Anda di halaman 1dari 3

4.

Asam amino dari protein yang bersifat optic aktif adalah stereoisomer

asam amino dari protein adalah stereoisomer L merupakan hal yang istimewa, karena reaksi-reaksi
kimia biasa, dan bersifat non-biologi yang digunakan untuk sintesa suatu senyawa yang mempunyai
atom karbon asimetrik selalu menghasiikan produk- produk yang bersifat optik-inaktif. Hal ini,
disebabkan karena reaksi kimia biasa membentuk stereoisomer D dan L pada kecepatan yang sama.
Akibatnya, produk yang dihasilkan merupakan campuran rasemik atau rasemat, yaitu campuran
isomer D dan L pada jumlah molar yang sama, yang tidak memutar cahaya bidang polarisasi kedua
arah. Campuran rasemik dapat dipisahkan menjadi isomerD dan Lnya hanya dengan prosedur
pemisahan fisik yang amat banyak membutuhkan ketrampilan laboratorium, Isomer murni D atau L,
lambat laun akan terubah menjadi campuran rasemik selama penyimpanan. Semua molekul yang
memiliki C kiral merupakan optikal aktif yang bisa memutar bidang cahaya terpolarisasi sehingga
membentuk sistem D dan L. Desain L dan D digunakan untuk menjelaskan levorotatory (memutar
cahaya ke kiri) dan dextrorotatory (memutar cahaya ke kanan). Asam amino penyusun molekul
protein adalah yang memiliki stereoisomer L. D-asam amino dapat ditemukan pada penyusun
peptida rantai pendek yang menyusun dinding sel bakteri dan peptida yang berfungsi sebagai
antibiotic.

Gambar. Stereisomer pada asam amino

(Sumber. Tim D3 Analisis Kimia UII, 2018)

5. Kotak 5-1 Sistem RS dalam penentuan Isomer Optik

Persenyawaan yang inempunyai dua atau lebih pusat khiral dapat menimbulkan kesulit dalam
menentukan isomer secara sistem DL. Sistem RS untuk penamaan isomer optik tel ditemukan untuk
mengatasi kesulitan ini, dan juga kesulitan lainnya. Untuk memperlibe kan bagaimana kerja sistem
RS, marilah kita bahas suatu contoh. Pertama, kita harus men amati dan memberikan tingkatan
keempat atom substituen yang berbeda pada tiap atom karbon asimetrik berdasarkan penurunan
jumlah atom atau berdasarkan penurunan densitas valensi, jika gugus yang terkecil atau tingkat
terendah menjauhi arah si pengamat, Anggan. lah pengamat melihat ke arah bawah suatu roda
pengemudi dengan tiga jeruji, dengan tiane kemudi melambangkan ikatan kepada substituen
dengan prioritas terendah. Jika urutan penurunan ini dilihat berdasarkan arah jarum jam, konfigurasi
disekeliling pusat khiral ini adalah R (Latin rectus, "kanan"); jika penurunan tingkatan ini bersifat
berlawanan dengan arah jarum jam, konfigurasi ini adalah S (sinister, "kiri"). Tiap pusat khiral
dinamakan dengan prosedur serupa itu, Beberapa gugus fungsionil yang umum dijumpai pada
biomolekul disusun menurut penurunan prioritas sabagai berikut:

SH > OR > OH > NHCOR > NH, > COOH > CHO > CH,OH > CH, > CH, > H

Pada asam amino, penentuan L dan D menunjukkan konfigurasi a atau atom karbon nomor 2. Nama
"Allo" menunjukkan konfigurasi pada atom karbon nomor 3. Isomer senyawa-senyawa yang
mempunyai dua pusat khiral dikenal sebagai diastereoisomer. Marilah kita lihat sekarang bagaimana
L-treonin, isomer normal vang ditemukan pada protein dinamakan menurut sistem RS. Kita mulai
dengan atom karbon nomor 2. Keempat gugus substituennya, disusun berdasarkan penurunan
nomor atom atau densitas valens atom yang berikatan dengan atom karbon nomor 2 adalah -NH,
-COOH, -CHOHCAS -H. Jika sekarang kita mengubah letak seluruh molekul L-treonin, sehingga ikatan
anta karbon 2 dan atom H menjadi tiang kemudi, yang mengarah ke bawah di belakang bidang
halaman ini, kita akan melihat ketiga gugus lain sebagai:

(Sumber. Buku Lehninger)

Perhatikan bahwa urutan prioritas penurunan bersifat berlawanan dengan jarum jam (lihat tanda
panah). Oleh karena itu, konfigurasi atom karbon 2 adalah S. Dengan cara sama, kita dapat
memperlihatkan ruang yang sesuai untuk atom karbon 3 dengan ikatan pada gugus berprioritas
terendah, atom H mengarah ke belakang halaman ini.

(Sumber. Buku Lehninger)

Prioritas urutan pada karbon 3 mengarah ke putaran jarum jam, dan konfigurasi ini karenanya,
ditetapkan sebagai R. Akibatnya, kita menetapkan L-treonin sebagai (2S, 3R)-treonin di dalam sistem
RS. Penentuan dengan cara lama L., D., L-allo, dan D-allo bagi treonin telah demikian dikenal untuk
jangka waktu yang lama, sehingga cara ini tetap umum dipergunakan. Hal ini juga berlaku bagi
penamaan dan penentuan ruang gula-gula sederhana (Bab 11); tetapi, sistem RS merupakan metode
yang pada akhirnya dirasakan akurat bagi penentuan isomer optik dari molekul-molekul yang
hubungannya dengan isomer gliseraldehida belum ditentukan, atau yang menimbulkan kesulitan
dalam sistem DL. Hal ini seringkali terjadi pada senyawa alami kompleks yang mempunyai dua atau
lebih pusat khiral.
6. Kotak 5-2 Bagaimana menentukan umur seseorang melalui kimiawi asam amino

Isomer optik secara perlahan-lahan mengalami rasemisasi spontan-non enzimatik, sehingga, setelah
jangka waktu yang panjang, suatu campuran isomer D dan L dalam jumlah molar yang sama akan
terbentuk, dari isomer murni L atau D. Tiap asam L-amino akan meng- alami rasemisasi dengan
kecepatan yang diketahui pada suhu tertentu. Kenyataan ini dapat dipergunakan untuk menentukan
umur orang dan hewan, atau umur tulang fosil. Sebagai contoh, asam L-aspartat dari protein dentin,
yang terdapat di sebelah luar enamel keras gigi secara spontan berasemisasi dengan kecepatan 0,10
persen per tahun pada suhu tubuh. Dentin hanya mengandung L-aspartat pada waktu pembentukan
gigi semasa anak-anak. Dentin dapat diisolasi dari gigi seseorang dan kandungan D-aspartatnya
ditentukan, Analisa serupa ini telah dilakukan pada dentin penduduk desa di pegunungan di
Ekuador, Pen- duduk di daerah tersebut terkenal dengan umurnya yang luar biasa-panjang.
Sementara pendapat ini telah diabaikan, analisa rasemisasi telah ditemukan bersifat agak akurat.
Sebagai contoh, analisa ini menghasilkan umur 99 bagi wanita yang diketahui berumu: 97 tahun,
menurut catatan yang dapat dipercaya. Analisa yang dibuat pada kerangka fosil prasejarah dari
gajah, kura-kura, dan beruang telah menunjukkan bahwa metoda ini sesuai dengan hasil
berdasarkan kecepatan peluruhan radioisotop.

Sel hidup mempunyai kemampuan unik untuk membuat asam amino L dengan me gunakan enzim
stereospesifik. Sifat stereospesifik enzim ini dimungkinkan oleh sifat metrik sisi aktifnya. Akan kita
lihat kemudian, bahwa struktur tiga dimensi protein vane khas, yang membawa aktivitas biologi yang
demikian beragam, memerlukan semua asa amino dan penyusunannya melibatkan sifat stereokimia
yang sejenis.

Dapus:

Buku lehninger

Tim D3 Analisis Kimia (2018), Modul Asam Amino,Peptida, dan Protein, Universitas Islam Indonesia

Ngili, Y.2013. Biokimia Dasar, Edisi ke-1. Penerbit Rekayasa Sains

Anda mungkin juga menyukai