Anda di halaman 1dari 18

KIMIA

ANORGANIK II
TUJUAN PEBELAJARAN
Mempelajari sifat sifat pelarut non air yang
meliputi konstanta dielektrik, autoionisasi,
tendensi asam basa, kompleksasi, tendensi
oksidasi-reduksi.
Mempelajari proses reaksi dalam media
amoniak, asetonitril, HF, H2SO4, metanol,
dan lelehan logam.
Suatu senyawa dapat stabil dalam keadaan
gas tetapi tetapi tidak stabil dalam keadaan
cair. Suatu senyawa yang bertindak sebagai
asam pada pelarut tertentu akan dapat berlaku
sebaliknya pada pelarut lainnya. Sifat sifat
pelarut non air yang meliputi konstanta
dielektrik, autoionisasi, tendensi asam basa,
kompleksasi, tendensi oksidasi-reduksi perlu
dipelajari untuk dalam mengerti fenomena
tersebut
Klasifikasi Pelarut
1. konstanta dielektrikum, /0
2. kemampuan pelarut untuk autoionisasi
3. sifat keasaman dan kebasaan
4. kemampuan pelarut untuk mengalami
kompleksasi
5. kemampuan pelarut untuk mengalami
redoks
Konstanta dielektrikum berkaitan dengan
sifat kepolaran pelarut itu sendiri. Pelarut
yang mempunyai konstanta dielektrikum
yang besar akan lebih melarutkan senyawa
polar, sebaliknya pelarut dengan konstanta
dielektrikum yang kecil akan kurang dapat
melarutkan senyawa yang polar.
Pelarut yang memiliki kemampuan untuk
autoionisasi antara lain adalan H2O, HF dan
PBr5. Sebagai contoh autoionisasi HF adalah
3 HF H2F+ + HF2
H2F+ disebut sebagai asam konjugat dari
HF sedangkan HF2- disebut sebagai basa
konjugat dari HF.
PELARUT PROTONIK
Pelarut protik dapat terprotonasi atau
terdeprotonasi. Protonasi dan deprotonasi
tergantung dari sifat keasaman dan kebasaan solut
dan solven yang digunakan. Solut ataupun solven
yang kurang asam akan berperan sebagai basa.
Sebagai contoh asam klorit, HOClO akan berperan
sebagai asam bronsted kuat dalam pelarut basa,
sebagai asam lemah pada pelarut air sedangkan
pada pelarut H2SO4 berperan sebagai basa.
Kekuatan suatu pelarut untuk berperan sebagai
asam atau sebagai basa diukur dengan harga DN
dan AN. Suatu pelarut yang memiliki harga DN besar
sedangkan harga AN kecil menandakan pelarut
lebih berperan sebagai pelarut basa.
KEMAMPUAN KOMPLEKSASI
Kemampuan pelarut untuk mengalami
kompleksasi terdapat pada pelarut
amoniak dan asetonitril. Sebagai contoh:
AgCl larut dalam amoniak tetapi tidak larut
dalam air karena pembentukan kompleks
antara Ag+ dengan NH3. Sedangkan AgNO3
larut dalam asetonitril karena pembentukan
kompleks antara Ag+ dengan asetonotril,
MeCN.
Kemampuan Redoks
Dibandingkan dengan H2O, HF adalah
pelarut yang sulit mengalami redoks. H2O
dapat mengalami reduksi dan oksidasi yang
pada suatu saat memperlancar proses
pelarutan. Contoh pelarutan dengan
melalui proses redoks adalah pelarutan XeF2
dalam H2O.
XeF2 + 2H2O 2Xe + O2 + 4 H+
Pelarut Donor Number/DN Aseptor Konstanta Harness/softness
Number (AN) dielektrikum

Asam asetat 52,9 6,2 hard

aseton 17 12,5 20,7 hard

benzena 0,7 8,2 2,3 hard

CCl4 8,6 2,2 hard

Dietileter 19,2 3,9 4,3 hard

DMSO 29,8 19,3 45 soft

Etanol 19,0 37,1 24,3 hard

Piridin 33,1 14,2 12,3 sedang

tetrahidrofuran 20,0 8,0 7,3 sedang

Air 18 54,8 81,7 hard


Reaksi dalam Larutan
Amoniak
Perbedaan pokok antara pelarut amoniak dengan pelarut air adalah

