Oleh:
Linda Sekar Arum
NIM 132010101061
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
Oleh:
Linda Sekar Arum
NIM 132010101061
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Allah Swt. dengan seluruh rahmat dan kasih sayang-Nya yang membuat saya
selalu bersyukur, atas ridho dan amanah-Nya sehingga saya berkesempatan
untuk belajar ilmu yang luar biasa ini;
2. kedua orang tua saya yang tak pernah lelah melantunkan doa, memberikan kasih
sayang, bimbingan, semangat, dan pengorbanan yang tak terhingga sehingga
saya sampai pada tahap ini;
3. kembaran saya Lisa Sekar W dan adik saya Tiara Diva B yang selalu
memberikan semangat, motivasi, dan doa agar saya menjadi yang terbaik;
4. guru-guru saya yang telah memberikan ilmu dan membimbing saya dengan
penuh kesabaran untuk menjadikan saya sebagai manusia yang berilmu,
bertakwa, dan bermanfaat;
5. Almamater Fakultas Kedokteran Universitas Jember
MOTO
Jangan takut kehilangan yang baik untuk mendapatkan yang terbaik *).
*)
PERNYATAAN
adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan
sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan
sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
SKRIPSI
Oleh:
Linda Sekar Arum
132010101061
Pembimbing:
Dosen Pembimbing Utama
PENGESAHAN
Skripsi berjudul Prediksi Tinggi Badan dengan Menggunakan Prediktor Panjang
Ulna dan Panjang Femur telah diuji dan disahkan pada :
hari, tanggal :
tempat
Penguji I,
Penguji III,
Penguji IV,
RINGKASAN
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi secara In Vitro; Rinda Yanuarisa;
122010101024; 2015; 46 halaman; Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih endemik di
Indonesia. Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Selama 10 tahun
terakhir, S. typhi dengan plasmid-encoded resisten terhadap kloramfenikol, ampisilin,
dan TMP-SMX. Banyaknya kejadian resistensi membuat banyak peneliti tertarik
untuk meneliti obat tradisional, salah satunya adalah daun tempuyung. Secara umum
daun tempuyung mengandung triterpenoid, flavonoid, inositol, manitol, dan kalium.
Triterpenoid dan flavonoid adalah zat yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun tempuyung
dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi secara in vitro dan mengetahui
Kadar Hambat Minimal (KHM).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu (Quasy
Experimental Design). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan
postes dengan kelompok kontrol (Post Test Only Control Group Design). Perlakuan
terdiri dari 8 konsentrasi ekstrak daun tempuyung dengan 4 kali pengulangan yaitu
2,5 g/disk, 5 g/disk, 10 g/disk, 20 g/disk, 30 g/disk, 40 g/disk, 60 g/disk,
dan 80 g/disk. Kontrol positif menggunakan kloramfenikol 30 g dan kontrol
negatif menggunakan DMSO. Tiap masing-masing konsentrasi ekstrak diteteskan ke
disk sebanyak 10 l dan disk ditaruh pada Mueller Hinton Agar. Setelah itu
diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37 oC. Pengukuran diameter zona hambat
dilakukan dengan jangka sorong.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun
tempuyung pada konsentrasi 10 g/disk, 20 g/disk, 30 g/disk, 40 g/disk, 60
g/disk, dan 80 g/disk dapat menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. KHM
secara kualitatif sebesar 10 g/disk. Hasil uji Shapiro Wilk (lampiran C) didapatkan
nilai p = 0,000 dan nilai = 0,05. Nilai p < (p<0,05) menunjukkan data tidak
terdistribusi secara normal. Kemudian data ditransformasi dan didapatkan nilai
signifikansi kurang dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data tidak
terdistribusi normal. Uji Korelasi Spearman didapatkan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,881 dan dapat disimpulkan bahwa hubungan antara konsentrasi ekstrak
etanol daun tempuyung dengan diameter zona hambat sangat kuat. Hasil uji regresi
logaritmik didapatkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,522 yang berarti 52,2%
pertumbuhan S. typhi ditentukan oleh besarnya konsentrasi ekstrak etanol daun
tempuyung, sedangkan 47,8% sisanya disebabkan oleh faktor lain. Hasil uji regresi
linier didapatkan nilai KHM secara kuantitatif sebesar 4,43 g/disk.
Jadi, pada penelitian ini terbukti ekstrak etanol daun tempuyung memiliki
aktivitas antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi. Konsentrasi
minimal ekstrak etanol daun tempuyung yang mampu menghambat pertumbuhan
Salmonella typhi adalah 10 g/disk secara kualitatif dan 4,43 g/disk secara
kuantitatif
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Prediksi Tinggi Badan
dengan Menggunakan Prediktor Panjang Ulna dan Panjang Femur. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata
satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Enny Suswati, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember
atas segala fasilitas dan kesempatan yang diberikan selama menempuh pendidikan
kedokteran di Universitas Jember;
2. dr. Dini Agustina, M. Biomed, selaku Dosen Pembimbing Utama dan dr. Ali
Santosa, Sp. PD, selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah meluangkan
waktu, pikiran, tenaga, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini;
3. dr. Sugiyanta, M. Ked dan dr. Desie Dwi Wisudanti, M. Biomed sebagai dosen
penguji yang banyak memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun
dalam penulisan skripsi;
4. kedua orang tua saya yang selalu memberikan doa, bimbingan, dukungan, dan
kasih sayang yang tak terhingga;
5. kembaran saya Lisa Sekar W dan adik saya Tiara Diva B yang selalu memberikan
doa, semangat, dan motivasi agar aku menjadi yang terbaik;
6. guru-guruku tercinta, yang telah memberiku ilmu dan membimbingku dengan
penuh kesabaran untuk menjadikanku manusia yang berilmu dan bertakwa;
7. teman seperjuangan penelitian Dina Aprilianti yang selalu sabar dan memberikan
semangat dalam mengerjakan penelitian skripsi ini;
8. Izaza Azwa Ramadhana, yang selalu memberiku semangat dan motivasi dalam
mencapai impianku;
9. sahabat-sahabatku Ulfa Rosida, Tri Wahyuni, Siti Sarah Hajar, Davina Amalia,
Diastri Nur S. D., dan Dwi Citra N. U. yang selalu memberikan dukungan dan
bantuan dalam penelitian skripsi ini;
10. teknisi Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Ibu
Lilis Lestari, A. Md atas bantuan, dukungan, serta masukan selama penelitian;
11. teman-teman angkatan 2012 Panacea atas segala bantuan dan dukungannya;
12. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
10
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1 Tulang...........................................................................................................6
2.1.1 Struktur Tulang.......................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Tulang..................................................................................6
2.1.3 Pembentukan Tulang.............................................................................8
2.1.4 Pertumbuhan Panjang Tulang................................................................8
2.2 Tinggi Badan.................................................................................................9
2.2.1 Definisi Tinggi Badan............................................................................9
2.2.2 Struktur Tinggi Badan Manusia...........................................................10
2.2.3 Pengukuran Tinggi Badan....................................................................11
2.3 Tulang Ulna................................................................................................13
2.3.2 Panjang Tulang Ulna Perkutaneus.......................................................14
2.4 Tulang Femur..............................................................................................17
2.4.1. Anantomi Tulang Femur.....................................................................17
2.4.2. Panjang Tulang Femur Perkutaneus....................................................18
2.5 Hubungan panjang tulang ulna dan femur dengan tinggi badan...............19
2.7 Hipotesis Penelitian....................................................................................22
11
Tempat Penelitian...........................................................................23
3.2.2
Tempat Penelitian...........................................................................23
Populasi.............................................................................................23
3.3.2
Sampel............................................................................................23
3.3.3
Besar Sampel..................................................................................24
Pengumpulan data..........................................................................28
3.8.2
3.8.3
3.8.4
12
BAB 5. PENUTUP...............................................................................................43
5.1 Kesimpulan.................................................................................................43
5.2 Saran...........................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
LAMPIRAN - LAMPIRAN.................................................................................49
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penutupan Lempeng Epifisis Berdasarkan Jenis Kelamin..................17
YTabel 4. 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia..........................................30
13
DAFTAR GAM
Gambar 2. 1 Pertumbuhan Panjang Tulang di Lempeng Epifisis..........................9
Gambar 2. 2 Posisi kepala sejajar dengan dataran Frankfurt...............................11
Gambar 2. 3 Pengukuran Tinggi Badan...............................................................12
Gambar 2. 4 Tulang Ulna.....................................................................................15
Gambar 2. 5 Skema Pengukuran Panjang Tulang Ulna.......................................16
Gambar2. 6 Posisi Pengukuran Ulna....................................................................16
Gambar 2. 7 Tulang Femur...................................................................................19
YGambar 3. 1 Rancangan Penelitian................................................................... 27
YGambar 4. 1. Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. 1.......................................................................................................48
Lampiran A. 2.......................................................................................................50
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Dalam kedokteran forensik tinggi badan merupakan salah satu dari empat
parameter penting dalam proses identifikasi selain jenis kelamin, ras, usia, dan
tinggi badan (Ahmed, 2013). Karena tinggi badan merupakan salah satu
parameter penting dalam identifikasi jenazah diperlukan metode untuk
mengetahui tinggi badan pada saat proses identifikasi. Ada 2 metode identifikasi
tinggi badan yang bisa dilakukan yaitu metode anatomis dan matematis. (Nath et
al., 2002 ). Metode matematis digunakan untuk identifikasi tinggi badan jenazah
dalam kondisi utuh karena diperlukan seluruh komponen tulang penyusun tinggi
badan dalam pengukuran dengan metode ini (Nath et al., 2002). Pada kasus
ditemukanya jenazah yang sudah tidak utuh dapat digunakan metode matematis
dengan menggunakan rumus regresi linier yang berasal dari satu atau beberapa
potongan tubuh dari jenazah. (Ahmed, 2013; Chikhalkar et al. 2010; Singh et al.
2013). Penggunaan rumus regresi linier untuk menentukan estimasi tinggi badan
berdasarkan bagian tubuh tertentu merupakan cara yang akurat dibanding metode
lain (Tsokos, M., 2008).
Bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai alternatif pengukuran
estimasi tinggi badan adalah dengan menggunakan panjang tulang panjang
extremitas atas dan bawah karena tulang panjang extremitas atas dan bawah
berbanding secara proposional dengan tinggi badan (Marthunus, 2015). Salah
satu alternatif pengukuran tinggi badan menggunakan tulang panjang adalah
dengan menggunakan panjang tulang ulna dan tulang femur. Pengukuran
berdasar panjang tulang ulna lebih dipilih dibanding panjang tulang lain karena
pengukuran dengan panjang tulang ulna dirasa cukup presisi, reliable dan mudah
untuk dilakukan dibanding tulang panjang lainya. Beberapa studi efektifitas
panjang ulna sebagai prediktor tinggi badan dilakukan pada berbagai kelompok
usia, etnis, dan jenis kelamin (Ilayperuma et al., 2010; Thumar, B. et al., 2011;
Prasad et al., 2012; Barbosa et al., 2012 dan Honandar, 2014) dengan hasil
korelasi yang baik. Menurut Ozaslan (2006) tulang ulna memiliki akurasi yang
lebih baik dibanding tulang panjang extrimitas atas lainnya. British Association
tentang
alternatif
pengukuran
tinggi
badan
dengan
a. Tulang Panjang
Ditemukan pada extremitas (contoh: humerus, femur, ossa metacarpi, ossa
metatarsi, dan phalanges). Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular,
diafisis, dan biasanya terdapat epifiysis pada ujung-ujungnya. Selama masa
pertumbuhan diaphysis dipisahkan dari epiphysis oleh kartilago epiphysis.
Bagian diaphysis yang terletak berdekatan dengan kartilago epiphysis disebut
metaphysis. Corpus mempunyai cavitas medullaris di bagian tengah yang berisi
medulla ossium (sumsum fulang). Bagian luar corpus terdiri dari tulang
kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat, periosteum.
b. Tulang Pendek
Tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki (contohnya os scaphoideum, os
iunatum, talus, dan calcaneus). Benfuk tulang ini umumnya segiempat dan terdiri
atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tipis tulang kompakta. Tulang
pendek diliputi periosteum dan facies articularis diliputi oleh cartilago hyalin.
c. Tulang Pipih
Tulang pipih ditemukan pada tempurung kepala (contoh os frontale dan os
parietale). Bagian dalam dan luar tulang ini terdiri atas lapisan tipis tulang
kompakta, disebut tabula, yang dipisahkan oleh selapis tulang spongiosa, disebut
diploe. Scapula termasuk di dalam kelompok tulang ini. walaupun berbentuk
irregular.
d. Tulang lregular
Tulang iregular merupakan tulang yang tidak termasuk di dalam kelompok yang
telah disebutkan di atas (contoh tulangtulang tengkorak, vertebrae, dan os coxae).
Tulang ini tersusun dari selapis tipis tulang kompakta di bagian iuarnya dan
bagian dalamnya dibentuk oleh tulang spongiosa.
e. Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang ditemukan pada tendo-tendo
tertentu di mana terdapat pergeseran tendo pada permukaan tulang. Sebagian
besar tulang sesamoid tertanam di dalam tendo dan permukaan bebasnya diliputi
oleh cartilago. Tulang sesamoid yang terbesar adalah patella yang terdapat pada
tendo musculus quadriceps femoris.
2.1.3 Pembentukan Tulang
Pembentukan tulang disebut juga osifikasi atau osteogenesis. Osifikasi
berasal dari kata osi yang artinya tulang dan fikasi yang artinya pembentukan.
Menurut Eroschenko (2008) dan Mescher (2013) osifikasi terjadi dengan 2 cara
yaitu melalui osifikasi endokondral dan osifikasi intramembranosa. Hampir
semua tulang di dalam tubuh dibentuk melalui proses osifikasi endokondral.
Proses ini terjadi melalui tulang rawan hialin kemudian mengalami pergantian
menjadi tulang dewasa (Junqueira et al., 2011). Model tulang rawan ini terus
tumbuh melalui cara intersitial (pertumbuhan tulang secara memanjang) dan
aposisional (penambahan ketebalan tulang) (Sherwood, 2007). Osifikasi
Intramembranosa adalah proses pembentukan tulang dari sel-sel mesenkim,
misalnya pada tulang pipih .
2.1.4 Pertumbuhan Panjang Tulang
Menurut Rasjad (2007) pertumbuham tulang melibatkan 2 proses yaitu
pertumbuhan interstisial kartilago dari lempeng epifisis dan penggantian
kartilago di sisi permukaan metafisis secara osifikasi endokhondral. Lempeng
epifisis adalah lembaran kartilago hialin yang berada pada metafisi tulang yang
sedang tumbuh. Seperti tampak pada Gambar 2.1, pertumbuhan panjang di
lempeng epifis melibatkan 4 zona ( Tortora, 2009) :
a. Zona Istirahat
Zona ini disebut zona istirahat karena kondrositnya tidak secara aktif ikut
pertumbuhan tulang.
b. Zona Proliferasi
Disini kondrosit aktif membelah menghasilkan kondrosit baru dan
terbentuklah kolom-kolom sel yang pararel dengan pertumbuhan tulang.
c. Zona Hipertrofi
Terdiri atas kondrosit yang matang dan besar.
d. Zona Kalsifikasi Tulang Rawan
Zona terdiri oleh kondrosit yang sudah mati karena matriks ekstraseluler
mengalami kalsifikasi. Osteoklas menghancurkan kartilago kalsifikasi.
Osteoblas dan pembuluh kapiler
10
tangan dengan meraba di sepanjang tulang distal kemudian diukur dengan pita
ukur seperti yang tampak pada gambar 2.5.
11
12
13
14
15
Rangka aksial terdiri atas 80 tulang, sedangkan rangka apendikular terdiri atas
126 tulang (Cohen, et. al, 2000). Yang termasuk ke dalam bagian rangka aksial
adalah tulang tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk, tulang dada, dan tulang
hyoid (tulang yang berbentuk U, terletak di leher) (Fong,et. al, 1984).
Sedangkan yang termasuk ke dalam rangka apendikular adalah tulangtulang penyusun bahu, lengan, pergelangan tangan, tangan, pinggul, tungkai,
pergelangan kaki, dan kaki (Fong, et. al, 1984). Tulang bahu terdiri atas tulang
selangka dan belikat, sementara lengan atas dibentuk oleh tulang humerus dan
lengan bawah disusun oleh tulang ulna dan radius. Di dalam pergelangan tangan,
terdapat tulang karpal. Sedangkan pada bagian telapak disebut dengan tulang
metakarpal dan ruas jari-jarinya adalah tulang falang. Pada anggota badan bawah
yang juga merupakan bagian dari rangka apendikular terdapat tulang coxae yang
membentuk pinggul, tulang femur (paha), tulang patella yang merupakan
tempurung lutut, tibia dan fibula sebagai penyusun tungkai, tulang tarsal yang
terdapat pada pergelangan kaki, serta metatarsal dan tulang falang yang
menyusun telapak kaki dan jari-jari kaki (Cohen, et. al, 2000)
2.2.3 Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan menggunakan
microtoise
dengan subyek berdiri tanpa alas kaki diatas permukaan yang datar, tumit saling
bersentuhan dan menempel pada bidang vertikal (Rastogi et al., 2008). Subyek
berdiri tegak dengan punggung bersentuhan dengan bidang vertikal serta kedua
tangan rileks disamping badan seperti tampak pada Gambar 2.3. Pada saat
pengukuran, subyek melihat lurus kedepan dan palang geser microtoise berada
pada posisi bersentuhan dengan bagian vertex (Hemy et al., 2013). Selain itu,
dalam mengukur tinggi badan, posisi kepala sejajar dengan dataran Frankfurt
seperti tampak pada Gambar 2.2 (Jasuja dan Singh, 2004). Dataran Frankfurt
merupakan bidang horizontal yang melewati titik tragus dan infraorbital.
16
17
18
(a) Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat
direntangkan secara maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan,
(b) Mengukur panjang dari puncak kepala (Vertex) sampai symphisis pubis dikali
2, ataupun ukuran panjang dari symphisis pubis sampai ke salah satu tumit,
dengan posisi pinggang dan kaki diregang serta tumit dijinjitkan,
(c) Mengukur panjang salah satu lengan (diukur dari salah satu ujung jari tengah
sampai ke acromion di klavicula pada sisi yang sama) dikali dua (cm), lalu
ditambah lagi 34 cm (terdiri dari 30 cm panjang 2 buah klavicula dan 4 cm lebar
dari manubrium sterni/ sternum),
(d) Mengukur panjang dari lekuk di atas sternum (sternal notch) sampai
symphisis pubis lalu dikali 3,3,
(e) Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi
yang sama, lalu dikali 3,7,
(f) Mengukur panjang femur dikali 4,
(g) Mengukur Panjang humerus dikali 6.
Bila pengukuran dilakukan pada tulang-tulang saja, maka dilakukan penambahan
2,5 sampai 4 cm untuk mengganti jarak sambungan dari sendi-sendi.Bila yang
diukur adalah tulang yang dalam keadaan kering, maka umumnya telah terjadi
pemendekan sepanjang 2 millimeter (mm) dibanding dengan tulang yang segar,
yang tentunya hal tersebut harus diperhatikan dalam melakukan penghitungan
tinggi badan. Secara spesifik Glinka menyebutkan bahwa bila ingin
merekonstruksi tinggi badan manusia ketika hidup, namun rekonstruksi
dilakukan dari tulang-tulang saja maka karena tulang menjadi kering harus
diperhitungkan penyusutan yang terjadi untuk tiap-tiap tulang. Pada beberapa
tulang disebutkan penyusutan untuk masing-masing tulang femur sebesar 2,3-2,6
mm, humerus sebesar 1,3 mm, tibia sebesar 1,7 mm dan radius sebesar 0,7 mm
(Amalia, 2015).
19
2.5 Hubungan panjang tulang ulna dan femur dengan tinggi badan
Rangka tubuh merupakan struktur keras yang terdiri dari tulang-tulang yang
menyusun tinggi badan. Rangka tubuh manusia digolongkan menjadi skeleton
aksial dan skeleton apendikuler. Skeleton aksial merupakan rangka yang terdiri
dari tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada, dan tulang rusuk. Skeleton
apendikuler terdiri dari tulang ekstremitas atas dan tulang ekstremitas bawah
(Irianto, 2012). Pertumbuhan tulang-tulang penyusun tinggi badan mempunyai
pertumbuhan yang saling berbanding lurus. Tulang panjang ektremitas atas dan
bawah memiliki pertumbuhan berbanding paling proposional dengan tinggi
badan manusia sehingga penentuan tinggi badan bisa dihitung dari tulang
panjang dengan rumus regresi (Indrianti, 2004). Salah satu pengukuran tinggi
badan menggunakan tulang panjang adalah menggunakan panjang tulang ulna
dan tulang femur. Tulang ulna dan tulang femur merupakan salah satu tulang
panjang sehingga tulang ini memiliki suatu hubungan yang linier dengan tinggi
badan dan dapat digunakan untuk memprediksi tinggi badan. Penggunaan rumus
regresi linier untuk mengukur tinggi badan berdasarkan tulang panjang
merupakan cara yang lebih cepat dan lebih akurat bila dilakukan pada suatu
lingkup tertentu (Agnihotri, 2007).
20
Umur
Genetik
Jenis Kelamin
Lingkungan
Ras
6. Nutrisi
21
Tinggi Badan
Ulna
Menentukan Rumus
Prediksi Tinggi Badan
Manusia
Keterangan :
: Saling Mempengaruhi
: Pertumbuhan Berbanding Lurus
c
c
: Tidak Diteliti
: Diteliti
KETERANGAN =
Femur
Menentukan Rumus
Prediksi Tinggi Badan
Manusia
22
23
3.2.1
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran, Universitas Jember dan
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2016
24
3.3.1
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Laki laki dan Perempuan
FK Unej yang telah berusia lebih dari sama dengan 21 tahun. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 102.
3.3.2
Sampel
Pada penelitian ini, pemilihan sampel penelitian menggunakan metode
total sampling. Pada total sampling semua anggota populasi dijadikan sampel
penelitian (Soekijo, 2002). Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 102
sampel.
3.3.3
Kriteria Inklusi
a. Variabel independen
b. Variabel dependen
: Tinggi badan
c. Variabel terkontrol
25
a. Tinggi Badan adalah jarak dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut
Vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (the calcanear tuberosity) yang
disebut heel. Tinggi badan dapat diukur menggunakan microtoise dengan satuan
centimeter (cm). Skala pengukuran dari tinggi badan adalah Numerik (Rasio).
b. Panjang Tulang Ulna adalah panjang yang diperoleh dengan cara
menyilangkan salah satu lengan bawah yang akan diukur didepan dada dengan
posisi telapak tangan pada sisi pundak yang berlawanan arah dengan lengan
bawah yang akan diukur kemudian mengukur panjang tulang ulna dari lengan
responden dari ujung siku (prosesus olekranon) sampai pertengahan dari tulang
yang menonjol di pergelangan tangan (prosesus stiloid) responden menggunakan
metlin/pita ukur dengan satuan centimeter (cm). Skala pengukuran dari panjang
tulang ulna adalah Numerik (Rasio).
c. Panjang Tulang Femur adalah panjang yang diperoleh dengan cara palpasi
terlebih dahulu untuk menentukan batas trokanter mayor femur dan condilus
lateralis femur kemudian diukur jarak diantara trokanter mayor femur dan
condilus lateralis femur. Panjang tulang femur diukur dengan metlin/pita ukur
dengen dengan satuan centimeter (cm). Skala pengukuran dari panjang tulang
ulna adalah Numerik (Rasio).
d. Usia responden yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu
penelitian yang dinyatakan dalam tahun dan dapat diketahui melalui wawancara
maupun kartu idenitas. Skala pengukuran usia adalah numerik (Rasio).
3.6 Instrumen Penelitian
26
Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Unej
Laki-Laki
Perempuan
Pengukuran Tinggi
badan
Pengukuran Femur
Kanan dan Kiri
Pengukuran Ulna
Kanan dan Kiri
Analisis Data
Analisis Data
27
3.8.1
Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukam anamnesis dan
melakukan pengukuran tinggi badan dengan microtoise. Tinggi badan diukur dari
titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut Vertex, ke titik terendah dari
tulang kalkaneus yang disebut heel. Responden diminta berdiri di tempat yang
datar, dan bagian punggungnya merapat ke dinding dengan kepala menghadap
lurus ke depan, sehingga bagian belakang kepala menempel di dinding. Kaki
responden juga diminta untuk dirapatkan sehingga bagian pantat juga menempel
pada dinding. Hasil pengukuran ditulis pada lembar kuesioner yang telah berisi
data responden.
28
3.8.3
dan kanan. Pengukuran dilakukan dengan cara menyilangkan salah satu lengan
bawah yang akan diukur didepan dada dengan posisi telapak tangan pada sisi
pundak yang berlawanan arah dengan lengan bawah yang akan diukur, kemudian
mengukur panjang tulang ulna dari ujung siku (prosesus olekranon) sampai
pertengahan dari tulang yang menonjol di pergelangan tangan (prosesus stiloid)
responden menggunakan metlin/pita ukur kapasitas 150 cm ketelitian 0,1 cm dan
data panjang ulna diukur dua kali dan diambil nilai rata-ratanya. Data tinggi
badan dan panjang tulang ulna dicatat oleh enumerator pada formulir penelitian.
3.8.4
kiri dan kanan. Batas tulang femur ditentukan secara palpasi kemudian diukur
mulai dari trokanter mayor femur sampai dengan condilus lateralis femur.
Panjang femur diukur dengan meteran dan data panjang femur diukur dua kali
lalu diambil rata-rata hasil pengukuran. Data tinggi badan dan panjang tulang
femur dicatat oleh enumerator pada formulir penelitian.
3.9 Analisis Data
29
Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah manusia yang dalam
pelaksanaannya mengajukan sertifikat kelayakan etik kepada komisi etik
Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Pemilihan sample
Kriteria Eksklusi
Pelaksanaan penelitian dengan
melakukan pengukuran panjang
tulang ulna dan tinggi badan
Analisa Data
Hasil Penelitian
30
Variabel
Jenis Kelamin
Minimal
Maksimal
Rata-rata SD
Laki-Laki
30
21
23
21.24 0.77
Perempuan
70
21
23
21.25 0.51
Usia
31
umur
Jenis Kelamin
Persen
Laki-Laki
30
30
Perempuan
70
70
Total
100
100,0
Minimal
Maksimal
Rerata SD
Laki-laki
21
31,4
26,78 2,24
Perempuan
21,1
28,5
25,08 1,7
32
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa panjang minimal ulna laki-laki
pada sampel penelitian sebesar 21 cm, maksimal sebesar 31,4 cm, dan nilai ratarata sebesar 26,78 2,24 cm. Pada ulna perempuan mempunyai nilai minimal
sebesar 21,1 cm, nilai maksimal sebesar 28,5 cm, dan nilai rata-rata sebesar
25,08 1,7 cm
b. Femur
Tabel 4.4. Distribusi Tulang Femur
Deskripsi statistik
Variabel
Minimal
Maksimal
Rerata SD
Laki-Laki
37,3
47
42,26 1,99
Perempuan
35,5
44,5
39,48 5,40
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa panjang minimal femur laki-laki
pada sampel penelitian sebesar 37,3 cm, maksimal sebesar 47 cm, dan nilai ratarata sebesar 42,227 2,89 cm. Sedangkan panjang minimal femur perempuan
sebesar 35,3 cm, maksimal sebesar 44,5 cm, dan nilai rata-rata sebesar 39,48
5,40 cm
c.
Tinggi Badan
Tabel 4.4. Distribusi Tinggi Badan
Deskripsi statistik
Variabel
Minimal
Maksimal
Rerata SD
Laki-Laki
156,5
176,5
166,93 4,29
Perempuan
150
169
159,22 5,40
33
Tinggi badan laki- laki mempunyai nilai minimal sebesar 160,5 cm, nilai
maksimal sebesar 176,5 cm, dan nilai rata-rata sebesar 166,93 4,29 cm. Tinggi
Badan perempuan mempunyai nilai minimal sebesar 150 cm, nilai maksimal
sebesar 169 cm, dan nilai rata-rata sebesar 159,22 5,40 cm.
4.1.3 Analisis Data
a. Uji Korelasi Pearson
Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan panjang ulna
dengan tinggi badan dan panjang femur dengan tinggi badan pada populasi ini.
Hasil uji korelasi Pearson berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut:
1) Femur
Tabel 4.7. Hasil Uji Korelasi Pearson
Korelasi
Tinggi
Laki-laki
Perempuan
Pearson
,906
,896
Sig (2 tailed)
N
,000
,000
30
Interpretasi hasil uji korelasi Pearson berdasarkan tabel 4.7 adalah sebagai
berikut :
a. Hubungan antara tinggi badan dengan panjang femur laki-laki diperoleh nilai
sig 0,000 yang menunjukan korelasi yang bermakna. Nilai korelasi Pearson
sebesar 0,906 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
yang sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan apabila panjang femur bertambah
akan diikuti pertambahan tinggi badan.
b. Hubungan antara tinggi badan dengan panjang femur perempuan diperoleh
nilai sig 0,000 yang menunjukan korelasi yang bermakna. Nilai korelasi Pearson
sebesar 0,862 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
34
yang sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan apabila panjang ulna bertambah
akan diikuti pertambahan tinggi badan.
2) Ulna
Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi Pearson Perempuan
Korelasi
Tinggi
Pearson
Sig (2 tailed)
N
Laki-laki
Perempuan
,862
,000
,841
,000
70
Interpretasi hasil uji korelasi Pearson berdasarkan tabel 4.5 adalah sebagai
berikut :
a). Hubungan antara tinggi badan dengan panjang ulna laki-laki diperoleh nilai
sig 0,000 yang menunjukan korelasi yang bermakna. Nilai korelasi Pearson
sebesar 0,896 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
yang sangat kuat sehingga apabila
b). Hubungan antara tinggi badan dengan panjang ulna perempuan diperoleh nilai
sig 0,000 yang menunjukan korelasi yang bermakna. Nilai korelasi Pearson
sebesar 0,841 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi
yang sangat kuat
b. Perkiraan Tinggi Badan
Mencari perkiraan tinggi badan menggunakan panjang tulang femur dan
ulna dapat digunakan uji regresi linier sederhana dengan aplikasi SPSS for
Windows Release 2.1. Melalui uji regresi linier sederhana akan menghasilkan
persamaan Y = a + bX. Y adalah variabel terikat yaitu tinggi badan, X adalah
variabel bebas yaitu panjang tulang ulna atau femur, a adalah konstanta regresi
35
1) Ulna
Tabel 4.9 Persamaan Regresi Berdasarkan Tulang Ulna dan Tulang Femur
1.
Laki-laki
2.
Perempuan
Variabel
Std. Error
Konstanta
Ulna
Konstanta
Ulna
110,144
2,106
95,771
2,530
6,292
,234
4,967
,198
36
Gambar 4.1. Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
tulang ulna laki laki dengan tinggi badan
Gambar 4.2. Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
tulang ulna perempuan dengan tinggi badan
2) Femur
Tabel 4.10 Persamaan Regresi Berdasarkan Tulang Femur
1.
Laki-laki
2.
Perempuan
Variabel
Std. Error
Konstanta
Femur
Konstanta
Femur
64,774
2,410
93,231
1,671
8,987
,213
3,971
,100
37
Y = 93,231+ 1,671*femur
R2 = 0,803
Gambar 4.4. Skatter plot dan garis regresi yang menunjukan hubungan panjang
tulang femur perempuan dengan tinggi badan
38
R square
P
Perempuan
,707
,000
Interpretasi dari hasil kualitas model regresi berdasarkan tabel adalah sebagai
berikut:
a) Rumus prediksi tinggi badan dengan panjang ulna laki-laki menghasilkan
nilai R square atau koefisien determinasi sebesar 0,743. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa variable panjang ulna laki-laki memiliki pengaruh
74,3% terhadap tinggi badan dan menghasilakan model persamaan
prediksi yang baik karena nilai adjusted R mendekati 100 %
b) Rumus prediksi tinggi badan dengan panjang ulna perempuan
menghasilkan nilai R square atau koefisien determinasi sebesar 0,707.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa variable panjang ulna perempuan
memiliki pengaruh 70,7%
model prediksi yang baik karena persamaan prediksi yang baik karena
nilai adjusted R mendekati 100 %
2) Femur
Tabel 4.12 Hasil Koefisien Determinasi Femur
R square
P
Laki-Laki
,821
,000
Perempuan
,803
,000
39
Interpretasi dari hasil kualitas model regresi berdasarkan tabel adalah sebagai
berikut:
a) Model prediksi tinggi badan dengan panjang femur laki- laki
menghasilkan nilai R square atau koefisien determinasi sebesar 0,821.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa variable panjang femur laki-laki
memiliki pengaruh 82,1% terhadap tinggi badan dan menghasilakan
model persamaan prediksi yang baik karena nilai adjusted R mendekati
100 %
b) Model prediksi tinggi badan dengan panjang ulna
perempuan
40
Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Konversi Panjang Ulna Terhadap Rumus dan
Beberapa Rumus/ Formula Yang Telah Ada
Jenis Rumus
Sampel No
Sampel No
(Laki-laki)
Panjang tulang ulna
(Perempuan)
Panjang tulang ulna
Rumus Peneliti
164,90
162,57
162,58
160,59
Rumus Telka
178,68
169,67
165,50
163,50
41
Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Konversi Panjang Femur Terhadap Rumus dan
Beberapa Rumus/ Formula Yang Telah Ada
Sampel No
Sampel No
(Laki-laki)
Panjang tulang femur
(Perempuan)
Panjang tulang
Rumus Peneliti
168,40
femur
174,26
166,58
159,91
Rumus Telka
185,15
162,58
168,50
163,50
Jenis Rumus
4.2 Pembahasan
42
pertambahan tinggi badan seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Nor et al (2013) bahwa panjang extrimitas atas dan panjang
extrimitas bawah berbanding secara proposional dengan tinggi badan manusia
oleh karena itu tinggi badan memiliki hubungan yang signifikan dengan tulang
tulang extrimitas atas dan bawah manusia. Selain itu menurut Dimegglio (2011)
dan Anderson, et. Al (1963) tulang extrimitas atas memiliki persamaan pola
pertumbuhan dengan tulang extrimitas bawah yang merupakan komponen
penyusun tinggi badan. Pertumbuhan extrimitas atas dan extrimitas bawah
sejalan dengan tinggi badan sejak seseorang berumur 5 tahun.
Pada penelitian ini karena pada populasi ini terdapat hubungan antar
variabel dengan nilai p < 0,25 maka dilakukan analisis regresi linier untuk
membuat prediksi tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna dan tulang
femur. Pada tabel 4.9 untuk laki-laki dan tabel 4.10 untuk perempuan
menunjukkan nilai-nilai koefisien setiap variabel bebas, dari nilai-nilai tersebut
didapatkan rumus menentukan tinggi badan berdasarkan variabel bebasnya, yaitu
panjang tulang ulna dan femur pada setiap jenis kelamin. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa tulang panjang dengan tinggi badan memiliki suatu hubungan yang
linier. (Trotter dan Glesser, 1952). Sehingga panjang tulang tertentu seperti
tulang tulang tulang panjang dapat digunakan merumuskan suatu rumus untuk
memperkirakan tinggi badan dengan analisis regresi liner. Dalam hasil penelitian
didapatkan rumus prediksi tinggi badan berdasarkan tulang ulna pada perempuan
yaitu tinggi badan = 105,186 + ( 2,321 x Ulna ) sedangkan untuk tulang femur
yaitu tinggi badan = 94,101+ (1,610 x Femur). Prediksi tinggi berdasar tulang
ulna pada laki-laki yaitu tinggi badan = 69,096 + (2,839 x Femur) sedangkan
tulang femur yaitu tinggi badan = 105,190 + 2,313 (ulna).
Untuk mengetahui akurasi rumus prediksi tinggi badan peneliti
membandingkan nilai R square antara tinggi badan dengan panjang femur pada
kedua jenis kelamin dan menunjukan nilai yang cukup baik yaitu 0,821 untuk
laki-laki dan 0,807 untuk perempuan. Hal ini menunjukan bahwa rumus prediksi
43
tinggi badan variabel femur pada kedua jenis kelamin dapat menjelaskan 82 %
untuk laki-laki dan 80,7 % untuk perempuan variasi tinggi badan. Sedangkan
untuk Nilai R square antara tinggi badan dengan panjang tulang ulna pada kedua
jenis kelamin berkisar senilai 747 dan 703. Hal ini menunjukan bahwa rumus
prediksi tinggi badan variabel femur pada kedua jenis kelamin dapat menjelaskan
74,7% variasi tinggi badan laki-laki dan 70,3 % variasi tinggi badan perempuan.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan rumus prediksi berdasarkan panjang
femurlah yang lebih akurat dibanding model prediksi berdasarkan panjang ulna.
Hal ini terjadi dimungkinkan karena tulang femur berkontribusi langsung dalam
menyusun tinggi badan. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan
Anderson (1993) terhadap kontribusi tulang panjang terhadap pertumbuhan
didapatkan tulang femur berkontribusi 36 % terhadap pertumbuhan dan tinggi
badan pada kedua jenis kelamin sedangkan tulang ulna berkontribusi 21 %
persen terhadap pertumbuhan dan tinggi badan.
Rumus prediksi tinggi badan yang dihasilkan pada penelitian kali ini
dibandingkan dengan rumus prediksi dari beberapa penelitian sebelumnya. Dari
hasil analisa tersebut, ternyata rumus prediksi peneliti dan rumus prediksi untuk
etnis sangihe menunjukkan
aktual responden. Hal ini terjadi karena rentang usia subyek penelitian yang
hampir sama yaitu 21 tahun dan ras yang hampir sama yaitu ras mongoloid.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Reinhard (2011) bahwa ras lebih
mempengaruhi tinggi badan dibandingkan suku dari subyek penelitian. Hal ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhlaghi (2012) bahwa tinggi
badan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu usia, jenis kelamin, lingkungan, dan
ras dari suyek penelitian.
Pada penelitian ini rumus prediksi tinggi badan juga dibandingkan
dengan rumus ahli forensik Finlandia yaitu Telka. Subyek penelitian Telka adalah
penduduk Finlandia ras kaukasoid sedangkan pada penelitian ini adalah ras
Malayan mongoloid. Karena perbedaan lingkungan tempat tinggal dan ras inilah
44
yang
menyebabkan
rumus
prediksi
berdasarkan
rumus
Telka
rumus
menghasilkan tinggi badan yang lebih tinggi dalam memperkirakan tinggi badan
seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Madden (2012) yang
melakukan penelitian pada subyek ras mongoloid, kaukasoid dan juga negro.
Pada penelitian Madden terdapat perbedaan signifikan prediksi tinggi badan pada
setiap rasnya sehingga prediksi tinggi badan sebaiknya diterapkan pada populasi
dengan kesamaan lingkungan, usia dan ras.
Rumus prediksi tinggi badan yang dihasilkan dari penelitian menunjukan
hasil yang mendekati dengan tinggi badan responden sehingga rumus prediksi
yang dibuat oleh peneliti, menambah perbendaharaan baru dalam hal penentuan
tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna dan femur, terutama pada tulang
ulna dan femur yang masih lengkap (masih dibungkus/ dibaluti oleh otot dan
kulit). Demikian pentingnya rumus prediksi peneliti ini, oleh karena diteliti pada
sampel yang masih lengkap dan memungkinkan terjadi pada korban-korban
mutilasi dengan kondisi tubuh yang masih utuh (belum menjadi tulang belulang /
kerangka).
Penggunaan rumus prediksi yang dihasilkan pada penelitian ini sebaiknya
digunakan pada populasi dengan kesamaan lingkungan, ras dan usia yang sama.
Hal ini disebabkan karena tinggi badan dipengaruhi oleh beberapa faktor melputi
umur, jenis kelamin, ras dan lingkungan tempat tinggal. Untuk mengetahui
keakuratan prediksi pada kelompok populasi yang lain perlu dilakukan uji
validitas terlebih dahulu pada populasi yang lebih bervariasi. Berdasarkan
analisis data yang telah dipaparkan, model prediksi tinggi badan berdasar
panjang femur dan ulna merupakan model prediksi yang baik dan layak untuk
diterapkan.
Meskipun dalam penelitian, peneliti sudah berusaha maksimal untuk
mengontrol setiap tahap dalam penelitian, masih terdapat keterbatasan dalam
penelitian ini yaitu subyek dalam penelitian ini masih terbatas pada mahasiswa
fakultas kedokteran yang memiliki aktivitas fisik yang homogen dan juga rentang
45
usia yang sempit. Selain itu keterbatasan penelitian ini adalah penentuan batasbatas pengukuran tulang yang masih dilakukan secara manual, Oleh karena itu
untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan metode yang lebih akurat
misalnya dengan X-ray untuk menentukan batas-batas pengukuran tulang dan
juga bisa dilakukan dengan populasi yang besar dengan aktivitas yang beragam.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
46
1. Panjang tulang ulna dan tulang femur dapat digunakan untuk memprediksi
tinggi badan dengan rumus prediksi tinggi badan, yaitu laki-laki=110,144
+ 2,106 (ulna), perempuan = 95,771 + 2,530 (ulna), laki-laki = 64,774
+2,410 ( femur) dan perempuan: 93,231 + 1,671 (femur)
2. Rumus berdasarkan panjang tulang femur lebih akurat dibanding rumus
berdasar panjang tulang ulna
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
.
Agnohotri, A.K., Kachhwaha, S., Jowaheer, V. dan Singh, A.P. 2009. Estimating
Stature from Percutaneous Length of Tibia and Ulna in Indo-Mauritian
Population. Forensic Sci. Int. Vol.187:109-110.
Ahmed, A.A. 2013. Estimation of Stature from The Upper Limb Measurements
of Sudanese Adults. Forensic Sci Int. Vol. 228:178-179.
47
48
Gauld, L.M., Kappers, J., Carlin J.B., dan Robertson, C.F. 2004. Height
Prediction from Ulna Length. Dev Med Child Neurol, Vol.46:475-480.
Gleser dan Trotter, M. 1958. A re-evaluation of Estimation of Stature Based on
Measurements of Stature Taken During Life and of Long Bones After
Death. Am J PhysAnthropol. Vol.16:79-123.
Goon DT, Torolia AL, Musa DI, Akusu S. 2011. The Relationship Between Arm
Hemy, N., Ishak, N.I., dan Franklin, D. 2012. Estimation of Stature from Hand
and Handprints Dimensions in a Western Australian Population. Forensic
Sci Int. Vol.216:199.e17.
Honandar, B. 2014. Hubungan Tinggi Badan dan Panjang Ulna pada Etnis
Sangihe Dewasa di Madidir Ure Tidak Diterbitkan. Skripsi. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.
Ilayperuma I, Nanayakkara G, Palahepitiya N. 2015. Assessment of Stature from
the Percutaneous Measurement of Ulna in Healthy Volunteers. Int. J.
Morphol, Vol. 2(3):154-157.
Indriati, E. 2004. Antropologi Forensik. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk mahasiswa. Bandung.
Alfabeta.
Itsna, U.H. 2015. Estimasi Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Demispan dan
Panjang Femur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Tidak Diterbitkan. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Jasuja, O.P., dan Singh, G. 2004. Estimation of Stature from Hand and Phalange
Length. Journal of Indian Academy of Forensic Medicine. Vol.26(3): 100107.
Junqueira, L.C., Carneiro J. 2007. Basic Histology Text & Atlas. 11th ed. New
York: McGraw-Hill. p.141-152
Krishan, K., dan Sharma, A. 2007. Estimation of Stature from Dimensions of
Hands and Feet in a North Indian Population. J Forensic Leg Med.
Vol.14:327332
49
Madden, A. M., Tsikoura dan Stott, D. J. 2012. The Estimation of Body Height
from Ulna Length in Healthy Adults from Different Ethnic Groups. J
Hum Nutr Diet, Vol.25, 121128.
Mahakkanukrauh P, Khanpetch P, Prasitwattanseree S, Vichairat K, Troy, C. D.
2011. Stature Estimation from Long Bone lengths in Thai Population.
Forensic Science International, Vol.210(1-3), 279.el-7
Marthunus, A. 2015. Hubungan tinggi badan, Umur dan Berat Badan dengan
Panjang Femur. Tidak Diterbitkan. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Mescher, A.L. 2013. Junqueiras Basis Histology Text and Atlas 13th ed. New
York: McGraw-Hill. p.343-345
Mondal, M., Jana, T.K., Giri, S., dan Roy, H. 2012. Height Estimation from Ulna
in Females: A Study in Burdwan District of West Bengal (Regression
Analysis). Journal of Clinical and Diagnostic Research . Vol-6(8): 14011404
Nor, F.M., Abdullah, N., Mustapa, A. M., Qi Wen L, Faisal, N. A., Ahmad. 2013.
Estimation of stature by using lower limb dimensions in the Malaysian
population. Journal of Forensic and Legal Medicine, 20(8):947-952.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Obialor, A., Ihentuge, C., Akpuaka, F. 2013. Determination of Height Using
Femur Length in Adult Population of Oguta Local Government Area of
Imo State Nigeria. Journal of Anatomy.
Ozaslan, A., Koc, s., Tugcu, H. 2006. Estimation of stature from upper extremity.
Journal Forensic and Legal Medicine. Vol.34
Patel, V.S., Patel, M.S., dan Shah, V.G. 2007. Estimation of Height from
Measurements of Foot Lenght in Gujarat Region. J Forensic Sci. Vol. 9
(7):25 27.
Prasad, A., Bhagwat, B., Porwal, S., Joshi, S. 2015. Estimation of Human Stature
from length of Ulna in Marathwada Region of Maharashtra. Indian
Journal of Forensic and Community Medicine, Vol.2(3):154-157.
Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Edisi 3. Jakarta: PT.Watapone
50
51
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran A. 1
NASKAH PENJELASAN INFORMED CONSENT
52
53
Anda bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti. Selama penelitian tidak
boleh melakukan aktivitas lain diluar penelitian tanpa ijin dari peneliti
D. Manfaat
Keuntungan yang anda dapatkan adalah mengetahui rumus perkiraan
tinggi badan dengan menggunakan panjang tulang ulna perkutaneus dan
femur perkutaneus yang bisa digunakan oleh anda apabila suatu saat
tinggi badan anda tidak bisa diukur secara langsung sekaligus mengetahui
keakuratan pengukuran antara panjang tulang ulna dan panjang tulang
femur.
E. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti dan staf penelitian.
Hasil Penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.
F. Kompensasi
Saudara akan mendapatkan konsumsi (berupa makanan dan minuman )
setelah penelitian ini berlangsung
G. Informasi Tambahan
Saudara diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum
jelas sehubungan dengan penelitian ini kepada penelit
Lampiran A. 2
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Usia
Fakultas
Angkatan/NIM
Alamat
No.Telp./HP
54
Suku
Angkatan/NIM
: 2013/132010101061
Fakultas
Subyek
)