Anda di halaman 1dari 23

Laboratorium Separasi Termal dan Difusi

Semester V 2019/2020

LAPORAN PRAKTIKUM
EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Pembimbing : Ir. Barlian Hasan, M.T


Kelas/Kelompok : 3C / 2 (DUA)
Tanggal praktikum : 07-14 Oktober 2019

Nama Anggota Kelompok


1. St. Nurindah (331 17 052)
2. Agnes Cicilia Karaeng (331 17 056)
3. Namirah Anjani (331 17 062)
4. Ruswandi Nur (331 17 063)
5. Mitra Salam (331 17 069)
6. Fitri Alina Hafiza (331 17 075)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019/2020
EKSTRAKSI CAIR-CAIR
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan agar mahasiswa mampu :
1.1 Mengenal dan memahami prinsip-prinsip operasi ekstraksi cair-cair pada
kolom berpacking
1.2 Menghitung koefisien distribusi pada operasi ekstraksi cair-cair untuk
system Trikloroetilen (TCE) – Asam Asetat – Air, dan menunjukkan
hubungannya dengan konentrasi
1.3 Menghitung neraca massa proses ekstraksi pada beberapa laju alir
1.4 Mengetahui kondisi operasi yang sesuai untuk ekstraksi cair-cair tertentu
II. Perincian Kerja
2.1 Menyiapkan Alat dan Bahan
2.2 Melakukan proses ekstraksi secara batch menggunakan corong pisah
2.3 Melakukan proses ekstraksi secara kontinyu menggunakan alat ekstraksi
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
a. Gelas Kimia
b. Erlenmeyer
c. Pipet ukur
d. Bulp
e. Klem
f. Buret
g. Corong pemisah
h. Pipet tetes
i. Batang pengaduk
j. Gelas ukur
3.2 Bahan
a. Aquadest
b. Larutan NaOH 0,1 N dan 1 N
c. Trikloroetilen (TCE)
d. Asam Asetat p.a
IV. Dasar Teori
Ekstraksi adalah salah satu metode memisahkan larutan dua komponen
dengan menambahkan komponen ketiga (solvent) yang larut dengan solute
tetapi tidak larut dengan pelarut (diluent). Dengan penambahan solvent ini
sebagian solute akan berpindah dari fasa diluent ke fasa solvent (disebut
ekstraksi) dan sebagian lagi akan tetap tinggal di dalam fasa diluent (disebut
rafinat).
Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan konsentrasi
pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan
(pelepasan) solute dari larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang
menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan dengan mengukur
jarak sistem dari kondisi setimbang.
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur
untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain.
Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat
atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis
yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur
secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil,
atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses
yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh
pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau
minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat
dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi
dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling.
Pemakaian Proses Ekstraksi

Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan


antara lain :

1. Komponen larutan sensitif terhadap pemanasan jika digunakan destilasi


meskipun pada kondisi vakum.
2. Titik didih komponen – komponen dalam campuran berdekatan.
3. Kemudahan menguap (volatility) komponen – komponen hampir sama.

Gambar 1. Ekstraksi Cair Cair Dalam Kolom Isian

Ekstraksi cair cair terjadi berdasarkan pindah massa akibat kontak antara
larutan yang dialirkan secara kontinyu (fasa kontinyu) dengan pelarut yang
dialirkan secara terdispersi (fasa terdispersi). Fasa kontinyu dialirkan dari
bagian atas kolom isian yang kemudian mengalir turun.Selama mengalir di
sepanjang kolom, cairan mengisi celah-celah kosong dan membentuk lapisan
tipis pada permukaan bahan isian. Fasa terdispersi dialirkan dari bagian
bawah kolom isian yang selama mengalir di sepanjang kolom dimungkinkan
mengalami proses proses berikut :

1. Melewati celah-celah kosong


2. Menembus bahan isian
3. Mengalami perpecahan menjadi gelembung dengan ukuran yang lebih
kecil akibat bertumbukan dengan bahan isian.

Pemilihan Pelarut
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada
ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin)
ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya
diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Pertimbangan – pertimbangan dalam dalam pemilihan pelarut yang
digunakan adalah :
1. Selektifitas (faktor pemisahan = β).
β = fraksi massa solute dalam ekstrak/fraksi massa diluent dalam ekstraksi.
Fraksi massa solute dalam rafinat/fraksi massa diluent dalam rafinat pada
keadaan setimbang. Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga β
harus lebih besar dari satu. Jika nilai β = 1 artinya kedua komponen tidak
dapat dipisahkan.
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama
pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak,
resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan.
Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan,
yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Koefisien distribusi (K)
Koefisien distribusi adalah rasio konsentrasi solute dalam fase ekstrak
dengan konsentrasi solute dalam fase rafinat
𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐬𝐨𝐥𝐮𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐟𝐚𝐬𝐚 𝐞𝐤𝐬𝐭𝐫𝐚𝐤, 𝐘
𝑲=
𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐬𝐨𝐥𝐮𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐟𝐚𝐬𝐚 𝐫𝐚𝐟𝐢𝐧𝐚𝐭, 𝐗
Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah
solvent yang dibutuhkan lebih sedikit.
3. Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)
Pemisahan solute dari sovent biasanya dilakukan dengan cara destilasi,
sehingga diharapkan harga “relative volatility” dari campuran tersebut
cukup tinggi.
4. Densitas
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan
kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi dan
mempengaruhi laju perpindahan massa.
5. Tegangan antar muka (interphase tention)
Tegangan antar muka besar menyebabkan penggasbungan (coalescense)
lebih mudah namun mempersulit proses pendispersian. Kemudahan
penggabungan lebih dipentingkan sehingga dipilih pelarut yang memiliki
tegangan antar muka yang besar.
6. Chemical Reactivity
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen-kornponen bahan ekstraksi.Pelarut merupakan senyawa
yang stabil dan inert terhadap komponen – komponen dalam sistem dan
material (bahan konstruksi).
Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia
(misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang
tinggi.Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal
ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
7. Viskositas
Tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan
penanganan dan penyimpanan.
8. Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar.

Koefisien Distribusi

Pada percobaan ini menentukan koefisien distribusi untuk sistem tri


khloro etilena – asam propionate – air, dan menunjukan ketergantungannya
terhadap konsentrasi.Pada campuran ketiga zat ini dianggap bahwa fasa
berada pada kesetimbangan. Pada konsentrasi rendah, koefisien distribusi
tergantung pada konsentrasi, sehingga
𝐘 = 𝐊. 𝐗

Y : konsentrasi solute dalam fasa ekstrak


X : konsentrasi solute dalam fasa rafinat
K : koefisien distribusi

Neraca Massa dan Koefisien Perpindahan Massa


Pada percobaan ini mendemonstrasikan bagaimana kelakuan nraca massa
pada kolom ekstraksi dan mengukur koefisien perpindahan massa dan
variasinya terhadap laju alir dengan fasa air sebagai media kontinu.
Simbol dan rumus – rumus yang digunakan dalam perhitungan
ditunjukkan sebagai berikut :
1. Neraca Massa
Asam propionate yang terekstraksi dari fasa organic (rafinat)
= 𝐕𝟎 (𝐗 𝟏 − 𝐗 𝟐 )

Asam propionate yang terekstraksi dalam fasa air (ekstrak)


= 𝐕𝐰 (𝐘𝟏 − 𝟎)
Maka,
𝐕𝟎 (𝐗 𝟏 − 𝐗 𝟐 ) = 𝐕𝐰 (𝐘𝟏 − 𝟎)
dimana,
Vw : laju alir air (L/s)
V0 : laju alir TCE (L/s)
X : konsentrasi asam propionate dalam fasa organic (kg/L)
Y : konsentrasi asam propiaonate dalam fasa air (kg/L)
Indeks 1 : pada puncak kolom
Indeks 2 : pada dasar kolom

