Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh:
Nama : Sanjaya Pangaribuan
NPM : E1G016041
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Hari/jam : Jumat/13.00 – 15.00 WIB
Dosen : 1. Dra. Devi Silsia, M.Si
2. Drs. Syafnil, M.Si
Objek Praktikum : CARA CARA MENYATAKAN
KONSENTRASI LARUTAN

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya
adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen.
Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent.
Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute.
Konsentrasi dalam suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada
dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam
beberapa cara. Antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya . Dalam
ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi kimia
terjadi dalam bentuk larutan.
Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih, yang
memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Disebut
campuran karena susunanya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen
karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-
bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Larutan terbentuk karena komponen komponen larutan terdispersi menjadi
atom atau molekul atau ion sehingga dapat bercampur baur.
Fase larutan dapat dapat berwujud gas, padat atau cair. Larutan gas misalnya
udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam, dan paduan logam lain.
Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air.
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan berbagai satuan konsentrasi larutan
2. Mampu membuat larutan dalam berbagai konsentrasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih jenis zat. Homogen
berarti bahwa campuran tersebut mempunyai komposisi yang sama di bagian mana
pun. Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik,
maka campuran tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian. (Andy,
2009)
Larutan terdiri dari pelarut dan satu atau lebih zat terlarut. Pelarut adalah
senyawa yang ada dalam jumlah paling besar dan zat terlarut adalah senyawa yang
ada dalam jumlah lebih sedikit. Larutan dapat berupa cairan, gas, bahkan padatan.
Sebagai contoh, atmosfer adalah larutan; sebab, udara mengandung hampir 79% gas
nitrogen, yang dianggap sebagai pelarut, dan gas oksigen, karbon dioksida, serta gas
lainnya adalah zat terlarut. Sedangkan contoh larutan dalam bentuk padatan adalah
alloy (paduan logam), seperti kuningan (alloy dari Cu dan Zn) dan solder (alloy dari
Sn dan Pb). (Andy, 2009)
Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau
lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut
yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung sebagian
besar solute relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau
pekat, sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah
atau encer (Didik. Setyono, 2010)
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut. Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk
dengan baik, maka campuran tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua
bagian (Styarini, L. W. 2012).
Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya. Untuk
menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi larutan
yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut (Khikmah, N.
2015).
Konsentrasi larutan adalah komposisi yang menunjukkan dengan jelas
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar
sekali, dan jika jumlah zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar
(mengendap di bawah larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat
mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, S. D.
2015)
Air merupakan bahan pelarut yang universal, sehingga air merupakan pelarut
yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia misalnya seperti
garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organic
(Utomo, S. 2015). Garam adalah suatu senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan
anion sisa asam. Garam (NaCl) tidak dikonsumsi pada proses elektro kimia, oleh
karena itu untuk membuat konsentrasi elektrolit konstan perlu ditambahkan larutan
dalam hal ini adalah H2O atau aquades. Konsentrasi yang semakin tinggi yaitu
gabungan antara NaCl dan H2O akan menyebabkan kadar hidrogen dan asam yang
terbentuk semakin tinggi (Budiman, A. 2012).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
 Alat
1. Pipet ukur
2. Pipet gondok
3. Neraca analitik
4. Botol semprot
5. Kaca arloji
6. Labu ukur
7. Bola hisap
8. Sikat tabung reaksi
9. Corong
 Bahan
1. H2SO4
2. NaCl
3. NaOH
4. Etanol
5. KIO3
6. HCl
7. Asam oksalat
8. Urea
3.2 Prosedur Kerja
1. Membuat larutan NaCl 1 %
Ditimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian
dilarutkan dengan aquades di dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
2. Membuat larutan etanol 5 %
Dipipet sebanyak 2,5 ml etanol absolute dengan pipet ukur, kemudian di
masukkan kedalam labu ukur 50 ml. Tambahkan aqudes sampai tanda
batas. Kocok sampai homogen.
3. Membuat larutan 0,01 M KIO3 (Mr. 214 gram/mol)
Ditimbang sebanyak 0,107 gram KIO3 dengan neraca analitik, kemudian
dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan aquades sampai
tanda batas.
4. Membuat larutan 0,1 M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol)
Dipipet sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan pipet ukur, kemudian di encerkan
dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
 Labu ukur 50 ml diisi terlebih dahulu dengan aquades, kira-kira 25
ml, selanjutnya baru dipipetkan H2SO4 kedalam labu ukur,
selanjutnya ditambahkan lagi dengan aquades sampai tanda batas.
Cara seperti ini berlaku untuk membuat larutan asam kuat dan basa
kuat yang lain.
5. Membuat larutan 0,1 N HCl (Mr. 36,5 gram/mol)
Dipipet sebanyak 0,415 ml HCl 37% dengan pipet ukur, kemudian
diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
6. Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr.H2C2O4.2H2O.126
gram/mol)
Ditimbang 0,3151 gram asam oksalat dengan neraca analitik, kemudian
diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
7. Membuat larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)
Ditimbang 0,2 gram NaOH, kemudian diencerkan dengan aquades dalam
labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
8. Membuat larutan 1000 ppm (N2) (Mr. urea 60 gram/mol)
Ditimbang 0,1086 gram urea, kemudian diencerkan dengan aqudes dalam
labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

