Anda di halaman 1dari 70

PREDIKSI TINGGI BADAN DENGAN MENGGUNAKAN PREDIKTOR

PANJANG ULNA DAN PANJANG FEMUR


PROPOSAL

Oleh:
Linda Sekar Arum
NIM 132010101061

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

PREDIKSI TINGGI BADAN DENGAN MENGGUNAKAN PREDIKTOR


PANJANG ULNA DAN PANJANG FEMUR
PROPOSAL
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Dokter (S1) dan
mencapai gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:
Linda Sekar Arum
NIM 132010101061

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER

2016
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Allah Swt. dengan seluruh rahmat dan kasih sayang-Nya yang membuat saya
selalu bersyukur, atas ridho dan amanah-Nya sehingga saya berkesempatan
untuk belajar ilmu yang luar biasa ini;
2. kedua orang tua saya yang tak pernah lelah melantunkan doa, memberikan kasih
sayang, bimbingan, semangat, dan pengorbanan yang tak terhingga sehingga
saya sampai pada tahap ini;
3. kembaran saya Lisa Sekar W dan adik saya Tiara Diva B yang selalu
memberikan semangat, motivasi, dan doa agar saya menjadi yang terbaik;
4. guru-guru saya yang telah memberikan ilmu dan membimbing saya dengan
penuh kesabaran untuk menjadikan saya sebagai manusia yang berilmu,
bertakwa, dan bermanfaat;
5. Almamater Fakultas Kedokteran Universitas Jember

MOTO

Jangan takut kehilangan yang baik untuk mendapatkan yang terbaik *).

*)

John D Rockefeller dalam Suriasumantri, J. S. 2009. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta:


Yayasan Obor Indonesia.

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


nama: Linda Sekar Arum
NIM: 132010101061
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Prediksi
Tinggi Badan dengan Menggunakan Prediktor Panjang Ulna dan Panjang Femur

adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan
sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan
sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 10 Desember 2016


Yang menyatakan,

Linda Sekar Arum


132010101061

SKRIPSI

Prediksi Tinggi Badan dengan Menggunakan Prediktor Panjang Ulna dan


Panjang Femur

Oleh:
Linda Sekar Arum
132010101061

Pembimbing:
Dosen Pembimbing Utama

: dr. Dini Agustina, M. Biomed

Dosen Pembimbing Anggota

: dr. Ali Santosa, Sp. PD

PENGESAHAN
Skripsi berjudul Prediksi Tinggi Badan dengan Menggunakan Prediktor Panjang
Ulna dan Panjang Femur telah diuji dan disahkan pada :
hari, tanggal :
tempat

: Fakultas Kedokteran Universitas Jember


Tim Penguji:
Penguji II,

Penguji I,

dr. Sugiyanta, M. Ked


NIP 197902072005011001

dr. Desie Dwi Wisudanti, M. Biomed


NIP 198212112008122002

Penguji III,

Penguji IV,

dr. Dini Agustina, M. Biomed


NIP 1983080122008122003

dr. Ali Santosa, Sp. PD


NIP 195909041987011001
Mengesahkan
Dekan,

dr. Enny Suswati, M. Kes


NIP 19700214199902001

RINGKASAN
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi secara In Vitro; Rinda Yanuarisa;
122010101024; 2015; 46 halaman; Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih endemik di
Indonesia. Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Selama 10 tahun
terakhir, S. typhi dengan plasmid-encoded resisten terhadap kloramfenikol, ampisilin,
dan TMP-SMX. Banyaknya kejadian resistensi membuat banyak peneliti tertarik
untuk meneliti obat tradisional, salah satunya adalah daun tempuyung. Secara umum
daun tempuyung mengandung triterpenoid, flavonoid, inositol, manitol, dan kalium.
Triterpenoid dan flavonoid adalah zat yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun tempuyung
dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi secara in vitro dan mengetahui
Kadar Hambat Minimal (KHM).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu (Quasy
Experimental Design). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan
postes dengan kelompok kontrol (Post Test Only Control Group Design). Perlakuan
terdiri dari 8 konsentrasi ekstrak daun tempuyung dengan 4 kali pengulangan yaitu
2,5 g/disk, 5 g/disk, 10 g/disk, 20 g/disk, 30 g/disk, 40 g/disk, 60 g/disk,
dan 80 g/disk. Kontrol positif menggunakan kloramfenikol 30 g dan kontrol
negatif menggunakan DMSO. Tiap masing-masing konsentrasi ekstrak diteteskan ke
disk sebanyak 10 l dan disk ditaruh pada Mueller Hinton Agar. Setelah itu

diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37 oC. Pengukuran diameter zona hambat
dilakukan dengan jangka sorong.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun
tempuyung pada konsentrasi 10 g/disk, 20 g/disk, 30 g/disk, 40 g/disk, 60
g/disk, dan 80 g/disk dapat menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. KHM
secara kualitatif sebesar 10 g/disk. Hasil uji Shapiro Wilk (lampiran C) didapatkan
nilai p = 0,000 dan nilai = 0,05. Nilai p < (p<0,05) menunjukkan data tidak
terdistribusi secara normal. Kemudian data ditransformasi dan didapatkan nilai
signifikansi kurang dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data tidak
terdistribusi normal. Uji Korelasi Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,881 dan dapat disimpulkan bahwa hubungan antara konsentrasi ekstrak
etanol daun tempuyung dengan diameter zona hambat sangat kuat. Hasil uji regresi
logaritmik didapatkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,522 yang berarti 52,2%
pertumbuhan S. typhi ditentukan oleh besarnya konsentrasi ekstrak etanol daun
tempuyung, sedangkan 47,8% sisanya disebabkan oleh faktor lain. Hasil uji regresi
linier didapatkan nilai KHM secara kuantitatif sebesar 4,43 g/disk.
Jadi, pada penelitian ini terbukti ekstrak etanol daun tempuyung memiliki
aktivitas antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. Konsentrasi
minimal ekstrak etanol daun tempuyung yang mampu menghambat pertumbuhan
Salmonella typhi adalah 10 g/disk secara kualitatif dan 4,43 g/disk secara
kuantitatif

PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Prediksi Tinggi Badan
dengan Menggunakan Prediktor Panjang Ulna dan Panjang Femur. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata
satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Enny Suswati, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember
atas segala fasilitas dan kesempatan yang diberikan selama menempuh pendidikan
kedokteran di Universitas Jember;
2. dr. Dini Agustina, M. Biomed, selaku Dosen Pembimbing Utama dan dr. Ali
Santosa, Sp. PD, selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah meluangkan
waktu, pikiran, tenaga, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini;
3. dr. Sugiyanta, M. Ked dan dr. Desie Dwi Wisudanti, M. Biomed sebagai dosen
penguji yang banyak memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun
dalam penulisan skripsi;
4. kedua orang tua saya yang selalu memberikan doa, bimbingan, dukungan, dan
kasih sayang yang tak terhingga;
5. kembaran saya Lisa Sekar W dan adik saya Tiara Diva B yang selalu memberikan
doa, semangat, dan motivasi agar aku menjadi yang terbaik;
6. guru-guruku tercinta, yang telah memberiku ilmu dan membimbingku dengan
penuh kesabaran untuk menjadikanku manusia yang berilmu dan bertakwa;
7. teman seperjuangan penelitian Dina Aprilianti yang selalu sabar dan memberikan
semangat dalam mengerjakan penelitian skripsi ini;

8. Izaza Azwa Ramadhana, yang selalu memberiku semangat dan motivasi dalam
mencapai impianku;
9. sahabat-sahabatku Ulfa Rosida, Tri Wahyuni, Siti Sarah Hajar, Davina Amalia,
Diastri Nur S. D., dan Dwi Citra N. U. yang selalu memberikan dukungan dan
bantuan dalam penelitian skripsi ini;
10. teknisi Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Ibu
Lilis Lestari, A. Md atas bantuan, dukungan, serta masukan selama penelitian;
11. teman-teman angkatan 2012 Panacea atas segala bantuan dan dukungannya;
12. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.

Jember, Desember 2015


Penulis

10

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1 Tulang...........................................................................................................6
2.1.1 Struktur Tulang.......................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Tulang..................................................................................6
2.1.3 Pembentukan Tulang.............................................................................8
2.1.4 Pertumbuhan Panjang Tulang................................................................8
2.2 Tinggi Badan.................................................................................................9
2.2.1 Definisi Tinggi Badan............................................................................9
2.2.2 Struktur Tinggi Badan Manusia...........................................................10
2.2.3 Pengukuran Tinggi Badan....................................................................11
2.3 Tulang Ulna................................................................................................13
2.3.2 Panjang Tulang Ulna Perkutaneus.......................................................14
2.4 Tulang Femur..............................................................................................17
2.4.1. Anantomi Tulang Femur.....................................................................17
2.4.2. Panjang Tulang Femur Perkutaneus....................................................18
2.5 Hubungan panjang tulang ulna dan femur dengan tinggi badan...............19
2.7 Hipotesis Penelitian....................................................................................22

11

BAB 3. METODE PENELITIAN........................................................................23


3.1 Jenis Penelitian...........................................................................................23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................23
3.2.1

Tempat Penelitian...........................................................................23

3.2.2

Tempat Penelitian...........................................................................23

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................23


3.3.1

Populasi.............................................................................................23

3.3.2

Sampel............................................................................................23

3.3.3

Besar Sampel..................................................................................24

3.4 Variabel Penelitian......................................................................................25


3.5 Definisi Operasional...................................................................................25
3.6 Instrumen Penelitian...................................................................................26
3.7 Rancangan Penelitian..................................................................................27
3.8 Prosedur Penelitian.....................................................................................28
3.8.1

Pengumpulan data..........................................................................28

3.8.2

Pengukuran tinggi badan................................................................28

3.8.3

Pengukuran panjang tulang ulna....................................................28

3.8.4

Pengukuran panjang tulang femur..................................................29

