Syarat cuplikan:
> harus memiliki keatsirian yang cukup
(Volatil)
> stabil terhadap panas.
Populasi:
10~20% senyawa dapat dianalisis dengan
kromatografi gas.
Dengan kata lain
5. ECD N2 __ _____
GAS DAN TEKANAN
Sensitif terhadap
senyawa-senyawa
organik pada
umumnya.
ELECTRON CAPTURE DETECTOR
(ECD)
Sensitif terhadap
senyawa-senyawa
halogen dan logam
organik.
Biasanya untuk analisis
pestisida organoklorin
FLAME THERMIONIC DETECTOR
(FTD /NPD)
Sensitif terhadap senyawa
fosfor organik dan
nitrogen organik.
Biasanya untuk analisis
pestisida dan produk
medikal.
FLAME PHOTOMETRIC DETECTOR
(FPD)
Sensitif terhadap
senyawa-senyawa
fosfor organik,
sulfur organik dan
timah organik.
Biasanya untuk
analisis pestisida
dan flavour.
SISTEM PENGOLAH DATA
Sinyal yang didapat dari detektor akan
direkam dalam bentuk kromatogram dan
diolah.
KROMATOGRAFI GAS
HASIL
KROMATOGRAFI GAS
HASIL
KROMATOGRAFI GAS
HASIL
Analisa Kualitatif
Dasarnya adalah waktu retensi atau volume retensi suatu
senyawa.
Membandingkan t atau V senyawa dalam sampel yang
dianalisis dengan t atau V suatu senyawa standar (yang
telah diketahui)
Analisis Kuantitatif
Metode pengukuran tinggi puncak
Tinggi puncak suatu kromatogram akan sebanding dengan
kadar senyawa yang membentuk kromatogram tersebut.
Pengukuran tinggi puncak didasarkan pada rumus
pengukuran tinggi suatu segitiga, yaitu suatu garis tegak
lurus dari titik tengah alas kromatogram sampai dengan
perpotongan sisi segitiga kromatogram tersebut.
Analisis Kuantitatif (lanjutan)
Metode pengukuran luas puncak
Dapat memberikan hasil yang lebih akurat jika
dibandingkan dengan cara pengukuran tinggi puncak. Luas
puncak diukur seperti menghitung luas segitiga yaitu :
Cs
CM
Kurva akan mengalami perubahan menjadi
asimetris yaitu bentuk puncak berekor
(tailing) dan adanya puncak pendahuluab
(fronting), jika perubahan rasio distribusi
solut kearah yang lebih besar
Cs
CM
Cs
C
Tailing dan fronting tdk dikehendaki krn
memberikan pemisahan yang kurang baik.
Bgm cara menguranginy?....
Adanya puncak yang asimetri dpt
disebabkan krn hal-hal berikut:
Ukuran sampel terlalu besar? Apa yg terjadi?
Interaksi yng kuat antara solut dng fase
diam,apa yg terjadi?
Adanya kontaminasi dalam sampel, apa yng
terjadi?
Menentukan tingkat asimetri puncak
dilakukkan dgn menghitung faktor
asimetri disebut tailing factor (TF)
TF = a/b, jika TF = 1 puncak simetri TF<
1 puncak tailing
Apa yang terjadi jika nilai TF makin
besar?
a b
Teori yang mendasari kromatografi modern
baik tidaknya hasil pemisahan:
Waktu retensi (tR) : Waktu yang
diperlukan suatu komponen masuk kolom
setelah terjadi interaksi antara f.diam dan
f.gerak.
Nilai t0 adalah komponen yg tdk
berinteraksi dg f.diam, spt waktu pelarut.
T0 tdk dianggap sbg komponen campuran
yg sdang dipisahkan.
L
tR
Kapasitas (k) : suatu ukuran kekuatan
interaksi suatu komponen dgn f.diam,
t R t 0 ns Vs
k' K
t0 nm Vm
57
a. Retensi (Tambat)
Sifat tambat suatu analit menggambarkan jenis
distribusi analit diantara fase gerak dan fase diam.
Volume dari fase gerak yang diperlukan untuk
membawa analit dari permulaan sampai akhir elusi
(sampai pada detektor, untuk kromatografi gas dan
kromatografi cair) lewat fase diam baik dalam
kolom atau lempeng tipis dinamakan volume
tambat.