1. Membuat larutan NaCl 1 %


Ditimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian
dilarutkan dengan aquades di dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
2. Membuat larutan etanol 5 %
Dipipet sebanyak 2,5 ml etanol absolute dengan pipet ukur, kemudian di
masukkan kedalam labu ukur 50 ml. Tambahkan aqudes sampai tanda
batas. Kocok sampai homogen.
3. Membuat larutan 0,01 M KIO3 (Mr. 214 gram/mol)
Ditimbang sebanyak 0,107 gram KIO3 dengan neraca analitik, kemudian
dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan aquades sampai
tanda batas.
4. Membuat larutan 0,1 M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol)
Dipipet sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan pipet ukur, kemudian di encerkan
dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
5. Membuat larutan 0,1 N HCl (Mr. 36,5 gram/mol)
Dipipet sebanyak 0,415 ml HCl 37% dengan pipet ukur, kemudian
diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
6. Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr.H2C2O4.2H2O.126 gram/mol)
Ditimbang 0,3151 gram asam oksalat dengan neraca analitik, kemudian
diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
7. Membuat larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)
Ditimbang 0,2 gram NaOH, kemudian diencerkan dengan aquades dalam
labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
8. Membuat larutan 1000 ppm (N2) (Mr. urea 60 gram/mol)
Ditimbang 0,1086 gram urea, kemudian diencerkan dengan aqudes dalam
labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
BAB V
PEMBAHASAN

Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih, yang memiliki
komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Disebut campuran
karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena
susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang
berlainan, bahkanm dengan mikroskop optis sekalipun. Larutan terbentuk karena
komponen-komponen larutan terdispersi menjadi atom atau molekul ion sehingga
dapat bercampur baur. Larutan terdiri atas dua komponen, yaitu pelarut (solvent) dan
zat terlarut (solute). Pelarut merupakan komponen yang lebih banyak, atau komponen
yang menentukan keadaan larutan, sedangkan zat terlarut adalah komponen dengan
jumlah yang lebih sedikit.
Langkah-langkah dalam percobaan ini yaitu, pertama membuat larutan NaCl
1%. Kami menimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian
dilarutkan dengan aquades di dalam labu ukur 50 ukur ml, sampai tanda batas.
Kemudian kami kocok-kocok supaya homogen. Kemudian membuat larutan etanol
5%, kami mengambil 2,5 mL etanol absolute menggunakan pipet ukur, kemudian
dimasukkan keedalam labu ukur kapasitas 50 mL. Dan menambahakan aquades
sampai tanda batas dan mengocok supaya homogen. Lalu membuat larutan 0,01 M
KIO3 (Mr. 214 gram/mol). Kami menimbang sebanyak 0,107 gram KIO3 dengan
menggunakan neraca analitik, kemudian dimasukksn ke dalam labu ukur berkapasitas
50 mL, dan menambah aquades kedalam labu ukur hingga tanda batas supaya larut
sambil mengocok-ngocok supaya homogen. Selanjutnya membuat larutan 0,1 M
H2SO4 (Mr. 98 gram/mol). Kami mengambil sebanyak 0,5 mL H 2SO4 dengan pipet
ukur, lalu kami masukkam kedalam labu ukur yang telah berisi aquades hingga tanda
batas dan mengocoknya.
Percobaan membuat larutan 0,1 N HCL (Mr. 36,5 gram.mol). kami
mengambil sebanyak 0,415 mL HCl 37% dengan menggunakan pipet ukur, lalu kami
encerkan dengan memasukksn ke dalam labu ukur berkapasitas 50 mL, yang telah
berisi aquades, dan kami tambahkan lagi aquades hingga tanda batas. Kemudian
membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr. H 2C2O4. 2 H2O. 126 gram/mol). Kami
menimbang 0,3151 gram asam oksalat dengan menggunakn neraca analitik, lalu kami
masukkan kedalam labu ukur berkapasitas 50 mL yang telah berisi aquades, dan
menambahkan aquades lagi hingga tanda batas. Selanjutnya membuat larutan 1 N
NaOH (Mr. 40 gram/mol). Kami menimbang 0,2 gram NaOH, lalu memasukkan ke
dalam labu ukur berkapasitas 50 mL yang telah berisi aquades supaya encer. Dan
terakhir  membuat larutan 1000 ppm Nitrogen (N 2) (Mr. Urea 60 gram/mol). Mula-
mula kami menimbang 0,1086 gram urea, lalu mengencencerkannya dengan cara
memasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, dan menambahkan aquades lalu dikocok-
kocok.
Setelah semua percobaan tersebut kami selesaikan, lalu kami menghitung
konsentrasinya dengan rumus yang tercantum dalam buku penuntun untuk
membuktikan lagi kebenaran konsentrasi, seperti yang telah tercantum dalam
perhitungan.
Berikut ini berbagai macam rumus dalam menentukan konsentrasi larutan,
yaitu :
1. Persen berat ( % w/w)
Menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam gram larutan.
gram zat terlarut
% W/W = × 100 %
gram zat terlarut + gram zat pelarut

2. Persen volume ( % V/V)


Menyatakan volume (ml) zat terlarut dalam volume larutan (ml)
ml zat terlarut
% V/V = × 100 %
ml zat terlarut +ml pelarut

3. Persen berat per volume ( % W/V)


Menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 ml larutan
gram zat terlarut
% W/V= × 100 %
ml larutan
4. Part permillion (ppm) atau part perbillion (ppb)
Satuan konsentrasi ppm dan ppb adalah satuan yang mirip dengan persen
berat. Satuan konsentrasi ppm dan ppb digunakan untuk larutan yang sangat
encer. Ppm adalah gram zat terlarut 100 gram larutan, sedangkan ppb adalah
gram zat terlarut persejuta gram larutan.
1mg zat terlarut berat zat terlarut
1 ppm = atau ppm = × 10-6
1 liter larutan berat larutan

1mikro zat terlarut berat zat terlarut


1 ppb = atau ppb = × 10-9
1 liter larutan berat larutan

5. Fraksi mol (fx)


Menyatakan jumlah zat terlarut atau pelarut dalam larutan
jumlah mol A
Fraksi mol A = XA =
jumlah mmil semua komponen
jumlah mol zat terlarut
Fraksi mol zat terlarut =
jumlah mo ; zat terlarut + jumlah mol pelarut
jumlah mol zat pelarut
Fraksi mol zat pelarut =
jumlah mo ; zat terlarut + jumlah mol pelarut

6. Molaritas (M)
Menyatakan jummlah mol zat terlarut per liter larutan
mol zat terlarut
M=
l larutan
gram zat terlarut
Mol zat terlarut (n) =
mr zat terlarut
gram zat terlarut
M=
mr zat terlarut x L larutan

7. Molalitas (m)
Menyatakan jumlah mol zat terlarut per kilogram (1000 g) pelarut
mol zat terlarut
m=
kg pelarut
8. Normalitas (N)
Menyatakan banyaknya mol ekivalen zat terlaarut dalam liter larutan.
mol ekivalen zat terlarut ( Ek )
N=
Llarutan
Ek = ekivalen zat terlarut (gram zat terlarut /BE)

Pembuktian hasil pengamatan :


1. Membuat Larutan NaCl 1%
Diketahui : w = 0,5 gram
V = 50 ml
gram zat terlarut
% W/W = × 100 %
gram zat terlarut + gram zat pelarut
0,5 g
= × 100 %
50 ml
               =1%

2. Membuat larutan etanol 5 %


ml zat terlarut
% V/V = × 100 %
ml zat terlarut +ml pelarut
2,5 ml
% V/V = × 100 %
50 ml
% V/V = 5%

3. Membuat larutan 0,01 M KIO3 (Mr. 214 gram/mol)


Diketahui : m = 0,107 gram
V = 50 ml = 0,05 l
gram zat terlarut
M=
mr zat terlarut x L larutan
0,107 g
M=
214 g mr ×0,05 l
0,107
M=
10,7
M = 0,01 mol/L

4. Membuat larutan 0,1 M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol)


Diketahui : M = 0,1
Mr = 98
V = 0,5 ml = 0,05 L
gram zat terlarut
M=
mr zat terlarut x L larutan
gram zat terlarut
0,1 M =
98 g mol ×0,05 l
gram zat terlarut
0,1 M =
4,9
gr = 0, 49
5. Membuat larutan 0,1 N HCl (Mr. 36,5 gram/mol)
Diketahui : V zat terlarut = 0,415 ml, HCl 37%, Mr 36,5 gr/mol
      L larutan = 50 ml
mol ekivalen zat terlarut ( Ek )
N=
L larutan
BE = Mr / n = 36,5 / 1 = 36,5
EK = gram zat terlarut / BE
0,15355 g
EK = =0,0042
36,5
0,0042
N= =0,08 N
0,05

6. Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr.H2C2O4.2H2O.126 gram/mol


Diketahui : m zat terlarut = 0,3151 gr,  Mr 126 gr/mol,
V = 50 ml
mol ekivalen zat terlarut ( Ek )
N=
L larutan
EK = gram zat terlarut / BE
BE = Mr /n = 126 /2 = 63
0,3151
Ek = =0,005
63
0,005
N= =¿0,1 N
0,05

7. Membuat larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)


Diketahui : massa zat = 0,2 Mr  NaOH 40 gr/mol
      V = 50 ml
mol ekivalen zat terlarut ( Ek )
N=
L larutan
BE = Mr/n = 40/1 = 40
EK = gram zat terlarut / BE
0,2
EK = =0,005
40
0,005
N= =0,1 N
0,05

8. Membuat larutan 1000 ppm (N2) (Mr. urea 60 gram/mol)


Diketahui : massa zat terlarut = 0,1086gr = 108,6 mg
Mr urea   = 60 gr/mol
       L larutan = 50 ml

1mg zat terlarut


1 ppm =
1 liter larutan
108,6 mg
1 ppm = = 2172
0,05 l
Dari hasil perhitungan yang didapati, praktikan tidak dapat membandingkan
dengan literatur lainnya, karena ketidaktersediaannya literatur yang membahas
lengkap mengenai pembuatan larutan tersebut satu per satu. Akan tetapi di sini
praktikan mendapati hasil yang tidak jauh berbeda dari Buku Penuntun Praktikum
sendiri. Hanya, apabila terdapat kekeliruan, semata-mata kesalahan pada saat
perhitungan itu sendiri yang dilakukan praktikan.  
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut di dalam sejumlah larutan
tertentu. Berbagai macam satuan konsentrasi larutan dapat digunakan untuk
menjelaskan secara kuantitatif jumlah relatif dari zat terlarut dan pelarut.
Berbagai satuan konsentrasi larutan antara lain : Persen Berat (% w/w); Persen
Volume (% v/v); Persen Berat per Volume (% w/v); Part Permillion (ppm) &
Part Perbillion (ppb); Fraksi Mol (Fx); Molaritas (M); Molalitas (m); dan
Normalitas (N).
2. Pembuatan larutan dari bahan zat padat dan bahan zat cair dengan berbagai
konsentrasi dapat dilakukan dengan perlakuan secara langsung dengan
pelarutnya yang sesuai. Konsentrasi dari larutan dapat dinyatakan dengan
bermacam-macam cara, yaitu massa zat terlarut dalam sejumlah massa pelarut
atau larutan dan massa zat terlarut dalam sejumlah volume larutan.
6.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan dalam menyatakan konsentrasi larutan kita
harus benar-benar mamperhatikan jumlah dan ukuran zat terlarut dan pelarut yang
akan dipakai untuk membuat larutan tersebut. Bacalah buku penuntun dengan
cermat agar dapat menghasilkan larutan yang diinginkan. Apabila membuat
larutan lebih dari satu, jangan gunakan wadah yang sama secara bergantian
apabila belum dibersihkan karena dapat mempengaruhi hasil larutan, atau
bersihkan dulu wadah tersebut apabila ingin digunakan untuk membuat larutan
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Adha. S. D. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan HNO3 dan Waktu Kontak


Terhadap Desorpsi Kadmium (II) yang Terikat Pada Biomassa Azolla
Micropylla-Sitrat. Kimia Student Journal. Vol.1 (1) : 636-642.

Andy. 2009. Larutan, konsentrasi larutan dan sifat koligatif larutan. Bandung. --.

Budiman , A. 2012. Studi Eksperimental Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap


Laju Pelepasan Material Pada Proses Electrochemical Mechining. Jurnal
Teknik Pomits. Vol.1 (1) : 1-5.

Khikmah,N. 2015. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Alir pada Penentuan
Kretini Dalam Urin Secara Sequential Injection Analysis. Kimia Student
Journal. Vol.1 (1) : 613-615.
Setyono, Didik.2010.Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta : Graha Ilmu

Styarini, L. W. 2012. Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula,


Menggunakan Metode Difraksi. Jurnal Teknik Pomits. Vol.1 (1) : 1-5.

Anda mungkin juga menyukai