Anda di halaman 1dari 3

Modul Praktikum Ekstraksi Cair-cair Tujuan Percobaan

1. Membuat kurva kesetimbangan menggunakan data percobaan ekstraksi batch 2. Menghitung koefisien distribusi

Dasar Teori
Ekstraksi adalah salah satu memisahkan larutan dua komponen dengan menambahkan komponen ketiga (solvent) yang larut dengan solute tetapi tidak larut dengan pelarut (diluent). Dengan penambahan solvent ini sebagian solute akan berpindah dari fasa diluent ke fasa solvent (disebut ekstrak) dan sebagian lagi tetap tinggal di dalam fasa diluent (disebut rafinat). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan dengan mengukur jarak sistem dari kondisi setimbang. Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan antara lain: 1. Komponen larutan sensitive terhadap pemanasan jika digunakan destilasi meskipun pada kondisi vakum 2. Titik didih komponen komponen dalam campuran berdekatan 3. Kemudahan menguap (volatility) komponen komponen hampir sama. Ekstraksi secara batch dilakukan dengan menambahkan pelarut pengekstrak segar ke dalam umpan cairan organik yang mengandung zat terlarut yang diinginkan pada suatu alat corong pemisah, kemudian dicampurkan dengan cara mengocok corong pemisah, yang selanjutnya campuran dibiarkan terpisah berdasarkan perbedaan densitasnya. Fase ekstrak ditransfer ke dalam corong pemisah lainnya, dan ditambahkan kembali dengan pelarut pengekstrak yang segar. Proses yang sama dilakukan hingga dicapai kadar zat terlarut yang diinginkan. Salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut pengekstrak adalah koefisien distribusi. Semakin besar koefisien distribusi, semakin sedikit jumlah solvent yang dibutuhkan. Pada percobaan ini, selain ditentukankurva kesetimbangan system 2 fasa, juga ditentukan koefisien distribusi untuk system Asam Asetat Air n-buthyl asetat, dan menunjukkan ketergantungannya terhadap konsentrasi. Pada campuran ketiga zat ini, dianggap bahwa fasa berada pada kesetimbangan. Pada konsentrasi rendah, Koefisien distribusi tergantung pada konsentrasi, sehingga: Y = K.X Y : Konsentrasi zat terlarut dalam fasa ekstrak X : Konsentrasi zat terlarut dalam fasa rafinat K : Koefisien distribusi

Percobaan
Alat yang digunakan antara lain: 1. Corong pemisah 250 ml 2. Pipet volume 3. Buret 4. Erlenmeyer 5. Gelas ukur 250 ml 6. Gelas piala 250 ml Bahan yang digunakan antara lain: 1. NaOH 0,1 M 2. Indikator PP 3. Asam Asetat (pure analysis) 4. N-butyl Asetat 5. Air demineral 6. Tissue

Prosedur Percobaan
(1) dibuat larutan 50 ml n-Butyl Asetat dan 50 ml air demineral di dalam corong pemisah (2) Tambahkan 5 ml asam asetat ke dalam larutan di atas ( gunakan pipet volum dan bola basket). (3) Tutup corong pemisah dan kocok selama 5 menit (4) Biarkan larutan terpisah menjadi dua larutan (5) Ambil 10 ml fasa ekstrak dan fasa rafinat dan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M dengan menggunakan indikator PP (6) Ulangi percobaan tersebut dengan konsentrasi asam asetat yang bervariasi ( 5 titik) (5 ml, 10 ml,15 ml, 20 ml dan 25 ml Asam asetat)

Data Asam asetat ditambahkan (ml) 5 10 15 20 25 Volume NaOH (mL) Rafinat ekstrak

Pengolahan data 1. Hitung konsentrasi asam asetat dalam fasa ekstrak, Y dan asam asetat dalam fasa rafinat, X. dengan konsep asam basa 2. Buat kurva kesetimbangan dengan menggunakan data tersebut (Y vs X) 3. Hitung koefisien distribusi

Pustaka (1) Waren L. Mc. Cabe,1985, Unit Opertion of Chemical Engineering, Mc. Graw-Hill Book Inc. (2) Robert E. Treybal, 1981, Massa Transfer Operation, Mc. Graw Hill Book Company.

Anda mungkin juga menyukai