DAUN MANGROVE
MONIKA LINDA
1527040018
FAKULTAS TEKNIK
2020
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah
hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Bila dikemudian hari ternyata
pernyataan saya terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang
NIM : 1527040018
ii
MOTTO
Tak perlu terbebani dengan masa lalu yang tak berpihak, karena masa
Teruntuk mereka yang tiada henti menjadi penopang dikala suka maupun duka, Kiranya
lembaran demi lembaran ini memberi makna yang mengubahkan.
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya hambat ekstrak daun
mangrove Avicennia marina, Rhizophora apiculata, dan Soneratia alba terhadap
pertumbuhan bakteri uji Gram negatif (Escherichia coli dan Salmonella) Gram
positif (Bacillus cereus dan Staphylococus aureus). Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen dengan pendekatan kualitatif. Terdapat 3 perlakuan ekstrak
daun mangrove yang digunakan masing-masing 7.500 ppm, 15.000 ppm dan
30.000 ppm. Metode yang digunakan pada pengujian ini yaitu metode difusi
cakram dengan mengukur DDH (Diameter Daya Hambat) pertumbuhan bakteri
uji pada media agar. Data diolah dengan metode deskriptif berdasarkan hasil
pengamatan dan pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun
mangrove A. marina memiliki rendemen sebanyak 6.79%, R. apiculata memiliki
rendemen sebanyak 1.38 % dan S. alba memiliki rendemen sebanyak 3.92%.
Ketiga jenis ekstrak daun mangrove yang digunakan mampu menghambat
pertumbuhan E. coli dan Salmonella. Bakteri S. aureus hanya mampu dihambat
oleh ekstrak daun A. marina sedangkan bakteri B. cereus dihambat oleh ekstrak
daun S. alba. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak
daun mangrove yang paling efektif dalam menghambat bakteri uji adalah A.
marina dengan rendemen yang lebih tinggi daripada kedua jenis ekstrak daun
lainnya.
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur hanya kepada Tuhan Pencipta Semesta atas segala
limpahan berkat dan kasih-Nya serta kesempatan berharga sehingga penulis dapat
Ekstrak Daun Mangrove”. Skripsi ini diajukan dalam rangka menyelesaikan studi
strata satu untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi
Skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu BAB I Pendahuluan, BAB II Tinjauan
Pustaka, BAB III Metode Penelitian, BAB IV Hasil dan Pembahasan, dan BAB V
bakteri uji. Dengan demikian maka Ekstrak Daun Mangrove tersebut dapat
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada ayahanda Prof. Dr. Patang,
S.Pi., M.Si. selaku pembimbing I sekaligus penasehat akademik dan ibunda Dr.
Ucapan terima kasih pula penulis tujukan kepada ibunda Ratnawaty Fadilah,
S.TP., M.Sc. selaku penguji I dan bapak Reski Praja Putra, S.TP., M.Si. selaku
kepada penulis. Ungkapan kasih yang dalam penulis sampaikan kepada kedua
vi
orang tua tercinta ayahanda Sulle dan ibunda Embong serta adik-adik tercinta
Ine Sintia, Dappi, Ribka Elsa yang telah menjadi inspirasi bagi penulis dalam
melalui setiap tahapan suka maupun duka sehingga mampu mencapai titik akhir
Penulis menyadari dalam proses penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari
peran dan sumbangsih pemikiran serta dukungan lewat doa dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis dengan penuh kerendahan menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulis
yaitu Ayahanda Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd. dan juga pimpinan dimasa
akhir studi ini yaitu Ayahanda Prof. Dr. H Husain Syam, M.Pd. serta
pimpinan fakultas hingga para staf yang telah memberi kesempatan kepada
2. Tim Mangrove (Ibu Andi Sukainah, Bapak Reski, Ibu Ratna, Ibu Anni, Elsa,
Ruly dan Mimi) yang telah memberi kesempatan berharga kepada penulis dan
penelitian ini, kiranya segala hal baik yang tersalurkan kepada penulis hingga
dan memberi inspirasi dari setiap gerak yang tercipta, terkhusus ibu Kasma
vii
dan kak Aksa yang telah mendampingi dalam melalui proses yang panjang
dalam penelitian.
abu-abu sekaligus sebagai orang tua kedua yang telah banyak membantu
dunia perkuliahan.
PINRANG Ibunda Nursiah S.Pd, Ibunda Husnih Husain, S.Pd., M.Pd, Ibunda
Aznawati Asti, SE. dan segenap guru-guru yang hingga kini tiada henti
koloni bakteri hingga ribuan”, kiranya setiap proses yang kita lalui memberi
8. Para penghuni Aspuri 02 Pinrang yang telah menerima penulis dengan segala
keterbatasan dan selalu ada dalam setiap saat memberi diri untuk mengatasi
setiap kekurangan diri, terkhusus 015 yang meski sama-sama pada tahap
viii
akhir penyelesaian namun masih saja meluangkan waktu untuk mengatasi
yang telah mengajarkan berbagai dinamika berharga yang akan menjadi bekal
dimasa mendatang.
10. Transplanter yang telah menjadi kawan berjuang, PTP A yang menjadi
dari hiruk pikuk tanah rantau, kuharap jarak tak menjadi penghalang untuk
tetap merangkul.
11. PMK UNM, IPEPMA-SMS, FMI, GMKI Cab. Makassar Kom. Partam., PP-
KPMP serta HMPS PTP FT UNM yang telah membuka ruang menerima
segala keterbatasan untuk boleh melihat proses belajar meski penulis tidak
seutuhnya berperan.
12. Posko SMKN Luyo beserta warga Mambu yang telah menciptakan jejak
13. Segenap keluarga tercinta terdekat maupun berjarak, yang telah memberi
14. Teruntuk titipan sang pencipta yang telah memberi banyak hal baik yang
senantiasa menuntun.
Kiranya setiap jerih lelah, pemikiran dan jejak yang terukir bermanfaat bagi
ix
Makassar, 25 April 2020
Penulis
Monika Linda
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIHAN ii
MOTTO iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37
A. Hasil Penelitian 37
1. Deskripsi Data 37
2. Rendemen Ekstrak Daun Mangrove 37
3. Pewarnaan Gram Bakteri Uji 39
4. Uji Daya Hambat 40
a. Escherichia coli 41
b. Salmonella 42
c. Bacillus cereus 43
d. Staphylococcus aureus 44
B. Pembahasan 46
1. Rendemen Ekstrak Daun Mangrove 46
2. Pewarnaan Gram Bakteri Uji 48
3. Uji Daya Hambat 51
a. Escherichia coli 53
b. Salmonella 56
c. Bacillus cereus 63
d. Staphylococcus aureus
DAFTAR PUSTAKA 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN 72
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran B Dokumentasi 75
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
laut. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki daerah pantai dan pesisir
yang merupakan habitat yang baik untuk pertumbuhan tanaman mangrove. Luas
total luas mangrove dunia (Giri et al., 2011). Sulawesi Selatan memiliki luasan
wilayah seperti Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Bone, Sinjai, Maros
1
Menurut Wibowo (2009), terhadap jaringan tanaman mangrove A. marina
sebagai sumber antimikroba alami serta memiliki potensi yang besar sebagai
menghambat bakteri uji S. aureus dan E. coli tertinggi diperoleh pada konsentrasi
4000 ppm.
mangrove seperti alkaloid, flavonoid, fenol, triterpenoid, steroid dan saponin yang
2
3
dan antituberculin (Prabhu et al., 2012). Salah satu kandungan senyawa bioaktif
yang paling kuat terdapat pada daun mangrove yaitu alkaloid. Senyawa alkaloid
bekerja sebagai antibakteri dengan cara berinteraksi dengan dinding sel yang
berujung pada kerusakan dinding sel. Alkaloid juga dapat berikatan dengan DNA
sel, mengganggu sintesis protein dan menghambat kerja enzim. Bakteri patogen
manusia atau hewan hingga dapat menimbulkan infeksi ringan sampai kematian
(Pelczar dan Chan, 1986). Bakteri yang umum dan sering dijumpai menginfeksi
yaitu keracunan makanan, infeksi kulit ringan sampai infeksi berat, diare pada
bayi dan orang dewasa, infeksi saluran kemih, meningitis, empiema, endokarditis
atau sepsis dengan supurasi ditiap organ (Harti, 2015). Penyakit yang disebabkan
Berdasarkan uraian tersebut maka sangat perlu untuk melakukan suatu penelitian
yang menguji tentang kemampuan daya hambat daun mangrove terhadap bakteri
patogen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang muncul yaitu, apakah
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai pada
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi atas tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
dapat meningkat.
2. Bagi Pemerintah
sumber informasi pihak yang terkait dan berkompeten (pangan, farmasi dan
mangrove.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Mangrove
a. Pengertian Mangrove
antara bahasa portugis dan inggris. Dalam bahasa portugis kata mangrove
bahasa inggris kata mangrove digunakan untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh
spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk
mendorong terbentuknya tanah timbul melalui suksesi alami atau buatan dengan
yang mampu menyesuaikan diri pada daerah berlumpur atau daerah tergenang
bawah tingkat pasang tinggi. Pohon mangrove hidup dalam suatu komunitas pada
banyak ditemukan di tepi pantai, teluk yang dangkal, esturia, delta dan daerah
b. Jenis-jenis Mangrove
jenis pohon, 5 jenis palem, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis
parasit. Beberapa jenis mangrove yang dijumpai di pesisir Indonesia adalah bakau
(Bruguiera Sp), nyirih (Xylocarpus Sp), tengar (Ceriops Sp), dan buta-buta
(Excoecaria Sp). Namun dalam penelitian ini ada tiga jenis mangrove yang akan
1) Avicennia marina
Avicennia marina atau biasa disebut daun api-api merupakan salah satu
spesies mangrove yang sangat penting. Mangrove api-api merupakan salah satu
jenis tumbuhan yang tersebar di seluruh Indonesia dan tersedia melimpah serta
dan aktivitas sitotoksik, anti nematoda, antibakterial dan antiviral. Selain itu, daun
8
api-api juga telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional untuk pengobatan
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Asteridae
Order : Lamiales
Family : Acanthaceae
Genus : Avicennia
Species : Avicennia marina
merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat
mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol
kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui
lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi
9
penyerapan air (Noor et al., 1999). Menurut Wibowo (2009), terhadap jaringan
2) Rhizophora apiculata
tanaman mangrove, yaitu kelompok tanaman tropis yang bersifat halophytic atau
secara umm sebagai red mangrove. Kulit batangnya akan berwarna kemerahan
bila basah.
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
10
apiculata dapat tumbuh dengan toleransi yang cukup tinggi terhadap kadar garam,
mulai dengan air tawar sampai dengan kadar garam yang tinggi (Pambudi, 2011).
bakteri dan virus. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba karena
akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel (Rahayu, 2007). Tanin
farmasi karena tanin mengandung asam tanik yang telah digunakan sebagai
antiseptik (Trianto et al., 2004). R. apiculata merupakan salah satu tanaman yang
3) Sonneratia alba
dari kombinasi antara batu, lumpur dan pasir dengan ke dalaman berkisar antara
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Sonneratia
Spesies : Sonneratia alba
paling depan, sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan
gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi dimana
jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang
padat. Pada pantai pesisir yang berkarang mangrove ini tersebar secara vegetatif.
Tumbuh di tanah berlumpur dan berpasir. Kulit batang berwarna abu-abu atau
kecoklatan, permukaan kulit kasar, dan retakretak. Pada pohon muda, kulit
batangnya dilapisi semacam lapisan lilin untuk 15 mengurangi penguapan air dari
jaringannya. S. alba ini disukai bekantan yang memakan daunnya (Noor et al.,
1999).
Mangrove jenis S. alba termasuk jenis pionir yang tumbuh di daerah pantai
paling depan, sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan
12
gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Kurniaji (2014),
c. Teknik Ekstraksi
bioaktif yang dapat terekstrak (Sari, 2008). Ekstraksi terdiri atas tahap
umumnya dilakukan untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan
alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke
dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka
laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut,
suhu pelarut, dan tipe pelarut (Tohir, 2010). Salah satu metode yang sering
sebagai larutan pemisah antara padatan dan cairan dari bahan tertentu.
Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang
digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga bahan yang diinginkan tidak
terurai. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke
dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka
laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut,
pelarut seperti senyawa terlarut, artinya pelarut polar akan melarutkan senyawa
golongan alkohol seperti etanol merupakan pelarut yang sangat baik untuk
pelarut lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut lainnya karena lebih efektif,
kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral,
absorbsinya baik.
tanin dan saponin memiliki hasil ekstraksi lebih sedikit. Dengan demikian zat
pengganggu yang larut hanya terbatas. Etanol memiliki dua gugus dengan tingkat
kepolaran yang berbeda, yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil
14
2012).
yang terdapat pada sitoplasma sampel akan larut ke dalam pelarut. Pemilihan
metode maserasi tunggal dikarenakan senyawa bioaktif bersifat tidak tahan panas.
Selain itu, metode maserasi merupakan metode yang mudah dilakukan dan
sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena selain murah
dan mudah dilakukan, metode ini sangat tepat digunakan untuk senyawa yang
tidak tahan panas. Proses maserasi menyebabkan pelarut akan menembus dinding
sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif tersebut
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa
2. Pengujian Antibakteri
bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan
bakteri dan dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada manusia, hewan dan
adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat,
daerah hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan daerah
hambatan 5 mm atau kurang berarti lemah. Sejalan dengan Jayanthi & Lalitha
(2013), daya hambat yang dihasilkan oleh bahan dapat dikategorikan menjadi
resistent jika daya hambatnya kurang dari 8 mm, intermediate jika yang
dihasilkan sebesar 8-13 mm, dan sensitive jika lebih besar dari 13 mm.
untuk menentukan daya hambat dari bahan antibakteri. Metode dilusi (Dillution
merupakan salah satu metode yang sering digunakan, salah satunya metode difusi
cakram kertas.
yang telah direndam larutan uji di atas media padat yang telah diinokulasi dengan
steril. Masing-masing tabung itu ditambahkan sejumlah mikroba uji yang telah
tabung reaksi ke dalam tabung-tabung berisi media steril yang lalu diinkubasikan
3. Bakteri Uji
Dalam penelitian ini ada empat jenis bakteri patogen yang menjadi parameter uji,
a. Escherichia coli
dengan panjang sekitar 2 micrometer dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E.
coli berkisar 0.6-0.7 m3. Bakteri ini dapat hidup pada rentang suhu 20-40 0C
dengan suhu optimumnya pada 370 C dan tergolong bakteri gram negatif.
(Escherich, 1885).
17
Kingdom : Prokaryotae
Fylum : Protophyta
Class : Schzommycetes
Ordo : Eurobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Pada umumnya, bakteri ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia.
serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan
bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa
adenin dari unit 28S rRNA sehingga menghentikan sintesis protein (Zhu et al.,
1994). Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti
dan bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang lain, maka akan dapat
menyebabkan infeksi. Jika bakteri E. coli sampai masuk ke saluran kencing maka
Selain di usus besar bakteri ini banyak terdapat di alam sehingga memasak
b. Salmonella
Salmonella tumbuh cepat dalam media yang sederhana hampir tidak pernah
memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari
glukosa dan manosa, biasanya memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S, pada
biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-8 milimeter, bulat agak cembung,
jernih, smooth, pada media BAP tidak menyebabkan hemolisis (Jawet’z et al.,
2005).
Divisio : Protophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Tribus : Salmonelleae
Genus : Salmonella
pada suhu 37 0C dan pada pH 6-8. Salmonella memiliki flagel jadi pada uji
motilitas hasilnya positif, pada media BAP (Blood Agar Plate) menyebabkan
manitol dan maltosa disertai pembentukan asam dan gas kecuali S. typhi yang
esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar). S typhi, paratyphi A, B,
dan C masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang
sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus
halus. Dari usus halus kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus.
Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke
pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan
lain-lain). Sehingga feses dan urin penderita bisa mengandung kuman S. typhi, S.
paratyphi A, B dan C yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau
Salmonella bisa ada terus menerus di feses dan urin sampai bertahun-tahun
(Widianto, 2009).
yaitu infeksi bakteri yang timbul dikarenakan tertelannya sel-sel Salmonella yang
masih hidup. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Fardiaz et al. (1981),
jenis bakteri Salmonella, strain mikrobia dan jumlah sel-sel bakteri yang tertelan.
Wabah penyakit ini juga ditandai oleh beberapa penyakit lain seperti leukopenia,
c. Bacillus cereus
berbentuk batang. Spora B. cereus lebih tahan pada panas kering daripada pada
panas lembab dan dapat bertahan lama pada produk yang kering. Selnya
dua gejala klinis diare dan muntah pada keracunan makanan berbahan dasar
daging (Drobniewski, 1993). B. cereus dapat pula menyebabkan infeksi lain yang
infeksi nosokomial, infeksi sistem saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi kulit,
Kingdom : Bacteria
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus cereus
yang telah mengandung toksin tersebut. Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh
B. cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare (disebabkan oleh protein dengan
berat molekul besar) dan toksin yang menyebabkan muntah atau emesis
(disebabkan oleh peptida tahan panas dengan berat molekul rendah) (Ash et al.,
1991).
d. Staphylococcus aureus
seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak
bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat
dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang
mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi
Kingdom : Monera
Divisi : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Stahylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
S. aureus adalah bakteri jenis coccus (bulat) yang hidup bergerombol. Tak
seindah namanya Staphyle, dari bahasa yunani yang berarti anggur. Bakteri ini
merupakan mikroba berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi pada kulit, atau
aureus biasanya hidup pada jaringan kulit dan lubang hidung manusia. Infeksi
biasanya dipicu oleh luka luar atau penetrasi bakteri melalui makanan yang
22
tercemar. Dalam jumlah terbatas bakteri ini juga terdapat pada pori-pori dan
leukolisis yang mematikan sel tubuh manusia. Bakteri yang masuk ke dalam
aliran darah juga bisa bersarang di dalam paru-paru menyebabkan organ tersebut
bernanah dan infeksi klep jantung (Endocarditis) yang bisa mengakibatkan gagal
(Syamsunir, 1992).
faktor lingkungan seperti suhu, aktivitas air, pH, adanya oksigen dan komposisi
kelangsungan hidup berkurang pada suhu -10 sampai 0°C. S. aureus mudah mati
7,4. S. aureus adalah anaerob fakultatif sehingga dapat tumbuh di kondisi aerobik
dan anaerobik. Namun, pertumbuhan terjadi pada tingkat yang lebih lambat dalam
B. Kerangka Pikir
tersebar di beberapa wilayah dan beraneka ragam. Saat ini, beberapa penelitian
antibakteri.
antibiotik. Namun, obat antibiotik diduga memiliki efek samping yang berbahaya.
permasalahan di atas, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 2.4
24
Bakteri Uji:
Uji Daya Hambat Salmonella
Uji Daya Hambat Escherichia coli
Uji Daya Hambat Bacillus cereus
Uji Daya Hambat Staphylococcus aureus
C. Hipotesis Penelitian
antibakteri patogen.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yaitu metode difusi cakram dengan cara mengukur diameter zona bening di
sekitar paper disk (kertas cakram) yang menunjukkan aktivitas bakteri (Bintang,
1993).
C. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 3 kali ulangan dengan konsentrasi ektsrak daun
E. Prosedur Penelitian
persiapan ekstrak daun mangrove dan tahapan kedua adalah pengujian ekstrak
1) Pemetikan daun dilakukan pada sore hari dengan cara memotong daun
mangrove yang diambil ialah daun utuh tanpa bekas sobekan ataupun
2) Daun yang digunting yaitu daun urutan ke-3 sampai ke-8 dari pangkal
daun
tiga kali
pencucian
5) Daun mangrove yang telah dikeringkan ditimbang lalu dipotong kecil dan
1500 ml selama 3 x 24 jam pada suhu kamar dan direndam pada toples
kaca.
kali.
Proses sterilisasi dilakukan dengan dua cara yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi
kering. Sterilisasi basah menggunakan autoclave pada suhu 121 0C tekanan 1,5
atm selama 15 menit. Sterilisasi panas kering menggunakan oven pada suhu 130
0
C selama 2 jam.
bergelembung.
autoklaf.
4) Tabung yang telah berisi media ditutup dengan kapas steril dan dilapisi
menit.
memadat.
dengan cara silang (zig-zag) dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37
O
C.
kerja.
d. Pewarnaan Gram
1) Isolat bakteri diambil satu ose secara aseptik lalu digoreskan pada objek
glass.
kristal violet dan didiamkan selama 1 menit lalu bilas dengan akuades.
3) Objek glass kembali tetesi dengan iodium dan dibiarkan selama 1 menit.
Setelah itu dibilas lagi dengan akuades. Kemudian ditetesi dengan safranin
4) Objek glass kembali ditetesi dengan imersion oil lalu diamati pada
1) Larutan uji dibuat dengan larutan induk 30.000 ppm yaitu sebanyak 3
dari yang terendah yaitu 7.500 ppm dan 15.000 ppm untuk melakukan uji
aktivitas antibakteri.
2) Paper disk dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah steril sebanyak
4) Setelah larutan uji menyerap pada semua paper disk maka paper disk siap
petri steril.
3) Tuang media agar yang telah steril ke dalam cawan petri tersebut sebanyak
4) Putar cawan petri, minimal 50x putaran dan dibiarkan memadat pada suhu
kamar.
pada media agar padat yang telah tercampur suspensi bakteri uji
6) Inkubasi Cawan petri yang telah berisi kertas cakram pada suhu 37 OC
selama 48 jam.
Hasil yang diperoleh dinyatakan positif jika terbentuk zona hambat (zona bening
di sekeliling paper disk) dan hasilnya dinyatakan negatif jika tidak terbentuk zona
hambatan. Bagian paper disk yang bening diukur menggunakan jangka sorong
Pembuatan Media
Gambar 3.2 . Skema Prosedur Uji Aktivitas Antibakteri Patogen Berbagai Ekstrak
Daun Mangrove
34
didapatkan. Hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak daun mangrove diproses
difusi agar menggunakan papper disk (kertas cakram) (diameter 6 mm). Diameter
Daya Hambat (DDH) diukur menggunakan jangka sorong untuk mengetahui daya
(antibakteri).
diameter kertas cakram sebesar 6 mm. Kemudian diameter zona hambat tersebut
Stout (1971).
laminar air flow, Erlenmeyer, batang penggerus, cawan petri, lampu bunsen,
pinset, kertas pembungkus, plastik, tabung reaksi, rak tabung reaksi, spidol,
jangka sorong, alumunium foil, kertas saring Whatman, spatula, gelas ukur,
35
ayakan, pompa vakum, kain, botol kecil, toples kaca, corong buchner, jarum ose,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun A. marina,
R. apiculata dan S. alba yang diperoleh di pantai Kuri Caddi, Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan, etanol 70 % sebagai pelarut dan pengencer ekstrak, bakteri uji
yang digunakan yaitu E.coli, Salmonella, B. cereus dan S. aureus, media NA,
Analisis data pada uji daya hambat berbagai ekstrak daun mangrove
berdasarkan zona hambat yang dihasilkan disekitar paper disk (kertas cakram).
Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri diukur dalam satuan mm pada paper
disk.
36
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Data
zona bening ekstrak daun mangrove A. marina, R. apiculata dan S. alba terhadap
bakteri uji E. coli, Salmonella, B. cereus dan S. aureus dengan metode difusi
cakram. Ekstrak daun yang digunakan adalah daun yang telah dimaserasi
dilakukan terhadap total rendemen ekstrak daun mangrove dan karakteristik hasil
isolasi bakteri.
yang diperoleh dengan bahan yang diekstrak (Saskiawan dan Nur, 2015) .
yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan) dikalikan
100% (Sari, 2008). Rendemen dapat ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:
Hasil rendemen yang didapatkan dari hasil evaporasi bahan dapat dilihat pada
Tabel 4.1
room dryer, ketebalan daun yang bervariasi dan kandungan kadar air yang
nantinya. Oleh karena itu, identifikasi dilakukan secara mikroskopik yaitu dengan
gram bakteri kristal violet, iodium, safranin dan imersion oil. Pada bakteri uji
dan Salmonella tergolong dalam bakteri Gram negatif berbentuk batang dan
bakteri Gram positif berbentuk batang dan bulat serta berwarna biru. Hal ini
menunjukkan bahwa keempat jenis bakteri uji yang digunakan sudah memenuhi
A B C
Gambar.4.1 Hasil Pewarnaan Gram Positif (A) dan Gram Negatif (B) Pewarnaan
Endospora B. cereus (C)
sterilisasi alat dan bahan, pembuatan media NA, peremajaan biakan bakteri uji,
larutan uji, dan tahap yang utama dalam penelitian ini yaitu uji daya hambat yang
dilanjutkan dengan pengukuran diameter zona hambat disekitar paper disk. Hasil
uji kemampuan daya hambat masing-masing ekstrak daun dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
a. Escherichia coli
dengan panjang sekitar 2 micrometer dan diamater 0.5 micrometer. Bakteri ini
dapat hidup pada rentang suhu 20-40 0C dengan suhu optimumnya pada 37 0C.
mengakibatkan diare, dan bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang
marina, R. apiculata dan S. alba dengan berbagai konsentrasi terhadap bakteri uji
E. coli, menggunakan metode difusi cakram. Hasil uji aktivitas antibakteri dengan
Tabel 4.4. Hasil Daya Hambat Ekstrak daun mangrove terhadap Bakteri Uji
Escherichia coli
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
Ekstrak Daun
Konsentrasi (ppm)
Mangrove
7.500 15.000 30.000 (+) (-)
A. marina 6,2 6,7 7,0 10,7 0
R. apiculata 6,1 6,2 6,5 7,7 0
S. alba 6,1 6,1 6,2 6,5 0
Sumber : Data hasil penelitian (2019)
A B C
Gambar 4.2 Zona bening ekstrak daun A. marina (A), R. apiculata (B) dan S.
alba (C) terhadap bakteri uji E. coli
41
apiculata dan S. alba terhadap bakteri uji E. coli menunjukkan zona bening yang
dihasilkan berbeda-beda. Zona bening terluas yang terbentuk dari ketiga ekstrak
kemampuan daya hambat ekstrak daun A. marina terhadap daun bakteri uji lebih
b. Salmonella
(mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar) (Fathiariani,
2009).
Tabel 4.5. Hasil Daya Hambat Ekstrak daun mangrove terhadap Bakteri Uji
Samonella
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
Ekstrak Daun
Konsentrasi (ppm)
Mangrove
7.500 15.000 30.000 (+) (-)
A. marina 6,1 6,1 6,7 10,1 0
R. apiculata 6,4 7,3 7,8 11,3 0
S. alba 6,1 6,1 6,1 6,5 0
Sumber : Data hasil penelitian (2019)
A B C
Gambar 4.3. Zona bening ekstrak daun A. marina (A), R. apiculata (B) dan S.
alba (C) terhadap bakteri uji Salmonella
daun. Hasil menunjukkan ekstrak daun R. apiculata memiliki zona bening lebih
luas untuk setiap perlakuan dibandingkan dengan kedua jenis ekstrak daun
lainnya. Zona bening yang terbentuk pada ekstrak daun S. alba tidak mengalami
c. Bacillus cereus
berbentuk batang. Spora B. cereus lebih tahan pada panas kering daripada pada
43
panas lembab dan dapat bertahan lama pada produk yang kering. B. cereus
merupakan penyebab paling umum dua gejala klinis diare dan muntah pada
antibakteri dengan pengukuran diameter zona hambat dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel. 4.6. Hasil Daya Hambat Ekstrak daun mangrove terhadap Bakteri Uji B.
cereus.
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
Ekstrak Daun
Konsentrasi (ppm)
Mangrove
7.500 15.000 30.000 (+) (-)
A. marina 0 0 0 6,5 0
R. apiculata 0 0 0 7,8 0
S. alba 6,1 6,1 6,1 6,7 0
Sumber : Data hasil penelitian (2019)
A B C
Gambar 4.4. Zona bening ekstrak daun A. marina (A), R. apiculata (B) dan S.
alba (C) terhadap bakteri uji B. cereus
apiculata dan S. alba terhadap bakteri uji B. cereus menunjukkan bahwa zona
bening yang terbentuk dari masing-masing ekstrak daun sangat rendah. Hasil
menunjukkan hanya ekstrak daun S. alba yang memilii zona bening namun masih
44
sangat rendah, sedangkan ekstrak daun A. marina dan R. apiculata tidak memiliki
d. Staphylococcus aureus
fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh
pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
(20-25 ºC). S. aureus biasanya hidup pada jaringan kulit dan lubang hidung
manusia. Infeksi dipicu oleh luka luar atau penetrasi bakteri melalui makanan
yang tercemar. Dalam jumlah terbatas bakteri ini juga terdapat pada pori-pori dan
ekstrak daun mangrove A. marina, R. apiculata dan S. alba terhadap bakteri uji S.
aureus menggunakan metode difusi cakram. Hasil uji aktivitas antibakteri dengan
Tabel. 4.7. Hasil Daya Hambat Ekstrak daun mangrove terhadap Bakteri Uji S.
aureus.
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
Ekstrak Daun
Konsentrasi (ppm)
Mangrove
7.500 15.000 30.000 (+) (-)
A. marina 6,1 6,1 6,1 8.8 0
R. apiculata 0 0 0 7,8 0
S. alba 0 0 0 6,9 0
Sumber : Data hasil penelitian (2019)
45
A B C
Gambar 4.5. Zona bening ekstrak daun A. marina (A), R. apiculata (B) dan S.
alba (C) terhadap bakteri uji S. aureus
bahwa zona bening yang terbentuk dari masing-masing ekstrak daun. Hasil
bening disekitar paper disk namun masih tergolong sangat rendah, sedangkan
ekstrak daun R. apiculata dan S. alba tidak memiliki kemampuan daya hambat
B. PEMBAHASAN
tertentu terhadap bahan dalam suatu sistem ekstraksi, tetapi tidak menunjukkan
organik yang larut dalam pelarut tersebut sesuai dengan polaritasnya. Rendemen
dihasilkan dari penelitian ini memiliki nilai berbeda dari ketiga jenis daun
ekstrak daun R. apiculata sebanyak 1,38% dan ekstrak daun S. alba sebesar 3.93
ketiga bahan awal berbeda dalam segi kuantitatif. Sejalan dengan Nurhayati et al.
(2009) bahwa jumlah komponen bioaktif berbanding lurus dengan nilai rendemen
bioaktif A. marina lebih banyak. Hasil analisis kualitatif yang telah dilakukan juga
Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Asam Fenolat dan Tanin. Putri et al. (2016), Raut
tunggal dikarenakan senyawa bioaktif bersifat tidak tahan panas. Selain itu,
menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan
mudah dilakukan, metode ini sangat tepat digunakan untuk senyawa yang tidak
tahan panas. Proses maserasi menyebabkan pelarut akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif tersebut
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa
menjadi 2 kelompok besar, yaitui Gram positif dan Gram negatif. Berdasarkan
reaksi dan sifat bakteri pada cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut
Hasil pewarnaan Gram terhadap bakteri uji (Tabel 4.2), isolat bakteri E.
coli, Salmonella, B. cereus dan S. aureus memiliki bentuk yang sama namun sifat
dan warna yang berbeda-beda. Uji karakterisasi menunjukkan bahwa bakteri yang
digunakan terbagi atas dua sifat yaitu bakteri Gram negatif dan bakteri Gram
sel bakteri yang berbeda. Hasil pewarnaan Gram bakteri uji yang telah dilakukan
pengujian.
dengan struktur dalam dinding selnya, seperti jumlah peptidoglikan, sifat ikatan
silang dan aktivitas enzim autolik. Dimana bakteri Gram negatif memiliki struktur
dinding sel yang lebih tipis dibandingkan dengan Gram positif. Menurut James et
al. (2002) bahwa bakteri Gram negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih
perbedaan nyata kedua bakteri tersebut bahwa bakteri Gram negatif dinding sel
terdiri atas beberapa lapis peptidoglikan dan membran luar, sedangkan dinding sel
bakteri Gram positif terdiri atas berlapis-lapis peptidoglikan. Bakteri Gram positif
mempunyai tekanan turgor sebesar 15-20 atm lebih besar dari pada bakteri Gram
tipis asam teikoat dan teikuronat. Bakteri Gram negatif memiliki lapisan di luar
dinding sel yang mengandung 5 -10% peptidoglikan, selain itu juga terdiri dari
lapisan lipid (bilayer lipid) yang disebut lapisan lipopolisakarida (LPS). Lapisan
ini tersusun atas fosfolipid, polisakarida dan protein (Madigan et al. 2003).
asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramat. Pada gula amino ini terikat rantai-
rantai peptida pendek. Lapisan peptidoglikan lebih tebal (40 lapisan) pada dinding
sel bakteri Gram positif daripada dinding sel bakteri Gram negatif (1-5 lapisan)
Bakteri Gram negatif memiliki dua lapisan lipid yang dipisahkan oleh
membran ini ada porin dengan diameter 1-2 mm yang mengatur akses larutan ke
kristal violet, iodium, imersion oil, dan safranin. Menurut Hidayat (2011) ketika
sel bakteri yang terdapat pada kaca objek ditambahkan dengan pewarna kristal
violet yang bewarna ungu, maka sel bakteri akan menyerap pewarna tersebut.
Interaksi antara sel bakteri dengan kristal violet akan semakin kuat dengan
ditambahkan lugol. Ketika dicuci dengan alkohol, bakteri Gram positif akan tetap
Sedangkan bakteri Gram negatif akan kehilangan kompleks kristal violet lugol
karena lapisan peptidoglikan pada bakteri Gram negatif lebih tipis sehingga
menjadi tidak bewarna. Ketika ditambahkan dengan safranin yang bewarna merah
maka bakteri Gram negatif akan menyerapnya sedangkan bakteri Gram positif
pewarnaan spora terlihat bakteri berwarna ungu ada titik-titik merah, dengan
bentuk basil. Letak sporanya berada pada subterminal yaitu lokasi endosporanya
berada diantara tengah dan pinggir sel. Menurut Dwidjoseputro (2005) Spora
bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam
bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua
mikroorganismes itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar
Pratiwi (2008), bakteri yag membentuk spora merupakan fase tidur dari bakteri.
51
bagi bakteri maka bungkus spora akan pecah dan tumbuh bakteri.
analisis kualitatif kandungan senyawa bioaktif ketiga jenis ekstrak daun manrove,
sterilisasi alat dan bahan, pembuatan media NA, peremajaan biakan bakteri uji,
larutan uji, dan tahap yang utama dalam penelitian ini yaitu uji daya hambat yang
dilanjutkan dengan pengukuran diameter zona hambat disekitar paper disk. Dalam
terhadap banyak bakteri Gram-positif dan Gram-negatif (Pelczar dan Chan 2008).
Kontrol negatif yang digunakan yaitu DMSO 5%. DMSO merupakan pelarut
polar apotik, tidak berwarna, dapat melarutkan senyawa polar dan nonpolar serta
dan kontrol negatif diserapkan pada kertas cakram steril sebanyak 0,4 μL. Kertas
cakram yang telah diserapkan, lalu dibiarkan kering selama kurang lebih 30
menit. Kertas cakram yang telah kering lalu diletakkan di atas media agar yang
sudah berisi bakteri uji, lalu diinkubasi pada suhu 28 0C selama 48 jam lalu
52
Gambar 4.7. Mekanisme Kerja Antimikroba Pada Bakteri (Giguere et al., 2013)
apiculata dan S. alba terhadap bakteri uji E. coli yang telah di ekstrak dengan
terluas diperoleh dari ekstrak daun mangrove A. marina dengan nilai masing-
masing 6.2 mm pada konsentrasi 7.500 ppm, 6.7 mm pada konsentrasi 15.000
ppm dan 7.0 mm pada konsentrasi 30.000 ppm. Adanya zona bening yang
dihasilkan disebabkan oleh rendemen daun mangrove yang dihasilkan lebih tinggi
bioaktif pada ekstrak daun A. marina juga lebih mudah untuk menembus dinding
sel.
sekunder yang diisolasi oleh pelarut diduga memiliki kandungan senyawa lebih
besar dalam proses merusak dinding sel bakteri uji. Senyawa-senyawa tersebut
lebih efektif sehingga menghasilkan daya hambat yang lebih besar. Hal ini juga
bakteri uji. Senyawa yang paling dominan yang terkandung dalam ketiga jenis
penyusun sel bakteri dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid. Flavonoid
merupakan senyawa fenol yang bersifat desinfektan yang bekerja dengan cara
berhenti karena dikatalisir oleh suatu enzim yang merupakan protein. Berhentinya
2015).
metabolisme sel bakteri. Hal ini sejalan dengan mekanisme kerja dari antimikroba
yang diungkapkan oleh Ganiswara, (1995) dan Lullmann et al. (2005) diantaranya
dipastikan akan mengganggu pertumbuhan sel bakteri, dengan kata lain dapat
apiculata dan S. alba terhadap bakteri uji Salmonella yang telah di ekstrak dengan
30.000 ppm.
pada konsentrasi 7.500 ppm, 7.3 mm pada konsentrasi 15.000 ppm dan 7.8 mm
pada konsentrasi 30.000 ppm. Zona bening yang dihasilkan disebabkan oleh
kandungan senyawa bioaktif yang terdapat didalam ekstrak daun yang mampu
dan fungi.
terdiri dari Alkaloid, Saponin, Flavonoid terpenoid, dan Tannin (Rohaeti, 2010).
senyawa terpenoid.
molekul dan stabilitas bahan antibakteri, sifat media yang digunakan, jumlah
denaturasi protein sel dan perusakansistem metabolisme di dalam sel dengan cara
dalamnya serta kecepatan difusi bahan antibakteri ke dalam medium agar. Faktor-
faktor lain yang juga dianggap dapat mempengaruhi terbentuknya zona hambat
alba terhadap bakteri uji B. cereus yang telah di ekstrak dengan etanol 70 %
menunjukkan bahwa ketiga ekstrak daun mangrove yang digunakan hanya ekstrak
daun S. alba yang memiliki kemampuan daya hambat terhadap bakteri uji B.
cereus. Perbedaan kemampuan daya hambat ketiga jenis ekstrak daun terhadap
bakteri uji disebabkan oleh perbedaan kandungan senyawa bioaktif dari daun yang
digunakan.
diperoleh dari ekstrak daun mangrove S. alba dengan nilai masing-masing 6.1 mm
pada konsentrasi 7.500 ppm, 6.1 mm pada konsentrasi 15.000 ppm dan 6.1 mm
pada konsentrasi 30.000 ppm. Adanya zona bening yang dihasilkan disebabkan
oleh kandungan bioaktif ekstrak daun mangrove yang dihasilkan lebih tinggi
karena kerusakan yang terjadi pada komponen struktural membran sel bakteri
alba yaitu Alkaloid, Flavonoid, Saponin, dan Tanin (Raut dan Anthapan, 2013).
alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen. Alkaloid seringkali beracun dan sering digunakan secara luas dalam
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel
Zona hambat yang terbentuk terhadap bakteri uji masih tergolong dalam
proses pencucian, proses maserasi dan proses pelaksanaan zona hambat seperti
Pengambilan bakteri uji dengan ose dan disuspensikan dengan NaCl 0,9%
penelitian. Faktor penggoresan bakteri uji yang tidak merata pada media Agar
tersebut.
dinding sel yang lebih tebal dari gram negatif sehingga dibutuhkan konsentrasi
ekstrak yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap zona bening yang
tinggi pula zona bening yang dihasilkan. Hal ini senanda dengan penelitian Dewi
semakin besar pula senyawa aktif yang terkandung didalam ekstrak, sehingga hal
(2012), yang melaporkan bahwa zona hambat yang dihasilkan jauh lebih luas
yaitu, zona hambat pada bakteri S. aureus adalah 11,5 mm dengan konsentrasi 1,0
mg dan 12,5 mm dengan konsentrasi 1,5 mg, pada bakteri E. coli menghasilkan
zona hambat 16,0 mm dan 17,5 mm dengan konsentrasi 1,0 mg dan 1,5 mg.
ekstrak kering, sehingga garam yang bersifat higroskopis atau mudah menyerap
air dapat merusak kandungan yang ada pada ekstrak daun S. alba.
apiculata dan S. alba terhadap bakteri uji S. aureus yang telah di ekstrak dengan
etanol 70 % menunjukkan bahwa dari ketiga jenis ekstrak daun mangrove yang
digunakan hanya ekstrak daun A. marina yang memiliki kemampuan daya hambat
terhadap bakteri uji. Perbedan kemampuan daya hambat ketiga jenis ekstrak daun
diperoleh dari ekstrak daun mangrove A. marina memiliki luas yang sama dari
ketiga perlakuan dengan nilai masing-masing 6.1mm pada konsentrasi 7.500 ppm,
6.1 mm pada konsentrasi 15.000 ppm dan 6.1 mm pada konsentrasi 30.000 ppm.
Zona bening yang dihasilkan disebabkan oleh rendemen daun mangrove yang
dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan kedua jenis daun mangrove lainnya.
bahwa ekstrak daun mangrove A. marina dengan konsentrasi 1.600 ppm mampu
sebesar 4,43 – 5,79 mm dan juga penelitian Subashree et al. (2010) bahwa
menunjukkan bahwa zona bening yang dihasilkan pada S. aureus lebih besar
sekunder yang diisolasi oleh pelarut diduga memiliki kandungan senyawa lebih
besar dalam proses merusak dinding sel bakteri uji. Senyawa-senyawa tersebut
lebih efektif sehingga menghasilkan daya hambat yang lebih besar. Hal ini juga
hambatan yang nyata, bahkan dibandingkan dengan kontrol zona hambatan yang
61
terbentuk relatif sangat kecil. Hal ini disebabkan karena konsentrasi bahan
bioaktif yang terdapat pada cakram terlalu rendah. Penggunaan aquades sebagai
kertas cakram. Aquades merupakan pelarut yang sangat polar sehingga tidak dapat
metanol yang dapat digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang dapat
melarutkan berbagai senyawa polar maupun non polar (Pavia et al, 1995).
fitokimia dari daun mangrove tidak menunjukkan daya hambat atau tidak keluar
pada saat ekstraksi dan juga diduga karena konsentrasi bahan bioaktif yang
terdapat pada cakram terlalu rendah. Konsentrasi daya hambat yang dihasilkan
daun tua, pucuk dan kulit batang dapat mempengaruhi uji daya hambat
Gram positif dengan dinding sel yang lebih tebal dari Gram negatif sehingga
bakteri.
Kecilnya zona hambatan juga disebabkan ada koloni bakteri yang resisten
terhadap senyawa bioaktif yang terdapat pada ekstrak daun mangrove. Menurut
bakteri spesifik. Selain itu menurut Schlegel dan Schmidt (1994) bahwa faktor-
organisme, medium kultur, kondisi inkubasi, dan kecepatan difusi agar. Faktor-
BAB V
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kusmana, C., Ani. S, Yekti. H, dan Poppy. O,. 2009. Pemanfaatan Jenis Pohon
Mangrove Api-api (Avicennia Spp) Sebagai Bahan Pangan Dan Obat-
Obatan. Institut Pertanian Bogor.
Kurniaji, Ardana. 2014. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Mangrove (Sonneratia
alba) Pada Bakteri (Vibrio harveyi) Secara In Vitro. Jurnal. Fakultas
Perikanan dan Ilmu kelautan. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Macnae, W. 1968. A General Account Of The Fauna And Flora Of Mangrove
Swamps And Forests In The Indo-West-Pacific Region. Advances Marine
Biology.
Madduluri S, Rao KB, Sitaram B. 2013. In Vitro Evaluation of Antibacterial
Activity of Five Indegenous Plants Extract Against Five Bacterial
Pathogens of Human. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences.:5(4): 679-684.
Mardiansyah dan S. Bahri. 2016. Potensi Tumbuhan Mangrove Sebagai Obat
Alami Antimikroba Patogen. Sainstech Farma Vol.9 No.1. ISSN : 2086 -
7816
Mulyani, Y., E. Bachtiar., M. U. Kurnia. A., (2013) Peranan Senyawa Metabolit
Sekunder Tumbuhan Mangrove Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas
hydrophilla Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Akuatika. Vol. IV.
No. 1.
Nurhayati, 2011. Penggunaan Jamur dan Bakteri dalam Pengendalian Penyakit
Tanaman Secara Hayati yang Ramah Lingkungan [Tesis]. Palembang:
UNSRI.
Noer I.S dan Nurhayati L. 2006 Bioaktivitas Ulva reticulata Forsskal. Asal Gili
Kondo Lombok Timur Terhadap Bakteri. Jurnal Biotika, 5 ( 1): 45-60.
Noor, Y. R., Khazali, M. dan Suryadiputra, I. N. N., 1999. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. Dirjen PHKA dan Wetlands Internasional
Indoensia Progemme. Bogor.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta ;
Gramedia.
Oktavianus, S. 2013.Uji Daya Hambat Daun Mangrove Jenis Avecinea Marina
Terhadap Bakteri Vibro Parahaemolyticus. [Skripsi]. Makassar.
Universitas Hassanudin.
Pambudi, G.P. 2011. Pendugaan Biomassa Beberapa Kelas Umur Tanaman Jenis
Rhizophora Apiculata Bl. pada Areal PT. Bina Ovivipari Semesta
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor.
Parhusip AJN. 2006. Kajian mekanisme antibakteri ekstrak andaliman
(Zanthoxylum acanthopodium DC) terhadap bakteri patogen pangan
[disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Pavia, D.L; G.M. Lampman, G.S. Kriz, and R.G. Engel; 1995, Organic
Laboratory Techniques, Saunders College Publishing, Florida, USA.
Purwoko T. 2009. Fisiologi Mikroba. Jakarta : Penerbit PT. Bumi Aksara.
PELCZAR, M.J. and R.D. REID 1958. Mi-crobiology. Mc Graw Hill Book
Company, Inc. New York, 564 pp.
67
Pelczar, MJ., Reid RD. 1972. Microbiology. (3rd ed). McGraw Hill Book Co.New
York. 948.
Pelczar dan Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia.
1986.
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Volume ke-
1, 2. Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, Penerjemah;
Jakarta : UI Press. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Pelczar, M.J, Chan, E.C.S. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.
Terjemahan dari: Elements of Micribiology.
Prabhu, V., & Guruvayoorappan, C. 2012. Phytochemical Screening Of
Methanolic Extract Of Mangrove Avicennia marina (Forssk.) Vierh. Der
Pharmacia Sinica.
Pratiwi Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga: Yogyakarta
Raut, S.V., Anthaphan, P.D. 2013. Studies on Antimicrobial Activity of Leaves
Extract of Sonneratia alba. Current Research in Micribiology and
Biotechnology. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016. ISSN : 2460-9226.
Ravikumar S, M Gnanadesigan, P Suganthi, A Ramalakshmi. 2010. Antibacterial
potential of chosen mangrove plants against isolated urinary tract
infectious bacterial pathogens. International Journal of Medicine and
Medical Sciences. 2:94-99.
Ridha Handriany Danata, Ade Yamindago. 2014. Analisis Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Mangrove Avicennia marina Dari Kabupaten Trenggalek
Dan Kabupaten Pasuruan Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Vibrio alginolyticus. Jurnal Kelautan Volume 7, No. 1, April 2014
ISSN: 1907-9931
Rinda Rizkinita Putri, Rafitah Hasanah, dan Indrati Kusimaningrum. 2016. Uji
Aktivitas Antibakteri dan Uji Fitokimia Ekstrak Daun Mangrove
Sonneratia alba. Aquawarman Jurnal Sains dan Teknologi Akuakultur Vol.
2 (1) : 43-50. April 2016. ISSN : 2460-9226 43
Rismawati. 2018. Identifikasi bakteri endofit daun mangrove api-api putih
(Avicennia marina) dan Potensinya Menghasilkan Senyawa Anti Mikroba.
[Skripsi]. Makassar. UIN Alauddin Makassar.
Retnowati, Y., N. Bialangi, dan N.W. Posangi. 2011. Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus pada Media Yang Diekspos Dengan Infus Daun
Sambiloto (Andrographis paniculata). Jurnal Saintek, 6(2).
Roihanah, S., Sukoso dan Andayani. 2012. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Teripang
Holothuria sp. Terhadap Bakteri Vibrio harveyi Secara In vitro. J. Exp.
Life Sci, 2(1):1-5.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB.Bandung.
Rohaeti, E., Batubara, I., Lieke, A., dan Darusman, LK. 2010. Potensi Ekstrak
Rhizophora sp. Sebagai Inhibitor Tirosinase. [Prosiding Semnas Sains
III]. IPB, Bogor.
Saad, S, Taher, M, Susanti, D, Qaralleh, H & Izyani, AF, 2012. In vitro
antimicrobial activity of mangrove plant Sonneratia alba. Asian Pacific
Journal of Tropical Biomedicine. http://ncbi.nlm.nih.gov/
68
Susanti A. 2008. Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica
less) terhadap Eschericia coli secara in vitro. Jurnal Universitas Airlangga
1(1): 25-28.
Syamsunir, A. 1992. Dasar-dasar Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Perawat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tohir, AM., 2010. Teknik Ekstraksi dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati
Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (spodoptera litura fabr.).
Buletin Teknik Pertanian 15 (1).
Trianto AE, Wibowo, Suryono R, Septa S. 2004. Ekstrak Daun Mangrove
Aegiceras corniculatum sebagai Antibakteri Vibrio hervayi dan Vibrio
parahaemolyticus. Jurnal Ilmu Kelautan 9 (40).
Vivi P. Santoso, Jimmy Posangi, Henoch Awaloei dan Robert Bara. 2015. Uji
efek antibakteri daun mangrove Rhizophora apiculata terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Jurnal e-Biomedik
(eBm), Volume 3, Nomor 1.
Wibowo, C., Kusmana C,, Suryani A, Hartati Y. dan Oktadiyani P. 2009.
Pemanfaatan Pohon Mangrove Api-Api (Avicennia sp.) sebagai bahan
Pangan dan Obat. [Prosiding Seminar Hasil-Hasil penelitian]. Bogor:
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Zhu, C., J. Harel, M. Jacques, C. Desautels, M. S. Donnenberg, M. Beaudry, and
J. M. Fairbrother. 1994. Virulence Properties and Attachingeffacing
Activity of E. coli O45 Associated from Swine Post Weaning Diarrhea.
Infection and Immunity 62: 4153-4159.
69
L
A
M
P
I
R
A
N
-
L
A
M
P
I
R
A
N
70
Pengenceran /
Nama
No Jumlah Koloni Total Mikroba
Mikroba
10-9 10-10
3.850 + 3.860 + 3.480 + 3.780
=
(1𝑥2) + (0.1𝑥2) 𝑥 10−10
14.970 𝑥 1010
3.850 3.480 =
1 E. coli 2,2
3.860 3.780
= 149.700.000.000.000
= 1,5 x 1014 koloni/ml
= 14,2 log koloni/ml
270 + 180 + 158 + 152
=
(1𝑥2) + (0.1𝑥2) 𝑥 10−10
760 𝑥 1010
270 158 =
2 Salmonella 2,2
180 152
= 3.454.545.454.545
= 3,5 x 1012 koloni/ml
= 12,5 log koloni/ml
781 + 689 + 559 + 636
=
(1𝑥2) + (0.1𝑥2) 𝑥 10−10
2.665 𝑥 1010
781 559 =
3 B. cereus 2,2
689 636
= 12.113.636.363.636
= 1,2 x 1013 koloni/ml
= 13,1 log koloni/ml
755 + 710 + 682 + 603
=
(1𝑥2) + (0.1𝑥2) 𝑥 10−10
2.750 𝑥 1010
755 682 =
4 S. aureus 2,2
710 603
= 12.500.000.000.000
= 1,2 x 1013 koloni/ml
= 13,1 log koloni/ml
71
3 𝑔𝑟𝑎𝑚 3.000.000 𝜇𝑙 𝜇𝑙
30.000 ppm = Larutan Induk 100 𝑚𝐿 = = 30.000 𝑚𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 30.000 𝑝𝑝𝑚
100 𝑚𝑙
15.000 𝜇𝑙 . 100 𝑚𝐿
= = 50 mL
30.000 𝜇𝑙
7.500 𝜇𝑙 . 100 𝑚𝐿
= = 25 𝑚𝐿
30.000 𝜇𝑙
Keterangan :
Mangrove Basah
75
Mangrove Kering
77
Daun Mangrove
79
Daun Mangrove
80
Bakteri Uji
84
Daya Hambat