2019
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12277
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KEMAMPUAN ANTAGONIS BAKTERI DIAZOTROF ISOLAT
RHIZOSFER KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
TERHADAP Ganoderma boninense
SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Disetujui di
Medan, Januari 2019
Pembimbing,
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KEMAMPUAN ANTAGONIS BAKTERI DIAZOTROF ISOLAT
RHIZOSFER KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
TERHADAP Ganoderma boninense
ABSTRAK
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANTAGONISTIC ACTIVITY OF DIAZOTROPHIC BACTERIA
FROM OIL PALM (Elaeis guineensis Jacq.) RHIZOSPHERE
AGAINST Ganoderma boninense
ABSTRACT
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
motivasi, selalu siap membantu dan saling bertukar pikiran kepada penulis.
Terimakasih Desri, Atika dan Ayu yang sudah menjadi sahabat sejak SMA dan
terimakasih kepada Ririn, Yuli, Mutia M, Raysa, Dhaifina, Alvina, Mutia N, Randi,
Irfan, Riko, Rahmi, Ummu dan teman-teman seperjuangan Genom 14 serta senior
yang sudah membantu Bg Aan, Kak Nisa, bg Adit serta adek asuh. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa akan membalasnya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan hasil
penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Untuk segala partisipasi
dan dukungannya penulis mengucapkan banyak terimakasih.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Hipotesis 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3 Karakteristik Morfologi dan Biokimia Bakteri Diazotrof 18
4.4 Mekanisme Penghambatan Bakteri Diazotrof 20
4.4.1 Senyawa Antijamur pada Ekstrak Metanol dan Etil 20
..............................Asetat
4.4.2 Kemampuan Kitinolitik dan Glukanolitik 22
4.5 Potensi Sebagai Agen PGPR 25
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 36
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
penelitian ini alternatif yang ditawarkan sebagai kandidat agen hayati untuk
mengendalikan G.boninense adalah bakteri diazotrof.
Bakteri diazotrof adalah bakteri pemfiksasi nitrogen bebas dari udara. Bakteri
diazotrof dapat diisolasi dari tanah terutama rhizosfer tanaman. Kehadiran
mikroorganisme di daerah rhizosfer cukup tinggi, karena di daerah rhizosfer terdapat
banyak nutrisi yang berasal dari eksudat akar (Prayudiningsih et al., 2015).
Mikroorganisme di daerah perakaran tanaman memiliki peranan penting dalam
menunjang produktivitas tanaman atau sebagai agen Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR), yang memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen,
menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti Indole Acetic Acid (IAA) (Widiyawati et
al., 2014) dan mampu melarutkan fosfat (Prayudingsih et al., 2015). Beberapa
penelitian juga telah melaporkan bahwa mikroorganisme diazotrof dari perakaran
tanaman juga dapat berperan sebagai pengendali hayati jamur patogen. Penelitian
Jatnika et al (2013) menggunakan bakteri PGPR yaitu Bacillus sp. dan Pseudomonas
sp. dalam mengendalikan Peronosclerospora maydis pada tanaman jagung. Bakteri
PGPR sebagai agen biokontrol dalam memfiksasi nitrogen atau disebut bakteri
diazotrof.
Pencarian agen hayati dengan kemampuan menghambat pertumbuhan
patogen dan juga mampu menginduksi pertumbuhan tanaman kelapa sawit menarik
untuk dilakukan. Bakteri diazotrof yang berasal dari rhizosfer kelapa sawit perlu
untuk diisolasi dan diujikan kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan G.
boninense. Penelitian mengenai kemampuan bakteri diazotrof untuk menghambat
pertumbuhan G. boninense hingga saat ini masih belum banyak diteliti. Oleh sebab
itu, pada penelitian ini akan dikaji tentang kemampuan isolat bakteri diazotrof yang
diisolasi dari rhizosfer kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dalam menghambat
pertumbuhan G. boninense dan mengetahui mekanisme penghambatannya.
1.2 Permasalahan
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas penting dan strategis di
Indonesia karena peranannya yang cukup besar dalam mendorong perekonomian
rakyat. Salah satu yang menyebabkan penurunan produksi kelapa sawit yaitu
tingginya serangan G. boninense yang menyebabkan penyakit busuk pangkal batang
(BPB). Upaya pengendalian penyakit BPB kelapa sawit dapat dilakukan dengan
pemanfaatan agen antagonis, seperti bakteri diazotrof yang diisolasi dari rhizosfer
kelapa sawit. Namun, pada penelitian ini ingin diketahui apakah bakteri diazotrof
yang diisolasi dari rhizosfer kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dapat
menghambat G. boninense dan bagaimana aktivitas penghambatannya serta
kemampuan bakteri tersebut menghasilkan zat lain yang bermanfaat seperti
memfiksasi nitrogen, memproduksi Indole Acetic Acid (IAA) dan melarutkan fosfat
yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk memicu pertumbuhan tanaman kelapa
sawit.
