Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II

ANALISIS KUANTITATIF SENYAWA GOLONGAN ANTIBIOTIK


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia
Farmasi Analisis 2

Oleh :
Kelompok 9

Ghina Nadhifah 31116067

Indah Cantika 31116072

Seni Endang Sari 31116089

Farmasi 3B

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
TASIKMALAYA
2019
A. Waktu Praktikum
Hari : Selasa
Tanggal : 7 Mei 2019
Nama Sampel : Tetrasiklin HCl
Nomor Sampel :

B. Tujuan
Mengetahui kadar sampel Tetrasiklin secara kuantitatif dengan
menggunakan metode titrasi argentometri metode volhard.
C. Prinsip Dasar
Tetrasiklin Hcl mengikat 1 Hcl bebas sehingga ion cl- (klorida)
akan membentuk endapan Agcl dengan AgNO3. kelebihan AgNo3
dititrasi kembali dengan KSCN (kalium tiosianat) membentuk endapan
AgSCN yang berwarna merah setelah penambahan indikator Feriaulin.

D. Dasar Teori
Titrasi argentometri dengan cara Volhard didasarkan atas
pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat dengan
menggunakan ion besi (III) untuk mengetahui adanya ion tiosianat
berlebih. Cara ini digunakan untuk titrasi langsung atau tidak langsung.
Cara titrasi langsung digunakan untuk menentukan kadar perak dan cara
titrasi tidak langsung digunakan untuk menentukan kadar klorida.
Cuplikan yang mengandung klorida direaksikan dengan perak nitrat
berlebih, selanjutnya kelebihan perak nitrat dititrasi dengan larutan
tiosianat standar yang diketahui konsentrasinya.Titik akhir titrasi dapat
diketahui dengan terbentuknya warna merah dari kompleks besi (III)
tiosianat.
Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard,
ahli kimia dari Jerman pada tahun 1874.Dengan metode ini, larutan
standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung
ion halogen (misalnya Cl-).Kelebihan ion Ag+ dalam suasana asam
dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau NH4SCN)
menggunakan indikator larutan Fe3+.Sampai titik ekivalen, terjadi reaksi
antara titran dan Ag+ membentuk endapan putih.Kelebihan titran
menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk senyawa kompleks
tiosianato ferrat (III) yang berwarna merah.
Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat
ditentukan dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan
perak nitrat ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan
kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan
menggunakan larutan standar tiosianida (SCN-) dengan menggunakan
indikator ion Fe3+. Ion besi (III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat
membentuk kompleks yang berwarna merah.
Metode volhard didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam
larutan asam nitrit, dengan ion besi(III) dipeergunakan untuk mendeteksi
kelebihan tiosianat:

Ag+ + SCN- AgSCN


Fe3+ + SCN- FeSCN2+
Metode ini dapat dipergunakan untuk titrasi langsung perak dengan
larutan standar tiosianat atau untuk titrasi tidak langsung dari ion-ion
klorida, bromida, dan iodida. Dalam titrasi tidak langsung, kelebihan dari
perak nitrat standar ditambahkan dan kemudian dititrasi dengan tiosianat
standar (Day dan Underwood, 2002).

Metode volhard dipergunakan secara luas untuk perak dan klorida


mengigat titrasinya dapat dijalankan dalam larutan asam. Metode-metode
umum lainnya untuk perak dan klorida membutuhkan sebuah larutan yang
mendekati netral untuk keberhasilan titrasi. Banyak kation yang mengendap
pada kondisi semacam ini dan karenanya menganggu dalam metode ini
(Day dan Underwood, 2002).
Sampel yang digunakan yaitu tetrasiklin HCl, senyawa tetrasiklin
semula (1948) diperoleh dari Streptomyces aureofaciens (klortetrasiklin)
dan Streptomyces rimosus (oksitetrasiklin). Stelah tahun 1960 zat-induk
tetrasiklin mulai dibuat seluruhnya secara sintetis, yang kemudian disusul
oleh derivate –oksi dan –klor serta senyawa-senyawa long-acting
doksisiklin dan minosiklin. Khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui
injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah.
Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman.
Spectrum antibakterinya luas dan meliputi banyak cocci Gram-positif dan
Gram-negatif serta kebanyakan bacilli (Tjay dan Kirana, 2007).