3.9 Analisis Data.............................................................................................29


3.10 Uji Kelayakan Etik...................................................................................29
3.12 Skema dan Alur Penelitian........................................................................30
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................31
4.1 Hasil Penelitian...........................................................................................31
4.1.1 Karakteristik subjek penelitian.............................................................31
4.1.3 Analisis Data........................................................................................33
4.2 Pembahasan................................................................................................40

12

BAB 5. PENUTUP...............................................................................................43
5.1 Kesimpulan.................................................................................................43
5.2 Saran...........................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
LAMPIRAN - LAMPIRAN.................................................................................49

DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penutupan Lempeng Epifisis Berdasarkan Jenis Kelamin..................17
YTabel 4. 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia..........................................30

Tabel 4. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..............................31


Tabel 4. 3 Distribusi Tinggi Badan, Femur, dan Ulna pada Laki-Laki................31
Tabel 4. 4 Distribusi Tinggi Badan, Femur, Ulna pada Perempuan...................32
Tabel 4. 5. Hasil Uji Korelasi Pearson.................................................................33
Tabel 4. 6 Hasil Uji Korelasi Pearson Perempuan...............................................33
Tabel 4. 7 Persamaan Regresi Berdasarkan Tulang Ulna dan Tulang Femur......34
Tabel 4. 8 Persamaan Regresi Berdasarkan Tulang Ulna dan Tulang Femur.......36
Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi Laki-Laki...............................................37
Tabel 4. 10 Hasil Koefisien Determinasi Perempuan...........................................38

13

DAFTAR GAM
Gambar 2. 1 Pertumbuhan Panjang Tulang di Lempeng Epifisis..........................9
Gambar 2. 2 Posisi kepala sejajar dengan dataran Frankfurt...............................11
Gambar 2. 3 Pengukuran Tinggi Badan...............................................................12
Gambar 2. 4 Tulang Ulna.....................................................................................15
Gambar 2. 5 Skema Pengukuran Panjang Tulang Ulna.......................................16
Gambar2. 6 Posisi Pengukuran Ulna....................................................................16
Gambar 2. 7 Tulang Femur...................................................................................19
YGambar 3. 1 Rancangan Penelitian................................................................... 27
YGambar 4. 1. Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang

tulang femur dengan tinggi badan.................................................36


Gambar 4. 2 Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
tulang femur dengan tinggi badan...................................................36
Gambar 4. 3 Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
tulang femur dengan tinggi badan...................................................37
Gambar 4. 4 Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
tulang ulna dengan tinggi badan......................................................38

14

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. 1.......................................................................................................48
Lampiran A. 2.......................................................................................................50

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Salah satu bidang penting dalam ilmu kedokteran forensik adalah


identifikasi. Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang
hidup maupun mati, berdasarkan beberapa ciri khas yang terdapat pada orang
tersebut (Chadha, 1995). Identifikasi sering dilakukan pada kasus-kasus
pembunuhan, bunuh diri, ledakan bom, penyerangan teroris, peperangan,
kecelakaan dan juga bencana alam. Selama tahun 2015 telah terjadi 1681
bencana alam yang menyebabkan 259 orang tewas (BPNB, 2016). Selain akibat
bencana alam, korban tewas di Indonesia akibat tindak kriminalitas saat ini juga
semakin meningkat. Modus operasi kriminalitasnya juga semakin bervariasi.
Pembunuh seringkali berusaha menghilangkan identitas korban dengan cara
memotong-motong tubuh korban dan menaruh bagian-bagian tubuh korban di
tempat yang berbeda. Pembunuhan dengan cara tersebut dalam masyarakat
dikenal sebagai pembunuhan mutilasi.
Berdasarkan data International drug and crime association korban mutilasi di
dunia terus meningkat dengan rentang usia terbanyak pada usia 21-30 tahun. Di
Indonesia kasus mutilasi mulai banyak terjadi sejak tahun 1960 (Fadil, 2011).
Pada tahun 2016 kasus mutilasi yang terjadi di Indonesia antara lain kasus
korban mutilasi di tol Cikampek 5 Maret 2013 (Kompas, 2013), kasus korban
mutilasi di banyuwangi (Detiknews, 2014), kasus korban mutilasi di Situbondo
pada Oktober 2015 ( Detiksnews, 2015 ), kasus korban mutilasi perempuan hamil
di Cikupa, Tangerang pada 10 April 2016 (Tempo, 2016), dan yang baru saja
terjadi kasus korban mutilasi pada anggota DPRD Lampung ( Merdeka, 2016).
Oleh karena itu proses identifikasi sangat penting dilakukan untuk menentukan
identitas korban terutama pada korban yang ditemukan dalam keadaan tidak
utuh.

Dalam kedokteran forensik tinggi badan merupakan salah satu dari empat
parameter penting dalam proses identifikasi selain jenis kelamin, ras, usia, dan
tinggi badan (Ahmed, 2013). Karena tinggi badan merupakan salah satu
parameter penting dalam identifikasi jenazah diperlukan metode untuk
mengetahui tinggi badan pada saat proses identifikasi. Ada 2 metode identifikasi
tinggi badan yang bisa dilakukan yaitu metode anatomis dan matematis. (Nath et
al., 2002 ). Metode matematis digunakan untuk identifikasi tinggi badan jenazah
dalam kondisi utuh karena diperlukan seluruh komponen tulang penyusun tinggi
badan dalam pengukuran dengan metode ini (Nath et al., 2002). Pada kasus
ditemukanya jenazah yang sudah tidak utuh dapat digunakan metode matematis
dengan menggunakan rumus regresi linier yang berasal dari satu atau beberapa
potongan tubuh dari jenazah. (Ahmed, 2013; Chikhalkar et al. 2010; Singh et al.
2013). Penggunaan rumus regresi linier untuk menentukan estimasi tinggi badan
berdasarkan bagian tubuh tertentu merupakan cara yang akurat dibanding metode
lain (Tsokos, M., 2008).
Bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai alternatif pengukuran
estimasi tinggi badan adalah dengan menggunakan panjang tulang panjang
extremitas atas dan bawah karena tulang panjang extremitas atas dan bawah
berbanding secara proposional dengan tinggi badan (Marthunus, 2015). Salah
satu alternatif pengukuran tinggi badan menggunakan tulang panjang adalah
dengan menggunakan panjang tulang ulna dan tulang femur. Pengukuran
berdasar panjang tulang ulna lebih dipilih dibanding panjang tulang lain karena
pengukuran dengan panjang tulang ulna dirasa cukup presisi, reliable dan mudah
untuk dilakukan dibanding tulang panjang lainya. Beberapa studi efektifitas
panjang ulna sebagai prediktor tinggi badan dilakukan pada berbagai kelompok
usia, etnis, dan jenis kelamin (Ilayperuma et al., 2010; Thumar, B. et al., 2011;
Prasad et al., 2012; Barbosa et al., 2012 dan Honandar, 2014) dengan hasil
korelasi yang baik. Menurut Ozaslan (2006) tulang ulna memiliki akurasi yang
lebih baik dibanding tulang panjang extrimitas atas lainnya. British Association

for Parenteral and Enteral Nutrition merekomendasikan panjang tulang ulna


sebagai salah satu alternatif pengukuran tinggi badan.
Selain menggunakan panjang tulang ulna juga bisa menggunakan panjang
tulang femur sebagai alternatif pengukuran tinggi badan. Tulang femur
merupakan tulang yang berkontribusi besar dalam membentuk tinggi badan
sehingga bisa dijadikan alternatif pengukuran tinggi badan (Atmadja, 1991).
Selain itu pengukuran pada tulang femur kurang dipengaruhi oleh stress
lingkungan dibanding anngota extrimitas bawah lainnya (Nor et al., 2013).
Trotter M et al. mengatakan bahwa metode prediksi tinggi badan dengan
menggunakan persamaan regresi berbeda untuk setiap ras. Setiap ras untuk
kelompok usia tertentu dan jenis kelamin harus memiliki wadah sendiri untuk
menentukan perkiraan tinggi badan menggunakan berbagai parameter (Jethva,
2013). Oleh karena itu perlu pengujian lebih lanjut apabila dilakukan dengan
wilayah, populasi, dan ras berbeda.
Penelitian

tentang

alternatif

pengukuran

tinggi

badan

dengan

menggunakan panjang tulang ulna dan femur masih jarang dilakukan di


Indonesia khususnya di Universitas Jember. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk mengembangkan rumus prediksi tinggi badan dengan menggunakan
panjang tulang ulna dan panjang tulang femur.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum


Apakah tulang ulna dan tulang femur dapat dijadikan prediksi tinggi badan
aktual ?
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian Umum


Mengetahui prediksi tinggi badan berdasarkan pengukuran panjang tulang
ulna dan tulang femur.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Bidang Kedokteran Forensik


Dapat memberikan rekomendasi penggunaan tulang ulna dan tulang
femur sebagai prediktor tinggi badan dan untuk mempermudah identifikasi mayat
apabila ditemukannya tulang ulna dan tulang femur yang masih lengkap (masih
dibungkus/ dibaluti oleh otot dan kulit).
.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Lain
Dapat menghasilkan saran untuk penelitian lanjutan yang dapat dilakukan
dengan menggunakan model prediksi tinggi badan dengan tulang yang lain pada
cakupan sampel yang lebih luas lagi.
1.4.3 Manfaat Bagi Pembaca
Bagi pembaca, diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan
mengenai korelasi tulang ulna dan femur dengan tinggi badan serta
pemanfaatanya sebagai prediktor tinggi badan actual.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tulang

2.1.1 Struktur Tulang


Tulang adalah jaringan hidup yang struktumya dapat berubah sebagai
akibat tekanan yang dialaminya. Tulang selalu diperbarui dengan pembentukan
tulang baru dan resorpsi. Seperti jaringan ikat lain, tulang terdiri dari sel, serabut,
dan matriks. Tulang bersifat keras karena matriks ekstraselulernya mengalami
kalsifikasi, dan mempunyai derajat elastisitas tertentu akibat adanya serabut
serabut organik. Tulang mernpunyai fungsi protektif, misalnya tengkorak dan
columna vertebralis melindungi otak dan medulla spinalis dari cedera; stemum
dan costa melindungi viscera rongga toraks dan abdomen bagian atas (Snell,
2006).
Tulang berperan sebagai pengungkit seperti yang dapat dilihat pada
tulang panjang ekstrimitas, dan sebagai tempat penyimpanan utama dari garam
kalsium. Sumsum tulang yang berfungsi membentuk sel-sel darah terdapat di
dalam rongga tulang dan terlindungi oleh tulang. Tulang terdiri atas dua bentuk,
tulang kompakta dan tulang spongiosa. Tulang kompakta tampak sebagai massa
yang padat, tulang spongiosa terdiri atas anyaman trabekula. Trabekula tersusun
sedemikian rupa sehingga tahan akan tekanan dan tarikan yang mengenai tulang
(Snell, 2006).
2.1.2 Klasifikasi Tulang
Terdapat empat tipe bentuk dasar dari tulang. Menurut bentuknya, tulang
terbagi atas (Snell et. al., 2006) :

a. Tulang Panjang
Ditemukan pada extremitas (contoh: humerus, femur, ossa metacarpi, ossa
metatarsi, dan phalanges). Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular,
diafisis, dan biasanya terdapat epifiysis pada ujung-ujungnya. Selama masa
pertumbuhan diaphysis dipisahkan dari epiphysis oleh kartilago epiphysis.
Bagian diaphysis yang terletak berdekatan dengan kartilago epiphysis disebut
metaphysis. Corpus mempunyai cavitas medullaris di bagian tengah yang berisi
medulla ossium (sumsum fulang). Bagian luar corpus terdiri dari tulang
kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat, periosteum.
b. Tulang Pendek
Tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki (contohnya os scaphoideum, os
iunatum, talus, dan calcaneus). Benfuk tulang ini umumnya segiempat dan terdiri
atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tipis tulang kompakta. Tulang
pendek diliputi periosteum dan facies articularis diliputi oleh cartilago hyalin.
c. Tulang Pipih
Tulang pipih ditemukan pada tempurung kepala (contoh os frontale dan os
parietale). Bagian dalam dan luar tulang ini terdiri atas lapisan tipis tulang
kompakta, disebut tabula, yang dipisahkan oleh selapis tulang spongiosa, disebut
diploe. Scapula termasuk di dalam kelompok tulang ini. walaupun berbentuk
irregular.
d. Tulang lregular
Tulang iregular merupakan tulang yang tidak termasuk di dalam kelompok yang
telah disebutkan di atas (contoh tulangtulang tengkorak, vertebrae, dan os coxae).
Tulang ini tersusun dari selapis tipis tulang kompakta di bagian iuarnya dan
bagian dalamnya dibentuk oleh tulang spongiosa.

e. Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang ditemukan pada tendo-tendo
tertentu di mana terdapat pergeseran tendo pada permukaan tulang. Sebagian
besar tulang sesamoid tertanam di dalam tendo dan permukaan bebasnya diliputi
oleh cartilago. Tulang sesamoid yang terbesar adalah patella yang terdapat pada
tendo musculus quadriceps femoris.
2.1.3 Pembentukan Tulang
Pembentukan tulang disebut juga osifikasi atau osteogenesis. Osifikasi
berasal dari kata osi yang artinya tulang dan fikasi yang artinya pembentukan.
Menurut Eroschenko (2008) dan Mescher (2013) osifikasi terjadi dengan 2 cara
yaitu melalui osifikasi endokondral dan osifikasi intramembranosa. Hampir
semua tulang di dalam tubuh dibentuk melalui proses osifikasi endokondral.
Proses ini terjadi melalui tulang rawan hialin kemudian mengalami pergantian
menjadi tulang dewasa (Junqueira et al., 2011). Model tulang rawan ini terus
tumbuh melalui cara intersitial (pertumbuhan tulang secara memanjang) dan
aposisional (penambahan ketebalan tulang) (Sherwood, 2007). Osifikasi
Intramembranosa adalah proses pembentukan tulang dari sel-sel mesenkim,
misalnya pada tulang pipih .
2.1.4 Pertumbuhan Panjang Tulang
Menurut Rasjad (2007) pertumbuham tulang melibatkan 2 proses yaitu
pertumbuhan interstisial kartilago dari lempeng epifisis dan penggantian
kartilago di sisi permukaan metafisis secara osifikasi endokhondral. Lempeng
epifisis adalah lembaran kartilago hialin yang berada pada metafisi tulang yang
sedang tumbuh. Seperti tampak pada Gambar 2.1, pertumbuhan panjang di
lempeng epifis melibatkan 4 zona ( Tortora, 2009) :

a. Zona Istirahat
Zona ini disebut zona istirahat karena kondrositnya tidak secara aktif ikut
pertumbuhan tulang.
b. Zona Proliferasi
Disini kondrosit aktif membelah menghasilkan kondrosit baru dan
terbentuklah kolom-kolom sel yang pararel dengan pertumbuhan tulang.
c. Zona Hipertrofi
Terdiri atas kondrosit yang matang dan besar.
d. Zona Kalsifikasi Tulang Rawan
Zona terdiri oleh kondrosit yang sudah mati karena matriks ekstraseluler
mengalami kalsifikasi. Osteoklas menghancurkan kartilago kalsifikasi.
Osteoblas dan pembuluh kapiler

menginvasi rongga yang ditinggalkan

kondrosit. Osteoblas menggantikan kartilago kalsifikasi melalui osifikasi


endokondral. Selanjutnya zona kalsifikasi tulang rawan berubah jadi diafisis
baru. Aktivitas dari lempeng epifisis tersebut menambah panjang dari diafisis,
namun ketebalan lempeng epifisis tetap konstan.

Gambar 2. 1 Pertumbuhan Panjang Tulang di Lempeng Epifisis


(Mescher, 2013)
2.3 Tulang Ulna

2.3.1. Anantomi Tulang Ulna


Ulna merupakan tulang medial lengan bawah, seperti tampak pada
Gambar 2.4. Ujung atasnya bersendi dengan humerus pada articulatio cubiti dan

dengan caput radii pada articulatio radioulnaris proximalis. Ujung distalnya


bersendi dengan radius pada articulatio radioulnaris distalis, tetapi dipisahkan
dari articulatio radiocarpea dengan adanya facies articularis. Seperti tampak pada
gambar ujung atas ulna besar dikenal sebagai olecranon processus, bagian ini
membentuk tonjolan pada siku. Processus ini mempunyai incisura di permukaan
anteriornya, incisura trochlearis, yang bersendi dengan trochlea humeri. Di
bawah trochlea humeri terdapat processus coronoideus yang berbentuk segitiga
dan pada permukaan lateralnya terdapat incisura radialis untuk bersendi dengan
caput radii (Snell et al., 2006).
Corpus ulna mengecil dari atas ke bawah. Di lateral mempunyai margo
interosseus yang tajam untuk tempat melekatnya membrana interossea. Pinggir
posterior membulat, terletak subcutan dan mudah diraba seluruh panjangnya. Di
bawah incisura radialis terdapat lekukan fossa supinator yang mempermudah
gerakan tuberositas radii. Pinggir posterior fossa ini tajam dan dikenal sebagai
crista supinatoria, yang menjadi tempat origo dari musculus supinator. Pada
ujung distal uina terdapat caput yang bulat, yang mempunyai tonjolan pada
permukaan medialnya, disebut processus styloideus, seperti tampak pada
Gambar. 2.4 (Snell et al., 2006).
2.3.2 Panjang Tulang Ulna Perkutaneus
Panjang ulna adalah jarak yang ditarik langsung dari prosesus olecrani
sampai dengan prosesus styloideus pada saat siku difleksikan secara maksimal
(Madden et al., 2011). Sedangkan menurut Mondal et al., (2012) panjang ulna
dapat diperoleh dengan cara menyilangkan salah satu lengan bawah yang akan
diukur didepan dada dengan posisi telapak tangan pada sisi pundak yang
berlawanan arah dengan lengan bawah yang disilangkan. Siku ditekuk dengan
sudut 45 derajad, akhir proksimal ulna ditemukan dengan cara meraba sepanjang
tulang, sedangkan ujung dari prosesus styloideus dapat dirasakan di pergelangan

10

tangan dengan meraba di sepanjang tulang distal kemudian diukur dengan pita
ukur seperti yang tampak pada gambar 2.5.

Gambar 2. 2 Tulang Ulna


(Snell et al., 2006)

11

Gambar 2. 3 Skema Pengukuran Panjang Tulang Ulna


(Madden A.M. et al., 2011)

Gambar2. 4 Posisi Pengukuran Ulna


(Mondal et al., 2012)

Ulna adalah tulang panjang yang sering digunakan untuk pengukuran


estimasi tinggi badan karena ulna merupakan tulang yang terletak paralel di

12

lengan bawah, dimana ujung-ujungnya berada di permukaan sehingga mudah


untuk diraba. Ulna adalah tulang panjang yang berbentuk prismatik yang terletak
di sebelah medial dari lengan bawah. Tulang ini lebar di sebelah proksimal dan
mengecil di sebelah distal. Osifikasi tulang ulna ini dimulai sejak usia 8 minggu
ketika masa fetus, dan penutupan lempeng epifisisis proksimal terjadi pada usia
14-17 tahun pada wanita dan 14-18 tahun pada pria, sedangkan lempeng epifisis
distal akan menutup pada usia 16-19 tahun pada wanita dan 17-20 tahun pada
pria (Reinhard et al., 2013). Penutupan lempeng epifisis pada masing masing
tulang berbeda-beda seperti tampak pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Penutupan Lempeng Epifisis Berdasarkan Jenis Kelamin


(Reinhard et al., 2013)

2.4 Tulang Femur

13

2.4.1. Anantomi Tulang Femur


Seperti tampak pada gambar 2.7. tulang femur merupakan tulang
terpanjang dan terbesar dalam tubuh manusia. Bagian proksimal dari tulang ini
terdiri dari caput femoris yang bersendi dengan acetabullum, collum femoris dan
dua trochanter major. Ujung distal tulang femur berakhir menjadi dua condylus
yaitu epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang bersendi dengan tibia.
Tulang femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis dan epiphysis distalis.
Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis
distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepanjang yang disebut condylus
femoralis lateralis dan medialis. Di bagian proksimal tonjolan tersebut terdapat
sebuah bulatan kecil yang disebut epicondylus lateralis dan medialis. Dari depan
terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut facies patellaris yang
nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan bagian belakang diantara condylus
lateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa intercondyloideal.

Gambar 2. 5 Tulang Femur


(Snell et al., 2006)

14

2.4.2. Panjang Tulang Femur Perkutaneus


Pengukuran panjang femur dilakukan dengan subjek dalam keadaan
berdiri ataupun berbaring dengan melakukan palpasi untuk menemukan batas
trokanter mayor femur dan epicondilus lateralis kemudian diukur jarak antara
puncak trokanter mayor sampai dengan epicondilus lateralis dengan alat meteran
ukur (Marthunus, 2015; Obialor, 2015). Parameter dengen panjang femur
dianggap akurat, karena os femur berkontribusi besar dalam membentuk tinggi
badan seseorang. Selain itu, hubungan panjang femur dengan tinggi badan lebih
stabil daripada tulang extrimitas bawah lainnya (Mahakkanukrauh et al., 2011)

3.2 Tinggi Badan

2.2.1 Definisi Tinggi Badan


Tinggi badan didefinisikan sebagai hasil pengukuran maksimum panjang
tulang-tulang secara paralel dalam tubuh yang membentuk poros tubuh (The
Body Axis), yang diukur dari titik tertinggi kepala yang disebut vertex (puncak
kepala) ke titik terendah tulang kalkaneus (tuberositas calcanei) yang disebut
heel (Snell, 2006). Tinggi badan merupakan dimensi linier dari sebuah kompleks
anatomi yang terdiri dari tengkorak, kolumna vertebra, pelvis, ekstrimitas bawah.
Hal tersebut menunjukan adanya hubungan signifikan antara tinggi badan secara
keseluruhan dan potongan bagian tubuh seseorang (Uhrova, et al., 2015). Tulang
panjang dengan tinggi badan memiliki suatu hubungan yang linier, sehingga
dapat diterapkan dalam memprediksi tinggi badan (Trotter dan Glesser dalam
Itsna, 2015).
2.2.2 Struktur Tinggi Badan Manusia
Kerangka adalah struktur keras dalam bentuk dimensi linier yang
membentuk tinggi badan. Dalam pembagiannya, rangka kemudian digolongkan
menjadi dua macam, yaitu rangka aksial dan rangka apendikular (Sloane, 2003).

15

Rangka aksial terdiri atas 80 tulang, sedangkan rangka apendikular terdiri atas
126 tulang (Cohen, et. al, 2000). Yang termasuk ke dalam bagian rangka aksial
adalah tulang tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk, tulang dada, dan tulang
hyoid (tulang yang berbentuk U, terletak di leher) (Fong,et. al, 1984).
Sedangkan yang termasuk ke dalam rangka apendikular adalah tulangtulang penyusun bahu, lengan, pergelangan tangan, tangan, pinggul, tungkai,
pergelangan kaki, dan kaki (Fong, et. al, 1984). Tulang bahu terdiri atas tulang
selangka dan belikat, sementara lengan atas dibentuk oleh tulang humerus dan
lengan bawah disusun oleh tulang ulna dan radius. Di dalam pergelangan tangan,
terdapat tulang karpal. Sedangkan pada bagian telapak disebut dengan tulang
metakarpal dan ruas jari-jarinya adalah tulang falang. Pada anggota badan bawah
yang juga merupakan bagian dari rangka apendikular terdapat tulang coxae yang
membentuk pinggul, tulang femur (paha), tulang patella yang merupakan
tempurung lutut, tibia dan fibula sebagai penyusun tungkai, tulang tarsal yang
terdapat pada pergelangan kaki, serta metatarsal dan tulang falang yang
menyusun telapak kaki dan jari-jari kaki (Cohen, et. al, 2000)
2.2.3 Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan menggunakan

microtoise

dengan subyek berdiri tanpa alas kaki diatas permukaan yang datar, tumit saling
bersentuhan dan menempel pada bidang vertikal (Rastogi et al., 2008). Subyek
berdiri tegak dengan punggung bersentuhan dengan bidang vertikal serta kedua
tangan rileks disamping badan seperti tampak pada Gambar 2.3. Pada saat
pengukuran, subyek melihat lurus kedepan dan palang geser microtoise berada
pada posisi bersentuhan dengan bagian vertex (Hemy et al., 2013). Selain itu,
dalam mengukur tinggi badan, posisi kepala sejajar dengan dataran Frankfurt
seperti tampak pada Gambar 2.2 (Jasuja dan Singh, 2004). Dataran Frankfurt
merupakan bidang horizontal yang melewati titik tragus dan infraorbital.

16

Gambar 2. 6 Posisi kepala sejajar dengan dataran Frankfurt


(Devison, 2009)

17

Gambar 2. 7 Pengukuran Tinggi Badan


(Devison, 2009)
2.2.3 Perkiraan Tinggi Badan
Ukuran panjang tulang panjang memiliki hubungan yang signifikan dalam
memperkirakan tinggi badan manusia. Pada autopsi yang dilakukan oleh ahli
forensik tidak dilakukan terhadap tubuh yang masih utuh, tetapi pada tubuh yang
sudah dalam keadaan rusak atau terpotong potong.
Pada keadaan tubuh yang sudah tidak utuh dapat diperkirakan tinggi
badannya secara kasar, sebagai berikut :

18

(a) Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat
direntangkan secara maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan,
(b) Mengukur panjang dari puncak kepala (Vertex) sampai symphisis pubis dikali
2, ataupun ukuran panjang dari symphisis pubis sampai ke salah satu tumit,
dengan posisi pinggang dan kaki diregang serta tumit dijinjitkan,
(c) Mengukur panjang salah satu lengan (diukur dari salah satu ujung jari tengah
sampai ke acromion di klavicula pada sisi yang sama) dikali dua (cm), lalu
ditambah lagi 34 cm (terdiri dari 30 cm panjang 2 buah klavicula dan 4 cm lebar
dari manubrium sterni/ sternum),
(d) Mengukur panjang dari lekuk di atas sternum (sternal notch) sampai
symphisis pubis lalu dikali 3,3,
(e) Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi
yang sama, lalu dikali 3,7,
(f) Mengukur panjang femur dikali 4,
(g) Mengukur Panjang humerus dikali 6.
Bila pengukuran dilakukan pada tulang-tulang saja, maka dilakukan penambahan
2,5 sampai 4 cm untuk mengganti jarak sambungan dari sendi-sendi.Bila yang
diukur adalah tulang yang dalam keadaan kering, maka umumnya telah terjadi
pemendekan sepanjang 2 millimeter (mm) dibanding dengan tulang yang segar,
yang tentunya hal tersebut harus diperhatikan dalam melakukan penghitungan
tinggi badan. Secara spesifik Glinka menyebutkan bahwa bila ingin
merekonstruksi tinggi badan manusia ketika hidup, namun rekonstruksi
dilakukan dari tulang-tulang saja maka karena tulang menjadi kering harus
diperhitungkan penyusutan yang terjadi untuk tiap-tiap tulang. Pada beberapa
tulang disebutkan penyusutan untuk masing-masing tulang femur sebesar 2,3-2,6
mm, humerus sebesar 1,3 mm, tibia sebesar 1,7 mm dan radius sebesar 0,7 mm
(Amalia, 2015).

19

2.5 Hubungan panjang tulang ulna dan femur dengan tinggi badan

Rangka tubuh merupakan struktur keras yang terdiri dari tulang-tulang yang
menyusun tinggi badan. Rangka tubuh manusia digolongkan menjadi skeleton
aksial dan skeleton apendikuler. Skeleton aksial merupakan rangka yang terdiri
dari tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada, dan tulang rusuk. Skeleton
apendikuler terdiri dari tulang ekstremitas atas dan tulang ekstremitas bawah
(Irianto, 2012). Pertumbuhan tulang-tulang penyusun tinggi badan mempunyai
pertumbuhan yang saling berbanding lurus. Tulang panjang ektremitas atas dan
bawah memiliki pertumbuhan berbanding paling proposional dengan tinggi
badan manusia sehingga penentuan tinggi badan bisa dihitung dari tulang
panjang dengan rumus regresi (Indrianti, 2004). Salah satu pengukuran tinggi
badan menggunakan tulang panjang adalah menggunakan panjang tulang ulna
dan tulang femur. Tulang ulna dan tulang femur merupakan salah satu tulang
panjang sehingga tulang ini memiliki suatu hubungan yang linier dengan tinggi
badan dan dapat digunakan untuk memprediksi tinggi badan. Penggunaan rumus
regresi linier untuk mengukur tinggi badan berdasarkan tulang panjang
merupakan cara yang lebih cepat dan lebih akurat bila dilakukan pada suatu
lingkup tertentu (Agnihotri, 2007).

20

2.6 Kerangka Konseptual


Faktor yang
mempengaruhi:
1.
2.
3.
4.
5.

Umur
Genetik
Jenis Kelamin
Lingkungan
Ras
6. Nutrisi

21

Tinggi Badan

Ulna

Menentukan Rumus
Prediksi Tinggi Badan
Manusia

Keterangan :
: Saling Mempengaruhi
: Pertumbuhan Berbanding Lurus
c
c

: Tidak Diteliti
: Diteliti

KETERANGAN =

PERTUMBUHAN BERBANDING LURUS

Femur

Menentukan Rumus
Prediksi Tinggi Badan
Manusia

22

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori diatas, hipotesis untuk penelitian ini tulang


ulna dan tulang femur dapat dijadikan prediksi tinggi badan

23

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan


pendekatan Cross Sectional, yaitu studi ini mencakup semua jenis penelitian
yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali pada saat itu
(Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1

Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran, Universitas Jember dan

ditempat tinggal masing-masing responden


3.2.2

Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2016

24

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1

Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Laki laki dan Perempuan

FK Unej yang telah berusia lebih dari sama dengan 21 tahun. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 102.
3.3.2

Sampel
Pada penelitian ini, pemilihan sampel penelitian menggunakan metode

total sampling. Pada total sampling semua anggota populasi dijadikan sampel
penelitian (Soekijo, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 102
sampel.
3.3.3

Kriteria Inklusi

a. Mampu berdiri tegak


b. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani Informed consent.
3.3.4 Kriteria Eksklusi
a. Memiliki riwayat fraktur pada lengan bawah
b. Memiliki riwayat fraktur pada Os Femur
c. Panjang Femur sulit ditentukan
3.4 Variabel Penelitian

a. Variabel independen

: Panjang tulang ulna dan panjang tulang femur

b. Variabel dependen

: Tinggi badan

c. Variabel terkontrol

: Usia dan Jenis Kelamin

3.5 Definisi Operasional

25

a. Tinggi Badan adalah jarak dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut
Vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (the calcanear tuberosity) yang
disebut heel. Tinggi badan dapat diukur menggunakan microtoise dengan satuan
centimeter (cm). Skala pengukuran dari tinggi badan adalah Numerik (Rasio).
b. Panjang Tulang Ulna adalah panjang yang diperoleh dengan cara
menyilangkan salah satu lengan bawah yang akan diukur didepan dada dengan
posisi telapak tangan pada sisi pundak yang berlawanan arah dengan lengan
bawah yang akan diukur kemudian mengukur panjang tulang ulna dari lengan
responden dari ujung siku (prosesus olekranon) sampai pertengahan dari tulang
yang menonjol di pergelangan tangan (prosesus stiloid) responden menggunakan
metlin/pita ukur dengan satuan centimeter (cm). Skala pengukuran dari panjang
tulang ulna adalah Numerik (Rasio).
c. Panjang Tulang Femur adalah panjang yang diperoleh dengan cara palpasi
terlebih dahulu untuk menentukan batas trokanter mayor femur dan condilus
lateralis femur kemudian diukur jarak diantara trokanter mayor femur dan
condilus lateralis femur. Panjang tulang femur diukur dengan metlin/pita ukur
dengen dengan satuan centimeter (cm). Skala pengukuran dari panjang tulang
ulna adalah Numerik (Rasio).
d. Usia responden yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu
penelitian yang dinyatakan dalam tahun dan dapat diketahui melalui wawancara
maupun kartu idenitas. Skala pengukuran usia adalah numerik (Rasio).
3.6 Instrumen Penelitian

a. Microtoise untuk mengukur tinggi badan responden dengan satuan sentimeter


(cm).
b. Metlin untuk mengukur panjang tulang ulna dan tulang femur
c. Lembar Informed consent untuk meminta persetujuan responden dalam
melakukan penelitian.
d. Alat Tulis untuk mencatat hasil pengukuran.

26

3.7 Rancangan Penelitian

Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Unej

Laki-Laki

Perempuan

Pengukuran Tinggi
badan

Pengukuran Femur
Kanan dan Kiri

Pengukuran Ulna
Kanan dan Kiri

Analisis Data

Analisis Data

Estimasi Tinggi Badan

Estimasi Tinggi Badan

Gambar 3. 1 Rancangan Penelitian

27

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1

Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukam anamnesis dan

pengamatan kepada responden terutama yang berhubungan dengan kriteria


inklusi dan eksklusi agar tidak terjadi kekeliruan dalam penelitian, sebelum
dilakukan pengumpulan, responden telah lebih dulu dijelaskan mengenai
penelitian yang akan dilakukan dan diberi lembar informed consent untuk
meminta kesediaan dari responden.
3.8.2

Pengukuran tinggi badan


Setelah dilakukan pengumpulan data, setiap responden langsung

melakukan pengukuran tinggi badan dengan microtoise. Tinggi badan diukur dari
titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut Vertex, ke titik terendah dari
tulang kalkaneus yang disebut heel. Responden diminta berdiri di tempat yang
datar, dan bagian punggungnya merapat ke dinding dengan kepala menghadap
lurus ke depan, sehingga bagian belakang kepala menempel di dinding. Kaki
responden juga diminta untuk dirapatkan sehingga bagian pantat juga menempel
pada dinding. Hasil pengukuran ditulis pada lembar kuesioner yang telah berisi
data responden.

28

3.8.3

Pengukuran panjang tulang ulna


Prosedur selanjutnya adalah pengukuran panjang tulang ulna pada sisi kiri

dan kanan. Pengukuran dilakukan dengan cara menyilangkan salah satu lengan
bawah yang akan diukur didepan dada dengan posisi telapak tangan pada sisi
pundak yang berlawanan arah dengan lengan bawah yang akan diukur, kemudian
mengukur panjang tulang ulna dari ujung siku (prosesus olekranon) sampai
pertengahan dari tulang yang menonjol di pergelangan tangan (prosesus stiloid)
responden menggunakan metlin/pita ukur kapasitas 150 cm ketelitian 0,1 cm dan
data panjang ulna diukur dua kali dan diambil nilai rata-ratanya. Data tinggi
badan dan panjang tulang ulna dicatat oleh enumerator pada formulir penelitian.
3.8.4

Pengukuran panjang tulang femur


Prosedur selanjutnya adalah pengukuran panjang tulang femur pada sisi

kiri dan kanan. Batas tulang femur ditentukan secara palpasi kemudian diukur
mulai dari trokanter mayor femur sampai dengan condilus lateralis femur.
Panjang femur diukur dengan meteran dan data panjang femur diukur dua kali
lalu diambil rata-rata hasil pengukuran. Data tinggi badan dan panjang tulang
femur dicatat oleh enumerator pada formulir penelitian.
3.9 Analisis Data

Hasil penelitian ini dianalisis secara stastistik menggunakan software


statistic Spss 2.1. Data tinggi badan dan panjang tulang ulna di uji distribusi
normalnya untuk mengetahui apakah data tersebut normal atau tidak dengan
analisis Kolmogorov smirnov. Kemudian, untuk mencari perkiraan tinggi badan
menggunakan panjang tulang ulna dan femur digunakan uji regresi linier
sederhana.
3.10 Uji Kelayakan Etik

29

Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah manusia yang dalam
pelaksanaannya mengajukan sertifikat kelayakan etik kepada komisi etik
Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

3.12 Skema dan Alur Penelitian

Pemilihan sample
Kriteria Eksklusi
Pelaksanaan penelitian dengan
melakukan pengukuran panjang
tulang ulna dan tinggi badan

Pengumpulan hasil penelitian

Analisa Data

Hasil Penelitian

30

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Karakteristik subjek penelitian
Telah dilakukan penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Jember
mulai tanggal 14 November 2015. Subyek penelitian yaitu Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Negeri Jember dengan rentang umur lebih dari sama
dengan 21 tahun sebanyak 100 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi.
Jumlah sampel penelitian yang diperoleh berdasarkan karateristik sampel
didapatkan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Variabel

Jenis Kelamin

Minimal

Maksimal

Rata-rata SD

Laki-Laki

30

21

23

21.24 0.77

Perempuan

70

21

23

21.25 0.51

Usia

31

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil penelitian

umur

responden laki-laki minimal adalah 21 tahun, maksimal 23 tahun, sedangkan


rata-rata umur responden adalah 21.240.77 dan umur responden perempuan
minimal adalah 21 tahun, maksimal 23 tahun, sedangkan rata-rata umur
responden perempuan adalah 21.250.51

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Persen

Laki-Laki

30

30

Perempuan

70

70

Total

100

100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil penelitian bahwa jumlah perempuan


sebesar 70 orang ( 70 %) dibanding laki-laki sebesar 30 orang (30 %).
4.1.2 Deskripsi data pengukuran
a. Ulna
Tabel 4.3. Distribusi panjang tulang ulna
Deskripsi statistik
Variable

Minimal

Maksimal

Rerata SD

Laki-laki

21

31,4

26,78 2,24

Perempuan

21,1

28,5

25,08 1,7

32

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa panjang minimal ulna laki-laki
pada sampel penelitian sebesar 21 cm, maksimal sebesar 31,4 cm, dan nilai ratarata sebesar 26,78 2,24 cm. Pada ulna perempuan mempunyai nilai minimal
sebesar 21,1 cm, nilai maksimal sebesar 28,5 cm, dan nilai rata-rata sebesar
25,08 1,7 cm
b. Femur
Tabel 4.4. Distribusi Tulang Femur
Deskripsi statistik
Variabel

Minimal

Maksimal

Rerata SD

Laki-Laki

37,3

47

42,26 1,99

Perempuan

35,5

44,5

39,48 5,40

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa panjang minimal femur laki-laki
pada sampel penelitian sebesar 37,3 cm, maksimal sebesar 47 cm, dan nilai ratarata sebesar 42,227 2,89 cm. Sedangkan panjang minimal femur perempuan
sebesar 35,3 cm, maksimal sebesar 44,5 cm, dan nilai rata-rata sebesar 39,48
5,40 cm
c.

Tinggi Badan
Tabel 4.4. Distribusi Tinggi Badan
Deskripsi statistik
Variabel

Minimal

Maksimal

Rerata SD

Laki-Laki

156,5

176,5

166,93 4,29

Perempuan

150

169

159,22 5,40

33

Tinggi badan laki- laki mempunyai nilai minimal sebesar 160,5 cm, nilai
maksimal sebesar 176,5 cm, dan nilai rata-rata sebesar 166,93 4,29 cm. Tinggi
Badan perempuan mempunyai nilai minimal sebesar 150 cm, nilai maksimal
sebesar 169 cm, dan nilai rata-rata sebesar 159,22 5,40 cm.
4.1.3 Analisis Data
a. Uji Korelasi Pearson
Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan panjang ulna
dengan tinggi badan dan panjang femur dengan tinggi badan pada populasi ini.
Hasil uji korelasi Pearson berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut:
1) Femur
Tabel 4.7. Hasil Uji Korelasi Pearson
Korelasi
Tinggi

Laki-laki

Perempuan

Pearson

,906

,896

Sig (2 tailed)
N

,000

,000
30

Interpretasi hasil uji korelasi Pearson berdasarkan tabel 4.7 adalah sebagai
berikut :
a. Hubungan antara tinggi badan dengan panjang femur laki-laki diperoleh nilai
sig 0,000 yang menunjukan korelasi yang bermakna. Nilai korelasi Pearson
sebesar 0,906 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
yang sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan apabila panjang femur bertambah
akan diikuti pertambahan tinggi badan.
b. Hubungan antara tinggi badan dengan panjang femur perempuan diperoleh
nilai sig 0,000 yang menunjukan korelasi yang bermakna. Nilai korelasi Pearson
sebesar 0,862 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi

34

yang sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan apabila panjang ulna bertambah
akan diikuti pertambahan tinggi badan.

2) Ulna
Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi Pearson Perempuan
Korelasi
Tinggi

Pearson
Sig (2 tailed)
N

Laki-laki

Perempuan

,862
,000

,841
,000
70

Interpretasi hasil uji korelasi Pearson berdasarkan tabel 4.5 adalah sebagai
berikut :
a). Hubungan antara tinggi badan dengan panjang ulna laki-laki diperoleh nilai
sig 0,000 yang menunjukan korelasi yang bermakna. Nilai korelasi Pearson
sebesar 0,896 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
yang sangat kuat sehingga apabila
b). Hubungan antara tinggi badan dengan panjang ulna perempuan diperoleh nilai
sig 0,000 yang menunjukan korelasi yang bermakna. Nilai korelasi Pearson
sebesar 0,841 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
yang sangat kuat
b. Perkiraan Tinggi Badan
Mencari perkiraan tinggi badan menggunakan panjang tulang femur dan
ulna dapat digunakan uji regresi linier sederhana dengan aplikasi SPSS for
Windows Release 2.1. Melalui uji regresi linier sederhana akan menghasilkan
persamaan Y = a + bX. Y adalah variabel terikat yaitu tinggi badan, X adalah
variabel bebas yaitu panjang tulang ulna atau femur, a adalah konstanta regresi

35

dan b menggambarkan jumlah peningkatan tinggi badan setiap penambahan


panjang 1cm variabel bebas. Persamaan regresi linier perkiraan tinggi badan
panjang tulang ulna dan femur berdasarkan jenis kelamin:

1) Ulna
Tabel 4.9 Persamaan Regresi Berdasarkan Tulang Ulna dan Tulang Femur
1.

Laki-laki

2.

Perempuan

Variabel

Std. Error

Konstanta
Ulna
Konstanta
Ulna

110,144
2,106
95,771
2,530

6,292
,234
4,967
,198

Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan persamaan regresi untuk memperkirakan


tinggi badan berdasarkan tulang ulna dan tulang femur pada laki-laki sebagai
berikut :
a) Tinggi Badan Laki Laki= 110,144 + 2,106 (Ulna)
b) Tinggi Badan Peerempuan = 95,771 + 2,530 (Ulna)

Tinggi Badan (cm)

y = 110,144 + 2,106 * (ulna)


R2 = 0,743

Panjang Ulna (cm)

36

Gambar 4.1. Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
tulang ulna laki laki dengan tinggi badan

Tinggi Badan (cm)

y = 95,771 + 2530 *(Ulna)


R2 = 0,707

Panjang Ulna (cm)

Gambar 4.2. Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
tulang ulna perempuan dengan tinggi badan
2) Femur
Tabel 4.10 Persamaan Regresi Berdasarkan Tulang Femur
1.

Laki-laki

2.

Perempuan

Variabel

Std. Error

Konstanta
Femur
Konstanta
Femur

64,774
2,410
93,231
1,671

8,987
,213
3,971
,100

Berdasarkan Tabel 4.10 didapatkan persamaan regresi untuk memperkirakan


tinggi badan berdasarkan tulang femur pada perempuan dan laki-laki sebagai
berikut :

37

a) Tinggi Badan Laki-Laki : 64,774 +2,410 ( Femur)


b) Tinggi Badan Perempuan : 93,231 + 1,671 (Femur)

Tinggi badan (cm)

y =64,774 + 2,410 (Femur)


R2 = 0,821

Panjang Femur (cm)


Gambar 4.3. Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
tulang femur laki-laki dengan tinggi badan

Tinggi badan ( cm)

Y = 93,231+ 1,671*femur
R2 = 0,803

Panjang Femur (cm)

Gambar 4.4. Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
tulang femur perempuan dengan tinggi badan

38

Kualitas model prediksi tinggi badan dinilai dengan melihat nilai


koefisien determinasi dan signifikansi yang dihasilkan dari uji regresi linier.
1) Ulna
Tabel 4.11. Hasil Koefisien Determinasi Ulna
Laki-laki
,743
,000

R square
P

Perempuan
,707
,000

Interpretasi dari hasil kualitas model regresi berdasarkan tabel adalah sebagai
berikut:
a) Rumus prediksi tinggi badan dengan panjang ulna laki-laki menghasilkan
nilai R square atau koefisien determinasi sebesar 0,743. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa variable panjang ulna laki-laki memiliki pengaruh
74,3% terhadap tinggi badan dan menghasilakan model persamaan
prediksi yang baik karena nilai adjusted R mendekati 100 %
b) Rumus prediksi tinggi badan dengan panjang ulna perempuan
menghasilkan nilai R square atau koefisien determinasi sebesar 0,707.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa variable panjang ulna perempuan
memiliki pengaruh 70,7%

terhadap tinggi badan dan menghasilakan

model prediksi yang baik karena persamaan prediksi yang baik karena
nilai adjusted R mendekati 100 %
2) Femur
Tabel 4.12 Hasil Koefisien Determinasi Femur
R square
P

Laki-Laki
,821
,000

Perempuan
,803
,000

39

Interpretasi dari hasil kualitas model regresi berdasarkan tabel adalah sebagai
berikut:
a) Model prediksi tinggi badan dengan panjang femur laki- laki
menghasilkan nilai R square atau koefisien determinasi sebesar 0,821.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa variable panjang femur laki-laki
memiliki pengaruh 82,1% terhadap tinggi badan dan menghasilakan
model persamaan prediksi yang baik karena nilai adjusted R mendekati
100 %
b) Model prediksi tinggi badan dengan panjang ulna

perempuan

menghasilkan nilai R square atau koefisien determinasi sebesar 0,803.


Hasil tersebut menunjukkan bahwa variable panjang ulna perempuan
memiliki pengaruh 80,3%

terhadap tinggi badan dan menghasilakan

model persamaan prediksi yang baik persamaan prediksi yang baik


karena nilai adjusted R mendekati 100 %
Model prediksi tinggi badan yang dihasilkan dibandingkan dengan model
prediksi tinggi badan yang sudah pernah ada. Model prediksi dibandingkan
dengan model prediksi yang pengukuranya dilakukan pada manusia hidup.
Model prediksi tinggi badan yang dibandingkan meliputi :
a. Model Prediksi berdasar tulang ulna :
1. Model prediksi tinggi badan peneliti
Tinggi Badan Laki Laki

= 110,144 + 2,106 (Ulna)

Tinggi Badan Perempuan = 93,231 + 1,671 ( Ulna)


2. Model prediksi tinggi badan Telka
Tinggi Badan Laki Laki

= 169,4 + 3,2 ( Ulna - 23,1)

Tinggi Badan Perempuan = 156,8 + 3,3 ( Ulna-20,3)


3. Model prediksi tinggi badan Etnis Sangihe di Indonesia

40

Tinggi Badan Laki Laki = 87,436 + 2,89 (Ulna)


Tinggi Badan Perempuan= 69,843 + 3,75 ( Ulna)

Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Konversi Panjang Ulna Terhadap Rumus dan
Beberapa Rumus/ Formula Yang Telah Ada

Jenis Rumus

Sampel No

Sampel No

(Laki-laki)
Panjang tulang ulna

(Perempuan)
Panjang tulang ulna

Rumus Peneliti

164,90

162,57

Rumus Etnis Sangihe

162,58

160,59

Rumus Telka

178,68

169,67

Tinggi badan sebenarnya

165,50

163,50

b. Model Prediksi berdasar tulang femur :


1. Model prediksi tinggi badan peneliti
Tinggi Badan Laki Laki= 64,774 +2,410 ( Femur)
Tinggi Badan Perempuan= 93,231 + ( 1,671 x Femur)
2. Model prediksi tinggi badan Telka
Tinggi Badan Laki Laki= 169,4 + 2,1 ( Femur - 35,5)
Tinggi Badan Perempuan= 156,8 + 1,8 ( Femur - 31,8)
3. Model prediksi tinggi badan Etnis Sangihe di Indonesia
Tinggi Badan Laki Laki = 104,662 + (1,44 x Femur)
Tinggi Badan Perempuan = 114,672 + (1,34 x Femur)

41

Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Konversi Panjang Femur Terhadap Rumus dan
Beberapa Rumus/ Formula Yang Telah Ada
Sampel No

Sampel No

(Laki-laki)
Panjang tulang femur

(Perempuan)
Panjang tulang

Rumus Peneliti

168,40

femur
174,26

Rumus Etnis Sangihe

166,58

159,91

Rumus Telka

185,15

162,58

Tinggi badan sebenarnya

168,50

163,50

Jenis Rumus

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 subyek


yaitu 30 laki-laki dan 70 perempuan didapatkan data penelitian yang terdistribusi
normal. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran pada femur dan ulna baik
kanan dan kiri. Namun, setelah dilakukan uji t test untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan antara bagian tubuh kanan dan kiri ternyata hasilnya tidak ada
perbedaan yang signifikan sehingga pada penelitian ini menggunakan data
panjang tulang hasil rata-rata antara kanan dan kiri. Karena data terdistribusi
normal selanjutnya dilakukan analisis data dengan uji korelasi pearson untuk
mengetahui hubungan pada masing-masing variabel.
Hasil temuan pada penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang
sangat kuat dan bermakna ( P < 0.05) antara tinggi badan subyek dengan panjang
ulna dan panjang femur pada masing-masing jenis kelamin. Adanya hubungan
yang sangat kuat dan bernilai positif antara tinggi badan dan panjang ulna
menunjukan bahwa semakin panjang tulang ulna seseorang akan diikuti