1.3 Hipotesis
Bakteri diazotrof yang diisolasi dari rhizosfer kelapa sawit yang dapat
menghambat G. boninense dan agen PGPR.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
sawit di lahan gambut karena tunggul-tunggul kelapa sawit yang masih tersisa dalam
tanah merupakan sumber infeksi yang paling kuat di kebun peremajaan (bekas kelapa
sawit) (Alviodinasyari et al., 2015). Gejala penyakit busuk pangkal batang yaitu
awalnya pucuk tanaman berwarna pucat seperti kekurangan unsur hara, daunnya
mengalami nekrosis dimulai dari daun yang tua dan menjalar ke daun yang lebih
muda, pelepah daun patah dan menggantung (Andoko dan Widodoro, 2013),
serangan pada buah menyebabkan buah berwarna hitam dan menjadi busuk
(Manohara et al., 2015). Apabila tanaman yang terkena jamur patogen yang akan
berkembang biak dengan cepat pada batang tanaman sehingga menyebabkan
tanaman menjadi busuk dan pada akhirnya tanaman menjadi roboh dan mati
(Semangun, 1991).
Upaya pengendalian busuk pangkal batang sudah banyak dilakukan
pekebun kelapa sawit dengan secara kimia, fisika dan biologi. Pengendalian secara
kimia seperti penggunaan fungisida sintetis dalam jangka panjang akan memberikan
dampak negatif bagi lingkungan, seperti terbunuhnya organisme non-patogen,
meracuni hewan serta terjadinya resistensi terhadap patogen. Pengendalian secara
fisika juga sudah dilakukan seperti pembongkaran lahan dan pembakaran.
Pengendalian dengan secara kimia dan fisika memiliki dampak negatif yang sangat
berbahaya untuk lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, pengendalian
penyakit busuk pangkal batang diperlukan teknik yang tepat, terutama pengendalian
yang tidak berbahaya dan bersifat ramah lingkungan (Alviodinasyari et al., 2015).
Salah satu metode pengendalian hayati adalah dengan menggunakan
mikroorganisme-mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan yang lainnya (Angraini,
2017). Berdasarkan penelitian sebelumnya mikroorganisme yang dapat
mengendalikan G.boninense tersebut yaitu Trichoderma sp. (Alviodinasyri et al.,
2015) (Priwiratama et al., 2014) dan Lentinus cladopus LC4 (Angraini, 2017).
Beberapa mekanisme biokontrol pada pengendalian hayati, yaitu mikoparasitisme
yang melibatkan enzim pendegradasi dinding sel (Mulya dan Melly, 2003),
kompetisi nutrisi (Berlian et al. 2013), produksi senyawa sebagai antibakteri atau
antijamur (Aulifa et al., 2014), dan menghasilkan produksi metabolit-metabolit yang
dapat menginduksi ketahanan tanaman (Harni et al., 2017).
bentuk yang berguna (Sari dan Retno, 2015). Bakteri yang mampu mengikat N 2
bebas atau menambat N2 disebut bakteri diazotrof (Sari dan Retno, 2015). Bakteri
diazotrof bisa hidup baik yang berada di sekitaran perakaran tanaman dan bintil akar
(rizosfer) maupun di dalam jaringan tanaman (diazotrof endofit) yang tidak
memberikan efek patogenik terhadap tanaman inangnya (Susilowati et al., 2007).
Bakteri tersebut akan menambat N dari udara dan mengubahnya menjadi NH 3
dengan menggunakan nitrogenase, kemudian NH3 diubah menjadi glutamin atau
alanin (Waters et al., 1998), sehingga bisa diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3
dan NH4+ (Widawati, 2015).
Penelitian Sari dan Retno (2015), memperoleh bakteri yang mampu
mengikat N2 bebas diudara menjadi amonia yang akan diubah menjadi asam amino
yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh
dan berkembang yaitu Rhizobium pada tanaman Leguminoceae. Hasil penelitan
Panjaitan et al (2015), menyatakan bibit kelapa sawit yang diberi bakteri diazotrof
endofit mampu meningkatkan pertumbuhan diameter bonggol, tinggi bibit dan berat
kering bibit kelapa sawit.
Penelitian Susilowati et al (2007), menyatakan tanaman yang
diinokulasikan bakteri diazotrof campuran (KACM) dan inokulasi strain KACP 32,
menunjukkan serapan N lebih tinggi daripada lainnya dan kontrol. Contoh kelompok
bakteri yang memiliki kemampuan penambat nitrogen yaitu Azotobacter (Ekawati
dan Syekhfani, 2005), Glukanocetobacter diazotrophicus ( Tamba et al., 2016) dan
Azospirillum (Wardani et al., 2009). Bakteri tersebut mampu menyediakan unsur N
serta mampu merombak bahan organik seperti selulosa, amilosa, bahan organik yang
mengandung sejumlah lemak dan protein di dalam tanah (Nurosid, 2008).
Kehadiran bakteri diazotrof mampu memberikan asupan N dalam jumlah
optimum dan stabil, menghasilkan fitohormon yang meningkatkan daya tahan
terhadap serangan patogen dan meningkatkan pertumbuhan tanaman karena terdapat
proses biokimia dalam tanaman sebagai unsur esensial pada pembentukan sel,
penyusun protein, sitoplasma, klorofil dan komponen sel lainnya (Panjaitan et al.,
2015). Bakteri penambat nitrogen memiliki kemampuan untuk memanfaatkan
nitrogen udara menjadi tersedia dalam tanah (Widiyawati et al., 2014).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 3.2. Lokasi pengambilan sampel tanah rhizosfer kelapa sawit, a) Kebun
Adolina PTPN IV Serdang Bedagai, b) Kebun Rakyat Desa Bingkat,
Serdang Bedagai, c) Kebun kampus USU.
(Yurnaliza et al, 2011). Bakteri yang sudah diinokulasikan pada media kitin agar
steril dan diinkubasi pada suhu 28oC selama 5 hari. Aktivitas kitinolitik bakteri
ditandai dengan adanya zona bening disekitar koloni (Soeka dan Sulistiani, 2011).
Indeks kitinolitik diperoleh dengan menghitung perbandingan antara diameter zona
bening yang terbentuk di sekeliling koloni dengan diameter koloni bakteri.
Indeks glukanolitik :
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1.1 Total Koloni Bakteri Rhizosfer Hasil Isolasi pada Tiga Kebun yang
Dikultur pada Media Nutrient Agar (NA) dan pada Media Ashby’s
dengan Suhu 28oC Selama 24 jam
Kondisi Fisik
Total Koloni (CFU/ml)
Lokasi Pengambilan Tanah
No.
Sampel Bakteri secara Bakteri
Suhu (oC) pH
umum diazotrof
1. Kebun Adolina PTPN IV 29,3 6,6 1,17 × 105 9 × 104
Serdang Bedagai
2. Kebun Kampus Universitas 28 5,6 1,44 × 105 5,5 × 104
Sumatera Utara
3. Kebun Rakyat Desa 28,3 5,3 1,05 × 105 6,3 × 104
Bingkat, Serdang Bedagai
oleh aktivitas metabolisme akar tanaman yang melakukan aktivitas metabolisme akar
yang mengeluarkan senyawa metabolit kedalam tanah melalui akar yang disebut
eksudat.
Kebun Adolina PTPN IV Serdang Bedagai memiliki kondisi lingkungan fisik
seperti suhu yang cukup berbeda dengan kebun lainnya (Tabel 4.1.1). Tanah
rhizosfer kelapa sawit di kebun Adolina PTPN IV mempunyai pH sekitar netral rata-
rata 6,6 dan suhu tanah 29,3oC, sedangkan di dua lokasi lainnya suhu tanah juga
stabil dan mempunyai pH tanah lebih asam dengan rata-rata 5,6 dan 5,3. Total
kehadiran koloni bakteri berpengaruh dengan faktor abiotik (hewan, tumbuhan,
manusia, mikroorganisme) dan biotik (air, tanah, udara, cahaya, suhu, pH dan
mineral) yang mendukung kehadiran makhluk hidup di lingkungan tersebut
(Mudatsir, 2007) serta pengaruh pada perkebunan kelapa sawit yang di rawat dengan
sebaik-baiknya. Manajemen pengelolaan perkebunan seperti pemupukan dan
pemberian pestisida juga mempengaruhi kehadiran mikroorganisme di rhizosfer
(Mujiyati dan Supriyadi, 2009). Pengelolaan kelapa sawit di kebun rakyat dan kebun
kampus USU dilakukan tidak seintensif seperti pada kebun Adolina PTPN IV
Serdang Bedagai.
Gambar 4.2.2 Gambaran hasil uji dual culture bakteri diazotrof rhizosfer kelapa
sawit terhadap G. boninense pada media PDA yang diinkubasi
selama 5 hari dengan suhu 28oC. (A) RK02 dan (B) RU04.
bakteri diazotrof Gram negatif antara lain isolat P31 telah diidentifikasi sebagai
Burkholderia pseudomallei juga dikenal sebagai Pseudomonas pseudomallei (Gofar
et al., 2015), Sphingomonas paucimobilis, Azospirillum lipoferum, Agrobacterium
tumefaciens dan Rhizobium (Priyatno dan Barry, 2010), Chitinophaga sp. (Shaffer et
al., 2017) dan Serratia marcescens (Gyaneshwar et al., 2001).
