Anda di halaman 1dari 30

LaboratoriumSatuanOperasi II

Semester V 2017/2018

LAPORAN PRAKTIKUM
EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Pembimbing : Andi Muh. Iqbal Akbar Asfar, S.T.,M.T


Kelas/Kelompok : 3B/ IV ( Empat )
Tanggalpraktikum : 26 Oktober 2017

NamaAnggotaKelompok
A. Nur Fadilah Nurdin ( 331 15 0 )
Andi Fadhilah ( 331 15 0 )
Ummu Khultsum ( 331 15 0 )
Hafish Rahmat ( 331 15 048 )
Irmayanti ( 331 15 049 )
Much. Reski Saputra ( 331 14 020 )

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2017
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan Koesisien Distribusi (K)
2. Menjelaskan Pengaruh Penambahan Asam Asetat terhadap Nilai K
3. Menjelaskan Pengaruh Penambahan Asam Asetat terhadap Konsentrasi Asam Asetat
dalam Ekstrak dan Rafinat
4. Menjelaskan Pengaruh Penambahan Asam Asetat terhadap Massa Jenis Campuran
II. Alat dan Bahan
2.1 Alat
1. Corong pisah 3 buah
2. Buret 50 ml 1 buah
3. Klem dan Statif 3 buah
4. Piper ukur 10 + 25 ml 1 + 1 buah
5. Erlenmeyer 250 ml + 500 ml 3 + 1 buah
6. Gelas Kimia 250 ml 3 buah
7. Bola Isap 1 buah
8. Gelas Ukur 25 ml 1 buah
2.2 Bahan
1. TCE
2. Asam Asetat Glasial
3. Aquadest
4. Phenoptalin
5. NaOH 0,1 N

III. DASAR TEORI

1. Pengertian
Salah satu cara untuk memisahkan larutan dua komponen adalah dengan ekstraksi,
yaitu dengan menambahkan komponen ke tiga (solvent) yang larut dengan solut tetapi
tidak larut dengan pelarut (diluent). Dengan penambahan solvent ini sebagian solut ini akan
berpindah dari fasa diluent ke fasa solvent (disebut ekstrak) dan sebagian lagi tetap tinggal
di dalam fasa diluent (disebut rafinat) sesuai dengan hukum distribusi.
Adanya solut akan menaikkan kelarutan diluent di dalam solvent di dalam diluent.
Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat
ditentukan dengan mengukur jarak sistem dari kondisi setimbangnya.

Perbedaan konsentrasi solut di dalam suatu fasa dengan konsentrasi pada keadaan
setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solut dari larutan yang
ada. Jelasnya, proses ekstraksi dapat terjadi pada salah satu arah dan istilah diluent ataupun
solvent dapat diatur sesuai dengan operasi yang berlangsung.

Contoh operasi ekstraksi yang biasa dilakukan adalah ekstraksi asam asetat (didalam
fasa cair). Bila suatu larutan asam asetat (dalam air) dicampur dengan suatu larutan yang
tidak larut ( atau sedikit larut) dengan air, maka komponen ketiga tersebut akan melarutkan
sejumlah asam (besarnya tergantung pada kandungan asam asetat dalam fasa air pada
kondisi setimbang). Maka bila pengadukan sudah cukup sehingga tercapai kondisi
setimbang, proporsi asam asetat di dalam fasa air akan berkurang (berpindah ke fasa
solvent).

Koefisien distribusi adalah ratio antara keasaman solvent terhadap keasaman air pada
keadaan setimbang. Harga ini adalah tidak konstan, tetapi bervariasi dengan keasaman fasa
air (contoh koefisien distribusi asam asetat di dalam air dan isopropil eter berubah dari 0,19
ke 0,25 bila konsentrasi asam di dalam air berubah dari 0,3 ke 2,8 mol/l (Smith, Elgin,
J.Phys,39,1935,p.1149) untuk beberapa sistem sudah ada data distribusinya, tetapi sebagian
lagi harus ditentukan dari percobaan.

Operasi Ekstraksi biasanya terdiri atas :

1.Ekstraksi cair-cair
2. Pemurnian solvent
3. Pemurnian rafinat dari solvent

Sifat-sifat solvent yang diinginkan.

Sebelum melakukan operasi ekstraksi, sifat-sifat solvent berikut harus diperhatikan.

1. Selektifitas (pemisahan relatif, ).


perbandingan dua komponen dalam fase ekstrak

perbandingan dua komponen dalam fase umpan masuk

Tenaga pemisahan dari sistim cair-cair ditentukan oleh besarnya simpangan (deviasi)
dari satu (analog dengan keasirian pada destilasi). Bila  = 1, berarti dua komponen tidak
dapat dipisahkan.

2. Recorvebility (sifat mampu dimurnikan).

Setelah operasi ekstraksi, solvent harus diambil lagi baik dari fasa ekstrak maupun
rafinat. Karena pemurnian ini sering dilakukan dengan destilasi, maka keasirian relatif
antara solvent dengan non solvent harus lebih besar atau lebih kecil dari satu. Untuk
solvent yang lebih mudah menguap, dipilih kalor penguapannya rendah.

3. Koefisien distribusi.

Untuk solut sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar sehingga dapat
digunakan ratio solvent yang kecil pada umpan.

4. Kelarutan solvent.

Kelarutan solvent yang rendah di dalam fasa rafinat akan memberikan keasirian relatif
yang tinggi di dalam rafinat, sehingga bila rafinat tidak dimurnikan lagi kehilangan solvent
akan cukup rendah. Kelarutan yang rendah pada umpan masuk biasanya akan memberikan
harga pemisahan relatif yang tinggi sehingga menekan biaya pemurnian solut.

5. Rapat massa.

Beda rapat massa antara fasa solvent dan fasa diluent di dalam keadaan setimbang
mempengaruhi laju alir countercurrent dan laju pendispersian. Untuk ini dipilih beda rapat
massa yang cukup besar.

6. Tegangan alir muka (interfacial tension).


Tegangan antar muka yang besar akan menyebabkan pendispersian yang cepat dan
biasanya membutuhkan pengadukan mekanis untuk memperoleh butiran kecil. Tegangan
permukaan yang rendah memungkinkan butiran pecah pada intensitas pengadukan yang
rendah tetapi pendispersian berjalan lambat.

7. Sifat racun.

Sebaiknya digunakan solvent yang tidak beracun (uapnya dan juga cairan yang
berkontak dengan kulit) untuk menghindari gangguan pada waktu perbaikan atau
kerusakan alat. Biasanya sifat racun pada solvent rendah bila kelarutan air tinggi.

Di dalam paket percobaan ekstraksi cair-cair ini dilakukan beberapa sub paket
percobaan, mulai dari penentuan koefisien distribusi, hidrolika dan perhitungan neraca
massa di dalam kolom, sampai pemurnian hasil (distilasi).

Bila pemisahan dengan distilasi tidak efektif atau sangat sulit, maka ekstraksi zat cair
merupakan alternatif utama yang perlu diperhatikan. Campuran dari zat yang titik didihnya
berdekatan atau zat yang tidak dapat menahankan suhu distilasi biarpun dalam vakum
sekalipun, biasanya dipisahkan dari ketakmurniannya dengan cara ekstraksi, yang
menggunakan perbedaan kimia sebagai pengganti perbedaan tekanan uap. Contohnya,
penisilin dikumpulkan dari cairan fermentasi dengan cara ekstraksi dengan menggunakan
pelarut seperti butil asetat sesudah pH-nya diturunkan untuk mendapatkan koefisien partisi
yang lebih memuaskan. Pelarut itu lalu diberi larutan fosfatberdapar (buffer) untuk
mengekstraksi penisilin dari pelarut dan memberikan larutan air yang lebih murni. Penisilin
lalu dipulihkan dari larutan ini dengan cara mengeringkan. Ekstraksi juga dilakukan untuk
memulihkan asam asetat dari larutan air encer; distilasi juga mungkin dalam hal ini, tetapi
dengan ekstraksi, banyaknya air yang harus didistilasi akan jauh berkurang.

Suatu pemanfaatan utama dari ekstraksi ialah dalam memisahkan hasil-hasil minyak
bumi yang mempunyai struktur kimia yang berlainan tetapi jangkau didihnya hampir sama.
Fraksi minyak pelumas (titik didih>300°C) diolah dengan pelarut polar bertitik didih
rendah seperti fenol, furfural, atau metil pirolidona untuk mengekstraksi senyawa-senyawa
aromatik dan menyisahkan minyak yang mengandung terutama parafin dan naftena.
Senyawa aromatik itu mempunyai karakteristik viskositas-suhu yang kuran baik, tetapi
tidak dapat dipisahkan dengan distilasi karena jangkau didihnya bertumpang tindih. Dalam
proses lain yang serupa, aromatik diekstraksi dari reformat katalitik dengan menggunakan
pelarut polar yang titik didihnya tinggi, dan ekstraknya kemudian didistilasi untuk
mendapatkan benzena, toluena, dan ksilena murni untuk dijadikan bahan kimia antara.
Pelarut yang sangat baik untuk ini ialah senyawa siklik C4H8SO2 (sulfolane), yang
mempunyai selektivitas tinggi terhadap aromatik dan volatilitasnya rendah (titik didih 290
o
C).

Bila baik distilasi maupun ekstraksi dapat dipakai, pilihan biasanya jatuh pada
distilasi, walaupun ini memerlukan pemanasan dan pendinginan. Dalam ekstraksi, pelarut
harus dipulihkan untuk digunakan kembali (biasanya dengan distilasi), dan gabungan kedua
operasi ini lebih rumit dan biasanya lebih mahal daripada distilasi biasa tanpa ekstraksi.
Akan tetapi, ekstraksi mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam memilih kondisi operasi
karena jenis dan jumlah pelarutnya dapat diubah-ubah, demikian pula suhu operasi. Dalam
hal ini, ekstraksi lebih menyerupai absorpsi gas daripada distilasi biasa.

Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan lebih dari dua komponen; dan dalam
beberapa penerapan tertentu, digunakan campuran pelarut, bukan satu pelaryt saja.

-Peralatan Ekstraksi

Dalam ekstraksi zat cair dan zat cair, seperti halnya dalam absorpsi gas dan distilasi,
kita harus membuat kontak yang baik antara dua fase untuk memungkinkan terjadinya
perpindahan massa, dan setelah itu baru dipisahkan. Dalam absorpsi dan distilasi
pencampuran dan pemisahan itu mudah dan cepat saja. Sebaliknya pada ekstraksi, kedua
fase itu mempunyai densitas yang hampir sama, sehingga energi yang tersedia untuk
pencampuran dan pemisahan - jika kita menggunakan gravitasi – kecil saja, dan jauh lebih
kecil bila satu fase adalah zat cair dan satu lagi gas. Kedua fase itu biasanya sukar untuk
dicampurkan dan lebih susah lagi dpisahkan. Viskositas kedua fase itu pun relatif tinggi
pula dan kecepatan linier di dalam kebanyakan peralatan ekstraksi rendah. Dalam beberapa
jenis ekstraktor, oleh karena itu, energi pencampuran dan pemisahan dimasukkan secara
mekanik.
Peralatan ekstraksi dapat dioperasikan dengan sistem tumpak atau kontinu. Sejumlah
umpan cair dapat dicampurkan dengan sejumlah pelarut di dalam bejana aduk, lapisan-
lapisannya kemudian diendapkan dan dipisahkan. Ekstraknya adalah lapisan pelarut berisi
zat terlarut hasil ekstraksi, dan rafinatnya adalah lapisan yang telah diambil zat terlarutnya.
Ekstrak itu mungkin lebih ringan atau lebih berat dari rafinat, sehingga ekstrak itu mungkin
terlihat keluar dari bagian atas alat dan bisa pula keluar dari bagian bawah. Operasi ini
tentu bisa diulangi lagi bilamana diperlukan lebih dari satu kontak; tetapi, bila kuantitas itu
besar dan kontak yang diperlukan banyak, aliran kontinu mungkin akan lebih ekonomis.
Kebanyakan peralatan ekstraksi bersifat kontinu, ada yang menggunakan kontak tahap
berulang ada pula yang kontak diferensial. Contoh jenis peralatan itu adalah pencampur-
pengendap (mixer-settler), sebagai jenis menara vertikal yang beroperasi dengan aliran
gravitasi, ekstraktor menara aduk, dan ekstraktor sentrifugal.

Pencampur-pengendap. Untuk ekstraksi sistem tumpak, pencampuran dan pengendap itu


mungkin satu unit saja. Yang paling umum ialah tangki dengan agitator (pengaduk) turbin
atau propeler. Pada akhir siklus pencampuran, agitator dimatikan, dan lapisan-lapisan zat
cair dibiarkan memisah dengan gravitasi. Ekstrak dan rafinat lalu dikeluarkan ke dalam dua
penampung terpisah melalui saluran pembuang dari dasar tangki; saluran itu diperlengkapi
dengan gelas pengamatan. Waktu pencampuran dan pengendapan yang diperlkan untuk
suatu ekstraksi tertentu hanya dapat ditentukan dengan percobaan, biasanya di sekitar 5
menit untuk pencampuran, dan10 menit untuk pengendapan, tetapi wktu yang lebih pendek
atau yang lebih panjang pun sering ditemukan.

Untuk aliran kontinu, pencampur dan pengendap harus merupakan alat-alat yang
terpisah. Pencampur mungkin berupa tangki-aduk kecil yang mempunyai saluran pemasuk
dan pembuang, dengan sekat-sekat untuk mencegah aliran pintas; atau mungkin pula
berupa pompa sentrifugal atau pencampur alih lainnya. Pengendap biasanya ialah suatu
pengendap-tuang (decanter) kontinu sederhana yang bekerja atas dasar gravitasi. Dengan
zat cair yang mudah membentuk emulsi da nyang mempunyai densitas hampir sama satu
sama lain, kadang-kadang buangan dari pencampur itu harus dilewatkan melalui lembaran
atau bantalan serat gelas penyaring untuk mengkoaselensikan tetesan-tetesan fase
terdispersi sebelum pengendapan gravitasi dapat dilakukan. Untuk operasi yang lebih sulit
lagi, digunakan pemisah sentrifugal jenis tabung atau jenis piring.

Jika, sebagaimana biasanya, diperlukan beberapa tahap kontak, rentet pencampur-


pengendap itu dioperasikan dengan aliran lawan-arah, seperti pada gambar 19-5. rafinat
dari masing-masing pengendap diumpankan pada pencampur berikutnya, dimana umpan
itu bertemu dengan ekstrak antara atau pelarut segar.

Menara ekstraksi semprot dan menara ekstraksi isian curah. Dalam menara ekstraksi
berlangsung kontak diferensial, bukan kontak tahap; pencampuran dan pengendapan
berlangsung secara serentak dan sinambung. Dalam menara semprot atau menara sembur
(spray tower) yang terlihat pada gambar 19-6, zat cair yang lebih ringan dimasukkan
dibawah dan disebarkan dalam bentuk tetesan-tetesan kecil dengan bantuan nosel A.
Tetesan-tetesan zat cair ringan itu naik melalui massa zat cair berat yang mengalir ke
bawah sebagai suatu arus kontinu. Tetesan-tetesan itu lalu mengumpul di atas dan menjadi
arus zat cair ringan yang keluar dari puncak menara. Zat cair berat keluar dari dasar
menara. Pada gambar 19-6 fase ringan terdispersi sedang fase berat kontinu. Keadaan ini
bisa terbalik, di mana fase berat disemprotkan ke dalam fase ringan di puncak kolom, dan
jatuh sebagai fase terdispersi di dalam fase ringan yang kontinu. Pilihan mengenai fase
mana yang didispersikan bergantung pada laju aliran, viskositas, dan karakteristik
pembasahan kedua fase, dan biasanya didasarkan ayas pengalaman. Fase yang mempunyai
laju aliran tinggi dapat didispersikan untuk memberikan luas antarmuka yang lebih luas,
tetapi jika terdapat perbedaan viskositas yang cukup besar, fase yang lebih viskos
didispersikan untuk mendapatkan laju pengendapan yang lebih tinggi. Ada yang
mengatakan bahwa fase kontinu harus membasahi isian, tetapi hal ini bukan syarat untuk
memberikan unjuk kerja yang baik. Fase yang manapun yang terdispersi, gerakan tetesan
melalui kolom itu akan selalu membawa zat cair di dalam fase terdispersi ke dalam kontk
baru dengan fase yang satu lagi sehingga menghasilkan sesuatu yang ekivalen dengan
sederetan pencampur-pengendap.

Antara kedua fase itu terdapatperpindahan massa secara kontinu, dan komposisi
masing-masing fase berubah pada waktu mengalir di dalam menara itu. Keseimbangan
tentu tidak tercapai pada setiap ketinggian, bahkan, penyimpangan dari keseimbangan
inilah yang menjadi gaya dorong bagi perpindahan massa. Laju perpindahan massa rlatif
kecil dibandingkan dengan distilasi atau absorpsi, sehingga kolom yang tinggi sekalipun
hanyalah ekivalen dengan beberapa tahap sempurna.

Dalam keadaan sebenarnya di dalam menara semprot, kontak antara tetesan-tetesan


dengan fase kontinu sering tampak sangat efektif pada daerah di mana tetesan itu dibentuk.
Hal ini mungkin disebabkan oleh laju perpindahan massa yang lebih tiggi pada tetesan
yang baru terbentuk, atau karena pencampuran balik dari fase kontinu. Namun,
penambahan tinggi menara tidaklah akan menambah jumlah tahap secara proporsional;
jauh lebih efektif bila kita mendispersikan tetesan itu pada beberapa interval di sepanjang
menara itu. Hal ini dilakukan dengan mengisi menara dengan isian (packing), seperti cincin
atau pelana isian. Isian itu menyebabkan tetesan-tetesan mengandung dan membentuk
tetesan baru, dapat menyebabkan bertambahnya jumlah tahap di dalam kolom yang
tingginya tertentu. Kelemahannya terutama ialah bahwa zat padat cenderung mengumpul
pada isian dan menyebabkan terjadinya pengkanalan (channelling).

Kecepatan pembanjir pada menara isian. Jika laju aliran fase terdispersi atau fase kontinu
dibuat konstan, salah satu, dan fase yang satu lagi ditingkatkan berangsur-angsur, maka
pada satu saat akan tercapai suatu kondisi di mana fase yang terdispersi menggabung
(koalesensi) dan jumlahnya yang terperangkap di dalam kolom bertambah, dan akhirnya
kedua fase keluar bersama-sama melalui saluran fase kontinu. Efek ini, sebagaimana
peristiwa yang serupa pada klom absorpsi, disebut banjir (flooding). Makin besar laju aliran
satu fase pada keadaan banjir, makin kecil laju yang satu lagi. Operasi kolom tentulah
harus dilakukan pada laju di titik banjir ini.

Kecepatan banjir di dalam kolom isian dapat ditaksir dari gambar 19-7. Dalam grafik
itu absis adalah gugus.

  .
2
Vs ,c  Vs ,d c

ac .c

Ordinatnya adalah gugus


0,2
c     av 
1,5

 
  c    

Di mana Vs,c, Vs,d = kecepatan semu(superficial) fase kontinu dan fase terdispersi,
ft/jam

µc = viskositas fase kontinu, lb/ft.jam

 = tegangan antarmuka, dyn/cm

ρc = densitas fase kontinu, lb/ft3

ρ = beda densitas antara kedua fase, lb/ft3

av = luas permukaan spesifik isian, ft2/ft3

ε = fraksi kosong atau porositas bagian yang mempunyai isian.

Gugus-gugus dalam gambar 19-7 bukanlah tanpa dimensi, sehingga kita harus
menggunakan satuan-satuan di atas sebagaimana mestinya.

Menara piring perforasi. Pendispersian ulang tetesan-tetesan zat cair dapat pula dilakukan
dengan piring-piring berperforasi (lubang-lubang) transversal yang serupa dengan yang
dipakai dalam menara distilasi piring-tapis. Perforasi pada menara ekstraksi biasanya
mempunyai diameter 1½ sampai 4½ mm. Jarak antara piring adalah 6 sampai 24 in. (150
sampai 600 mm). Biasanya zat cair ringan merupakan fase yang terdispersi, dan saluran
limpah membawa fase berat yang kontinu dari piring yang satu ke piring yang berikutnya.
Sebagaimana yang terlihat pada gambar 19-8a, zat cair ringan mengumpul dalam suatu
lapisan tipis di bawah setiap piring dan mengalir sebagai jet dalam lapisan zat cair berat
yang tebal yang terdapat di atas piring itu. Modifikasi rancang itu terlihat pada gambar 19-
8b, di mana perforasinya hanay ada pada satu sisi piring saja, yang ditempatkan berganti-
ganti di sebelah kiri piring yang satu dan di sebelah kanan piring berikutnya. Hampir
keseluruhan ekstraksi berlangsung pada zone pencampuran yang terletak di atas perforasi.
Zat cair ringan (minyak) lalu naik dan mengumpul dalam ruang di bawah piring
berikutnya, kemudian mengalir menyeberang melewati tanggul ke perangkat perforasi
berikutnya. Zat cair berat (pelarut) fase kontinu mengalir secara horizontal dari zone
pencampuran ke zone pengendapan di mana tetesan-tetesan halus zat cair ringan mendapat
kesempatan untuk memisah dan naik ke piring berikutnya. Rancang ini biasanya berhasil
mengurangi jumlah minyak yang terbawa ke bawah bersama pelarut, dan meningkatkan
efektifitas ekstraktor.

Menara sekat. Menara ekstraksi jenis ini mempunyai seperangkat piring sekat horizontal.
Zat cair berat mengalir di atas sekat lalu turun ke sekat berikutnya; zat cair ringan mengalir
di bawah sekat dan menyemprot ke atas dari tepi sekat melalui fase berat. Susunan yang
paling lazim ialah ekat piring –dan –donat, serta sekat segmen atau samping –ke –samping.
Pada kedua jenis itu, jarak antara sekat ialah 4-6 in. (100 sampai 150 mm). Menara sekat
tidak mempunyai lubang-lubang kecil yang mungkin tersumbat atau membesar karena
korosi. Menara ini cocok untuk menangani larutan-larutan kotor yang mengandung zat
padat tersuspensi. Salah satu modifikasi menara piring –dan –donat bahkan mempunyai
pengikis untuk membuang zat padat yang mengendap di atas sekat-sekat itu. Oleh karena
aliran zat cair di sini lancar dan teratur, tanpa ada perubahan kecepatan atau arah, menara
sekat sangat bermanfaat untuk menangani zat cair yang mudah membentuk emulsi. Tetapi,
sebaliknya juga, menara ini bukan merupakan pencampur yang efektif; setiap sekat
hanyalah ekivalen dengan 0,05 sampai 0,1 tahap ideal.

