Anda di halaman 1dari 10

PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT

I.

Tujuan
a. Melakukan pemisahan ion dari dalam larutan air dan KI dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut kloroform.
b. Menentukan konstanta distribusi iod pada sistem air dan kloroform.
c. Memisahkan asam lemak yang terdapat dalam sabun dan menentukan
kuantitasnya dengan cara titrasi asam basa.

II.

Landasan Teori
Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer
suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling
bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven
sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk
tekanan dan suhu yang tetap.
Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan

cara

destilasi

tidak

mungkin

dilakukan

(misalnya

karena

pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak


ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi
dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
(Shevla, 1985)
Metode pemisahan pada ekstraksi diantaranya :
1. Ekstraksi bertahap adalah cara yang paling sederhana,mencampurkan
pelarut pengekstraksinya yang tidak bercampur dengan pelarut semula
kemudian dilakukan pengocokan.
2.

Ekstraksi kontiyu adalah perbandingan distribusi relatif kecilsehingga


untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapatahap distribusi.

3.

Ekstraksi Counter current adalah fase cair pengekstraksi dialirkan


dengan arah yang berlawanan dengan larutan yangmengandung zat
yang akan diekstraksikan. Biasanya digunakan untuk pemisahan
zat, pemurnian ataupun isolasi

Mekanisme ekstraksi dengan proses distribusi dari zat yang


terekstraksi ke fase organik, tergantung pada bermacam faktor,antara lain:
kebasaan ligan, faktor stereokimia dan adanya garam pada sistem ekstraksi.
Kelarutan kompleks logam selain ditetapkan oleh perbandingan koefisien
distribusinya juga ditentukan oleh perubahan aktivitas zat terlarut pada
masing-masing fase.
Pengaruh adanya pelarut lain yang tercampur pada pelarut pertama
dapat menambah kelarutannya bila pelarut keduatersebut bereaksi dengan zat
terlarut. Jenis ikatan mempengaruhi kelarutan kompleks pada fase organik.
Kelarutan elektrolit pada medium yang sangat polar akan bertambah dengan
gaya elektrostatik. Kelarutan zat pada air atau alkohol lebih ditentukan oleh
kemampuan zat tersebut membentuk ikatan

hidrogen. Kelarutan zat-zat

aromatik pada fase organik sebanding dengan kerapatan elektron pada inti
aromatik dari senyawa-senyawa tersebut. Garam-garam logam tidak dapat
larut sebab bersifat sebagai elektrolit kuat. Sifat kelarutan khelat atau asosiasi
ion sangat penting pada mekanisme ekstraksi.
(Khopkar, 2008)
Partikel-partikel zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur
menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.
Seringkali pemisahan secara ekstraksi dapat dilakukan dalam beberapa menit,
teknik itu dapat diterapkan untuk suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan
telah dipakai secara ekstensif untuk isolasi isotop-isotop bebas pembawa
dalam jumlah yang sangat sedikit yang diperoleh baik dari transmutasi
nuklir

maupun

dari

material-material

dalam jumlah ton. Pemisahan ekstrasi

industri

yang

dihasilkan

pelarut biasanya bersih dalam arti

tidak ada analogi kopresipitasi dengan sistem sejenis itu.


Pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, semua bahan yang
diinginkan akan larut dalam satu pelarut dan semua bahan yang tidak diinginkan
akan larut dalam pelarut yang lain. Pemindahan semua atau tidak satu pun
dari

satu

pelarut

kepelarut

yang

lain

yang

demikian

itu jarang,

dan besar kemungkinannya untuk didapatkan campuran bahanyang hanya


berbeda sedikit dalam kecenderungannya untuk berpindah dari pelarut yang

satu ke yang lain.Jadi satu kali pemindahan tidak akan berakibatkan


pemisahan yang benar-benar murni.
(Underwood, 1986)
Fakta pembagian solut antara dua solvent yang tak saling campur
telah memberikan banyak kemungkinan bagi metode pemisahan, baik untuk
tujuan preratif maupun analitik. Ekstraksi solvent (pelarut) merupakan
metode pemisahan yang didasarkan atas fakta diatas. Cara ini cukup banyak
digunakan karna dapat menggunakan alat yang sederhana seperti corong
pisah.
Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan solut dalam pelarut A
dengan menggunakan pelarut B. pada saat penambahan pelarut B, solut akan
membagi diri antara 2 pelarut yang tak saling campur tersebut. Pada saat
kesetimbangan terdapat hubungan antara konsentrasi solut dalam 2 pelarut
tersebut. Hal ini sesuai dengan Hukum Distribusi yang dinyatakan oleh
Nernst dan dirumuskan sebagai:
KD=

CA
CB

Dimana KD adalah tetapan distribusi dan C A serta CB adalah


konsentrasi solut, masing-masing dalam solvent A dan B. harga ketettapan
kesetimbangan distribusi yang khas untuk masing-masing zat. Dan satu hal
yang penting untuk di ingat bahwa Hukum Distribusi tersebut hanya dapat
ditrapkan pada zat-zat yang tak mengalami disosiasi dan asosiasi serta tidak
bereaksi dengan solvent.
Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali akan memberikan
tingkat efisien yang lebih tinggi dari pada ekstraksi satu kali, meskipun volum
yang digunakan dalam pelarut sama.
(Tim Kimia Analitik, 2014)
III.
V.

IV.
Prosedur Percobaan
VI.
VI.1
Alat dan Bahan

VII. Alat

Alat-alat gelas
Pipet tetes
Ring penyangga
Pisau
Buret
Kaca arloji
Spatula

Bahan

Krus
Neraca
Hot plate
Corong pisah
Standar dan klem
Lampu spirtus
Batang pengaduk

Kloroform
Na-Tiaosufat
Indikator amilium
Etanol
NaOH
Sabun

Larutan Iodium
Aquades
Indikator PP
NaCl
PE (Petroleum
Eter)

3.2 Skema Kerja


3.2.1 Pemisahan Larutan Iod Dalam Air dan

Menentukan

Kostanta Distribusi.

Larutan iod 0,1 N

di standarisasi dengan titrasi


menggunakan

Na-Tiosulfat 0,1 N

diambil

25 ml larutan Iod

dimasukkan dalam corong pisah,


ditambahkan

25 ml kloroform
dikocok selama 15 menit
dibiarkan membentuk dua lapisan
dipisahkan dalam kloroform

Larutan Iod
Larutan Iod

Bagian atas ditambahkan Bagian bawah

Indikator Amilum
dilakukan titrasi
menggunakan
larutan standart
Na-Tiosulfat 0,1 N

Na-Tiosulfat 0,1 N

Hasil

Hasil

diamati

dicatat

3.2.2 Pemisahan Asam Lemak Dalam Sabun dan Penentuan Kadarnya


0,5 gram sabun dipotong kecil-kecil
dilarutkan dalam

400 ml aquades
ditambahkan

2 tetes indikator

dipanaskan hingga hampir mendidih


didinginkan dan diencerkan hingga volum
500 ml
dimasukkan 20 ml larutan tersebut dalam
corong pisah
ditambahkan

10 ml PE

dikocok, jika terbentuk emulsi ditambahkan

10 ml NaCl jenuh
dikocok kembali selama 15 menit
dibiarkan hingga terjadi pemisahan
dipisahkan
Larutan PE
dilakukan kembali ekstraksi sebanyak 3 kali
masing - masing dengan menggunakan 10 ml

larutan PE

larutan PE yang mengandung asam lemak


dimasukkan kedalam corong pisah
ditambahkan

2 ml air dan 2 tetes indikator pp


dikocok kembali
dipisahkan airnya
ditambahkan lagi
dikocok kembali hingga air tidak bersifat
basah
ditambahkan

20 ml larutan etanol
dikocok selama 15 menit
dibiarkan hingga terbentuk lapisan

Larutan alkohol

dipisahkan

dan

ditempatkan

dalam

erlenmeyer serta ditambahkan

2 tetes indikator PP
dititrasi
menggunakan

NaOH 0,01 N
Hasil

diamati
dicatat

alkohol

tersebut

dengan

VIII.

IV. Pertanyaan
1. Pada titrasi iod dalam kloroform dengan Na-tiosulfat tidak digunkan indicator
amilum, sedangkan pada titrasi iod dalam air digunakan indicator amilum. Mengapa
demikian, apakah tujuannya, jelaskan?
2. Hitunglah konstanta distribusi dalam iod berdasarkan data hasil percobaan,
bandingkan dengan data dari literature, serta hitung persentase kesalahan?
3. Hitunglah kadar asam lemah dalam sabun, anggap saja bahwa asam lemah yang ada
dalam sabun hanya asam stearat?

IX.
X.

V. Daftar Pustaka

XI.
XII.
XIII.

Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.


Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorgami Kualitatif Makro dan Semimikro.

XIV.

Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka


Tim Kimia Analitik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Jambi :

XV.
XVI.
XVII.
XVIII.
XIX.
XX.
XXI.
XXII.
XXIII.
XXIV.
XXV.
XXVI.
XXVII.

Universitas Jambi.
Underwood & R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta

XXVIII.

TUGAS PRAKTIKUM KIMIA


ANALITIK
XXIX.

EKSTRAKSI
XXX.
XXXI.

XXXII.
XXXIII.

Dosen : 1. Drs. Amrin, M.Si


2. Edi Nasra, S.Si, M.Si

XXXIV.

XXXV.
1.
2.
3.
4.
XXXVI.

KELOMPOK 2
Nurmalia Gusni (1301702)
Sella Fitria (1301714)
Sintya Delvira (1301696)
Widya Kartika Sari 1301753
PRODI : PENDIDIKAN KIMIA ( A )

XXXVII.
XXXVIII.
XXXIX.
XL.
XLI.
XLII.

XLIII.
XLIV.

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

XLV.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Anda mungkin juga menyukai