Tabel 4.3.1 Karakterisasi Morfologi Kolonil, Sifat Gram dan Biokimia Bakteri
Rhizosfer yang Diisolasi dari Akar Kelapa Sawit di Kebun Adolina
PTPN IV Serdang Bedagai Kebun Kampus USU dan Kebun Desa
Bingkat Serdang Bedagai
Motilitas
Katalase
Kode
Sitrat
No. Gram
Isolat Bentuk Tepi Elevasi Warna
Tabel 4.4.1. Aktivitas Antijamur Ekstrak Metanol dan Etil Asetat Bakteri Diazotrof
Rhizosfer dari Tiga Kebun Kelapa Sawit terhadap Hambatan
Pertumbuhan Miselium G. boninense
Hambatan Pertumbuhan Miselium (%)
No. Kode Isolat
Ekstrak metanol Ektrak etil asetat
1. RU01 38,09 27,27
2. RU02 4,70 22,22
3. RU03 19,04 11,11
4. RU04 13,63 6,25
5. RK01 10,52 6,60
6. RK02 21,05 20,00
7. RK03 5,20 26,60
8. RK04 4,54 20,00
9. RP01 10,52 26,60
10. RP02 31,57 6,60
11. RP03 10,52 13,33
12. RP04 4,70 31,57
13. RP05 28,57 10,52
14. RP06 19,04 21,05
15. RP07 16,60 12,50
16. RP08 29,16 12,50
17. RP09 25,00 20,83
18. RP10 5,00 12,50
19. RP11 25,00 18,75
20. RP12 30,00 18,75
21. RP13 27,27 31,25
Keterangan : RP : Kebun Adolina PTPN IV Serdang Bedagai
RU : Lahan Kebun Kampus USU
RK : Kebun Rakyat Desa Bingkat Serdang Bedagai
Gambar 4.4.1 Kemampuan antijamur a) pada media PDA dengan pelarut metanol
dan b) pada media PDB dengan pelarut etil asetat yang diinkubasi
pada suhu 28oC selama 24 jam.
Kemampuan ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat dari isolat RU01, RU03,
RU04, RK01, RK02, RK03, RP01, RP03, RP10, RP13 lebih kecil dibandingkan
isolat murni bakteri diazotrof dalam menghambat miselium G. boninense.
Kemampuan ekstrak metanol dari isolat RU01, RU03, RU04, RK01, RK02, RP02,
RP05, RP07, RP08, RP09, RP11 dan RP12 lebih besar dibandingkan dengan ekstrak
etil asetat dalam menghambat miselium G. boninense.
Tabel 4.4.2 Indeks Kitinolitik dan Glukanolitik Bakteri Diazotrof Rhizosfer yang
Diisolasi dari tiga Kebun Kelapa Sawit pada Suhu 28 oC. Kitin
Diinkubasi Selama 5 hari dan Glukan diinkubasi selama 24 jam
No. Kode Isolat Indeks kitinolitik Indeks Glukanolitik
1. RU01 - 0,40
2. RU02 - -
3. RU03 - 0,88
4. RU04 - -
5. RK01 - 0,60
6. RK02 - 0,66
7. RK03 1,66 -
8. RK04 - 0,20
9. RP01 - 1,14
10. RP02 - 0,57
11. RP03 - 1,12
12. RP04 - 0,55
13. RP05 - 0,44
14. RP06 - 0,55
15. RP07 - 0,20
16. RP08 - 0,88
17. RP09 - 0,50
18. RP10 - 0,28
19. RP11 - 0,63
20. RP12 5,33 0,87
21. RP13 2,80 -
(-) Tidak menghasilkan zona bening
Kemampuan kitinolitik bakteri pada media agar kitin ditandai dengan
terbentuknya zona jernih di sekeliling koloni bakteri (Gambar 4.4.2-a). Zona jernih
tersebut terjadi karena perubahan stuktur kitin yang ada di media kitin agar dari
tersuspensi menjadi terlarut. Hidrolisis kitin oleh bakteri menyebabkan terbentuknya
senyawa N-asetil glukosamin oleh aktivitas enzim kitinase yang bersifat terlarut dan
juga dapat merubah pH lingkungan sekitar media pertumbuhan bakteri tersebut
meningkat dari asam menjadi basa (Yurnaliza et al., 2014). Jika bakteri berada
disekitar miselium jamur, kemungkinan enzim kitinase bakteri akan melisiskan
dinding sel jamur bersama dengan enzim-enzim lain yang dihasilkan bakteri .
