Disusun oleh :
Group D
Nurul Hasanah 1910120120002
Eyby Mayu Tumanggor A25118057
Mata Kuliah :
Pemisahan Analitik
Dosen Pengampu :
Dr. Sitti Aminah, M.Si.
Dr. Irwan Said, M.Si.
eugeniloksi asetat) PEEA dalam pemisahan ion Fe3+ dan Ni2+ maka kami akan mengkaji
beberapa factor yang mempengaruhi pemisahan tersebut dengan judul “Analisis Efektifitas
Penggunaan Ligan Poli (Etil Eugeniloksi Asetat) PEEA dalam Pemisahan Ion Fe3+ dan Ni
Menggunakan Metode SSA (Spektrofotometri Serapan Atom)”.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
a. Untuk menuliskan Diagram ekstraksi yang terjadi.
b. Untuk menjelaskan pengaruh pH terhadap selektifitas Ligan
c. Untuk menentukan %E dan koefisien selektifitas dengan menerapkan konsep dasar
matematika
d. Untuk membuat grafik %E terhadap pH
e. Untuk mengetahui penggunaan Poli(etil eugeniloksi asetat), PEEA sebagai ligan
pengkhelat yang efektif untuk memisahkan ion Fe3+ dengan Ni2+
BAB II
DASAR TEORI
Ekstraksi pelarut merupakan salah satu metode pemisahan yang baik dan populer.
Keunggulan metode ini disebabkan ekstraksi pelarut mudah dilakukan, peralatan yang
sederhana, waktu pemisahan cepat dan dapat dikerjakan baik pada skala mikro maupun makro
(Marison dan Freisher, 1996). Metode ekstraksi pelarut dapat digunakan untuk keperluan
preparasi, pemurnian (pengkayaan), pemisahan maupun untuk analisis pada semua skala kerja
(Khopkar, 1990).
Penerapan untuk skala mikro biasanya biasanya dikembangkan pada lembaga-lembaga
pendidikan dan penelitian, sedangkan untuk skala makro diaplikasikan pada bidang
perindustrian. Ekstraksi pelarut dari ion logam dengan media air ke dalam media organik
sangat penting untuk pemurnian (pengkayaan) maupun untuk perlakuan dalam proses analisis
kimia. Ekstraksi pelarut dapat digunakan untuk pengambilan logam-logam berat yang bersifat
toksik yang biasanya banyak terdapat dalam limbah industri dan pertambangan. Kontaminasi
logam berat di lingkungan merupakan masalah besar di dunia saat ini. Masalah terbesar dari
logam berat adalah akumulasinya pada rantai makanan dan keberadaannya di alam, serta
meningkatnya sejumlah logam berat yang menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara dan
air meningkat (Suhendrayatna, 2001).
Beberapa ion logam yang dapat mencemari lingkungan menurut Suhendrayatna (2001)
adalah arsenik (As), perak (Ag), kadmium (Cd), krom (Cr), kobalt (Co), tembaga (Cu), besi
(Fe), seng (Zn) merupakan polutan yang berbahaya dan menjadi perhatian karena memiliki
sifat toksik yang berbahaya bagi manusia. Logam-logam tersebut memiliki afinitas yang besar
terhadap sulfur dan merusak kerja enzim dengan membentuk ikatan dengan sulfur yang ada
dalam enzim (Manahan, 2000). Dalam pengolahan logam secara hidrometarlugi, ekstraksi
pelarut digunakan untuk pengambilan logam dengan kemurnian dan nilai ekonomis yang
tinggi, disamping itu juga untuk pengambilan logam-logam berat yang bersifat toksik yang
biasanya banyak terdapat dalam limbah industri tersebut. Pengembangan metode ekstraksi
pelarut meliputi 2 aspek, yaitu pengembangan teknik ekstraksi dan pengembangan ligan
ekstraksi selektif. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan ligan yang baik dan
ekonomis.
Menurut Ritchy dan Ashbrook (1984) ligan yang baik adalah yang memenuhi kriteria:
selektif dan sensitif, mudah dan sederhana pembuatan rendemen, kemurnian tinggi, kapasitas
ekstrasinya tinggi, bersifat asam terhadap lingkungan. Ligan biasanya selektif terhadap suatu
jenis logam dan tidak selektif terhadap logam yang lain. Dengan memperhatikan struktur kimia
eugenol dan perkembangan dari jenis-jenis ligan yang disintetis, maka peneliti menggunakan
ligan poli(etil eugeniloksi asetat) sebagai ekstraktan pada ekstraksi logam Fe3+, dan Ni2+. Ligan
tersebut diharapkan mampu berfungsi sebagai agen pengkhelat yang selektif terhadap ion
tertentu karena ligan jenis pengkhelat dilaporkan memiliki selektifitas yang tinggi, khususnya
untuk logam-logam golongan transisi (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer adalah suatu alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Jadi, Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti
prisma, grating ataupun celah optis (Khopkar, 2003).
Metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA) memiliki perkembangan yang pesat. Metode
Spektroskopi Serapan Atom (SSA) digunakan untuk mendeteksi (menganalisa) hampir
keseluruhan unsur – unsur logam yang terdapat pada sistem periodik. Metode ini dipakai untuk
menganalisa logam – logam yang terdapat di dalam sampel dalam bentuk bahan – bahan
pencemar lingkungan (Walsh, 1955).
BAB III
RANCANGAN PROSEDUR
b. Bahan
1. Senyawa Poli (eugeniloksi asetat)
2. Fe(NO3)3.9H2O
3. Ni(NO3)2.6H2O
4. Aquades
5. Aquabidest
6. NaOH
7. HNO3
8. CHCl3
9. Logam Feronikel
10. Larutan Standard Fe 100 ppm
11. Larutan Standard Fe 1000 ppm
12. Asam nitrat 0,02 M (1,5 ml HNO3 pekat/liter)
13. Asam nitrat (HNO3)(P)
14. Sampel air
15. Asam Klorida (HCl) 1: 5
16. Asam Klorida (HCl)(P)
17. CaCO3
18. Larutan Standard Mn 25 ppm
19. Larutan Standard 1000 ppm
Gambar 3. Perkiraan bentuk senyawa kompleks antara Ni2+ dengan poli (etil eugeniloksi
asetat).
b. Penentuan Kadar Fe dan Ni
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu pada logam besi di dapatkan hasil sebagai
berikut :
Sa Abs / Abs / Abs /
mpel Cons Cons Cons
AF 0,037 / 0,037 / 0,037 /
– 21 0,532 0,532 0,532
AF 0,041 / 0,041 / 0,041 /
– 36 0,595 0,595 0,595
AF 0,035 / 0,035 / 0,035 /
– 33 0,508 0,508 0,508
AF 0,038 / 0,038 / 0,038 /
–4 0,557 0,557 0,557
Keterangan :
AF – 21 : Air Filter JL. Bersama
AF – 36 : Air Filter JL. Matahari
AF – 33 : Air Filter JL. Gurilla
AF – 4 : Air Filter Rumah Susun
RS – 11 : Air Filter Kota Bangun
RS – 21 : Air Reservoir Limau Manis
RS – 25 : Air Reservoir WTP Kelambir V
RS – 26 : Air Reservoir WTP JL.Karsa
RS – 6 : Air Reservoir Mabar
Dari hasil analisa kadar logam Besi (Fe) yang diperoleh dari sampel Air Filter masing
– masing adalah 0,532 mg/L ; 0,595 mg/L ; 0,508 mg/L dan 0,557 mg / L. Selanjutnya hasil
yang di peroleh pada tes penentuan kadar logam Nikel. Interferensi logam Fe dapat
menyebabkan absorbansi dari analit yang ditentukan menjadi lebih besar atau lebih kecil
daripada absorbansi seharusnya. Setelah diperoleh kondisi kopresipitasi optimum yaitu pH
larutan 4, volume ligan APDC sebanyak 6 mL, dan waktu pengadukan 15 menit, agar metode
tersebut dapat diterapkan dalam sampel yang sesungguhnya, perlu dilakukan pula pengamatan
tentang efek keberadaan ion logam lain yang berpotensi memberikan interferensi yaitu Fe3+.
Menurut Hermawanti (2009), bahwa suatu ion dianggap mengganggu apabila ion tersebut
dapat memberikan sumbangan kesalahan pengamatan lebih besar dari ± 10% absorbansi jika
dibandingkan dengan data pengamatan yang bebas ion pengganggu.
Dalam sistem periodik unsur besi dan nikel terletak dalam satu periode, sehingga antara
besi dan nikel mempunyai sifat yang mirip. Sehingga dengan adanya ion besiakan mengganggu
absorbansi dari nikel. Menurut Stary dan Irving (1964) ligan APDC dapat membentuk
kompleks dengan beberapa logam diantaranya besi, kobal, nikel, vanadium, tembaga, arsen,
dan timbal. Berdasarkan hal ini maka ligan APDC dapat membentuk kompleks dengan logam
besi.
Dengan adanya penambahan jumlah Fe(III) yang semakin besar maka akan
menyebabkan pula bertambahnya harga absorbansi Ni(II). Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan Fe(III) yang sedikit akan tetap mengganggu analisis Ni(II). Namun, Fe(III) mulai
mengganggu banyak pada titik ke- 3 yaitu pada penambahan 1 mL 20 ppm atau 20 μg dengan
absorbansi sebesar 0,132. Selisih absorbansi pada titik ke- 3 yaitu titik absorbansi Ni(II) dengan
adanya Fe(III) dengan titik absorbansi Ni(II) tanpa Fe(III) adalah sebesar 0,014.
Seharusnya uji interferensi Fe(III) terhadap Ni(II) menunjukkan grafik yang mengalami
penurunan karena Fe(III) dengan Ni(II) mengalami perebutan ligan pirolidin ditiokarbamat
untuk mengendap sehingga konsentrasi Ni(II) semakin sedikit. Namun, kajian interferensi di
atas menunjukkan kenaikan grafik disebabkan karena Fe(III)selain mempunyai sifat yang mirip
dengan Ni(II)juga mengganggu dalam analisis AAS sehingga dapat menaikkan harga
absorbansi dari nikel. Sehingga keberadaan ion Fe(III) selain menyebabkan interferensi
terhadap Ni(II) juga mengganggu dalam analisis AAS, yang menyebabkan kenaikan
absorbansi.
BAB V. KESIMPULAN
Analisis kualitatif ekstrak air daun kelor dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada
tumbuhan dengan menggunakan reagen AlCl3. Diamati perubahan warna yang terbentuk yaitu
warna hijau. Hasil dari identifikasi ekstrak air daun kelor dan secang positif mengandung flavonoid.
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif kandungan total flavonoin ekstrak daun kelor Moringa
oleifera Lam maka dapat disimpulkan bahwa hasil ekstrak daun kelor dari metode sokletasi
memiliki kandungan flavonoid terbesar.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S. M., (1985), Basic Concepts of Analitical Chemistry, Wiley Eastern Limited,
London
Manahan, (1992), To Xicological Chemistry, 2th Edition, Lewis Publisher, Michigan
Marrisson, G.H., & Freisher, H., (1996), Solvent Extraction in Analytical Chemistry, John
Wiley & Sons inc., New York
Ritcey, G.M., & Ashbrook, A., (1984), Solvent Extraction, Elsevier Science Publisher,
Amsterdam
Suhendrayatna., 2001, Heavy Metal Bioremoval by Microorganisme:A