Anda di halaman 1dari 16

UJI KUALITATIF GUGUS FUNGSIONAL

Zat Sampel. Dengan KMnO4

Dengan 2,4 DNP Dengan Tes Tollens

Tes indicator Tes dengan logam Na


Dengan pembuatan estes Dengan Pembuuatan Ester setelah dipanaskan

.
Dengan pembuatan Ester setelah dipanaskan

Tes Iodoform Tes ammonium dan garam ammonium


PEMBUATAN LARUTAN DAN PENNGENCERAN

1. Pembuatan Larutan 2. Pengenceran Larutan


REAKSI - REAKSI KIMIA
1. Reaksi Penggabungan

Hasil pembakaran pita magnesium

2. Reaksi penguraian

.
Hasil pembakaran CuSO4.5H2O

3. Reaksi pengusiran
4. Reaksi pertukaran

5. Reaksi netralisasi
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-5 tentang Sumber Daya Air dan Lingkungan (WRE 2019) Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 344 (2019) 012162 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 344/1/012162

Evaluasi strategi remediasi air tanah di lokasi


yang terkontaminasi minyak bumi berdasarkan
pendekatan pemodelan air tanah

LH Yang1,2, LX Jing3,5 ,dan CM Zheng4


1Pusat Penelitian Ilmu Air, Universitas Peking, Beijing 100871, Tiongkok
2
Pusat Rekayasa Perlindungan Lingkungan Negara untuk Situs Terkontaminasi Industri
dan Remediasi Air Tanah, Beijing 100082, Cina
3 Institut Perencanaan Lingkungan Departemen Perlindungan Lingkungan, Beijing
100012, Cina
4
Sekolah Ilmu dan Teknik Lingkungan, Universitas Sains dan Teknologi Selatan,
Shenzhen 518055, Cina
Email: jinglx@caep.org.cn
Abstrak. Berdasarkan survei hidrogeologi dan penyelidikan lingkungan air tanah di pabrik
penyulingan minyak yang ditinggalkan, model aliran air tanah spesifik lokasi dan transportasi
zat terlarut dibangun untuk mendukung pengembangan strategi remediasi air tanah.
Gumpalan kontaminasi Benzena disimulasikan dan diprediksi dalam skala 30 tahun untuk dirancang
skenario. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air tanah membutuhkan waktu lama
untuk pulih meskipun sumber pencemaran di atas permukaan air tanah sudah dibersihkan.
Hal ini disebabkan banyaknya kontaminan yang terlarut dalam akuifer lokal, dan tambahan
kontribusi dari sirkulasi air tanah terbatas. Tindakan remediasi air tanah, seperti Pump &
Treat (P&T) dan In-Situ Chemical Oxidation (ISCO) dapat sangat meningkatkan kualitas air
tanah. Namun, dalam situasi spesifik lokasi, teknik ISCO efisien tetapi mahal; P&T
membutuhkan waktu lebih lama tetapi lebih fleksibel dan efektif dalam melindungi sumur
minum sasaran. Oleh karena itu, pendekatan remediasi gabungan termasuk P&T dan ISCO
akan direkomendasikan. Singkatnya, dengan analisis kuantitatif mengenai kelayakan, skala
waktu, dan efektivitas untuk pendekatan remediasi potensial yang berlaku, kerangka
pemodelan air tanah memberikan wawasan tentang perilaku sistem dan dukungan yang
dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan dalam perlindungan air tanah.

1. Perkenalan
Di bawah kerangka Rencana Lima Tahun Kedua Belas Kementerian Perlindungan Lingkungan Cina,
survei kontaminasi air tanah umum dilakukan secara nasional sejak 2011. Menurut hasil survei, industri
perminyakan, sebagai salah satu sumber kontaminasi utama, telah menarik perhatian sejak dampak
lingkungan yang terganggu pada tanah dan air tanah semakin meluas.
Kebocoran dan tumpahan produk minyak bumi di lapangan pabrik, tangki penyimpanan, pipa transmisi,
dan lokasi kecelakaan menyebabkan banyak pencemaran tanah dan air tanah [1,2]. Kontaminasi dapat
menimbulkan berbagai dampak dan risiko bagi masyarakat, termasuk kesehatan manusia dan ekosistem.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan strategi remediasi dan alternatif pengelolaan dengan efisiensi
lingkungan dan sosial ekonomi yang baik.
Nasib dan proses transportasi produk minyak bumi di bawah permukaan terkait dengan sejumlah
proses transportasi fisik dan biogeokimia [3]. Oleh karena itu, ketika keputusan mengenai situs

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah persyaratan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut
dari karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-5 tentang Sumber Daya Air dan Lingkungan (WRE 2019) Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 344 (2019) 012162 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 344/1/012162

Menurut investigasi lokasi pada tahun 2016, baik tanah dan air tanah di kompleks pabrik terkontaminasi
karena pencucian dari kolam penyimpanan di atas tanah dan tumpahan kecelakaan dalam sejarah
operasi. Di lokasi pengambilan sampel yang dekat dengan titik kontaminasi utama, profil tanah vertikal
menunjukkan residu kontaminan yang terlihat di lapisan tanah atas dan lapisan kerikil berpasir yang lebih
dalam. Konsentrasi total hidrokarbon minyak bumi terlarut, benzena, dan toluena dalam air tanah telah
jauh melampaui pedoman kualitas air tanah setempat. Gumpalan kontaminasi terus menyebar dengan
aliran air tanah.
Karena kualitas air dari air permukaan dalam kondisi buruk, pasokan air kota setempat bergantung
pada air tanah. Penduduk di desa-desa sekitar (Gambar 1) memompa air tanah dari sumur pribadi mereka
untuk air minum dan keperluan sehari-hari. Ternyata, kesehatan manusia penduduk lokal yang tinggal di
dekat semburan kontaminasi berpotensi terkena kontaminasi air tanah. Selain itu, karena hubungan
hidraulik antara akuifer dan badan air permukaan, jangkauan sungai Sungai Huan dan anak sungai Xin
yang dekat dengan lokasi menjadi reseptor kontaminasi potensial lainnya.
Oleh karena itu, tindakan remediasi diperlukan oleh badan perlindungan lingkungan setempat untuk melindungi kesehatan
masyarakat dan untuk pengembangan lahan di masa depan.

3. Metodologi

3.1. Model konseptual

3.1.1. Domain model. Survei hidrogeologi mengungkapkan bahwa akuifer freatik lokal terutama terdiri
dari lanau Kuarter dan kerikil berpasir, yang mendasari akuitar batulumpur, yang memisahkan akuifer
freatik dari akuifer tertekan yang lebih dalam. Ketebalan akuifer freatik berkisar antara 3m sampai 15m,
dan kedalaman muka air tanah berkisar antara 2m sampai 10m, dengan rata-rata 7m. Mengikuti topografi
alami, akuifer freatik memanjang dari dataran rendah di timur laut ke arah barat dan selatan. Air tanah
akhirnya mengalir ke Sungai Huan dan anak sungai Xin Creek (Gambar 1).
Oleh karena itu, kondisi batas dikonseptualisasikan sebagai batas hulu umum di timur dan tenggara.
Batas barat adalah sungai, ditetapkan sebagai kepala konstan dan data input didasarkan pada ketinggian
tingkat sungai yang dipantau. Total area dalam domain model adalah 2,3 km2.
Istilah sumber airtanah di daerah penelitian adalah infiltrasi presipitasi dan imbuhan horizontal dari
lapisan loess di sebelah timur. Istilah wastafel termasuk debit sungai dan sumur lokal
pemompaan. Mengenai catatan pemantauan ketinggian air jangka panjang, pola aliran di wilayah studi
cukup stabil. Ringkasnya informasi di atas, akuifer studi dikonseptualisasikan sebagai akuifer heterogen
satu lapis dengan pola aliran kondisi tunak dua dimensi.

3.1.2. Sumber kontaminasi, jalur transportasi dan reseptor. Investigasi situs menunjukkan bahwa
ada dua daerah sumber pencemaran air tanah. Sumber pencemaran air tanah utama adalah kolam
penyimpanan di atas tanah yang terletak di tengah lokasi (Gambar 2). Air limbah tanpa pengolahan
ditampung di kolam. Ukuran kolam adalah 50m × 60m. Karena kolam penyimpanan tidak memasang liner
anti rembesan di bagian bawah, air limbah mengandung produk minyak yang bocor dari dasar kolam,
terbawa melalui zona tak jenuh, dan mencapai permukaan air di bawahnya. Berbagai kontaminan
kemudian menyebar bersama aliran air tanah.
Sumber kontaminasi lainnya terletak di sebelah tenggara lokasi. Kontaminasi tersebut disebabkan
oleh kecelakaan tumpahan dalam sejarah operasi (Gambar 2). Residu kontaminan di lapisan tanah atas
diangkut ke akuifer dengan infiltrasi presipitasi.
Penerima pencemaran air tanah termasuk penduduk lokal yang menggunakan air tanah dan badan
air permukaan, yaitu Sungai Huan dan Sungai Xin. Pembuangan bahan pencemar ke sungai akan
menimbulkan risiko bagi ekosistem sungai.

3
Machine Translated by Google

ICASP5-CSSCR5 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu dan Teknik Material 529 (2019) 012065 doi: 10.1088 / 1757-899X / 529/1/012065

Pengukuran arah pertumbuhan dendrit: memahami


kemajuan zat terlarut dalam pengecoran baja berkelanjutan

A. SenGupta1 ,B. Santillana2, S. Sridhar3 dan M. Auinger1


1WMG, Universitas Warwick, Coventry CV4 7AL, Inggris
2Tata Steel Research and Development, 1970CA IJmuiden, Belanda
3Teknik Metalurik dan Material, Sekolah Pertambangan Colorado, Golden, Colorado
80401, AS

Email: A.Sengupta@warwick.ac.uk, begona.santillana@tatasteeleurope.com

Abstrak. Mempertahankan daya saing dalam manufaktur baja memerlukan peningkatan


efisiensi proses dan volume produksi sambil meningkatkan kualitas dan kinerja produk. Hal ini
sangat menantang untuk menghasilkan nilai tambah baja canggih seperti baja kekuatan tinggi
canggih dan baja listrik. Nilai ini karena persentase berat elemen paduan yang lebih tinggi
menyebabkan kesulitan dalam berbagai tahap pemrosesan hulu dan hilir, dan ini termasuk
pengecoran kontinu, di mana tingkat zat terlarut yang tinggi sangat penting untuk pemisahan makro.
Arah pertumbuhan antarmuka dalam sistem dengan lebih dari satu komponen ditentukan oleh
profil zat terlarut di depan bagian depan solidifikasi yang bergerak. Memahami profil arah
pertumbuhan dengan parameter proses pengecoran selama proses pengecoran akan
memberikan perspektif penting untuk mengurangi segregasi makro pada produk cor. Dalam
penelitian ini, dua sampel pelat baja dari kastor pelat konvensional di bawah pengaruh rem elektromagnetik
(EMBR) di Tata Steel di IJmuiden (Belanda) telah diselidiki untuk pengukuran defleksi dendrit.
Sampel menunjukkan zona transisi dimana terjadi perubahan perilaku defleksi. Juga, besarnya
sudut defleksi berkurang dari permukaan pelat. Menghubungkan data eksperimen ini dengan
profil aliran fluida yang dimodelkan akan membantu dalam meningkatkan pemahaman tentang
sifat dinamis dari kemajuan zat terlarut sehingga parameter pengecoran dapat dioptimalkan
untuk meningkatkan kualitas produk.

1. Perkenalan
Telah diketahui dengan baik bahwa perubahan keadaan suatu sistem diatur oleh termodinamika
sistem[1] yang didasarkan pada prinsip dasar kriteria minimalisasi dan isolasi energi bebas Gibbs. Arah
pertumbuhan fase padat selama proses solidifikasi menunjukkan arah pergerakan antarmuka antara
fase padat (S) dan cair (L). Kinetika pertumbuhan fase padat diatur oleh kesetimbangan termodinamika
dan proses difusi yang terjadi pada antarmuka, terutama dalam fase cair. Aliran fluida curah dapat
meningkatkan proses difusi dalam fase cair. Untuk solidifikasi dalam sistem logam komponen tunggal,
gaya penggerak seluruhnya bersifat termal [2]
sementara dalam sistem multi-komponen, gaya pendorong untuk gerakan antarmuka S/L juga
dipengaruhi oleh transpor zat terlarut. Jadi morfologi dan distribusi fase padat biasanya disebut
"mikrostruktur" dalam produk cor dari paduan industri (kebanyakan multi-komponen) akan tergantung
pada evolusi profil zat terlarut di depan antarmuka bergerak. Konveksi paksa karena aliran fluida curah
[3] (juga disebut aliran skala makro) di dalam lelehan cairan akan lebih meningkatkan kinetika proses
transpor zat terlarut yang mungkin memiliki pengaruh tambahan pada arah pertumbuhan antarmuka.

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah persyaratan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut
dari karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Machine Translated by Google

DOI: 10.1515/cdem-2018-0005 CHEM DIDACT ECOL METROL. 2018;23(1-2):81-95

Renáta MICHALISKOVÁ1* dan Miroslav PROKŠA2

TINGKAT PENGUASAAN KONSEP KIMIA


TINGKAT REAKSI SISWA KELAS 9

POZIOM WIEDZY NAJLEPSZYCH UCZNIÓW DZIEWIÿTEJ KLASY


NA TEMAT REAKCJI CHEMICZNYCH

Abstrak: Dalam makalah ini, kami berfokus pada hasil penelitian yang kami lakukan untuk memastikan pengetahuan siswa
Slovakia yang baru menyelesaikan pendidikan menengah pertama tentang topik laju reaksi kimia. Kajian tersebut diikuti oleh
total 320 lulusan pendidikan kimia dasar berusia 15 tahun yang berasal dari beberapa sekolah. Pengetahuan siswa
ditemukan melalui tes didaktis yang terdiri dari 1 butir soal yang berkaitan dengan pengelompokan dan beberapa tugas dua
tingkat. Hasil dianalisis dalam hal wawasan yang lebih dalam pemahaman siswa tentang masalah dan miskonsepsi siswa
juga diidentifikasi. Temuan-temuan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan penguasaan
konsep laju reaksi kimia, terutama yang berkaitan dengan pemahaman siswa terhadap topik tersebut dianalisa pada tingkat
representasi submikroskopik, makroskopis, dan simbolik.
Kami berhasil menyelidiki berbagai kesulitan siswa terkait dengan topik yang disebutkan. Beberapa masalah ditemukan.
Siswa memiliki masalah dalam memahami istilah dasar “laju reaksi kimia”, menghubungkannya dengan benda yang
bergerak, yang mereka ketahui dari pelajaran fisika dan kehidupan sehari-hari. Mereka juga memiliki masalah untuk
membedakan dan menghubungkan informasi pada tingkat representasi yang berbeda. Siswa seringkali tidak mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laju reaksi dan bagaimana caranya. Mereka tidak memahami konsep konsentrasi
dan katalis dan tidak membedakan istilah suhu dan panas. Pengetahuan siswa seringkali hanya formal dan tidak memiliki
pemahaman konseptual yang nyata tentang masalah. Pemecahan masalah mereka tidak melampaui tingkat solusi algoritmik
dan mereka tidak mampu menyelesaikan tugas yang biasanya bukan masalah yang berhubungan dengan sekolah.

Kata kunci: laju reaksi kimia, tingkat pemahaman, miskonsepsi, salah paham

pengantar

Laju reaksi kimia tidak diragukan lagi merupakan salah satu topik terpenting dalam
pendidikan kimia di semua tingkat pendidikan. Siswa mempelajari istilah-istilah kimia dasar
seperti laju reaksi, energi aktivasi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, teori tumbukan,
katalis, inhibitor, konsentrasi, luas permukaan reaktif dan lain-lain [1]. Selain itu, pengetahuan
yang dapat diperoleh siswa dari topik yang diberikan bermanfaat terutama dalam kehidupan sehari-hari -

1
Departemen Didaktik dalam Sains, Psikologi dan Pedagogi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Comenius di
Bratislava, Mlynská dolina, 842 15 Bratislava, Republik Slovakia, telepon +421 2 602 96 348, email:
renata.michaliskova@uniba.sk
2
Departemen Didaktik dalam Sains, Psikologi dan Pedagogi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Comenius di
Bratislava, Mlynská dolina, 842 15 Bratislava, Republik Slovakia, telepon +421 2 602 96 313, email: miroslav.proksa@uniba.sk
*Penulis koresponden : renata.michaliskova@uniba.sk
Machine Translated by Google

82 Renáta Michalisková dan Miroslav Prokša

penyimpanan makanan di lemari es, memasak makanan dalam panci bertekanan, perlindungan
bahan logam dari korosi atau produksi zat anorganik dan organik.
Sistem pendidikan di Slovakia diatur sedemikian rupa sehingga siswa pertama kali
bersentuhan dengan gagasan laju reaksi kimia di kelas 7 ketika siswa berusia 13 tahun. Mereka
mengenal konsep dasar dan prinsip-prinsip tentang laju reaksi kimia. Setelah topik disajikan,
siswa harus dapat mengkarakterisasi laju reaksi kimia melalui hubungan yang pasti - seperti
bahwa laju reaksi kimia adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk untuk waktu
tertentu. Mereka harus dapat membedakan reaksi kimia yang lambat dan cepat berdasarkan
ekspresi visual dari reaksi tersebut dan mereka juga harus mengetahui faktor mana yang
mempengaruhi laju reaksi dan bagaimana caranya. Bagian dari pelajaran juga merupakan
kegiatan praktis siswa yang terkait dengan melakukan berbagai eksperimen yang
menggambarkan pengaruh faktor-faktor terhadap laju reaksi kimia (menurut dokumen negara).

Ketika datang untuk memahami masalah baru dan relatif menuntut ini, siswa dapat
dihadapkan pada berbagai kesulitan. Siswa mungkin memiliki berbagai prasangka,
kesalahpahaman dan miskonsepsi yang tidak sesuai dengan pengetahuan yang diterima secara
ilmiah dan berdampak negatif pada langkah selanjutnya dalam proses pembelajaran.
Kesalahpahaman, miskonsepsi, dll muncul, misalnya, dalam kaitannya dengan pemahaman
tentang laju reaksi kimia sebagai konsep dasar. Para siswa sudah mengetahui istilah "laju"
sebelum mereka belajar tentang laju reaksi kimia, dari pelajaran fisika atau bahkan dari
pengalaman hidup biasa, dan mereka terutama menghubungkannya dengan benda yang
bergerak. Siswa memperoleh pemahaman tentang konsep laju lainnya, yang mengungkapkan
esensi dari fenomena kimia yang sifatnya tidak begitu jelas, dengan kesulitan tertentu. Ini
dimanifestasikan selama perolehan formal dasar-dasar, di mana siswa sering menunjukkan,
misalnya, satuan laju reaksi kimia sebagai m/s atau tidak dapat menjawab pertanyaan sama sekali.
Konsep kecepatan gerak benda, yang diperoleh sebelumnya, kemudian sulit diperluas ke
pengertian lain. Selain itu, sementara kecepatan benda yang bergerak dapat dengan mudah
ditunjukkan dalam kondisi sekolah melalui berbagai contoh dan juga dapat diukur dengan cara
yang sederhana dan di sisi lain dalam banyak kasus, laju reaksi kimia bahkan tidak dapat
ditunjukkan dan pengukurannya akan menjadi sangat menuntut dan tidak bisa diterapkan
dengan baik.
Oleh karena itu, peran didaktik dan guru itu sendiri seharusnya adalah untuk mengidentifikasi
kesulitan-kesulitan, prasangka, kesalahpahaman, dll. yang telah membangun struktur
pengetahuan siswa dan juga untuk menemukan cara untuk menghilangkan dan mencegahnya
agar proses pembelajaran di sekolah dapat berlangsung. lebih baik dan lebih efektif. Menyadari
pemahaman siswa tentang masalah menurut model rekonstruksi didaktik memainkan peran
penting dalam pemilihan dan penataan kurikulum yang tersedia, serta dalam pemilihan kegiatan
yang sesuai dalam urutan didaktik. Ini merupakan cara bagi siswa untuk menguasai secara
konseptual masalah dan meminimalkan terjadinya miskonsepsi.

Latar belakang
Banyak penulis [1-10] telah mencurahkan waktu mereka untuk mempelajari tingkat
pengetahuan dan mengidentifikasi kesalahpahaman atau konsepsi alternatif di bidang laju reaksi kimia.
Mereka telah berhasil mengungkap beberapa kesalahpahaman, kesalahpahaman yang telah
berakar pada struktur pengetahuan responden, dan mereka juga mengungkapkan berbagai
kesulitan terkait pemahaman konseptual dari masalah tersebut. Para penulis studi ini menemukan
TK- 002 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Analisis Efisiensi Penukar Ion Sistem Demineralisasi Pada Pengolahan Air


di Proses Produksi Electroplating
Muhamad Engkos Kosim1*, Dwi Prambudi1, Rini Siskayanti1
*Program Studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiyah Jakarta, DKI Jakarta,
Jl.Cempaka Putih Tengah, Kota Jakarta Pusat, 10510
*Corresponding Author : engkos.kosim@umj.ac.id.

Abstrak
Resin penukar ion pada sistem demineralisasi merupakan media yang digunakan
dalam proses pengolahan air baku untuk menghasilkan air bebas mineral yang
digunakan untuk proses produksi khususnya proses plating. Kemampuan resin
penukar ion dalam mengambil ion pengotor dalam air baku memiliki keterbatasan,
sehingga setelah beberapa waktu tertentu resin penukar ion tidak mampu lagi
mengambil ion pengotor dalam air baku sehingga perlu dilakukan regenerasi.
Penelitian ini bertujuan untuk dapat meninjau efisiensi resin anion dan kation dalam
pengolahan air di proses produksi electroplating. Dalam penelitian ini akan di
analisis efisiensi resin penukar ion dengan menggunakan data pengamatan nilai
konduktivitas air bahan baku dengan air hasil proses demineralisasi. Dari penelitian
ini didapatkan nilai efisiensi pada proses pengolahan air demineralisasi memiliki nilai
51.41% untuk resin kation dan 83.47% untuk resin anion, lama siklus regenerasi resin
yang di dapat adalah 50 jam untuk pemakaian secara terus menerus, resin anion
sudah mengalami penurunan kualitas dikarenakan nilai efisiensi resin yang diperoleh
di bawah 80% sehingga sudah mengalami kejenuhan. Sedangkan perolehan nilai
efisiensi resin anion di atas 80% menunjukkan kualitas resin anion masih sangat baik.
Kata kunci: Demineralisasi, Resin, electroplating, Efisiensi Resin

Abstract
Ion exchange resin in the demineralization system is a medium used in the raw water
treatment process to produce mineral-free water which is used for the production
process, especially the plating process. The ability of ion exchange resins to take
impurity ions in raw water has limitations, so that after a certain time the ion
exchange resins are no longer able to take impurity ions in raw water, so regeneration
is necessary. This study aims to be able to review the efficiency of anion and cation
resins in water treatment in the electroplating production process. In this study, the
efficiency of ion exchange resins will be analyzed using observational data on the
conductivity value of raw material water and demineralized water. From this study, it
was found that the efficiency value in the demineralized water treatment process has a
value of 51.41% for cation resin and 83.47% for anion resin, the length of the resin
regeneration cycle that can be obtained is 50 hours for continuous use, the anion resin
has decreased in quality due to the efficiency value. Resin obtained is below 80% so
that it has experienced saturation. While the acquisition of anion resin efficiency
values above 80% indicates the quality of the anion resin is still very good..
Keywords : Demineralization, Resin, electroplating, Resin Efficiency

PENDAHULUAN konduktivitas rendah agar proses pelapisan


Dalam proses pembuatan ritsleting logam tidak terganggu, oleh karena itu dalam
dilakukan proses pelapisan logam dengan proses ini menggunakan air hasil proses
metode elektroplating. Pada proses demineralisasi. Pengolahan air di industri
elektroplating diperlukan air yang memiliki adalah hal umum yang sering dilakukan untuk

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2021 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2021
TK- 002 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

setiap perusahaan. Cara mengelola air untuk keluaran kolom resin penukar ion menunjukan
bisa digunakan sebagai air minum/baku ≥ 20 µS/cm.
maupun sebagai penunjang proses produksi Dalam penelitian ini akan di analisis
juga bermacam- macam bergantung dari efisiensi resin penukar ion dengan
spesifikasi air yang ingin dicapai. Salah satu menggunakan data pengamatan nilai
sistem pengolahan air adalah sistem konduktivitas air bahan baku dengan air hasil
demineralisasi. proses demineralisasi.
Resin penukar ion pada sistem
demineralisasi merupakan media yang Landasan Teori
digunakan dalam proses pengolahan air baku A. Demineralisasi
untuk menghasilkan air bebas mineral yang Demineralisasi adalah salahsatu
digunakan untuk proses produksi khususnya teknologi proses pengolahan air untuk
proses plating. Resin penukar ion ini berfungsi menghilangkan mineral dari air. Istilah
untuk mengambil ion pengotor air baku yang Demineralisasi biasanya digunakan secara
tidak dibutuhkan dan dapat mempengaruhi khusus untuk proses pertukaran ion untuk
durabilitas alat proses dengan cara reaksi penghilangan total kontaminan mineral ion
pertukaran ion yang mempunyai tanda muatan sampai mendekati angka nol. Seringkali, istilah
sama antara air sebagai bahan baku dengan Demineralisasi dan Deionisasi digunakan
resin penukar ion yang dilalui, dimana kation secara bergantian. Demineralisasi
resin akan menukar kation pengotor pada air menggunakan resin penukar kation dan anion,
baku dan anion resin akan menukar anion di dalam dua tabung atau di dalam satu tabung
pengotor pada air baku. Pertukaran terjadi secara bersama. Setelah Demineralisasi, air
dalam kolom/tangki resin penukar ion, di mana yang diolah akan memiliki tingkat kemurnian
air baku dialirkan melewati resin penukar ion yang tinggi sebanding dengan air suling.
yang berada dalam tangki/kolom. Proses regenerasi pada demineralisasi
Kemampuan resin penukar ion dalam ion exchanger ini dapat dilakukan secara
mengambil ion pengotor dalam air baku berurutan dari resin cation lalu resin anion atau
memiliki keterbatasan, sehingga setelah dapat pula dilakukan bersamaan. Bila proses
beberapa waktu tertentu resin penukar ion regenerasi cation dan anion dilakukan
tidak mampu lagi mengambil ion pengotor bersamaan, maka dibutuhkan minimal air hasil
dalam air baku. Dalam keadaan dimana resin proses water softener untuk meregenerasi resin
penukar kation dan resin penukar anion tidak anion karena bila tidak menggunakan air
mampu lagi mengambil pengotor dalam air softener maka pengendapan CaCO3 akan
maka resin penukar ion dikatakan jenuh, terjadi dan resin akan rusak. Hal ini
sehingga perlu dilakukan regenerasi guna menyebabkan jarang orang melakukan
pengaktifan kembali gugus fungsional resin regenerasi kation dan anion secara bersamaan
penukar ion yang berfungsi untuk mengambil karena dibutuhkan unit water softener
atau mengikat ion-ion pengotor yang berada tambahan.
dalam air baku. Dengan dilakukannya
regenerasi pada resin penukar ion diharapkan
akan mengembalikan kemampuan resin
penukar ion dalam mengambil pengotor dalam
air baku sehingga kualitas air yang dihasilkan
oleh sistem air demineralisasi sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan. Pengoperasian
sistem air demineralisasi dilakukan untuk
menjaga ketersediaan air bebas mineral pada
tangki demineralisasi agar selalu dalam
keadaan penuh dan pengoperasiannya terus
menerus. Regenerasi resin penukar ion pada
sistem demineralisasi apabila konduktivitas air

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2021 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2021
TK- 002 p - ISSN : 2407 – 1846
e - ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

menggunakan larutan garam (NaCl). kapasitas penukarannya baru optimum pada


(Montgomery J.M dalam Pujiastuti C, 2008) pH larutan alkali. Range pH efektif penukar
ion untuk jenis kation asam kuat adalah 0-14.
b) Kecepatan aliran
Kecepatan aliran mempengaruhi proses
pertukaran ion. Semakin cepat debit aliran
yang ditetapkan dalam proses pertukaran ion,
semakin sedikit konsentrasi ion yang dapat
dipertukarkan. Hal ini disebabkan waktu
tinggal dan kontak antara air laut dengan resin
semakin pendek.
c) Konsentrasi ion terlarut
Semakin banyak konsentrasi ion yang
akan dipertukarkan, semakin lambat kecepatan
Gambar 3. Resin Anion berlangsungnya suatu reaksi pertukaran ion
Mekanisme reaksi pertukaran ion yang dan semakin sedikit konsentrasi ion yang akan
terjadi pada kolom resin penukar kation adalah dipertukarkan. Hal ini disebabkan karena resin
sebagai berikut. memiliki kapasitas ion yang terbatas.
R-OH- + A- R-A- +O H (2) d) Tinggi media penukar ion
Semakin tinggi media penukar ion yang
(G. Bernasconi, 1995) terdapat dalam kolom pertukaran, semakin
Dimana; banyak konsentrasi ion akan dipertukarkan Hal
R : resin penukar ion ini disebabkan semakin tinggi resin maka
OH- : anion dari resin penukar ion semakin banyak jumlah resin.
A- : anion dari suatu larutan e) Suhu
Pertukaran ion dipengaruhi suhu, akan
d) Resin anion basa lemah tetapi secara praktis peningkatan suhu tidak
Resin anion basa lemah dipergunakan cukup untuk menyebabkan pertambahan laju
untuk mengambil asam-asam seperti asam proses. Operasi suhu tinggi baru bermanfaat
klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4) bila larutan semula memang pada suhu
sehingga resin dikenal sebagai pengadsorbsi tersebut atau bila larutan terlalu kental pada
asam (acid adsorbers). Proses regenerasi resin suhu ruang.
anion basa lemah ini dipergunakan larutan Penelitian ini bertujuan untuk dapat
natrium hidroksida (NaOH), ammonium meninjau efisiensi resin anion dan kation
hidroksida (NH4OH) atau natrium karbonat dalam pengolahan produksi electroplating.
(Na2CO3) (Montgomery J.M dalam Pujiastuti
C, 2008). METODE
Penelitian ini dilakukan di proses
C. Faktor yang Mempengaruhi Pertukaran produksi electroplating PT. YKK Zipco
Ion Indonesia pada bulan maret 2021. Penelitian
Adapun faktor-faktor yang dapat ini dilakukan dengan metode studi literatur dan
mempengaruhi proses pertukaran ion adalah : metode observasi lapangan selama bulan Maret
a) pH 2021. Untuk menghitung efisiensi resin
Penukar ion penguraian gugus ionogenik digunakan rumus sebagai berikut:
tidak memperhatikan pH, ada yang sangat
dipengaruhi oleh pH sesuai kekuatan asam
basanya. Gugus OH fenolik atau asam
karboksilat tidak teruarai pada pH rendah, (3)
maka

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2021 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2021
Machine Translated by Google

Faktor Dampak SJIF: 7.001| ISI IFNilai:1.241| Jurnal DOI: 10.36713/epra2016 ISSN: 2455-7838 (Online)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Internasional EPRA (IJRD)


Volume: 5 | Edisi: 8 | Agustus 2020 - Jurnal Tinjauan Sejawat

LAJU REAKSI KIMIA DAN


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Omonova Mahfuza Sodiqovna


Asisten, Universitas Politeknik Fergana, Uzbekistan

Ibragimova Gavkharhon Orifjon qizi


Asisten, Universitas Politeknik Fergana, Uzbekistan

ABSTRAK
Artikel berikut memberikan pengantar tentang laju reaksi kimia serta menyatakan beberapa faktor yang meliputi kecepatan
reaksi. Pergerakan elektron memainkan peran kunci dalam reaksi kimia. Zat yang bereaksi secara kimia disebut pereaksi. Zat
yang terbentuk sebagai hasil reaksi adalah produk dari reaksi kimia. Reaksi kimia dinyatakan dengan rumus kimia. Beberapa
urutan reaksi mungkin diperlukan untuk mendapatkan produk yang diinginkan, suatu proses yang disebut sintesis kimia.

KATA KUNCI: reaksi, laju reaksi, konsentrasi, teori keruntuhan, temperatur, pengaruh katalis, fasa dan
permukaan, tumbukan, reagen, reaktan.

PENGANTAR Laju reaksi adalah kecepatan terjadinya suatu


Meskipun persamaan kimia yang seimbang untuk reaksi kimia. Jika suatu reaksi memiliki laju yang rendah, itu
suatu reaksi menggambarkan hubungan kuantitatif antara berarti molekul-molekul bergabung lebih lambat
jumlah reaktan yang ada dan jumlah produk yang dapat lebih cepat daripada reaksi dengan laju yang tinggi. Beberapa
dibentuk, persamaan tersebut tidak memberi kita informasi reaksi membutuhkan waktu ratusan, bahkan mungkin ribuan
tentang apakah atau seberapa cepat reaksi tertentu akan tahun, sementara yang lain dapat terjadi dalam waktu kurang
terjadi. Informasi ini diperoleh dengan mempelajari kinetika dari satu detik. Jika Anda ingin memikirkan reaksi yang
kimia suatu reaksi, yang bergantung pada berbagai faktor: sangat lambat, pikirkan berapa lama waktu yang dibutuhkan
konsentrasi reaktan, suhu, keadaan fisik dan luas permukaan tumbuhan dan ikan purba untuk menjadi fosil (karbonisasi).
reaktan, dan sifat pelarut dan katalis jika ada. Dengan Laju reaksi juga tergantung pada jenis molekul yang bergabung.
mempelajari kinetika reaksi, ahli kimia memperoleh wawasan Jika konsentrasi unsur atau senyawa esensial rendah, reaksi
tentang bagaimana mengontrol kondisi reaksi untuk mencapai akan lebih lambat.
hasil yang diinginkan. Ada ide besar lain untuk laju reaksi yang
disebut teori tumbukan. Teori tumbukan, teori yang
Reaksi kimia adalah proses mengubah satu set digunakan untuk memprediksi laju reaksi kimia,
bahan kimia menjadi yang lain. khususnya untuk gas. Teori tumbukan didasarkan
Reaksi kimia bisa spontan atau spontan. Dalam kasus kedua, pada asumsi bahwa agar reaksi dapat terjadi,
beberapa energi eksternal (panas, cahaya, listrik) diperlukan spesies yang bereaksi (atom atau molekul) perlu
untuk melakukan reaksi kimia. Pergerakan elektron bergabung atau bertabrakan satu sama lain. Namun,
memainkan peran kunci dalam reaksi kimia. Zat yang tidak semua tumbukan menghasilkan perubahan
bereaksi secara kimia disebut pereaksi. Zat yang terbentuk kimia. Tumbukan akan efektif dalam menghasilkan
sebagai hasil reaksi adalah produk dari reaksi kimia. Reaksi perubahan kimia hanya jika spesies yang disatukan
kimia dinyatakan dengan rumus kimia. Beberapa memiliki nilai energi internal minimum tertentu,
sama dengan energi aktivasi reaksi. Lebih lanjut,
spesies yang bertabrakan harus diorientasikan
urutan reaksi mungkin diperlukan untuk mendapatkan produk dengan cara yang menguntungkan untuk penataan
yang diinginkan, suatu proses yang disebut sintesis kimia. ulang atom dan elektron yang diperlukan. Jadi, |
EPRA IJRD 2020 | Jurnal DOI: https://doi.org/10.36713/epra2016 www.eprajurnals.com |261 |
Machine Translated by Google

Faktor Dampak SJIF: 7.001| ISI IFNilai:1.241| Jurnal DOI: 10.36713/epra2016 ISSN: 2455-7838 (Online)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Internasional EPRA (IJRD)


Volume: 5 | Edisi: 8 | Agustus 2020 - Jurnal Tinjauan Sejawat

menurut teori tumbukan, laju reaksi kimia berlangsung hidrogen peroksida dengan adanya dan tidak adanya
sama dengan frekuensi tumbukan efektif. Karena frekuensi katalis yang berbeda. Karena kebanyakan katalis sangat
tumbukan atom atau molekul dapat dihitung dengan tingkat selektif, mereka sering menentukan produk suatu reaksi
akurasi tertentu hanya untuk gas (dengan penerapan teori dengan mempercepat hanya satu dari beberapa
kinetik), penerapan teori tumbukan terbatas pada reaksi kemungkinan reaksi yang dapat terjadi. Sebagian besar
fase gas. bahan kimia curah yang diproduksi di industri dibentuk
dengan reaksi yang dikatalisis. Perkiraan terbaru
Teori tumbukan mengatakan bahwa semakin menunjukkan bahwa sekitar 30% dari produk nasional
banyak tumbukan dalam suatu sistem terjadi, akan ada bruto Amerika Serikat dan negara-negara industri lainnya
lebih banyak kombinasi molekul yang saling memantul. bergantung baik secara langsung maupun tidak langsung pada penggunaan ka
Jika Anda memiliki lebih banyak kemungkinan kombinasi, Katalis (misalnya, enzim) mengurangi energi
ada kemungkinan lebih tinggi bahwa molekul akan aktivasi reaksi kimia dan meningkatkan laju reaksi kimia
menyelesaikan reaksi. Reaksi akan berlangsung lebih tanpa dikonsumsi dalam proses. Katalis meningkatkan
cepat yang berarti laju reaksi akan meningkat. Pikirkan frekuensi tumbukan antara reagen, mengubah arah
betapa lambatnya pergerakan molekul dalam madu jika reaktan, meningkatkan efisiensi tumbukan lebih lanjut,
dibandingkan dengan soda Anda meskipun keduanya mengurangi ikatan antarmolekul dalam molekul reaktan,
berbentuk cair. Jumlah tumbukan pada madu lebih sedikit atau memberikan kerapatan elektron ke reaktan. Kehadiran
karena gaya antarmolekul (gaya antar molekul) yang lebih katalis membantu reaksi untuk transisi ke kesetimbangan
kuat. Kekuatan yang lebih besar berarti madu memiliki lebih cepat. Selain katalis, spesies kimia lain dapat
viskositas lebih tinggi daripada air soda. mempengaruhi reaksi. Jumlah ion hidrogen (pH larutan
berair) dapat mengubah laju reaksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
kimia konsentrasi reagen. Konsentrasi reagen yang tinggi
menyebabkan tumbukan yang lebih efisien per satuan Spesies kimia lain dapat bereaksi untuk reaksi atau
waktu, yang menyebabkan peningkatan laju reaksi (tidak bersaing untuk arah pertukaran, ikatan, kerapatan elektron,
termasuk reaksi tingkat nol). Demikian pula, konsentrasi dll, sehingga mengurangi laju reaksi.
produk yang tinggi dikaitkan dengan laju reaksi yang
rendah. Gunakan tekanan parsial reagen sebagai ukuran Tekanan mempengaruhi laju reaksi, terutama
konsentrasi dalam keadaan gas. ketika Anda melihat gas. Ketika Anda meningkatkan
Efek Konsentrasi. Dua zat tidak mungkin bereaksi satu tekanan, molekul memiliki lebih sedikit ruang di mana
sama lain kecuali partikel penyusunnya (molekul, atom, mereka dapat bergerak. Kepadatan molekul yang lebih
atau ion) bersentuhan. Jika tidak ada kontak, laju reaksi besar meningkatkan jumlah tumbukan. Ketika Anda
akan menjadi nol. Sebaliknya, semakin banyak partikel menurunkan tekanan, molekul tidak sering saling menabrak
reaktan yang bertumbukan per satuan waktu, semakin dan laju reaksi berkurang.
sering reaksi antara mereka dapat terjadi. Akibatnya, laju Tekanan juga berhubungan dengan konsentrasi dan volume.
reaksi biasanya meningkat dengan meningkatnya Dengan mengurangi volume yang tersedia untuk molekul
konsentrasi reaktan. gas, Anda meningkatkan konsentrasi molekul dalam ruang
tertentu. Anda juga harus ingat bahwa mengubah tekanan
Suhu. Biasanya, peningkatan suhu meningkatkan sistem hanya bekerja dengan baik untuk gas. Umumnya,
laju reaksi. Suhu adalah ukuran energi kinetik suatu sistem, laju reaksi untuk padatan dan cairan tetap tidak terpengaruh
jadi suhu tinggi berarti energi kinetik rata-rata molekul dan oleh peningkatan tekanan.
lebih banyak tumbukan per satuan waktu. Aturan umum
umum untuk sebagian besar (semua) reaksi kimia adalah
bahwa laju reaksi harus kira-kira dua kali lipat untuk setiap HASIL DAN DISKUSI
kenaikan suhu 10 ° C. Ketika dua reaktan berada dalam fase fluida
yang sama, partikel-partikelnya lebih sering bertabrakan
Ketika suhu mencapai titik tertentu, beberapa spesies daripada ketika salah satu atau kedua reaktan berbentuk
kimia dapat diubah (misalnya, denaturasi protein) dan padat (atau ketika keduanya berada dalam fluida berbeda
reaksi kimia melambat atau berhenti. yang tidak bercampur). Jika reaktan tersebar merata dalam
larutan homogen tunggal, maka jumlah tumbukan per
satuan waktu tergantung pada konsentrasi dan suhu,
MATERIAL DAN METODE seperti yang baru saja kita lihat. Namun, jika reaksinya
Katalis adalah zat yang berpartisipasi dalam heterogen, reaktan berada dalam dua fase yang berbeda,
reaksi kimia dan meningkatkan laju reaksi tanpa mengalami dan tumbukan antara reaktan hanya dapat terjadi pada
perubahan kimia bersih itu sendiri. antarmuka antar fase. Jumlah tumbukan antara reaktan
Pertimbangkan, misalnya, dekomposisi per satuan waktu

EPRA IJRD 2020 | Jurnal DOI: https://doi.org/10.36713/epra2016 | www.eprajurnals.com |262 |


Machine Translated by Google

Faktor Dampak SJIF: 7.001| ISI IFNilai:1.241| Jurnal DOI: 10.36713/epra2016 ISSN: 2455-7838 (Online)

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Internasional EPRA (IJRD)


Volume: 5 | Edisi: 8 | Agustus 2020 - Jurnal Tinjauan Sejawat

secara substansial berkurang relatif terhadap kasus homogen,


dan, karenanya, begitu juga laju reaksi. Laju reaksi reaksi
heterogen tergantung pada luas permukaan fase yang lebih
kental. Mesin mobil menggunakan efek luas permukaan untuk
meningkatkan laju reaksi. Bensin disuntikkan ke setiap silinder, di
mana ia terbakar saat pengapian oleh percikan dari busi.

Bensin disuntikkan dalam bentuk tetesan mikroskopis karena


dalam bentuk itu ia memiliki luas permukaan yang jauh lebih besar
dan dapat terbakar jauh lebih cepat daripada jika dimasukkan ke
dalam silinder sebagai aliran. Demikian pula, setumpuk tepung
yang dihaluskan akan terbakar secara perlahan (atau tidak sama
sekali), tetapi penyemprotan tepung yang telah dihaluskan ke
dalam nyala api menghasilkan reaksi yang kuat.

KESIMPULAN
Kesimpulannya, katakan saja, laju reaksi umumnya
paling tinggi pada awal reaksi, ketika konsentrasi zat yang bereaksi
paling tinggi. Kita dapat mengidentifikasi 5 faktor berbeda yang
mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, yaitu suhu, tekanan, efek
katalis, efek fase dan permukaan serta konsentrasi reagen. Laju
reaksi meningkat ketika suhu meningkat, ketika konsentrasi
meningkat, dan ketika reaktan padat memiliki lebih banyak luas
permukaan yang tersedia (misalnya, ketika reaktan dalam potongan
yang lebih kecil). Katalis adalah bahan kimia yang meningkatkan
laju reaksi tanpa dikonsumsi dalam reaksi.

REFERENSI 1.
Isaacs, Neil S. (1995). "Bagian 2.8.3". Kimia Organik
Fisik (edisi ke-2). Harlow: Addison Wesley
Longman.
2. Kinetika dan katalisis. Kochkarov MA 2005
3. Connors, Kenneth (1990). Kinetika Kimia: Studi
tentang Laju Reaksi dalam Larutan. Penerbit
VCH. p. 14.

EPRA IJRD 2020 | Jurnal DOI: https://doi.org/10.36713/epra2016 | www.eprajurnals.com |263 |

Anda mungkin juga menyukai