DISUSUN OLEH :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Peta Konsep
PENDAHULUAN
b.
c.
Gambar 1. Beberapa senyawa isomer a) karvone b) limona c) thalomida
1. Pengertian Isomeri
Isomeri adalah gejala atau peristiwa terdapatnya beberapa senyawa berbeda yang
mempunyai rumus molekul sama. Senyawa-senyawa yang berisomeri dikatakan merupakan
isomer satu sama lain. Isomer berasal dari kata Latin isomeres yang berarti iso yang artinya
sama, dan meros yang artinya adalah bagian. Jadi senyawa-senyawa yang berisomeri adalah
senyawa-senyawa yang berbeda satu sama lain, dan perbedaannya disebabkan oleh cara
penyusunan atom-atomnya. Terdapat dua jenis isomeri, yaitu isomeri struktur dan
stereoisomeri, secara umum dapat digambarkan sebagai bagan berikut:
1. Isomer Struktural/Konstitusional
Isomer struktural disebut juga isomer konstitusional adalah isomeri dengan perbedaan
terletak pada urutan atom-atom penyusun molekul. Terdiri atas 3 yaitu isomer rangka,
isomer fungsional dan isomer posisi.
Kelompok senyawa lain yang juga selalu ditemukan berisomeri fungsional adalah
alkena dan sikloalkana, seperti 1-heksena dan sikloheksana. Senyawa 1-heksena mempunyai
gugus fungsi ikatan rangkap dua, sedangkan sikloheksana merupakan senyawa berikatan
jenuh (tunggal). Kedua senyawa berbeda tersebut mempunyai rumus molekul sama,
sehingga merupakan isomer satu sama lain, dan perbedaan kedua senyawa tersebut terletak
pada jenis gugus fungsionalnya, sehingga keduanya merupakan isomer fungsional satu sama
lain. Isomeri fungsional juga ditemukan pada kelompok asam karboksilat dan ester.
Fenomena serupa ditemukan pula pada senyawa kelompok aldehida dan keton.
Stereoisomer yaitu senyawa rumus molekul yang sama, tiap atom terhubung dengan cara
yang sama tetapi berbeda penantaannya dalam ruang.
Ada tiga teknik menggambar yang lazim digunakan adalah menggambar struktur 3-
D (tiga dimensi), proyeksi Newman, dan proyeksi Fischer. Cara efektif dan lebih sederhana
untuk melihat kedua konformasi adalah dengan menggunakan proyeksi Newman. Proyeksi
Newman adalah bentuk dimana dua atom karbon bertetangga yang manjadi pusat perhatian,
digambar berhimpit sehingga posisi masing-masing atom atau gugus atom disekitar kedua
atom karbon tersebut tampak dengan jelas. Salah satu manfaat teknik menggambar struktur
3-D dan proyeksi Newman adalah pada penentuan konfigurasi absolut suatu senyawa
dimana dua atom karbon bertetangga yang manjadi pusat perhatian, digambar berhimpit
sehingga posisi masing-masing atom atau gugus atom disekitar kedua atom karbon tersebut
tampak dengan jelas.
Gambar 6. Teknik menggambar struktur 3-D dan proyeksi Newman dari senyawa etana
Setiap konformasi memiliki tingkat energi molekul yang berbeda-beda. Sebagai contoh
molekul butana, rotasi ikatan C2 dan C3 akan menghasilkan perubahan konformasi dari anti-
eklips-gauce-eklips-gauce-eklips-anti diikuti dengan perubahan energi mekanik molekul.
Perubahan energi mekanik molekul dari konformasi anti ke konformasi eklips metil,
konformsi anti ke konformasi eklips, dan konformasi anti ke konformasi gauce, berturut-
turut adalah 5 kkal/mol; 3,4 kkal/mol dan 0,8 kkal/mol
Struktur (konformasi) dengan sudut torsi 0° atau 120° disebut dengan bentuk eklips, dan
konformasi dengan sudut torsi 60°atau 180° disebut bentuk staggered. Studi perubahan
struktur molekular yang diakibatkan oleh rotasi di sekitar ikatan tunggal disebut dengan
analisis konformasional. Pada konformasi staggered, ketiga atom H pada atom C mengambil
posisi menjauh dari ketiga atom. Diagram berikut mcnunjukkan perubahan energi potensial
etana sebagai fungsi rotasi. Rotasi gugus CH relatif terhadap gugus yang lain digambarkan
dengan sudut antara ikatan C²-H pada karbon depan dan karbon belakang yang disebut sudut
dihedral. Sudut dihedral untuk konformasi eklips adalah nol. Rotasi searah jarum jam
sebesar 60o sekitar ikatan C--C menghasilkan konformasi staggered, yang akan berubah
menjadi konformasi eklips lainnya dengan rotasi serupa dan seterusnya.
Gambar 8. Perubahan energi akibat rotasi ikatan C- C pada etana
Analisis ini telah berkembang sejak tahun 1950-an hingga kini. Analisis konformasional
butana CH3CH2CH2CH3 atas rotasi di sekitar ikatan C-C pusat, mengungkapkan bahwa ada
dua bentuk staggered. Bentuk trans, dengan dua gugus metil terminal di sisi yang
berlawanan, berenergi 0,7 kkal mol±1 lebih rendah (lebih stabil)daripada isomer gauche
yang dua gugus metilnya berdekatan. Hasil ini dapat diperluas ke senyawa-senyawa
semacam pentana dan heksana yangmemiliki lingkungan metilena tambahan, dan akhirnya
pada poloetilena yang dibentuk oleh sejumlah besar metilen yang terikat. Dalam semua
analisis ini, struktur trans, yakni struktur zig zag, adalah yang paling stabil. Namun, ini hanya
benar dalam larutan. Untuk wujud padatnya faktor lain harus ikut diperhatikan.
Gambar 10. Konformasi kursi, perahu dan perahu terpilin pada sikloheksana
Gambar 12. Posisi aksial dan ekuatorial pada konformasi kursi sikloheksana
Bila tiga atom karbon yang berselang satu karbon yang lain dilekukkan ke arah berlawanan
(yang semula pada posisi atas dijadikan posisi bawah), maka atom hidrogen aksial pada
cincin itu akan dirubah menjadi hidrogen ekuatorial. Perubahan konformasi ini pada suhu
tinggi terjadi secara sangat cepat dan terus menerus. Tetapi pada suhu sangat rendah,
misalnya -100oC, konformasi yang satu dapat dipisahkan dari konformasi yang lain.
Gambar 13. Perubahan Posisi aksial dan ekuatorial pada konformasi kursi sikloheksana
Kestabilan termodinamika struktur sikloheksana tersubstitusi sangat ditentukan oleh posisi
aksial atau ekuatorial substituennya. Misalnya, metil sikloheksana lebih stabil bila gugus
metil ada pada posisi ekuatoria.
Berdasarkan uraian mengenai sudut ikatan dan lekukan bidang pada sikloalkana, dapat
dikatakan bahwa kestabilan struktur sikloalkana dapat dilihat dari adanya tegangan sudut
ikatan dan adanya interaksi dua atom atau gugus atom yang tidak terikat satu sama lain
secara lansung tetapi dapat berinteraksi satu sama lain (dengan interaksi sterik dan dipol-
dipol) . Pada kondisi (lingkungan) tertentu, setiap molekul berada pada konformasi tertentu
pula, karena konformasi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat energi dilingkungannya. Pada
tingkat energi rendah, molekul butana berada dalam bentuk konformasi anti, dan dalam
bentuk konformasi eklips metil pada tingkat energi tinggi
a. b.
Gambar 14. (a) Cis-2-butena dan Cis-2-diklorosiklohesan
(b) trans-2-butena dan trans-2-diklorosiklohesan
Sistem penamaan isomer cis/trans tidaklah efektif ketika terdapat lebih dari dua substituen
pada ikatan ganda. Notas E/Z dapat digunakan untuk kasus seperti ini. Z (berasal dari Bahasa
Jerman zusammen) berarti bersama dan berkorespondensi dengan istilah cis; E (berasal dari
Bahasa Jerman entgegen) berarti berlawanan dan berkorespondensi dengan istilah trans.
Sebuah konfigurasi molekul disebut E atau Z tergantung pada kaidah prioritas Cahn-Ingold-
Prelog (nomor atom yang lebih tinggi memiliki prioritas lebih tinggi). Untuk setiap atom
yang melekat pada ikatan ganda, diperlukan penentuan substituen mana yang memiliki
prioritas lebih tinggi. Jika dua substituen berprioritas lebih tinggi berada pada sisi yang sama,
susunan ini disebut Z; sedangkan jika berlawanan, susunan ini disebut E.
Aturan deret ini dibentuk berdasarkan sistem tatanama Chan-Ingold-Prelog Aturan tersebut
adalah:
1. Jika atom-atom yang dipermasalahkan berbeda-beda, maka urutan proiritas ditentukan oleh
nomor atom. Semakin tinggi nomor atom, maka prioritas semakin naik, dengan:
F < Cl < Br < I F > OH > NH2 > CCl3 Br > SH > NH2 > COOH
2. Jika atom-atom itu adalah isotop satu sama lain, maka isotop dengan nomor massa tinggi
memperoleh prioritas pertama, seperti pada D lebih tinggi prioritasnya dibandingkan
isotopnya, H dengan Nomor massa 2 > 1)
3. Jika kedua atom tersebut identik, maka prioritas ditentukan dari atom-
atom berikutnya. Jika atom-atom tersebut juga mengikat atom-atom identik, maka prioritas
ditentukan pada titik pertama kali dijumpai perbedaan dalam menyusuri rantai (jangan
menjumlahkan nomor-nomor atom, melainkan mencari atom tunggal yang berprioritas
tinggi).
-CH2Br > -CH2Cl > -CH2OH > -CH2NH2 -COCl > -COOCH3 > -COOH > -CONH3
4. Ikatan rangkap 2 dianggap mengikat 2 atom yang sama.
O O
-CH=CH2 -CH CH2 -C
-C O
CH2 H H
5. Ikatan rangkap 3 dianggap mengikat 3 atom yang sama.
H N
-C H -C H -C N -C N
H N
6. Atom yang mengikat 2 atom C yang riel mempunyai prioritas lebih tinggi daripada
atom C dengan ikatan rangkap.
CH3 CH2
-C CH3 -C -C CH
CH3 CH3
Enansiomer yaitu suatu isomer yang merupakan bayangan cermin satu sama dengan yang
lainnya
1. Diastereomer yaitu suatu isomer bukan bayangan cermin satu sama yang lainnya.
a. Diastereomer konfigurasi, contoh :
b. Distereomer cis dan trans pada ikatan rangkap dan siklis
Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Stereokimia mempelajari susunan atom/gugus atom dari suatu molekul di dalam
ruang (Stereokimia Statis) dan perubahan susunan atom/gugus yang terjadi karena reaksi
kimia (Stereokimia Dinamik).
A. Aktivitas Optik
Pada awal abad ke 19, Jean Baptiste Biot (1774-1862) sarjana fisika dari perancis,
mempelajari tentang stereokimia. Biot, menemukan sifat alami bidang cahaya terpolarisasi.
Sorotan cahaya terdiri dari gelombang elektromagnetik yang bergerak kearah kanan dari
arah cahaya. Cahaya tidak terpolarisasi akan bergerak ke berbagai bidang cahaya, tetapi bila
cahaya tersebut dilewatkan ke suatu polarisator, maka hanya ada satu bidang cahaya.
Gelombang cahaya diseluruh bidang akan tertahan, sedang cahaya yang diteruskan melalui
polarisator adalah gelombang elektromagnetik yang mengalami vibrasi dalam satu bidang,
yang disebut bidang cahaya terpolarisasi.
Pada tahun 1815 Biot dalam observasinya mendapatkan, apabila bidang cahaya
terpolarisasi dilewatkan suatu larutan yang mengandung molekul organik, seperti gula atau
kamfor, maka bidang polarisasi akan berotasi. Larutan tersebut disebut larutan optis aktif.
Besarnya sudut rotasi dapat diukur dengan alat polarimeter. Dengan alat ini juga dapat
ditentukan arah rotasinya. Beberapa senyawa optis aktif memutar cahaya polarisasi ke kiri
(berlawanan dengan arah perputaran jarum jam), ini disebut levorotatory. Senyawa optis
aktif lainnya memutar cahaya polarisasi kekanan (searah dengan perputaran jarum jam), ini
disebut dextrorotatory. Disepakati, rotasi ke kiri diberi tanda minus (-) atau l, dan rotasi
kekanan diberi tanda plus (+) atau d. Sebagai contoh (-)-morfin, adalah levorotatory, dan
(+)-sukrosa, adalah dextrorotatory.
B. Rotasi Spesifik
Rotasi bidang cahaya terpolarisasi merupakan tetapan intrinsik dari suatu molekul
organik yang optis aktif. Besarnya rotasi tergantung pada konsentrasi sampel dan panjang
sampel yang dilewati cahaya.
Rotasi spesifik,
[]D =
l x C
H3C C COOH X C Z
OH Y
Asam Laktat Formula Umum CHXYZ
2. Hanya ada 1 isomer dari CH2XY menunjukkan bentuk planar dan pyramidal tidak benar.
Karbon tetrahedral dan bayangan cerminnya seperti tangan kanan dan tangan kiri
(Mc Murry, hal 234)
CH3X dan CH2XY adalah molekul yang identik dengan bayangan cerminnya. Keduanya
Superimpose.
3. Molekul CHXYZ tidak identik dengan bayangan cerminnya, keduanya tidak
superimpose. Begitu juga dengan tangan kiri dan tangan kanan.
Misalnya : pada CHXYZ; X dan Z superimpose tapi H dan Y tidak superimpose.
Molekul CHXYZ sebagai pasangan enantiomer.
Menghimpitkan (+)-asam laktat dan (-)-asam laktat (John Mc Murry)
Senyawa Prokiral adalah senyawa akiral yang dapat berubah menjadi kiral melalui reaksi
kimia satu tahap. Contoh:
Enansiomer 2-butanol dapat terjadi melalui penyerangan atom H pada 2 sisi yang
berbeda. Sisi yang searah dengan arah jarum jam disebut dengan Re sedangkan sisi yang
berlawanan dengan arah jarum jam disebut sisi Si. Penyerang pada sisi Re menghasilkan
senyawa (S)-2-butanol sedangkan pada sisi Si mengahasilkan (R)-2-butanol.
Urutan prioritas:
1. Berdasarkan nomor atom yang menurun dari atom yang terikat langsung pada atom C
khiral.
Cl - OH - NH2 - CH3 F - OH - NH2 - CCl3
Br - SH - NH2 - COOH
Contoh : konfigurasi S (+)-asam laktat
G. Diastereomer
Molekul seperti Asam Laktat dan Alanin adalah relatif sederhana, karena hanya
mempunyai 1 atom khiral dan 2 enantiomer. Hal ini menjadi komplek pada molekul dengan
lebih dari satu atom C khiral.
Contoh: Asam Amino esensial: Threonin (2-Amino-3-Hidroksi Butanoat. Ada 2 atom C
khiral (C2 dan C3) dan ada 4 stereoisomer.
Cermin Cermin
COOH COOH COOH COOH
H C NH2 H2N H H NH2 H2N H
C C C
C C C C
H OH HO H HO H H OH
CH3 CH3 CH3 CH3
2R , 3R 2R , 3S 2S , 3R
2S , 3S
Enantiomer Enantiomer
(John Mc Murry, hal 244)
Gambar 14. Empat isomer threonin, 2-amino-3-hidroksibutanoat
2R, 3R bayangan cermin 2S, 3S
2R, 3S bayangan cermin 2S, 3R
Bagaimana dengan 2R, 3R dengan 2R, 3S tidak superimposible dan tidak enantiomer.
Diastereomer adalah stereoisomer yang bukan bayangan cermin satu dengan yang
lainnya, mereka mirip tetapi tidak identik.
Enantiomer: harus mempunyai bayangan cermin (kebalikan) pada seluruh atom C khiral.
Diastereomer : mempunyai konfigurasi yang sama pada satu atau lebih atom C khiral, tetapi
konfigurasinya kebalikan pada atom C khiral yang lain.
2R , 3R 2R , 3S
Enantiomer
2S , 3S 2S , 3R Diastereomer
Dari ke empat stereoisomer Threonin, hanya satu 2S, 3R isomer, []D = -28,3° yang
ada di alam dan merupakan nutrien esensial untuk manusia.
H. Senyawa Meso
Senyawa dengan 2 atom C khiral, misalnya Asam Tartrat.
Berdasarkan aktivitas optik yang ditemukan Pasteur, dapat di gambar 4 kemungkinan
bentuk stereoisomer.
Cermin Cermin
COOH COOH COOH COOH
1 1 1
1
H OH HO H H OH HO H
C C C2 C2
2 2
C C C C
HO 3 H H 3 OH H 3 OH HO 3
H
COOH COOH COOH COOH
4 4 4 4
2R , 3R 2S , 3S 2R , 3S 2S , 3R
Bayangan cermin 2R, 3R dan 2S, 3S tidak superimposible → enantiomer.
2R, 3S dan 2S, 3R adalah identik.
COOH COOH
1
H OH HO H
C C
2 Di putar
180°
C C
H 3 OH HO H
COOH COOH
4
2R , 3S 2S , 3R
Identik
Keidentikan ini sebagai konsekuensi adanya bidang simetri dalam molekul tersebut. Bidang
simetri memotong melalui ikatan C2-C3, membentuk separuh molekul menjadi bayangan
cermin dari separuh molekul lainnya.
Bidang simetri melalui ikatan C2-C3 meso asam tartrat (Mc Murry)
Senyawa yang superimposible pada bayangan cermin pada bidang simetrinya, dan
mempunyai atom C khiral disebut senyawa MESO.
Asam Tartrat mempunyai 3 stereoisomer :
- 2 enantiomer
- 1 meso
MOLEKUL DENGAN LEBIH DARI 2 ATOM C KHIRAL
1 atom C khiral → 2 stereoisomer (1 pasang enantiomer)
2 atom C khiral → 4 stereoisomer (2 pasang enantiomer)
*
CH3 H
*
*
CH3 H
*
*
* *
H H
*
HO
H
Kolesterol
K. Reaksi Stereokimia
Addisi HBr pada Alkena
Beberapa reaksi organik menghasilkan produk-produk dengan pusat-pusat khiral.
Sebagai contoh HBr direaksikan dengan 1-Butena menghasilkan 2-Bromobutana, suatu
molekul khiral. Bagaimana prediksi stereokimia dari produk khiral? Jawabannya: 2-
Bromobutana adalah campuran rasemik R dan S enantiomer.
*
Br
HBr
CH3-CH2-CH=CH3 CH3 - CH2 - CH - CH3
Eter
1-Butena (±)-2-Bromobutana
(Akiral) (kiral)
Untuk mengerti mengapa rasemik produk dapat terjadi, kita lihat apa yang terjadi
selama reaksi. 1-Butena pertama kali terprotonasi oleh H+ menghasilkan intermediet 2°.
Karbokation sekunder ion ini terhibridasi SP2. Itu sebabnya mempunyai bidang simetri dan
akhiral. Akhirnya dapat diserang oleh Bromida ion (juga akhiral) yang juga sama baiknya
dari atas maupun dari bawah.
Serangan dari atas menghasilkan (S)-2-Bromobutana, serangan dari bawah
menghasilkan (R)-2-Bromobutana. Keduanya ada dalam jumlah yang sama banyaknya →
campuran rasemik.
Br
C
H
- H2CH3C
Br CH3
Atas (S)-2-Bromobutana
+ H (50%)
CH3-CH2-CH=CH3 H
CH3CH2 C
1-Butena CH3
Ba CH3
wa
- h H2CH3C
Intermediet Br H
Karbokation C
(Akhiral)
Br
(R)-2-Bromobutana
(50%)
Gambar 16. Stereokimia Addisi HBr pada 1-Butena
Intermediet karbokation memberikan hasil yang sama baiknya pada serangan dari atas
maupun dari bawah.
Br
− Br
Br- C
+ C H
H H3CH2C
TS1 H3CH2C CH3
CH3
H (S)-2-Bromobutana
CH3CH2 C Cermin
CH3 ¹
Br- CH3 CH3
Kation 1-Metil Propil H3CH2C H3CH2C
TS2 H H
+
C C
Br Br
−
(R)-2-Bromobutana
Transition State
Bromida menyerang 1-Metil Propil Kation. Serangan dari atas adalah bayangan
cermin dari serangan bawah. Keduanya memberikan hasil yang sama baiknya → produk
campuran rasemik terbentuk. C….Br menunjukkan ikatan pada transition state ditempat itu
ikatan terbentuk.
Addisi Br2 pada Alkena.
Brominasi pada 2-Butena menghasilkan pusat-pusat khiral. Apa prediksi bentuk
stereokimianya? Cis-2-Butena (planar, akhiral), kita berharap Bromida akan menghasilkan
ikatan rangkap sama baiknya. Baik dari atas maupun dari bawah.
H Br
a H 3C C C
H
Br
CH3
H H Br+ (2S,3S)-Dibromobutana
Br2
C C C C Cermin
H3C CH3 H H
Cis-2-Butena CH3 a b CH3 Br H
(Akhiral) CH3
b C C
Br- H
Intermediet
Ion Bromonium H3C Br
(2R,3R)-Dibromobutana
HO H
CH3
CH3 Garam S,R
R. Acid + S. Acid
(Rasemic Mixture)
R Amine
R, R Salt S, R Salt