2. Efisiensi Ekstraksi

𝐋𝐚𝐣𝐮 𝐩𝐞𝐫𝐩𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚


𝐊𝐨𝐞𝐟 𝐩𝐞𝐫𝐩𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 =
𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐩𝐚𝐜𝐤𝐢𝐧𝐠 × 𝐆𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐨𝐫𝐨𝐧𝐠 𝐫𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚

∆𝐗 𝟏 − ∆𝐗 𝟐
𝐋𝐨𝐠 𝐫𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐠𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐨𝐫𝐨𝐧𝐠 =
∆𝐗
𝐥𝐧 (∆𝐗 𝟏 )
𝟐

dimana,
∆X1 : gaya dorong pada puncak kolom = X2 - 0
∆X2 : gaya dorong pada dasar kolom = X1 – X1*
X1* : konsentrasi asam di daam fasa organic yang berkesetimbangan
dengan konsentrasi
Y1 : di dalam fasa air. Harga kesetimbangan ini dapat diperoleh
dari kurva koefisien distribusi (pada percobaan 1)

Ekstraksi cair – cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi
yang menyatakan bahwa “ pada konsentrasi dam tekanan yang konstan,
analit akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama di antara dua
pelarut yang saling tidak campur “. Perbandingan konsentraso pada
keadaan setimbang di dalam 2 fase disebut dengan koefisien distribusi atau
koefisien partisi (KD) dan di ekspresikan dengan :
[𝐒]𝐨𝐫𝐠
𝐊𝐃 =
[𝐒]𝐚𝐪
[S]org dan [S]aq masing-masing merupakan konsentrasi analit dalan
fase organic dan dalam fase air; KD merupakan koefisien partisi.
Dalam prakteknya, analit seringkali berada dalam bentuk kimia yang
berbeda karena adanya disosiasi (ionisasi), protonasi, dan juga
kompleksasi atau polimerisasi karena adanya ekspreksi yang lebih
berguna.
Adalah rasio distribusi atau rasio partisi (D) yang diekspresikan
dengan :
[𝐂𝐬]𝐨𝐫𝐠
𝐃=
[𝐂𝐬]𝐚𝐪

(Cs)org dan (Cs)aq masing – masing merupakan kosentrasi total analit


(dalam segala bentuk) dalam fase organik dan dalam fase air; D
merupakan rasio partisi. Jika tidak ada interaksi antar analit yang terjadi
dalam kedua fase maka nilai KD dan D adalah identik. Analit yang
mempunyai rasio distribusi besar (104 atau lebih) akan mudah terekstraksi
ke dalam pelarut organik meskipun proses kesetimbangan (yang berarti
100% solut terkestraksi atau tertahan) tidak pernah terjadi.
Kebanyakan ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah
dalam waktu beberapa menit. Akan tetapi untuk efektifitas ekstraksi analit
dengan rasio dstribusi yang kecil (< 1) hanya dapat dicapai dengan
mengenakan pelarut baru pada larutan sampel terus-menerus. Hal ini dapat
dilakukan dengan refluks menggunakan alat yang didesain secara khusus
yaitu alat ekstraktor secara terus-menerus.
Alat ekstraksi secara terus-menerus :
 Pelarut pengekstraksi kurang rapat dibanding dengan larutan yang
mengandung solut yang akan diekstraksi.
 Pelarut pengekstraksi lebih rapat dibanding dengan larutan yang
mengandung solut yang akan diekstraksi.
Pelarut organik yang dipilih untuk ekstraksi pelarut harus
mempunyai kelarutan yang rendah dalam air (<10%), dapat menguap
sehingga memudahkan menghilangkan pelarut organik setelah dilakukan
ekstraksi, dan mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan
adanya kontaminasi sampel.