Kemampuan glukanolitik bakteri juga ditandai dengan zona jernih yang
terbentuk di sekeliling koloni bakteri ketika ditumbuhkan pada media glukan agar
(laminarin 1%) (Gambar 4.4.2-b). Zona jernih terbentuk karena enzim glukanase
menghidrolisis senyawa glukan atau laminarin menjadi monomer glukosa dengan
memutus ikatan β-1,3 maupun β-1,6- glukan. Laminarin digunakan sebagai substrat
karena memiliki struktur yang sama dengan glukan yang terdapat pada dinding sel
jamur (Budiarti et al., 2004). Laminarin berasal dari Laminaria digitata (Deville et
al., 2007).
Gambar 4.4.2 Zona bening kultur bakteri rhizosfer (a) Kode RP13 pada media kitin
pada suhu 28oC selama 5 hari dan (b) Kode RK01 pada media glukan
pada suhu 28oC selama 24 jam. Tanda panah menunjukkan adanya
zona bening yang terbentuk.
Pembentukan zona bening di sekeliling bakteri ketika ditumbuhkan pada
media kitin atau glukan menunjukkan kemampuan bakteri tersebut menghidrolisis
kitin atau glukan tersebut. Semakin besar zona bening yang terbentuk maka semakin
besar nilai indeks hidrolisisnya. Senyawa kitin dan glukan yang terdapat pada
dinding sel jamur kemungkinan dapat dilisiskan oleh enzim yang dihasilkan bakteri
tersebut, namun efektifnya tergantung kepada komposisi glukan dan kitin yang
terdapat pada miselium jamur. Kadar kitin dan glukan pada dinding sel jamur tidak
sama untuk setiap jenis (Yurnaliza et al., 2011). Pemanfaatan bakteri kitinolitik
sebagai agen hayati jamur patogen dilaporkan oleh (Harni dan Wilda, 2012), bahwa
bakteri kitinolitik dapat menekan intensitas serangan jamur penyebab BPB pada
tanaman lada dan meningkatkan pertumbuhan lada dan jumlah daun.
Enzim glukanase dapat diproduksi oleh jamur seperti Genus Trichoderma.
Glukanase menghidrolisis senyawa glukan menjadi sumber karbon yang fungsional
sebagai sumber energi bagi pertumbuhan bakteri. Enzim glukanase dapat
menghambat pertumbuhan Phytopthora citrophtora, karena struktur dinding sel
jamur tersebut mengandung glukan (Benitez et al., 2004 dan Cota et al., 2006).
Produksi enzim pendegradasi dinding sel seperti glukanase, kitinase, protease, dan
produksi metabolit sekunder (siderophore dan HCN) adalah mekanisme umum yang
digunakan bakteri untuk menghambat jamur patogen (Kim, 2004).
Tabel 4.5.1 Uji Nitrogen dengan Tebal Pelikel dan Kadar Nitrogen, Menghasilkan
IAA dan Pelarut Fosfat pada Bakteri Diazotrof Rhizosfer dari Tiga
Perkebunan Kelapa Sawit yaitu Kebun Adolina PTPN IV Serdang
Bedagai, Kebun Kampus USU dan Kebun Desa Bingkat Serdang
Bedagai.
tinggi kepekatan warnanya maka semakin tinggi produksi IAA yang dihasilkan
(Lampiran 4.3). Pada penelitian Oslan et al (2015) mendapatkan isolat bakteri yang
menghasilkan IAA berkisar 7.35 sampai 38.35 ppm. Pada penelitian Sukmadewi et
al (2015) mendapatkan bahwa hormon IAA yang dihasilkan oleh bakteri yang
melimpah pada fase stasioner yaitu pada waktu inkubasi 72 jam yang berbeda nyata
dengan waktu inkubasi 24 jam. Isolat TCKI 5 pada inkubasi 48 dan 72 jam memiliki
nilai OD yang sama. Hal ini sesuai dengan Wahyudi et al (2011) yang menyebutkan
bahwa kadar hormon IAA yang dihasilkan oleh bakteri melimpah pada saat fase
stasioner. Produksi IAA akan meningkat pada saat kondisi pertumbuhan menurun,
ketersediaan karbon yang terbatas dan terjadi dalam kondisi lingkungan dengan pH
asam (Ona et al., 2005).
Kemampuan bakteri dalam melarutkan posfat terdiri dari 15 isolat bakteri
dengan nilai IPF yang bervariasi. Indeks Pelarut Fosfat yang memiliki nilai IPF
tertinggi sebesar 6,54 yaitu dengan kode RU01 dan yang terendah pada kode RP13
sebesar 2,44 cm. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat RU01 merupakan
isolat yang potensial dalam menambat nitrogen dan melarutkan posfat. Keberadaan
bakteri pelarut fosfat dikatakan positif apabila terdapat zona jernih (Halozone) pada
media Pikovskaya yang disebabkan adanya aktivitas enzim fosfatase (Lampiran 4.4).
Media Pikovskaya adalah media selektif untuk isolasi bakteri pelarut fosfat. Bakteri
pelarut posfat (BPF) sering ditemukan berasosasiasi di dalam tanah sebab terdapat
akar tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba sebagai nutrisi yaitu berupa
eksudat yang dikeluarkan oleh tanaman sehingga bakteri akan berasosiasi di
rhizosfer tanaman (Ilham, 2014). Penelitian Setiawati et al (2014) dan (Ilham et al.,
2014) menunjukkan bahwa bakteri pelarut posfat seperti Pseudomonas cepacea dan
Yersinia sp. mampu meningkatkan panjang akar.
yang diujikan tidak ditemukan. Isolat RU04 memiliki aktivitas antagonis yang
tertinggi, hanya memiliki mekanisme antijamur dalam menghambat G. boninense
dan sebagai agen PGPR bakteri ini tidak dapat melarutkan fosfat. Isolat yang
berpotensi untuk dikembangkan adalah RU01 dan RP13 karena menghasilkan
senyawa antijamur.
Tabel 4.5.2 Rekap Kemampuan Antagonis Bakteri Diazotrof dan agen PGPR
Mekanisme Antagonis Agen PGPR
Aktivitas antijamur Uji Nitrogen
Indeks Pelarut
Kode
%HPM
Glukanolitik
Fosfat (IPF)
Konsentrasi
Kitinolitik
No. Ekstrak Ekstrak
Konsentrasi
(ppm)
IAA
Isolat
pelikel
Metanol Etil
Tebal
(mm)
Nitrogen
(ppm)
Asetat
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Bakteri diazotrof isolat rhizosfer kelapa sawit yang berpotensi menghambat G.
boninense sebanyak 21 dari 90 isolat.
2. Isolat bakteri yang memiliki daya hambat terbesar terhadap G. boninense adalah
isolat RU04 sebesar 66,6%, sedangkan ekstrak antijamur yang memiliki daya
hambat terbesar terhadap G. boninense yaitu RU01 sebesar 38,09%.
3. Isolat RP12 memiliki indeks kitinolitik tertinggi yaitu 5,33, sedangkan isolat
RP01 memiliki indeks glukanolitik tertinggi yaitu 1,14.
4. Lima isolat yang berpotensi sebagai agen hayati dan memiliki kemampuan dalam
fiksasi N, menghasilkan IAA dan melarutkan fosfat adalah RU01, RU03, RU04,
RK02 dan RP13.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi dari bakteri
diazotrof dan untuk penelitan selanjutnya diharapkan melakukan uji aplikasi terhadap
tanaman yang diinduksikan bakteri diazotrof.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Tk, Ela Sa, Hartati I, Sarjiya A, 2015. Karakterisasi Mikroba Perakaran
(PGPR) Agen Penting Pendukung Pupuk Organik Hayati. Jurnal Pros Sem
Nas Masy Biodiv Indon, 1 (2) : 1-8.
Dewi N, 2015. Uji Antagonis Bakteri Rizosfer Pisang terhadap Cendawan Patogen
Rhizoctonia solani. [Skripsi]. Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, Fakultas Sains Dan Teknologi.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014. Statistik Perkebunan Indonesia 2013– 2015.
Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan.
Ekawati I dan Syekhfani, 2005. Dekomposisi Jerami Padi Oleh Biakan Campuran
Bakteri Selulolisis dan Penambat Nitrogen. Jurnal Pembangunan Pendesaan,
5 (2) : 120-128
El-Katatny MH, Gudelj M, Robra KH, Elnaghy MA, Gübitz GM, 2001.
Characterization of Chitinase and an Endo-beta-1,3-glucanase from
Trichoderma harzianum Rifai T24 Involved in Control of Phytopatogen
Sclerotium rolfsii. Journal Appl Microbiol Biotechnol, 5(6) : 1-5.
Ewaldo E, 2015. Analisis Ekspor Minyak Kelapa Sawit di Indonesia. Jurnal
Perdagangan, Industri dan Moneter, 3 (1): 11-15.
Fahmi A, Syamsuddin, Sri N, Bostang R, 2010. Pengaruh Interaksi Nitrogen dan
Fosfor Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Tanah
Regosol dan Latosol. Jurnal Berita Biologi, 10 (3) : 297-303.
Firrani M, 2011. Isolasi dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Diazotrof yang
Memfiksasi Nitrogen Bebas pada Akar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jaqc.).[Skripsi]. Medan. Universitas Sumatera Utara.
Fratiwi W, Hidayati E , Kurnianingsih R, Astuti SP, 2011. Kemampuan Bakteri
Rizosfer dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Fusarium oxysporum dan
Bakteri Xanthomonas oryzae. Jurnal Natur Indonesia, 3(1) :1-13.
Gofar N, Hary W, Neni M, 2015. Stimulate The Growth of Rice Using Endophytic
Bacteria from Lowland Rice Plant Tissue. Journal of Soil Science and
Agroclimatology, 12 (2) : 45-52.
Gyaneshwar P, James E, Mathan N, Reddy P, Hurek BR, Ladha JK, 2001.
Endophytic Colonization of Rice by a Diazotrophic Strain of Serratia
marcescens. Journal Of Bacteriology, 183 (8) : 2634–2645.
Harni R, Widi A, 2012. Potensi Kitinolitik Untuk Pengendalian Penyakit Busuk
Pangkal Batang Lada (Phytophthora capsici). Jurnal Buletin RISTRI, 3 (1) :
1-6.
Harni R, Widi A, Syafaruddin, Anis HM, 2017. Potensi Metabolit Sekunder
Trichoderma Spp. untuk Mengendalikan Penyakit Vascular Streak Dieback
(VSD) pada Bibit Kakao. Jurnal Tanaman Industri Dan Penyegar, 4 (2): 57-
65.
Hartono, Widada J, Kabirun S, 2009. 16sRNA Sequence Analysis and Ammonium
Excretion Ability of Nitrogen Fixing Bacteria Isolated from Mineral Acid
Soil. Journal of Biotechnology, 14 (2) : 1179-1187.
Hartono, Oslan J, 2014. Seleksi dan Karakterisasi Bakteri Penambat Nitrogen Non
Simbiotik Pengekskresi Amonium pada Tanah Pertanaman Jagung (Zea mays
L.) dan Padi (Oryza sativa L. ) Asal Kabupaten Baru, Sulawesi Selatan,
Indonesia. Jurnal Sainsmat, 3 (2) : 143-153.
Hartono, Nurfitriani, Asnawati F, Citra H, Handayani NI, Junda M, Ali A, Hala Y,
Jumadi O, 2016. Ability Of Ammonium Excretion, Indol Acetic Acid
Mujiyanti dan Supriyadi, 2009. Pengaruh Pupuk Kandang dan NPK terhadap
Populasi Bakteri Azotobacter dan Azospirillum dalam Tanah Pada Budidaya
Cabai (Capsicum annum). Jurnal Nusantara Bioscience, 1: 59-64.
Mulya K, Melly H, 2003. Degradasi Dinding Sel Phytophtora capsici oleh Enzim
Karbosi Metil Selulase asal Trichoderma harzianum. Jurnal Litrro, 9 (2)
:74-78.
Naihati YF, Roberto ICO, Aloysius R, 2018. Pengaruh Takaran dan Frekuensi
Aplikasi PGPR terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca
sativa L.) Jurnal Pertanian Konservasi Lahan Kering, 3 (1) : 1-3.
Ningrum WA, Wicaksono KP, Tyasmoro SY, 2017. Pengaruh Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan Pupuk Kandang Kelinci terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata).
Jurnal Produksi Tanaman, 5 (3) : 433 – 440.
Nurosid, Oedjijono, Lestari P, 2008. Kemampuan Azospirillum Sp. Jg3 dalam
menghasilkan Lipase pada Medium Campuran Dedak dan Onggok dengan
Waktu Inkubasi Berbeda. Jurnal Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan,
3 (1) : 16-19.
Ona O, van Impe J, Prinsen E, Vanderleyden D. 2005. Growth and indole 3 acetic-
acid (IAA) Biosynthesis of Azospirillum brasilense sp245 is Environmentally
Controlled. Journal FEMS Microbiol Lett, 246: 125-132.
Pahan I, 2006. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar
Swadaya. Bogor :189-190.
Pambudi,A., Susanti, Taufiq, W. P, 2017. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Tanah
Sawah di Desa Sukawali dan Desa Belimbing, Kabupaten Tangerang. Jurnal
Al Kauniyah Biologi, 10 (2) : 1-6.
Panjaitan A, Iswandi A, Rahayu W, Wiwik EW, 2015. Kemampuan Bakteri
Diazotrof Endofit untuk meningkatkan Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurnal Tanah Lingkungan, 17 (1) :1-7.
Pelczar J, Michael, Chan E. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid I. Universitas
Indonesai : Jakarta.
Prayitno J, Rolfe B, 2010. Characterization of Endophytic Diazotroph Bacteria
Isolated from Rice. Journal of Biosciences, 17 (2) : 73-78.
Prayudyaningsih R, Nursyamsi, Sari R, 2015. Mikroorganisme Tanah Bermanfaat
pada Rhizosfer Tanaman Umbi di Bawah Tegakan Hutan Rakyat Sulawesi
Selatan. Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1 (4) : 954-959.
Priwiratama H, Agus EP, Agus S, 2014. Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal
Batang Kelapa Sawit secara Kultur Teknis. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 10
(2) : 1-6.
Rangkuti EE, Suryanto D, Nurtjahja K, Munir E, 2014. Kemampuan Bakteri Endofit
Tanaman Semangka dalam Menekan Perkembangan Penyakit Bercak Daun
yang disebabkan oleh Jamur Colletorrichum Sp. JurnL HPT. Tropika, 14 (2) :
170-177.
Rupaedah B , DebbyVAa , Reni I , Nia A, Bambang S , Asep A, Abdul W , Taufiq F
, Mahmud S, 2018. Aktivitas Stenotrophomonas rhizophila dan Trichoderma
Sp. dalam menghambat Pertumbuhan Ganoderma boninense. Jurnal
Bioteknologi & Biosains Indonesia, 5 (1) : 1-4.
Wardani K, Wiwik EW, Langkah S, 2009. Kajian Aplikasi Bakteri Diazotrof pada
Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas PS 851 dan PS 864. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Waters JK, BL Hughes, LC Purcell, KO Gerhardt, TP Mawhinney and DW Emerich,
1988. Alanine, not ammonia, is excreted from N2-fixing soybean nodule
bacteroids. Proceedings of the National Academy of sciences USA, 95(20)
:12038-12042.
Widiantini F, Endah Y, Ceppy N, 2018. Potensi Antagonisme Senyawa Metabolit
Sekunder asal Bakteri Endofit dengan Pelarut Metanol Terhadap Jamur G.
boninense Pat. Jurnal Agrikultura, 29 (1) : 55-60.
Widawati S, 2015. Isolasi dan Aktivitas Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(Rhizobium, Azospirillum, Azotobacter, Pseudomonas) dari Tanah
Perkebunan Karet. Jurnal Berita Biologi, 14 (1) : 77-88.
Widyati E, 2013. Dinamika Komunitas Mikroba di Rizosfir dan Kontribusinya
terhadap Pertumbuhan Tanaman Hutan. Jurnal Tekno Hutan Tanaman, 6 (1) :
13-20.
Widiyawati I, Sugiyanta, Junaedi A,Widyastuti R, 2014. Peran Bakteri Penambat
Nitrogen untuk Mengurangi Dosis Pupuk Nitrogen Anorganik pada Padi
Sawah. Jurnal Agron Indonesia, 42 (2) : 96 – 102.
Yurnaliza, Margino S, Sembiring L, 2011. Kemampuan Kitinase Streptomyces RKt5
sebagai Antijamur terhadap PatogenFusarium oxysporum. Jurnal Natur
Indonesia, 14(1) : 42-46.
Yurnaliza, Nyoman PA, Rizkita RE, Agus S, 2014. Antagonistic Activity
Assesment of Fungi Endophytes from Oil Palm Tissues against Ganoderma
boninense Pat. Journal Plant Pathology, 13 (4) : 257-267.
LAMPIRAN
Lanjutan Lampiran 1.
d. Komposisi Media Kitinolitik
Koloidal kitin : 2 gram
KH2PO4 : 0,3 gram
K2HPO4 : 0,7 gram
MgSO4.7H2O : 0,5 gram
ZnSO4.7H2O : 0,001 gram
FeSO4.7H2O : 0,01 gram
MnCl2 : 0,001 gram
Agar : 20 gram
Akuades : 1000 mL
1,4
1,2
1
y = 0,1645x - 0,0889
Absorbansi
R² = 0,9686
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 ppm 2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm
Konsentrasi Nitrogen
0,4
0,35
y = 0,0109x + 0,0133
0,3 R² = 0,9735
0,25
Absorbansi
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi IAA (ppm)
4.1. Uji Sitrat, Uji Motilitas dan Uji Katalase Bakteri Diazotrof Isolat Rhizosfer
Kelapa Sawit dari Tiga Lokasi Kebun yaitu Kebun Adolina PTPN IV Serdang
Bedagai, Kebun Kampus USU dan Kebun Desa Bingkat Serdang Bedagai.
C. Uji katalase
Lanjutan Lampiran 4.
4.2. Felikel Isolat Bakteri Diazotrof pada Media Ashby’s Semi Solid yang diinkubasi
pada Suhu 28oC Selama 10 hari.
4.3. Uji Kuantitatif Isolat Bakteri Menghasilkan IAA pada Media Ashby’s Broth
Selama 48 jam, Supernatan ditambahkan Reagen Salkowski dan diinkubasi
Selama 30 menit pada Ruang gelap pada Suhu 28oC.
Lanjutan Lampiran 4.
4.4. Uji Kualititatif Isolat Bakteri Melarutkan Posfat pada Media Pikovskaya
...selama 5 hari pada suhu 28oC.