Anda di halaman 1dari 14

LKM-1 PRAKTIKUM PEMISAHAN ANALITIK

Analisis Efektifitas Penggunaan Ligan Poli (Etil Eugeniloksi Asetat)


PEEA dalam Pemisahan Ion Fe3+ dan Ni2+ Menggunakan Metode
SSA (Spektrofotometri Serapan Atom).

Disusun oleh :
Group D
Nurul Hasanah 1910120120002
Eyby Mayu Tumanggor A25118057

Mata Kuliah :
Pemisahan Analitik

Dosen Pengampu :
Dr. Sitti Aminah, M.Si.
Dr. Irwan Said, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
MEI 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Ion logam Fe merupakan salah satu jenis ion logam yang dapat dijumpai dalam badan
air hal ini dikarenakan penggunaannya yang sangat luas diberbagai bidang. Apabila
konsentrasi besi terlarut dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, maka akan
menyebabkan korosi pada pipa air, menimbulkan warna, bau dan rasa tidak enak pada air serta
dampak terhadap kesehatan. Meskipun terkadang keberadaan ion-ion tersebut sangat rendah
sehingga dibutuhkan suatu teknik pengayaan/prakonsentrasi untuk mengungkap
keberadaannya. Ekstraksi pelarut merupakan salah satu metode pemisahan yang dapat
diterapkan untuk pemisahan ion-ion logam ataupun untuk pengayaan dengan menggunakan zat
pengompleks/ khelat. Untuk memisahkan dan mengetahui efektifitas penggunaan Ligan Poli(etil

eugeniloksi asetat) PEEA dalam pemisahan ion Fe3+ dan Ni2+ maka kami akan mengkaji
beberapa factor yang mempengaruhi pemisahan tersebut dengan judul “Analisis Efektifitas

Penggunaan Ligan Poli (Etil Eugeniloksi Asetat) PEEA dalam Pemisahan Ion Fe3+ dan Ni
Menggunakan Metode SSA (Spektrofotometri Serapan Atom)”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana menuliskan Diagram ekstraksi yang terjadi?
b. Bagaimana pengaruh pH terhadap selektifitas Ligan?
c. Bagaimana menentukan %E dan koefisien selektifitas dengan menerapkan konsep dasar
matematika?
d. Bagaimana membuat grafik %E terhadap pH!
e. Apakah penggunaan Poli(etil eugeniloksi asetat), PEEA sebagai ligan pengkhelat yang
efektif untuk memisahkan ion Fe3+ dengan Ni2+ telah Anda temukan ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
a. Untuk menuliskan Diagram ekstraksi yang terjadi.
b. Untuk menjelaskan pengaruh pH terhadap selektifitas Ligan
c. Untuk menentukan %E dan koefisien selektifitas dengan menerapkan konsep dasar
matematika
d. Untuk membuat grafik %E terhadap pH
e. Untuk mengetahui penggunaan Poli(etil eugeniloksi asetat), PEEA sebagai ligan
pengkhelat yang efektif untuk memisahkan ion Fe3+ dengan Ni2+
BAB II
DASAR TEORI