Ekstraktor menara-aduk. Pada pencampur-pengendap, energi mekanik diberikan dari luar


untuk mencampurkan dua fase zat cair, tetapi menara ekstraksi yang kita uraikan di atas
tidak ada yang demikian. Semuanya hanya bergantung pada aliran gravitasi, baik untuk
pencampuran maupun untuk pemisahan. Tetapi, pada beberapa ekstraktor-menara tertentu,
enrgi mekaik itu di berikan melalui turbin atau agitator di dalam menara itu, yang dipasang
pada suatu poros putar yang dipasang pada sumbu menara. Pada kontaktor piring-putar
(rotating disk contactor) yang terlihat pada gambar 19-9a, zat cair itu didispersikan oleh
piring-piring datar yang melemparkannya keluar ke arah dinding menara, karena adanya
cincin-cincin stator (diam) terdapat zone-zone tenang yang memungkinkan kedua fase itu
memisah. Dalam rancang yang lain, perangkat impelernya dipisah-pisah oleh bagian
penenang sehingga seakan-akan merupakan seperangkat pencampur-pengendap yang
tersusun vertikal. Pada ekstraktor York-Scheibel pada gambar 19-9b, daerah di sekeliling
agitator diisi dengan kawat ayak yang membantu berlangsungnya koalesensi dan
pemisahan fase. Sebagian besar ekstraksi berlangsung pada bagian pencampuran, tetapi ada
juga yang terjadi pada bagian penenangan, sehingga efisiensi setiap unit pencampur-
pengendap kadang-kadang lebih dari 100 %. Biasanya tinggi pencampur-pengendap itu
adalah 1 sampai 2 ft, yang berarti bahwa pada kolom yang relatif pendek kita bisa
mendapat beberapa kontak teoretis. Masalah pemeluharaan bagian-bagian dalam yang
berputar, di lain pihak, merupakan kelemahannya yang serius, lebih-lebih bila zat cairnya
korosif.

Kolom denyut. Pengadukan dapat pula dilakukan dari luar, seperti pada kolom denyut
(pulse column). Seluruh isi kolom itu “didenyutkan”-balik(reciprocatingpump) oleh pada
interval yang rapat, sehingga terdapat gerakan bolak-balik cepat dengan amplitudo yang
relatif kecil, yang berimpitan dengan aliran biasa fase cair. Menara itu mungkin
diperlengkapi dengan isian biasa atau piring-piring tapis khusus. Dalam menara isian,
denyutan itu mendispersikan zat cair dan mencegah pengkanalan, sehingga kontak antara
fase jauh bertambah baik. Dalam menara-denyut piring-tapis, lubang-lubang piring
biasanya lebih kecil daripada menara tanpa denyut; diameter lubang berkisar antara 1,5
sampai 3 mm, dengan luas terbuka total pada setiap piring 6-23 persen dari luas penampang
menara. Menara ini, hampir semuanya digunakan untuk mengolah zat cair radioaktif yang
sangat korosif. Menara ini tidak mempunyai saluran limpah. Secara ideal, denyutan itu
menyebabkan zat cair ringan terdipersi ke dalam fase berat pada langkah denyut naik dan
fase berat memancar ke fase ringan pada langkah turun. Pada kondisi ini efsiensi tahap bisa
mencapai 70 persen. Tetapi, hal ini hanya mungkin apabila volume kedua fase itu hampir
sama, dan bila tidak terdapat perubahan volume selama ekstraksi. Dalam keadaan biasa
pendispersian berurutan ini tidak seefektif itu, dan terdapat pula pencampuran-balik dari
satu fase ke satu arah tertentu. Akibatnya efisiensi piring turun hingga 30 persen. Namun
demikian, pada kolom denyut isian maupun kolom denyut piring-tapis, tinggi yang
diperlukan untuk sejumlah kontak teoretis tertentu biasanya tidak sampai sepertiga dari
yang diperlukan pada kolom tanpa denyut.

Ekstraktor sentrifugal. Dispersi dan separasi fase dapat sangat dipercepat dengan gaya
sentrifugal, sehingga beberapa ekstraktor komersial ada yang memanfaatkan gaya itu. Pada
ekstraktor Podbielniak, pita spiral berperforasi yang ditempatkan di dalam rumahan logam
berat dililitkan pada suatu poros bolong horizontal. Kedua zat cair masuk melalui poros ini
dan keluar dari situ. Zat cair ringan dipompakan di luar spiral pada tekanan 3 sampai 12
atm untuk melawan gaya sentrifugal. Zat cair berat dipompakan ke pusat. Kedua zat cair itu
mengalir berlawanan arah melalui jalur yang terbentuk oleh pita dan dinding rumahan. Zat
cair berat bergerak ke arah luar di sepanjang permukaan luar spiral; zat cair ringan di
dorongnya ke dalam dan mengalir di sepanjang permukaan dalam. Perpindahan massa
berlangsung dengan cepat karena adanya geser yang kuat pada antarmuka kedua zat. Di
samping itu, sebagian zat cair menyemprot melalui perforasi pada pita sehingga menambah
keturbulenan aliran. Jumlah kontak teoretis yang didapatkan dengan mesin ini busa
mencapai 20, walaupun yang lazim hanyalah 3 sampai 10 kontak saja. Ekstraktor
sentrifugal merupakan alat yang mahal, sehingga penggunaannya relatif terbatas. Tetapi
keunggulannya adalah dalam mengadakan kontak teoretis yang banyak dalam ruang
terbatas dan dengan waktu perangkap (hold-up time) yang sangat pendek –yaitu kira-kira 4
det. Jadi, alat ini sangat bermanfaat untuk ekstraksi bahan-bahan peka.

2. Ektraksi Cair – Cair

Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan dari cairan
pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalah
heterogen ( immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase
diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu
fasadengan konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya
pelarutan (pelepasan) solute dari larutanyang ada. Gaya dorong (driving force) yang
menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapatditentukan dengan mengukur jarak system
dari kondisi setimbang.

Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solute

Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.

Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair dicampur berulangkali
dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya dengan saluran keluar di
bagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan dengan cara
penjernihan (pengaruh gaya berat). Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses
pencampuran dan pernisahan adalah tangki yang bagian bawalmya runcing (yang
dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca Intip yang tersebar
pada seluruh ketinggiannya). Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan
misalnya untuk mengolah bahan dalam jurnlah kecil,atau bila hanya sekali-sekali dilakukan
ekstraksi. Untuk Pemisahan yang dapat dipercaya antara fasa berat dan fasa ringan, sedikit-
sedikitnya diperlukan sebuah kaca intip pada saluran keluar di bagian bawah tangki
ekstraksi. Selain itu penurunan lapisan antar fasa seringkali dikontrol secara elektronik
(dengan perantara alat ukur konduktivitas),secara optik (dengan bantuan detektor cahaya
289 hatas) atau secara mckanik (dengan pelampung atau benda apung). Peralatan ini mudah
digabungkan dengan komponen pemblokir dan perlengkapan alarm, yang akan
menghentikan aliran keluar dan/atau memberikan alarm, segera setelah lapisan tersebut
melampaui kedudukan tertentu.Agar fasa ringan (yang kebanyakan terdiri atas pelarut
organik) tidak masuk ke dalam saluran pembuangan air,pencegahan yang lebih baik dapat
dilakukan dengan memasang bak penampung (bak penyangga) dibelakang ekstraktor. Pada
ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan
bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk
memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan
garam-garam. logam. Proses ini pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan
ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan
campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan
aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti halnya
pada proses ekstraksi padat-cair, ekstraksi caircair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap,
yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua
fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu
ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut
kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak.
saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang
baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang
kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan
distribusikan menjaditetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk). Tentu
saja pendistribusian initidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya
emulsi yang tidak dapat lagiatau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur
tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada
bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin
segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi
menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan
perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan
pembentukan fasa homogen yang diikuti dengan menentukan output sebuah ekstraktor cair-
cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam hal ini semakin besar jika permukaan
lapisan antar fasa di dalam alat semakin luas. Sama haInya seperti pada ekstraksi padat-
cair,alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu yang akan dibahas berikut ini seringkali
merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap. Instalasi tersebut biasanya terdiri atas
ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone pencampuran dan pemisahan) dan sebuah
peralatan yangdihubungkan di belakangnya (misalnya alat penguap, kolom rektifikasi)
untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan larutan ekstrak dan mengambil kembali
pelarut. Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan antara lain :

1. Komponen larutan sensitif terhadap pemanasan jika digunakan distilasi meskipun

padakondisi vakum

2. Titik didih komponen-komponen dalam campuran berdekatan

3. Kemudahan menguap (volatility) komponen-komponen hampir sama.

Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang digunakan harus
memenuhi kriteria sebagai berikut (Martunus & Helwani, 2004;2005):

1. kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran.

2. kemampuan tinggi untuk diambil kembali.

3. perbedaan berat jenis antara ekstrk dan rafinat lebih besar.

4. pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur.

5. tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.

6. tidak merusak alat secara korosi.

7. tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah.


Berdasarkan sifat diluen dan solven, sistem ekstraksi dibagi menjadi 2 sistem :

a. immiscible extraction, solven (S) dan diluen (D) tidak saling larut.

b. partially miscible, solven (S) sedikit larut dalam diluen (D) dan sebaliknya ,

meskipun demikian, campuran ini heterogen, jika dipisahkan akan terdapat fase diluen dan
fase solven.

Suatu unit ekstraksi, selalu diikuti unit pemungutan solven agar dapat digunakan kembali

( solvent recovery unit), seperti gambar di bawah ini:


Ditinjau dari cara kontak kedua fase, maka ekstraktor dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Kontak kontinyu ( continuous contactor) seperti Rotary Disc Contactor, Packed bed

extractor, spray tower.

2. Kontak bertingkat ( stage wise contactor) seperti menara plat/tray, mixer-settler.


Menara kontak kontinyu sering disebut menara transfer massa, sedangkan menara plat
sering disebut menara stage keseimbangan. Oleh karena itu, pada menara kontak
kontinyuharus diperhatikan kecepatan perpindahan massa solut dari fase pembawa ke fase
pelarut.

Tujuan perancangan alat ekstraksi dengan kontak bertingkat adalah menentukan jumlah
stage seimbang/ideal/teoritis yang dibutuhkan.Jumlah stage sesungguhnya merupakan rasio
stage ideal dengan efisiensi alatnya. Di dalam menganalisis alat ekstraksi, seseorang harus
mengetahui dan menentukan :

1. kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus fluida umpan,

komposisi.

2. banyak solut yang harus dipisahkan,

3. jenis solven yang akan digunakan,

4. suhu dan tekanan alat,

5. kecepatan arus solven minimum dan kecepatan arus solven operasi,

6. Diameter menara,

7. Jenis alat kontak,


8. Jumlah stage ideal, aktual, dan tinggi menara,

9. Pengaruh panas.

Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang digunakan adalah:

(1) Selektifitas (factor pemisahan = β)

Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga β harus lebih besar dari satu. Jika nilai β =1
artinya kedua komponen tidak dapat dipisahkan.

(2) Koefisien distribusi

Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah solvent

yangdibutuhkan lebih sedikit.

(3) Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)

Pemisahan solute dari solvent biasanya dilakukan dengan cara distilasi, sehingga
diharapkan harga “relative volatility” dari campuran tersebut cukup tinggi.

(4) Densitas

Perbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup besar agar mudah

terpisah. Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi dan
mempengaruhi laju perpindahan massa.

(5) Tegangan antar muka (interfasia tension)

Tegangan antar muka besar menyebabkan penggabungan (coalescence) lebih

mudahnamun mempersulit proses pendispersian. Kemudahan penggabungan lebih

dipentingkansehingga dipilih pelarut yang memiliki tegangan antar muka yang

besar.

(6) Chemical reactivity

Pelarut merupakan senyawa yang stabil dan inert terhadap komponen-komponen

dalamsystem dan material (bahan konstruksi).

(7) Viskositas

tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan penanganan dan

penyimpanan.

(8) Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar.