Retensi ini dinyatakan sebagai VR (volume tambat)
atau tR (waktu tambat), kedua istilah itu berlaku
untuk kromatografi gas dan kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT).
58
Contoh:
59
Sedangkan Rf (=retenstion faktor atau rasio
waktu tambat dari pelarut dan linarut), juga
disebut retardation factor yang umumnnya
digunakn untuk KLT dan kromatografi kertas:
Maka dalam kromatografi kolom dirumuskan
sebagai berikut :
VR = tR.Ft Ft - kecepatan
alir rase gerak tiap satuan waktu dan Ft dapat
dihitung atas dasar:
(dc)2 L Vcol(tot)
Ft= X(tot)X = (5.1)
4 tm tm
d = garis tengah kolom dalam keadaan kosong
( = porositas, L/tm = kecepatan rata-rata
L = panjang kolom. V= volume kolom seluruhnya
60
Arti porositas
61
Porositas merupakan rasio antara volume total fase
diam dengan volume kolom.
Untuk pengepakan yang rapat porositas antara 0,35
- 0,45, sedang porositas yang kurang rapat antara
0,70 - 0,90.
Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong
dalam kolom akan makin besar sehingga akan
menurunkan kapasitas dan efisiensi.
Tetapi pada kolom kapiler terutama pada
kromatografi gas cair, harga porositas tidak ada,
karena fase diam menempel pada dinding kapiler
bagian dalam.
62
Kecepatan rata-rata fase gerak dalam kolom dapat
dinyatakan sama dengan kecepatan linier,yang
harganya dirumuskan:
Vt (Voltotal)
= (6.1)
V d (Vol. fase diam)
=L/tm (7.1)
Gambar slide 32 menunjukkan beberapa parameter, tm
waktu yang diperlukan fase gerak untuk keluar dari
kolom.
Sedangkan tR1 dan tR2 menyatakan waktu yang
diperlukan sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom.
Makin besar selisih tR2 dengan tR2 , kedua puncak
akan makin jelas pemisahannya.
63
Kejadian seperti itu adalah tujuan utama untuk
pemisahan sekaligus analisis yang menggunakan
kromatografi,
Pelarut atau fase gerak yang tidak ditahan oleh fase
diam dan dinyatakan dengan waktu tm , pada waktu
itu tidak ada linarut yang telah terdusi sehingga Vm
= Vo, harga ini disebut juga dead space ruang mati
yang tak berfungsi, maka bila dihitung harga
sesungguhnya:VR -Vo -VR 'atau tR=tm-tR (8.1)
Dalam kromatografi lapis tipis parameter seperti
tersebut tidak diketemukan, sehingga hanya
berlaku bagi kromatograti gas, kromatografi kolom,
dan KCKT
64
Pada kromatografi gas fase gerak yang berupa gas
harus dinyatakan tekanan dan suhunya, karena
kenyataannya kecepatan alir gas pada pennulaan
kolom atau inlet lebih besar dari kecepatan pada
akir kolom atau outlet.
Maka dari itu kecepatan tersebut secara bertahap
mengalami penurunan yang digunakan faktor:
sebagai koreksi:
3{(Pt/P0 )2 -1}
j = (9-1)
2{(Pt/P0)3-l}
P, adalah tekanan pada suhu t atau inlet pada
kolom, dan P0 tckanan pada suhu (kamar), atau
outlet. 65
b. Tetapan Partisi
Bila analit dimasukkan dalam sistem
kromatografi, maka analit akan segera menebar
kebagian-bagian fase diam maupun fase gerak.
Pada saat fase gerak berhenti. analit akan terbagi
kedalam dua fase yang mempunyai perbandingan
tertentu, diberi istilah tetapan partisi
termodinamik, dengan rumus:
K = Cs /Cm
Cs merupakan kadar analit dalam fase diam dan
Cm kadar analit dalam fase gerak. Harga ini akan
tergantung kekuatan interaksi antara analit dengan
fase diam dan analit dengan fase gerak
66
. Untuk puncak yang semitris maka linarut akan
terbagi secara teratur ke dalam VR, atau terelusi
dan sebagian tersisa dalam fase diam karena itu
dirumuskan:
Cm = VfflCm + VsCs Atau: (11.1)
VR = Vm Cm / Cm + Vs.Cs/ Cm menjadi
VR = Vm + K. Vs atauVR-Vm=KVs (12.1)
Dalam persamaan ini terlihat bahwa volume
retensi (VR) sangat bergantung pada ruang
kosong (Vm), tetapan partisi (K), dan kemampuan
fase diam melarutkan linarut (Vs).
Bila persamaan tersebut diterapkan pada
peristiwa adsorbsi misalnya maka Vs dapat
diganti As
67
3. Rasio Partisi
Istilah diatas lebih dikenal dengan nama kapsitas atau
k1, bilangan ini menyatakan kuantitas rasio kemam
puan fase menampung linarut yang sangat penting
dalam kromatografi kolom
Sesuai dengan definisi maka harga tersebut merupa
kan perbandingan jumlah molekul linarut dalam
fase diam dengan jumlah molekul linarut dalam
fase gerak, yang dirumuskan:
k' = (Cs Vs)/(CmVin)
Simbul perbandingan volume V/Vm dinyatakan
dengan , sehingga
k=K/ 68
Bila suatu analit tidak mengalami tambatan
(penahanan dalam fase diam maka tak ada
tambahan waktu, dan k'=0, karena itu k' dapat pula
dirumuskan sebagi berikut:
k=(tR-tm)/tm
k= tR/ tm tm/tm
tR/tm = k +1 atau tR = tm(k +1)
atau: tR = L/u(l+k')
waktu tambat sangat erat kaitannya dengan kecepatan
gerak elusi (), panjang kolom (L), dan kapasitas
fese k.
69
4. Tambat Relatif (Snyder & KirkJand, 1979)
Tambat relatif merupakan rasio tambat antara dua
linarut yang berbeda setelah dielusi atau dapat
dinyatakan dalam beberapa paramter:
k2 K2 vr.2 t'R.2
= = = =
k'1 Kt VR1 tR-1
Berarti kedua puncak analit tersebut dapat terpisah
dengan baik . Keadaan tersebut menggambarkan
kemampuan fase membedakan analit 1 dan 2.
70
Maka dikenal sebagai harga selektivitasnya
fase. Atau Selektivitas ini merupakan faktor
yang berpengaruh pada daya pisah romatografi.
Keadaan tersebut menggambarkan kemampuan
fase membedakan linarut 1 dan linarut 2.
71
5. Efisiensi Kolom
Efisiensi kolom sangat dipengruhi oleh berbagai
faktor, terutama koefisien distribusi yang ajek dan
tidak dipengaruhi oleh kadar analit,
Dengan demikian hasil elusi bila digambarkan dalam
kurva akan didapat puncak yang semitris
Karena elusi fase gerak terhadap analit pada mulanya
hanya sedikit membawa analit, yang makin lama
makin besar setelah mencapai maksimun akan turun
lagi sampai fase gerak bebas analit.
Bentuk puncak tergantung akan hubungan analit
dan fase gerak, kalau analit mudah terbawa fase gerak
maka didapat puncak yang ramping.
72
Sebaliknya bila linarut lebih banyak terikat oleh
fase diam akan didapat puncak yang melebar. Pola
tersebut (gambar 5) adalah puncak yang normal.
Pada gambar 5a garis yang ditarik dari puncak
sampai memotong dasar pada titik 0, kekanan
sampai angka +3, sama besarnya kekiri sampai
angka -3, mempunyai harga sama atau semitris.
Bandingkan dengan gambar 5b. Dari data parameter
tersebut dapat didiskusikan berbagai hal.
Seperti Efisiensi Kolom, lempeng teoritis,puncak
semitris dan tidak semitris,(pelebaran puncak)
dengan segala faktornya.
73
Lanjutan Efisiensi Kolom
a. Jumlah lempeng dan tinggi lempeng
teoritis
Dalam kromatografi, ciri yang penting adalah
efisinsinya yang dapat dihitung tetapi tanpa
dimensi.
Parameter tersebut dinamakan lempeng efektif
atau effective plates number atau - Neff
Bilangan tersebut menyatakan: jumlah peristiwa
partisi yang dialami oleh linarut pada setiap
saat yang dibawa fase gerak dari masuknya
linarut atau inlet, sampai keluar kolom atau
outlet.
Jumlah lempeng efektif tersebut dirumuskan
sebagai berikut: 74
L= panjang kolom, H= (HETP), atau High
Efficiency Theoritical Plates, tR, waktu retensi.
= lebar alas dari puncak, ( menit atau detik)
Karena lebar dasar Wb, sama dengan 4 (gambar
2), maka rumus 18 menjadi