Tetrasiklin digunakan per-oral dan juga parenteral. Absorpsinya dari


saluran cerna dihambat oleh ion-ion kalsium (susu), magnesium (antasida),
makanan dan sediaan-sediaan yang mengandung besi. Merupakan obat
pilihan terhadap infeksi-infeksi yang diakibatkan oleh organisme
intraseluler, karena dapat menembus makrofag dengan baik. Selain pada
infeksi saluran napas dan acne, tetrasiklin juga digunakan pada infeksi
saluran kemih berhubung kadarnya yang tinggi dalam kemih (sampai 60%)
(Tjay dan Kirana, 2007).

E. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Erlenmeyer 5. Pipet volume 10 ml
2. Klem dan statif 6. Labu ukur 50 ml
3. Buret
4. Pipet volume 25 ml
b. Bahan
1. Tetrasiklin Hcl 5. K2CrO4
2. KCNS 0, 1 N 6. NaCl 0,1N
3. AgNO3 7. HNO3 0,01
4. Indikator ferialuin 1%
F. Prosedur Kerja
1. Isolasi Sampel

Dilarutkan dengan eter masukan Sempel yang sudah dilarutkan


kedalam corong pisah tambahkan air untuk menarik
Tetrasiklin Hcl dikocok ad homogen

Identifikasi secara kualitatif dengan Lalu ambil fase air dan tampung
preaksi benedict jika positif akan
menghasilkan warna merah

2. Pembakuan AgNO3 dengan NaCl

Pipet 10 ml Nacl 0,1 pada Tambahkan indikator K2Cr2o7


erlenmeyer

Titrasi dengan larutan AgNO3


sampai terbentuk endapan merah
ulangi 3 kali

3. Pembakuan larutan kalium tiosianat (KSCN) dengan AgNO3

Diambil 10 ml larutan AgNO3 ditambahkan 5 ml HNO3,


secara kuantitatif ditambahkan indikator
ferialuin 1%

Titrasi dengan larutan KSCN sampai


terjadi iendapan merah coklat
4. Penetapan kadar sampel

Diambil 10 ml sampel secara kuantitatif

Dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan AgNO3 berlebih

Dipanas sampai terbentuk endapan putih

Disaring dan dicuci dengan HNO3

Di uji dengan HCL untuk mengeahui hasil filtrat masih terdapat endapan
atau tidak

Masih terdapat endapan cuci kembali dengan air panas sampai tidak
terdapat endapan

Setelah tidak terdapat endapan, kemudian ditambahkan indikator


ferialuin dan di titrasi dengan KCNS

Titrasi berlangsung sampai terbentuknya endapan merah coklat


G. Hasil Perhitungan

1. Pembakuan AgNO3 dengan NaCl


No Volume NaCl Volume AgNO3

1 10 mL 10 mL

2 10 mL 10,2 mL

3 10 mL 10 mL

Rata-rata 10,06 mL

VAgNO3 × N AgNO3 = VNaCl × NNaCl

10,06 × NAgNO3 = 10 × 0,05

0,5
N AgNO3=10,06

N AgNO3= 0,0497 N

2. Pembakuan KSCN dengan AgNO3


No Volume AgNO3 Volume KSCN
1 10 mL 5 mL
2 10 mL 5,1 mL
3 10 mL 5 mL
Rata-rata 5,03 mL

VAgNO3 × N AgNO3 = VKSCN × NKSCN

10 × 0,05 = 5,03 × 𝑁

0,5
N KSCN = 5,03

N KSCN = 0,0994 N
3. Penetapan Kadar Sampel
No Volume Sampel Volume KSCN
1 10 mL 10 mL
2 10 mL 10,1 mL
3 10 mL 10 mL
Rata-rata 10 mL

