Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI

PRATIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


EKSTRAKSI BATCH

Oleh:
1. Alzena Araminta A. 1831410060
2. Gita Dewi M. 1831410129
3. Ilham Nugraha 1831410150
4. Inmel Istikhomah 1831410027
5. M.Hafidz M.A. 1831410142
6. Riza Aprelia P. 1831410020

KELAS : 2D

PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
1. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menghitung koefisien distribusi asam asetat (A) – toluene (B) – aquades (C)
b. Membuat kurva kesetimbangan asam asetat (A) – toluene (B) – aquades (C)

2. Dasar Teori

Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu


komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan pelarut yang
sesuai dengan komponen yang diinginkan. Cairan dipisahkan dan kemudian diuapkan
sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian suatu zat terlarut
antar dua pelarut yang tidak saling tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari
satu pelarut ke pelarut lain.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan
campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan
azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi
padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
sesempurna mungkin.
Ekstraksi cair-cair menjadi operasi pemisahan yang unggul ketika larutanlarutan
yang akan dipisahkan mempunyai kemiripan sifat-sifat fisikanya yaitu titik didih yang
perbedaannya relatif kecil. Keunggulan lain dari ekstraksi cair-cair ini adalah dapat
beroperasi pada kondisi ruang, dapat memisahkan sistem yang memiliki sensitivitas
terhadap temperatur, dan kebutuhan energinya relatif kecil.
Prinsip dasar ekstraksi cair-cair ini melibatkan pengontakan suatu larutan dengan
pelarut (solvent) lain yang tidak saling melarut (immisible) dengan pelarut asal yang
mempunyai densitas yang berbeda sehingga akan terbentuk dua fasa beberapa saat setelah
penambahan solvent. Hal ini menyebabkan terjadinya perpindahan massa dari pelarut asal
ke pelarut pengekstrak (solvent). Perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut baru yang
diberikan, disebabkan oleh adanya daya dorong (driving force) yang muncul akibat adanya
beda potensial kimia antara kedua pelarut. Sehingga proses ektraksi cair-cair merupakan
proses perpindahan massa yang berlangsung secara difusional (Laddha dan Degaleesan,
1978).
Proses ekstraksi cair-cair berlangsung pada suatu alat yang dirancang sedemikian
rupa sehingga mempunyai luas permukaan yang mencukupi untuk terjadinya kontak antar
fasa-fasa yang terlibat (fasa kontinyu yang berisi zat terlarut dan fasa dispersi) sehingga
distribusi komposisi dalam kedua fasa menjadi lebih sempurna dan berhasil dengan baik
(Ariono dkk, 2006). Dinamika tetesan yang terjadi disepanjang kolom isian (packing
column) akan mengalami perpecahan dan/atau penggabungan antar tetesan sebagai akibat
tetesan menabrak isian yang ada didalam kolom. Pada prosesnya, tetesan bergerak
mendekati isian, menabrak isian dan pecah menjadi tetesan dengan diameter yang lebih
kecil kemudian bergerak disela-sela unggun isian, ada yang terperangkap disela-sela isian,
terakumulasi sesaat selanjutnya meninggalkan unggun isian dengan diameter yang lebih
besar. Peristiwa terperangkapnya tetesan ini disebabkan oleh laju alir dari tetesan yang
tidak cukup kuat mendorong tetesan keluar dari unggun isian (Ariono dkk, 2006). Proses
terjadinya kontak ini menyebabkan luas permukaan kontak semakin besar dan waktu
kontaknya semakin lama sehingga proses perpindahan massanya menjadi lebih baik.
3. Alat dan Bahan

a. Alat
 Corong Pisah
 Buret
 Beaker Glass
 Gelas ukur
 Pipet
 Statif
 Corong
 Erlenmeyer
b. Bahan
 Toluene
 Asam asetat
 NaOH 0,1 N
 Aquades
 Indikator PP

4. Skema dan Prosedur Kerja


Menyiapkan seperangkat alat batch ekstraksi dan memastikan semua
peralatan berfungsi dengan baik.

Mengisi corong pisah bervolume 500 mL dengan toluene 50 mL

Menyiapkan asam asetat dengan total volume 9 mL

Untuk sampel pertama menggunakan 5 mL asam asetat, kemudian


tambah 10 mL aquades ke dalam corong pisah yang berisi toluene.

Kocok sebanyak +- 20 kali. Tunggu hingga terbentuk dua lapisan.


Lapisan bawah berupa campuran asam asetat – air disebut ekstrak (E)
dan dinotasikan dengan y. Lapisan atas asam asetat – toluene disebut
raffinat (R) dan dinotasikan dengan x.

Mengambil 10 mL masing – masing lapisan, beri tiga tetes indicator pp,


dan titrasi dengan NaOH 0,1 N untuk masing-masing lapisan.

Menghitung koefisien distribusi dengan rumus :


y
Kd=
x

Mengulangi prosedur yang sama untuk sampel kedua (3 mL asam


asetat) dan sampel ketiga (1 mL asam asetat)
5. Tabel Data Pengamatan

V NaOH 0,1 N di V NaOH 0,1 N di


V asam V V
Ekstraks ekstrak (mL) raffinat (mL)
asetat toluene aquades
i ke- [y] [x]
(mL) (mL) (mL)
1 2 1 2
1 5 50 50 15,2 15 0,4 0,2
2 3 50 50 9,8 10,1 0,2 0,2
3 1 50 50 3,4 3,5 0,2 0,2

Ekstraks y1 + y 2 x 1+ x2
y rata−rata = x rata−rata= y
2 2 Kd=
i ke- x
(mL) (mL)
1 15,1 0,3 50,333
2 9,95 0,2 49,75
3 3,45 0,2 17,25
6. Pembahasan

Pada ekstraksi cair-cair digunakan variabel asam asetat 5 mL, 3 mL dan 1 mL.
ekstraksi dimulai dengan pencampuran 50 mL TCE dan 5 mL asam asetat di corong
pisah dengan dikocok. campuran tersebut ditambahkan asam akuades 50 mL. kocok hingga
membentuk 2 layer, rafinat dan ekstrak. lapisan atas merupakan rafinat dan lapisan bawah
ekstrak. Keluarkan cairan ekstrak dan rafinat kemudian masing-masing ambil 10 mL untuk
dititrasi dengan NaOH. Lakukan titrasi 2 kali
Variabel ke-1 digunakan asam asetat 5 mL. titrasi NaOH pada rafinat didapat hasil
pertama 0,4 mL dan kedua sebesar 0,2 mL. Titrasi NaOH pada ekstrak didapat hasil pertama
dengan volume NaOH 15,2 mL dan titrasi kedua 15 mL. didapat koefisien distribusi (K)
berdasarkan hasil pembagian volume NaOH yang digunakan untuk titrasi pada ekstrak dan
rafinat dengan nilai (K) sebesar 50,333.
Variabel ke-2 digunakan asam asetat 3 mL. titrasi NaOH pada rafinat didapat hasil
pertama 0,2 mL dan kedua sebanyak 0,2 mL. titrasi NaOH pada ekstrak didapat hasil
pertama 9,8 mL dan kedua sebanyak 10,1 mL. didapat koefisien distribusi (K) berdasarkan
hasil pembagian volume NaOH yang digunakan untuk titrasi pada ekstrak dan rafinat dengan
nilai (K) sebesar 49,75.
Variabel ke-3 digunakan asam asetat 1 mL.titrasi NaOH pada rafinat didapat hasil
pertama 0,2 mL dan kedua sebanyak 0,2 mL.titrasi NaOH pada ekstrak didapat hasil pertama
3,4 mL dan kedua sebanyak 3,5 mL. didapat koefisien distribusi (K) berdasarkan hasil
pembagian volume NaOH yang digunakan untuk titrasi pada ekstrak dan rafinat dengan nilai
(K) sebesar 17,25.
Berdasarkan data, dari ketiga variabel, variabel ke-1 memiliki harga koefisien
terbesar dari 2 variabel lainnya. dikarenakan asam asetat yang terdapat di ekstrak memilik
volume yang lebih banyak dibanding pada variabel ke-2 dan3
Ekstraksi pada variabel ke-1 merupakan ekstraksi dengan hasil terbaik
7. Kesimpulan
1. Koefisien distribusi (K) diperlukan untuk menentukan ekstraksi mana yang lebih
bagus dari ketiga variabel
2. Semakin besar nilai koefisien distribusi (K), semakin bagus hasil ekstraksi
3. Volume asam asetat yang digunakan, mempengaruhi harga koefisien distribusi
(K)
4. Variabel ke-1 yaitu asam asetat 5 mL memiliki harga koefisien terbesar dari ketiga
variabel

8. Daftar Pustaka
1. Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia 2 Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Malang 2020
2. Geankoplis, C.J., 2003, Transport Processes and Separation Process Principles
(Includes Unit Operations), 4nd ed.,

Anda mungkin juga menyukai