42

pertambahan tinggi badan seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Nor et al (2013) bahwa panjang extrimitas atas dan panjang
extrimitas bawah berbanding secara proposional dengan tinggi badan manusia
oleh karena itu tinggi badan memiliki hubungan yang signifikan dengan tulang
tulang extrimitas atas dan bawah manusia. Selain itu menurut Dimegglio (2011)
dan Anderson, et. Al (1963) tulang extrimitas atas memiliki persamaan pola
pertumbuhan dengan tulang extrimitas bawah yang merupakan komponen
penyusun tinggi badan. Pertumbuhan extrimitas atas dan extrimitas bawah
sejalan dengan tinggi badan sejak seseorang berumur 5 tahun.
Pada penelitian ini karena pada populasi ini terdapat hubungan antar
variabel dengan nilai p < 0,25 maka dilakukan analisis regresi linier untuk
membuat prediksi tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna dan tulang
femur. Pada tabel 4.9 untuk laki-laki dan tabel 4.10 untuk perempuan
menunjukkan nilai-nilai koefisien setiap variabel bebas, dari nilai-nilai tersebut
didapatkan rumus menentukan tinggi badan berdasarkan variabel bebasnya, yaitu
panjang tulang ulna dan femur pada setiap jenis kelamin. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa tulang panjang dengan tinggi badan memiliki suatu hubungan yang
linier. (Trotter dan Glesser, 1952). Sehingga panjang tulang tertentu seperti
tulang tulang tulang panjang dapat digunakan merumuskan suatu rumus untuk
memperkirakan tinggi badan dengan analisis regresi liner. Dalam hasil penelitian
didapatkan rumus prediksi tinggi badan berdasarkan tulang ulna pada perempuan
yaitu tinggi badan = 105,186 + ( 2,321 x Ulna ) sedangkan untuk tulang femur
yaitu tinggi badan = 94,101+ (1,610 x Femur). Prediksi tinggi berdasar tulang
ulna pada laki-laki yaitu tinggi badan = 69,096 + (2,839 x Femur) sedangkan
tulang femur yaitu tinggi badan = 105,190 + 2,313 (ulna).
Untuk mengetahui akurasi rumus prediksi tinggi badan peneliti
membandingkan nilai R square antara tinggi badan dengan panjang femur pada
kedua jenis kelamin dan menunjukan nilai yang cukup baik yaitu 0,821 untuk
laki-laki dan 0,807 untuk perempuan. Hal ini menunjukan bahwa rumus prediksi

43

tinggi badan variabel femur pada kedua jenis kelamin dapat menjelaskan 82 %
untuk laki-laki dan 80,7 % untuk perempuan variasi tinggi badan. Sedangkan
untuk Nilai R square antara tinggi badan dengan panjang tulang ulna pada kedua
jenis kelamin berkisar senilai 747 dan 703. Hal ini menunjukan bahwa rumus
prediksi tinggi badan variabel femur pada kedua jenis kelamin dapat menjelaskan
74,7% variasi tinggi badan laki-laki dan 70,3 % variasi tinggi badan perempuan.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan rumus prediksi berdasarkan panjang
femurlah yang lebih akurat dibanding model prediksi berdasarkan panjang ulna.
Hal ini terjadi dimungkinkan karena tulang femur berkontribusi langsung dalam
menyusun tinggi badan. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan
Anderson (1993) terhadap kontribusi tulang panjang terhadap pertumbuhan
didapatkan tulang femur berkontribusi 36 % terhadap pertumbuhan dan tinggi
badan pada kedua jenis kelamin sedangkan tulang ulna berkontribusi 21 %
persen terhadap pertumbuhan dan tinggi badan.
Rumus prediksi tinggi badan yang dihasilkan pada penelitian kali ini
dibandingkan dengan rumus prediksi dari beberapa penelitian sebelumnya. Dari
hasil analisa tersebut, ternyata rumus prediksi peneliti dan rumus prediksi untuk
etnis sangihe menunjukkan

hasil pengukuran yang mendekati tinggi badan

aktual responden. Hal ini terjadi karena rentang usia subyek penelitian yang
hampir sama yaitu 21 tahun dan ras yang hampir sama yaitu ras mongoloid.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Reinhard (2011) bahwa ras lebih
mempengaruhi tinggi badan dibandingkan suku dari subyek penelitian. Hal ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhlaghi (2012) bahwa tinggi
badan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu usia, jenis kelamin, lingkungan, dan
ras dari suyek penelitian.
Pada penelitian ini rumus prediksi tinggi badan juga dibandingkan
dengan rumus ahli forensik Finlandia yaitu Telka. Subyek penelitian Telka adalah
penduduk Finlandia ras kaukasoid sedangkan pada penelitian ini adalah ras
Malayan mongoloid. Karena perbedaan lingkungan tempat tinggal dan ras inilah

44

yang

menyebabkan

rumus

prediksi

berdasarkan

rumus

Telka

rumus

menghasilkan tinggi badan yang lebih tinggi dalam memperkirakan tinggi badan
seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Madden (2012) yang
melakukan penelitian pada subyek ras mongoloid, kaukasoid dan juga negro.
Pada penelitian Madden terdapat perbedaan signifikan prediksi tinggi badan pada
setiap rasnya sehingga prediksi tinggi badan sebaiknya diterapkan pada populasi
dengan kesamaan lingkungan, usia dan ras.
Rumus prediksi tinggi badan yang dihasilkan dari penelitian menunjukan
hasil yang mendekati dengan tinggi badan responden sehingga rumus prediksi
yang dibuat oleh peneliti, menambah perbendaharaan baru dalam hal penentuan
tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna dan femur, terutama pada tulang
ulna dan femur yang masih lengkap (masih dibungkus/ dibaluti oleh otot dan
kulit). Demikian pentingnya rumus prediksi peneliti ini, oleh karena diteliti pada
sampel yang masih lengkap dan memungkinkan terjadi pada korban-korban
mutilasi dengan kondisi tubuh yang masih utuh (belum menjadi tulang belulang /
kerangka).
Penggunaan rumus prediksi yang dihasilkan pada penelitian ini sebaiknya
digunakan pada populasi dengan kesamaan lingkungan, ras dan usia yang sama.
Hal ini disebabkan karena tinggi badan dipengaruhi oleh beberapa faktor melputi
umur, jenis kelamin, ras dan lingkungan tempat tinggal. Untuk mengetahui
keakuratan prediksi pada kelompok populasi yang lain perlu dilakukan uji
validitas terlebih dahulu pada populasi yang lebih bervariasi. Berdasarkan
analisis data yang telah dipaparkan, model prediksi tinggi badan berdasar
panjang femur dan ulna merupakan model prediksi yang baik dan layak untuk
diterapkan.
Meskipun dalam penelitian, peneliti sudah berusaha maksimal untuk
mengontrol setiap tahap dalam penelitian, masih terdapat keterbatasan dalam
penelitian ini yaitu subyek dalam penelitian ini masih terbatas pada mahasiswa
fakultas kedokteran yang memiliki aktivitas fisik yang homogen dan juga rentang

45

usia yang sempit. Selain itu keterbatasan penelitian ini adalah penentuan batasbatas pengukuran tulang yang masih dilakukan secara manual, Oleh karena itu
untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan metode yang lebih akurat
misalnya dengan X-ray untuk menentukan batas-batas pengukuran tulang dan
juga bisa dilakukan dengan populasi yang besar dengan aktivitas yang beragam.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut:

46

1. Panjang tulang ulna dan tulang femur dapat digunakan untuk memprediksi
tinggi badan dengan rumus prediksi tinggi badan, yaitu laki-laki=110,144
+ 2,106 (ulna), perempuan = 95,771 + 2,530 (ulna), laki-laki = 64,774
+2,410 ( femur) dan perempuan: 93,231 + 1,671 (femur)
2. Rumus berdasarkan panjang tulang femur lebih akurat dibanding rumus
berdasar panjang tulang ulna
5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyarankan sebagai


berikut:
1. Rumus regresi yang diperoleh dalam penenelitian ini dapat digunakan
sebagai alternatif identifikasi forensik
2. Perlu dilakukan penelitian terhadap panjang tulang dari bagian tubuh
lainnya dalam jumlah sampel yang lebih besar dan rentang usia yang
beragam
3. Perlu dilakukan penelitian terhadap pengukuran panjang tulang dengan
metode yang lain seperti menggunakan foto X-ray dalam menentukan
batas pengukuran tulang.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor luar yang
mempengaruhi rumus prediksi tinggi badan seperti nutrisi, aktivitas fisik,
dan stres lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
.

Agnohotri, A.K., Kachhwaha, S., Jowaheer, V. dan Singh, A.P. 2009. Estimating
Stature from Percutaneous Length of Tibia and Ulna in Indo-Mauritian
Population. Forensic Sci. Int. Vol.187:109-110.
Ahmed, A.A. 2013. Estimation of Stature from The Upper Limb Measurements
of Sudanese Adults. Forensic Sci Int. Vol. 228:178-179.

47

Aloysius, Suyitno. 2007. IPA Terpadu 2A. Jakarta: Yudhistira.


Anderson, Margaret, et. al. 1963. Growth and Prediction of growth in the Lower
Extremities. The Journal of Bone and Joint Surgery. Vol. 45
Anupriya, A. dan Kalpana, R. 2016 Estimating the Height of an Individual from
the Length of Ulna in Tamil Nandu Population and its Clinical
Significance. International Journal of Scientic Study. Vol.4:254-257
Atmadja, D. S. 1991. Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Tulang
Panjang Pada Populasi Orang Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia.
Vol. 41(11):691-696
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun
2013. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Barbosa, V.M., Stratton, R.J., Lafuentel, L., dan Elia, M. 2012. Ulna length to
predict height in English and Portuguese patient populations. European
Journal of Clinical Nutrition. Vol.66:209215.
Budiyanto A., Widiatmaka W., Atmaja, D. S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran
Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Chikhalkar, Mangaonkar, Nanandkar, dan Peddawad. 2010. Estimation of Stature
from Measurement of Long Bones, Hand and Foot Dimensions. J Indian
Acad Forensic Med. Vol.32 (4):32933.
Cohen, dan Barbara, J. 2000. Memmlers Structure & function of the human body
7th edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
Devison, R.J. 2009. Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan
Bawah Tidak Diterbitkan. Tesis. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Dimeglio, Alain. 2001. Growth in Pediatric Orthopedics. Journal of Pediactric
Orthopedics. Vol.21:549-555.
Eroschenko, V. P. 2008. Atlas Histologi diFiores dengan Korelasi Fungsional.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Fong E., Ferris E.B. & Skelley E.G. 1984. Body Structures and Function. New
York: DelmarPublisher Inc.

48

Gauld, L.M., Kappers, J., Carlin J.B., dan Robertson, C.F. 2004. Height
Prediction from Ulna Length. Dev Med Child Neurol, Vol.46:475-480.
Gleser dan Trotter, M. 1958. A re-evaluation of Estimation of Stature Based on
Measurements of Stature Taken During Life and of Long Bones After
Death. Am J PhysAnthropol. Vol.16:79-123.
Goon DT, Torolia AL, Musa DI, Akusu S. 2011. The Relationship Between Arm
Hemy, N., Ishak, N.I., dan Franklin, D. 2012. Estimation of Stature from Hand
and Handprints Dimensions in a Western Australian Population. Forensic
Sci Int. Vol.216:199.e17.
Honandar, B. 2014. Hubungan Tinggi Badan dan Panjang Ulna pada Etnis
Sangihe Dewasa di Madidir Ure Tidak Diterbitkan. Skripsi. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Ilayperuma I, Nanayakkara G, Palahepitiya N. 2015. Assessment of Stature from
the Percutaneous Measurement of Ulna in Healthy Volunteers. Int. J.
Morphol, Vol. 2(3):154-157.
Indriati, E. 2004. Antropologi Forensik. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk mahasiswa. Bandung.
Alfabeta.
Itsna, U.H. 2015. Estimasi Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Demispan dan
Panjang Femur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Tidak Diterbitkan. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Jasuja, O.P., dan Singh, G. 2004. Estimation of Stature from Hand and Phalange
Length. Journal of Indian Academy of Forensic Medicine. Vol.26(3): 100107.
Junqueira, L.C., Carneiro J. 2007. Basic Histology Text & Atlas. 11th ed. New
York: McGraw-Hill. p.141-152
Krishan, K., dan Sharma, A. 2007. Estimation of Stature from Dimensions of
Hands and Feet in a North Indian Population. J Forensic Leg Med.
Vol.14:327332

49

Madden, A. M., Tsikoura dan Stott, D. J. 2012. The Estimation of Body Height
from Ulna Length in Healthy Adults from Different Ethnic Groups. J
Hum Nutr Diet, Vol.25, 121128.
Mahakkanukrauh P, Khanpetch P, Prasitwattanseree S, Vichairat K, Troy, C. D.
2011. Stature Estimation from Long Bone lengths in Thai Population.
Forensic Science International, Vol.210(1-3), 279.el-7
Marthunus, A. 2015. Hubungan tinggi badan, Umur dan Berat Badan dengan
Panjang Femur. Tidak Diterbitkan. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Mescher, A.L. 2013. Junqueiras Basis Histology Text and Atlas 13th ed. New
York: McGraw-Hill. p.343-345
Mondal, M., Jana, T.K., Giri, S., dan Roy, H. 2012. Height Estimation from Ulna
in Females: A Study in Burdwan District of West Bengal (Regression
Analysis). Journal of Clinical and Diagnostic Research . Vol-6(8): 14011404
Nor, F.M., Abdullah, N., Mustapa, A. M., Qi Wen L, Faisal, N. A., Ahmad. 2013.
Estimation of stature by using lower limb dimensions in the Malaysian
population. Journal of Forensic and Legal Medicine, 20(8):947-952.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Obialor, A., Ihentuge, C., Akpuaka, F. 2013. Determination of Height Using
Femur Length in Adult Population of Oguta Local Government Area of
Imo State Nigeria. Journal of Anatomy.
Ozaslan, A., Koc, s., Tugcu, H. 2006. Estimation of stature from upper extremity.
Journal Forensic and Legal Medicine. Vol.34
Patel, V.S., Patel, M.S., dan Shah, V.G. 2007. Estimation of Height from
Measurements of Foot Lenght in Gujarat Region. J Forensic Sci. Vol. 9
(7):25 27.
Prasad, A., Bhagwat, B., Porwal, S., Joshi, S. 2015. Estimation of Human Stature
from length of Ulna in Marathwada Region of Maharashtra. Indian
Journal of Forensic and Community Medicine, Vol.2(3):154-157.
Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Edisi 3. Jakarta: PT.Watapone

50

Rastogi, P., Nagesh, K.R., dan Yoganarasimha, K. 2008. Estimation of Stature


from Hand Dimensions of North and South Indians. J Leg Med.
Vol.10:185189.
Reinhard, D., Verhoff , M. A., Schtz, F. H. 2013. Forensic Medicine:
Fundamentals and Perspectives. Berlin: Springer Science & Business
Media.
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. 4th ed. Jakarta : Sagung Seto.
Sherwood, L. 2007. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sinclair, David. 1984. Human Growth After Birth : Fourth Edition. New York :
Oxford University Press.
Singh, G., Jasuja, O.P., dan Gorea, R.K. 2005. Forensic Examination of Bite
Marks-State of the Art. Turkish Journal of Forensic Science. Vol.4 (3):
59-66.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Snell, S.R. 2006. Anatomi Klinik edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Span And Stature In Nigerian Adults. Kinesiology. Vol.43(1):38-43.
Thummar, B., Patel, Z.K., Patel, S., dan Rathod. 2011. Measurements of Ulnar
Length for Estimation of Stature In Gujarat. Forensic Sci. Int. Vol.
2(2):3640.
Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
Twelfth Edition. Asia: Wiley
Tsokos, M. 2008. Forensic Pathology Reviews 5. Berlin: Springer Science &
Business Media.
Uhrov, P., Radoslav, Benu., dan Son, Masnicov. 2011. Estimation of Stature
Using Hand and Foot Dimensions in Slovak Adults. Forensic Sci Int. Vol.
36:475-477.
WHO. 2013. Disability in the South-East Asia Region 2013. New Delhi: WHOSEARO.
WHO. 2013. World Report on Disability. Geneva: World Health Organization.

51

York: Delmar Publisher Inc.

LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran A. 1
NASKAH PENJELASAN INFORMED CONSENT

Lembar Penjelasan Pada Calon Subyek

52

Saya Linda Sekar Arum, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Jember akan melakukan penelitian yang berjudul Prediksi Tinggi Badan Dengan
Menggunakan Prediktor Panjang Ulna dan Panjang Femur . Penelitian ini tidak
mendapat sponsor dari pihak manapun, sehingga dana yang dibutuhkan dalam
penelitian ini berasal dari dana pribadi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model prediksis tinggi
badan dengan menggunakan panjang tulang ulna dan tulang femur. Manfaat
penelitian ini bagi anda yaitu anda dapat mengetahui rumus perkiraan tinggi
badan dengan menggunakan panjang tulang ulna perkutaneus dan femur
perkutaneus yang bisa digunakan oleh anda apabila suatu saat tinggi badan anda
tidak bisa diukur secara langsung sekaligus mengetahui keakuratan pengukuran
antara panjang tulang ulna dan panjang tulang femur.
Tim peneliti mengajak anda untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian
ini membutuhkan 132 subyek penelitian., dengan jangka waktu keikutsertaan
masing-masing subyek sekitar 1 jam.
A. Keikutsertaan untuk ikut penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Bila anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk
mengundurkan diri atau berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda
atau sanksi apapun.
B. Prosedur Penelitian
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini prosedur yang
akan anda jalani pertama anda akan diukur tinggi badanya dengan
menggunakan microtoise kemudian akan dilakukan pengukuran panjang
ulna dan femur dengan menggunakan metlin ( Pita ukur)
C. Kewajiban Subyek Penelitian
Sebagai subyek penelitian, Anda berkewajiban mengikuti aturan atau
petunjuk penelitian seperti yang tertulis diatas. Bila ada yang belum jelas,

53

Anda bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti. Selama penelitian tidak
boleh melakukan aktivitas lain diluar penelitian tanpa ijin dari peneliti
D. Manfaat
Keuntungan yang anda dapatkan adalah mengetahui rumus perkiraan
tinggi badan dengan menggunakan panjang tulang ulna perkutaneus dan
femur perkutaneus yang bisa digunakan oleh anda apabila suatu saat
tinggi badan anda tidak bisa diukur secara langsung sekaligus mengetahui
keakuratan pengukuran antara panjang tulang ulna dan panjang tulang
femur.
E. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti dan staf penelitian.
Hasil Penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.
F. Kompensasi
Saudara akan mendapatkan konsumsi (berupa makanan dan minuman )
setelah penelitian ini berlangsung
G. Informasi Tambahan
Saudara diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum
jelas sehubungan dengan penelitian ini kepada penelit

Lampiran A. 2
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

Usia

Fakultas

Angkatan/NIM

Alamat

No.Telp./HP

54

Suku

Menyatakan bersedia untuk menjadi subyek penelitian dari :


Nama

: Linda Sekar Arum

Angkatan/NIM

: 2013/132010101061

Fakultas

: Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Dengan judul penelitian Prediksi Tinggi Badan Dengan


Menggunakan Prediktor Panjang Ulna dan Panjang Femur
Semua penjelasan telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan
saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan
penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari Linda Sekar Arum.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut dalam
penelitian ini.
Jember,
Saksi
(

Subyek
)

Anda mungkin juga menyukai