Koefisien distribusi

Pada percobaan ini menentukan koefisien distribusi untuk system tri kloro
etilenasamasetat-air, dan menunjukkan ketergantungannya terhadap konsentrasi. Pada
campuran ketiga zat ini dianggap bahwa fasa berada pada kesetimbangan. Pada konsentrasi
rendah, koefisien distribusi tergantung pada konsentrasi, sehingga Y = K x X

Y = konsentrasi solute dalam fasa ekstrak

X = konsentrasi solute dalam fasa rafinat

K = koefisien distribusi

Neraca massa dan koefisian perpindahan massa


Pada percobaan ini mendemonstrasikan bagaimana kelakuan neraca massa padakolom
ekstraksi dan mengukur koefisien perpindahan massa dan variasinya terhadap laju alir
dengan fasa air sebagai media kontinu. Symbol dan rumus-rumus yang digunakan dalam
perhitungan ditunjukkan sebagai berikut. Untuk system tri kloro etilen-air-asam asetat,

Vw = Laju alir air (L/s)

Vo = Laju alir TCE (L/s)

X = konsentrasi asam asetat dalam fasa organic (kg/L)

Y = konsentrasi asam asetat dalam fasa air (kg/L)

Indeks 1: pada puncak kolom

Indeks 2: pada dasar kolom

1.Neraca Massa

Asam asetat yang terekstraksi dari fasa organic (rafinat) = Vo(X1-X2)

Asam asetat yang terekstraksi dari fasa air (ekstrak) = Vw(Y1-0)

Maka: Vo(X1-X2) = Vw(Y1-0)

2.Efisiensi Ekstraksi

Koef mass transfer = laju perpindahan massa/(volume packing X gaya dorong rata-rata)

Log rata-rata gaya dorong = (ΔX1 – ΔX2)/ ln (ΔX1/ΔX2)

ΔX1: gaya dorong pada puncak kolom = X2 – 0

ΔX2: gaya dorong pada dasar kolom = X1 – X1*

X1*: konsentrasi asam di dalam fasa organic yang berkesetimbangan dengan konsentrasi

Y1 di dalam fasa air. Harga kesetimbangan ini didapatkan dari kurva koefisien distribusi

Ada tiga faktor penting yang berpengaruh dalam peningkatan karakteristik hasil dalam
ekstraksi cair-cair yaitu (Martunus dkk., 2006; Martunus & Helwani, 2004; 2005; 2006):

1. Perbandingan pelarut-umpan (S/F).

Kenaikan jumlah pelarut (S/F) yang digunakan akan meningkatan hasil ekstraksi tetapi
harus ditentukan titik (S/F) yang minimum agar proses ekstraksi menjadi lebih ekonomis.

2. Waktu ekstraksi.

Ekstraksi yang efisien adalah maksimumnya pengambilan solut dengan waktu ekstraksi
yang lebih cepat.

3. Kecepatan pengadukan.

Untuk ekstraksi yang efisien maka pengadukan yang baik adalah yang memberikan hasil
ekstraksi maksimum dengan kecepatan pengadukan minimum, sehingga konsumsi energy
menjadi minimum.

Ekstraktor cair-cair kontinu

Operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat dilaksanakan dengan sederhana, karena tidak
saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara mudah dapat dialirkan dengan
bantuan pompa. Dalam hal ini bahan ekstraksi berulang kali dicampur dengan pelarut atau
larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang konsentrasinya senantiasa meningkat. Setiap
kali kedua fasa dipisalikan dengan cara penjernihan. Bahan ekstraksi dan pelarut terus
menerus diumpankan ke dalam alat, sedangkan rafinat dan larutan ekstrak dikeluarkan
secara kontinu.Ekstraktor yang paling sering digunakan adalah kolom-kolom ekstraksi,di
samping itu juga digunakan perangkat pencampur-pemisah (mixer settler).

Alat-alat ini terutama digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan berada dalam
kuantitas yang besar, atau bila bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnya
secara terus menerus. Senyawa organik lebih larut dalam pelarut air dibandingkan dalam
pelarut organic (koefisien distribusi antara pelarut organik dan air kecil). Ekstraksi senyawa
dengan koefisien campuran rendah antara pelarut organik dan air biasanya memerlukan
pelarut organik dalam jumlah yang banyak. Penggunaan pelarut yang besar ini bisa diatasi
dengan ekstraksi kontinyu dimana hanya relative kecil volume pelarut yang dibutuhkan
(vogel, 1989 : 156). Teknik ekstraksi cair-cair kontinyu, pelarutnya dapat didaur ulang
menjadi campuran yang mengandung air sehingga penyusunnya dapat diekstraksi dengan
pelarut lain. (Ralph J. Fessenden, 1993 : 84).

Gambar 5. menunjukkan alat ekstraksi kontinyu menggunakan pelarut yang lebih encer
dari air (ekstraktor yang lain dapat dirancang untuk pelarut yang lebih kental dari air).
Larutan yang diekstraksi ditem-patkan pada tabung panjang. Pelarut ditempatkan di labu
destilasi, seperti ditunjukkan pada gambar. Ketika pelarut didestilasi, uap hasil kondensasi
masuk pada pipa sempit yang ada dalam dasar tabung besar.Ketika pipa sempit itu diisi
pelarut, gelembung-gelembung kecil pelarut naik melalui pipa dan keluar sebagai uap air.
Ekstraksi senyawa organik di atas dengan air akan keluar kembali pada botol penyulingan,
dimana lebih banyak lagi pelarut yang didestilasi. Ekstraksi cair-cair kontinyu ini
membutuhkan waktu beberapa jam atau beberapa hari tetapi operator bebas beraktivitas
dimana ekstraksi bekerja sendiri. Ketika ekstraksi sudah lengkap, ekstraks organik kering
dan komponen organik bebas dari pelarut.
IV. PROSEDUR KERJA
Menentukan Koefisien Distribusi
1. Membuat larutan 50 ml trikloroetilen dan 50 ml air demineral di dalam corong
pemisah.
2. Menambahkan asam asetat denganvariasi volume 1 ml,3 ml, 5 ml,7 ml,9 ml, dan11
ml ke dalam campuran (gunakan pipet ukur dan bola isap).
3. Menutup corong pemisah dan kocok selama ± 5 menit
4. Membiarkan larutan terpisah dalam dua lapisan
5. Mengambil 10 ml masing-masing dari ml lapisan atas dan 10 ml lapisan bawah
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
6. Ulangi percobaan tersebut dengan konsentrasi asam asetat yang bervariasi.

Menentukan Massa JenisSampel

1. Menimbang kosong piknometer


2. Mengisi piknometer dengan air hingga penuh kemudian ditimbang
3. Mengambil beberapa mililiter masing-masing dari lapisan atas dan lapisan bawah
kemudian dimasukkan kedalam piknometer
4. Menimbang piknometer dan mencatat hasil penimbangan

V. DATA PENGAMATAN
 Berat pikno kosong =16.807 gram
 Berat pikno + Air = 42.1039 gram
 Berat jenis air pada suhu 320C = 0.9951 g/mol

Volume Volume Volume


Volum Volum BeratPikno+ BeratPikno+
No. ASETA NAOH NAOH
e TCE e AIR sampel (E) sampel (R)
T ekstrak rafinat
51,3524 gram
1 50 50 1 32.3 0.9 42.1955 gram
51,3108 gram
2 50 50 3 95.3 5.1 42.3223 gram
51,3259 gram
3 50 50 5 149.2 9.7 42.4194 gram
51,2547 gram
4 50 50 7 202.8 16.3 42.5195 gram
53,1753 gram
5 50 50 9 261.8 14.5 42.5973 gram
53,1846 gram
6 50 50 11 300.4 19.5 42.6651 gram

VI. PERHITUNGAN
a. Perhitungan volume piknometer
Berat piknometer kosong = 16,807 gram
Berat piknometer + air = 42,1039 gram
Berat jenis air pada suhu 32oC = 0,9951 g/mL
42,1039 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 16,807 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 =
0,9951 𝑔/𝑚𝐿
25,2969 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
0,9951 𝑔/𝑚𝐿
= 25,357759 𝑚𝐿
b. Perhitungan Berat Jenis

Volume asam asetat Berat pikno + rafinat berat pikno + ekstrak


(mL)
1 51,3524 gram 42,1955 gram
3 51,3108 gram 42,3223 gram
5 51,3259 gram 42,3223 gram
7 51,2547 gram 42,5195 gram
9 53,1753 gram 42,5973 gram
11 53,1846 gram 42,6651 gram

Berat jenis untuk ekstrak dan rafinat dengan volume asam asetat 1 mL :
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛𝑎𝑡)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
Berat jenis rafinat= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

(51,3524 − 16,807)𝑔𝑟𝑎𝑚
=
25,357759 𝑚𝐿
34,5454 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
25,357759 𝑚𝐿
= 1,36232072 𝑔/𝑚𝐿
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
Berat jenis ekstrak= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

(42,1955 − 16,807)𝑔𝑟𝑎𝑚
=
25,357759 𝑚𝐿
25,3885 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
25,357759 𝑚𝐿
= 1,0012123 𝑔/𝑚𝐿

Dengan perhitungan yang sama seperti di atas diperoleh berat jenis rafinat dan ekstrak
dengan variasi asam asetat pada tabel 1 sebagai berikut :

Volume asam Berat Jenis rafinat Berat Jenis ekstrak


asetat (mL) (g/mL) (g/mL)
1 1,36232072 1,0012123
3 1,3606802 1,0062127
5 1,36127568 1,0062127
7 1,35846786 1,0139895
9 1,43420799 1,0170576
11 1,43457474 1,0197313
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dilakukan pembuatan kurva hubungan
antara volume asam asetat vs berat jenis ekstrak dan rafinat sebagai berikut :

Volume Asam asetat VS Berat Jenis


1.5

1.4

1.3
Berat Jenis (g/mL)

1.2

Rafinate
1.1
Ekstrak
1

0.9

0.8
0 2 4 6 8 10 12
Volume Asam Asetat (mL)

c. Perhitungan konsentrasi Ekstrak, Rafinat dan koefisien distribusi

konsentrasi NaOH 0.1 N


Volume sampel 10 mL
V NAOH ekstrak
No. V NAOH rafinat (mL)
(mL)
1 32,3 0.9
2 95,3 5,1
3 149,2 9,7
4 202,8 16,3
5 261,8 14,5
6 300,4 19,,5

Perhitungan konsentrasi untuk ekstrak dan rafinat no.1 :


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
Konsentrasi ekstrak= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

32.3 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁
=
10 𝑚𝐿
= 0,323 N
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛𝑎𝑡 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻
Konsentrasi rafinat= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,9 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁
=
10 𝑚𝐿
= 0,009 N

Setelah konsentrasi ekstrak (Y) dan rafinat (X) diperoleh, dilakukan perhitungan
koefisien distribusi

𝑌
Koefisien distribusi = 𝑋

0,323 𝑁
=
0,009 𝑁

= 35,888889

Dengan melakukan perhitungan yang sama seperti diatas maka diperoleh konsentrasi
ekstrak, rafinat dan koefisien distribusi untuk volume asam asetat pada tabel 2 yaitu :

Volume konsentrasi asam konsentrasi asam koefisien distribusi


asam asetat asetat ekstrak (y) asetat Rafinat (x) (y/x)
(mL)

1 3,23 N 0,09N 35,888889


3 3,17666667 N 0.17 N 18,686275
5 2,984 N 0.194 N 15,381443
7 2,89714286 N 0.23285714 N 12,441718
9 2,2,90888889 N 0.16111111 N 18,055172
11 2.73090909 N 0.17727273 N 15,405128

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dilakukan pembuatan kurva hubungan


volume asetat vs konsentrasi dan volume asetat vs koefisien distribusi sebagai berikut :

Volume Asam asetat VS Konsentrasi


3.5

3
Kosentrasi Asam asetat (N)

2.5

Rafinate
1.5
Ekstrak
1

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12
Volume Asam Asetat (mL)
Volume Asam asetat VS Berat Jenis
40

35
Koefisien Distribusi

30

25

20

15

10
0 2 4 6 8 10 12
Volume Asam Asetat (mL)

VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN
IX. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai