Anda di halaman 1dari 4

NAMA KELOMPOK:

Putu Ciptayani Partama Putri 1613031001/VA


I Gusti Ayu Agung Ngurah Diana Wati 1613031038/VA
Novalia Simanjuntak 1613031040/VA
Kadek Nita Karyawati 1613031047/VA

PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT

I. Tujuan
a. Melakukan pemisahan ion dari dalam larutan air dan KI dengan cara ekstraksi
menggunakan pelarut tinner.
b. Menentukan konstanta distribusi iod pada sistem air dan tinner.
II. Landasan Teori
Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat
terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Menurut
Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven sehingga perbandingan
konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap.
Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara
destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena
kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair,
ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna
mungkin. (Shevla, 1985)
Metode pemisahan pada ekstraksi diantaranya :
1. Ekstraksi bertahap adalah cara yang paling sederhana,mencampurkan pelarut
pengekstraksinya yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian
dilakukan pengocokan.
2. Ekstraksi kontiyu adalah perbandingan distribusi relatif kecilsehinggauntuk
pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapatahap distribusi.
3. Ekstraksi Counter current adalah fase cair pengekstraksi dialirkandengan arah yang
berlawanan dengan larutan yangmengandung zat yang akan diekstraksikan.
Biasanya digunakan untuk pemisahan zat, pemurnian ataupun isolasi
Mekanisme ekstraksi dengan proses distribusi dari zat yang terekstraksi ke fase
organik, tergantung pada bermacam faktor,antara lain: kebasaan ligan, faktor
stereokimia dan adanya garam pada sistem ekstraksi. Kelarutan kompleks logam selain
ditetapkan oleh perbandingan koefisien distribusinya juga ditentukan oleh perubahan
aktivitas zat terlarut pada masing-masing fase.
Pengaruh adanya pelarut lain yang tercampur pada pelarut pertama dapat
menambah kelarutannya bila pelarut keduatersebut bereaksi dengan zat terlarut. Jenis
ikatan mempengaruhi kelarutan kompleks pada fase organik. Kelarutan elektrolit pada
medium yang sangat polar akan bertambah dengan gaya elektrostatik. Kelarutan zat
pada air atau alkohol lebih ditentukan oleh kemampuan zat tersebut membentuk ikatan
hidrogen. Kelarutan zat-zat aromatik pada fase organik sebanding dengan kerapatan
elektron pada inti aromatik dari senyawa-senyawa tersebut. Garam-garam logam tidak
dapat larut sebab bersifat sebagai elektrolit kuat. Sifat kelarutan khelat atau asosiasi
ion sangat penting pada mekanisme ekstraksi. (Khopkar, 2008)
Partikel-partikel zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur menawarkan
banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Seringkali pemisahan
secara ekstraksi dapat dilakukan dalam beberapa menit, teknik itu dapat diterapkan
untuk suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan telah dipakai secara ekstensif untuk
isolasi isotop-isotop bebas pembawa dalam jumlah yang sangat sedikit yang
diperoleh baik dari transmutasi nuklir maupun dari material-material industri yang
dihasilkan dalam jumlah ton. Pemisahan ekstrasi pelarut biasanya “bersih” dalam arti
tidak ada analogi kopresipitasi dengan sistem sejenis itu.
Pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, semua bahan yang diinginkan akan
larut dalam satu pelarut dan semua bahan yang tidak diinginkan akan larut dalam
pelarut yang lain. Pemindahan semua atau tidak satu pun dari satu pelarut kepelarut
yang lain yang demikian itu jarang, dan besar kemungkinannya untuk didapatkan
campuran bahanyang hanya berbeda sedikit dalam kecenderungannya untuk berpindah
dari pelarut yang satu ke yang lain.Jadi satu kali pemindahan tidak akan berakibatkan
pemisahan yang benar-benar murni. (Underwood, 1986) Fakta pembagian solut antara
dua solvent yang tak saling campur telah memberikan banyak kemungkinan bagi
metode pemisahan, baik untuk tujuan preratif maupun analitik. Ekstraksi solvent
(pelarut) merupakan metode pemisahan yang didasarkan atas fakta diatas. Cara ini
cukup banyak digunakan karna dapat menggunakan alat yang sederhana seperti corong
pisah.
Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan solut dalam pelarut A dengan
menggunakan pelarut B. pada saat penambahan pelarut B, solut akan membagi diri
antara 2 pelarut yang tak saling campur tersebut. Pada saat kesetimbangan terdapat
hubungan antara konsentrasi solut dalam 2 pelarut tersebut. Hal ini sesuai dengan
Hukum Distribusi yang dinyatakan oleh Nernst dan dirumuskan sebagai:
CA
KD = C
B

Dimana KD adalah tetapan distribusi dan CA serta CB adalah konsentrasi solut,


masing-masing dalam solvent A dan B. harga ketettapan kesetimbangan distribusi
yang khas untuk masing-masing zat. Dan satu hal yang penting untuk di ingat bahwa
Hukum Distribusi tersebut hanya dapat ditrapkan pada zat-zat yang tak mengalami
disosiasi dan asosiasi serta tidak bereaksi dengan solvent.
Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali akan memberikan tingkat efisien
yang lebih tinggi dari pada ekstraksi satu kali, meskipun volum yang digunakan dalam
pelarut sama. (Tim Kimia Analitik, 2014)

III. Alat dan Bahan


Tabel 1. Daftar Alat
No Nama Alat Jumlah
1 Corong pisah 100 mL 1 buah
2 Gelas ukur 25 mL 1 buah
3 Gelas ukur 10 mL 1 buah
4 Timbangan analitik 1 buah
5 Gelas kimia 100 mL 2 buah
6 Kaca arloji 2 buah
7 Statif dan klem 1 buah
8 Batang pengaduk 1 buah
9 Labu elenmeyer 50 mL 3 buah
10 Buret 50 mL 1 buah
11 Pipet tetes 2 buah

Tabel 2. Daftar Bahan


No Nama Bahan Jumlah
1 Iodin Secukupnya
2 Akuades Secukupnya
3 Tiner Secukupnya
IV. Prosedur Percobaan
Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
Masukkan 5 mL larutan iod ke dalam corong
pisah.

Tambahkan 15 mL air kemudian memasukan


kedalam corong pisah

Tambahkan 20 mL tinner ke dalam corong


pisah.

Kocok secara saksama campuran selama 5


menit dengan sekali-kali membuka sumbat
dan diamkan beberapa menit sehingga
terbentuk 2 lapisan

Pisahkan lapisan atas (L1) dengan bawah (L2)


dan diamati.

Setelah melakukan pemisahan L1 (fase air),


campuran L1 dibagi menjadi 3 bagian
Erlenmeyer dengan volume yang sama,
kemudian tambahkan amilum.
Lakukan titrasi menggunakan natrium
tiosulfat 0,05M, sampai berwarna bening.
Lihatlah perbandingan volumenya.

Anda mungkin juga menyukai