Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KURIKULUM PENDIDIKAN

“MODEL PEMBELAJARAN”

Dosen pembimbing :
Devie Novallyan, M.Pd

Disusun oleh kelompok 5 :

1.Anggun istiawati (207190001)

2.Mita Ayu Sri Wahyuni (207190020)

3.P.Frisa Listiana (207190080)

4.Sutriana (207190051)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.Makalah ini
merupakan tugas dari mata kuliah “Kurikulum Pendidikan”, dengan adanya tugas
ini kami sebagai mahasiswa berharap dapat mengetahui materi yang diberikan.

Makalah yang berjudul “Model Pembelajaran“. Dengan segala kerendahan


hati, saran serta kritikan yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca
dan berbagai pihak guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu yang akan mendatang. Semoga makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi kita semua untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan
keterampilan pendidikan. Atas semua ini saya mengucapkan terima kasih bagi
semua pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

i
DAFTARISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. Konsep Desain Pembelajaran....................................................................2


B. Model-model Desain Pembelajaran...........................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................18

A. Kesimpulan................................................................................................18
B. Saran..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan dari


pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk bahan-bahan dan
aktivitas-aktivitas instruksional (Smith and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka
mengatakan bahwa disain pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu sistem yang
berisi banyak komponen yang saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut
harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk kelengkapan suatu
instruksional.
Sistem pengembangan instruksional sering kali direpresentasikan sebagai
model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model disain pembelajaran
diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan bahwa model disain
pembelajaran adalah suatu representatif gafik tentang suatu pendekatan sistem,
yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan yang efektif dan efisien dari
pembelajaran.
Tujuan dari disain pembelajaran yaitu membuat pembelajaran lebih efektif
dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan pembelajaran (Morrison, Ross, dan
Kemp, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep desain pembelajaran?
2. Bagaimana model-model desain pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep desain pembelajaran
2. Untuk mengetahui model-model desain pembelajaran

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Desain Pembelajaran


1. Pengertian Konsep Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala
(2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan
secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin
kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang
dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang,
misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses.
Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori
tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk
berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem,
desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah
praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar
dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.
Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan
tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu
terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar
yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu
oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.

2
2. Komponen Utama Desain Pembelajaran
Esensi desain pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen, yaitu : peserta
didik, tujuan, metode, evaluasi (Kemp, Morrison dan Ross, 1994).

a.      Peserta didik

Dalam menentukan desain pembelajaran dan mata pelajaran yang akan


disampaikan perlu diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para desainer
adalah menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai dan peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses
belajarnya.

Peserta didik sebelum dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai
factor baik fisik maupun mental, misalnya kelelahan, mengantuk, bosan, dan
jenuh. Hal ini akan mengurangi kosentrasi peserta didik dan sudah tentu akan
terjadi reduksi dalam penyerapan materi yang juga mempengaruhi daya tangkap
untuk memahami materi.

Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi mutu belajar peserta didik adalah
tampilan materi ajar dan gaya penyampaian guru dalam menyampaikan materi.

 Tujuan

Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan


kompetesi atau kinerja yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai
belajar. Seandainya tujuan pembelajaran atau kompetensi dinilai sebagai sesuatu
yang rumit, maka tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi sub kompetensi
yang dapat mudah dicapai. Dilain pihak desain pembelajaran memadukan
kebutuhan peserta didik dengan kompetensi yang harus dikuasai dengan
persyaratan tertentu dalam kondisi yang sudah ditetapkan.

 Metode

Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang


agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang
3
dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam desain pembelajaran
langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar
yang sesungguhnya. Di lain pihak kepiawaian seorang desainer pembelajaran juga
terlihat dalam cara menentukan metode. Pada konsep ini meode adalah komponen
strategi pembelajaran yang sederhana.

 Evaluasi

Konsep ini menganggap menilai hasil belajar peserta didik sangat penting.
Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari
penilaian hasil belajar. Seringkali penilaian dilakukan dengan cara menjawab
soal-soal objektif. Penilaian juga dapat dilakukan dengan format non soal, yaitu
dengan instrument pengamatan, wawancara, kuesioner dan sebagainya.

Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:

a. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi,


karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
b.  Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran
kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
c.  Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau
materi yang akan dipelajari
d. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu
tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
e. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada
pembelajar
f. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi
yang sudah dikuasai atau belum.

3. Sifat Desain Pembelajaran


Sifat-sifat desain pembelajaran merupakan hal yang mendasar dalam
desain itu sendiri, karena dari sifat-sifat tersebut dapat diketahui apa kelebihan

4
dan kekurangan suatu desain pembelajaran. Sifat-sifat desain pembelajaran antara
lain :

a.  Berorientasi pada Siswa

Smaldino (2005) berpendapat bahwa para desainer pembelajaran harus


mempertimbangkan siswa, karena mereka mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda.

Perbedaan karaktersitik siswa tersebut antara lain :

 Karakteristik Umum

Sifat internal siswa mempengaruhi penyampaian materi seperti


kemampuan membaca, jenjang pendidikan, usia, dan latar belakang sosial.

 Kemampuan Awal atau Prasyarat

Kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelum siswa akan mempelajari


kemampua baru. Jika kurang, kemampuan awal ini sebenarnya yang menjadi mata
rantai penguasaan isi atau materi dan menjadi penghambat bagi proses belajar.

 Gaya Belajar

Merupakan berbagai aspek psikologis yang berdampak terhadap


penguasaan kemampuan atau kompetensi. Cara mempersepsikan sesuatu hal,
motivasi, kepercayaan diri, tipe belajar (verbal,visual, kombinasi, dan
sebagainya).

b. Alur Berpikir Sistem atau Sistemik

Konsep sistem dan pendekatan sistem diterapkan secara optimal dalam


desain pembelajaran sebagai kerangka berpikir. Sistem sebagai rangkaian
komponen dengan masing-masing fungsi yang berbeda, bekerjasama dan
berkoordinasi dalam melaksanakan suatu tujuan yang telah dirumuskan. Rumusan
ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar jika diuraikan terjadi seperti

5
sebagai suatu sistem. Keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaannya dapat
disebabkan oleh salah satu komponen saja. Jadi jika ada perbaikan maka seluruh
komponen perlu ditinjau kembali.

c. Empiris dan Berulang

Setiap model desain pembelajaran bersifat empiris. Model apapun yang


diajukan oleh pakar telah melalui hasil kajian teori serta serangkaian uji coba yang
mereka lakukan sendiri sebelum dipublikasikan. Pada pelaksanaannya, pengguna
dapat menerapkan dan memperbaiki setiap tahap berulang kali sesuai dengan
masukan yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

4. Dasar Hukum Sistem Desain Pembelajaran

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007


tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1
ayat 1 bahwa “standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Salah satu tugas guru adalah merancang aktivitas pembelajaran, aktivitas


secara garis besar berisi pemikiran tentang startegi pembelajaran sebagai acuan
untuk direalisasikan di depan kelas. Desain Pembelajaran yang dibuat guru-guru
merupakan salah satu perwujudan dari rancangan aktivitas pembelajaran.
Selayaknya dalam membuat desain pembelajaran terdiri dari komponen tujuan
dengan taksonomi perilakunya, kegiatan utama pembelajaran, proses
pembelajaran, pendekatan, metode, teknik dan alat, evaluasi serta keputusan
kapan rancangan tersebut dilaksanakan.

Pedoman penyusunan Desain Pembelajaran masih mengikuti Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan ini dibuat
dalam rangka implementasi kurikulum sebagaimana telah diatur dalam pasal 770
ayat (2) huru c dan pasal 77P ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 32

6
Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.

Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang standar  proses,


rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.

Adapun dasar hukum yang berkaitan dengan perkembangan rencana


pelaksanaan desain pembalajaran yaitu 

 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional
 Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor  19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
 Peraturan Menteri pendidikan nasional Nomor 22 tahun 2006
tentang standarisi
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007
tentang standar pengelolaan dan sebagainya.

5. Teori Pembelajaran dalam Desain Pembelajaran


a. Teori Behaviorisme

Sebuah teori yang di cetuskan gage & Berliner tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan
nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.Dalam
arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini,
timbullah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
7
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini
sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.

Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran


adalah sebagai berikut:

 Siswa harus diberitahu secara eksplisit outcome belajar sehingga mereka


dapat mensetting harapan-harapan mereka dan menentukan apakah dirinya
telah mencapai outcome dari pembelajaran online atau tidak.
  Pembelajar harus diuji apakah mereka telah mencapai
outcome pembelajaran atau tidak. Tes dilakukan untuk mencek tingkat
Pencapaian pembelajar dan untuk memberi umpan balik yang tepat.      
 Materi belajar harus diurutkan dengan tepat untuk meningkatkan belajar.
Urutan dapat dimulai dari bentuk yang sederhana ke yang kompleks, dari
yang diketahui sampai yang tidak diketahui dan dari pengetahuan sampai
penerapan.
 Pembelajar harus diberi umpan balik sehingga mereka dapat mengetahui
bagaimana melakukan tindakan koreksi jika diperlukan.

b. Teori Kognitivisme

Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman setiap orang
setelah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.

Kognitivisme membagi tipe-tipe pembelajar,yaitu:

 Pembelajar tipe pengalaman-konkret lebih menyukai contoh khusus


dimana mereka bisa terlibat dan mereka berhubungan dengan teman-
temannya,dan bukan dengan orang-orang dalam otoritas itu.
 Pembelajar tipe observasi reflektif suka mengobservasi dengan teliti
sebelum melakukan tindakan.

8
 Pembelajar tipe konsepsualisasi abstrak lebih suka bekerja dengan sesuatu
dan simbol-simbol daripada dengan manusia. Mereka suka bekerja dengan
teori dan melakukan analisis sistematis.
 Pembelajar tipe eksperimentasi aktif lebih suka belajar dengan melakukan
paktek proyek dan melalui kelompok diskusi. Mereka menyukai metode
belajar aktif dan berinteraksi dengan teman untuk memperoleh umpan
balik daninformasi.

Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah


sebagai berikut:

 Materi pembelajaran harus memasukan aktivitas gaya belajar yang


berbeda, sehingga siswa dapat memilih aktivitas yang tepat berdasarkan
kecenderungan gaya belajarnya.
 Sebagai tambahan aktivitas, dukungan secukupnya harus diberikan kepada
siswa dengan perbedaan gaya belajar. Siswa dengan perbedaan gaya
belajar memiliki perbedaan pilihan terhadap dukungan, sebagai contoh,
assimilator lebih suka kehadiran instruktur yang tinggi. Sementara
akomodator lebih suka kehadiran instruktur yang rendah.
 Informasi harus disajikan dalam cara yang berbeda
untuk mengakomodasi perbedaan individu dalam proses dan memfasilitasi
transfer ke long-term memory.
 Pembelajar harus dimotivasi untuk belajar, tanpa mempedulikan
sebagaimana efektif materi, jika pembelajar tidak dimotivasi mereka tidak
akan belajar. Pada saat belajar, pembelajar harus diberi kesempatan
untuk merefleksi apa yang mereka pelajari. Bekerja sama
dengan pembelajar lain, dan mengecek kemajuan mereka.
 Psikologi kognitif menyarankan bahwa pembelajar menerima dan
memproses informasi untuk ditransfer ke long term memori untuk
disimpan.

c. Teori Konstruktivisme

9
Penekanan pokok pada konstruktivis adalah situasi belajar,
yang memandang belajar sebagai yang kontekstual. Aktivitas belajar yang
memungkinkan pembelajar mengkontekstualisasi informasi harus digunakan
dalam mendesain sebuah media pembelajaran. Jika informasi harus diterapkan
dalam banyak konteks, maka strategi belajar yang mengangkat belajar multi-
kontekstual harus digunakan untuk meyakinkan bahwa pembelajar pasti dapat
menerapkan informasi tersebut secara luas. Belajar adalah bergerak menjauh dari
pembelajaran satu cara ke konstruksi dan penemuan pengetahuan.

Proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur


kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Teori ini menyatakan  bahwa belajar
melibatkan konstruksi pengetahuan saat pengalaman baru di beri makna oleh
pengalaman terdahulu.

Implementasi pada online learning:

 Belajar harus menjadi suatu proses aktif. Menjaga pembelajar tetap aktif


melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkan proses tingkat tinggi,
yang memfasilitasi penciptaan makna personal.
 Pembelajar mengkonstruksi pengetahuan sendiri bukan hanya menerima
apa yang diberi oleh instruktur. Konstruksi pengetahuan difasilitasi oleh
pembelajaran interaktif yang bagus, karena siswa harus mengambil
inisiatif untuk berinteraksi dengan pembelajar lain dan dengan instruktur,
dan karena agenda belajar dikontrol oleh pembelajar sendiri.
 Bekerja dengan pembelajar lain memberi pembelajar pengalaman
kehidupan nyata melalui kerja kelompok, dan memungkinkan mereka
menggunakan keterampilan metakognitif mereka.
 Pembelajar harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi. Pada saat
belajar online siswa perlu merefleksi dan menginternalisasi informasi.
 Belajar harus dibuat bermakna bagi siswa. Materi belajar
harus memasukan contoh-contoh yang berhubungan dengan pembelajar
sehingga mereka dapat menerima informasi yang diberikan.

10
 Belajar harus interaktif dan mengangkat belajar tingkat yang lebih tinggi
dan kehadiran sosial, dan membantu mengembangkan makna personal.
Pembelajar menerima materi pelajaran melalui teknologi, memproses
informasi, dan kemudian mempersonalisasi dan mengkontekstualisasi
informasi tersebut.
B. Model-model Desain Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan


prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.

1. Model Desain Pembelajaran Gagne dan Briggs

Gagne dan Briggs (1974: 212-213) mengemukakan 12 langkah dalam


pengembangan desain intruksional sebagai berikut :
 Analisis dan identifikasi kebutuhan
 Penetapan tujuan umum dan khusus
 Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan
 Merancang komponen dari system
 Analisis
(a) sumber-sumber yang diperlukan
(b) sumber-sumber yang tersedia
(c) kendala-kendala
 Kegiatan untuk mengatasi kendala
 Memilih atau mengembangkan materi pelajaran
 Merancang prosedur penelitian murid
 Uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru.
 Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut
 Evaluasi sumatif
 Pelaksanaan operasional

11
Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang
melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari
awal sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu
program pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup
mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari
tingkat sekolah (KTSP). Kemudian guru diberikan kewenangan untuk
mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang
dituangkan secara eksplisit dalam silabus dan RPP.

2. Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson

Wong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan


desain intruksional yaitu:
 Merumuskan tujuan
 Menganalisis tujuan tugas belajar
 Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang
tepat.
 Memilih metode dan media
 Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran
 Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.

3. Model Pengembangan Desain Sistem Intruksional PPSI

PPSI merupakan singkatan dari prosedur pengembangan sistem


intruksional. Istilah sistem instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI
menggunakan pendekatan sistem dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan
yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling
berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan


pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai
tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien (Harjanto, 2008 : 75). Model
pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:
12
 Perumusan tujuan/kompetensi
Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indicator ketercapaiannya yang
harus memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:
a. Menggunakan istilah yang operasional
b. Berbentuk hasil belajar
c. Berbentuk tingkah laku
d. Hanya satu jenis tingkah laku

 Pengembangan alat penilaian


a. Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai
tercapai tidaknya tujuan
b. Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan
 Kegiatan belajar
a.  Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
b. Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
c. Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh

 Pengembangan program kegiatan


a. Merumuskan materi pelajaran
b. Menetapkan model yang dipakai
c. Alat pelajaran/buku yang dipakai
d. Menyusun jadwal

 Pelaksanaan
a. Mengadakan pretes
b. Menyampaikan materi pelajaran
c. Mengadakan posttest
d. Perbaikan

4. Model J.E. Kemp

13
Menurut Kemp (1977) pengembangan intruksional atau desain
intruksional itu terdiri dari 8 langkah yaitu :
 Menentukan tujuan intruksional umum (TIU) atau Standar Kompetensi.
 Menganalisis karakteristik peserta didik
 Menentukan TIK atau Kompetensi Dasar.
 Menentukan materi pelajaran
 Menetapkan penjajagan awal (pretest)
 Menentukan strategi belajar mengajar
 Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat,
waktu dan tenaga.
 Mengadakan evaluasi

5. Model Briggs

Pengembangan desain intruksional model Briggs ini berorientasi pada


rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau
desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang
anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli
media, dan perancang intruksional.

Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip


keselarasan antara tujuan yang akan dicapai, strategi untuk mencapainya, dan
evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam
10 langkah pengembangan yaitu :
 Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
 Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional
yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut
pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan
yang lebih spesifik.
 Perumusan tujuan
 Analisis tugas/tujuan
 Penyiapan evaluasi hasil belajar

14
 Menentukan jenjang belajar
 Penentuan kegiatan belajar.
 Pemantauan bersama
 Evaluasi formatif
 Evaluasi sumatif

6. Model Gerlach dan Ely

Model pengembangan desain intruksional yang dikembangkan oleh


Gerlach dan Ely (1971) ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar..
Menurut Gerlach dan Ely (1971), langkah-langkah dalam pengembangan desain
intruksional terdiri dari :
 Merumuskan tujuan instruksional
 Menentukan isi materi pelajaran
 Menentukan kemampuan awal peserta didik
 Menentukan teknik dan strategi
 Pengelompokan belajar
 Menentukan pembagian waktu
 Menentukan ruang
 Memilih media intruksional yang sesuai
 Mengevaluasi hasil belajar
 Menganalisis umpan balik

7. Model Bela H. Banathy

Menurut Banathy, secara garis besar pengembangan desain intruksional


meliputi enam langkah pokok yaitu :
 Merumuskan tujuan
 Mengembangkan tes
 Menganalisis kegiatan belajar
 Mendesain sistem intruksional
 Melakasanakan kegiatan dan mengetes hasil
15
 Merumuskan tujuan intruksional

8. Model Dick and Carey

Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran menurut Dick and


Carey (1937 : 1) dibagi menjadi 10 tahapan yaitu:
 Menganalisis Tujuan Pembelajaran.
 Melakukan Analisis Pembelajaran.
 Menganalisis siswa dan konteks.
 Merumuskan tujuan khusus.
 Mengembangkan instrumen penilaian.
 Mengembangkan strategi pembelajaran.
 Mengembangkan materi pembelajaran.
 Merancang & Mengembangkan Evaluasi Formatif.
 Merevisi Pembelajaran.
 Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Summatif

9. Model Desain Pembelajaran Versi Pekerti (2001)

Dikti, melalui Program Pekerti (Pengembangan Ketrampilan Dasar Teknik


Instruksional), yang dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di lingkungan Pendidikan Tinggi mengembangkan model desain
pembelajaran yang dikenal dengan MPI (Model Pengembangan Instruksional),
dimana untuk mengembangkan sebuah desain pembelajaran diperlukan 8 langkah
sebagai berikut:

 Identifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional


umum (TIU)
 Melakukan analisis instruksional
 Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa
 Menuliskan tujuan instruksional khusus (TIK)
 Menulis tes acuan patokan
 Menyusun strategi instruksional
16
 Mengembangkan bahan ajar
 Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif

10.  Model Pengembangan Instruksional (MPI) versi Pekerti, 2001

Dalam rangka implementasi kurikulum yang sedang berlaku, sejumlah


istilah yang menyangkut langkah-langkah tersebut sudah harus disesuaikan
dengan perkembangan (trend) yang terjadi. Namun, secara konseptual, sebagai
referensi model-model tersebut kiranya sangat bermanfaat untuk dikaji dan
diimplementasikan dimana konsep-konsep tertentu masih relevan.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Desain pembelajaran adalah proses menentukan tujuan pembelajaran,


strategi dan teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat
digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan. Desain pembelajaran adalah
menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk
masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil
yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas
yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.
Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam
memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.
Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk
memecahkan persoalan.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Model-model desain rencana pembelajaran adalah model PPSI, model
Kemp, model Gerlach & Elly, model Dick & Carrey, model ASSURE, model
ADDIE, dan model Hanafin and Peck.

B. Saran

Sebagai calon guru kita sebaiknya mengerti dan memahami cara dan hal-
hal yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik. Sehingga kita dapat
mengetahui dan memahami model desain pembelajaran apa yang bisa dipakai
untuk proses pembelajaran, guna untuk menciptakan proses pembelajaran yang
aktif inovatif, kreatif dan menyenangkan. Karena berhasil atau tidaknya suatu

18
pembelajaran bukan hanya dinilai dari hasil evaluasi tetapi juga dalam proses
pembelajaran.

Karena makalah ini belum sempurna maka penulis mengharapkan saran


yang membangun agar dapat bermanfaat bagi semua dan perbaikan makalah
selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Homsahadiya1997.wordpress.com diakses pada 28 April 2021

https.://khairulamin88.wordpress.com/2016/10/02/makalah-model-desain-
pembelajaran/ diakses pada 28 April 2021

https://docplayer.info/45937021-M-a-k-a-l-a-h-model-model-desain-
pembelajaran.html diakses pada 28 April 2021

Abidin, yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum


2013. Bandung:PT Rafika Aditama.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenadamedia Group.

Budinuryanta dkk. 1999. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta:


Depdikbud.

Depdiknas. 1999. Metode Alternatif Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Dirjen


Dikdasmen.

20

Anda mungkin juga menyukai