Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan buku Telaah Kurikulum. Dalam buku Telaah Kurikulum ini
akan dibahas tentang bagian dan jenis-jenis desain kurikulum. Modul ini dilengkapi dengan
latihan dan tes formatif untuk menguji pemahaman mahasiswa terkait dengan materi yang
terdapat pada modul.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan modul ini. Akhirnya tegur sapa, kritik dan saran dari
kalangan akademisi dan pembaca modul ini sangat penyusun harapkan demi kemajuan bidang
pendidikan.

Medan, 2021
Penyusun

Susilawati Amdayani, S.Si., M.Pd

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………..ii
Capaian Pembelajaran……………………………………………………………………………..…iii
Bagian dan Jenis-Jenis Desain Kurikulum
A. Tujuan Pembelajaran……………………………………………………………………………..1
B. Uraian Materi………………………………………………………………………………………..1
1. Pengertian Desain Kurikulum……………………………………………………………1
2. Prinsip-Prinsip Desain Kurikulum…………………………………………..……….2
3. Bagian-Bagian Kurikulum……………………………………………………………….…4
4. Jenis Desain Kurikulum…………………………………………………………………....6
C. Rangkuman…………………………………………………………………………………………..13
D. Latihan…………………………………………………………………………………………………14
E. Tes Formatif………………………………………………………………………………………..14
F. Daftar Istilah……………………………………………………………………………………….17
G. Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………..19

ii
CAPAIAN PEMBELAJARAN

A. CPL Prodi
1. Sikap
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religious
b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral,
dan etika
c. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila
d. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat
atau temuan orisinal orang lain
f. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan
g. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
h. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik
i. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri
j. Mempunyai ketulusan, komitmen, kesungguhan hati untuk mengembangkan sikap, nilai,
dan kemampuan peserta didik dengan dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak
mulia serta memiliki motivasi untuk berbuat bagi kemaslahatan peserta didik dan
masyarakat pada umumnya
2. Pengetahuan
a. Menguasai konsep teoretis tentang teori pendidikan, perkembangan peserta didik,
pengetahuan pedagogik kimia, metodologi pembelajaran, kurikulum, dan evaluasi
pembelajaran
b. Menguasai dasar-dasar metode ilmiah dan prinsip-prinsip penggunaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran kimia
3. Keterampilan Khusus
a. Mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran kimia di sekolah secara
terbimbing sesuai dengan karakteristik bahan kajian dan peserta didik melalui pendekatan
saintifik dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar dan media pembelajaran berbasis

iii
IPTEKS, dan potensi lingkungan setempat, sesuai standar isi, proses dan penilaian;
sehingga peserta didik memiliki keterampilan proses sains, berpikir kritis, kreatif dan
penyelesaikan masalah
b. Mampu mengevaluasi pembelajaran kimia di sekolah sesuai standar isi, proses dan
penilaian
c. Mampu mengidentifikasi permasalahan pembelajaran kimia, dan memilih alternatif solusi
berdasarkan teori dan temuan penelitian yang ada; serta mengimplementasikan dalam
penelitian secara terbimbing
4. Keterampilan Umum
a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan
dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya
b. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur
c. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan
keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan
solusi, gagasan, desain atau kritik seni
d. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang
keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data
e. Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan supervisi
serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang
berada di bawah tanggungjawabnya
f. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada dibawah
tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri
g. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali data
untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi
B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
Mahasiswa mampu memahami bagian dan jenis-jenis desain kurikulum
C. Indikator
Ketepatan menjelaskan tentang pengertian desain kurikulum, prinsip-prinsip desain kurikulum,
bagian atau komponen kurikulum dan jenis-jenis desain kurikulum.

iv
BAGIAN DAN JENIS-JENIS DESAIN KURIKULUM

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu :
1. Mendeskripsikan pengertian desain kurikulum
2. Memahami prinsip-prinsip desain kurikulum
3. Memahami bagian atau komponen kurikulum
4. Memahami jenis-jenis desain kurikulum

B. Uraian Materi

1. Pengertian Desain Kurikulum


Desain adalah rancangan, pola atau model. Mendesain kurikulum berarti menyusun
rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Seorang desain
kurikulum harus menentukan dan merancang model kurikulum, kemudian membangun dan
mengaplikasikan apa yang telah dirancangnya. Tujuan sebuah desain kurikulum adalah untuk
mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi
yang tersedia.
Desain kurikulum dapat didefinisikan sebagai rencana atau komponen dari unsur-unsur
kurikulum yang terdiri dari tujuan, isi, pengalaman belajar, dan evaluasi. Penyusunan desain
kurikulum terbagi menjadi dua dimensi yaitu, dimensi horisontal dan vertikal. Dimensi horisontal
berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering
diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut
penyusunan sekuens, bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari
yang mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan
dengan yang lanjutan.
Desain kurikulum merupakan suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari
perencanaan, yang dilanjutkan dengan validasi, implementasi dan evaluasi. Proses pengembangan
tersebut bersifat menyeluruh dan dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan.

1
Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli, diantaranya adalah :
1. Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk yang memberi
dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan.
Fred Percival dan Henry Ellington (1984)

2. Menurut Nana S. Sukmadinata (2007:113) desain kurikulum adalah menyangkut pola


pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum
dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal
berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal
menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.

3. Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang
berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan
struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum
subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan itelektual siswa.

Dari uraian diatas dapat diambil ke. simpulan bahwa desain kurikulum merupakan suatu
pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap
perkembangan kurikulum yang diawali dari perencanaan, yang dilanjutkan dengan validasi,
implementasi dan evaluasi. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum,
hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta hal-hal
yang diperlukan dalam pelaksanaannya

2. Prinsip-Prinsip Desain Kurikulum

Saylor (Hamalik:2011:193) mengajukan delapan prinsip ketika akan mendesain


kurikulum, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta pengembangan
semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai
dengan hasil yang diharapkan.
2. Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka
merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang belajar
dengan bimbingan guru.

2
3. Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk
menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan
mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah.
4. Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan
kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa.
5. Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak
yang diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.
6. Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar kegiatan
belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut
pada pengalaman berikutnya.
7. Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak,
kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur; dan
8. Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima

Glasgow juga menguraikan 7 prinsip desain kurikulum yaitu sebagai berikut:


1. Tantangan dan Kesenangan (Challenge and Enjoyment)
Siswa harus menemukan tantangan dan motivasi belajar mereka. Kurikulum harus
memberikan aspirasi dan ambisi bagi seluruh siswa. Pada semua tingkat, pembelajar dengan
kemampuan dan bakat yang dmilikinya harus mengalami tantangan dengan tingkat yang
tepat, sehingga memungkinkan mereka untuk mengasah potensi mereka. Untuk itu siswa
harus aktif dalam pembelajaran dan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dan
mendemonstrasikan kreatifitas mereka.
2. Luas (breadth )
Siswa harus mendapatkan kesempatan dengan rentang bobot yang sesuai dan luas
jangkauannya. Kurikulum harus diorganisir sehingga pembelajar dapat belajar dan
berkembang melalui variasi konteks, baik di kelas maupun di aspek lain dalam kehidupan.
3. Kemajuan (progression)
Siswa harus mengalami kemajuan yang berkelanjutan pada pembelajaran mereka dalam satu
kerangka pembelajaran. Setiap tingkat harus dibangun berdasarkan pengetahuan yang telah
mereka peroleh sebelumnya

3
4. Kedalaman (depth)
Harus ada kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan mereka secara
maksimal dalam berbagai tipe cara berpikir dan belajar.Hal ini diperlukan untuk
memperoleh pemahaman yang lebih tinggi (high order logical thinking)
5. Personalisasi dan pilihan (personalization and choice)
Kurikulum harus mampu merespon kebutuhan individual dan mensupport bakat tertentu
yang dimiliki siswa. Kurikulum juga harus memberikan kesempatan yang besar agar
pembelajar dapat berlatih untuk menentukan pilihan yang bertanggungjawab, ketika
pembelajar mulai memasuki jenjang sekolah. Apabila diperlukan, siswa dapat berkonsultasi
dengan guru untuk menentukan pilihannya yang dapat mengarah pada kesuksesan.
6. Koherensi (coherence)
Secara keseluruhan, aktivitas pembelajaran yang dialami siswa harus utuh untuk membentuk
pengalaman yang berhubungan satu sama lain.
7. Relevansi (relevance)

Seorang siswa harus memahami tujuan pembelajaran serta mampu untuk memetik ‘nilai’
dari pelajaran yang diperoleh dan relevansinya dalam hidup mereka saat ini dan masa depan.

3. Bagian-Bagian atau Komponen Kurikulum


Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen – komponen tertentu. Sistem
kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum, komponen
metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap
komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk
sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem
kurikulum secara keseluruhan juga akan tergganggu.
a. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala
makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang di cita –
citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah pancasila,
maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang

4
pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta
tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
b. Komponen Isi/ Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan
pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran
yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
c. Komponen Metode/ Strategi

Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum.


Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus
dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka maka tujuan itu tidak mungkin dapat
tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, T. Rajakoni mengartikan strategi
pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode
dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan
atau strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan.
Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah – langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya
pencapaian tujuan.
d. Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi, dapat
ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu
kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus disempurnakan.
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks

5
kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif
dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian
tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu tes dan nontes

4. Jenis-Jenis Desain Kurikulum


a. Subject-Centered Design.
Desain yang berpusat pada mata pelajaran. Suatu desain kurikulum yang berpusat pada
bahan ajar, yang teridri dari 3 desain, yaitu subject design, disciplines design, dan broad fields
design. Bentuk desain ini termasuk dalam kategori desain yang paling tua, dan terpopuler serta
paling banyak digunakan. Subject centered design berkembang dari konsep pendidikan klasik yang
menekankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan kultur masa silam, dan berusaha untuk
mewariskannya kepada generasi berikutnya. Kurikulum ini disebut juga subject academic
curriculum karena dalam kurikulum ini menomorsatukan isi atau bahan ajar. Model desain ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari desain ini antara lain:
Kelebihan dalam desain kurikulum ini adalah

(1) Disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan,


(2) Pendidik cukup menguasai ilmu atau bahan ajar sering dipandang mampu
menyampaikannya.

Sedang kekurangan dalam desain kurikulum ini adalah

(1) Tidak sesuai dengan kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisah,
(2) Peserta didik berperan sangat pasif,
(3) Pembelajaran lebih ditekankan pada pengetahuan dan kehidupan masa lalu, sehingga
pembelajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis.

1) Subject Design Subject


Subject Design Subject design adalah bentuk design yang paling murni dari subject centered
design. Materi ajar disampaikan dengan terpisah dalam bentuk mata pelajaran. Ketika abad 19

6
pendidikan lebih cenderung ke arah yang bersifat praktis, terkait dengan pencaharian. Pada saat ini
mulai berkembang mata pelajaran IPA, bahasa yang masih bersifat teoretis, juga mata pelajaran
praktis seperti pertanian, ekonomi, dan lain-lain. Bahan ajar diambil dari pengetahuan, dan nilai
yang sebelumnya telah ditemukan oleh peneliti terdahulu. Peserta didik diharuskan menguasai
semua pengetahuan yang telah disampaikan oleh pendidik, baik suka taupun tidak. Pelajaran yang
diberikan secara-terpisah, mmenjadikan penguasaan materi oleh peserta didik harus terpisah juga.
Sehingga tidak jarang peserta didik hanya menghafal karena menguasai pengetahuan secara
verbalitas.
Kelemahan dari desain ini adalah

(1) Memberikan pengetahuan yang terpisah-pisah,


(2) Diambil dari masa lalu,
(3) Kurang memperhatikan minat, kebutuhan, dan pengalaman peserta didik,
(4) Sering menimbulkan kesukaran dalam mempelajari dan menerapkannya, dan
(5) Kurang memberi perhatian pada cara penyampaian.

Sedangkan kelebihan dari desain ini adalah sebagai berikut:

(1) Penyusunan materinya cukup mudah,


(2) Penerapannya mudah,
(3) Memudahkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan di perpendidikan tinggi,
sebab di perpendidikan tinggi umumnya menggunakan desain ini,
(4) Dapat dilaksanakan secara efisien, karena metode utamanya adalah metode
ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi, dan
(5) Sangat tepat digunakan sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan budaya.

Dari kelemahan itu, pihak yang sedang mengembangkan kurikulum subject design berusaha
untuk membenahinya. Broad fields design merupakan pengembangan dari desain ini, termasuk
juga pengembangan di luar subject centered, seperti activity atau experience design, dan lainnya.

2) Disciplines Design
Desain ini termasuk pengembangan dari subject design, keduanya sama-sama berfokus
pada isi atau materi kurikulum. Keduanya memiliki perbedaan, pada subject design belum ada
kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subject. Belum ada perbedaan antara matematika,

7
psikologi dengan teknik atau cara mengemudi, semuanya disebut subject. Sedang pada disciplines
design kriteria tersebut telah tegas, yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau
subject dan bukan batang tubuh keilmuannya. Batang tubuh keilmuan menentukan apakah suatu
bahan ajar itu disiplin ilmu atau bukan. Dalam disciplines design, isi kurikulum yang diberikan di
sekolah berupa berbagai disiplin ilmu. Disciplines design tidak seperti subject design yang
menekankan penguasaan fakta-fakta dan informasi tetapi pada pemahaman. Peserta didik
didorong untuk memahami struktur dasar disiplin, konsep-konsep, ide-ide, dan beberapa prinsip
penting, juga didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya. Pembelajaran sudah
menggunakan pendekatan inkuiri dan discovery.
Kelebihan dari desain ini adalah

(1) Selain memiliki organisasi yang terstruktur dan tepat guna, desain ini juga
mampu menjaga integritas intelektua pengetahuan
(2) Peserta didik mampu menguasai konsep, relevansi dan proses intelektual yang
berkembang pada peserta didik.
Sedangkan kekurangan desain ini,

(1) Pengetahuan yang terintegrasi belum sanggup diberikan,


(2) Belum mampu menggabungkan antara sekolah dengan masyarakat atau
kehidupan,
(3) Belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik,
(4) Susunan kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk
penggunaannya, serta
(5) Meski sudah lebih luas dari subject design tapi secara akademis dan intelektual masih
sempit.

3) Broad Fields
Design Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisah dalam subject design dan
disciplines design adalah dengan broad fields design. Dalam model ini terjadi penyatuan mata
pelajaran yang masih memiliki korelasi menjadi satu fokus mata pelajaran. Yang ingin dicapai dari
pengembangan broad fields design ini adalah membentuk peserta didik yang saat ini sedang hidup
dalam dunia informasi yang sifatnya khusus, dengan pemahaman yang menyeluruh. Desain ini
lebih banyak digunakan di SD dan SMP.

8
Nilai tambah dari desain ini adalah

(1) Memungkinkan penyusunan warisan-warisan budaya secara terstruktur.


(2) Memungkinkan peserta didik menemukan hubungan antara bermacam hal.

Sedangkan kelemahan dari desain ini adalah


(1) Kemampuan pendidik, pada sekolah dasar pendidik mampu menguasai bidang yang
luas, tetapi di jenjang yang lebih tinggi apalagi di perpendidikan tinggi sangat sulit
(2) Karena bidang yang dipelajari luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail,
yang diajarkan hanya permukaannya saja,
(3) Mengintegrasikan bahan ajar yang terbatas sekali, tidak menggambarkan kenyataan,
tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi peserta didik, sehingga belum
maksimal dalam membangkitkan minat belajar, dan model ini menekankan tujuan
penguasaan bahan dan informasi, kurang menekankan proses pencapaian tujuan yang
sifatnya sikap dan pengetahuan tingkat tinggi.

b. Learner-Centered Design.

Desain yang berpusat pada pembelajar. Suatu desain kurikulum yang mengutamakan peran
peserta didik. Ciri utama yang menjadi pembeda desain model learner centered design dengan
subject centered. Pertama, learned centered design mengembangkan kurikulum dengan bertolak
dari peserta didik, bukan dari isi. Kedua, learned centered design bersifat not-preplanned
(kurikulum yang tidak diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara pendidik
dan peserta didik. Organisasi kurikulum didasarkan pada masalah atau tema yang menarik fokus
pendidik dan dibutuhkan peserta didik serta sekuennya disesuaikan dengan tingkat perkembangan
mereka.
Kelebihan dari desain ini adalah
(1) Motivasi belajar bersifat intrinsik,
(2) Pembelajaran memperhatikan perbedaan individual,
(3) Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan
pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.

9
Sedangkan kritik tentang kelemahan dari desain ini adalah
(1) Penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik belum tentu cocok dan memadai
untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan,
(2) Tidak memiliki pola dan struktur,
(3) Activity design sangat lemah dalam kontinuitas dan sekuens bahan
(4) Sulit menemukan referensi yang dapat dipakai sebagai sumber belajar karena buku
yang ada disusun berdasarkan subject atau discipline design.
Jenis desain ini dapat dibedakan atas activity (experience) design dan humanistic design.
 Activity (experience) design: Ciri utama dari desain ini pertama, struktur kurikulum
ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik; kedua, karena struktur
kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik, maka kurikulum
disusun bersama oleh guru dan para siswa; ketiga, desain kurikulum tersebut
menekankan prosedur pemecahan masalah.
 Humanistic design: menekankan pada fungsi perkembangan peserta didik melalui
pemfokusan pada hal-hal subjektif, perasaan, pandangan, penjadian (becoming),
penghargaan, dan pertumbuhan. Kurikulum humanistik berudsaha mendorong
penangkapan sumber daya dan potensi pribadi untuk memahami sesuatu dengan
pemahaman mandiri, konsep sendiri, serrta tanggung jawab pribadi.

c. Problem-Centered Design.

Desain yang pusatnya adalah problem. Desain kurikulum yang berpusat pada masalah yang
dihadapi dalam kehidupan masyarakat. Berbeda dengan learned centered design, kurikulum
model desain ini telah disusun sebelumnya. Isi kurikulum berupa berbagai masalah sosial yang
dihadapi peserta didik masa kini dan masa yang akan datang. Penyusunan sekuens didasarkan
pada kebutuhan, kepentingan, dan kemampuan peserta didik. Problem centered design ini
menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik.
Salah satu model dari problem centered design adalah Areas of living design. Dalam model
ada penggabungan antara tujuan yang sifatnya proses dengan tujuan yang sifatnya isi. Pemberian
rangsangan pada penguasaan materi yang sifatnya pasif. Menggunakan pengalaman dan situasi
nyata peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari kehidupan merupakan ciri lain dari
desain ini. Pengalaman masing-masing peserta didik sangat erat kaitannya dengan berbagai bidang

10
kehidupan, jadi dapat dikatakan suatu desain kurikulum apabila bidangbidang kehidupan yang
dirumuskan dengan baik akan merangkum bermacam pengalaman sosial peserta didik. Selain
manarik minat, design ini mendekatkan peserta pada pemenuhan kebutuhan hidupdalam
masyarakat.

Kelebihan dari design ini antara lain:

(1) Masalah kehidupan sosial menjadi penghapus pemisah antar subject,


(2) Mengarahkan pada penggunaan metode belajar pemecahan masalah.
(3) Menyiapkan materi dalam bentuk yang sesuai, yakni untuk memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan.
(4) Menyiapkan materi dalam bentuk yang fungsional, dan
(5) Motivasi belajar datang dari faktor internal peserta didik.

Beberapa kelemahan dari desain ini adalah

(1) Sangat sukar menentukan ruang lingkup dan sekuens dari sisi kehidupan yang sangat
esensial,
(2) Kurangnya integritas dan kontinuitas organisasi isi kurikulum,
(3) Mengabaikan warisan budaya,
(4) Ada kecenderungan untuk mengindoktrinasi peserta didik dengan kondisi yang ada,
peserta didik tidak melihat alternatif lain, baik mengenai masa lalu atau masayang akan
datang, dan
(5) Pendidik, mengalami hambatan dikarenakan belum adanya buku atau media lain
untuk membantu pelaksanaannya. Masing-masing design tersebut dikembangkan
menjadi rancangan kurikulum yang di dalamnya terdapat unsur- unsur pokok
kurikulum, yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, dan evaluasi, yang sesuai dengan inti
setiap model design.
Problem centered design ini dibedakan atas areas of living design dan core design.
 Areas of living design: menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah.
Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process objectives) dan yang
bersifat isi (content objectives) diintegrasikan. Penguasaan informasiinformasi yang
bersifat pasif tetap dirangsang. Ciri lain dari model desain ini adalah menggunakan

11
pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam
mempelajari bidang-bidang kehidupan.
 Core design: kurikulum ini timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject
design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka
memilih mata-mata pelajaran/ bahan ajar tertentu sebagai inti (core) Pelajaran lainnya
dikembangkan di sekitar core tersebut. Menurut konsep ini inti-inti bahan ajar
dipusatkan pada kebutuhan individual dan sosial. The core curriculum diberikan guru-
guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Disamping
memberikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan sosial, guru-guru tersebut juga
memberikan bimbingan terhadap perkembangan sosial pribadi peserta didik.

Ada beberapa variasi desain dari core curriculum, yaitu:


1) The separate subject core. Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan antar-mata
pelajaran, beberapa mata pelajaran yang dipandang mendasari atau menjadi inti mata
pelajaran lainnya dijadikan core.
2) The correlated core. Model desain ini pun berkembang dari the separate subject
design, dengan jalan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang erat
hubungannya.
3) The fused core. Kurikulum ini juga berpangkal dari separate subject,
pengintegrasiannya bukan hanya antara dua atau tiga pelajaran tetapi lebih banyak.
Dalam studi ini dikembangkan tema-tema masalah umum yang dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang.
4) The activity/ experience core. Model desain ini berkembang dari pendidikan progresif
dengan learner centered design-nya, dan dipusatkan pada minatminat dan kebutuhan
peserta didik.
5) The areas of living core. Desain model ini juga berpangkal pada pendidikan progresif,
tetapi organisasintya terstruktur dan telah dirancang sebelumnya. Berbentuk
pendidikan umum yang isinya diambil dari masalah-masalah yang muncul di
masyarakat. Bentuk desain ini dipandang sebagai core design yang paling murni dan
paling cocok untuk program pendidikan umum. The areas of living core cenderung
memelihara dan mempertahankan kondisi yang ada.

12
6) The social problems core. Model desain ini pun merupakan produk dari pendidikan
progresif, dan didasarkan atas problema-problema yang mendasar dan bersifat
kontroversial. The social problems core cenderung mencoba memberikan penilaian
yang sifatnya kritis dari sudut sistem nilai sosial dan pribadi yang berbeda.
Kurikulumnya tidak bersifat kaku, terbuka untuk penyempurnaan pada setiap saat,
agar tetap mutakhir dan relevan dengan perkembangan masyarakat.

Menurut Zuga (1989) seorang peneliti bidang kurikulum, desain kurikulum memiliki
beberapa kategori, yaitu:
(1) Desain kurikulum akademik. Desain ini biasanya terfokus pada inti ilmu pengetahuan
yang dikelompokkan ke dalam berbagai mata pelajaran dan pokok bahasan. Desain ini
biasanya digunakan untuk sekolah percontohan.
(2) Desain kurikulum teknis. Kurikulum ini lebih menitikberatkan pada analisis tampilan
dan urutan proses pembelajaran daripada isi pembelajaran.
(3) Desain kurikulum proses intelektual. Tujuan dari desain ini adalah untuk meningkatkan
efisiensi pembelajaran dan untuk mentransfer kemampuan memecahan masalah dalam
berbagai hal dan pengalaman hidup lainnya. Kurikulum ini menitikberatkan pada
pengembangan proses kognitif.
(4) Desain kurikulum sosial. Kurikulum ini menitikberatkan pada aplikasi ilmu
penngetahuan dalam situasi dunia nyata. Kurikulum ini memberikan kesempatan bagi
siswa untuk bekerja dalam proyek dimana mereka dapat mengubah lingkungan atau
memberikan informasi untuk membantu siswa memahami bahwa mereka kelak akan
memasuki kehidupan masyarakat dewasa.
(5) Desain kurikulum personal. Desain kurikulum ini menitikberatkan pada pembelajar
dengan fokus pada kebutuhan dan minat dari masing-masing (individu) pembelajar.

C. Rangkuman
1. Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang
akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan kurikulum yang diawali dari
perencanaan, yang dilanjutkan dengan validasi, implementasi dan evaluasi.

13
2. Terdapat tujuh prinsip yang membentuk kurikulum 17 yaitu: challenge and enjoyment,
breadth, progression, depth, personalisation and choice, coherence, dan relevance
3. Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum,
komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi.
4. Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan, Isi kurikulum
merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki
siswa. Strategi dan metode berhubungan dengan implementasi kurikulum. Evaluasi
merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan.
5. Jenis-jenis desain kurikulum terbagi menjadi tiga bagian yaitu Subject Centered Design.
Learner-Centered Design dan Problem Centered Design.
6. Subject Centered Design merupakan desain yang berpusat pada mata pelajaran, Learner-
Centered Design merupakan desain yang berpusat pada pembelajar, sedangkan Problem
Centered Design berpusat pada masalah.

D. Latihan
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini!
1. Jelaskan Apakah hal yang mendasari terjadinya perubahan desain kurikulum?
2. Jelaskan bagaimana perubahan desain kurikulum di era industri digital 4.0 ?
3. Kapan saat yang tepat suatu kurikulum harus dikembangkan? Dan apa yang menjadi
pertimbangannya
4. Jelaskan mengapa desain kurikulum sangat berpengaruh bagi perkembangan siswa?
5. Jelaskan bagaimana dapat dikatakan bahwa sebuah desain kurikulum yang dilaksanakan
berhasil atau tidak?

E. Tes Formatif
Untuk menguji pemahaman, Anda diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda
silang (X) pada hurup a, b, c, d dan e sebagai alternatif jawaban yang menurut Anda paling
benar/ tepat.
1. Yang termasuk komponen bagian utama kurikulum kecuali…
a. Tujuan

14
b. Dokumen
c. Materi
d. Strategi
e. Evakuasi

2. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal
dan vertical, ini adalah pengertian desain kurikulum menurut...
a. Oemar Hamalik
b. Nana S. Sukmadinata
c. Longstrteet
d. Scriven
e. Zuga

3. Suatu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin dituju dapat tercapai atau tidak
termasuk definisi dari...
a. Komponen tujuan
b. Desain kurikulum
c. Evaluasi kurikulum
d. Perspektif masa depan
e. Perspektif psikologi

4. Sejumlah mata pelajaran dihubungkan antara yang satu dengan yang lain sehingga
ruang lignkup bahan yang tercakup semakin luas, hal ini merupakan makna dari desain
kurikulum, yaitu?
a. Subject Centered Curriculum
b. Correlated Curriculum
c. The psychological curriculum perspective
d. The Reformist Perspective
e. Integrated Curriculum

15
5. Berikut merupakan jenis desain kurikulum menurut dasar Subject-centered design
(desain yang berpusat pada mata pelajaran) adalah....
a. Disciplines design curriculum dan Board fields design

b. Humanistic design dan Subject design curriculum


c. Activity (experience) design dan Core design
d. Subject design curriculum dan Areas of livinf design

e. Board fields design dan humanistic design

6. Suatu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin dituju dapat tercapai atau tidak
termasuk definisi dari...
a. Komponen tujuan
b. Desain kurikulum
c. Evaluasi kurikulum
d. Perspektif masa depan
e. Perspektif psikologi

7. Kriteria dalam merumuskan organisasi kurikulum yang efektif menurut Tyler adalah :
a. Berkesinambungan (Continuity)
b. Kebersamaan
c. Perbedaan
d. Kemufakatan
e. Sepihak

8. Manakah dibawah ini yang merupakan pengertian dari evaluasi kurikulum...


a. Bagaimana cara siswa memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
b. Adanya penggabungan yang menunjukkan kepada hubungan pengalaman belajar
c. Objek atau sasaran yang hendak dituju oleh penyelenggara pendidikan
d. Untuk menilai apakah sasaran yang ingin dituju dapat tercapai atau tidak
e. Melakukan penilaian kembali tentang unsur-unsur utama kurikulum

16
9. Berikut adalah kelemahan dari desain kurikulum problem centered design, adalah,
kecuali...
a. Sangat sukar menentukan ruang lingkup dan sekuens dari sisi kehidupan yang sangat
esensial
b. Kurangnya integritas dan kontinuitas organisasi isi kurikulum
c. Tidak memiliki pola dan struktur
d. Mengabaikan warisan budaya
e. Ada kecenderungan untuk mengindoktrinasi peserta didik dengan kondisi yang ada

10. Desain kurikulum yang lebih menitikberatkan pada analisis tampilan dan urutan
proses pembelajaran daripada isi pembelajaran, termasuk kategori desain....
a. Kurikulum akademik
b. Kurikulum teknis
c. Kurikulum proses intelektual
d. Kurikulum sosial
e. Kurikulum personal

F. Daftar Istilah

 Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
 Desain kurikulum adalah suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan
diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan kurikulum yang diawali dari perencanaan,
yang dilanjutkan dengan validasi, implementasi dan evaluasi
 Evaluasi (evaluation/judgement) adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-
hasil penilaian (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum).
 Evaluasi kurikulum adalah serangkaian tindakan sistematis dalam mengumpulkan
informasi, pemberian pertimbangan dan keputusan mengenai nilai dan makna kurikulum.
Evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang dilakukan sejak awal pengembangan ide

17
kurikulum, pengembangan dokumen, implementasi, dan sampai kepada saat di mana hasil
kurikulum sudah memiliki dampak di masyarakat (Permendikbud No. 81A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum).
 Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Bruce Joyce dan Marsha Weil (Supriawan dan Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik dan (4) model modifikasi tingkah laku.
 Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (PP No. 32 Tahun 2013
tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP).
 Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi dari proses
dan hasil pembelajaran untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik (PP No. 32
Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP).
 Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang
mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (PP No. 32 Tahun 2013
tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP).
 Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar, dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau
diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk
kalimat pernyataan yang menggambarkan arah dan target yang dicapai dalam seluruh
rangkaian kegiatan (dalam satu atau berberapa minggu/pertemuan) dalam satu materi
pokok/tema/teks, serta memuat penjelasan proses dan hasil yang diharapkan.

18
G. Daftar Pustaka

Beauchamp, George A. (1975). Curriculum Theory. Wilmette, Illinois: The KAGG Press
Hamalik, Oemar. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik Omar. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Longstreet, W.S. dan Shane, H.G. (1993). Curriculum for a New Millennium. USA: Allyn &
Bacon.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Pengembangaan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung
: Remaja Rosdakarya

19

Anda mungkin juga menyukai