Anda di halaman 1dari 13

TATA NAMA SENYAWA KIRAL

Disusun Oleh
NABILA ILYANI EFFENDI
NIM. 201901228
PRODI S1 Farmasi

Dosen Pembimbing
ARDIYANSYAH, S.Si.,Apt.,MH

STIKES ADILA BANDAR LAMPUNG


2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya Tugas Makalah tentang Stereokimia dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian
tugas ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Terkhusus untuk dosen pembimbing
mata kuliah Kimia serta teman-teman sekalian yang turut membantu dalam penyelesaian tugas
ini.
Harapan kami, Tugas Makalah tentang Stereokimia ini dapat menjadi media untuk
melengkapi tugas mata kuliah Kimia. Dan tentunya, melalui ini kami dan ratusan mahasiswa
lainnya dapat mengerti dan memahami mengenai Tata Nama Senyawa Kiral. Akhir kata, saya
menyadari Tugas Makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapakan demi kesempurnaan pada tugas-tugas berikutnya.

Bandar Lampung, 3 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii

Penulis ..................................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1

2.1 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 2

2.1 Senyawa Kiral ............................................................................................................................... 2

2.2 Penentuan Konfigurasi Enantiomer (Cairns D, 2004) .................................................................. 3

2.3 Analisis Senyawa Kiral .................................................................................................................. 4

BAB III KESIMPULAN................................................................................................................................ 9

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Senyawa kiral merupakan senyawa yang mempunyai empat gugus yang berlainan
yang melekat pada satu atom karbon atau karbon tetrahedral . Atom karbon dengan
empat gugus yang berlainan ini juga sering disebut karbon asimetri. Senyawa yang
molekulnya mempunyai satu karbon asimetri dan bersifat kiral akan mempunyai dua
molekul dengan rumus struktur yang sama, yang hubungannya satu sama lain
seperti benda dan bayangan cerminnya namun keduanya tidak dapat didempetkan
(Antony, 1992). Kedua bayangan cermin ini dikenal dengan pasangan enansiomer dan
masing-masingnya akan disebut “levo dan dekstro”. Senyawa kiral sudah banyak
diproduksi secara sintetis dan umumnya terdapat dalam bentuk campuran rasemat,
yaitu campuran pasangan enansiomer sama banyak yang masing-masing memutar bidang
polarisasi cahaya sama besar tapi arah berlawanan. Salah satu produk sintetis dari senyawa
rasemat adalah obat verapamil, yang merupakan campuran rasematlevo dan dekstro
dari verapamil. Kedua campuran ini akan memberikan sudut putar optiksama dengan nol.
Karena sifat fisika dan kimia zat atau campuran ini sama (kecuali sudut putar optik), maka
keduanya praktis tidak bisa dipisahkan langsung (Antony, 1992). Verapamil adalah obat
golongan antagonis kalsium. Verapamil dapat digunakan untuk mengobati angina
pectoris, hipertensi dan aritmia (Farmakologi dan terapi ed.5). Selain itu, verapamil
juga berperan dalam menurunkan kebutuhan oksigen untuk jantung, menaikkan
pengaliran darah pada arteri

2.1 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan Senyawa Kiral ?
2. Bagaimana Penentuan Konfigurasi Enantiomer ?
3. Bagaimana Analisis Senyawa Kiral ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Senyawa Kiral


Senyawa Kiral adalah ketika empat ligan yang berbeda terikat kepada karbon tetravalent,
menghasilkan molekul asimetris yang mana atom karbon sebagai pusat asimetrisnya. Gambar
berikut menunjukkan dua isomer optik yang membuktikan adanya ligan yang berbeda disekitar
pusat kiral (Fanali S).

Enantiomer adalah dua stereoisomer yang mana memperlihatkan tidak dapat dihimpitkan
terhadap bayangan cerminnya. Diastereomers pada umumnya memiliki paling tidak dua pusat
asimetris (satu diantaranya mempunyai konfigurasi yang sama) dan bukan merupakan
bayangan cerminnya. Sebagian besar umumnya pusat kiral adalah diwakili oleh karbon
tetrahedral, meskipun atom lain, seperti nitrogen, sulfur, dan phosphate, bisa ditemukan dalam
stereoisomer. Senyawa yang memiliki sedikitnya dua enantiomer adalah senyawa kiral (Fanali
S).

Sifat utama dari stereoisomer adalah diwakili oleh perputaran cahaya terpolarisasi kearah yang
berbeda, berlawanan arah jarum jam (levo) dan searah jarum jam (dektro) atau L(-)- isomer
dan D(-)- isomer. Menurut ketentuan Fischer, secara luas senyawa gula dan asam amino
menggunakan symbol D dan L, dan hal ini berdasarkan pada perbandingan dengan senyawa
+(-)-gliseraldehide dan saat ini digunakan juga ketentuan Cahn-Ingold-Prelog menggunakan R
da S.

2
Rotasi optik untuk dua enantiomer dalam campuran rasemik adalah sama (tidak memutar arah
cahaya polarisasi). Sementara untuk diastereomer tidak sama dengan enantiomer,
diastereomers mungkin memiliki perbedaan titik didih, titik beku dan atau kelarutan (Fanali
S).

Pemisahan enantiomer dari rasemat, dengan kata lain pemisahan rasemat, adalah masalah biasa
dalam penelitian stereokimia seperti halnya pada preparasi senyawa aktif biologi dalam obat.
Masalahnya adalah berbeda dengan diastereomer dan tipe jenis isomer lainnya, enantiomer
menunjukkan sifat fisika kimia yang sama (Davankov V.A.).

2.2 Penentuan Konfigurasi Enantiomer (Cairns D, 2004)


1. Ketentuan Fischer

Dengan mengunakan Proyeksi Fischer, sistem penggambaran konfigurasi gugus disekitar pusat
kiral yang berbeda (susunan ruang atom atau gugus yang menempel pada karbon kiral), yaitu
konvensi D dan L. Metode ini banyak digunakan dalam biokimia dan kimia organik terutama
untuk karbohidrat dan asam amino. Gliseraldehida ditetapkan sebagai senyawa standar untuk
menentukan konfigurasi semua karbohidrat. Proyeksi Fischer terhadap gliseraldehida dengan
rantai karbon digambarkan secara vertical, dengan karbon yang paling teroksidasi (aldehid)
berada pada bagian paling atas. Gugus OH pada pusat kiral digambarkan pada sisi sebelah
kanan untuk isomer D dan sisi sebelah kiri untuk isomer L. Ini berarti setiap gula yang
memiliki stereokimia yang sama dengan D-gliseraldehida termasuk gula seri D (misalnya D-

3
glukosa), sedangkan gula yang memiliki stereokimia yang sama dengan L-gliseraldehida
termasuk gula seri L.
Situasi ini analog untuk asam amino, jika proyeksi Fischer digambarkan (rantai karbon vertikal
dengan atom karbon yang paling teroksidasi berada paling atas), maka semua asam amino
“alami” yang ditemukan dalam protein manusia, diketahui memiliki gugus NH3+ pada posisi
sebelah kiri proyeksi Fischer, yang sama dengan L-gliseraldehida, sehingga asam-asam amino
ini dikenal sebagai asam amino seri L. Hal ini sangat menguntungkan dan bermanfaat dibidang
kesehatan, khususnya bidang Farmasi dalam hal rancangan obat dengan uji toksisitas selektif,
di mana diketahui asam amino pada mikroorganisme memiliki konfigurasi yang berlawanan
yaitu seri D, sebagai contoh Penisillin yang menghambat enzim transpeptidase dalam sintesis
dinding sel mikroba, hal ini berhubungan dengan dipeptida D-alanin-D-alanin dari dinding sel
mikroba yang mirip dengan struktur penisillin. Sehingga penisilin tidak toksik terhadap
manusia yang memiliki L-alanin dalam protein tubuh.
2. Ketentuan Cahn-Ingold-Prelog

Sistem yang paling sukses untuk menunjukkan konfigurasi senyawa-senyawa umum adalah
konvensi Cahn-Ingold-Prelog. System ini menggunakan huruf R atau S untuk setiap pusat kiral
dalam molekul dan merupakan pilihan untuk menentukan konfigurasi pusat kiral molekul
obat. Penentuan setiap gugus yang melekat pada pusat kiral berdasarkan nomor atom yang
bersangkutan. Nomor atom yang lebih berat memiliki prioritas yang lebih utama, sehingga
atom hidrogen (H) pada urutan paling akhir. Jika keseluruhan prioritas disekitar kiral pusat
telah ditentukan, kemudian dilihat susunan gugus mulai dari yang memiliki priotitas rendah
(biasanya H). jika urutan prioritas gugus tersusun menurut arah jarum jam disekitar pusat kiral,
karbon kiral menerima konfigurasi R (Rectus) dan jika sebaliknya sebagai konfigurasi S
(Sinister).

2.3 Analisis Senyawa Kiral


Pemisahan enantiomer adalah penelitian yang banyak dilakukan dalam analisis kimia, terutama
dalam bidang biologi dan farmasi, karena obat kiral diberikan sebagai sebagai salah satu
enantiomer atau sebagai campuran rasemat. Sering kali dua enantiomer dari obat rasemat yang
sama memiliki efek farmakologi yang berbeda. Sebagai contoh S(+)-Propanolol sangat lebih
aktif dari pada enantiomernya. Anastetik ketamin diberikan sebagai campuran rasemat, dan
S(+)-ketamin lebih potensi dari pada R(-)-ketamin, disamping itu bentuk R(-)- menyebabkan
efek setelah operasi. Karena efek samping yang mungkin disebabkan oleh hadirnya component

4
campuran dalam rasemat obat, sehingga saat ini kecendrungan industry farmasi dalam
mempersiapkan obat dalam satu enantiomer saja. Bagaimanapun hasilnya dari beberapa obat
melalui reaksi stereoselektif atau proses penyiapan pemisahan enantiomer bisa memberikan
bahan yang tidak murni. Jadi diperlukan metode analisis yang sensitif karena daya pemisahan
yang tinggi, diperlukan untuk mengontrol proses sintesis senyawa kiral untuk sediaan farmasi.

Satu pendekatan dalam pemisahan enantiomer, kadang-kadang ditunjukkan sebagai pemisahan


enantiomer secara tidak langsung, melibatkan penggabungan enantiomer dengan reagen kiral
tambahan untuk mengubah molekul tersebut menjadi diastereomer. Senyawa diastrereomer
tersebut bisa kemudian dipisahkan dengan beberapa tehnik pemisahan akiral (Davankov V.A.).

Pada saat ini, metode pemisahan secara langsung biasanya dangan cara yang mana enantiomer
ditempatkan dalam lingkungan kiral. Sebagai suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral
irradiasi (misalnya : sinar cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua komponen kiral
sirkular yang terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara dua enantiomer. Kiral
selektor bisa merupakan suatu molekul atau permukaan kiral yang cocok. Dalam kaitannya
dengan enantioselektif dari interaksi kedua enantimer, kiral selektor mengubah salah satu dari
kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa kimia baru (kinetik
enantioselektif) atau membentuk molekul labil pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer
tersebut (termodinamika enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem
selektif enzimatis (Davankov V.A.), Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute
biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni.
Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran rasemik
(R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri
tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam
wadah tersebut (Fendy, 2006).

5
Metode analisis yang mana telah digunakan untuk proses pemisahan komponen senyawa kiral
termasuk High Performance Liquid Chromatografi (HPLC), Gas Chromatografi (GC), Thin
Layer Chromatografi (TLC) dan saat ini Capilary Electroforesis (CE) yang terutama digunakan
untuk analisis dari golongan komponen yang berbeda, termasuk ion organik dan anorganik,
peptide, protein, sakarida, obat, isomer optic dan lainnya. Dalam analisis CE proses pemisahan
akan tercapai jika analit, di bawah pengaruh pemberian medan listrik, bergerak kearah detektor
dengan kecepatan yang berbeda (Fanali S).

Selain metode CE merupakan analisis dengan daya pemisahan dan efisiensi yang tinggi dan
dapat dibandingkan dengan metode lainnya, juga memiliki kelebihan lainnya yaitu : (Fanali S)

1. Volume sampel dan buffer yang diperlukan relatif dalam jumlah kecil
2. Kolom kiral yang mahal dapat dihindari karena kiral selektor dapat ditambahkan dengan
mudah ke BGE (Background Elektrolyte)
3. Pemisahannya sangat reproduksibel karena buffer dengan kiral selektor dapat diisi ulang
saat proses

Beberapa obat yang beredar dalam bentuk campuran rasemik Contohnya adalah: (Tanujaya H
dan Melisa,2009)

1. Obat Thalidomide

Obat ini dipasarkan di Eropa sekira tahun 1959-1962 sebagai obat penenang. Obat ini memiliki
dua enantiomer, di mana enantiomer yang berguna sebagai obat penenang adalah (R)-
Thalidomide. Tetapi ibu hamil yang mengonsumsi enantiomernya yaitu (S)-Thalidomide justru
mengalami masalah dengan pertumbuhan anggota tubuh janinnya. Sedikitnya terjadi 2000

6
kasus kelahiran bayi cacat pada tahun 1960-an. Hal ini merupakan tragedi besar yang tidak
dapat dilupakan dalam sejarah obat-obat kiral.

2. Nikotin

(-)Nikotin dilaporkan lebih beracun dan berbahaya dibandingkan dengan (+)Nikotin. Tanda
“+” menyatakan arah rotasi polarimeter sesuai arah jarum jam, sedangkan tanda “-”
menyatakan arah rotasi polarimeter berlawanan arah jarum jam.

3. Tiroksin

Tiroksin adalah hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid. (-) Tiroksin meregulasi metabolisme
tubuh, sedangkan (+) Tiroksin tidak menghasilkan efek regulasi apa pun.

4. Epinefrin

Epinefrin rasemik merupakan campuran 1:1 d-isomer dan l-isomer epinefrin. Mekanisme aksi
epinefrin adalah pada reseptor a adrenergik; terbukti menyebabkan vasokonstriksi dan
mengurangi udem. Pengurangan udem mukosa larings akan meningkatkan diameter jalan nafas
sehingga stridor inspirasi dan retraksi akan berkurang. L-Epinephrine itu sedikitnya sama
efektif seperti epinephrine racemic dalam perawatan laryngotracheitis dan tidak membawa
resiko / efek samping tambahan. L-Epinephrine juga lebih tersedia di seluruh dunia, lebih
murah, dan dapat direkomendasikan untuk mengobati laryngotracheitis.
Aktivitas biologi dari dextro(+) enansiomer adrenergic agonists (epinefrin) diperkirakan lebih
rendah dibandingkan dengan levo(—) enantiomernya.
Epinefrin rasemik baik untuk mengobati croup derajat sedang dan berat. Penderita yang telah
diterapi dengan epinefrin rasemik aman untuk dipulangkan jika dalam 3 jam, tidak terdapat
stridor saat istirahat, udara yang masuk normal, kesadaran baik atau jika skor croup <2.

5. Tramadol

Tramadol HCl adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat
secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri
dan respon terhadap nyeri.

7
Tramadol merupakan campuran rasemik 1:1 dari 2 enantiomer, Enantiomer (+) tramadol and
Enantiomer (-) nya memiliki potensi berbeda terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine
uptake (Raffa et al., 1993). Enantiomer ( ) tramadol secara cepat termetabolit menjadi mono-
O-desmethyltramadol (M1 metabolite ) yang juga berikatan dengan reseptor opioid (Raffa et
al., 1995; Gibson, 1996).

Aksi ini nampak untuk menghasilkan satu efek analgesik sinergis, dengan enantiomer (+) dari
tramadol yang memperlihatkan aktivitas analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer
(-)nya. Enantiomer (-) menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor
alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol ternyata kira-kira 5-kali
lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada asupan serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs
8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang terjadi untuk Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer
diberikan pada aksi analgesik tramadol.

8
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
koronaria dan mengatur denyut jantung yang merupakan hasil dari antagonis kalsiumdan
sifat anti aritmiadari verapamil (DOI ed.10 hal: 744). Walaupun verapamil memiliki banyak
aktivitas farmakologis, terutama dalam mengobati hipertensi,verapamil juga memiliki efek
samping bahkan efek toksis. Hal ini disebabkan karena umumnya verapamil dipasarkan dalam
bentuk campuran rasemat. Pada umumnya, obat-obat yang memiliki pasangan
enansiomer, efek farmakologis terdapat pada enansiomer levo (Bushan, 1997).Namun,
untuk verapamil sendiri,belum ditemukan literatur yang menyatakan efek farmakologis dari
enansiomer levo dan dekstro dari verapamil. Penelitian tentang pemisahan enansiomer dan
penentuan enansiomer murni dari campuran rasemat senyawa obat (verapamil) belum pernah
dilakukan di Indonesia. Namun beberapa literatur internasional mengatakan bahwa
pemisahan satu atau beberapa enansiomer obat-obat Ca-bloker telah berhasil dilaksanakan
dengan menggunakan Hight Performance Liquid Chromatographi (HPLC). Seperti obat-obat Ca-
bloker lainnya, enansiomer verapamil juga dapat dipisahkan dengan HPLC. Selain HPLC,
metoda yang dapat digunakan adalah kromatografilapis tipis (Bhushan,1997). Berdasarkan hal
tersebut, maka dicoba mengembangkan metode kromatografi untuk dapat memisahkan
campuran rasematsenyawa obat dan
penentuan enansiomer murni dari verapamil. Metode kromatografi lapis tipis fase
kiral dengan selektor kiralnya senyawa asam amino menjadi pilihan karena
menggunakan peralatan yang sederhana, murah, dan membutuhkan waktu yang
lebih cepat serta bermanfaat untuk tujuan identifikasi ( Stahl, 1985 ).

9
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kiral

https://enal243.wordpress.com/2012/03/11/senyawa-kiral-sebagai-obat/

https://www.ilmukimia.org/2013/12/kiralitas-molekul-organik.html

10

Anda mungkin juga menyukai