1. Amoniak memiliki harga b.p yang lebih rendah (-350C)


dan memiliki daerah fase cair yang lebih pendek
dibandingkan air (m.p = -780 C) sehingga
penggunaannya relatif terbatas.
2. Amoniak memiliki konstanta dielektrikum lebih rendah
sehingga kurang mampu melarutkan senyawa
ionik.Sebagai contoh KCl hanya terdisosiasi 30% pada
pelarut amoniak sedangkan pada pelarut air 100%
terdisosiasi.
3. Amoniak merupakan asam lemah. Dibandingkan
dengan air, amoniak memiliki kemampuan lebih
rendah untuk memprotonasi solut atau amoniak lebih
bersifat basa dibandingkan air.
Reaksi dengan Pelarut HF
Perbandingan antara pelarut HF dengan pelarut NH3 dan H2O adalah

: HF H2O > NH3

b.p. : HF < H2O > NH3

rentang fase cair : HF H2O > NH3


Sifat yang sangat menonjol dari HF adalah ikatan
hidrogen yang sangat kuat sehingga sebenarnya HF
selalu dalam keadaan dimer. HF sebagai pelarut
ada sebagai asam konjugat atau basa konjugat,
tergantung pada keasaman atau kebasaan solut.
Jika solut lebih bersifat asam dibandingkan HF maka
pelarut ada sebagai asam konjugat, sebaliknya jika
solut lebih basa maka pelarut ada sebagai basa
konjugat. HF memiliki sifat sulit teroksidasi maupun
tereduksi sehingga spesies-spesies yang pada pelarut
air maupun amoniak tereduksi ataupun teroksidasi
maka pada pelarut HF lebih stabil. Penstabilam
spesies MnO4- dapat dilakukan dengan pelarut HF:
MnO4- + 5 HF MnO3F + H3O+ +2HF2-
Penanganan pelarut HF tidak
diperbolehkan menggunakan wadah
terbuat dari gelas (SiO2) melainkan
menggunakan wadah polipropilen atau
polietilen untuk menghindari reaksi antara
pelarut dengan wadah sebagai berikut:
SiO2 + 8HF SiF4 + 2H3O+ + 2HF2-
Asetonotril, CH3CN, memiliki polaritas dan
momen dipol besar dengan konstanta
dielektrikum 36. Dari sifat dasar tersebut maka
kelarutan solut pada asetonitril meningkat
dengan meningkatnya polaritas anion.
Kelarutan garam dengan ukuran kecil
cenderung lebih rendah daripada kelarutan
garam dengan anion berukuran besar. Pada
sistem larutan yang menghendaki pemisahan
muatan kation-anion terlarut maka peggunaan
pelarut asetonitril sangatlah cocok.
Asetonitril mampu membentuk kompleks
relatif kuat dengan solutya dengan
pendonoran dari atom N, sama halnya
dengan pelarut NH3. Contohnya terjadi
pada pelarutan HgI2
Lelehan Logam
Ada beberapa alasan mengapa lelehan garam
merupakan media yang berguna untuk suatu reaksi
yaitu:
Lelehan garam dapat melarutkan solut yang
bersifat ionik, polar, non polar dan ikatan logam.
Fase cair dari pelarut ada pada daerah
temperatur yang lebar.
Banyak reaksi dapat dilakukan dengan media
lelehan garam seperti: raksi asam basa, reaksi
oksidasi reduksi, rekasi kompleksasi, dan reaksi
substitusi.
Beberapa lelehan garam yang sering
digunakan adalah:

NaCl(l) Na+(l) + Cl-(l)


Pelarut ionic
Konduktivitas: 8000 -1 cm-1
AsCl3(l) AsCl2+ (l) + AsCl4- (l)
Pelarut kovalen Konduktivitas: 10-3 -1 cm-
1

Anda mungkin juga menyukai