DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
UJI ANTIMIKROBA EKSTRAK SARANG BURUNG WALET Collocalia
fuciphaga Thunberg. MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL DALAM
MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Propionibacterium acnes DAN
Candida albicans
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
Belajar dan bekerja dengan giat & ikhlas,
iii
iv
KATA PENGANTAR
Allah SWT. Karena dengan rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada
umat manusia. Dan tak lupa kami kirimkan shalawat dan salam atas junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW. Yang telah diutus untuk membawa rahmat berupa ajaran
Islam dan sebagai tauladan bagi kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Uji Antimikroba Ekstrak Sarang Burung Walet Collocalia
salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang Strata Satu (S1) Departemen Biologi,
Makassar.
Banyak kendala yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini, sejak
laporan. Namun berkat doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
penulis dapat melewati kendala-kendala tersebut. Oleh karena itu penulis dengan
kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Iskandar Aksal, Ibunda Suriani dan
Seluruh keluarga besar atas doa dan kasih sayang yang tak terbatas serta segala
pembimbing Ibu Prof. Dr. Hj. Dirayah R. Husain, DEA, Bapak Drs. Asadi
Abdullah, M.Si dan Bapak Dr. Sulfahri, M.Si, yang telah membantu dan
v
membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skiripsi.
Terima kasih atas segala bimbingan, doa, dukungan, perhatian, semangat, waktu,
saran dan motivasi yang membantu penulis selama proses penulisan skripsi ini
sampai selesai.
Selain itu tak lupa penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan
sedalam-dalamnya kepada:
Prof. Dr. Dwia Aries Tina P., M.A., selaku Rektor Universitas hasanuddin
Bapak Dr. Eng. Amiruddin selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Ibu Dr. Zohra Hasyim, M.Si selaku Ketua Departemen Biologi Fakultas
Tim Penguji skripsi Bapak Dr. Eddy Soekandarsih, M.Si, Ibu Dr. Zaraswati
Dwyana, M.Si, Ibu Dr. Rosana Agus, M.Si, Dr. Andi Ilham Latunra, M.Si, dan
Bapak Drs. Willem Moka, M.S. yang telah membantu penulis dalam
kesungguhan hati memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dari awal
Staf bagian Laboratorium Mikrobiologi kakak Fuad Gani S.Si yang telah
Kakak sekaligus guru Ardini Pangestuti, M.Pd dan Kak Rista Citra, SE. yang
telah memberikan ilmunya yang luar biasa dalam penelitian uji In Silico.
Terima kasih atas segala doa, dukungan, perhatian dan semangat serta
Nurfadhillah, Winda Lestrai T., Aprilia Maipa, Kak Farah Umar, S.Si, Kak
Heriadi, S.Si, Kak Riyan Sukma, S.Si. Terima kasih atas segala doa, dukungan,
perhatian serta canda tawa selama penulis menyelesaikan skripsi ini, yang
selalu memberikan semangat, perhatian, suka duka, saran dan kritik dalam
Sahabat yang telah kuanggap sebagai saudara KKN DSM Bantaeng Gel. 96
Syntia Andini, Puspita Reski Amanda, Fitriani, Sitti Nurhazanah Syam, Iqra
Hasrul, Azwar Haslip, Suryaman, Bapak Daeng baso dan Ny. Terimakasih atas
selalu memberikan keceriaan, pikiran, ide dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skiripsi.
Saudara dan saudariku tercinta Biologi Unhas Angkatan 2014 dan teman-teman
vii
telah kita lalui bersama, penulis tidak akan melupakannya. Semua pihak yang
tercinta karena penulis tidak akan sampai pada titik ini tanpa dukungan, doa, kasih
sayang, dan perhatian yang selalu tercurah selama penyusunan karya ini, terima
pengetahuan kelak.
Penulis
viii
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang uji ekstrak sarang burung walet Collocalia
fuciphaga menggunakan pelarut etanol dalam menghambat pertumbuhan
Propionibacterium acnes dan Candida albcans. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol sarang burung walet dalam
menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes dan Candida albicans secara
in vitro serta menganalisis potensi senyawa antimikroba melalui teknik reverse
docking secara in silico. Hasil yang diperoleh dari uji daya hambat ekstrak etanol
sarang burung walet pada konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, dan 40% terhadap
Propionibacterium acne tidak menghasilkan zona hambat pada inkubasi 1x24
jam, 2x24 jam dan 3x24 jam. Hasil yang diperoleh dari uji daya hambat ekstrak
etanol sarang burung walet pada konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, dan 40%
terhadap Candida albicans tidak menghasilkan zona hambat pada masa inkubasi
1x24 jam, 2x24 jam, dan 3x24 jam. Uji in silico sarang burung walet yang
memiliki senyawa alami berupa Sialic acid dan D-Galactose direaksikan dengan
protein target dari Candida albicans serta senyawa inhibitor kontrol positif
sebagai ligan. Senyawa alami, Protein target dan ligan kemudian dilakukan
Reverse Docking. Hasil dari Reverse Docking menggunakan PyMol adalah
terdapat afinitas pengikatan senyawa D-Galactose dan sialic acid pada protein
target di site yang sama pada uji in silico ekstrak sarang burung walet Collocalia
fuciphaga sehingga terbukti mampu menghambat tetapi bersifat sangat polar.
ix
ABSTRAC
It has been conducted the research about the test of Edible birds nest extract
Collocalia fuciphaga by using ethanol solution in prevent the growth of
Propionibacterium acnes and Candida albicans. The aim of this research is to
know the antimicrobial activity of Edible bird’s nest extract in prevent the
growth of Propionibacterium acnes and Candida albicans by in vitro test and
also to analyse the potential antimicrobial activity through reverse docking’s
technique by in silico test. The result which was obtained by the test of inhibits
capacity of Edible bird’s nest ethanol extract on the concentration 2,5%, 5%,
10%, 20%, and 40% toward Propionibacterium acnes was not produced the
inhibits capacity during the incubation period of 1x24 hours, 2x24 hours and
3x24 hours. The result which was obtained from the test of inhibits capacity of
Edible bird’s nest ethanol extract on the concentration 2,5%, 5%, 10%, 20%,
and 40% toward Candida albicans was not produced the inhibits capacity
during the incubation period of 1x24 hours, 2x24 hours and 3x24 hours. In
silico test of Edible bird’s nest which has the natural compound of Sialic acid
an D-Galactose was reacted with target protein of Candida albicans, and also
inhibitor the positive control as ligan. Then, natural compound, target protein
and ligan were conducted Reverse Docking on them. The result of Reverse
Docking by using PyMol was there is compound binding’s afinity of D-
Galactose and sialic acid on target protein at the same site on the In silico test
of Edible bird’s nest extract Collocalia fuciphaga. So, it was proven in
blocking ability but it has more polar characteristic.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................ x
