NPM: 260110150027
Nilai
TTD
(Sheila P.)
(Theresia R.D.)
C6 H7 Na + H2 O
(C2 H5 )2 O H2 O + H2 O
dosis yang telah ditentukan, senyawa asam salisilat memiliki manfaat dalam industry
farmasi serta sebagai bahan baku utama pembuatan karet dan resin kimia.
(Darsono,2002).
Asam salisilat merupakan turunan dari salah satu senyawa organik yang berasal
dari buangan industri yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia yaitu fenol.
Dalam konsentrasi tertentu fenol dapat memberikan efek buruk seperti kerusakan
hati, ginjal, penurunan tekanan darah, pelemahan detak jantung, bahkan kematian (R.
Slamet, dkk, 2005).
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa
melibatkan reaksi asam-basa. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut titrant yang
biasanya di letakkan dalam buret. Titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
(Brady, 1990).
Koefisien partisi menggambarkan rasio pendistribusian obat ke dalam pelarut
sistem dua fase yaitu pelarut organik dan air. Organisme terdiri dari fase lemak dan
air. Bila molekul semakin larut dalam lemak, maka koefisien partisinya semakin
besar dan difusi transmembran terjadi lebih mudah. Akan tetapi, bila koefisien partisi
sangat tinggi ataupun sangat rendah hal tersebut merupakan hambatan pada proses
difusi zat aktif. (Ansel, 1989).
Koefisien partisi dari obat tergantung pada polaritas dan ukuran dan molekul.
Koefisien partisi lemak/air suatu molekul menunjukan kecenderungan untuk absorpsi
oleh difusi pasif. (Gandjar, 2007).
Harga koefisien partial suatu senyawa obat di definisikan sebagai suatu kadar
keseimbangan monomerik senyawa dalam fase non polar dibagi dengan kadar dalam
fase polar. Pada bidang kimia medisinal, parameter koefisien parisi (P) atau harga
5.2 Bahan
1. Air (H2 O)
2. Asam Salisilat (C 6 H7 OH)
3. Etil eter
4. Indikator Fenolftalein
5. NaOH
5.3 Gambar Alat
1. Batang pengaduk
2. Baker Glass
4. Buret
5. Corong
6. Corong Pemisah
8. Labu erlenmeyer
7. Gelas ukur
3. Bulp
10. Panci
VI. Prosedur
Untuk membuat pereaksi NaOH dan asam salisilat, pertama-tama pellet NaOH
0,6 gram dan serbuk asam salisilat 1,5 gram di timbang terlebih dahulu, air
dipanaskan hingga mendidih dan uap air di biarkan keluar dari celah tutup panci agar
CO2 keluar dan yang tersisa hanya air murni O 2. Setelah itu, air yang mendidih di
biarkan sampai hangat, setelah hangat air tersebut di masukkan ke dalam dua labu
Erlenmeyer.
Kemudian,
Erlenmeyer A dan serbuk asam salisilat ke dalam labu Erlenmeyer B yang telah di
masukkan air hangat 150 ml. Kedua larutan diaduk hingga terlarut sempurna dan
masing- masing larutan dimasukkan ke dalam botol.
Selanjutnya, 15 ml larutan asam salisilat (1 gram/100 ml air) di masukkan ke
dalam labu Erlenmeyer serta di tambahkan air sebanyak 20 ml. Sebagai indikator
perubahan warna, di tambahkan 3 tetes larutan indikator fenolftalein (0,1 gram dalam
100 ml etanol). Setelah itu, larutan standar natrium hidroksida (sekitar 0,1 mol/L) di
titrasi hingga menghasilkan warna merah muda.
15 ml larutan asam salisilat yang telah di masukkan botol tadi di masukkan ke
corong pemisah serta di tambahkan 10 ml etil eter dan larutan di kocok. Setelah di
kocok, larutan akan terpisah antara fase organik (lapisan asam salisilat dalam dietil
eter) dengan fase anorganiknya (lapisan asam salisilat dalam air). Lapisan air di
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian di tambahkan 20 ml air dan 3 tetes
fenolftalein dan dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna menjadi
warna merah muda.
VII. Data Pengamatan dan Perhitungan
7.1 Data Pengamatan
NO PERLAKUAN
1
HASIL
dipanaskan
7
Titrasi1
V = 16,5
air
Titrasi 2
V = 7,05
eter+air
V = 1,2
7.2 Perhitungan
1. Konsentrasi asam oksalat
N1 .V1(NaOH )= N 2 .V2(Asam Oksalat)
0,1 . 10
= N2 . 16,5
N2 = 0,06 N
= 7,05 ml
= N2. 35
= 0,012 N
= N2 .45
N2
= 0,0016 N
= 0,0104 N
5. Koefisien partisi
P=
= 6,5
VIII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan koefisien partisi minyak/air
asam salisilat dengan metode pengocokan. Prinsip yang digunakan pada percobaan
kali ini yaitu menggunakan prinsip hukum distribusi dan titrasi asam basa. Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya air (H2 O), asam salisilat (C 6 H7 OH),
etil eter, indikator fenolftalein, dan NaOH. NaOH merupakan larutan standar
sekunder, maka untuk menentukan konsentrasinya dilakukan standarisasi larutan
dengan cara menitrasi dengan asam salisilat yang merupakan larutan standar primer.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
Larutan standar dibedakan menjadi larutan strandar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbangdan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi
diketahui dari massa-volume larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tersebut
dengan
kemurnian
relatif
rendah
sehingga
konsentrasi
diketahui
dari
hasil
baku primer).
4. Tidak teroksidasi oleh oksigen di udara dan tidak berubah oleh karbon
dioksida di udara.
5. Susunan kimianya tepat sesuai dengan jumlahnya.
6. Mempunyai berat ekuivalen yang tinggi sehingga kesalahan penimbangan
akan menjadi lebih kecil.
7.
Mudah larut.
8.
Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat dan terukur.
(Soediromargoso,2008).
Contoh larutan standar primer selain asam salisilat diantaranya NaCl,
asam-basa meliputi titrasi asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. Dalam proses titrasi
suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat (larutan yang di
titrasi). Titik Ekivalen adalah titik yang menyatakan banyaknya titran secara
kimia setara dengan banyaknya analit (spesies atom, unsur, ion, gugus,
molekul) yang ditentukan konsentrasi atau strukturnya. Tirik akhir titrasi
adalah titik pada saat titrasi di hentikan.
Pada tahap kedua yaitu memasukkan asam salisilat ke dalam labu
Erlenmeyer kemudian menambahkan 150 ml aquades yang telah di panaskan.
Asam salisilat yang di masukkan tidak semuanya larut karena asam salisilat
tidak mudah larut dalam air dan larut dalam air mendidih. Pada saat itu kami
memasukkan ke dalam 3 labu Erlenmeyer, pada labu Erlenmeyer A ketika air
mendidih kami masukkan asam salisilat sehingga asam salisilat yang di
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer A larut, untuk labu Erlenmeyer B kami
masukkan aquades yang beberapa menit di diamkan sehingga asam salisila
yang di masukkan hanya larut sebagian dan untuk labu Erlenmeyer C di
masukkan aquades yang beberapa menit lebih lama di diamkan dari aquades
yang di masukkan ke dalam labu Erlenmeyer B sehingga asam salisilat tidak
larut dalam air aquades.
Kemudian, melakukan pembakuan NaOH dengan titrasi, NaOH di
bakukan karena NaOH belum diketahui konsentrasinya (larutan standar
sekunder) kemudian,
IX. Kesimpulan
1. Koefisien partisi asam salisilat pada percobaan ini adalah 6,5. Koefisien
partisi merupakan suatu perbandingan antara suatu zat yang terlarut di dalam
air atau anorganik. Dalam hal pengolahan obat oleh tubuh dengan baik atau
tidak atau dalam kata lain dapat menembut ke dalam membrane sel, dengan
menggunakan rumus :
P=
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H, C . 1988. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Basset, J. 1994. Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi ke 4. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC. Tersedia online di
http://artikelteknikkimia.blogspot.co.id/2011/12/larutan-baku-larutanstandar.html di akses pada tanggal 20 September 2015 pukul 11.45
Darsono, L . 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol.
Jurnal Kedokteran Maranatha 2 (1) 30-37.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI.
Gandjar, I.G dan Abdul R . 2007 . Kimia Farmasi Analisis . Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Husniati, dkk. 2008. Studi Bioaktivitas Dari Pengaruh Lipofilisitas Senyawa Anti
Kanker Analog UK-3A Secara In Vitro dan In Silito, Teknologi Indonesia, vol
(1), no.31 hal 57.
Kasmiyatun, Mega dan Jos Bakti. 2008. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat :
Pengaruh Troctylamine Sebagai Extracting Power Dalam Berbagai Solven
Campuran Terhadap Koefisien Distribusi. Jurnal Kima, vol. 12 no. 2 hal 108.
Martin, A, dkk. 1990. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik. Jakarta : UI Press.
Purba, Michael dan Sunardi. 2012. Kimia. Jakarta : Erlangga.
Slamet. R, dkk. 2005. Pengolahan Limbah Organik (Fenol) dan Logam Berat (Cr6+
atau Pt 4+) secara simultan dengan fotokatalis TiO2, ZnO - TiO2, dan Cds- TiO2.
Jurnal Teknologi. 9(2)66-7.
di
akses