Ekstraksi pelarut merupakan salah satu metode pemisahan yang baik dan populer.
Keunggulan metode ini disebabkan ekstraksi pelarut mudah dilakukan, peralatan yang
sederhana, waktu pemisahan cepat dan dapat dikerjakan baik pada skala mikro maupun makro
(Marison dan Freisher, 1996). Metode ekstraksi pelarut dapat digunakan untuk keperluan
preparasi, pemurnian (pengkayaan), pemisahan maupun untuk analisis pada semua skala kerja
(Khopkar, 1990).
Penerapan untuk skala mikro biasanya biasanya dikembangkan pada lembaga-lembaga
pendidikan dan penelitian, sedangkan untuk skala makro diaplikasikan pada bidang
perindustrian. Ekstraksi pelarut dari ion logam dengan media air ke dalam media organik
sangat penting untuk pemurnian (pengkayaan) maupun untuk perlakuan dalam proses analisis
kimia. Ekstraksi pelarut dapat digunakan untuk pengambilan logam-logam berat yang bersifat
toksik yang biasanya banyak terdapat dalam limbah industri dan pertambangan. Kontaminasi
logam berat di lingkungan merupakan masalah besar di dunia saat ini. Masalah terbesar dari
logam berat adalah akumulasinya pada rantai makanan dan keberadaannya di alam, serta
meningkatnya sejumlah logam berat yang menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara dan
air meningkat (Suhendrayatna, 2001).
Beberapa ion logam yang dapat mencemari lingkungan menurut Suhendrayatna (2001)
adalah arsenik (As), perak (Ag), kadmium (Cd), krom (Cr), kobalt (Co), tembaga (Cu), besi
(Fe), seng (Zn) merupakan polutan yang berbahaya dan menjadi perhatian karena memiliki
sifat toksik yang berbahaya bagi manusia. Logam-logam tersebut memiliki afinitas yang besar
terhadap sulfur dan merusak kerja enzim dengan membentuk ikatan dengan sulfur yang ada
dalam enzim (Manahan, 2000). Dalam pengolahan logam secara hidrometarlugi, ekstraksi
pelarut digunakan untuk pengambilan logam dengan kemurnian dan nilai ekonomis yang
tinggi, disamping itu juga untuk pengambilan logam-logam berat yang bersifat toksik yang
biasanya banyak terdapat dalam limbah industri tersebut. Pengembangan metode ekstraksi
pelarut meliputi 2 aspek, yaitu pengembangan teknik ekstraksi dan pengembangan ligan
ekstraksi selektif. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan ligan yang baik dan
ekonomis.
Menurut Ritchy dan Ashbrook (1984) ligan yang baik adalah yang memenuhi kriteria:
selektif dan sensitif, mudah dan sederhana pembuatan rendemen, kemurnian tinggi, kapasitas
ekstrasinya tinggi, bersifat asam terhadap lingkungan. Ligan biasanya selektif terhadap suatu
jenis logam dan tidak selektif terhadap logam yang lain. Dengan memperhatikan struktur kimia
eugenol dan perkembangan dari jenis-jenis ligan yang disintetis, maka peneliti menggunakan
ligan poli(etil eugeniloksi asetat) sebagai ekstraktan pada ekstraksi logam Fe3+, dan Ni2+. Ligan
tersebut diharapkan mampu berfungsi sebagai agen pengkhelat yang selektif terhadap ion
tertentu karena ligan jenis pengkhelat dilaporkan memiliki selektifitas yang tinggi, khususnya
untuk logam-logam golongan transisi (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer adalah suatu alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Jadi, Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti
prisma, grating ataupun celah optis (Khopkar, 2003).
Metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA) memiliki perkembangan yang pesat. Metode
Spektroskopi Serapan Atom (SSA) digunakan untuk mendeteksi (menganalisa) hampir
keseluruhan unsur – unsur logam yang terdapat pada sistem periodik. Metode ini dipakai untuk
menganalisa logam – logam yang terdapat di dalam sampel dalam bentuk bahan – bahan
pencemar lingkungan (Walsh, 1955).
BAB III
RANCANGAN PROSEDUR

3.1. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Neraca Analitik
2. Labu Ukur
3. Pipet tets
4. Botol plastik
5. Botol ekstraksi
6. Corong pisah
7. Kertas saring
8. AAS PG – 990 series
9. Gelas Beker 200 ml
10. Labu Ukur 100ml
11. Labu Ukur 200ml
12. Labu Ukur 500ml
13. Hot Plate
14. Pipet Volume 5 ml
15. Pipet Volume 25ml
16. Pipet Volume 100ml
17. Kaca arloji
18. Batang pengaduk
19. Spektrofotometer
20. pH meter
21. Stirrer

b. Bahan
1. Senyawa Poli (eugeniloksi asetat)
2. Fe(NO3)3.9H2O
3. Ni(NO3)2.6H2O
4. Aquades
5. Aquabidest
6. NaOH
7. HNO3
8. CHCl3
9. Logam Feronikel
10. Larutan Standard Fe 100 ppm
11. Larutan Standard Fe 1000 ppm
12. Asam nitrat 0,02 M (1,5 ml HNO3 pekat/liter)
13. Asam nitrat (HNO3)(P)
14. Sampel air
15. Asam Klorida (HCl) 1: 5
16. Asam Klorida (HCl)(P)
17. CaCO3
18. Larutan Standard Mn 25 ppm
19. Larutan Standard 1000 ppm

3.2. Prosedur Analisis


a. Ekstraksi Larutan
1. Memasukkan Sederetan campuran larutan Fe(NO3)3.9H2O 0,0185 M dan larutan
Ni(NO3)2.6H2O 0,0085 M dengan pH bervariasi dari pH 1, 3, 4 dan 5, sebanyak 10
mL dari larutan induk yang telah diencerkan 10x kedalam botol plastik
2. Variasi pH dibuat dengan menambahkan NaOH 1,0 x 10-2 M atau HNO3 1,0 x 10-2
M tetes demi tetes hingga diperoleh variasi pH dari 1, 3, 4 dan 5
3. Memindahkan larutan ke dalam botol ekstraksi dan ditambahkan 5 mL poli (etil
eugeniloksi asetat) 5,0 x 10-3 M dalam kloroform.
4. Menutup botol ekstraksi lalu mengocoknya selama 60 menit pada suhu kamar.
5. Memindahkan larutan ke dalam corong pisah dan didiamkan sampai terjadi
pemisahan antara fasa air dan fasa organik
6. Menyaring larutan dengan kertas saring. Pada fasa air konsentrasi ion logam yang
tersisa dianalisis dengan AAS. Dari data analisis dibuat kurva hubungan antara
efisiensi ekstraksi (%E) dan pH.

b. Penentuan kadar logam Fe dan Ni


➢ Logam Fe
1. Disiapkan tabung uji AAS yang telah dibilas dengan asam nitrat 0,02 M
2. Dimasukkan blanko, larutan standard dan sampel kedalam masing – masing tabung
dan diletakkan berurutan pada alat Auto Sampler
3. Ikuti petunjuk pengoperasian alat. Lakukan pengujian pada panjang gelombang
248,3 nm, dan arus lampu katoda 5 mA
4. Dari monitor pilih menu Zero lalu klik pada menu bar atau klik tanda pada toolbar
5. Ditunggu sampai pengujian selesai
6. Dilihat hasil analisa pada halaman kerja yang terlihat pada layar monitor
➢ Logam Nikel
Diambil 50 mL Ni2+ 2 ppm, 5 mL Cu2+ 100 ppm, APDC 2% optimal, pH diatur menjadi
2, ditambah 1 mL Fe(III) 10 ppm, kemudian larutan diaduk pada waktu optimal sampai
terjadi endapan. Endapan kemudian disaring dan dicuci dengan aqua demin. Endapan
ditambah dengan HNO3 pekat, sehingga endapan larut dan larutan menjadi jernih.
Larutan yang terjadi diencerkan dengan aqua demin sampai volume 10 mL, kemudian
diukur absorbansinya menggunakan SSA. Ulangi cara kerja di atas dengan memvariasi
konsentrasi Fe(III) 1 mL sebanyak 20, 30, 40, dan 50 ppm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Randemen


a. Ekstraksi Pelarut
Variabel yang mempengaruhi Ekstraksi Logam Fe3+ dan Ni2+ dengan Ligan Poli(etil
eugeniloksi asetat)
Pembentukan senyawa kompleks dari senyawa poli(etil eugeniloksi asetat) dengan
kation logam Fe3+ dan Ni2+ akan dapat diketahui dengan mempelajari pengaruh pH, dalam
proses ekstraksi.
Pengaruh Keasaman /pH larutan terhadap efisiensi ekstraksi
Suatu proses ekstraksi menggunakan agen pengkhelat dipengaruhi oleh keasaman atau
pH suatu larutan. Untuk menguji pengaruh keasaman/pH larutan terhadap selektivitas ligan
dilakukan ekstraksi menggunakan ligan poli(etil eugeniloksi asetat) dengan konsentrasi 5,0x10-
3
M dan konsentrasi logam (3:1) yaitu Fe3+ 1,85 x 10-3 M dan Ni2+ 8,50 x 10-4 M. Hasil ekstraksi
selama 60 menit dari logam Fe3+ dan Ni2+ dibuat variasi pH 1, 3, 4 dan 5 dengan ligan poli(etil
eugeniloksi asetat). Besarnya nilai % ekstraksi pada masing-masing larutan dihitung dari
perubahan konsentrasi ion logam dalam fasa air sebelum dan sesudah ekstraksi. Dari hasil
perhitungan dapat diketahui bahwa pH berpengaruh terhadap % ekstraksi suatu logam. Hal ini
dapat dilihat dari grafik hubungan antara % ekstraksi dengan pH larutan logam, yang ditujukan
pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1 di atas menunjukan secara umum semakin besar pH semakin banyak pula
ion logam yang terekstrak. Sesuai dengan jenis ligan yang digunakan yaitu ligan proton
terionisasi, maka semakin besar pH larutan, ligan akan cenderung terdisosiasi melepaskan ion
H+ dan membentuk anion ligan (R). Dengan semakin besarnya R- dalam sistem akan semakin
besar pula kecenderungan pembentukan kompleks. Hal ini sesuai dengan persamaan (10) yang
menyatakan bahwa ekstraksi suatu logam dipengaruhi oleh konsentrasi ligan dan konsentrasi
H3O+ yang merupakan pH pada fasa air. Hubungan pH dengan % ekstraksi menunjukan bahwa
ion logam Fe3+ mulai terekstraksi pada pH 1 dengan harga %E sebesar 67,04%, pH 3 harga
%E 67,49% dan mencapai optimum pada pH 4 dengan harga %E sebesar 94,77%. Sedangkan
ion logam Ni2+ terekstraksi pada pH 1 sebesar 33,93%, pH 3 harga %E 34,96% dan mencapai
optimum pada pH 4 dengan harga %E 35,16%. Pada rentang pH 1, 3 dan 4 ion logam Fe3+ dan
ion logam Ni2+ mengalami peningkatan %E sebanding dengan meningkatnya pH. Ion logam
Fe3+ terekstraksi lebih besar dibandingkan dengan ion logam Ni2+ karena Fe3+ merupakan asam
keras, jadi lebih mudah dan stabil membentuk kompleks dengan ligan poli(etil eugeniloksi
asetat) yang merupakan basa keras, sedangkan ion logam Ni2+ merupakan asam menengah,
berdasarkan teori asam-basa keras-lunak (HSAB). Ion logam Fe3+ lebih kuat berikatan dengan
ligan poli(etil eugeniloksi asetat) daripada ion logam Ni2+.Pada rentang pH 5, efisiensi
ekstraksi ion logam Fe3+ mengalami penurunan yang sangat sedikit dan dianggap konstan,
sebesar 94,17%.Dengan penambahan basa logam Fe3+ berada dalam bentuk Fe(OH)3 dan
terjadi endapan, endapan dilucuti dengan penambahan 5 mL HNO3 1 M. Efisiensi ekstraksi
Ni2+ sebesar 49,90% dan Ni berada dalam bentuk Ni(OH)+. Berdasarkan data di atas,
menunjukan bahwa secara umum efisiensi ekstraksi (%E) meningkat sesuai peningkatan pH
fasa air, terbatas pada kisaran pH tertentu. Pada pH yang lebih tinggi jumlah ion OH- dalam
sistem meningkat sehingga terjadi kompetisi ion OH- dengan ligan poli(etil eugeniloksi asetat)
dalam berikatan dengan Fe3+ dan Ni2+. Jadi larutan Fe3+ diperoleh pH optimum adalah pada
saat pH 4. Ditinjau dari senyawa kompleks yang terbentuk diduga senyawa kompleks Fe-
poli(etil eugeniloksi asetat) mempunyai ikatan yang kuat dan stabil dibandingkan dengan Ni-
poli(etil eugeniloksi asetat), sesuai teori HSAB. Perkiraan model interaksi ligan poli(etil
eugeniloksi asetat) dengan ion logam Fe3+ dan Ni2+ seperti Gambar 2 dan Gambar 3 berikut
ini:
Gambar 2. Perkiraan bentuk senyawa kompleks antara Fe3+ dengan poli(etil eugeniloksi asetat)

Gambar 3. Perkiraan bentuk senyawa kompleks antara Ni2+ dengan poli (etil eugeniloksi
asetat).
b. Penentuan Kadar Fe dan Ni
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu pada logam besi di dapatkan hasil sebagai
berikut :
Sa Abs / Abs / Abs /
mpel Cons Cons Cons
AF 0,037 / 0,037 / 0,037 /
– 21 0,532 0,532 0,532
AF 0,041 / 0,041 / 0,041 /
– 36 0,595 0,595 0,595
AF 0,035 / 0,035 / 0,035 /
– 33 0,508 0,508 0,508
AF 0,038 / 0,038 / 0,038 /
–4 0,557 0,557 0,557
Keterangan :
AF – 21 : Air Filter JL. Bersama
AF – 36 : Air Filter JL. Matahari
AF – 33 : Air Filter JL. Gurilla
AF – 4 : Air Filter Rumah Susun
RS – 11 : Air Filter Kota Bangun
RS – 21 : Air Reservoir Limau Manis
RS – 25 : Air Reservoir WTP Kelambir V
RS – 26 : Air Reservoir WTP JL.Karsa
RS – 6 : Air Reservoir Mabar

Dari hasil analisa kadar logam Besi (Fe) yang diperoleh dari sampel Air Filter masing
– masing adalah 0,532 mg/L ; 0,595 mg/L ; 0,508 mg/L dan 0,557 mg / L. Selanjutnya hasil
yang di peroleh pada tes penentuan kadar logam Nikel. Interferensi logam Fe dapat
menyebabkan absorbansi dari analit yang ditentukan menjadi lebih besar atau lebih kecil
daripada absorbansi seharusnya. Setelah diperoleh kondisi kopresipitasi optimum yaitu pH
larutan 4, volume ligan APDC sebanyak 6 mL, dan waktu pengadukan 15 menit, agar metode
tersebut dapat diterapkan dalam sampel yang sesungguhnya, perlu dilakukan pula pengamatan
tentang efek keberadaan ion logam lain yang berpotensi memberikan interferensi yaitu Fe3+.
Menurut Hermawanti (2009), bahwa suatu ion dianggap mengganggu apabila ion tersebut
dapat memberikan sumbangan kesalahan pengamatan lebih besar dari ± 10% absorbansi jika
dibandingkan dengan data pengamatan yang bebas ion pengganggu.
Dalam sistem periodik unsur besi dan nikel terletak dalam satu periode, sehingga antara
besi dan nikel mempunyai sifat yang mirip. Sehingga dengan adanya ion besiakan mengganggu
absorbansi dari nikel. Menurut Stary dan Irving (1964) ligan APDC dapat membentuk
kompleks dengan beberapa logam diantaranya besi, kobal, nikel, vanadium, tembaga, arsen,
dan timbal. Berdasarkan hal ini maka ligan APDC dapat membentuk kompleks dengan logam
besi.
Dengan adanya penambahan jumlah Fe(III) yang semakin besar maka akan
menyebabkan pula bertambahnya harga absorbansi Ni(II). Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan Fe(III) yang sedikit akan tetap mengganggu analisis Ni(II). Namun, Fe(III) mulai
mengganggu banyak pada titik ke- 3 yaitu pada penambahan 1 mL 20 ppm atau 20 μg dengan
absorbansi sebesar 0,132. Selisih absorbansi pada titik ke- 3 yaitu titik absorbansi Ni(II) dengan
adanya Fe(III) dengan titik absorbansi Ni(II) tanpa Fe(III) adalah sebesar 0,014.
Seharusnya uji interferensi Fe(III) terhadap Ni(II) menunjukkan grafik yang mengalami
penurunan karena Fe(III) dengan Ni(II) mengalami perebutan ligan pirolidin ditiokarbamat
untuk mengendap sehingga konsentrasi Ni(II) semakin sedikit. Namun, kajian interferensi di
atas menunjukkan kenaikan grafik disebabkan karena Fe(III)selain mempunyai sifat yang mirip
dengan Ni(II)juga mengganggu dalam analisis AAS sehingga dapat menaikkan harga
absorbansi dari nikel. Sehingga keberadaan ion Fe(III) selain menyebabkan interferensi
terhadap Ni(II) juga mengganggu dalam analisis AAS, yang menyebabkan kenaikan
absorbansi.

BAB V. KESIMPULAN
Analisis kualitatif ekstrak air daun kelor dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada
tumbuhan dengan menggunakan reagen AlCl3. Diamati perubahan warna yang terbentuk yaitu
warna hijau. Hasil dari identifikasi ekstrak air daun kelor dan secang positif mengandung flavonoid.
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif kandungan total flavonoin ekstrak daun kelor Moringa
oleifera Lam maka dapat disimpulkan bahwa hasil ekstrak daun kelor dari metode sokletasi
memiliki kandungan flavonoid terbesar.
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S. M., (1985), Basic Concepts of Analitical Chemistry, Wiley Eastern Limited,
London
Manahan, (1992), To Xicological Chemistry, 2th Edition, Lewis Publisher, Michigan
Marrisson, G.H., & Freisher, H., (1996), Solvent Extraction in Analytical Chemistry, John
Wiley & Sons inc., New York
Ritcey, G.M., & Ashbrook, A., (1984), Solvent Extraction, Elsevier Science Publisher,
Amsterdam
Suhendrayatna., 2001, Heavy Metal Bioremoval by Microorganisme:A

Anda mungkin juga menyukai