xi
2.5 Bakteri Propionibacterium acnes........................................................... 12
2.7 Antimikroba............................................................................................ 19
2.8 Etanol...................................................................................................... 20
3.3.14 Uji Daya Hambat Ekstrak Sarang Burung Walet Terhadap Bakteri
Candida albicans……….………................................................. 30
xii
3.3.15 Analisis Data Secara In Vitro……….……….............................. 31
4.2 Uji Daya Hambat Sarang Burung Walet Collacolia fuchipaga Thunberg.
Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes dan Jamur Candida
albicans...................................................................................................... 34
4.3 Analisis Senyawa Antimikroba Ekstrak Sarang Burung Walet dengan Teknik
Reverse Docking secara In Silico…………............................................... 38
A. Kesimpulan .............................................................................................. 48
B. Saran ........................................................................................................ 48
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1 Hasil pengamatan zona hambat ekstrak sarang burung walet Collacolia
fuchipaga Thunberg. 2x24 jam terhadap bakteri Propionobacterium acnes
…………………………………………………………………….35
4.2 Hasil pengamatan zona hambat ekstrak sarang burung walet Collacolia
fuchipaga Thunberg. 3x24 jam terhadap bakteri Propionobacterium acnes
……….…………………………………………………..……….36
4.3 Hasil pengamatan zona hambat ekstrak sarang burung walet Collacolia
fuchipaga Thunberg. 1x24 jam terhadap bakteri Candida albicans
………..……………………………………………..…………….37
4.4 Hasil pengamatan zona hambat ekstrak sarang burung walet Collacolia
fuchipaga Thunberg. 2x24 jam terhadap bakteri Candida albicans
…………………………………………………………………….37
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
4.3 Pengamatan diameter zona hambat terhadap bakteri P.acnes 2x24 jam
……………………………………………………...…................ 35
4.4 Pengamatan diameter zona hambat terhadap bakteri P.acnes 3x24 jam
…………………………………………………………................ 37
4.5 Pengamatan diameter zona hambat terhadap bakteri C.albicans 1x24 jam
……………………………………………………….……........... 38
4.6 Pengamatan diameter zona hambat terhadap bakteri C.albicans 2x24 jam
……………………………………………..………….…............. 38
4.7 Pengamatan diameter zona hambat terhadap bakteri C.albicans 3x24 jam
…………………………………………………………................ 39
4.8 Diagram zona hambat setiap konsetrasi ekstrak etanol sarang burung walet
Collacolia fuchipaga Thunberg. terhadap bakteri Propionobacterium acnes
……............................................................................................... 40
xv
4.9 Diagram zona hambat setiap konsetrasi ekstrak etanol sarang burung walet
Collacolia fuchipaga Thunberg. terhadap bakteri Candida albicans
………………………………………....……………..………………….... 41
4.13 Site pengikatan Sialic acid, Inhibitor dan Protein C.albicans ……. 46
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Kasar Sarang Burung Walet Colloalia fuciphaga
.............................................................................................................. 54
2. Skema Uji Daya Hambat Ekstrak Kasar Sarang Burung Walet Colloalia
fuciphaga Terhadap Propionibacterium acne dan Candida
albicans................................................................................................. 55
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
diantara dua benua, yaitu Asia dan Australia serta dua samudera yaitu Hindia dan
Pasifik dengan posisi 6̊ LU-11̊ LS dan 95̊ BT-141̊ BT. Sebagai negara kepulauan
Hingga saat ini, di Indonesia telah terdapat 388.930 jenis fauna yang telah
and Action Plan 2015-2020 memperlihatkan bahwa jenis fauna yang paling tinggi
keanekargaman hayatinya adalah burung. Tercatat 1605 spesies burung yang telah
dikembangbiakkan adalah burung walet. Walet adalah salah satu jenis spesies
dari kelas Apopidae memiliki yang kemampuan untuk membuat sarangnya sendiri
dari air liurnya. Terdapat beberapa jenis burung walet berdasarkan jenis sarang
Menurut Elfita (2014), sejak abad ke-16, sup sarang burung walet menjadi
makanan yang lezat di masakan cina dan juga sebagai obat alternatif.
Menurut Effendy (2015), dalam obat tradisional Cina, sarang burung walet
dipercaya dapat meningkatkan kesehatan dari berbagai organ dan sistem. Sarang
burung walet mengandung karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi
1
dan air. Menurut Hun et al (2015), bahwa pada sarang burung walet Collacolia
adalah jenis monosakarida yang berperan penting adalam proses dari mekanisme
adhesin mikroba.
Kandungan sarang burung walet juga dikaji oleh para ilmuwan dalam
dalam sediaan ekstrak dan jenis sarang walet yang digunakan serta perbedaan
kondisi internal maupun eksternal dari jenis sarang walet juga akan
mempengaruhi kandungan senyawa dari sarang walet. Jenis senyawa yang dapat
pengesktraknya. Hal ini disebabkan setiap jenis pelarut akan berbeda-beda dalam
menarik senyawa dalam suatu ekstrak yang tergantung tingkat kepolaran senyawa.
Perolehan senyawa kimia ini didasarkan pada kesamaan sifat kepolaran terhadap
pelarut yang digunakan. Pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan
pelarut non poar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan like
kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun, bahan ini banyak
dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman.
senyawa etanol. Hal ini disebabkan karena etanol merupakan senyawa aromatik
2
Bakteri Propionibacterium acnes adalah bakteri yang pada umumnya
mengahsilkan sebum (minyak) yang banyak, dan menjadi bakteri utama dalam
patogenitas jerawat. Pada kulit, bakteri ini sangat banyak pada bagian kulit kepala,
dan daerah pilosebaseus. Hal ini juga membuat bakteri ini banyak terdapat di
daerah kelenjar keringat dan membrane mucosal, selain itu juga terdapat pada
bagian tubuh lainnya. Bakteri ini juga bersifat komensalisme pada jaringan paru-
berbagai penyakit pada manusia seperti sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginitis,
komplek termasuk adhesi dan invasi, perubahan morfologi dari bentuk sel khamir
imunitas inang. Kemampuan C. albicans untuk melekat pada sel inang merupakan
faktor penting pada tahap permulaan kolonisasi dan infeksi. Perubahan fenotip
epithelium dan berperanan dalam infeksi dan penyebaran C. albicans pada sel
inang. C. albicans juga dapat membentuk biofilm yang dipercaya terlibat dalam
(Mutiawati, 2016).
Dalam Pelzcar dan Chan (2014), bahwa bakteri dan jamur dapat dihambat
adalah golongan senyawa, baik alami, semi sintetis maupun sintetis, yang
terhadap antibakteri merupakan salah satu masalah global baik negara maju
3
maupun negara berkembang. Menurut Neves et al (2015), bahwa di beberapa
tahun ini terjadi peningkatan resistensi tertinggi P. acnes terhadap antibiotik yaitu
terdapat pada tetrasiklin 16.3 %. Menurut Chopra dan Roberts (2001), bahwa
tetrasiklin adalah golongan antibiotik berspektrum luas yang aktif pada bakteri
Sedangkan menurut Lubis (2008) untuk antibiotik jamur pada umumnya dengan
yaitu dengan menghambat biosintesis pada dinding jamur dan diikuti lisis sel.
antimikroba. Akan tetapi, belum banyak publikasi imiah terkait potensi berbagai
burung walet
Atas dasar itulah, penulis akan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap
ekstrak sarang burung walet putih Coacollia fuchipaga Thunberg. yang berasal
dari Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini menggunakan pelarut etanol 96%
antimikrobanya sebagai anti bakteri dan anti fungi dengan menggunakan mikroba
flora normal tubuh, yaitu bakteri Propinobacterium acnes dan jamur Candida
albicans.
4
1. Mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak etanol sarang burung walet
silico.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Burung walet adalah jenis burung gua yang bernavigasi didalam kegelapan
dengan melentingkan suaranya atau membuat gema seperti yang dilakukan pada
kelelawar. Menurut Delaney et al (2007), ada tiga jenis burung walet yang bisa
maxima dan Collocalia esculenta (burung sriti). Terdapat lebih 24 jenis spesies
yang terdapat di seluruh duia, tetapi hanya beberpa yang dapat menghasilkan
sarang sendiri. Mayoritas dari Burug walet di dunia bearsal adri jenis burung
walet pengahasil sarang putih Collocalia fuciphaga Thunberg. dan sarang hitam
Cina selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di Sumatra dan Kalimantan
burung tersebut bisa hidup sampai ketinggian 2800 meter di atas permukan laut,
tetapi di Jawa dan Bali burung ini biasanya hidup dekat pantai di dalam gua yang
6
gelap dan dalam, dengan menggunakan “echolocation‟ didalam gua. Collocalia
fuciphaga dan Collocalia maxima tidak dapat dibedakan dari Collocalia esculenta
kecuali dari sarangnya. Collocalia maxima membuat sarang dengan air liur seperti
dengan air liur dan sarangnya hanya sedikit berbeda, orang Indonesia menyebut
bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna coklat tua kehitaman
dengan bagian dada berwarna cokelat muda, terbangnya cepat dengan ukuran
tubuh sedang atau kecil. Sayapnya berbentuk sabit yang sempit dan runcing.
Sayap walet ini sangat kuat. Kakinya sangat kecil dan lemah sehingga burung ini
tidak pernah hinggap di pohon dan memiliki paruh yang sangat kecil (Effendy,
2015).
Bulu walet ini berwarna coklat kehitam-hitaman dengan bulu bagian bawah
7
keabuan atau coklat. Bulu ekor sedikit bercelah. Suaranya melengking tinggi.
Walet putih termasuk walet berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 12
cm. mata berwarna coklat gelap, paruh hitam, dan kaki hitam. Walet putih banyak
(Budiman, 2005).
Sayap walet putih lebih kaku dan terbangnya juga lebih kuat. Bila walet
ini mencari makan jarang berputar-putar di tempat yang rendah. Walet putih juga
lebih suka mencari makan di dekat pohon tinggi yang banyak serangga-serangga
kecil. Walet jenis ini juga sering terlihat meluncur ke dalam air untuk mandi dan
karang, pantai atau gua kapur yang sulit dicapai. Telurnya berwarna putih dan
berbentuk memanjang dan biasanya hanya menghasilkan dua butir telur saja
(Budiman, 2005)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Vertebrata
Ordo : Apodiformes
Family : Apodidae
Genus : Collocalia
terbuat dari liur (saliva). Apabila ada campuran bulu-bulu halus, biasanya tidak
banyak. Warna sarang walet ini putih sehingga burung ini disebut edible-nest
8
memanfaatkan sekresi gelatin atau air liur tersebut sebagai bahan dasar untuk
membuat sarang. Air liur sarang burung walet adalah sekresi dari sepasang
kelenjar saliva yang terletak dibawah lidahnya. Terdapat tiga tipe sarang burung
walet, yaitu putih, kuning, dan merah. Perbedaan warna pada sarang terjadi karena
beberapa faktor yaitu berapa lama sarang dibuat dan dimana sarang tersebut
dibuat. Menurut Kong Yc et al dalam Effendy (2015), sarang burung walet dibuat
saat musim kawin. Tidak seperti sarang burung pada umumnya, sarang burung
sekaligus tonik pada orang cina karena nutrisinya (protein larut air, karbohidrat,
zat besi, garam anorganik dan serat) dan manfaat medisnya (anti-aging,
burung walet terdiri dari bebrapa bagian, yaitu kaki sarang, fondasi sarang,
dinding sarang, bibir sarang, dan dasar sarang. Kaki sarang terletak di kedua
ujung sarang walet dan berfungsi sebagai paku yang menempel pada papan sirip
dan tempat sarang menggantung. Kedua kaki sarang dihubungkan oleh fondasi
sarang yang berfungsi untuk mendukung kaki dalam memperkuat sarang. Dasar
sarang merupakan bagian atas sarang sebagai tempat bertelur, mengeram dan
kasur bagi anak walet (piyik). Dinding sarang berbentuk lekukan seperti mangkuk
dan berfungsi untuk menampung telur atau piyik. Bibir sarang merupakan bagian
luar dari sarang yang berbentuk huruf U, seperti setengah lingkaran yang
9
berfungsi sebagai batas sehingga telur atau piyik tidak mudah jatuh dari sarang.
Selain itu, bibir sarang juga merupakan tempat untuk induk menggantung
menyuapi piyik.
yang memiliki nutrisi yang tinggi (protein, karbohidrat, besi, serat dan garam
organic) dan manfaat kesehatan (anti-aging, anti kanker dan meningkatkan sistem
imun) komposisi dari sarang burung walet dari genus Collocalia adalah lemak
karbohidrat, zat besi, kalsium, fosfor, garam anorganik, serat dan air.
Glyconutrients yang terdapat pada sarang burung walet diantaranya adalah sialic
5,3%, galaktosa 16,9% dan fruktosa 0,7%. Karbohidrat dan glycoprotein adalah
komponen utama dari sarang burung walet selain asam-asam amino, asam lemak,
zinc, mangan, dan besi. Komposisi dari sarang burung walet menjadikannya
yang terkandung dalam sarang burung walet terdapat 7 jenis asam amino essensial
yang terkandung dalam sarang burung walet (Collocalia fuciphaga) yaitu Histidin
(0,482%), Isoleusin (1,796%), Fenil alanine (4,486%) dan 9 asam amino non
essensial yaitu Asam Serin (4,556%), aspartate (4,480%), Arginin (3,929%), Lisin
(2,343 %), Prolin (3,637%), Asam glutamate (3,647%), Glisin (1,868%), Alanin
(1,309%), Tirosin (3,918%). Serin merupakan asam amino dengan kadar tertinggi
10
(4,556%), Fenil alanine (4,486%), Asam aspartate (4,480%), dan yang terendah
pengobatan dari sarang burung walet. Manfaat kesehatan dari sarang burung walet
menemukan terbaru dari sarang burung walet, yaitu memiliki kemampuan dalam
respon mitogenik dari sel monosit tubuh manusia dan juga berperan dalam
dalam epidermal growth factor (EGF) yang telah dideteksi dengan menggunakan
sarang burung walet dapat menghambat dengan baik dari infeksi virus Influennza.
Sarang burung walet mengandung antioksidan yang tinggi dan penelitian baru ini
burung walet saat dicerna dan direabsorbsi di usus halus secara pasif (Zhao et al,
2016).
perkembangan neurologis dan intelektual pada bayi. Sialic acid juga berfungsi
sebagai moderator system imun yang baik. Sialic acid berefek pada pengeluaran
mucus yang dapat menangkis bakteri, virus dan mikroba berbahaya lainnya. Sialic
acid juga berefek pada penurunan lowdensity lipoprotein (LDL), mencegah strain
(Effendy, 2014).
11
Komponen utama glyconutrients lainnya adalah 7.2% N-
galactosa dan 0.7% fucosa (Dhawan and Kuhad, 2002). GlcNAc memiliki fungsi
pada sinapsis, pertemuan anatara sal saraf dan difesiensi yang dapat menyebabkan
salah satu asam amino dan sebuah precursor utama glycosaminoglycans, sebuah
kartilago (Pasztoi et al., 2009). Galactosa dan fucosa adalah glyconutrien yang
kedua-duanya. Ciri-ciri penting dari bakteri P. acnes adalah berbentuk batang tak
teratur yang terlihat pada pewarnaan gram positif. Bakteri ini dapat tumbuh ada
atau tidaknya udara dan tidak menghasilkan endospore. Menurut Mak (2012),
bakteri ini memiliki warna kuning, bentuk sirkular, dan koloni yang tidak
pleomorphic. Bakteri ini memiliki lapisan peptidoglycan yang jelas di bagian luar
12
membrane yang mengandung residu glucosamine tanpa asam amino yang resisten
manusia, baik dari lipatan kulit, rongga mulut, dan saluran pencernaan maupun
saluran pernafasan. Bakteri ini merupakan jenis bakteri gram positif yang
P.acnes meliputi 50 % dari flora normal kulit manusia, akan tetapi populasi dari
setiap bagian tubuh juga akan berbeda-beda. Menurut Neves et al (2015) bahwa
berada pada rentang <10 cells/ cm 2 hingga 107 cells/cm2 pada kulit wajah.
13
daerah yang megahasilkan minyak atau sebum berlebih (diantaranya pipi, leher,
kulit merupakan inang dari bakteri ini. Beberapa penelitian menyatakan P. acnes
dapat bekerja bersama asam propionic untuk membuat kemampuan yang kuat
Gambar 2.4 Koloni Bakteri P. acnes pada Jaringan Kulit (Neves et al, 2015)
Kingdom :Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Saccharomyces
14
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
rongga mulut, rongga vagina, dan saluran pencernaan dan berbagai jenis infeksi
pada tubuh lainnya, tergantung dari jenis host atau jenis inangnya. Meskipun
begitu, infeksi oleh C. albicans sangat jarang terjadi pada individu yang sehat
(Molero et al, 1998). Hal ini disebabakan Candida albicans adalah monomorphic
yeast dan yeast like organism yang tumbuh baik pada suhu 25- 30oC dan 35-37oC
(Mutiawati, 2016)
dilakukan penelitian terhadap sifat patogenitas dari jamur yang diisolasi dari
menyebabkan infeksi penyakit. Jamur Kandida telah dikenal dan dipelajari sejak
abad ke-18 yang menyebabkan penyakit yang dihubungkan dengan higiene yang
Congress di New York pada tahun 1938, dan dibakukan pada Eight Botanical
Congress di Paris pada tahun 1954. Secara ilmu biologi molecular C. albicans
cerevisiae, hal ini disebabkan terdapat banyaknya gen dari C. albicans genes yang
yang disebabkan Kandida dapat berupa akut, subakut atau kronis pada seluruh
tubuh manusia.
15
Kemampuan C. albicans untuk menginfeksi suatu jaringan sangat
formasi dari biofilm, perubahan fenotip dan menghasilkan sekresi enzim hidrolitik
sebagai salah satu faktor virulensinya. Selain itu, adaptasi yang cepat dalam
yang baik dan tahan terhadap respon stress (Mayer et al, 2013)
manan, dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30 % dari berat
kering dinding sel, ß- 1,3- D-glukan sekitasr 47-60%. Khitin sekitar 0,6-9%,
protein 6-25% dan liquid 1-7% (Suryaningsih et al, 2015). Dinding sel Kandida
dan juga C. albicans bersifat dinamis dengan struktur berlapis, terdiri dari
beberapa jenis karbohidrat berbeda (80- 90%): (i) Mannan (polymers of mannose)
glucans yang bercabang menjadi polimer glukosa yang mengandung α-1,3 dan α-
1,6 yang saling berkaitan, dan (iii) chitin, yaitu homopolimer N-acetyl-D-
glucosamine (Glc-NAc) yang mengandung ikatan α-1,4. Unsur pokok yang lain
adalah adalah protein (6-25%) dan lemak (1-7%). Dalam Netea et al (2008),
although some chitin and glucan can be present throughout the thickness of the
wall. Yeast cells dan germ tubes memiliki komposisi dinding sel yang serupa,
meskipun jumlah α-glucans, chitin, dan mannan relative bervariasi karena faktor
(Mutiawati, 2016) .
16
Menurut Mutiawati (2016) bahwa jamur Candida tumbuh dengan cepat
pada suhu 25-37oC pada media perbenihan sederhana sebagai sel oval dengan
tiga bentuk yang berbeda yaitu tahap sel khamir (disebut blastospores), sel
pseudohyphal dan sel hifa sejati. Sel khamir (yeast) adalah sel yang berbentuk
bulat telur dan sangat mudah saling terpisah-pisah. Sel pseudohyphae meiliki sel
yang memanjang seperti elips (lonjong) yang memiliki septa-septa antara satu sel
dengan sel lainnya dan bercabang untuk mencakup nutrisi yang lebih luas
dibandingkan nutrisi yang terdapat sel indukan (sel utama) dan koloni. Sel hifa
sejati adalah sel yang memanjang yang telah terpisah antara sel satu dengan sel
lainnya dengan bentuk yang lebih jelas. (Berman & Surberry, 2002).
bentuk sel khamir, dan jika pH nya sedang tinggi pH (> 7) maka yang terjadi
adalah pertumbuhan hifa. Akan tetapi, terdapat beberapa kondisi yang ikut
berperan pada perubahan struktur dari jamur ini, misalnya saat kekurangan nutrisi
ml-1) dalam pertumbuhan sel khamir, saat densitas sel rendah (< 107 cells ml-1)
Kedua jenis enzim hidrolitik dapat menyebabkan kerusakan membrane sel. Empat
(Mahmoudabadi, 2010).
adherensi dari jaringan eptelium suatu oragnisme. (Kim et al, 2002). Secara in
media, mempunyai permukaan yang pada permulaan halus dan licin dan dapat
18
Gambar 2.7 Mekanisme patogenitas C. albicans (Mayer et al, 2013)
Ada tiga macam interaksi yang mungkin terjadi antara sel Candida dan sel
epitel inang yaitu interaksi protein-protein (i) interaksi lectin-like (ii) dan interaksi
yang belum diketahui (iii). Interaksi protein-protein terjadi ketika protein pada
permukaan C. albicans mengenali ligand protein atau peptida pada sel epitelium
sangat dipengaruhi oleh keadaan sel tempat dinding sel C. albicans melekat
(misalnya sel epitelium), mekanisme invasi ke dalam mukosa dan sel epitelium
2.7 Antimikroba
19
pembusukan serta perusakan bahan oleh Antimikrobia meliputi golongan
perubahan molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan
antibakteri dikenal dengan nama antibiotik, yaitu suatu substansi kimia yang
dinding sel mikroba; (3) Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba; (4)
Menghambat sintesis protein sel mikroba; dan (5) Menghambat sintesis atau
2.8 Etanol
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma
yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-
kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol utamanya
dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol.
membuatnya cair dan lebih sulit menguap daripada senyawa organik lainnya
20
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik
dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluene. Ia juga larut
dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga
(Mimihitam, 2017)
Etanol meliputi campuran etil alhokol dan air tidak kurang dari 94,7 % v/v
atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C 2H6O. Pemerian cairan
tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Campuran
etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah kedua cairan tersebut
secara terpisah. Campuran etanal dan air dengan volume yang sama akan
menghasilkan campuran yang volumenya hanya 1,92 kali jumlah volume awal.
Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol
sedemikiannya ia akan menyerap air dari udara. Sifat gugus hidroksil yang polar
menunjukkan bahwa senyawa antibakteri mudah larut pada senyawa etanol. Hal
ini disebabkan karena etanol merupakan senyawa aromatik dan organik jenuh
Pada uji ini, yang akan diukur adalah respons pertumbuhan populasi
antimikroba adalah diperolehnya satu sistem pengobatan yang efektif dan efisien.
21
Penentuan setiap kepekaan mikroba terhadap suatu obat adalah dengan
2013):
a. Metode Difusi
dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan
mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada atau tidaknya zona
hambatan yang terbentuk disekeliling zat antimikroba pada waktu tertentu masa
inkubasi.
Pada metode ini dapat dilakukan 3 cara yaitu (Brook et al, 2010) :
Cara ini merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan
digunakan suatu cakram kertas saring (paper disk) yang berfungsi sebagai temat
lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada
waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari miroba uji.
Pada umumnya, hasil yang di dapat bisa diamati setelah inkubasi 18-24 jam
dengan suhu 37oC. Hasil pengamatan yang diperoleh berupa ada atau tidaknya
daerah bening yang terbentuk disekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona
Metode cakram disk atau cakram kertas ini memiliki kelebihan dan
khusus dan relative murah. Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening
22
preinkubasi serta ketebalan medium. Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai
maka hasil dari metode cakram disk ini tidak dapat diaplikasikan pada
anaerob obligat.
Suatu lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat
sebidang parit. Parit tersebut berisi zat antimikroba, kemudian diinkubasi pada
waktu dan suhu optimum yang sesuai untuk miroba uji. Hasil pengamatan yang
akan diperoleh berupa ada tidaknya zona hambat yang akan terbentuk di sekitar
parit
Pada lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat
suatu lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Kemudian setiap
lubang itu diisi dengan zat uji. Setelah diinkubasi pada suhu dan waktu yang
sesuai dengan mikroba uji, dilakukan pengamatan dengan melihat ada atau
b. Metode dilusi
pengamatan yang akan diperoleh berupa tumbuh atau tidaknya mikroba dalam
minimum (KHM) yang merupakan konsentrasi terkecil dari zat antimikroba uji
Metode ini terdiri atas pengenceran Serial dalam tabung, yaitu pengujian
23
dilakukan dengan menggunakan sederetan tabung reaksi yang diisi dengan
inoculum kuman dan larutan antimikroba dalam berbagai kosentrasi. Zat yang
akan diuji aktivitas bakterinya diencerkan sesuai serial dalam media cair,
kemudian diinokulasikan dengan mikroba dan diinkubasi pada waktu dan suhu
E-test atau biasa disebut juga dengan tes epsilometer adalah metode tes
dimana huruf ‘E’ dalam nama E-test menunjukkan symbol epsilon (e ). E-test
gabungan antara metode dilusi dan antibakteri dan metode difusi antimikroba
mikroorganisme bisa diamati dengan adanya area jernih di sekitar strip tersebut
(Prayoga, 2013).
melalui pengikatan site dari struktur 3 dimensi yang diperoleh dari database
24
protein, seperti Uniprot dan NCBI. PhamMapper, Chem Mapper, Swisss Target
protein dala TargetBank, DrugBank, BindingDB, dan PDTD. Terdapat lebih dari
7000 model farmakopor berbasis reseptor (meliputi 1627 target obat, dan 459
target protein manusia) disimpan dan diakses oleh PharmMapper. Web-server ini
2016)
Gambar 2.8. Docking protein dan senyawa menggunakan software PyRx 0,8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Alat yang akan digunakan adalah neraca analitik, corong, autoklaf, oven,
inkubator, batang pengaduk, cawan petri, wadah, mortar, gelas kimia, gelas ukur,
reaksi, pinset, tabung eppendorf, rak tabung, mikropipet (1000 μl, 100 μl, dan 10
3.2 Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sarang burung
acnes ATCC 11827 dan jamur Candida albicans ATCC 10231, kertas saring,
etanol PA, medium pertumbuhan bakteri Thyoglicollate Agar dan MHA (Mueller
Spidol, Parafilm, PBS (Phosphat Buffer Saline) pH 7,2, NaCl fisiologis, Anaero
Indicator, Anaeoro Gen,Aluminium foil, blank disk steril, tissu, kertas, lakban,
Semua alat yang dugunakan dalam penelitian ini dicuci dengan detergen
kehidupan dan agar terbebas dari mikroorganisme. Alat-alat yang terbuat dari
gelas atau kaca seperti tabung reaksi, cawan petri, erlenmeyer, gelas beker, objek
gelas dan pipet tetes disterilkan dengan sterilisasi panas kering (udara panas)
pada oven. Sterilisasi dilakukan pada temperatur 170 ºC - 180 ºC selama 1-2 jam.
Sedangkan alat-alat yang terbuat dari logam disterilkan dengan dicuci akohol
atau sterilisasi panas kering dalam nyala api bunsen sampai merah membara.
26
kualitas sarang yang baik, selanjutnya sarang dibersihkan dari semua kotoran dan
bulu-bulu yang masih menempel pada sarang dengan menggunakan pinset. Sarang
selama 1x24 jam. Setelah 1x24 jam, ekstrak disaring dengan kertas saring dan
diperoleh filtrat I, ditampung dalam botol dan ampas ditambah etanol 96% 200
mL lagi seperti pada tahap pertama. Proses ini dilakukan sebanyak 3 kali hingga
seluruh filtrat yang diperoleh dari proses maserasi I, II, III digabung, disaring dan
Ekstrak kental sarang burung walet selanjutnya diliofolisat atau freeze drying
2 kali lipat dari konsentrasi sebelumnya, yaitu 40 %, 20%, 10%, 5%, dan 2,5 %
27
yaitu medium Thyoglicollate ditimbang sebanyak 2,975 g kemudian dilarutkan
dalam 100 mL aquades. Setelah larut, medium dipanaskan hingga semua bahan
dan disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121 oC dengan tekanan 2 atm selama ±
15 menit.
acnes ATCC 11827 adalah medium LB (Lactose Broth) 3,5 gram yang
adalah medim MHA (Muller Hinton Agar). Bahan ditimbang sebanyak 3.8 gram,
untuk set layer dengan masing-masing 7 mL MHA dan 3 cawan petri MHA base
albicans sebagai medium pengaya dan menetukan zona hambat ekstrak adalah
medim SBR (Sabouroud Dextrose Agar). Bahan di timbang sebanyak 6,5 gram
28
lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan ke dalam 100 mL aquadest
autoklaf pada suhu 121oC, tekanan 2 atm, selama 15 menit. Selanjutnya, siapkan 3
tabung SBR untuk set layer dengan masing-masing 7 mL SBR dan 3 cawan petri
kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 2x24 jam. Setelah inkubasi 2x24 jam
pada media LB, maka bakteri Propionobaterium acnes ATCC 11827 diambil
sebanyak 1-2 ose lalu ditanam dengan metode gores ke media Thyoglicollate
Agar dan diinkubasi selama 2x24 jam lagi. Sedangkan jamur Candida albicans
ATCC 10231 diambil sebanyak 1-2 ose lalu diinokulasikan pada medium SBR
(Sabouroud Dextrose Agar), kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 1x24
jam.
bakteri, diambil 1-2 ose koloni lalu larutkan ke dalam NaCl fisiologis yang telah
kekeruhan yang sama agar jumlah koloni bakteri secara kualitatif mencapai 10 8
masing diambil 1-2 ose lalu disuspensikan kedalam larutan NaCl fisiologis steril.
yang sama agar jumlah koloni bakteri secara kualitatif mencapai 10 8 CFU/mL
(Sutton, 2011).
dan larutan kontrol positif (K+) yang digunakan untuk bakteri uji adalah
tetrasiklin. Larutan ini dibuat dengan membuat 100 ppm tetrasiklin dengan
aquades. Sedangkan, larutan kontrol positi jamur f (K+) yang digunakan yaitu
ketokonazol. Larutan ini dibuat dengan cara tablet ketokonazol digerus dan
sebesar 100 ppm (Pangalinan et al, 2011). Sedangkan untuk kontrol negatif (K-)
3.3.13 Uji Daya Hambat Ekstrak Sarang Burung Walet Collocalia fuciphaga
Thunberg. Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes
Kultur bakteri pada media Thyoglicollate Agar yang telah diinkubasi 2x24
jam sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan metode uji daya hambat cakram
dengan melalui pengukuran zona hambat yang terbentuk. Metode ini dimulai
dengan medium MHA (Muller Hinton Agar) (cair) sebagai set layer tabung 7 mL
yang sesuai standar Mc Farland 0,5 sebesar 10μl lalu dihomogenkan dan di
tuangkan kedalam cawan petri yang berisi MHA (Muller Hinton Agar) base layer
memadat, kemudian dimasukkan blank disk steril sebanyak 7 blank disk dengan
metode disk diffusion secara triplo di masing-masing cawan petri lalu setiap
cawan petri diteteskan setiap variasi konsentrasi yang berbeda yaitu 40%, 20%,
10%, 5%, 2,5 %, Tetrasiklin (K+) dan Aquades (K-) sebanyak 8μl dengan jarak
30
antara setiap blank disk minimal 3 cm dan jarak antra blank disk dengan dinding
cawan petri adalah 2 cm (Hun et al, 2011). Selanjutnya diinkubasi dalam anaeob
bahwa baketri uji adalah bakteri anaerob obligat selama 1 x 24 jam, lalu diamati
3.3.14 Uji Daya Hambat Ekstrak Sarang Burung Walet Collacolia fuchipaga
Thunberg. Terhadap Jamur Candida albicans
Uji daya hambat pada jamur Candida albicans dimulai dengan medium
SBR (Sabouroud Agar) (cair) set layer tabung 7 mL yang telah disterilkan
Farland 0,5 sebesar 10μl lalu dihomogenkan dan di tuangkan kedalam cawan petri
yang berisi SBR (Sabouroud Agar) base layer 20 mL yang telah memadat
dimasukkan blank disk steril sebanyak 7 blank disk di masing-masing cawan petri
lalu setiap cawan petri diteteskan masing-masing variasi konsentrasi yang berbeda
yaitu 40%, 20%, 10%, 5%, 2,5 %, Ketokonazol (K+) dan Aquades (K-) sebanyak
8μl dengan jarak antara setiap blank disk minimal 3 cm dan jarak antra blank disk
dengan dinding cawan petri adalah 2 cm (Hun et al, 2011). Selanjutnya diinkubasi
dalam inkubator selama 1 x 24 jam, lalu diamati dan diukur daerah hambatannya.
yang terbentuk.
31
ekstrak sarang burung walet Collacalia fuchipaga Thunberg. terhadap bakteri dan
jamur uji dalam kemampuannya sebagai antibakteri maupun antifungi. Data yang
maupun SuperPred.
3. Setelah hasil output dari beberapa jenis protein database keluar, maka
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sarang burung walet
32
Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Sarang burung walet dibersihkan dari
semua kotoran dan bulu-bulu yang masih menempel pada sarang. Selanjutnya,
sampel dalam pelarut dan dalam jangka waktu tertentu pada suhu kamar. Prinsip
maserasi adalah pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam pelarut
(like dissolved like). Tahapan maserasi ini menggunakan soaking method yaitu
memperoleh hasil ekstraksi yang lebih optimal, hal ini didukung oleh pernyataan
antara sampel dengan pelarut dan mendapatkan derajat homogenitas yang tinggi.
Semakin cepat putaran pengaduk maka semakin besar kontak sampel dengan
yang bersifat antimikroba yang terkandung pada sarang burung walet Collacolia
antara filtrat dan ampas dari sarang burung walet Collacolia fuchipaga Thunberg.
gambar 4.1.
33
Tahapan selanjutnya adalah liofolisat atau freeze drying. Liofolisat
dilakukan untuk melepaskan pelarut etanol dan air yang masih terikut pada
ekstrak. Prinsip teknologi pengeringan beku ini dimulai dengan proses pembekuan
sublimasi (tanpa mendenaturasi zat aktif), sehingga kualitas ekstrak sampel dapat
terjaga dalam jangka waktu lama dan menurunkan dampak kontaminasi pada
ekstrak yang tersedia dalam sediaan serbuk (kering) (Hariyadi, 2013). Setelah
100 mg.
(a) (b)
Gambar 4.1 (a) Proses evaporasi dari sarang burung walet Collacolia fuchipaga
Thunberg. (b) ekstrak kental sarang burung walet Collacolia
fuchipaga Thunberg.
4.2 Uji Daya Hambat Sarang Burung Walet Collacolia fuchipaga Thunberg.
Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes dan Jamur Candida albicans
Penelitian ini menggunakan uji metode disk diffusion secara triplo dengan
40%, 20%, 10%, 5%, 2,5%, aquades (k-) dan tetrasiklin/ketokonazol (k+) sebesar
34
100 ppm. Medium Muller Hinton Agar yang telah diinokulasikan bakteri
Candida albicans, selanjutnya diletakkan blank disk yang telah ditetesi oleh
jam dengan suhu 37-38 ̊C, akan terbentuk zona bening (clear zone) disekeliling
mikroba uji.
menunjukkan belum terbentuknya zona hambat pada media MHA, seperti pada
gambar 4.2. Hal ini disebabkan karena bakteri uji belum melakukan pertumbuhan
pada 1x24 jam, sehingga belum dapat terlihat zona hambat pada media.
Gambar 4.2 Pengamatan diameter zona hambat terhadap bakteri P.acnes 1x24
jam
Pada inkubasi 2x24 jam menunjukkan bahwa esktrak sarang burung walet
Berdasarkan data dari tabel 4.1 hasil pengamatan inkubasi hari ke-2 menunjukkan
35
bahwa dari ke-5 konsentrasi dan kontol negatif tidak terbentuk zona bening. Rata-
rata diameter zona bening dari setiap variasi konsentrasi adalah 6 mm.
Tabel 4.1 . Hasil pengamatan zona hambat ekstrak sarang burung walet
Collacolia fuchipaga Thunberg. 2x24 jam terhadap bakteri
Propionobacterium acnes
Media MHA yang telah diinkubasi selama 2x24 jam (gambar 4.3) tidak
menunjukkan terdapat zona hambat. Kontrol (-) yaitu aquades juga tidak
terbentuk zona bening pada media. Pada kontrol (+) yaitu tetrasiklin terbentuk
Gambar 4.3 Pengamatan diameter zona hambat terhadap bakteri P.acnes 2x24
jam
Pada inkubasi 3x24 jam (72 jam) ke-5 konsentrasi yang digunakan tetap
36
data dari tabel 4.2, rata-rata hasil pengukuran zona bening pada semua konsentrasi
Tabel 4.2. Hasil pengamatan zona hambat ekstrak sarang burung walet
Collacolia fuchipaga Thunberg. 3x24 jam terhadap bakteri
Propionobacterium acnes
menunjukkan zona bening yang terebntuk (gambar 4.4). Kontrol (-) yaitu aquades
juga tidak terbentuk zona bening seperti pada halnya pada inkubasi 2x24 jam.
Kontrol (+) yaitu tetrasiklin terbentuk zona bening dengan rata-rata menurun
menjadi 18 mm.
37
Gambar 4.4 Pengamatan diameter zona hambat terhadap bakteri P.acnes 3 x24
jam
menunjukkan tidak terbentuknya zona bening. Berdasarkan data dari tabel 4.3,
disk. Kontrol (-) yaitu aquades juga tidak terdapat zona bening yaitu 6 mm,
sedangkan pada kontrol (+) yaitu ketokonazol terbentuk zona bening sebesar
12.95 mm.
Tabel 4.3. Hasil pengamatan zona hambat ekstrak sarang burung walet
Collacolia fuchipaga Thunberg. 1x24 jam terhadap jamur Candida albicans
menunjukkan tidak terbentuk zona bening pada media. Pada gambar 4.5
menunjukkan bahwa ke-5 konsentrasi tidak memiliki zona bening. Kontrol (-)
aquades juga tidak terbentuk zona bening. Kontrol (+) ketokonazol membentuk
zona bening.
38
Gambar 4.5 Pengamatan diameter zona hambat terhadap jamur Canida albicans
1x24 jam
burung walet Collacolia fuchipaga Thunberg. tetap tidak memiliki zona hambat
tidak terbentuknya zona bening, baik konsentrasi 40%, 20%, 10%, 5%, 2,5%.
Kontrol (-) yaitu aquades tidak terbentuk, sedangkan kontrol (+) yaitu ketokonazol
Gambar 4.6 Pengamatan diameter zona hambat terhadap jamur Candida albicans
2 x24 jam
39
Pada inkubasi selama 3x 24 jam (72 jam) ke-5 konsentrasi yang digunakan
(gambar 4.7). Zona bening tetap tidak terbentuk baik pada konsentrasi 40%, 20%,
10%, 5%, 2,5%. Kontrol (-) yaitu aquades (-) juga tidak terbentuk zona bening
seperti halnya pada inkubasi 1-2x24 jam. Kontrol (+) yaitu ketokonzol juga sudah
Gambar 4.7 Pengamatan diameter zona hambat terhadap jamur C.albicans 3 x24
jam
terdapat atau tidaknya zona hambat. Uraian data pada diagram batang (Gambar
4.8 dan 4.9) dapat terlihat bahwa ekstrak etanol sarang burung walet Collacolia
40
Diagram Zona Hambat Ekstrak terhadap Bakteri
P.acnes
25
Gambar 4.8 Diagram zona hambat setiap konsetrasi ekstrak etanol sarang burung
walet Collacolia fuchipaga Thunberg. terhadap bakteri
Propionobacterium acnes.
Data hasil penelitian pada gambar 4.8 menunjukkan rata-rata zona hambat
terhadap P. acnes dengan konsentrasi 40%, 20%, 10%, 5%, dan 2,5% adalah 6
mm atau tidak ada zona hambat yang terbentuk. Aquades sebagai kontrol negatif
tidak memiliki zona hambat. Tetrasiklin sebagai kontrol positif memiliki zona
hambat sebesar 20,9 mm pada inkubasi 48 jam dan 18 mm pada inkubasi 72 jam.
4.9 juga tidak menghasilkan zona hambat pada setiap konsentrasi ekstrak etanol
negatif berupa aquades juga tidak membentuk zona hambat. Ketokonazol sebagai
kontrol positif membentuk zona hambat pada inkubasi 24 jam sebesar 12,95 mm.
41
Diagram Zona Hambat Ekstrak terhadap Bakteri C.albicans
14
Zona hambat (mm) 12
10
8
6
4
2
0
40% 20% 10% 5% 2,5% K(-) K(+)
24 jam 6 6 6 6 6 6 12.95
48 jam 6 6 6 6 6 6 6
72 jam 6 6 6 6 6 6 6
Gambar 4.9 Diagram zona hambat setiap konsetrasi ekstrak etanol sarang
burung walet Collacolia fuchipaga Thunberg. terhadap jamur
Candida albicans
senyawa antimikroba tidak terdapat di dalam ekstrak etanol sarang burung walet
senyawa yang berpotensi sebagai antimikroba pada ekstrak sarang burung walet
neurominate (Sialic acid). Menurut McEwaan et al. (2008), senyawa sialic acid
memiliki 9 dan 6 rantai karbon yang, jenis monosakarida ini berperan penting
bahwa sifat antimikroba yang dimiliki senyawa Sialic acid dan D-galactose tidak
ditunjukkan pada hasil penelitian in vitro. Hal ini disebabkan, kedua senyawa
yang tersebut memiliki tingkat kepolaran lebih tinggi dari ethanol (Malmberg dan
Maryott, 1950).
42
Larutan jenis karbohidrat jauh lebih polar dibandingkan dengan pelarut
organik umum (Mulyani, 2016). Hal ini tentu tidak sesuai dengan jenis pelarut
yang digunakan yaitu etanol sebagai pelarut polar dengan senyawa aktif yang
sangat polar. Penarikan zat aktif didasarkan pada perbedaan sifat kepolaran
antibakteri dengan tingkat resistensi terendah yaitu 16,3% terhadap P. acnes dan
terikat oleh jamur, bersifat sensitif dan fungistatik. Hal ini sesuai dengan hasil
sedangkan pada inkubasi 48 jam hingga 72 jam sudah tidak terbentuk zona
aktivitas biologisnya melalui pengikatan site dari struktur 3 dimensi. Syarat untuk
mendapatkan hasil analisis dari penelitian in silico ini, yaitu koleksi 3D senyawa
43
4.3.1 Hasil Koleksi Struktur 3 Dimensi Senyawa Alami
(
Gambar 4.10 (a) Struktur 3 dimensi senyawa D-Galactose dan (b) Struktur 3
dimensi senyawa Sialic Acid dimodelkan dengan software PyMol
dianalisis kekuatan afinitas pengikatannya bersama protein target dari mikroba uji.
Binding affinity atau afiinitas pengikatan adalah energi yang dibutuhkan senyawa
untuk berikatan dengan protein target. Semakin rendah nilai afinitas pengikatan
maka semakin besar pengikatan antara senyawa alami dengan senyawa target.
dan pendekatan terhadap beberapa ligan yang memiliki kemungkinan yang besar
dalam bereaksi dengan senyawa target, baik D-Galactose maupun Sialic Acid.
selanjutnya akan diperoleh output atau data berupa nama-nama protein yang
44
(a) (b)
belum terdapat hasil dari database protein P.acnes, sehingga untuk pengujian
diperoleh beberapa jenis protein yang berinteraksi dengan ligand atau senyawa
Pada tahapan ini, reverse docking menggunakan fitur Vina Wizard yang
terintegrasi di dalam PyRx 0,8 software. Senyawa alami D-Galactose dan sialic
acid beserta senyawa inhibitor digunakan sebagai ligand dalam tahapan ini.
inhibitor kontrol dan protein target, selanjutnya di- docking dengan menggunakan
software PyRx 0,8 untuk memperoleh model pengikatan terbaik dengan binding
45
secara 3 dimensi menggunakan PyMol. Pada penelitian ini, teknik reverse
alami dan interaksinya dengan senyawa lain melalui site pengikatan pada protein
Galactose dan letak pengikatan sama dengan inhibitor sebagai kontrol positif.
Sialic acid yang berikatan dengan protein C. abicans dan inhibitor control positif
memiliki tempat perlekatan yang sama (gambar 4.13). Hal ini menunjukkan
tempat perlekatan inhibitor dan senyawa alamiah yang diujikan memiliki afinitas
pengikatan yang tidak jauh berbeda. Posisi ini menentukan kemampuan senyawa
46
Gambar 4.13 Site pengikatan Sialic Acid (merah), inhibitor control positif (biru)
dengan protein target C. albicans (hijau)
Menurut Baker et al. (2007), nilai afinitas pengikatan yang lebih rendah
(binding affinity) suatu senyawa terhadap protein nya, maka semakin dalam
melakukan pengikatan, dengan kata lain energi yang dibutuhkan untuk saling
berinteraksi antar satu ligand dengan protein target lebih mudah sehingga
mempermudah perlekatan antara senyawa (ligand) dengan protein target. Hal ini
tentu akan mempengaruh posisi dari perlekatan, yaitu surface (permukaan) atau
tengah. Semakin mudah senyawa berikatan dengan protein target, maka akan
semakin kedalam tempat perlekatannya dan interaksi yang terjadi akan semakin
kuat.
tidak dapat ditunjukkan pada uji in vitro. Hal ini disebabkan karena terdapat
pengikatan antara zat aktif dan ligand yang telah divisualisasikan pada uji in
silico, namun tidak dapat ditunjukkan pada uji in vitro dalam bentuk zona hambat.
Hasil penelitian uji in silico mendukung data dari uji in vitro dengan menunjukkan
sehingga tidak dapat menarik zat aktif dari ekstrak sarang burung walet Collocalia
fuciphaga Thunberg.
Al-Ashary et al. (2010), yang menyatakan bahwa suatu pelarut etanol tidak dapat
47
menarik zat aktif yang berupa D-Galactose dan Sialic Acid yang memiliki jenis
Galactose dan Sialic acid yang berupa monosakarida memiliki tingkat kepolaran ±
60 kd (Malmberg & Maryott, 1950). Perbedaan tingkat kepolaran antara zat aktif
(D-Galactose dan Sialic acid) dan etanol yang jauh berbeda, membuat zat aktif
tidak dapat ditarik oleh pelarut etanol sehingga tidak menunjukkan adanya zona
hambat.
48
BAB V
A. Kesimpulan
1. Tidak diperoleh aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol sarang burung walet
jamur Candida albicans secara in vitro dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 10%,
20%, dan 40 %.
berupa D-Galactose dan Sialic acid dari ekstrak sarang burung walet Collocalia
acnes.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis pelarut
dengan tingkat kepolaran yang lebih tinggi dari senyawa aktif yang terdapat pada
ekstrak sarang burung walet Collocalia fuciphaga Thunberg. Selain itu, perlu
fuciphaga Thunberg.
49
DAFTAR PUSTAKA
Adiprabowo, S.D., Isnanto, R.R., dan Setiawan, I., 2011, Pendeteksi Kadar
Alkohol Jenis Etanol Pada Cairan dengan Menggunakan
Mikrokontroler ATMEGA8535, Skripsi, Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Diponegoro.
Aswir, A.R., dan Nazaimoon, W.M., 2011, Effect of edible bird’s nest on cell
proliferation and tumor necrosis factor- alpha (TNF-α ) release in vitro,
International Food Research Journal, 18(3):1123-1127.
Berlian, Z., Aini, F., Ulandari, R., 2016, Uji Kadar Alkohol Pada Tapai Ketan
Putih dan Singkong Melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi yang
Berbeda, Jurnal Biota, 2(1):106-111.
Behzadi, E., Behzadi, P., dan Voicu, C., 2016, Propionibacterium Acnes and
The s Skin Disease Of Acne Vulgaris, Romanian Journal of Clinical and
Experimental Dermatology, 3(2):117-120.
Brook, F.G., Carroll, GK., Butel, S.J., Morse, A.S., dan Mietzmen A.T., , 2010,
Medical Microbiology 26th Edition, North America, Lange Medical
Book.
Budiman, A., 2005, Budidaya dan Bisnis Sarang Walet, Jakarta, Perpustakaan
Nasional.
Cavalcanti, M.M.S., Franca, R.E., Magalhnes, M., Lins, K.A., Brandao, C.L., dan
Magalhnes, V., A Quantitative Analysis Of Propionibacterium acnes
Lesional and Non-lesional Skin Of Patiens With Progressive Macular
Hypomelanosis By Real-Time Polymerase Chain Reaction, Brazilian
Journal of Microbiology 4(1) 2: 423-429
50
Chomnawang, M. T., Surassmo, S., Nukoolkarn, V.S., dan Gritsanapan, W., 2007,
Effect of Garcinia mangostana on inflammation caused by acnes,
Fitoterapia (78) : 401–408
Chopra, I., dan Roberts, M., 2001, Tetracycline Antibiotics: Mode of Action,
Applications, Molecular Biology, and Epidemiology of Bacterial s
Resistance, Journal of Microbiology anf Molecular Biology, 65(2) : 232-
260
Darajati, W., Pratiwi, S., Herwanda, E., Radiansyah, A.D., Nalang, S.V.,
Nooryanto, B., Rahajoe, S.J., Maryantom I., Kurniawan, R., Prasetyo,
A.T., Rahim, A., Jefferson, J., dan Hatim, F., 2016, Indonesia
Biodiversity Strategy and Action Plan, Jakarta, BAPPENAS.
Delaney, V.D., 2008, Budidaya sarang burung walet di jawa timur, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu politik, Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Malang.
Elbein, A.D., Tropan, J.E., Mitdell, M., dan Kazhel, G.P., 1990, Kifunensin a
potent inhibitor of the glycoprotein processing mannosidase I., Journal
Biological Chemistry, 265(26).
Elfita, L., 2014. Analysis on Protein Profile and Amino acid of Bird Nest of
Burung Walet Collocalia Fuchiphaga from Painan. Jurnal Sains Farmasi
dan Klinis, 1(1);27-37
Farhat, D.S., Shubhangi, W., Mamta, J., dan Gauri, P., 2013, Development Of
Herbal Anti Acne Gel and Its Evaluation Against Acne Causing Bacteria
Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermis, International
Journal of Research India, 4(5) : 781-786
Fattah, A., Muslimin, L., Omar, A.B.S., 2012, Efektivitas Alga Merah
Eucheuma spinosum Sebagai Antibakteri Patogen Pada Organisme
Budidaya Pesisir dan Manusia, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Fauziyah, H.A., 2015. Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung
Walet Callocalia fuchipago Terhadap Aktivitas SGPT dan SGOT pada
Tikus Putih Jantan Galur Spargue Dawley, Skripsi, Farmasi, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. UIN Syarif Hidayatullah.
Han, T., Cannon, R.D., Dan Baoz, S.G., 2011, The metabolic basis of Candida
albicans morphogenesis and quorum sensing, Journal of Fungal
Genetics and Biology, 48(1):747-763.
51
Hamzah, Z., Ibrahim, H.N., Sroja, J., Hussin, K., Hashim, O., dan Lee, B.B.,
2013, Nuritional Properties Of Edible Bird Nest, Journal of Asian Scientific
Research, 3(6):600-607
Hasanah, U.K., 2012, Uji Daya Antifungi Propolis Terhadap Candida albicans
dan Pityrosporum ovale, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hidayatullah, M., 2012, Uji Daya Antifungi Minyak Atsiri Bawang Merah
Alliumascalonicum L.) Terhadap Candida albicans ATCC 10231 Secara
In Vitro, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Hun, T.L., Wani, A.W., Tjih, T.T.E., Adnan, A.N., Ling, L.Y., dan Aziz, A.Z.,
2015, Investigations into the physicochemical, biochemical and
antibacterial properties of Edible Bird’s Nest, Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research, 7(7):228-247.
Makmun, N.L., 2015. Analisis Merkuri Dalam Kosmetik Krim SArang Burung
Walet Callocalia fuchipaga yang Diperoleh Melalui Internet, Skripsi,
Farmasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. UIN Syarif Hidayatullah.
Mayer, F.L., Wilson, D., dan Hube, B., 2013, Candida albicans pathogenicity
mechanisms, Journal of Bioscience, 4(2):119-128.
Molero, G., Orejas, R., Novarro-Garcia, L., Monteoka, L., Pla, J., Gil, C.,
Sanchoz-Perez, M., dan Nombela, C., 1998, Candida albicans: genetics,
dimorphism and pathogenicity, Journal Intenational Microbiology,
1(1):95-106.
52
McEwan, A.N., Remet, A.C., Gatto, H., dan Nuttall, J.T., 2008, Monosaccharide
inhibition of adherence By Pseudomonas aeruginosa to canine
corneocytes, Journal Compilation, 19(1): 221–225
Mulyani, D., 2016, Kajian Suhu Kristalisasi Dan Konsentrasi Etanol Pada
Kristalisasi Molase yang Dijernihkan, Skripsi, Bandung, Universitas
Pasundan.
Montes, M.M.H., Romero, E.L., Zinker, S., Noyole, P.P., dan Carreon, A.F.,
2008, Heterologis Experssion and Biochemical Characterization of an
alpha 1-2 Mannosidase encoded by the Candida albicans MNS1 gen,
Journal of Mem Inst Oezwaldo Cruz, 203(7).
Neves, R.J., Franscesconi, F., Costa, A., Ribelro, N.B., Follades, I., Almeida,
C.M.L., 2015, Propionibacterium acnes and bacterial Resistance,
Dermatology Department, Faculdade de Ciências Médicas de Minas
Gerais, 7(3):27-38.
Netea, M.G., Brown, G.D., Kullberg, R.J., dan Gow, N.A.R., 2008, An
integrated model of the recognition of Candida albicans by the innate
immune system, Journal Microbiology, 6(1):67-78.
Novarro-Garcia, L., Sanchoz- Perez, M., Nombela, C., dan Pla, J., 2001,
Virulence genes in the pathogenic yeast Candida albicans, FEMS
Microbiology, 25 (1) : 245-268.
Perry, A.L., dan Lamber, P.A., 2006. Under the Microscope Propionibacterium
acnes, Journal of Biomedical Sciences, 42(1): 185-188.
Raj, S. dan Roselin, P., 2012, The Antibacterial Activity Of ZNO Nanoparticles
Against Propionibacterim acnes, International Journal of Pharma and
Bio Sciences, 3(1):267-276.
53
Rahmi, H.A., Cahyanto, T., Sujani, T., dan Lestari, I.L., 2015, Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun Beluntas Pluchea indica (L.) LESS.
Terhadap Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat, Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 9(1):141-161.
Sadiah, S., Darusman, K.L., Triwahyuni, L., dan Batubara, I., 2013, Effectiveness
of Anti-Acne Cream of Sappan Wood (Caesalpinia sappan) Against
Propionibacterium acnes on Rabbit Skin, Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia, 11(2):175-181.
Sugiharti, R.J., Halimah, I., Mahendra, I., dan Sriyani, M.E., 2016. Biodistribusi
Radiofarmaka 99mTc-Ketokonazol Pada Infeksi Yang Disebabkan Oleh
Candida albicans, Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli, Jurnal
Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian, 17(2): 71-82.
Suriya, R., Zunita, Z., Rosnina, Y., Fadzillah, A., dan Hassan, L., 2004,
Preliminary in-vitro Study on Antibacterial Activity of Swiftlet Bird’s
Nests, The Association Of Institutions For Tropical Veterinary Medicine,
1 (1) : 334-335.
Yulistian, P.D., Utomo, P.E., Ulfa, S.M., dan Yusnawan, E., 2015, Studi Pengaruh
Jenis Pelarut Terhadap Hasil Isolasi Dan kadar Senyawa Fenolik Dalam
Biji Kacang Tunggak (Vigna unguiculata (L.) Walp) Sebagai Antioksidan,
Kimia Student Journal, 1(1): 819-825.
Zhao, R., Lie, E., Komh, X., Li, W., Zeng, Y., dan Lai, X., 2016, The
ImprovementEffects Of Edible’s Nest On Poliferation and Activation
of B lymphocyte and Its Antagonistic Effects Immonosupression
Induced by Cyclophosphamide, Journal Dove Medical Press, 10(10);
371-384.
54
LAMPIRAN
Dihaluskan dengan
Menggunakan mesin
Dieveporasi
55
Lampiran 2. Skema Uji Daya Hambat Ekstrak Kasar Sarang Burung Walet
Colloalia fuciphaga Terhadap Propionibacterium acne dan Candida
albicans
57
Gambar 3. Pengerjaan Uji daya Hambat
58