Anda di halaman 1dari 14

M.

Rezqon Apryan
1910211210060
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam
Kejahatan Terhadap Satwa Liar yang Dilindungi
SEMINAR PROPOSAL
Latar Belakang
Megabiodiversity, yang menjadi julukan
indonesia dikarenakan memiliki
keanekaragaman hayati tertinggi ketiga
dunia. Indonesia memiliki 38.spesies
tumbuhan, 55% nya merupakan spesies yang
endemik, 512 spesias binatang menyusui,
39% nya adalah merupakan spesies endemik

Diambang Kepunahan

Salah satu penyebab utama dari beberapa penyebab


berkurangnya dan punahnya spesies adalah aktivitas manusia
yang tidak ramah terhadap non manusia termasuk alam dan
yang terkandung didalamnya yaitu satwa.
Latar Belakang Undang-Undang
Kurangnya perhatian Tindak Nomor 5 Tahun 1990
Pidana Terhadap Satwa Liar Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya

1. Perdagangan secara Ilegal menjadi pemicu utama


2. Secara hidup maupun sudah mati
Penawaran harga jual tinggi
Kakatua Gading Gajah/ Cula
Dikarenakan keunikan dan
Jambul Kuning Badak
kelangkaan.
POINT PENTING
Kepunahan Satwa Liar tidak bisa
Dikembalikan ke keadaan semula.

Perburuan, Perdagangan, peneyelundupan,


perdagangan, secara besar-besaran.

Menciptakan
Kesempatan
KELEMAHAN PADA
Korporasi
UNDANG- UNDANG
CONTOH KASUS PENTING
berita pemeriksaan petugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya
Pabean Tanjung Perak menemukan sirip hiu yang dikemas dalam 352 kantong yang
tersimpan dalam kontainer berukuran 40 kaki. Menurut rencana, sirip hiu itu akan dikirim
ke Hong Kong. Modus yang digunakan pelaku untuk menyelundupkan hiu adalah dengan
memalsukan informasi dokumen ekspor barang, yang diberitahukan sebagai perut ikan
beku. Sirip hiu tersebut diperkirakan berasal dari jenis hiu martil dan hiu biru dengan berat
total 20.184 kilogram (kg). Hiu martil merupakan salah satu dari 73 jenis ikan hiu yang
dilindungi. Dua di antara 73 jenis itu habitatnya berada di Indonesia, yaitu hiu martil dan
hiu koboi.
Selain itu, ada kasus lembaga konservasi yang dijadikan modus dalam kepemilikan satwa
illegal, yaitu kasus P.T Nuansa Alam Nusantara di Padang Lawas Utara, Sumatra Utara.
Dalam kasus tersebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (selanjutnya
disebut Mabes Polri) mengamankan dan menyita berbagai satwa dilindungi di Mini Zoo
P.T. Nuansa Alam Nusantara. Puluhan satwa terancam punah yang dimiliki oleh PT
tersebut diduga illegal karena izin yang dimiliki masih merupakan izin sementara. Contoh
lain, lembaga penangkaran seringkali digunakan sebagai alat untuk pencucian satwa
dengan mengklaim satwa liar dilindungi sebagai hasil penangkaran, sebagaimana yang
terjadi dalam kasus CV Bintang Terang di Jawa Timur
POINT PENTING
Dari kasus tersebut maka Korporasi
adalah salah satu pameran penting
yang sering terjadi pada percepatan
pemunahan satwa liar
Namun tidak ada dalam UU Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Tidak diatur secara khusus.

Ketentuan Pidana
KETENTUAN
PIDANA
Pasal 40 ayat 2 mengatur: “Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat [1] dan ayat [2]
[menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara,
mengangkut, dan memperniagagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan
hidup] serta Pasal 31 ayat [3] dipidana penjara paling lama 5 [lima] tahun dan
denda paling banyak Rp100.000.000,00 [seratus juta Rupiah].

Tidak Bisa memasuki


Unsur Barang siapa
Ranah Korporasi
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaiamana Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
dalam Kejahatan terhadap satwa liar yang dilindungi ?
2. Bagaimana Formulasi Perumusan Pasal Pidana
Korporasi dalam kejahatan terhadap satwa liar yang
dilindungi ?
Tujuan
1.Untuk mengetahui serta menyimpulkan pertanggungjawaban pidana Korporasi
dalam Kejahatan terhadap satwa liar yang dilindungi

2. Untuk mengetahui bagaiaman formulasi kebijakan pidana Pidana Korporasi

dalam kejahatan terhadap satwa liar yang dilindungi.