Masalah-Masalah dalam Ekstraksi Pelarut


Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut
yaitu: terbentuknya emulsi; analit terikat kuat pada partikulat; analit terserap
oleh partikulat yang mungkin ada; analit terikat pada senyawa yang
mempunyai berat molekul tinggi; dan adanya kelarutan analit secara bersama-
sama dalam kedua fase.
Terjadinya emulsi merupakan hal yang paling sering dijumpai.Oleh
karena itu jika emulsi antara kedua fase ini tidak dirusak maka recovery yang
diperoleh kurang bagus. Emulsi dapat dipecah dengan beberapa cara, yaitu :
1. Penambahan garam ke dalam fase air
2. Pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan
3. Penyaringan melalui glass-wool
4. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring
5. Penambahan sedikit pelarut organik yang berbeda
6. Sentrifugasi.
Jika senyawa-senyawa yang akan dilakukan ekstraksi pelarut berasal dari
plasma maka kemungkinan senyawa tersebut terikat pada protein, sehingga
recovery yang dihasilkan rendah. Teknik yang dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa yang terikat pada protein meliputi :
 Penambahan detergen
 Penambahan pelarut organik yang lain
 Penambahan asam kuat
 Pengenceran dengan air
 Penggantian dengan senyawa yang mampu mengikat lebih kuat
V. Data Pengamatan
Suhu Aquadest : 32˚C
Densitas Air pada suhu 32˚C : 0,995 g/mL
Massa Piknometer Kosong : 22,9153 g
Massa Piknometer + Aquadest : 47,9144 g
Massa Piknometer + TCE : 56,4686 g
Massa Piknometer + CH3COOH : 49,1861 g
Berat Molekul CH3COOH : 60,05 g/mol
Konsentrasi Larutan Penitar (NaOH) : 1 mol.eq/L
Percobaan 1
Massa Erlenmeyer Massa Erlenmeyer + Massa Erlenmeyer Massa Erlenmeyer +
Volume (mL)
No. kosong (g) Sampel (g) kosong (g) 10 mLSampel (g)
CH3COOH TCE Aquadest Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat
1 2 50 50 118.2205 116.669 167.8483 181.0567 115.025 116.0351 124.8343 129.2101
2 4 50 50 126.9015 124.5333 178.4951 188.7603 116.0819 127.0558 126.0277 140.1793
3 6 50 50 125.6217 103.3113 179.702 168.2225 115.4505 116.7292 125.487 129.8885
4 8 50 50 118.4707 124.571 174.2314 189.1827 116.0628 116.7095 125.945 129.686
5 10 50 50 126.9777 115.0115 185.1944 180.1856 118.494 124.7662 128.489 137.8731
6 12 50 50 125.8691 103.5635 186.406 169.5758 116.0975 116.7639 126.0498 129.9473

Volume Volume Penitar (mL)


No.
CH3COOH (mL) Ekstrak Rafinat
1 2 6.5 0.5
2 4 12.4 0.8
3 6 17.7 1.3
4 8 22.7 2.3
5 10 27 2.8
6 12 30.9 3.4

Konsentrasi Larutan Penitar (NaOH) : 0,1 mol.eq/L


Jari-jari packing : 1,513 cm : 0,01513 m
Tinggi packing : 126 cm : 1,26 m
Percobaan 2.1

Vo : 200 cc/min : 0,003333 L/s


Vw : 1,85 L/min : 0,030833 L/s
Volume Penitar (mL)
No. Waktu
Ekstrak Rafinat
1 0 0 20.7
2 5 3.4 2.1
3 10 4 1.1
4 15 4.1 2
5 20 4.2 1.6
Percobaan 2.2
Vo : 100 cc/min : 0,001667 L/s
Vw : 1,85 L/min : 0,030833 L/s
Volume Penitar (mL)
No. Waktu
Ekstrak Rafinat
1 0 0 21
2 5 3.5 1.2
3 10 5.7 1.2
4 15 5.3 1.4
5 20 5.8 1.2
6 25 5.7 1.8
VI. Data Perhitungan
Percobaan 1
6.1 Menghitung densitas sampel
Menghitung Volume Piknometer
 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡(𝑇=32°𝐶) = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡(𝑇=32°𝐶) − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡(𝑇=32°𝐶) = 47,9144 𝑔 − 22,9153 𝑔

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡(𝑇=32°𝐶) = 24.9991 𝑔

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡(𝑇=32°𝐶)
 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡(𝑇=32°𝐶) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡(𝑇=32°𝐶)

24,9991 𝑔
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡(𝑇=32°𝐶) = 𝑔
0,995 ⁄𝑚𝐿
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡(𝑇=32°𝐶) = 25,1247 𝑚𝐿
 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡(𝑇=32°𝐶) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Menghitung densitas masing-masing sampel
 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝐶𝐸 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑇𝐶𝐸 − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝐶𝐸 = 56,4686 𝑔 − 22,9153 𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝐶𝐸 = 33,5533 𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝑇𝐶𝐸
 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠𝑇𝐶𝐸 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

33,5533 𝑔
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠𝑇𝐶𝐸 =
25,1247 𝑚𝐿
 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠𝑇𝐶𝐸 = 1,3355 𝑔/𝑚𝐿
 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 − 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 = 49,1861 𝑔 − 22,9153 𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 = 26,2708 𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

26,2708 𝑔
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 =
25,1247 𝑚𝐿
 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 = 1,0456 𝑔/𝑚𝐿
6.2 Menghitung Massa Ekstrak dan Rafinat dalam 10mL sampel dan
keseluruhan
 Massa Ekstrak dalam 10 mL sampel 1 (Volume CH3COOH 2mL)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑚𝐿 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐸𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟+10𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐸𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑚𝐿 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = 124,8343 𝑔 − 115,025 𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 10 𝑚𝐿 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = 9,8093 𝑔
 Massa Ekstrak keseluruhan sampel 1 (Volume CH3COOH 2mL)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐸𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟+ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐸𝑟𝑙𝑒𝑛𝑚𝑒𝑦𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = 167,8483 𝑔 − 118,2205 𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = 49,6278 𝑔
Untuk perhitungan pada ekstrak dan rafinat sampel berikutnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 6.1
Massa Keseluruhan (g) Massa 10mL (g)
No.
Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat
1 49.6278 64.3877 9.8093 13.175
2 51.5936 64.227 9.9458 13.1235
3 54.0803 64.9112 10.0365 13.1593
4 55.7607 64.6117 9.8822 12.9765
5 58.2167 65.1741 9.995 13.1069
6 60.5369 66.0123 9.9523 13.1834

6.3 Menghitung fraksi massa CH3COOH untuk percobaan 1


 Menghitung massa Asam Asetat pada umpan sampel 1
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 × 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 = 2 𝑚𝐿 × 1,0456 𝑔/𝑚𝐿
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 = 2,0912 𝑔
 Menghitung jumlah mol asam asetat hasil pemisahan pada 10 mL ekstrak
sampel 1
𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎 + 𝐻2 𝑂
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑛𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 10𝑚𝐿 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻
1𝐿
6,5 𝑚𝐿 × 1000 𝑚𝐿 × 1 𝑚𝑜𝑙. 𝑒𝑞/𝐿
𝑛𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 10𝑚𝐿 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 =
1 𝑒𝑞
𝑛𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 10𝑚𝐿 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = 0,0065 𝑚𝑜𝑙

 Menghitung jumlah mol asam asetat setelah pemisahan pada keseluruhan ekstrak
sampel 1
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝑛𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 = × 𝑛𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 10𝑚𝐿 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎10𝑚𝐿 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
49,6278 𝑔
𝑛𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 = × 0,0065 𝑚𝑜𝑙
9,8093 𝑔
𝑛𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 = 0,0329 𝑚𝑜𝑙
 Menghitung massa asam asetat hasil pemisahan pada keseluruhan ekstrak
sampel 1
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑠𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑛𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 × 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑠𝑎ℎ𝑎𝑛 = 0,0329 𝑚𝑜𝑙 × 60,05 𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑠𝑎ℎ𝑎𝑛 = 1,9748 𝑔
 Menghitung massa asam asetat keseluruhan untuk sampel 1
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 + 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛𝑎𝑡
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 = (1,9748 + 0,1467)𝑔
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 = 2,1215 𝑔
 Menghitung volume larutan setelah pemisahan pada keseluruhan ekstra
sampel 1
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝑉𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 = × 𝑉 10𝑚𝐿 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎10𝑚𝐿 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
49,6278 𝑔
𝑉𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 = × 10 𝑚𝐿
9,8093 𝑔
𝑉𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 = 50,5926 𝑚𝐿
Untuk perhitungan pada ekstrak dan rafinat sampel berikutnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 6.2
n CH3COOH n CH3COOH Massa CH3COOH Massa Volume keseluruhan
Volume Massa
dalam 10mL (mol) keseluruhan (mol) keseluruhan (g) CH3COOH (mL)
No. CH3COOH CH3COOH
keseluruhan
(mL) umpan (g) Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat
(g)
1 2 2.0912 0.0065 0.0005 0.0329 0.0024 1.9748 0.1467 2.1215 50.5926 48.8711
2 4 4.1825 0.0124 0.0008 0.0643 0.0039 3.8627 0.2351 4.0978 51.8748 48.9405
3 6 6.2737 0.0177 0.0013 0.0954 0.0064 5.7272 0.3851 6.1123 53.8836 49.3272
4 8 8.3649 0.0227 0.0023 0.1281 0.0115 7.6915 0.6877 8.3792 56.4254 49.7913
5 10 10.4562 0.027 0.0028 0.1573 0.0139 9.4437 0.8361 10.2798 58.2458 49.725
6 12 12.5474 0.0309 0.0034 0.188 0.017 11.2867 1.0223 12.3091 60.827 50.0723

6.4 Menghitung koefisien distribusi pada percobaan 1


𝑌𝐸
𝐾=
𝑋𝑅
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
 𝑌𝐸 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘

1,9748 𝑔
𝑌𝐸 =
50,5926 𝑚𝐿
𝑌𝐸 = 0,039𝑔/𝑚𝐿 = 0,039𝑘𝑔/𝐿
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
 𝑋𝑅 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛𝑎𝑡
𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛𝑎𝑡

0,1467 𝑔
𝑌𝐸 =
48,8711 𝑚𝐿
𝑌𝐸 = 0,003𝑔/𝑚𝐿 = 0,003𝑘𝑔/𝐿
0,039
 𝐾 = 0,003

𝐾 = 13
Untuk perhitungan pada ekstrak dan rafinat pada sampel selanjutnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6.3
Konsentrasi CH3COOH (kg/L)
No. K=YE/XR
YE XR
1 0.0390 0.0030 13.0000
2 0.0745 0.0048 15.5000
3 0.1063 0.0078 13.6154
4 0.1363 0.0138 9.8696
5 0.1621 0.0168 9.6429
6 0.1856 0.0204 9.0882
Berdasarkan teori, sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar. Sehingga
jumlah solvent yang dibutuhkan akan lebih sedikit (K=15,5)
Berikut ini adalah grafik antara YE dan XR
0.0250
y = 0.1246x - 0.0035
0.0200

0.0150
XR (kg/L)

0.0100

0.0050

0.0000
0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000
YE (kg/L)

Percobaan 2
6.5 Menghitung konsentrasi CH3COOH
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 ×𝐶𝑁𝑎𝑂𝐻
 𝐶𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑚𝑜𝑙/𝑚𝐿) = 𝑉
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻

𝑚𝑜𝑙. 𝑒𝑞 1𝐿
0 𝑚𝐿 × 0,1 × 1000 𝑚𝐿
𝐶𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑚𝑜𝑙/𝑚𝐿) = 𝐿
10 𝑚𝐿 × 1 𝑒𝑞
𝑚𝑜𝑙
𝐶𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑚𝑜𝑙/𝑚𝐿) = 0
𝐿
 𝐶𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑘𝑔/𝐿) = 𝐶𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑚𝑜𝑙/𝑚𝐿) × 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
𝑚𝑜𝑙 1000 𝑚𝐿 𝑔 1 𝑘𝑔
𝐶𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑘𝑔/𝐿) = (0 × ) × (60,05 × )
𝑚𝐿 1𝐿 𝑚𝑜𝑙 1000 𝑔
𝐶𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑘𝑔/𝐿) = 0𝑘𝑔/𝐿
Untuk perhitungan pada ekstrak dan rafinat pada sampel selanjutnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6.4
Volume Penitar Konsentrasi CH3COOH Konsentrasi CH3COOH
No. Waktu (mL) (mol/mL) (kg/L)
Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat
1 0 0 20.7 0 0.000207 0 0.0124
Volume Penitar Konsentrasi CH3COOH Konsentrasi CH3COOH
No. Waktu (mL) (mol/mL) (kg/L)
Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat
1 5 3.4 2.1 0.000034 0.000021 0.0020 0.0013
2 10 4 1.1 0.00004 0.000011 0.0024 0.0007
3 15 4.1 2 0.000041 0.00002 0.0025 0.0012
4 20 4.2 1.6 0.000042 0.000016 0.0025 0.0010

6.6 Menghitung laju perpindahan CH3COOH


Neraca Massa : V0(X1-X2)=VW(Y1-0)
 CH3COOH yang diekstrak dari fasa organic (Rafinat)
= 0,030822 𝐿/𝑠 × (0,0124 𝑘𝑔/𝐿 − 0,0013 𝑘𝑔/𝐿)
= 0,000344 𝑘𝑔/𝑠
 CH3COOH yang terekstrak oleh fasa air (Ekstrak)
= 0,00333 𝐿/𝑠 × 0,002𝑘𝑔/𝐿
= 6,799 × 10−6 𝑘𝑔/𝑠
Untuk perhitungan pada ekstrak dan rafinat pada sampel selanjutnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6.5

Vw(Y1-0) Vo(X1-X2)
No.
(kg/s) (kg/s)
1 6.80E-06 0.000344
2 8.00E-06 0.000363
3 8.20E-06 0.000346
4 8.40E-06 0.000354

6.7 Menghitung Efisiensi Ekstraksi (didasarkan pada fasa Rafinat)


 Menghitung Volume Packing
Jari-jari Packing : 1,513cm : 0,01513m
Tinggi Packing : 126cm : 1,26m
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔 = 𝜋 × 𝑟 2 × 𝑡
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔 = 𝜋 × (0,01513𝑚)2 × 1,26𝑚
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔 = 0,0009061𝑚3 = 0,9061𝐿
 Menghitung Log Mean Driving Force
X1 (Konsentrasi Asam Asetat yang diekstrak dari fasa organik (Rafinat) pada
waktu 0 menit) : 0,0124 kg/L
X1* ( konsentrasi adam asetat dalam fasa organic yang berkeseimbangan dengan
konsentrasi dalam fasa air Y1. Nilai keseimbangan ini dapat ditentukan dengan
koefisien distribusi (15,5) yang telah diperoleh pada percobaan sebelumnya.
𝑌1
𝑋1 ∗ =
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
0,002 𝑘𝑔/𝐿
𝑋1 ∗ =
15,5
𝑋1 ∗ = 0,00013 𝑘𝑔/𝐿
∆𝑋1 = (𝑋2 − 0)
∆𝑋1 = (𝑋2 − 0)
∆𝑋1 = (0,0013𝑘𝑔/𝐿 − 0)
∆𝑋1 = 0,0013𝑘𝑔/𝐿
∆𝑋2 = (𝑋1 − 𝑋1 ∗ )
∆𝑋2 = (0,0124 − 0,00013)𝑘𝑔/𝐿
∆𝑋2 = 0,01227𝑘𝑔/𝐿
∆𝑋1 −∆𝑋2
 𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑑𝑟𝑖𝑣𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒 = ∆𝑋1
ln( )
∆𝑋2

0,0013𝑘𝑔/𝐿 − 0,01227𝑘𝑔/𝐿
𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑑𝑟𝑖𝑣𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒 =
0,0013𝑘𝑔/𝐿
𝑙𝑛 ( )
0,01227𝑘𝑔/𝐿
𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑑𝑟𝑖𝑣𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒 = 0,0049𝑘𝑔/𝐿
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑎𝑚
 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔×𝐿𝑜𝑔 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑑𝑟𝑖𝑣𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒

0,000344𝑘𝑔/𝑠
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 =
0,9061𝐿 × 0,0049𝑘𝑔/𝐿
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 = 77,7784/𝑠

Log Mean
Efisiensi
No. X1 X1* X2 ΔX1 ΔX2 Driving
Ekstraksi
Force
1 0.0124 0.00013 0.0013 0.0013 0.01227 0.0049 77.7784
2 0.0124 0.00015 0.0007 0.0007 0.01225 0.0040 99.2738
3 0.0124 0.00016 0.0012 0.0012 0.01224 0.0048 80.3738
4 0.0124 0.00016 0.001 0.001 0.01224 0.0045 86.9813
Rata-Rata 86.1018

Percobaan 2 (yang kedua)


Dengan alur proses perhitungan yang sama dengan percobaan 2 yang pertama,
sehingga didapatkan nilai-nilai sebagai berikut:
Volume Penitar Konsentrasi CH3COOH
Konsentrasi CH3COOH (kg/L)
No. Waktu (mL) (mol/mL)
Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat
1 0 0 21 0 0.00021 0 0.0126

Konsentrasi CH3COOH Konsentrasi Vo(X1-


(mol/mL) CH3COOH (kg/L) Vw(Y1-
No. Waktu X2)
0) (kg/s)
Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat (kg/s)

1 5 0.000035 0.000012 0.0021 0.0007 3.50E-06 0.000367


2 10 0.000057 0.000012 0.0034 0.0007 5.70E-06 0.000367
3 15 0.000053 0.000014 0.0032 0.0008 5.30E-06 0.000363
4 20 0.000058 0.000012 0.0035 0.0007 5.80E-06 0.000367
5 25 0.000057 0.000018 0.0034 0.0011 5.70E-06 0.000355

Log Mean Efisiensi


No. X1 X1* X2 ΔX1 ΔX2
Driving Force Ekstraksi
1 0.0126 0.0001356 0.0007 0.0007 0.012464403 0.0041 99.0274
2 0.0126 0.0002208 0.0007 0.0007 0.012379171 0.0041 99.5124
3 0.0126 0.0002053 0.0008 0.0008 0.012394668 0.0042 94.6561
4 0.0126 0.0002247 0.0007 0.0007 0.012375297 0.0041 99.5346
5 0.0126 0.0002208 0.0011 0.0011 0.012379171 0.0047 84.1979
Rata-Rata 95.3857
VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Asam asetat merupakan pelarut yang relatif baik untuk mengekstrak
campuran TCE dan air.
2. Pada percobaan kedua dengan laju alir 200 cc/min didapatkan
efisiensi rata-rata alat ekstraksi cair-cair sebesar 86,1%.
3. Pada percobaan kedua dengan laju alir 100cc/min didapatkan efisiensi
rata-rata alat ekstraksi cair-cair sebesar 96,4%.
IX. Daftar Pustaka
Zulmanwardi. 2007. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi 2. Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang: Makassar

Anda mungkin juga menyukai