Anda di halaman 1dari 13

LARUTAN BAKU

Larutan Baku (Larutan Standar)


Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus
berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di
erlenmeyer.
a.

Larutan baku primer


Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara

tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan
konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan
sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam
volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :

Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat
celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat
terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan

pernguraian parsial.)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat

tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
b. Larutan baku sekunder

Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal
dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4,
Fe(SO4)2.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :

Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer

Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan

Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

Larutan Induk
larutan induk adalah larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan digunakan
untuk membuat larutan baku dengan kadar lebih rendah.

Konsetrasi Larutan
Konsetrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut
dan pelarut.

Konsentrasi : jumlah zat tiap satuan volum (besaran intensif)

Larutan encer : jumlah zat terlarut sangat sedikit

Larutan pekat : jumlah zat terlarut sangat banyak

Cara menyatakan konsentrasi: molar, molal, persen, fraksi mol, bagian per sejuta (ppm),
dll

Molalitas
Kemolalan menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 Kg pelarut.

Dengan, Mr = massa molar, P = berat pelarut (gram)

Normalitas
Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan

LARUTAN BAKU PRIMER DAN SEKUNDER


Larutan baku primer yaitu larutan dimana dapat diketahui kadarnya
dan stabil pada proses penimangan, pelarutan, dan penyimpanan.
Adapun syarat syarat larutan baku primer :
- Mempunyai kemurnian yang tinggi
- Rumus molekulnya pasti
- Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
- Berat ekivalen yang tinggi (Agar kesalahan penimbangan dapat
diabaikan)

Larutan stabil didalam penyimpanan

Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan
cara menimbang.
Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah:

Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit NaASO2 yang
dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat NaIO4, larutan iodine I2, dan
cerium (IV) sulfat Ce(SO4)2.

Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat, isopropanol atau
DMF.

Kalium bromat KBrO3 untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat Na2S2O3.

Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam perklorat
dan asam asetat.

Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan HNO3.

Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3

Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi larutan


natrium nitrit.

Larutan baku sekunder yaitu larutan dimana konsentralisinya ditentukan dengan jalan
pembekuan dengan larutan
atau secara langsung tidak dapat diketahu kadarnya dan kestabilannya
didalam proses penimbangan, pelarutan dan penyimpanan.
Adapun syarat syarat larutan baku sekunder :
- Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
- Berat ekivalennya tinggi
- Larutan relatif stabil didalam penyimpanan
SATUAN KONSENTRASI pada LARUTAN
Larutan adalah campuran serba sama antara komponen zat terlarut dan komponen
pelarut. Hubungan kuantitatif antara zat terlarut dengan pelarut dalam suatu larutan disebut
konsentrasi atau kepekaan. Kita kenal beberapa satuan konsentrasi yang umum antara lain :
a.Persen
Persen adalah hubungan yang menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dalam setiap
seratus bagian larutan. Satuan persen terdiri atas beberapa macam yaitu : Persen berat per
volume (V/V)
b. Molar

Molar atau molaritas adalah sistem konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol zat
yang terkandung dalam satu liter larutan.
M = Mol/liter M = mmol/ml M = gr/Mr x 1000/ml
c. Normal (N)
Normal atau normalitas adalah banyaknya eqivalen zat terlarut yang terkandung dalam
setiap liter larutan.
N = grek/liter BE = BM/ev grek = gr/BE x 1/ltr
N = gr x ev/BM x vol
d. Molal (m)
Molal atau molalitas adalah perbandingan antara jumlah zat terlarut dalam setiap
kilogram pelarutnya.
m = mol zat terlarut/kg pelarut m = gr/BM x 1000/p
e. Fraksi mol (X)
Fraksi mol merupakan perbandingan mol zat terlarut terhadap jumlah mol larutan.
X = mol zat terlarut/mol larutan X = n1/n1 + n2

f. Part per million (ppm)


Parts per million (ppm) merupakan satuan konsentrasi yang sangat encer atau disebut
juga bagian persejuta.
ppm = mol zat terlarut/106 mg air atau ppm = mol zat terlarut/liter larutan
Untuk melarutkan bahan-bahan kimia yang tergolong eksotermik, seperti asam sulfat atau
natrium hidroksida, maka yang dimasukkan ke dalam gelas piala lebih dahulu adalah
pelarutnya/air, kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit bahannya sambil diaduk dan
didinginkan (biasanya wadah direndam dalam air). Hal ini disebabkan karena bahan kimia
ekstremik jika direaksikan dengan air akan menimbulkan pana, sehingga jika bahan kimianya
yang dimasukkan dengan sedikit air pada awal reaksi akan menimbulkan panas. Akibatnya dapat
menyebabkan ledakan kecil atau wadahnya dapat pecah.
Jika kita hendak membuat larutan dari bahan yang wujudnya cair, maka pekerjaan ini disebut
pengenceran. Pertama-tama harus diketahui konsentrasi atau kadar dari zat cair induk. Dengan
mengetahui konsentrasinya dapat dihitung jumlah larutan induk yang harus diencerkan sampai
volume tertentu yang diinginkan dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut :
V1 x N1 = V2 x N2
Ket :
V1 = Volume larutan induk (diketahui konsentrasinya) yang akan dipipet.

V2 = Volume larutan yang diinginkan.


N1 = Konsentrasi larutan induk.
N2 = Konsentrasi larutan yang diinginkan.
Diposkan oleh kumpulanartikelkimia di 00.54

Larutan Standar yang menggunakan metode Titrasi Asam-Basa


Posted in | di 22.38
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan
konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan. konsentrasi suatu larutan
didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut.
Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain Molaritas,
Molalitas,dan sebagainya. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu
sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan.
Untuk mengetahui konsentarsi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka
dilakukan standarisasi. Standarisasi yang akan digunakan pada saat ini adalah
penggunaan metode Titrasi Asam-Basa.

Titrasi Asam-Basa adalah suatu cara yang cukup teliti untuk mengukur
konsentrasi Asam atau Basa. Titrasi Asam-Basa dapat pula dinamakan Reaksi
Netralisasi Asam-Basa. Hal ini karena reaksi antara Asam dan Basa dalam jumlah
mol yang sama akan menghasilkan garam dan air. Jumlah mol asam ( H + ) sama
dengan jumlah mol basa ( OH- ) terjadi ketika titrasi mencapai "Titik Ekuivalen". Titik
ini dapat nampak saat asam dan basa habis bereaksi.

Larutan standar merupakan istilah kimia yang menunjukkan bahwa suatu larutan
telah diketahui konsentrasinya. Terdapat dua macam larutan standar yaitu larutan
standar primer dan larutan standar sekunder.
-> Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya
diperoleh dengan cara menimbang.

Syarat senyawa yang dapat dijadikan standar primer:


1. Memiliki kemurnian 100%
2. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan
(pengeringan) disebabkan standar primer biasanya dipanaskan dahulu
sebelum ditimbang.

3. Mudah didapatkan (tersedia diaman-mana).


4. Memiliki berat molekul yang tinggi (MR), hal ini untuk menghindari kesalahan
relative pada saat menimbang. Menimbang dengan berat yang besar akan
lebih mudah dan memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan dengan
menimbang sejumlah kecil zat tertentu.
5. Harus memenuhi kriteria syarat-syarat titrasi.

Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah:

Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat,


isopropanol atau DMF.

Kalium bromat KBrO3 untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat


Na2S2O3.

Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam


perklorat dan asam asetat.

Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H 2SO4, HCl dan HNO3.

Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO 3

Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi


larutan natrium nitrit.

Asam bensoat, KBrO3, KHP, Na2CO3, NaCl, dan asam sulfanilik diatas adalah standar
primer jadi senyawa ini ditimbang dengan berat tertentu kemudian dilarutkan
dalam aquades dengan volume tertentu untuk didapatkan larutan standar primer.

-> Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya


diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer.

NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat
higroskopis oleh sebab itu maka NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP agar
dapat dipakai sebagai standar primer. Begitu juga dengan H 2SO4 dan HCl tidak bisa
dipakai sebagai standar primer, supaya menjadi standar sekunder maka larutan ini
dapat dititrasi dengan larutan standar primer Na 2CO3.

Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti. Larutan baku
biasanya ditempatkan pada alat yang namanya buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur
volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur
volumenya dengan menggunakan pipet seukuran/ gondok(pipet volumetri) dan ditempatkan di
Erlenmeyer. Larutan baku ini ada 2 jenis yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Mengapa larutan baku ada 2 jenis? Apa perbedaan antara larutan baku primer dan sekunder ini?
Zat seperti apakah yang dapat digolongkan sebagai larutan baku primer dan sekunder.
Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah
pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat.
Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu disebut larutan baku primer.
Syarat agar suatu zat menjadi zat baku primer adalah:
1. memiliki tingkat kemurnian yang tinggi;
2. kering, tidak terpengaruh oleh udara/lingkungan(zat tersebut stabil);
3. mudah larut dalam air;
4. mempunyai massa ekivalen yang tinggi.
Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukanpun harus teliti,
dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer ini biasanya
dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku
primer adalah asam oksalat{C2H2O4 2H2O), Boraks(Na2B4O710 H2O), asam
benzoat(C6H5COOH). Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang zat terlarutnya tidak
harus zat yang tingkat kemurniannya tinggi. Larutan baku sekunder ini konsentrasinya
ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Sebagai
larutan baku sekunder dapat digunakan larutan basa atau asam dari senyawa anorganik misalnya
NaOH, HCl. Larutan baku sekunder ini umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang
setiap minggu.
Konsentrasi larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut dalam
satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan). Satuan
molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan satuan
normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dapat memudahkan perhitungan. Di atas
telah dikatakan bahwa yang akan dibahas hanyalah reaksi asam-basa, jadi harus diingat, bahwa
ekivalen asam atau basa berhubungan dengan jumlah ion hidrogen atau ion hidroksil. Sebagai
catatan kembali pernyataan satu ekivalen asam adalah sejumlah asam yang dapat ) dan satu
ekivalen basamenghasilkan satu mol ion hidrogen(H+ atau H3O adalah sejumlah basa yang
dapat menghasilkan satu mol ion hidroksil( OH-) atau sejumlah basa yang dapat menetralkan
satu mol ion hidrogen(H+ ).atau H3O
source : http://alexschemistry.blogspot.com/

Pelarutan dan Pengenceran

Setiap zat padat, cair ataupun gas memiliki kemampuan melarut berbeda di dalam
suatu pelarut. Perbedaan wujud ini memberi indikasi bahwa pelarutan harus
menggunakan cara-cara tertentu. Rencana dan prosedurnyapun berkembang sesuai
dengan sifat melarut dan sifat percobaan/analisis yang diterapkan dan sifat zat
yang terlibat.
. Sifat analisis atau eksperimen yang diterapkan menuntut kesediaan pereaksi
tertentu agar analisis tersebut memberikan hasil yang tepat dan teliti. Berarti jenis
peralatan dan spesifikasi zat yang dipilihpun harus memenuhi persyaratan agar
diperoleh hasil sediaan yang mendukung tujuan analisis.

. Dengan demikian, pembuatan sediaan pereaksi berupa larutan akan menuntut


cara atau teknik pembuatan dengan prosedur tersendiri bergantung pada sifat
pembentukan larutan itu. Sebagai contoh adalah pembuatan larutan antara NaCl
1M dan NaCl 0,1000M, atau antara HCl 1M dan HCl 0,1000M. Yang pertama,
melibatkan teknik pengukuran volume dan teknik pengenceran. Proses pembuatan
larutan dari suatu zat padat disebut pelarutan dan proses pembuatan larutan suatu
zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran.
1. Teknik Pelarutan
. Pelarutan zat padat untuk menghasilkan larutannya sering dilakukan dalam
kesehrian. Caranya, sejumlah zat padat dituangi sevolum pelarut atau sevolum
pelarut dimasukkan sejumlah zat padat; biasanya diikuti dengan pengadukan.
Pembuatan larutan dari zat padat sebagai pereaksi itu untuk tujuan analisa
kuantitatif atau untuk tujuan tertentu lainnya.
. Pembuatannya harus melakukan perencanaan (termasuk perhitungan) sesuai
dengan kebutuhan atau sifat analisis yang diterapkan (kualitatif atau kuantitatif).
Bayangkan bila terjadi kesalahan, akibatnya adalah pemborosan zat kimia yang
mahal, tenaga dan waktu hilang, data pengamatan yang tidak jelas, serta hasil
analisis yang tidak tepat(salah).
Beberapa hal dan langkah tentang pembuatan larutan dari padatan dan teknik
pelarutannya yang harus diperhatikan adalah:
a. Sifat analisis: tetapkan apakah akan melakukan analisis kuantitatif atau
kualitatif(sesuaikan dengan tujuan analisis)
b. Kuantitas larutan(volum, konsentrasi): tetapkan sesuai dengan kebutuhan
c. kuantitas zat padat(rumus, kelarutan, massa): tetapkan rumus zat padat(kristal),
daya larut dan massa padatan yang akan dilarutkan(dihitung)

d. sifat zat padat: tetapkan apakah stabil, higroskopis, atau dapat bereaksi dengan
air.
e. alat ukur massa(neraca): jika kualitatif gunakan neraca T atau Sa dan jika
kuantitatif gunakan neraca T dan neraca A.
f. alat ukur volum: jika kualitatif gunakan gelas ukur dan jika kuantitatif gunakan
labu takar.
g. pelarutan, meliputi:
- peralatan pendukung: siapkan gelas kimia, batang pengaduk, botol timbang,
corong, pipet tetes, botol semprot, botol kemasan pereaksi.
. - pelaksanaan: jika kualitatif pindahkan padatan kedalam gelas kimia dan larutkan
dengan akuades secukupnya, lalu pindahkan kedalam gelas ukur dan tuang
akuades sampai tanda batas. sedangkan jika kualitatif pindahkan dulu seluruh
padatan kedalam gelas kimia dan larutkan dengan akuades secukupnya, lalu
pindahkan seluruhnya secara kuantitatif kedalam labu takar lewat corong;
tambahkan akuades sedemikian; keringkan bagian atas skala; lalu secara tetes per
tetes sampai tanda batas volum; tutup labunya dan homogenkan.
-pengemasan: bilasi botol pereaksi hingga bersih/kering dengan sedikit larutan
diatas, dan pindahkan seluruh larutan ke botol, tutup dan beri label dengan jelas.
2. Teknik Pengenceran
. Pada umumnya asam-asam anorganik berupa cairan pekat ada yang berasap atau
bersifat korosif. Zat cair organik umumnya bersifat mudah menguap dan mudah
terbakar. Asam-asam anorganik dan beberapa cairan organik sering harus disiapkan
sebagai sediaan berupa larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut.
. Teknik pengenceran cairan pekat asam anorganik dan cairan pekat organik pada
dasarnya tidak begitu berbeda. Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran
volum dan teknik pelarutan(teknik pencampuran). Tentang kedua teknik ini,
beberapa hal harus diperhatikan seperti diuraikan berikut ini:
a. Teknik pengenceran dari cairan pekat
pra pengenceran:
- hitung volume cairan pekat dan volume akuades yang akan diukur
- ukur volume akuades tersebut dan siapkan didalam gelas kimia
teknik pengukuran volume cairan pekat

- mengingat sifat zat cair pekat, maka pengukuran vlumenya harus dilakukan
diruang asam dan pembacaan skala volumenya harus sesegera mungkin
- sebaiknya menggunakan masker
pencampuran atau pelarutan
- segera alirkan perlahan cairan pekat lewat batang pengaduk kedalam gelas kimia
berisi akuades diatas.
- hitung balik, konsentrasi cairan hasil pengenceran; tambahkan sesuai dengan
kekurangan akuades
b. teknik pengenceran dari cairan kurang pekat
teknik pengenceran dari larutan tidak pekat menjadi larutan yang lebih encer(misal
dari 3M ke 1M) lebih mudah dilakukan dan tidak perlu diruang asam. Caranya:
ukur akuades(hasil hitung) dengan gelas ukur(berukuran sesuai dengan volume
akhir larutan); kemudian tuangkan larutan lebih pekatnya kedalam gelas ukur
tersebut sampai volumenya mendekati tanda batas; lanjutkan penambahan tetes
per tetes sampai tanda batas volume akhir yang diharapkan.
c. Perhitungan volume dan konsentrasi cairan
sebelum melakukan perhitungan volume cairan, catatlah harga kadar/konsentrasi
cairan yang akan diencerkan dari label kemasannya, dan tetapkan besarnya volume
larutan encer yang hendak dibuat. Asam-asam pekat yang diperdagangkan, pada
labelnya ditemukan dari harga molar, persen(b/b), dan massa jenisnya.
Hubungan pengenceran Molar(M)
hubungan matematis yang diterapkan:
V1 x M1 = V2 x M2
dimana: V= volume cairan(L), dan M= molaritas(mol/L)
Diposkan oleh tugastimtim di 22.26

Konsentrasi dapat diartikan sebagai ukuran yang menentukan banyaknya zat yang berada di
dalam suatu campuran dan dibagi dengan volume total pada campuran tersebut. Biasanya
konsentrasi dinyatakan pada satuan fisik, seperti halnya satuan volume, satuan kimia, ataupun
satuan berat seperti mol, ekuivalen dan massa rumus. Pada bahasan ini, konsentrasi berhubungan
dengan persen konsentrasi, PPM (Parts per Million) atau PPB (Parts per Billion), fraksi mol,
molaritas, dan molalitas.
1. Persen konsentrasi
Pada umumnya di bidan kimia, persen digunakan untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan.
Persen konsentrasi dapat dibagi menjadi persen volume dan persen berat.

Untuk mengukur persen berat (%W/W) menggunakan rumus :

Sedangkan untuk mengukur persen volume (%V/V) menggunakan rumus :

2. PPM (Parts per Million) dan PPB (Parts per Billion)


Untuk yang ini biasanya digunakan pada larutan yang sangat enver dengan satuan PPB dan PPM.
Satuan PPM ekuivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam 1 liter larutan, sedangkan PPB ekuivalen
dengan 1 ug zat terlarut per 1 liter larutan.

PPM dan PPB memang merupakan satuan yang mirip seperti persen berat. Jika persen berat,
gram zat terlarut per 100 gram larutan, maka PPM gram teralrut per satu juta gram larutan, serta
PPB zat terlarut per miliar gram larutan.
3. Fraksi Mol (X)
Fraksi mol merupakan perbandingan mol salah satu komponen degnan jumlah mol dari seluruh
komponen. Bila suatu larutan mengandung zat P dan Q dengan jumlah mol masing-masing nP
dan nQ, maka rumus untuk menentukan fraksi mol pada tiap komponen adalah :

Untuk melihat cara

4. Molaritas (M)
Molaritas atau bisa disebut juga konsentrasi molar pada suatu larutan merupakan jumlah mol zat
terlarut dalam satu liter larutan atau jumlah milimol dalam satu mililiter larutan. Untuk
menentukan molaritas suatu larutan diperlukan rumus :

5. Molalitas (m)
Molalitas berbeda dengan molaritas, molalitas sendiri adalah jumlah dari mol zat terlarut tiap
seribu gram pelarut. Untuk menentukan molalitas suatu zat diperlukan rumus :

Anda mungkin juga menyukai