Kegunaan
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengetahuan dan
perkembangan ilmu hukum, terkhusus untuk Konservasi dan Sumber Daya alam
yang harus tetap terjaga mengingat masih kurangnya penegakan hukum terhadap
pembunuhan satwa liar yang dilindungi yang dilakukan oleh Korporasi.
2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan bisa menyumbang wawasan hukum,
informasi hukum, serta memungkinkan untuk perumus perundang-undangan
untuk membuat undang-undang yang fokus kepada formulasi sanksi pidana bagi
korporasi yang melakukan kejahatan terhadap satwa liar yang dilindungi dalam
rangka melanjutkan cita-cita konservasi. Untuk masyarakat umum agar bisa
sama-sama menjaga bahkan ikut serta dalam mengusulkan adanya kefokusan
perlindungan hukum terhadap satwa liar yang dilindungi agar terhindar dari
kepunahan.
Tinjauan Pustaka
TINDAK
PIDANA UMUM

TINDAK
PIDANA
KHUSUS

Tindak Pidana
Terhadap Satwa Liar
Yang Dilindungi

Tindak Pidana
Korporasi
Normatif

Metode Penelitian
Jenis Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat penelitian hukum Normatif, karena pada artinya Penelitian
hukum normatif ( normatif law research ) adalah merupakan penelitian hukum yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi
ketentuan hukum positif (perundang-undangan) dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi
didalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Sifat Penelitian
Deskriftif TIPE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif dalam artian Pendekatan yang diambil penulis dalam
memberikan realitas implementasi dan menganalisa penelitian adalah pendekatan
permasalahan yang ada pada UU No. 5 Tahun 1990 perbandingan ( Comparative Approach )
Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Dan masih tidak adanya dengan melihat beberapa undang-undang
Pertanggungjawaban Tindak Pidana Korporasi yang secara langsung mengatur mengenai
Terhadap Satwa Liar yang Dilindungi. Korporasi yang bertanggung jawab langsung
Metode deskriptif ini menggambarkan objek penelitian
dengan keadaan objek semata mata apa adanya. Untuk
terhadap tindak pidana. Dan pendekatan
melanjutkan pelaksanaan penulisan yang tepat dan undang-undang secara langsung (statute
sesuai dengan apa yang penulis coba deskripsikan. approach ).
SUMBER
BAHAN
HUKUM
Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari
norma atau kaidah dasar, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bahan hukum primer yang digunakan penulis dalam penelitian adalah :
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP) Kitab Undang- Undang Hukum
Acara Pidana ( Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana )
- Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
- Undang-Undang No. 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum sekunder yaitu berupa semua publikasi tentang hukum yang
bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum yang
meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, pendapat
ahli hukum, serta karya-karya ilmiah yang ada hubungannya dengan penelitian
ini.
Pengolahan dan Analisis Bahan
Hukum

Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum


Bahan hukum yang telah dikumpulkan, kemudian di
analisis dengan cara deskriftip, yaitu menjelaskan tentang
secara umum bagaimana kah Undang-Undang No. 5 Tahun
1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya dalam sudut pandang secara umum dan
terkhusus lagi mengenai Pertanggunjawaban Tindak Pidana
Korporasi. Norma manakah yang dirasa masih kurang dalam
hal penegakannya maupun kekosongan hukum yang terjadi
pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya ini. Untuk tujuan
konservasi yang menghindarkan dari ancaman kepunahan
yang harus kita hindari.
SISTEMATIKA
PENULISAN
BAB I, yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II, Tentang tinjauan umum secara teoritis mengenai konsep indonesia sebagai
Megabiodiversity, yang menjadi julukan indonesia dikarenakan memiliki keanekaragaman
hayati tertinggi ketiga dunia. Indonesia memiliki 38.spesies tumbuhan, 55% nya merupakan
spesies yang endemik, 512 spesias binatang menyusui, 39% nya adalah merupakan spesies
endemik. Dan mengapa sangat penting mengenai aturan yang dibuat untuk melestarikan
pemberian tuhan, sekaligus klasifikasi hewan liar yang dilindungi di indonesia
BAB III, yaitu tinjauan pustaka yang meliputi juga materi muatan UU No. 5 Tahun 1990
Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan melihat Tinjauan
Pustaka Tentang Teori Hukum Pidana Umum dan Khusus, Tindak Pidana Terhadap Satwa
Liar Yang Dilindungi dan Tindak Pidana Korporasi.
BAB IV, berisi pembahasan dan analisa tentang mengapa Hewan Liar yang Dilindungi
adalah penting untuk dipertahankan keberadaannya, sedangkan Undang-Undang yang ada
tidak memberikan ruang khusus untuk Hewan Liar yang dilindungi Terkhusus Korporasi yang
paling rentan berhubungan langsung dengan Lingkungan dan apa yang ada didalamnya dan
menjadi tanggung jawab negara untuk melaksanakan perintah tuhan dalam hal melindungi
apa yang diberikan terhadap indonesia.
BAB V, yaitu penutup, yang berisi kesimpulan dari pembahasan terhadap rumusan
masalah yang dilakukan dengan komprehensif dan dilengkapi dengan saran sebagai bahan
rekomendasi dari hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai