40)
2 2

25

6,00
=
25

= 0,24

• S = S2

S = 0,24

S = 0,49

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(1,40 − (1,96.0,49 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,40 − −(1.96.0,49 / 25

• P(1,40 − 0,19) ≤ µ ≤ (1,40 + 0,19)

P(1,21 ≤ µ ≤ 1,59)

Formula F2(Lanjutan)

101
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

33
= = 1,32
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(2 − 1,32, ) + (1 − 1,32 )
2 2

25

5,44
=
25

= 0,22

• S = S2

S = 0,22

S = 0,47

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (1,32 − (1,96.0,47 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,32 − (1.96.0,47 / 25

P (1,32 − 0,18) ≤ µ ≤ (1,32 + 0,18)

P(1,14 ≤ µ ≤ 1,50)

Formula F3 (Lanjutan)

102
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

30
= = 1,20
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(2 − 1,20, ) + (1 − 1,20 )
2 2

25

2,20
=
25

= 0,09

• S = S2

S = 0,09

S = 0,30

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(1,20 − (1,96.0,30 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,20 − (1.96.0,30 / 25

P(1,20 − 0,12) ≤ µ ≤ (1,20 + 0,12)

P(1,08 ≤ µ ≤ 1,32)

Formula F4(Lanjutan)

103
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

27
= = 1,08
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(2 − 1,08, ) + (1 − 1,08)
2 2

25

4,23
=
25

= 0,17

• S = S2

S = 0,17

S = 0,41

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (1,08 − (1,96.0,41 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,08 − −(1.96.0,41 / 25

• P (1,08 − 0,16) ≤ µ ≤ (1,08 + 0,16)

P (0,92 ≤ µ ≤ 1,24)

Lampiran 10.(Lanjutan)

104
Universitas Sumatera Utara
Minggu 1

Formula
Panelis
N1 N2 N3 N4
5
1 4 4 3

3
2 4 5 3

3
3 4 4 5

3
4 5 4 3

5
5 5 4 3

3
6 3 4 4

3
7 5 4 5

3
8 5 4 4

4
9 5 4 5

5
10 5 5 4

3
11 5 5 4

4
12 3 4 4
4
13 5 4 4

3
14 4 4 4

4
15 4 4 5

3
16 4 4 3

4
17 4 4 3

4
18 5 5 3

3
19 5 5 3

3
20 5 5 3

4
21 5 4 3

4
22 4 4 4

3
23 4 4 3
3
24 5 4 4
3
25 5 4 3

89
Jumlah 111 102 92

Lampiran 10.(Lanjutan)

105
Universitas Sumatera Utara
Formula F1

∑ = Xi
n

• X = i

111
= = 4,44
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 4,44 ) + (4 − 4,44 ) + (3 − 4,44 )
2 2 2

25
10,19
=
25

= 0,41

• S = S2

S = 0,41

S = 0,64

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (4,44 − (1,96.0,64 / 25 ) ≤ µ ≤ (4,44 − (1.96.0,64 / 25

P (4,44 − 0,25) ≤ µ ≤ (4,44 + 0,25)

P (4,19 ≤ µ ≤ 4,69)

Formula F2 (Lanjutan)

106
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

102
= = 4,08
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 4,08) + (4 − 4,08) + (3 − 4,08)
2 2 2

25
6,99
=
25

= 0,28

• S = S2

S = 0,28

S = 0,53

• P ( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (4,08 − (1,96.0,53 / 25 ) ≤ µ ≤ (4,08 − (1.96.0,53 / 25

P(4,08 − 0,21) ≤ µ ≤ (4,08 + 0,21)

P(3,87 ≤ µ ≤ 4,29)

Formula F3 (Lanjutan)

107
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

92
= = 3,68
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 3,68) + (4 − 3,68) + (3 − 3,68)
2 2 2

25
13,38
=
25

= 0,54

• S = S2

S = 0,54

S = 0,73

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(3,68 − (1,96.0,73 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,68 − (1.96.0,73 / 25

P(3,68 − 0,29) ≤ µ ≤ (3,68 + 0,29)

P(3,39 ≤ µ ≤ 3,97)

Formula F4 (Lanjutan)

108
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

89
= = 3,56
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(5 − 3,56) + (4 − 3,56 ) + (3 − 3,56 )
2 2 2

25
12,07
=
25

= 0,48

• S = S2

S = 0,48

S = 0,70

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(3,56 − (1,96.0,70 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,56 − (1.96.0,70 / 25

P(3,56 − 0,27) ≤ µ ≤ (3,56 + 0,27)

P(3,29 ≤ µ ≤ 3,83)

Lampiran 10.(Lanjutan)

109
Universitas Sumatera Utara
Minggu 2

Formula
Panelis
N1 N2 N3 N4
2
1 3 2 2

2
2 3 2 2

2
3 3 2 2

2
4 3 2 2

2
5 3 2 2

3
6 3 2 2

2
7 3 2 2

2
8 3 3 1

3
9 3 3 2

3
10 3 2 1

2
11 3 3 2

2
12 3 3 2
3
13 3 3 3

2
14 3 2 3

3
15 3 3 2

2
16 4 2 2

2
17 3 3 3

2
18 4 2 3

3
19 2 2 3

3
20 4 3 2

2
21 4 3 3

3
22 4 3 3

1
23 4 2 2
3
24 2 2 3
1
25 4 3 3

53
Jumlah 80 61 55

Lampiran 10.(Lanjutan)

110
Universitas Sumatera Utara
Formula F1

∑ = Xi
n

• X = i

80
= = 3,20
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(4 − 3,20,) + (3 − 3,20) + (2 − 3,20)2
2 2

25

8,00
=
25

= 0,32

• S = S2

S = 0,32

S = 0,56

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(3,20 − (1,96.0,56 / 25 ) ≤ µ ≤ (3,20 − (1.96.0,56 / 25

• P(3,20 − 0,22) ≤ µ ≤ (3,20 + 0,22)

P(2,98 ≤ µ ≤ 3,52)

Formula F2 (Lanjutan)

111
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

61
= = 2,44
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(3 − 2,44 ) + (2 − 2,44 )
2 2

25

6,21
=
25

= 0,25

• S = S2

S = 0,25

S = 0,50

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P (2,44 − (1,96.0,50 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,44 − (1.96.0,50 / 25

P(2,44 − 0,20) ≤ µ ≤ (2,44 + 0,20)

P(2,24 ≤ µ ≤ 2,64)

Formula F3 (Lanjutan)

112
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

55
= = 2,20
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(3 − 2,20 ) + (2 − 2,20) + (1 − 2,20)2
2 2

25

9,16
=
25

= 0,37

• S = S2

S = 0,37

S = 0,61

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(2,20 − (1,96.0,61 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,20 − (1.96.0,61 / 25

P(2,20 − 0,24) ≤ µ ≤ (2,20 + 0,24)

P(1,96 ≤ µ ≤ 2,44)

Formula F4 (Lanjutan)

113
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

53
= = 2,12
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(3 − 2,12) + (2 − 2,12) + (1 − 2,12)2
2 2

25

9,65
=
25

= 0,39

• S = S2

S = 0,39

S = 0,62

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(2,12 − (1,96.0,62 / 25 ) ≤ µ ≤ (2,12 − (1.96.0,62 / 25

P(2,12 − 0,24) ≤ µ ≤ (2,12 + 0,24)

P(1,88 ≤ µ ≤ 2,36)

Lampiran 10.(Lanjutan)

114
Universitas Sumatera Utara
Minggu 4

Formula
Panelis
N1 N2 N3 N4
1
1 1 1 1

1
2 1 1 1

1
3 1 1 1

1
4 1 1 1

1
5 1 1 1

1
6 1 1 1

1
7 1 1 1

1
8 1 1 1

1
9 1 2 1

1
10 1 1 1

1
11 2 2 1

1
12 2 1 2
1
13 1 2 1

1
14 1 1 1

1
15 2 2 1

1
16 1 1 1

1
17 2 1 2

1
18 2 1 2

1
19 1 1 2

1
20 2 2 1

1
21 2 2 2

1
22 2 1 1

1
23 1 1 1
2
24 1 1 1
1
25 2 2 1

26
Jumlah 34 32 30

Lampiran 10.(Lanjutan)

115
Universitas Sumatera Utara
Formula F1

∑ = Xi
n

• X = i

34
= = 1,36
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(2 − 1,36 ) + (1 − 1,36 )
2 2

25

5,76
=
25

= 0,23

• S = S2

S = 0,23

S = 0,48

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(1,36 − (1,96.0,48 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,36 − (1.96.0,48 / 25

P(1,36 − 0,19) ≤ µ ≤ (3,20 + 0,19)

P(1,17 ≤ µ ≤ 1,55)

Formula F2 (Lanjutan)

116
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

32
= = 1,28
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(2 − 1,28) + (2 − 1,28)
2 2

25

12,96
=
25

= 0,52

• S = S2

S = 0,52

S = 0,72

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(1,28 − (1,96.0,72 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,28 − (1.96.0,72 / 25

P(1,28 − 0,28) ≤ µ ≤ (1,28 + 0,28)

P(1,00 ≤ µ ≤ 1,56)

Formula F3 (Lanjutan)

117
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

30
= = 1,20
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(2 − 1,20) + (2 − 1,20)
2 2

25

16,00
=
25

= 0,64

• S = S2

S = 0,64

S = 0,80

• P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n

P(1,20 − (1,96.0,80 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,20 − (1.96.0,80 / 25

P(1,20 − 0,31) ≤ µ ≤ (1,20 + 0,31)

P(0,89 ≤ µ ≤ 1,51)

Formula F4 (Lanjutan)

118
Universitas Sumatera Utara
∑ = Xi
n

• X = i

26
= = 1,04
25

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

=
(2 − 1,04) + (2 − 1,04)
2 2

25

24,03
=
25

= 0,96

• S = S2

S = 0,96

S = 0,98

P( X − (1,96.S / n ) ≤ µ ≤ ( X − (1,96.S / n
P(1,04 − (1,96.0,98 / 25 ) ≤ µ ≤ (1,20 − (1.96.0,98 / 25

P(1,04 − 0,38) ≤ µ ≤ (1,04 + 0,38)

P(0,66 ≤ µ ≤ 1,42)

Lampiran 11. Gambar gel pengharum ruangan

119
Universitas Sumatera Utara
120
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Angka, S.L., dan Suhartono, M.T. (2000). Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Halaman
10.

Aslan, M. (1991).SeriBudidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Penebar


swadaya.Halaman 16.

Badan Standarisai Nasional.(2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau


Sensori.SNI-01-2346-200a6. Jakarta: Dewan Standarisasi Indonesia.
Halaman 5.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia.Edisi Ke III. Jakarta: Departemen


Kesehatan. Halaman 395, 534.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia.Edisi Ke IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan. Halaman 712.

De Roos, K.B. (2003). Effect of Texture and Microstructure on Flavour Retention


and Release.International Dairy Journal.13(8):593–605.

Fardiaz, D. (1989). Hidrokoloid.Bogor: Institut Pertanian Bogor.Halaman 10.

Fitrah, A.N. (2013). Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan


Karagenan dan Glukomanan dengan Pewangi Minyak Jeruk Purut dan
Kenanga. Skripsi.Bogor: Institut Pertanian Bogor.Halaman 2, 4, 10, 15,
26, 31, 41.

Glicksman. (1979). Gelling Hydrocoloids In Food Product Application. London


Butteworts.Halaman 10.

Hargeaves, T. (2003).Chemical formulation: An Overview of surfactant-based


preparations used in everyday life. England: Royal Society of Chemistry
Press.Halaman 119.

Ibekwe., Eberechukwu, S., Uwakwe., dan Amadikwa, A. (2007). Effect of Oral


Intake of Sodium Benzoate on Some Haematological Parameters of Wistar
Albino Rats.Journal Scientific Research And Essay. 2(1): 006-009.

Iswara, F.P., Rubiyanto, D., dan Julianto, T.S. (2014).Analisis Senyawa


Berbahaya dalam Parfum dengan Kromatografi Gas Spektrometri Massa
berdasarkan Materian Safety Data Sheet.Skripsi. Jakarta:Universitas Islam
Indonesia. Halaman 11.

Ketaren, S. (1985).PengantarTeknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.


Halaman 21.

40
Universitas Sumatera Utara
Kiswanti, E.D. (2009). Pemanfaatan Karagenan yang Ditambahkan Minyak Sereh
Wangi pada Formula Gel Penolak Nyamuk.Skripsi.Bogor: Institut
Pertanian Bogor. Halaman 12.

Kusumah, S.H. (2011). Karagenan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia


Bandung. Halaman 4.

Lutony, T.L., dan Yeyet, R. (2000). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta:
Penebar Swadaya.Halaman 1, 53, 59.

Mas, S. (2013). Pengaruh Penambahan Minyak Nilam sebagai Fiksatif terhadap


Ketahanan Wangi Gel Pengharum Ruangan Alami.Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.Halaman 9, 13.

Nerio L.S., Olivero, J., dan Stashenko, E. (2010). Repellent Activity of Essential
Oil. Bioresource Technology. 101(1): 372-378.

Nuraini, D.N. (2014). Aneka Manfaat Bunga untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava
Media. Halaman 147.

Pandey, R., dan Karla, A. (2000). Essential Oils as Potential Source of


Nematicidal Compounds. Journal Phytopatho. 148(2): 501-502.

Ramadhan, W. (2011). Pemanfaatan Agar-Agar Tepung sebagai Teksturizer pada


Formulasi Selai Jambu Biji Merah Lembaran dan Pendugaan Umur
Simpannya. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 121.

Rowe, C.R., Sheskey, J.P., dan Owen, C.S. (2003). Handbook of Pharmaceutical
Excipients. London: Pharmaceutical Press. Halaman 57-60.

Sinurat, E., Murdinah., Peranginangin, R. (2009). Pengaruh Campuran


SemiRefined Carrageenan (SRC) dan Locust Bean Gum (LBG) terhadap
Sifat Fisik dan Sensori Gel Pengharum Ruangan. Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.4(1): 13-20.

Sabini, D. (2006). Aplikasi Minyak Atsiri pada Produk Home Care dan Personal
Care. Prosiding Pengembangan Produk Baru dan Turunannya. Solo:
Konvensi Nasional Minyak Atsiri. Halaman 83-85.

Utami, L.I. (2008). Pengambilan Minyak Kelapa dengan Proses Fermentasi


Menggunakan Scharomyces Cerevicerae Amobil. Jurnal Penelitian Ilmu
Teknik. 8(2): 86-95.

Yuliani, S., dan Suyanti, S. (2012).Panduan Lengkap Minyak Asiri. Jakarta:


Penebar Swadaya.Halaman 3, 10, 56.

Van de Velde, F., dan De Ruiter, G.A. (2005).Carrageenan. Weinheim: Wiley


VCH Verlag Gmbh and Co. Halaman 21.

41
Universitas Sumatera Utara
Verawaty.(2008). Pemetaan Tekstur dan Karakteristik Gel Hasil Kombinasi
Karagenan dan Konjak.Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman
10.

42
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

eksperimental, yaitu suatu penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan

mengontrol satu atau lebih variabel bebas dan melakukan pengamatan terhadap

variabel-variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul bersamaan

dengan manipulasi terhadap variabel bebas (Fitrah, 2013).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 – Desember

2015.Penelitian dilakukan di laboratorium Farmasetika Dasar Fakultas Farmasi,

Sumatera Utara.

3.3 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven (Memmert),

timbangan digital (AD gf 2000), termometer, alat-alat gelas, batang pengaduk,

dan penangas air.

3.4 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karagenan(Asian

Chemical) , agar-agar (Asian Chemical), minyak mawar(Asian Chemical),

minyak akar wangi(Lansida), propilen glikol (Graha Chemical), natrium benzoat

(Graha Chemical), akuades (Organo).

15
Universitas Sumatera Utara
3.5 Prosedur Penelitian

Fitrah (2013), telah membuat gel pengharum ruangan dengan

menggunakan karagenan dan glukomanan dengan konsentrasi 3%, 4%, dan 5%

sebanyak 210 gram.Formula standar gel pengharum ruangan dapat dilihat pada

Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Formula standar gel pengharum ruangan (Fitrah, 2013)

Bobot (g)
Komposisi Bahan
3% 4% 5%
Campuran karagenan dan glukomanan 6,30 8,40 10,50
Natrium benzoat (0,1%) 0,21 0,21 0,21
Propilen glikol (10%) 21,00 21,00 21,00
Minyak atsiri (7%) 14,70 14,70 14,70
Akuades (ad 100%) - - -

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap.Pada penelitian tahap pertama

bertujuan untuk mendapatkan bentuk gel terbaik. Menurut Hargeaves (2003),

penggunaan karagenan pada gel pengharum ruangan biasanya sebesar

3%.Formula yang digunakan untuk mendapatkan gel terbaik, yaitu dengan

memvariasikan konsentrasi karagenan dan agar-agar sebesar 3%. Perbandingan

karagenan dan agar-agar sebesar 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70.Propilen glikol

digunakan sebagai emulsifier dengan konsentrasi 10%. Natrium benzoat sebagai

bahan pengawet dengan konsentrasi 0,1%. Gel yang dibuat sebanyak 50 gram.

Pencampuran kedua bahan diharapkan dapat menghasilkan gel dengan tekstur

yang baik dan elastis sehingga dapat digunakan pada penelitian tahap kedua (Mas,

2013).

Formula penelitian tahap pertama, yaitu pemilihan basis gel pengharum

ruangan yang terbaik dapat dilihat pada Tabel 3.2.

16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 Formula pemilihan basis gel pengharum ruangan terbaik

Bahan B1 B2 B3 B4 B5
Karagenan: Agar-
1,05:0,45 0,90:0,60 0,75:0,75 0,60:0,90 0,45:1,05
agar (g)
Natrium benzoat
0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
(g)
Propilen glikol (g) 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
Akuades
43,45 43,45 43,45 43,45 43,45
(ml)

Keterangan:
B1: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 70:30
B2: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 60:40
B3: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 50:50
B4: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 40:60
B5: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 30:70

3.5.1 Proses pembuatan basis gel pengharum ruangan

Akuades dipanaskan dalam gelas beker hingga 75℃.Dimasukkan

karagenan, diaduk dengan cepat hingga larut lalu dimasukkan agar-agar dan

diaduk kembali dengan cepat.Setelah itu dimasukkan natrium benzoat sedikit

demi sedikit kemudian diaduk dengan cepat hingga homogen.Diangkat gelas

beker dari penangas lalu diaduk dengan cepat hingga suhunya turun mencapai

65℃.Setelah itu ditambahkan propilen glikol dan diaduk hingga homogen.

Dituang ke dalam wadah lalu dibiarkan dalam suhu ruang hingga membentuk gel

(Fitrah, 2013).

Selanjutnya adalah penelitian tahap kedua, yaitu pemilihan wangi terbaik

dengan menggunakan basis gel terbaik yang didapat dari penelitian tahap

pertama.Basis gel terbaik yang digunakan adalah pencampuran karagenan dengan

agar-agar dengan konsentrasi 3% dengan perbandingan 70:30.Wangi terbaik

didapatkan dengan memvariasikan 4 konsentrasi pewangi yaitu minyak mawar

17
Universitas Sumatera Utara
dengan konsentrasi 2%, 4%, 6% dan 8%.Sediaan pengharum ruangan dibuat

sebanyak 50 gram.

Formula pemilihan wangi minyak mawar yang terbaik dapat dilihat pada

Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Formula pemilihan konsentrasi wangi minyak mawar terbaik

Formula Orientasi Minyak Mawar


Komposisi
M1 M2 M3 M4
Karagenan (g) 1,05 1,05 1,05 1,05
Agar agar (g) 0,45 0,45 0,45 0,45
Natrium benzoat (g) 0,05 0,05 0,05 0,05
Propilen glikol (g) 5,00 5,00 5,00 5,00
Minyak mawar (g) 1,00 2,00 3,00 4,00
Akuades (ml) 42,45 41,45 40,45 39,45

Keterangan:
M1: Formula dengan konsentrasi minyak mawar (oleum rosae) 2%
M2: Formula dengan konsentrasi minyak mawar (oleum rosae) 4%
M3: Formula dengan konsentrasi minyak mawar (oleum rosae) 6%
M4: Formula dengan konsentrasi minyak mawar (oleum rosae) 8%

Penelitian tahap ketiga bertujuan untuk mendapatkan ketahanan wangi

terbaik, yaitu dengan memvariasikan minyak akar wangi dengan berbagai

konsentrasi, yaitu dengan konsentrasi 1%, 1,5%, 2% dan 2,5% dengan

menggunakan basis gel terbaik yang diperoleh pada penelitian tahap pertama,

yaitu karagenan dengan agar-agar dengan konsentrasi 3% dengan perbandingan

70:30 dan menggunakan minyak mawar dengan wangi terbaik yang didapatkan

pada penelitian tahap kedua, yaitu dengan konsentrasi 8%. Penelitian tahap ketiga

bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dengan ketahanan wangi yang paling

lama dan dapat diterima oleh konsumen pada penyimpanan di tempat yang

berbeda beda, yaitu di ruangan biasa pada temperatur kamar, AC kamar dan kipas

angin.

18
Universitas Sumatera Utara
Formula pemilihan konsentrasi minyak akar wangi terbaik dapat dilihat

pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Formula pemilihan konsentrasi minyak akar wangi terbaik

Bahan F1 F2 F3 F4
Karagenan(g) 1,05 1,05 1,05 1,05
Agar agar (g) 0,45 0,45 0,45 0,45
Natrium benzoat (g) 0,05 0,05 0,05 0,05
Propilen glikol (g) 5,00 5,00 5,00 5,00
Minyak mawar (g) 4,00 4,00 4,00 4,00
Minyak akar wangi (g) 0,50 0,75 1,00 1,25
Akuades (ml) 38,95 38,70 38,45 38,20

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi 2,5%

3.5.2 Proses pembuatan gel pengarum ruangan

Akuades dipanaskan dalam gelas beker hingga 75℃.Dimasukkan

karagenan, diaduk dengan cepat hingga larut lalu dimasukkan agar-agar dan

diaduk kembali dengan cepat.Setelah itu dimasukkan natrium benzoat sedikit

demi sedikit kemudian diaduk dengan cepat hingga homogen sampai tidak

terbentuk gumpalan-gumpalan kecil.Diangkat gelas beker dari penangas lalu

diaduk dengan cepat hingga suhunya turun mencapai 65℃.Setelah itu

ditambahkan propilen glikol dan diaduk dengan cepat.Kemudian ditambahkan

minyak atsiri, diaduk dengan cepat hingga homogen. Dituang ke dalam wadah

lalu dibiarkan dalam suhu ruang hingga membentuk gel (Fitrah, 2013).

19
Universitas Sumatera Utara
3.6 Prosedur Pengujian

3.6.1 Pemeriksaan organoleptik

Pemeriksaan organoleptik dilakukan pada basis gel dan aroma minyak

mawar. Pada basis gel, dilakukan pengujian dengan aspek yang diuji berupa

tekstur gel terbaik dari berbagai perbandingan dari konsentrasi kombinasi

karagenan dan agar-agar sebagai basis gel. Tekstur gel yang diharapkan yaitu gel

yang kenyal, elastis dan tidak mudah patah, sedangkan pada aroma dilakukan

pengujian dengan aspek yang diuji berupa wangi minyak mawar terbaik dari

berbagai konsentrasi.Aroma yang diharapkan adalah aroma minyak mawar yang

lembut dan khas (Mas, 2013).

3.6.2 Uji kestabilan gel

Menurut Fitrah (2013), kestabilan gel diuji pada basis gel pengharum

ruangan. Kestabilan gel diuji dengan menghitung dan membandingkan tingkat

sineresis antar sampel. Gel yang telah terbentuk pada wadah plastik ditimbang

bobotnya (Mo) lalu dipindahkan ke dalam plastik resealable yang telah diberi
o
kode sampel. Gel disimpan pada oven bersuhu 30 C dalam keadaan plastik

terbuka. Setelah 24 jam, gel dikeluarkan dari oven dan dipindahkan ke dalam

wadah plastik sesuai kode sampel untuk ditimbang bobot akhirnya (Mi).Sebelum

disimpan pada wadah plastik, permukaan gel dikeringkan terlebih dahulu oleh tisu

kering agar tidak ada zat cair yang ikut tertimbang. Data yang dihitung adalah

persen sineresis dengan perhitungan sebagai berikut :

Sineresis (%) = M0 − Mi
M0

20
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Uji Kesukaan

Uji kesukaan (hedonic test) merupakan salah satu jenis uji penerimaan

konsumenterhadap produk gel pengharum ruangan.Produk gel pengharum ruangan

terdiri dari empat sediaan dengan konsentrasi minyak akar wangi yang berbeda-beda.

Pengujian kesukaan aroma wangi dilakukan dengan cara mencium dua sampai tiga kali.
o
Saat pengujian, gel diposisikan 45 dari hidung dengan jarak 20 cm dan wangi dicium

dengan mengibas-ngibaskan tangan ke arah hidung.Pada uji ini digunakan minimal 25

panelis.Panelis diminta untuk mengungkapkan kesan pribadinya tentang kesukaan atau

ketidaksukaan suatu produk pengharum ruangan dengan skala kesukaan.Skala yang

digunakan yaitu 1 (tidak suka), 2 (kurang suka), 3 (cukup suka), 4 (suka), 5 (sangat suka)

(Fitrah, 2013).

Data yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dan ditentukan nilai

kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis

pada tingkat kepercayaan 95% (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

3.6.4 Uji penguapan zat cair

Menurut Fitrah (2013), uji penguapan zat cair dilakukan dengan

menimbang bobot gel perminggu selama 4 minggu. Gel pengharum ruangan ini

disimpan dibeberapa tempat yaitu diruangan biasa, AC kamar pada temperatur 15-

20 0C dan kipas angin agar bisa dibandingkan gel yang disimpan di tempat yang

berbeda. Dari uji ini, diperoleh besar penurunan bobot gel setiap minggunya dan

total penurunan bobot setelah 4 minggu penyimpanan. Besar selisih bobot

merupakan jumlah zat cair yang menguap.

Persentase penguapan zat cair dihitung dengan rumus:

zat cair menguap (M0 - Mn)


% penguapan zat cair = x 100%
bobot minyak + bobot akuades

21
Universitas Sumatera Utara
3.6.5 Uji ketahanan wangi produk pengharum ruangan

Pengujian ketahanan wangi gel pengharum ruangan dilakukan pada hari

ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28 hari penyimpanan.Uji ketahanan wangi produk

pengharum ruangan dilakukan untuk mengetahui umur pemakaian dan ketahanan

wangi gel pengharum ruangan selama penyimpanan yang dinilai oleh 25 panelis

dengan cara mencium wangi dua sampai tiga kali. Saat pengujian, gel diposisikan
o
45 dari hidung dengan jarak 20 cm dan wangi dicium dengan mengibas-

ngibaskan tangan ke arah hidung dari sediaan gel yang telah disimpan atau

digunakan pada setiap tempat, yaitu di ruangan biasa, AC kamar pada temperatur

15-20 0C dan ruangan kipas. AC kamar dan kipas dinyalakan selama 8 jam sehari.

Ruangan berukuran 4x4.Masing-masing sampel diuji ketahanan wanginya dengan

menggunakan sampel pembanding.Sampel pembanding dibuat tanpa dilakukan

penyimpanan. Parameter yang diuji adalah ketahanan wangi produk dengan skala

yang digunakan yaitu 1 (tidak wangi), 2 (sangat kurang wangi), 3 (kurang wangi),

4 (sedikit kurang wangi), 5 (sama wangi) (Fitrah, 2013).

Data yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dan ditentukan nilainya

untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat

kepercayaan 95% (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

3.7 Analisis Data

Hasil uji kesukaan (Hedonic Test) dan ketahanan wangi didapatkan dengan

menggunakan rumus statistik. Data yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dan

ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata

pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95% (Badan Standarisasi Nasional,

2006).

22
Universitas Sumatera Utara
Untuk menghitung nilai kesukaan rata-rata dari setiap panelis digunakan

rumus sebagai berikut:

• P ( X − (1,96.S / n )) ≤ µ ≤ ( X + (1,96.S / n )) ≅ 95%

∑ = Xi
n

• X = i

∑ (Xi − X )
n 2

• S 2
= i

• S = S2

Keterangan :
n : Banyak panelis
S2 : Keseragaman nilai kesukaan
1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95%
X : Nilai kesukaan rata-rata
Xi : Nilai dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3,…,n
S : Simpangan baku nilai kesukaan
P : Tingkat kepercayaan
µ : Rentang nilai

23
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Organoleptis

4.1.1 Pemilihan basis gel pengharum ruangan terbaik

Penelitian tahap pertama ini dilakukan untuk mendapatkan tekstur basis gel

terbaik. Formulasi pemilihan basis gel pengharum ruangan terbaik pada penelitian tahap

pertama dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Formulasi pemilihan basis gel pengharum ruangan terbaik

Kode Sifat gel


B1 Gel yang terbentuk kenyal, elastis dan tidak mudah patah
B2 Gel yang terbentuk kenyal, elastis dan sedikit mudah patah
B3 Gel yang terbentuk rapuh dan mudah patah
B4 Gel yang terbentuk rapuh dan sangat mudah patah
B5 Gel yang terbentuk sangat rapuhdan sangat mudah patah

Keterangan:
B1: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 70:30
B2: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 60:40
B3: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 50:50
B4: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 40:60
B5: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 30:70

Dari Tabel 4.1, dapat disimpulkan bahwa basis gel terbaik adalah B1 yaitu

dengan perbandingan karagenan dan agar-agar 70:30, dimana tekstur gel yang

dihasilkan kenyal, elastis dan tidak mudah patah. Hal ini dikarenakan jumlah

karagenan yang digunakan lebih besar dibanding jumlah agar-agar yang

digunakan.Karagenan memiliki kandungan selulosa yang lebih besar sehingga

akan memberikan tekstur gel yang lebih lembut dan elastis. Pada tahap ini, tekstur

dipengaruhi oleh jumlah karagenan dan agar-agar yang terkandung di dalam gel.

Semakin besar karagenan yang terkandung di dalam gel, maka tingkat

kekerasannya akan semakin tinggi (Mas, 2013).

24
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Aroma Terbaik

Penelitian tahap kedua ini dilakukan untuk mendapatkan aroma terbaik

dari minyak mawar.Pemilihan konsentrasi wangi minyak mawar terbaik dapat

dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pemilihan konsentrasi wangi minyak mawar terbaik

Kode Aroma
M1 Aroma yang terbentuk aroma minyak mawar yang sangat lemah
M2 Aroma yang terbentuk aroma minyak mawar yang lemah
M3 Aroma yang terbentuk aroma minyak mawar yang lembut
M4 Aroma yang terbentuk aroma minyak mawar yang sangat lembut

Keterangan:
M1: Formula dengan konsentrasi minyak mawar (oleum rosae) 2%
M2: Formula dengan konsentrasi minyak mawar (oleum rosae) 4%
M3: Formula dengan konsentrasi minyak mawar (oleum rosae) 6%
M4: Formula dengan konsentrasi minyak mawar (oleum rosae) 8%

Dari Tabel 4.2, dapat disimpulkan bahwa minyak mawar terbaik adalah

M4, yaitu konsentrasi minyak mawar 8% karena aroma yang dihasilkan

merupakan aroma minyak mawar yang sangat lembut dan khas.

Wangi produk dipengaruhi oleh seberapa besar konsentrasi minyak mawar

yang ditambahkan kedalam produk. Semakin banyak minyak mawar yang

ditambahkan kedalam produk maka wanginya akan semakin disukai, sebaliknya

semakin sedikit konsentrasi minyak mawar maka aroma wanginya semakin

kurang disukai karena wangi yang dihasilkan sangat lemah (Mas, 2013).

4.2 Uji Kestabilan Gel

Sineresis menunjukkan kestabilan gel dalam mempertahankan air yang

terperangkap di dalamnya.Semakin rendah tingkat sineresis maka gel semakin

stabil. Gel yang baik adalah gel dengan sineresis di bawah 1% (Fitrah, 2013). Uji

kestabilan gel pengharum ruangan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

25
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Uji kestabilan gel pengharum ruangan

Kode Berat Awal (g) Berat Akhir (g) % Sineresis


B1 44,67 44,24 0,96
B2 43,81 43,30 1,16
B3 45,27 44,46 1,78
B4 46,15 45,18 2,10
B5 46,55 45,56 2,12

Keterangan:
B1: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 70:30
B2: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 60:40
B3: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 50:50
B4: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 40:60
B5: Formula dengan perbandingan karagenan: agar-agar sebesar 30:70

Dari Tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa gel terbaik adalah B1, yaitu pada

perbandingan karagenan dengan agar-agar 70:30, dimana persen sineresis yang

dihasilkan di bawah 1%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi

kandungan karagenan maka semakin rendah nilai sineresis yang dihasilkan. Hal

ini terjadi karena karagenan yang lebih banyak akan lebih kuat memerangkap air

dalam rongga-rongga rantainya karena semakin banyak matriks/jala/kerangka gel

yang dibentuk oleh karagenan tersebut. Menurut Van de Velde dan De Ruiter

(2005), karagenan sebagai pembentuk gel berfungsi meningkatkan kestabilan dan

dapat menghambat penguapan. Selain itu, karagenan juga berfungsi menghambat

penyebaran bahan-bahan volatil secara langsung karena bahan pembentuk gel ini

memiliki fungsi sebagai penstabil dan pengikat.

Semakin tinggi kandungan agar-agar pada pengujian ini, semakin tinggi

nilai sineresis yang dihasilkan dan kurang stabil gel yang dihasilkan meskipun

kekuatan gelnya lebih elastis. Hal ini terjadi karena meskipun agar-agar memiliki

26
Universitas Sumatera Utara
kemampuan menyerap air yang tinggi, agar-agar tidak dapat membentuk gel yang

solid (Mas, 2013).

4.3 Uji Kesukaan

Data nilai uji kesukaan (hedonic test) dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data nilai uji kesukaan (hedonic test)

Formula
Panelis
F1 F2 F3 F4
1 4 3 4 4
2 4 4 4 4
3 4 3 2 4
4 4 4 4 4
5 4 4 5 3
6 4 2 3 4
7 4 4 4 4
8 5 4 4 3
9 3 3 3 3
10 5 4 3 2
11 1 2 2 3
12 2 2 2 1
13 4 4 3 3
14 4 3 2 2
15 4 4 3 2
16 4 4 3 3
17 4 4 3 2
18 3 3 2 1
19 4 4 3 4
20 4 4 3 3
21 4 4 3 2
22 4 3 2 2
23 4 3 3 4
24 5 3 3 3
25 5 3 3 2

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

27
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap

formula yaitu:

i. F1 memiliki interval nilai kesukaan 3,59–4,17. Untuk penulisan nilai akhir

kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,59 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

ii. F2 memiliki interval nilai kesukaan 3,1–4,7. Untuk penulisan nilai akhir

kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,1 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup

suka).

iii. F3 memiliki interval nilai kesukaan 2,7–3,3. Untuk penulisan nilai akhir

kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,7 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup

suka).

iv. F4 memiliki interval nilai kesukaan 2,5–3,2. Untuk penulisan nilai akhir

kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,5 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup

suka).

Dari hasil uji kesukaan (hedonic test) diketahui bahwa gel pengharum

ruangan yang disukai panelis adalah gel F1 (formula dengan konsentrasi minyak

mawar 8% dan minyak akar wangi 1%) dan gel pengharum ruangan yang cukup

disukai adalah gel F2 (formula dengan konsentrasi minyak mawar 8% dan minyak

akar wangi 1,5%), dan F3 (formula dengan konsentrasi minyak mawar 8% dan

minyak akar wangi 2%), dan gel F4 (formula dengan konsentrasi minyak mawar

8% dan minyak akar wangi 2,5%). Hal ini disebabkan karena wangi produk

dipengaruhi oleh seberapa besar konsentrasi bahan pewangi dan fiksatif yang

ditambahkan pada produk.Semakin banyak konsentrasi minyak akar wangi yang

ditambahkan maka aroma wanginya semakin kurang disukai.Minyak akar wangi

28
Universitas Sumatera Utara
memiliki aroma yang menyengat sehingga penggunaan minyak akar wangi

berlebih dapat menyebabkan aroma wangi terganggu (Mas, 2013).

Secara keseluruhan, wangi dari gel pengharum ruangan ini dapat diterima

oleh panelis karena sebagian besar panelis menilai aroma pengharum ruangan ini

dengan rentang cukup suka.Hal ini mungkin disebabkan karena formula dengan

konsentrasi minyak mawar 8% memiliki aroma yang sangat lembut dan

menyenangkan sehingga semua pengharum ruangan ini cukup disukai oleh semua

panelis.

Untuk menyempurnakan aroma dari pengharum ruangan, minyak mawar

bisa dikombinasikan dengan minyak melati ataupun minyak kenanga. Minyak

mawar merupakan minyak golongan top notes dimana wangi yang dihasilkan oleh

minyak mawar langsung tercium ketika digunakan sedangkan minyak melati dan

minyak kenanga merupakan minyak golongan middle notes dimana wangi yang

dihasilkan baru tercium setelah wangi dari top notes, yaitu minyak mawar habis,

yaitu sekitar 15 menit setelah pengharum ruangan digunakan. Jadi, apabila

minyak mawar dikombinasikan dengan minyak melati ataupun minyak kenanga,

maka wangi yang dihasilkan akan muncul secara bertahap, yaitu pertama-tama

akan tercium aroma mawar lalu diikuti aroma melati atau kenanga sehingga wangi

yang dihasilkan akan lebih sempurna.

4.4Uji Penguapan Zat Cair

Penurunan bobot gel pengharum ruangan pada ruangan biasa dapat dilihat

pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.1

29
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Penurunan bobot gel pengharum ruangan pada ruangan biasa

Bobot (g)
Kode
Awal 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu

F1 48,114 44,693 41,272 37,851 34,430

F2 46,156 42,321 38,486 34,651 30,816

F3 47,073 42,661 38,249 33,837 29,425

F4 48,671 43,474 38,277 33,080 27,883

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

Bobot (g) vs waktu


60
50
Bobot (g)

40
30
F1
20
F2
10 F3
0 F4
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)

Gambar 4.1 Grafik Penurunan bobot gel pada ruangan biasa

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

Persentase penguapan zat cair pada ruangan biasa dapat dilihat pada Tabel

4.6 dan Gambar 4.2.

30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Persentase penguapan zat cair pada ruangan biasa

Penguapan Zat Cair (%)


Kode
1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu

F1 8,182 16,364 24,546 32,728

F2 9,561 19,123 28,684 38,245

F3 10,786 21,571 32,357 43,143

F4 12,287 24,575 36,862 49,150

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

Penguapan zat cair (%) vs waktu


Penguapan zat cair (%)

100
80
60
40 F1
F2
20 F3
F4
0
1 2 3 4
Waktu (minggu)

Gambar 4.2 Grafik persentase penguapan zat cair pada ruangan biasa

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

Dari data diatas dapat dilihat bahwa susut bobot terkecil terdapat pada

sampel F1 (minyak akar wangi 1%) yaitu dengan berat sisa 34,430 gramdengan

persentase penguapan zat cair sebesar 32,728% dan susut bobot terbesar terdapat

pada sampel F4 (minyak akar wangi 2,5%) yaitu dengan berat sisa 27,883 gram

31
Universitas Sumatera Utara
dengan persentase penguapan zat cair sebesar 49,150%. Dari uji penguapan zat

cair pada ruangan biasa dapat disimpulkan bahwa formulasi terbaik adalah sampel

F1 yaitu dengan menggunakan minyak akar wangi dengan konsentrasi 1%.

Penurunan bobot gel pengharum ruangan pada ruangan AC dapat dilihat

pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.3.

Tabel 4.7 Penurunan bobot gel pengharum ruangan pada ruangan AC

Bobot (g)
Kode
Awal 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu

F1 48,882 44,045 39,508 34,871 29,991

F2 47,705 42,283 36,863 31,362 26,142

F3 48,756 42,663 36,57 29,687 23,363

F4 48,501 41,965 35,431 28,879 22,339

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

Bobot (g) vs waktu


60
50
Bobot (g)

40
30
F1
20
F2
10 F3
F4
0
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)

Gambar 4.3 Grafik penurunan bobot gel pada ruangan AC

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

32
Universitas Sumatera Utara
Hasil persentase penguapan zat cair pada ruangan AC dapat dilihat pada

Tabel 4.8 dan Gambar 4.4.

Tabel 4.8 Persentase penguapan zat cair pada ruangan AC

Penguapan Zat Cair (%)


Kode
1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu

F1 11,387 22,068 32,984 44,472

F2 12,061 26,153 39,422 52,014

F3 14,380 28,761 45,007 59,932

F4 15,507 31,010 46,556 62,073

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

Penguapan zat cair (%) vs waktu


Penguapan zat cair (%)

100
80
60
40 F1
F2
20 F3
0 F4
1 2 3 4
Waktu (minggu)

Gambar 4.4 Grafik persentase penguapan zat cair pada ruangan AC

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

Dari data diatas dapat dilihat bahwa susut bobot terkecil terdapat pada

sampel F1 (minyak akar wangi 1%) yaitu dengan berat sisa 29,991 gram dengan

33
Universitas Sumatera Utara
persentase penguapan zat cair sebesar 44,472% dan susut bobot terbesar terdapat

pada sampel F4 (minyak akar wangi 2,5%) yaitu dengan berat sisa 22,339 gram

dengan persentase penguapan zat cair sebesar 62,073%. Dari uji penguapan zat

cair pada ruangan AC dapat disimpulkan bahwa formulasi terbaik adalah sampel

F1 yaitu dengan menggunakan minyak akar wangi dengan konsentrasi 1%.

Hasil penurunan bobot gel pengharum ruangan pada ruangan kipas dapat

dilihat pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.5.

Tabel 4.9 Penurunan bobot gel pengharum ruangan pada ruangan kipas

Bobot (g)
Kode
Awal 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu

F1 48,118 39,999 31,898 23,775 15,762

F2 48,073 39,426 30,786 22,142 13,522

F3 47,156 38,276 29,401 20,487 11,631

F4 48,671 38,771 29,557 20,036 10,704

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

Bobot (g) vs waktu


60
50
Bobot (g)

40
30
20 F1
F2
10 F3
0 F4
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)

Gambar 4.5 Grafik penurunan bobot gel pada ruangan kipas

34
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%.

Hasil persentase penguapan zat cair pada ruangan kipas dapat dilihat pada

Tabel 4.10 dan Gambar 4.6.

Tabel 4.10 Persentase penguapan zat cair pada ruangan kipas

Penguapan Zat Cair (%)


Kode
1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu

F1 19,417 38,790 58,217 77,467

F2 20,698 41,381 62,073 82,707

F3 21,670 43,328 65,081 86,692

F4 23,407 45,192 67,703 89,767

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%

Penguapan zat cair (%) vs waktu


100
Penguapan zat cair (%)

80
60
40 F1
F2
20 F3
0 F4
1 2 3 4
Waktu (minggu)

Gambar 4.6 Grafik persentase penguapan zat cair pada ruangan kipas

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%

35
Universitas Sumatera Utara
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa susut bobot terkecil terdapat pada

sampel F1 (minyak akar wangi 1%) yaitu dengan berat sisa 15,762 dengan

persentase penguapan zat cair sebesar 77,467% dan susut bobot terbesar terdapat

pada sampel F4 (minyak akar wangi 2,5%) yaitu dengan berat sisa 10,704 gram

dengan persentase penguapan zat cair sebesar 89,767%. Dari uji penguapan zat

cair pada ruangan biasa dapat disimpulkan bahwa formulasi terbaik adalah sampel

F1 yaitu dengan menggunakan minyak akar wangi dengan konsentrasi 1%.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa gel F1 (minyak akar wangi 1%)

yang diletakkan di ruangan yang berbeda beda, yaitu ruangan biasa, AC kamar

dan ruangan kipas memiliki nilai bobot sisa yang paling tinggi dan persentase

penguapan zat cair yang paling rendah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

gel F1 (minyak akar wangi 1%) lebih efektif dalam mengikat wangi dibandingkan

dengan konsentrasi yang lainnya.

Susut bobot tersebut disebabkan karena gel mengalami sineresis.Sineresis

merupakan peristiwa keluarnya air dari produk yang disebabkan oleh gel yang

mengkerut karena melepas air.Selain itu juga disebabkan oleh suhu penyimpanan

yang mengakibatkan air lebih cepat menguap (Fardiaz, 1989).

Susut bobot yang hilang pada semua sampel gel pengharum ruangan lebih

besar daripada bobot minyak atsiri yang dikandungnya karena tidak hanya minyak

atsiri yang menguap namun juga air (Fitrah, 2013).

36
Universitas Sumatera Utara
4.5 UjiKetahanan Wangi

Ketahanan wangi produk gel pengharum ruangan dapat diketahui dari

seberapa banyak kehilangan wangi yang dialami produk.Hasil uji ketahanan

wangi pada ruangan biasa, ruangan AC dan ruangan kipas dapat dilihat pada

Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Uji ketahanan wangi pada ruangan biasa, AC dan kipas

Formula 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu


4,10-4,46 3,08-3,56 1,26-1,70
F1 4,54-4,9 (5)
(4) (3) (1)
4,28-4,68 3,25-3,63 2,29-2,67 1,18-1,62
Ruangan F2
(4) (3) (2) (1)
biasa
3,60-4,16 3,17-3,55 2,29-2,67 1,10-1,46
F3
(4) (3) (2) (1)
3,46-3,98 2,28-2,68 2,08-2,56 0,99-1,25
F4
(3) (2) (2) (1)
4,42-4,62 4,14-4,50 2,98-3,42 1,21-1,59
F1
(4) (4) (3) (1)
4,29-4,67 3,10-3,46 2,41-3,19 1,14-1,50
F2
(4) (3) (2) (1)
Ruangan
AC 3,63-4,13 3,04-3,36 2,18-3,62 1,08-1,32
F3
(4) (3) (2) (1)
3.41-3,95 2,21-2,59 2,08-2,56 0,92-1,24
F4
(3) (2) (2) (1)
4,19-4,69 2,98-3,52 1,17-1,55
F1
(4) (3) (1)
3,87-4,29 2,24-2,64 1,00-1,56
F2
Ruangan (4) (2) (1)
~
kipas 3,39-3,97 1,96-2,44 0,89-1,51
F3
(3) (2) (1)
3,29-3,83 1,88-2,36 0,66-1,42
F4
(3) (2) (1)

Keterangan:
F1: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1%
F2: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 1,5%
F3: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2%
F4: Formula dengan konsentrasi minyak akar wangi (vetiveria zizainoides) 2,5%.

Dari Tabel 4.11, dapat diketahui bahwa gel pengharum ruangan yang

diletakkan di ruangan biasa dan ruangan AC memiliki ketahanan wangi yang

37
Universitas Sumatera Utara
lebih lama dibandingkan dengan gel pengharum ruangan yang diletakkan di

ruangan kipas. Gel pengharum ruangan yang diletakkan di ruangan biasa dan

ruangan AC dapat bertahan selama 4 minggu, sedangkan gel pengharum ruangan

yang diletakkan di ruangan kipas hanya bertahan selama 3 minggu.

Dari data diatas dapat diketahui pula bahwa konsentrasi minyak akar

wangi terbaik dalam mengikat wangi adalah konsentrasi 1%.Konsentrasi minyak

akar wangi diatas 1% tidak efektif dalam mengikat wangi.

Menurut De Roos (2003), terdapat dua faktor utama yang

mengontrol/mengatur nilai pelepasan bahan pewangi dari suatu produk

pengharum ruangan, yaitu kemampuan melepaskan pewangi dari produk dasar

(faktor termodinamik) dan kemampuan/daya tahan transfer massa dari produk ke

udara. Selain formula gel, penggunaan bahan fiksatif (minyak akar wangi) dan

konsentrasi bahan pewangi, ketahanan wangi juga dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan gel pengharum ruangan, yaitu suhu ruangan dan sirkulasi udara dalam

ruangan.Suhu yang lebih tinggi menyebabkan gel pengharum ruangan menjadi

lebih cepat habis.Sirkulasi udara yang rendah mengakibatkan panas terperangkap

dalam ruangan sehingga minyak dan air lebih cepat menguap.

38
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Kombinasi karagenan dan agar-agardapat diformulasi sebagai basis gel

sediaan pengharum ruangan dengan perbandingan 70:30 sebanyak 3% dari

formula basis gel pengharum ruangan sebagai formulasi terbaik untuk

sediaan basis gel pengharum ruangan.

b. Ada perbedaan wangi minyak mawar pada berbagai konsentrasi, yaitu

konsentrasi minyak mawar 8% merupakan konsentrasi yang memberikan

aroma minyak mawar yang paling lembut dan khas.

c. Ada pengaruh perbedaan daya fiksatif minyak akar wangi pada berbagai

konsentrasi, yaitu konsentrasi minyak akar wangi 1% merupakan konsentrasi

yang baik dalam menahan wangi minyak mawar.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk membuat sediaan

pengharum ruangan dengan menggunakan pewangi yang lain misalnya minyak

melati dan minyak kenanga atau campuran keduanya.

39
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gel Pengharum Ruangan

Pengharum ruangan adalah produk-produk konsumen yang berfungsi

untuk mengharumkan ruangan.Bentuk pengharum ruangan di pasaran ada

beberapa jenis, antara lain padat, cair, semprot, dan gel. Pengharum ruangan

berbentuk padat biasanya digunakan untuk lemari dan toilet sedangkan

pengharum ruangan berbentuk gel biasanya diletakkan dengan cara digantung atau

diletakkan di suatu tempat. Pengharum ruangan berbentuk padat dan cair biasanya

menggunakan pelarut minyak sedangkan pengharum bentuk gel menggunakan

pelarut air.Pelarut minyak harganya lebih mahal dibanding pelarut air. Pengharum

ruangan bentuk semprot biasanya menggunakan bahan kimia seperti isobutene, n-

butane, propane atau campurannya sehingga kurang aman karena ketika disemprot

bahan kimia itu akan menguap ke udara, menempel di rambut, pakaian, bahkan

diberbagai perabot disekitar kita. Pengharum ruangan dalam bentuk sediaan gel

dalam penggunaanya lebih praktis dan mudah dibandingkan dengan pengharum

ruangan dalam bentuk cair karena harus disemprot ke ruangan terlebih

dahulu.Selain itu pengharum ruangan dalam bentuk sediaan gel ini lebih mudah

dalam hal penyimpanan dan pengemasannya. Pengharum ruangan berbentuk gel

memiliki kestabilan aroma yang relatif singkat, namun mudah terurai sehingga

aman terhadap lingkungan (Sinurat,dkk., 2009).

Gel pengharum ruangan disusun oleh beberapa macam bahan di antaranya

adalah bahan dasar pembentuk gel, bahan tambahan, bahan pewangi, dan bahan

penahan wangi (fiksatif). Pembentuk gel alami yang umum digunakan adalah

5
Universitas Sumatera Utara
xanthan gum, gallan gum, pektin, karagenan, agar-agar, dan gelatin.Bahan

tambahan yang umum digunakan meliputi bahan emulsifier dan pengawet.Bahan

emulsifier yang biasa digunakan adalah propilen glikol dan gliserin. Sifat propilen

glikol hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah

melarutkan berbagai jenis zat, sedangkan pengawet yang biasa digunakan adalah

asam benzoat dan sodium benzoat. Sodium benzoat adalah garam sodium dari

asam benzoat.Sodium benzoat lebih disukai dalam penggunaanya karena lebih

mudah larut dibandingkan asam benzoat. Bahan pewangi yang sering digunakan

antara lain, minyak mawar, minyak lavender, minyak lemon dan wintergreen.

bahan penahan wangi (fiksatif) yang bisa digunakan adalah minyak nilam, minyak

akar wangi dan minyak cendana (Fitrah, 2013).

2.2 Karagenan

Karagenan merupakan getah rumput laut yang diperoleh dari hasil

ekstraksi rumput laut merah (Rhodopyceae) dengan menggunakan air panas atau

larutan alkali pada suhu tinggi (Glicksman, 1979).Karagenan dapat dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu karagenan jenis kappa, iota dan lambda (Angka dan

Suhartono, 2000).

Euchema cottoni (Kappaphycus alvarezii) merupakan jenis rumput laut

penghasil kappa karagenan, Euchema spinosum merupakan penghasil iota

karagenan, dan Gigartina merupakan penghasil lambda karagenan (Verawaty,

2008).Iota karagenan menghasilkan gel yang lembut dan fleksibel atau lunak,

kappa karagenan menghasilkan gel yang kaku dan getas serta keras, sedangkan

lambda karagenan tidak dapat membentuk gel tetapi berbentuk cairan yang kental

(Fardiaz, 1989).

6
Universitas Sumatera Utara
Karagenan akan mulai membentuk gel ketika sistem tersebut didinginkan

pada temperatur 40 dan 600C. Gel karagenan bersifat stabil. Gel tersebut stabil

pada temperatur ruangan namun dapat meleleh kembali dengan pemanasan 5-

200C di atas temperatur pembentukan gel (Kusumah, 2011).

Proses pembentukan gel karagenan diawali dengan perubahan polimer

karagenan menjadi bentuk gulungan acak. Perubahan ini disebabkan proses

pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel karagenan.

Ketika suhu diturunkan, polimer karagenan akan membentuk struktur double helix

(pilinan ganda) dan menghasilkan titik-titik pertemuan dari rantai polimer

(Fardiaz, 1989).

Aplikasi utama karagenan yaitu pada industri makanan terutama pada

produk susu. Pada industri makanan, karagenan digunakan sebagai penstabil,

pemadat, pembuat gel, dan zat tambahan dalam proses pengolahan cokelat, susu,

puding, dan makanan kaleng. Pada produk keju dan es krim, karagenan berfungsi

sebagai penstabil, pengontrol tekstur produk dan pengikat air. Pada produk

cokelat dan susu, selain berfungsi sebagai penstabil, karagenan dapat memberikan

kesan lembut pada mulut. Pada industri farmasi, karagenan digunakan sebagai

bahan pengental (suspensi), emulsi dan penstabil pada proses pembuatan pasta

gigi (Kiswanti, 2009).

Pada gel pengharum ruangan, karagenan berfungsi sebagai pengemulsi

minyak pengharum pada bahan hidrofobik.Karagenan yang dijadikan bahan

pembuat gel pengharum ruangan berfungsi melepaskan minyak aroma secara

perlahan-lahan (Hargreaves, 2003).

7
Universitas Sumatera Utara
2.3 Agar-Agar

Agar-agar adalah polisakarida yang terdapat pada berbagai rumput laut.

Rumput laut merah digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan

kemampuannya memproduksi agar yaitu Agarophyte (kelompok rumput laut yang

dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan agar) dan Agaroidophyte

(mempunyai sifat seperti agar, tetapi mempunyai gaya gel rendah dan viskositas

yang berbeda) (Utami, 2008). Agarophytetersebut diantaranya adalah Gracilaria

sp., Gelidium sp., Gellidiella sp., Gelidiopsis sp (Aslan, 1991).

Struktur agar terdiri atas dua komponen utama, yaitu agarosa (salah satu

fraksi pembentuk agar) dan agaropektin. Agarosa merupakan suatu polimer netral

dan agaropektin merupakan suatu polimer sulfat. Agarosa adalah suatu

polisakarida netral yang terdiri dari rangkaian D-galaktosa dengan ikatan β-1,3

dan L-galaktosa dengan ikatan α-1,4. Agaropektin bersifat lebih kompleks dan

mengandung polimer sulfat. Rasio kedua polimer sangat bervariasi dan persentase

agarosa dalam ekstrak agar berkisar antara 50% sampai 80% (Ramadhan, 2011).

Agar-agar tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas dengan

membentuk gel.Pada suhu 32-39 0C berbentuk bekuan (solid) dan tidak mencair

pada suhu di bawah 850C.Apabila dilarutkan dalam air panas dan didinginkan,

agar-agar bersifat seperti gelatin, padatan lunak dengan banyak pori-pori di

dalamnya sehingga bertekstur kenyal.Sifat inilah yang menarik perhatian sehingga

banyak olahan makanan mnggunakan agar-agar.Agar-agar digunakan dalam

pembuatan makanan, yaitu berfungsi sebagai stabilizer. Dalam industri farmasi

agar-agar berguna sebagai kultur bakeri. Dalam industri kosmetik digunakan

8
Universitas Sumatera Utara
dalam pembuatan salep, krim, sabun, dan pembersih muka atau losion(Aslan,

1991).

2.4 Minyak Atsiri sebagai Bahan Pewangi

Minyak atsiri merupakan campuran kompleks dari senyawa alkohol yang

mudah menguap dan dihasilkan sebagai metabolit sekunder dari tumbuhan.

Minyak atsiri biasanya menentukan aroma khas tanaman (Nerio,dkk., 2010).

Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu, seperti

akar, batang, kulit, daun, bunga, buah atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol

antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau

wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya dan umumnya larut

dalam pelarut organik. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak

atsiri.Misalnya dalam bahasa Inggris disebut essential oils, etherial oils, dan

volatile oils.Dalam bahasa Indonesia ada yang menyebutnya minyak terbang,

bahkan ada pula yang menyebut minyak kabur. Hal tersebut tiada lain karena

minyak atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja dalam keadaan

terbuka (Lutony dan Yeyet, 2000).

Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid

atau terpen.Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti tanaman

tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri.Zat inilah yang

mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman, misalnya

rempah-rempah.Senyawa terpena yang terkandung di dalam minyak atsiri dapat

dibagi menjadi dua golongan, yaitu monoterpen yang mempunyai tititk didih

antara 140-1800C dan seskuiterpen yang mempunyai titik didih >2000C (Yuliani

dan Suyanti, 2012).

9
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan minyak atsiri dapat digunakan melalui berbagai cara yaitu,

pemakaian langsung berupa makanan dan minuman seperti jamu yang

mengandung minyak atsiri, pemakaian luar seperti untuk minyak urut, lulur,

pelembab, krim, sabun mandi, shampo, dan parfum. Beberapa minyak atsiri

digunakan melalui pernapasan seperti untuk pengharum ruangan, pengharum tisu,

pelega pernafasan dan aromaterapi.Minyak atsiri juga banyak digunakan sebagai

insektisida (Pandey dan Karla, 2000).

Parfum adalah campuran dari zat pewangi yang dilarutkan dalam pelarut

yang sesuai.Zat pewangi tersebut dapat berasal dari minyak atsiri atau dibuat

secara sintetis.Parfum memegang peranan penting dalam kehidupan manusia,

karena dapat mempengaruhi kejiwaan dan syaraf serta mewangikan bahan yang

tidak berbau wangi (Ketaren, 1985).

Parfum terdiri dari tiga elemen (notes). Tiga elemen (notes) parfum yaitu,

base, middle dan top. Elemen base akan melekat lebih lama di kulit dan harumnya

lebih kuat. Wangi middle notes biasanya baru terasa setelah setengah jam parfum

disemprotkan. Top notes akan tercium saat pertama kali disemprotkan. Masing-

masing notetercium seiring waktu dengan dimulai dari impresi pertama dari top

notediikuti oleh middlenotedan basenoteyang sedikit demi sedikit muncul di

akhir. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing notes.

1. Top notes

Wangi yang langsung tercium ketika parfum disemprotkan.Top

notesmengandung molekul yang ringan dan kecil yang dapat berevaporasi cepat.

Top notesmembentuk impresi pertama dari parfum. Minyak atsiri yang termasuk

10
Universitas Sumatera Utara
top notes antara lain minyak lemon, minyak jeruk purut, minyak melati, dan

minyak mawar.

2. Middle notes

Wangi yang muncul setelah top notesmulai memudar. Middle

notemengandung “inti” dari parfum dan juga bertindak sebagai topeng bagi base

noteyang sering kali tidak tercium enak pada pertama kalinya, namun menjadi

enak seiring waktu. Notesini juga sering disebut heart note. Minyak atsiri yang

termasuk dalam kategori middle notesadalah minyak lavender, minyak sereh

wangi, dan minyak kenanga.

3. Base notes

Wangi dari sebuah parfum yang muncul seiring memudarnya middle

notes. Base dan middle notes adalah tema wangian utama dari sebuah parfum.

Base notes memberikan kedalaman yang solid dari parfum. Kandungan dari notes

ini biasanya kaya dan dalam, dan tidak tercium setidaknya sampai 30 menit

pemakaian. Wangi top dan middle notes terpengaruhi oleh wangi dari base notes.

Minyak nilam dan minyak akar wangi termasuk dalam kategori base notes

(Sabini, 2006).

Minyak mawar

Minyak mawar merupakan minyak yang berasal dari bunga mawar (Rosa

sp.).bunga mawar wanginya harum karena adanya minyak atsiri didalamnya.

Minyak atsiri ini mengandung zat sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol,

eugenol, feniletilelkohol, farnesol dan nonilaldehida.Khasiat bunga mawar

diantaranya adalah sebagai anti radang, anti kejang, melancarkan aliran empedu,

sebagai pengatur haid, mengatasi nyeri haid, mengatasi rambut rontok, stroke,

11
Universitas Sumatera Utara
mengobati gigitan serangga berbisa, batuk kering, sebagai aromaterapi dan untuk

mengatasi jerawat.Selain itu, mawar dapat digunakan sebagai bahan makanan,

minuman ataupun zat aditif bagi makanan olahan, karena kandungan vitamin C-

nya yang tidak kalah dengan kandungan vitamin C pada buah jeruk. Sari mawar

digunakan untuk pembuatan saus salad, serta penambah rasa dan aroma pada

adonan kue, puding serta selai. Aroma bunga mawar juga dapat meningkatkan

sasana hati (Nuraini, 2014).

2.5 Pengikat

Zat pengikat adalah suatu zat alami atau sintesis yang digunakan untuk

mengurangi tingkat penguapan dan meningkatkan stabilitas ketika ditambahkan

ke komponen volatil, dengan tujuan memungkinkan produk akhir untuk bertahan

lebih lama dengan menjaga aroma aslinya. Senyawa sintetis yang menjadi

pengikat parfum diantaranya 1,2-butanediol, 3-etoksi-1-propanol, limonene,

dipropilen glikol, 2-(2-hidroksipropoksi)-1-propanol, 3,3-oksibis-2-butanol

(Iswara, dkk., 2014).Zat pengikat alami berasal dari minyak atsiri. Minyak atsiri

yang digunakan sebagai pengikat antara lain, minyak nilam, minyak akar wangi,

minyak cendana (Fitrah, 2013).

Minyak akar wangi

Tanaman akar wangi (Vetiveria zizainoides Stapt) termasuk dalam famili

graminae atau poaceae alias rumput-rumputan.Akar tanaman ini memiliki bau

sangat wangi.Akar tinggalnya bercabang banyak dengan warna merah tua.Tidak

seperti akarnya, daun tanaman akar wangi ternyata tidak mengandung minyak

sehingga tidak dapat disuling untuk diambil minyak atsirinya. Minyak akar wangi

dikenal dengan nama Vetiver oil merupakan cairan kental dengan warna cokelat

12
Universitas Sumatera Utara
kemerahan, berbau khas dan aromatis kuat. Minyak akar wangi berasal dari

bagian akar tanaman akar wangi.Minyak akar wangi bersifat khas, yakni sukar

menguap sehingga sangat baik digunakan sebagai pengikat minyak wangi lain

dalam satuan parfum agar wanginya bisa tahan lama. Disamping itu, minyak akar

wangi dapat bercampur dengan segala perbandingan dengan minyak lainnya,

seperti minyak bunga mawar, minyak cendana, dan lainnya. Komponen yang

menyusun minyak akar wangi antara lain terdiri dari vetiveron, vetiverol, vetivinil

vetivenat, asam palmitat, asam benzoat, dan vetivena (Lutony dan Yeyet, 2000).

2.6 Propilen glikol

Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2

dan berat molekul 76,10. Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak

berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat

dicampur dengan air, dengan etanol (95%) dan dengan kloroform, larut dalam 6

bagian eter, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak

lemak (Ditjen POM., 1979).

Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba,

disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin, dan kosolven yang dapat

bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau kosolven, propilen glikol digunakan

dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan

parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam

formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat

dikatakan relatif non toksik.Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen

glikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan

dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non parenteral.Sifat propilen glikol

13
Universitas Sumatera Utara
hampir sama dengan gliserin hanya saja propilen glikol lebih mudah melarutkan

berbagai jenis zat. Sama seperti gliserin fungsi propilen glikol adalah sebagai

humektan, namun fungsi dalam formula krim adalah sebagai pembawa emulsi

sehingga emulsi menjadi lebih stabil. Propilen glikol dapat berfungsi sebagai

humektan pada sediaan salep digunakan pada konsentrasi 15% (Rowe,dkk.,

2003).

2.7 Natrium Benzoat

Natrium benzoat (C7H5NaO2) mengandung tidak kurang dari 99% dan

tidak lebih dari 100,5% C7H5NaO2, dihitung terhadap zat anhidrat. Berbentuk

granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil di

udara.Kelarutannya mudah larut di air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih

mudah larut dalam etanol 90%.Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (Ditjen

POM., 1995).

Natrium benzoat dikenal juga dengan nama sodium benzoat. Fungsi

natrium benzoat adalah sebagai bahan pengawet untuk menekan pertumbuhan

mikroorganisme (jamur) yang merugikan. Batas atas penggunaan natrium benzoat

yang diijinkan adalah sebesar 0,1% di Amerika Serikat, sedangkan untuk negara-

negara lain berkisar antara 0,15-0,25%. Untuk negara-negara Eropa batas natrium

benzoat berkisar antara 0,015-0,5%. Sekitar 0,1% umumnya cukup untuk

pengawetan pada produk yang telah dipersiapkan untuk diawetkan dan

disesuaikan ke pH 4,5 atau dibawahnya (Ibekwe, dkk., 2007).

14
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gel pengharum ruangan merupakan produk rumah tangga dalam bentuk

sediaan gel yang melepaskan wangi ke ruangan melalui udara.Pengharumruangan

dalam bentuk sediaan gel dalam penggunaanya lebih praktis dan hemat.Sebagai

bahan pembentuk gel alami dapat digunakan campuran kappa karagenan dan agar-

agar (Fitrah, 2013).Kappa karagenan menghasilkan gel yang kaku dan getas serta

keras(Fardiaz, 1989). Agar-agar menghasilkan gel yang bersifat lunak dengan

banyak pori-pori di dalamnya sehingga bertekstur kenyal(Aslan, 1991).

Pencampuran kappa karagenan dengan agar-agar akan menghasilkan gel dengan

tekstur ysng lebih elastis sehingga memungkinkan penggunaan untuk berbagai

kepentingan fungsional yang lebih besar serta tekstur yang baik untuk formulasi

(Mas, 2013).

Wewangian merupakan produk yang semakin berkembang saat ini, salah

satunya adalah dalam bentuk pengharum ruangan. Bahan pewangi yang

digunakan pada produk dibagi menjadi dua jenis, yaitu pewangi sintetik dan

pewangi alami. Pewangi sintetik memiliki wangi yang lebih tajam, sehingga dapat

menimbulkan rasa pusing, sedangkan pewangi alami memiliki wangi yang lebih

lembut sehingga lebih nyaman digunakan. Oleh karena itu, sudah sebaiknya

pengharum ruangan sintetik digantikan oleh pengharum ruangan alami yang

bahan dasarnya berpotensi tinggi untuk dikembangkan di Indonesia, yaitu minyak

atsiri. Sebagai bahan pewangi untuk pengharum ruangan alami, dapat digunakan

berbagai jenis atau campuran minyak atsiri, seperti minyak mawar, minyak

1
Universitas Sumatera Utara
kenanga, minyak sedap malam, minyak melati, dan minyak atsiri lain yang berasal

dari selain bunga, seperti kau-kayuan, kulit buah, daun dan biji. Minyak atsiri

yang dicampur kedalam gel akan menjadi droplet dan terikat bersama air diantara

matriks gel. Minyak akan berdifusi dari tengah gel ke permukaan gel dan

menguap secara perlahan. Hal tersebut menyebabkan kekuatan aroma minyak

atsiri yang dicium secara langsung berbeda dengan kekuatan aroma minyak atsiri

setelah diformulasikan ke dalam sediaan gel (Fitrah, 2013).

Minyak akar wangi merupakan cairan kental dengan warna cokelat

kemerahan, berbau khas dan aromatis kuat. Minyak akar wangi bersifat khas,

yakni sukar menguap dan dapat bercampur dengan segala perbandingan dengan

minyak lainnya, seperti minyak bunga mawar, minyak melati, dan

lainnyasehingga sangat baik digunakan sebagai pengikat minyak wangi lain dalam

satuan parfum agar wanginya bisa tahan lama(Lutony dan Yeyet, 2000). Sebagai

fiksatif, minyak akar wangi berfungsi untuk mengurangi tingkat penguapan dan

meningkatkan stabilitas sehingga produk dapat bertahan lebih lama dengan

menjaga aroma aslinya(Iswara, dkk., 2014).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membuat sediaan

pengharum ruangan dengan basis karagenan dan agar-agar serta menggunakan

minyak mawar sebagai pewangi dan minyak akar wangi sebagai fiksatif.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, diperoleh perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

a. apakah kombinasi karagenan dan agar-agar dapat diformulasikan sebagai basis

sediaan gel pengharum ruangan

2
Universitas Sumatera Utara
b. apakah ada perbedaan dari variasi konsentrasi minyak mawar sebagai pewangi

c. apakah adaperbedaan dari variasi konsentrasi minyak akar wangi sebagai

fiksatif dalam menahan wangi minyak mawar pada sediaan gel pengharum

ruangan pada waktu yang lama.

1.3 Hipotesa

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesa dari penelitian ini adalah:

a. karagenan dan agar-agar dapat diformulasikan sebagai basis sediaan gel

pengharum ruangan

b. ada perbedaan dari variasi konsentrasi minyak mawar sebagai pewangi karena

basis gel pengharum ruangan dapat menahan pelepasan pewangi

c. ada perbedaan dari variasi konsentrasi minyak akar wangi sebagai

fiksatifdalammenahan wangi minyak mawarpada sediaan gel pengharum

ruangan dalam waktu yang lama.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. untuk memformulasikan karagenan dan agar-agar sebagai basis sediaan gel

pengharum ruangan

b. untuk memformulasikan minyak mawar dengan berbagai konsentrasi sebagai

pewangi

c. untuk memformulasikan minyak akar wangi dengan berbagai konsentrasi

sebagai fiksatif dalam menahan wangi minyak mawar pada sediaan gel

pengharum ruangan pada waktu yang lama.

3
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk mengembangkan formulasi

pengharum ruangan dengan menggunakan minyak mawar dan minyak akar

wangi dalam sediaan berbasis gel.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter


Konsentrasi
Organoleptik
karagenan dan
agar-agar
Uji kestabilan gel

Mutu/karakteristik Uji kesukaan


gel pengharum (Hedonic Test)
ruangan
Konsentrasi Uji Penguapan Zat
minyak mawar Cair
(oleum rosae)
dan konsentrasi
Uji Ketahanan
minyak akar
Wangi
wangi (Vetiveria
zizainoides)

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

4
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN DENGAN
PEWANGI MINYAK MAWAR DAN FIKSATIF MINYAK
AKAR WANGI

ABSTRAK

Latar Belakang:Penggunaan pengharum ruangan sintetikmemiliki dampak


negatif terhadap kesehatan manusia karena dapat menyebabkan gangguan
pernafasan, sehingga perlu dikembangkan pengharum ruangan alami.
Tujuan: Memformulasi gel pengharum ruangan dengan menggunakan basis gel,
pewangi dan fiksatif alami dengan berbagai variasi konsentrasi.
Metode Penelitian: Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Penelitian tahap pertama
bertujuan untuk mendapatkan bentuk gel terbaik dengan menggunakan kombinasi
karagenan dan agar-agar dengan konsentrasi 3% dari berat sediaan dengan
berbagai perbandingan, yaitu 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70. Penelitian tahap
kedua bertujuan untuk mendapatkan wangi terbaikdengan memvariasikan 4
konsentrasi minyak mawar, yaitu2%, 4%, 6% dan 8%. Penelitian tahap ketiga
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi fiksatif terbaik menggunakan minyak
akar wangi dengan memvariasikan minyak akar wangi dengan berbagai
konsentrasi, yaitu 1%, 1,5%, 2% dan 2,5%.
Hasil:Penelitian ini menunjukkan bahwa basis gel terbaik adalah kombinasi
karagenan dan agar-agar konsentrasi 3% dengan perbandingan70:30. Wangi
minyak mawar terbaik pada konsentrasi 8%. Persentase penguapan zat cair
terkecil terdapat pada ruangan biasa yaitu 32,728%. Gel pengharum ruangan yang
memiliki sisa bobot terkecil terdapat pada ruangan kipasyaitu 10,074%. Gel
pengharum ruangan yang memiliki ketahanan wangi terbaik adalah minyak akar
wangi konsentrasi 1%.
Kesimpulan: Kombinasi karagenan dan agar-agardapat diformulasi sebagai basis
geldengan konsentrasi 3% dengan perbandingan 70:30, konsentrasi minyak
mawar terbaik adalah 8% dan konsentrasi minyak akar wangi terbaik adalah 1%.
.
Kata Kunci :Gel Pengharum Ruangan, Minyak Akar Wangi, Minyak Mawar,
Karagenan, Agar-Agar

vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION OF AIR FRESHENER GEL WITH ROSE OIL AS
FRAGRANCE AND VETIVER OIL AS FIXATIVE AGENT

ABSTRACT

Background: Utilization synthetic air freshener has a negative effect for human
health as it can cause respiratory problem, so that it is a need to develop natural
air freshener.
Purpose: To formulate air freshener gel using natural base gel, fragrance and
fixative in various concentration.
Methods:This research consisted of three stages. The first stage was determining
the best gel base using combination of carrageenan and agar in 3% concentration
by some ratios, they were 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70. The second stage
was determining the best fragrance using rose oil at some concentrations. They
were 2%, 4%, 6% and 8%. The third stage was determining the best
concentrations of fixative using vetiver oil at some concentration, they were 1%,
1.5%, 2% and 2.5%.
Results:The result of this study indicatedthat the best gel formulation wasthe
combination carrageenan and agar at ratio 70:30. The best fragrance of rose oil
was at 8%. The lowest percentage of liquid evaporation was at usual room, it was
32.728%. Air freshener gel that had the lowest weight was at room using fan, it
was 10.074%. The most effective concentration of vetiver oil in binding fragrance
was 1%.
Conclusion: Combination of carrageenan and agar in 3% concentration by ratio
70:30 can be formulated as a base of gel air freshener, the best concentration of
rose oil was 8%, and the best concentration of vetiver oil was 1%.

Keywords:Air Freshener Gel, Vetiver Oil, Rose Oil, Carrageenan, Agar

viii
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN
DENGAN PEWANGI MINYAK MAWAR DAN
FIKSATIF MINYAK AKAR WANGI

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH :
MAILANI SILVIANA SITORUS
NIM 131524134

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN
DENGAN PEWANGI MINYAK MAWAR DAN
FIKSATIF MINYAK AKAR WANGI

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH :
MAILANI SILVIANA SITORUS
NIM 131524134

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN DENGAN


PEWANGI MINYAK MAWAR DAN FIKSATIF MINYAK
AKAR WANGI

OLEH:
MAILANI SILVIANA SITORUS
NIM 131524134
Dipertahanankandihadapan Panitia Penguji
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: 9 Februari 2016

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
NIP195404121987012001 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.


NIP195404121987012001

Prof. Dr. Karsono., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.


NIP 195409091982011001 NIP 195111021977102001

Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt.


NIP 197812052010121004

.
Medan,April 2016
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Pejabat Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt.


NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.Shalawat beriringsalamjuga penulis

sampaikan kepada junjungannya Nabi besar MuhammadSAW.Skripsi ini disusun

untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul“FormulasiGelPengharum

Ruangan dengan Pewangi Minyak Mawar dan Fiksatif Minyak Akar Wangi”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.,

dan Prof. Dr. Karsono., Apt., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu

dan kesabaran yang begitu besar dalam membimbing penulis selama penelitian

hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis

sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si,. Apt.,selaku ketua penguji,

Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc.,

Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan

kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga

penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Surjanto, M.Si., Apt.,selaku dosen

pembimbing akademikyang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama

masa perkuliahan, Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku kepala

Laboratorium Farmasetika Dasar Farmasi USU yang telah memberikan izin dan

fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt.,

iv
Universitas Sumatera Utara
selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan fasilitas dan

membantu kelancaran pendidikan penulis selama perkuliahan hingga selesai.

Penulis juga mempersembahkan rasa terimakasih yang tak terhingga dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Akad Sitorus dan Ibunda

Eniyati Niken Sutini Pasaribu yang selalu memberikan doa, nasihat, motivasi,

semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwapenulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima

kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, April 2016


Penulis,

Mailani Silviana Sitorus


NIM 131524134

v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Mailani Silviana Sitorus
Nomor Induk Mahasiswa : 131524134
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi Gel Pengharum Ruangan dengan
Pewangi Minyak Mawar dan Fiksatif
Minyak Akar Wangi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan
plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar
pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk


dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, April 2015


Yang membuat pernyataan,

Mailani Silviana Sitorus


131524134

vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN DENGAN
PEWANGI MINYAK MAWAR DAN FIKSATIF MINYAK
AKAR WANGI

ABSTRAK

Latar Belakang:Penggunaan pengharum ruangan sintetikmemiliki dampak


negatif terhadap kesehatan manusia karena dapat menyebabkan gangguan
pernafasan, sehingga perlu dikembangkan pengharum ruangan alami.
Tujuan: Memformulasi gel pengharum ruangan dengan menggunakan basis gel,
pewangi dan fiksatif alami dengan berbagai variasi konsentrasi.
Metode Penelitian: Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Penelitian tahap pertama
bertujuan untuk mendapatkan bentuk gel terbaik dengan menggunakan kombinasi
karagenan dan agar-agar dengan konsentrasi 3% dari berat sediaan dengan
berbagai perbandingan, yaitu 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70. Penelitian tahap
kedua bertujuan untuk mendapatkan wangi terbaikdengan memvariasikan 4
konsentrasi minyak mawar, yaitu2%, 4%, 6% dan 8%. Penelitian tahap ketiga
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi fiksatif terbaik menggunakan minyak
akar wangi dengan memvariasikan minyak akar wangi dengan berbagai
konsentrasi, yaitu 1%, 1,5%, 2% dan 2,5%.
Hasil:Penelitian ini menunjukkan bahwa basis gel terbaik adalah kombinasi
karagenan dan agar-agar konsentrasi 3% dengan perbandingan70:30. Wangi
minyak mawar terbaik pada konsentrasi 8%. Persentase penguapan zat cair
terkecil terdapat pada ruangan biasa yaitu 32,728%. Gel pengharum ruangan yang
memiliki sisa bobot terkecil terdapat pada ruangan kipasyaitu 10,074%. Gel
pengharum ruangan yang memiliki ketahanan wangi terbaik adalah minyak akar
wangi konsentrasi 1%.
Kesimpulan: Kombinasi karagenan dan agar-agardapat diformulasi sebagai basis
geldengan konsentrasi 3% dengan perbandingan 70:30, konsentrasi minyak
mawar terbaik adalah 8% dan konsentrasi minyak akar wangi terbaik adalah 1%.
.
Kata Kunci :Gel Pengharum Ruangan, Minyak Akar Wangi, Minyak Mawar,
Karagenan, Agar-Agar

vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION OF AIR FRESHENER GEL WITH ROSE OIL AS
FRAGRANCE AND VETIVER OIL AS FIXATIVE AGENT

ABSTRACT

Background: Utilization synthetic air freshener has a negative effect for human
health as it can cause respiratory problem, so that it is a need to develop natural
air freshener.
Purpose: To formulate air freshener gel using natural base gel, fragrance and
fixative in various concentration.
Methods:This research consisted of three stages. The first stage was determining
the best gel base using combination of carrageenan and agar in 3% concentration
by some ratios, they were 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70. The second stage
was determining the best fragrance using rose oil at some concentrations. They
were 2%, 4%, 6% and 8%. The third stage was determining the best
concentrations of fixative using vetiver oil at some concentration, they were 1%,
1.5%, 2% and 2.5%.
Results:The result of this study indicatedthat the best gel formulation wasthe
combination carrageenan and agar at ratio 70:30. The best fragrance of rose oil
was at 8%. The lowest percentage of liquid evaporation was at usual room, it was
32.728%. Air freshener gel that had the lowest weight was at room using fan, it
was 10.074%. The most effective concentration of vetiver oil in binding fragrance
was 1%.
Conclusion: Combination of carrageenan and agar in 3% concentration by ratio
70:30 can be formulated as a base of gel air freshener, the best concentration of
rose oil was 8%, and the best concentration of vetiver oil was 1%.

Keywords:Air Freshener Gel, Vetiver Oil, Rose Oil, Carrageenan, Agar

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN ......................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 2

1.3 Hipotesa ..................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian .......................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

2.1 Gel Pengharum Ruangan ........................................................... 6

2.3 Karagenan ............................................................................................ 7

2.4 Agar-Agar ............................................................................................ 8

2.5 Minyak Atsirisebagai Bahan Pewangi ................................................. 9

ix
Universitas Sumatera Utara
2.6 Pengikat ..................................................................................... 12

2.7 Propilen Glikol ................................................................................... 13

2.8 Natrium Benzoat ....................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 15

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 15

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 15

3.3 Alat ............................................................................................ 15

3.4 Bahan ......................................................................................... 15

3.5 Prosedur Penelitian .................................................................... 16

3.5.1 Proses pembuatan basis gel pengharum ruangan ............ 17

3.5.2 Proses pembuatan gel pengharum ruangan ..................... 19

3.6 Prosedur Pengujian .................................................................... 20

3.6.1 Pemeriksaan organoleptik ................................................. 20

3.6.2 Uji kestabilan gel ............................................................. 20

3.6.3 Uji kesukaan ..................................................................... 21

3.6.4 Uji penguapan zat cair ...................................................... 21

3.6.5 Uji ketahanan wangi produk pengharum ruangan ............ 22

3.7Analisis Data ............................................................................... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 24

4.1 Pemeriksaan Organoleptik ......................................................... 24

4.1.1 Pemilihan gel pengharum ruangan terbaik ........................... 24

4.1.2 Aroma terbaik ...................................................................... 25

4.2 Uji Kestabilan Gel ..................................................................... 25

4.3 Uji Kesukaan ............................................................................. 27

x
Universitas Sumatera Utara
4.4 Uji Penguapan Zat Cair .............................................................. 29

4.5 Uji Ketahanan Wangi ................................................................. 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 39

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 39

5.2 Saran ........................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40

LAMPIRAN .............................................................................................. 43

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Formula standar gel pengharum ruangan ...................................... 16

3.2 Formula pemilihan basis gel pengharum ruangan terbaik ............ 17

3.3 Formula pemilihan konsentrasi wangi minyak mawar terbaik ..... 18

3.4 Formula pemilihan konsentrasi minyak akar wangi terbaik .......... 19

4.1 Formulasi pemilihan basis gel pengharum ruangan terbaik ...........24

4.2 Pemilihan konsentrasi wangi minyak mawar terbaik ..................... 25

4.3 Uji kestabilan gel pengharum ruangan ........................................... 26

4.4 Data nilai uji kesukaan (hedonic test) ........................................... 27

4.5 Penurunan bobot gelpada ruangan biasa ........................................ 30

4.6 Persentase penguapan zat cair pada ruangan biasa ........................ 31

4.7 Penurunan bobotgelpada ruangan AC ............................................ 32

4.8 Persentase penguapan zat cair pada ruangan AC ........................... 33

4.9 Penurunan bobot gel pada ruangan kipas ...................................... 34

4.10Persentase penguapan zat cair pada ruangan kipas........................... 35

4.11Uji ketahanan wangi pada ruangan biasa.......................................... 37

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1Kerangka pikir penelitian ................................................................ 4

4.1 Penurunan bobot gel pada ruangan biasa .......................................30

4.2 Persentase penguapan zat cair pada ruangan biasa ........................ 31

4.3 Penurunan bobot gel pengharum pada ruangan AC .......................32

4.4 Persentase penguapan zat cair pada ruangan AC ...........................33

4.5 Penurunan bobot gel pengharum pada ruangan kipas ....................34

4.6 Persentase penguapan zat cair pada ruangan kipas ........................ 35

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Bagan alir pembuatan basis gel pengharum ruangan ............... 43

2 Bagan alir pembuatan gel Pengharum ruangan ......................... 44

3 Lembar penilaian uji kesukaan .................................................. 45

4 Lembar penilaian uji ketahanan wangi ..................................... 46

5 Gambar minyak mawar ............................................................ 47

6 Gambar minyak akar wangi ...................................................... 48

7 Rumus perhitungan nilai uji kestabilan gel .............................. 49

8 Rumus perhitungan nilai uji kesukaan ......................................51

9 Rumus perhitungan persentase penguapan zat cair ...................57

10 Hasil uji ketahanan wangi ................................................................64

11 Gambar gel pengharum ruangan ............................................... 119

xiv
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai