Anda di halaman 1dari 3

7.

KOEFISIEN DISTRIBUSI

A. TUJUAN PERCOBAAN

Mempelajari kelarutan suatu zat terlarut dalam dua pelarut yang

tidak saling campur dan menentukan harga konstanta distribusinya.

B. DASAR TEORI

Jika dua zat pelarut yang tak tercampur (insoluble solvent) saling kontak satu

dengan yang lain, kemudian ditambahkan zat terlarut (solute) ke dalamnya maka

terjadi distribusi zat terlarut pada kedua-dua zat pelarut tersebut. Artinya terjadi

perpindahan massa zat terlarut dari zat pelarut satu ke yang lain secara bolak balik.

Bila kecepatan distribusi ini tetap, maka dikatakan terjadi "kesetimbangan

distribusi". Perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam zat pelarut menjadi tetap

harganya dan disebut sebagai Koefisien Distribusi (K) yang dapat dihitung sebagai

berikut :

(C a)
K=
(Ca)
dengan :

(CA)org =konsentrasi tat terlarut dalam gat organik,mol/l

(CA)ag= konsentrasi zat terlarut dalam air, mol/l

Penambahan suatu zat terlarut ke dalam dua pelarut yang tidak

saling campur akan menyebabkan zat terlarut tersebut terdistribusi atau

terbagi antara kedua pelarut tersebut dengan perbandingan tertentu.

Distribusi zat terlarut ke dalam masing-masing pelarut ini sesuai dengan

tingkat kepolarannya hingga mencapai titik kesetimbangan. Konstanta

distribusi dapat ditentukan dengan melakukan titrasi air dengan larutan

NaOH standar dan indikator pp. Ada penambahan zat ketiga berupa asam

asetat dan asam oksalat, sehingga zat terdistribusi antara lapisan air dan

dietil eter, dilakukan pemisahan (Ian hasil pigahan berupa air dititrasi

dengan NaOII standar dengan bantuan indikator pp yang akan

menunjukkan titik akhir titrasi.


Hukum Distribusi

Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang

tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua

pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Dalam praktek

solute akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut

setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di

dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada

suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien

distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan rumus sebagai berikut

(Purwani, 2008):

Kd = C1/C2 atau Kd = ca/co

Ekstraksi Pelarut

Ekstraksi adalah pemisahan dan penarikan komponen campuran dari

campuran lainnya. Ekstraksi campuran-campuran merupakan suatu teknik

dimana suatu larutan dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut lain (pelarut

kedua) yang tidak tercampurkan dan menimbulkan perpindahan satu atau

lebih zat terlarut ke dalam pelarut kedua tersebut (Basset, dkk,1994).

Sebuah proses ekstraksi pelarut bertujuan untuk mengekstrak zat

terlarut dari suatu fasa cair yang lain. Hal ini dapat dilakukan untuk

memisahkan dua zat terlarut yang berbeda atau untuk memurnikan fasa

cair dari kontaminasi (Engdahl, 2010).

C. BAHAN

1. Asam asetat / asam oksalat

2. Larutan NaOH 0,05 N

3, Dietil eter

4. Aquadest
5. IndikatorPP

D. ALAT

1. Corong Pemisah 250 ml 1 buah

2. Labu ukur 250 ml 1 buah

3. Labu ukur 100 ml 1 buah

4. Pengaduk kaca 1 buah

5. Gelas kimia 1 buah

6. Erlenmeyer 250ml 3 buah

7. Pipet volume 25 ml 1 buah

8. Pipet volume 10 ml 1 buah

9. Buret 50 ml 1 buah

10. Pipet tetes

11. Gelas ukur 10 ml 1 buah

12. Corong gelas kecil 1 buah

E. CARA PERCOBAAN

1. Buat larutan NaOH 0,05 M 250 ml

2. Buat larutan asam asetat 0,5, 0,25, 0,125 masing-masing 100 ml

3. Tiffasi 10 ml larutan asam asetat (3 kali) dengan NaOH 0,05 N (VI) dengan

indikator PP.

4. Masukkan salah satu larutan asam asetat yang telah dibuat sebanyak 50 ml ke

dalam corong pemisah dan tambahkan 50 ml dietil eter. Kocok sampai terjadi

kesetimbangan.

5. Pisahkan kedua lapisan yang terjadi dengan corong pemisah.

6. Titrasi sebanyak 10 ml, larutan bagian atas dengan larutan NaOH 0,05 N sebanyak

3 kali (V2) dengan indikator PP.

7. Ulangi untuk konsentrasi asam asetat yang lain.

Anda mungkin juga menyukai