Volume AgNO3 yang bereaksi dengan KSCN


V AgNO3 × 𝑁 AgNO3= V KSCN× 𝑁 KSCN
V AgNO3× 0,0497 N = 10 mL × 0,0994 N
V AgNO3 = 20 mL

Sehingga volume AgNO3 yang bereaksi dengan sampel


Volume AgNO3 berlebih – volume AgNO3
25 mL – 20 mL = 5 mL

 Perhitungan

V sampel × Nsampel = V AgNO3× N AgNO3


10 mL ×Nsampel = 5 mL × 0,0497 N
N sampel = 0,0248 N
Gram sampel = N sampel × BE tetrasiklin HCl × Volume
Gram sampel = 0,0248 N × 480,90 × 0,05 𝐿
= 0,596 gram
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar sampel = 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 × 100 %
0,596 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100 %
2,4 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 24,83 %
Jadi kadar analit pada sampel no sebesar 24,83 %.
H. Pembahasan
Tetrasiklin HCl merupakan suatu senyawa berwarna kuning, larut di
dalam air. Tetrasikli HCl dapat ditentukan kadarnya dengan metode titrasi
Argentometri secara Volhard. Dasar dari pemilihan metode ini karena
senyawa tetrasiklin HCl dapat membentuk endapan yang tidak larut dalam
air ketika bereaksi dengan perak nitrat (AgNO3), hal ini diakibatkan karena
terjadinya reaksi substitusi dari lepasnya atom H yang digantikan dengan
atom Ag dari perak nitrat. Dalam pelaksanaan metode volhard harus
dilakukan dalam suasana asam. Maka dari itu dilakukan penambahan asam
nitrat encer (HNO3) hingga pH larutan kurang dari 3. Karena apabila
suasana dalam larutan basa, ion Fe3+ dari indikator ferialuin akan
diendapkan menjadi endapan Fe(OH)3.
Dalam proses pelarutan digunakan aqua bebas Cl- (aquabidest) alasan
penggunaan pelarut ini adalah karena tetrasiklin HCl merupakan suatu
garam, maka ia dapat dikatakan larut dalam air tapi berhubungan dengan
metode yang digunakan adalah argentometri dimana komponen dalam
proses titrasi adalah Ag maka aquadest yang digunakan dipersyaratkan
bebas Cl-, dikarenakan jika digunakan aquadest yang tidak bebas Cl- maka
akan terjadi proses pengendapan saat isolasi karena Ag+ akan bereaksi
dengan Cl- membentuk endapan putih AgCl . Proses isolasi dilakukan
dengan cara ekstraksi cair – cair karena sampelnya dalam bentuk salep.
Sampel dalam salep di pecah terlebih dahulu dengan larutan eter kemudian
ditambahkan air sebagai pelarut tetrasiklin HCl, lalu di kocok hingga
membentuk dua lapisan, diambil lapisan fase airnya pindahkan ke dalam
labu ukur 50 mL. Dilakukan ekstraksi sampai tidak terdapat kandungan
tetrasiklin HCl lagi di dalam sampel salep, kemudian di add sampai 50 ml.
Pada penetapan kadar dengan metode titrasi argentometri volhard,
dilakukan dahulu pembakuan AgNO3 dan KSCN. Pembakuan AgNO3
dilakukan dengan garam NaCl anhidrat bebas air dengan teknik
pengovenan. Natrium klorida (NaCl) digunakan sebagai larutan baku
primer, memakai NaCl karena garam ini telah memenuhi standar untuk
digunakan sebagai larutan baku primer dengan dihilangkannya kadar air
terlebih dahulu sehingga lebih stabil. NaCl sebenarnya bersifat higroskopis,
namun dapat dijadikan baku primer setelah melalui proses pemanasan untuk
menghilangkan kelembaban. AgNO3 harus dibakukan karena larutan ini
tidak stabil sehingga konsentrasinya akan berubah, selain bersifat korosif
dan mudah teroksidasi oleh udara, AgNO3 tidak stabil terhadap cahaya
karena akan membentuk Ag2O serta tidak stabil terhadap basa akan
membentuk Ag(OH)2 .Dalam pembakuan AgNO3 reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) → AgCl (s) (putih) + NaNO3

Pada reaksi tersebut Ag+ akan bereaksi dengan ion Cl- membentuk
endapan berupa garam yang tidak mudah larut AgCl. Indikator yang
digunakan adalah kalium kromat (K2CrO4). Keadaan tersebut dinamakan
titik ekuivalen dimana jumlah mol grek AgNO3 sama dengan jumlah mol
grek NaCl. Titik akhir titrasi menghasilkan warna merah dengan adanya
kelebihan Ag+ dengan reaksi sebagai berikut :
2 AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4 (merah coklat) +2 KNO3

Selanjutnya pembakuan KSCN dengan menggunakan AgNO3yang


sudah distandarisasi(dibakukan) sebelumnya, titrasi dilakukan dengan
menggunakan indikator ferialuin titik akhir titrasi ditentukan dengan
diperolehnya endapan merah coklat. Reaksi Kimia dalam pembakuan
KSCN:
AgNO3 + KSCN → ↓ AgSCN + KNO3
Ag+ bereaksi dengan SCN- menghasilkan endapan warna putih
AgSCN, dan setelah semua Ag+ habis bereaksi dengan SCN-, kelebihan
SCN- dalam sistem akan bereaksi dengan indikator ferialuin membentuk
warna merah coklat, warna merah coklat ini menunjukkan titik akhir titrasi
Fe3++ 6SCN → [Fe(SCN)6]3-
Dalam metode penetapan kadar tetrasilin HCl, penggunaan HNO3
pada pemberi suasana asam pH < 3 didasarkan pada ketidakmampuan
asam nitrat untuk bereaksi dengan AgNO3, sehingga tidak mengganggu
dalam proses titrasi, walaupun begitu penambahan HNO3 awalnya
dikhawatirkan akan menyebabkan tetrasiklin dengan AgNO3 tidak
membentuk endapan sebab HNO3 dapat melarutkan tetrasiklin tapi pada
praktikum dapat diamati jika penambahan HNO3 tidak melarutkan
endapan, jadi praktikan memutuskan untuk menggunakan HNO3 sebagai
pemberi suasana asam.
Proses perlakuan sampel sebelum dititrasi adalah pembentukkan
agregat dengan cara memanaskannya pada Water bath, proses ini
menyebabkan endapan berbentuk lebih besar sehingga dapat tertahan pada
saringan pada proses penyaringan. Pencucian endapan dilakukan dengan
asam nitrat juga aquadest bebas klor dalam keadaan panas, pencucian ini
dilakukan hingga perak yang terdapat dalam residu habis. Untuk menguji
akhir dari proses filtrasi, filtrat terakhir ditambahkan asam klorida. Jika
filtrat membentuk endapan putih maka dapat diketahui dalam filtrat
tersebut masih terdapat perak sehingga perlu dilakukan pencucian ulang,
endapan putih tersebut merupakan endapan dari perak klorida (AgCl).
Berikut merupakan reaksi yang terjadi :
AgNO3 + HCl AgCl + HNO3
Hal yang perlu diperhatikan pada proses ini adalah suasana sampel
harus sudah dalam pH < 3 dan telah diberi AgNO3 yang berlebih sehingga
membentuk endapan. Titran yang digunakan untuk menitrasi AgNO3
adalah larutan KSCN dengan indikator ferriaulin. Dalam metode ini akan
terjadi dua reaksi yaitu reaksi antara kelebihan AgNO3 dengan titran
KSCN yang menentukan titik ekivalen yaitu endapan putih, dan kelebihan
sedikit titran KSCN dengan indikator feriaulin yang menunjukkan titik
akhir yaitu endapan berwarna merah. Setelah titran KSCN habis bereaksi
dengan AgNO, kelebihan KSCN akan bereaksi degan indikator ferriaulin
dan menunjukan titik akhir titrasi endapan berwarna merah yaitu berasal
dari Ion Fe3+ dari indikator ferriaulin yang membentuk komplek berwarna
dengan ion SCN dari titran KSCN.Endapan tersebut menunjukkan titik
akhir titrasi. Rangkaian reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
AgNO3 berlebih + Cl- → AgCl(s) + NO3-
Sisa AgNO3 + KSCN → AgSCN(s) + KNO3
KSCN + FeNH4(SO4)2 → Fe(SCN)3 merah
Maka persen kadar tetrasiklin HCl yang didapat dengan
menggunakan metode titrasi argentometri metode volhard sebesar 24,83%.

I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa metode titrasi argentometri metode volhard dapat digunakan sebagai
metode analisis secara kuantitatif tetrasiklin HCl dan kadar analit pada
sampel nomor sebesar 24,83 %.

J. Daftar Pustaka
Abdul R., Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

DepkesRI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Sudjadi dan Abdul Rohman. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Underwood dan Day. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.

Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai