Anda di halaman 1dari 73

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK RIMPANG

KENCUR (Kaempferia galanga L.)


TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans

RANI
18 031 014 010

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2022
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK RIMPANG
KENCUR (Kaempferia galanga L.)
TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans

SKRIPSI

Diajukan sebagai Tugas Akhir untuk Memenuhi Syarat


Memeroleh Gelar Sarjana

RANI
18 031 014 010

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2022
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi

ini adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi

ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain sebagian

atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal

demi hukum.

Makassar, November 2022

Penulis

RANI
NIM: 18 031 014 010

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademika Program Studi Farmasi FMIPA UIM, saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rani

NIM : 18 031 014 010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Program Studi Farmasi FMIPA UIM Hak Bebas Royalti Non Ekslusif

atas skripsi saya yang berjudul:

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga


L.) terhadap Bakteri Streptococcus mutans

Program Studi Farmasi FMIPA UIM berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik

hak cipta dengan sepengetahuan pembimbing I dan II saya

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Makassar, November 2022


Pembuat Pernyataan

Rani
iv
HALAMAN PERSETUJUAN

Menerangkan bahwa tugas akhir dari:

Nama : Rani

Stambuk : 18 031 014 010

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rimpang Kencur


(Kaempferia galanga L.) terhadap Bakteri
Streptococcus mutans

Diterima dan disetujui oleh tim penguji skripsi yang dibentuk


berdasarkan surat keputusan Dekan Fakultas MIPA Universitas Islam
Makassar Nomor: CXV/UIM/A.12/Skep/IV/2022, sebagai salah satu syarat
kelulusan studi pada program S1 Fakultas MIPA Universitas Islam
Makassar.

Tim Penguji:
1. Ketua Penguji : ..............

2. Sekretaris Penguji : .............

3. Anggota : .............

4. Anggota (Ex. Off) : Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, M.S., Apt. .............

5. Anggota (Ex. Off) : apt. Andi Dian Astriani, S.Farm., M.Si. .............

Makassar, November 2022

Dekan Fakultas MIPA UIM

Dr. Tahirah Hasan, M.Si.


NIDN. 0918086601
v
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi:

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK RIMPANG KENCUR


(Kaempferia galanga L.)
TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans

Disusun Oleh:

RANI
18 031 014 010

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, M.S., Apt. apt. Andi Dian Astriani, S.Farm., M.Si.
NIDN. 0017085008 NIDN. 0929128803

Mengetahui:

Dekan Fakultas MIPA Ketua Program Studi Farmasi

Dr. Tahirah Hasan, M.Si. apt. Rusman, S.Si., M.Si.


NIDN. 0918086601 NIDN. 0918068302

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala, yang senantiasa

melimpahkan Rahmat dan Hidaahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak

Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Terhadap Bakteri Streptococcus

mutans.Tak lupa pula, shalawat serta salam penulis haturkan kepada

Rasulullah Muhammad Sallallahu’alaihiwasallam, karena atas perjuangan

dan kepemimpinan Rasulullah kita terbebas dari zaman jahiliyah.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Strata satu (S1) pada Program Studi Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam

Makassar. Penulis menyampaikan terimakasih dan rasa hormat yang tak

terhingga kepada Bapak Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, M.S., Apt selaku

pembimbing pertama dan ibu apt. Andi Dian Astriani, S.Farm., M.Si selaku

pembimbing kedua yang penuh ketulusan dan keikhlasan meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing penulis

sejak penelusuran pustaka sampai selesainya skripsi ini.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada ketua penguji yaitu

vii
Penyelesaian skripsi ini juga tak lepas dari bantuan dan kerja sama

dari berbagai pihak, untuk itu izinkan penulis menyampaikan terimakasih

kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Hj. A. Majdah M. Zain M.Si. selaku Rektor Universitas Islam

Makassar.

2. Ibu Dr. Tahirah Hasan, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Islam Makassar, sekaligus sebagai

Penasehat Akademik.

3. Ibu Ayu Wandira A. Baso Amri, S.Si., M.Si. selaku Wakil Dekan I, ibu apt.

Sitti Fauziah Noer, S.Si., M.Kes. selaku Wakil Dekan II, dan ibu Yasnidar

Yasir, S.Si., M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Islam Makassar.

4. Bapak apt, Rusman, S.Si., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam

Makassar.

5. Bapak dan Ibu Dosen, seluruh staf dan karyawan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Makassar.

6. Teman-teman yang saya banggakan Fitriyanti Husen, Ija Fausia, Nur

Afni, Rafida, mifta dan sahabat lain angkatan 2018 serta teman-teman yang

tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih karena selalu

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, serta selalu

menemani penulis dalam hal apapun. Semoga hubungan kekeluargaan

yang terjalin selama ini tidak sampai disini saja.

viii
7. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini, baik secara moril maupun material,

terimakasih yang sebesar besarnya atas bantuannya. Semoga Allah

Subhanahu wa Ta’ala membalasnya dengan balasan yang lebih baik,

Aamiin.

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada kedua orang tua tercinta ibunda Hj. Saharia dan

ayahanda Jahja Sakka A. Ma. Pd. yang tidak pernah lelah melimpahkan

kasih sayang, perhatian, dorongan dan semangat dalam mencapai cita-cita

serta doa yang tak ada putus-putusnya. Kepada saudara-saudaraku yang

selalu memberikan perhatian, dukungan dan motivasi kepada penulis agar

terus berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan kritik

dan saran ang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan

penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Wallahul muwafiq ila aqwamithariiq. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi

Wabarakatuh.

Makassar, November 2022

Penulis

RANI
NIM: 18 031 014 010
ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii

HALAMAN PENGAJUAN .................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS


AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ....................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ vi

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. vii

KATA PENGANTAR ........................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................... xvi

ABSTRACT .......................................................................................... xvii

ABSTRAK ARAB ................................................................................. xviii

DAFTAR ISI ......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

A. Uraian Tanaman ............................................................................. 5

1. Klasifikasi Tanaman ..................................................................... 5

2. Nama Lain Tanaman .................................................................. 5

3. Morfologi Tanaman ..................................................................... 6

4. Kandungan Tanaman ................................................................. 7

x
5. Manfaat Tanaman ....................................................................... 8

B. Ekstraksi ......................................................................................... 9

1. Cara Dingin .................................................................................. 9

2. Cara Panas ................................................................................. 10

C. Uraian Bakteri ................................................................................. 11

1. Klasifikasi Streptococcus mutans ................................................ 11

2. Morfologi Bakteri .......................................................................... 11

3. Patogenesis ................................................................................. 12

D. Uraian Gigi ...................................................................................... 13

1. Pengertian Gigi ........................................................................... 13

2. Bagian-Bagian Gigi ..................................................................... 13

3. Fisiologi Gigi ............................................................................... 14

4. Bentuk dan Fungsi Gigi ............................................................... 14

E. Uraian Karies Gigi .......................................................................... 15

1. Pengertian Karies Gigi ................................................................ 15

2. Etiologi Karies Gigi ..................................................................... 16

3. Faktor-Faktor Pembentuk Karies Gigi ......................................... 16

F. Uraian Antimikroba ......................................................................... 19

1. Sifat Antimikroba ........................................................................ 19

2. Mekanisme Kerja Antimikroba ..................................................... 20

G. Uji Aktivitas Antimikroba ................................................................. 21

1. Difusi Agar .................................................................................. 21

2. Metode Dilusi .............................................................................. 22

xi
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 26

A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 26

B. Alat dan Bahan ............................................................................... 26

C. Prosedur Penelitian ........................................................................ 26

1. Pengambilan Sampel .................................................................. 26

2. Pengolahan Sampel ................................................................... 27

3. Sterilisasi Alat dan Bahan ........................................................... 27

4. Ekstraki Sampel .......................................................................... 27

5. Pembuatan Medium .................................................................... 28

D. Penyiapan Bakteri Uji ..................................................................... 28

1. Peremajaan Bakteri Uji ............................................................... 28

2. Pembuatan Larutan Standar 0,5 Mc. Farland ............................. 29

3. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji ................................................ 29

E. Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ........................... 29

F. Pengujian Aktivitas Antibakteri ........................................................ 30

G. Skrining Fitokimia ........................................................................... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 32

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 32

B. Pembahasan .................................................................................. 33

BAB V PENUTUP ............................................................................... 37

A. Kesimpulan ...................................................................................... 37

B. Saran ............................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 38

LAMPIRAN .......................................................................................... 41

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Rendamen Ekstrak Rimpang Kencur


(Kaempferia galanga L.) dengan Cairan Penyari Etanol 70%.......... 32

2. Hasil Identifikasi Golongan Senyawa yang Terkandung


dalam Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) .............. 33

3. Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Rimpang


Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Streptococcus mutans ........................................................ 33

4. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Rimpang


Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Streptococcus mutans ........................................................ 34

5. Analisis Statistik Diameter Zona Hambat Ekstrak Rimpang


Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Bakteri Streptococcus
mutans ............................................................................................. 49

6. Analisis Varians (ANAVA) Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak


Rimpang Kencur atau Analisis Ragam (ASR).................................. 49

7. Nilai Baku P pada Taraf Kritis 5% dan 1% untuk Uji Jarak Nyata
Student Newman Keuls .................................................................. 53

8. Penurunan Nilai Rata-Rata Diameter Zona Hambat Ekstrak


Rimpang Kencur terhadap Streptococcus mutans dari Terkecil
ke Terbesar...................................................................................... 53

9. Analisis Pengamatan Antibakteri Ekstrak Rimpang Kencur terhadap


streptococcus mutans dan Selisih antara Taraf JNT 1% dan Taraf JNT
5% .................................................................................................. 54

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Foto Tanaman Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) ............... 5

2. Skema Kerja Penyiapan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia


galanga L.) ........................................................................................ 43

3. Skema Kerja Uji Aktivitas Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia


galanga L.) terhadap Bakteri Streptococcus mutans ....................... 44

4. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Rimpang Kencur (Kaempferia


galanga L) ....................................................................................... 45

5. Foto Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) ............................... 45

6. Foto Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak


Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) terhadap Streptococcus
mutans ............................................................................................. 46

7. Foto Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rimpang


Kencur (Kaempferia galanga L) terhadap Streptococcus mutans ... 47

8. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia


galanga L.) ...................................................................................... 47

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema Kerja .................................................................................... 41

2. Gambar ............................................................................................ 43

xv
ABSTRAK

Rani, 2022. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia


galanga L.) terhadap Bakteri Streptococcus mutans (Dibimbing oleh M.
Natsir Djide dan Andi Dian Astriani)

Tanaman Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) mengandung


flavonoid, alkaloid, saponin dan steroid yang berpotensi sebagai antibakteri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap bakteri Streptococcus
mutans. Rimpang kencur diekstraksi secara maserasi menggunakan etanol
70%. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak rimpang kencur (Kaempferia
galanga L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans menggunakan metode
dilusi cair dan difusi agar. Hasil penelitian diperoleh nilai Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM), yaitu 5%. Uji aktivitas dengan menggunakan
difusi agar menggunakan kertas cakram. Konsentrasi ekstrak rimpang
kencur yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri adalah 4%; 6%; 8%
dan 10%. Diameter hambatan 4%; 6%; 8% dan 10% pada uji aktivitas
antibakteri terhadap Streptococcus mutans yaitu 8, 47 mm; 9,61 mm; 11,10
mm dan 12,29 mm. Hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak
rimpang kencur memiliki aktivitas antibakteri yang efektif pada konsentrasi
10%. Hasil skrining fitokimia ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga
L.) mengandung Alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan terpenoid.

Kata kunci: Antibakteri; Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.);


Streptococcus mutans

xvi
ABSTRACT

xvii
ABSTRAK (ARAB)

xviii
BAB l

PENDAHULUAN

Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit pada gigi

ditandai dengan rusaknya email dan dentin disebabkan oleh aktifitas

metabolisme bakteri dalam plak pada jaringan yang menyebabkan

terjadinya demineralisasi akibat interaksi antar produk-produk

mikroorganisme, ludah dan bagian-bagian yang berasal dari makanan dan

email. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies yang

terdapat pada golongan Streptococcus yang secara kolektif disebut

Streptococcus mutans (Ramayanti, 2013).

Penggunaan tanaman sebagai bahan obat atau dikenal dengan

obat tradisional telah disebutkan dalam Al-qur’an secara tersirat

sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS.Asy-Syu’ara’

ayat 7

Terjemahnya:

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak


Kami tumbuhkan dibumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
Ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Senantiasa mengisyaratkan kepada manusia untuk mengembangkan dan

memperluas ilmu pengetahuan khususnya ilmu yang membahas tentang

obat yang berasal dari alam, baik dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun

mineral. Ketiganya telah dijelaskan didalam Al-Qur’an mengandung suatu


1
zat obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan manusia dari

penyakit. Meskipun tidak semua manusia yang diciptakan oleh Allah

Subhanahu wa Ta’ala di bumi dapat menyembuhkan penyakit tertentu

(Thalbah, 2009).

Salah satu dari keanekaragaman hayati yang memiliki potensi

untuk dikembangkan sebagai obat tradisional adalah rimpang kencur

(Kaempferia galanga L.) sudah dikenal luas dimasyarakat baik sebagai

bumbu makanan atau pengobatan, diantaranya adalah batuk, mual,

bengkak, bisul dan anti toksin seperti keracunan tempe. Selain itu minuman

beras kencur berkhasiat untuk menambah daya tahan tubuh,

menghilangkan masuk angin, dan kelelahan dengan dicampur minyak

kepala atau alkohol digunakan untuk mengurut kaki keseleo atau

mengencangkan urat kaki. Komponen yang terkandung di dalamnya antara

lain saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri (Winarto, 2007).

Tanaman kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu

tanaman herbal yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.

Rimpang kencur memiliki manfaat untuk mengobati penyakit brongkitis,

asma, malaria, penyakit kulit, luka dan penyakit gangguan limpa. Selain itu

kencur memiliki banyak manfaat antara lain sebagai antifungi, anti-

inflamasi, antioksidan, antivirus, antihipertensi, antikarsiogenik,

antinosiseptif, antituberklosis dan larvasida. Tanaman kencur juga dapat

digunakan untuk mengobati penyakit infeksi bakteri, baik bakteri gram

positif maupun bakteri gram negatif dan juga infeksi jamur (Kumar, 2014).

2
3

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desi A.W (2021)

menunjukkan bahwa ekstrak kencur pada konsentrasi 1% mempunyai

aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus pyogenes sebesar

5,44 mm dan Staphylococcus aureus sebesar 5,56 mm.

Berdasarkan uraian penelitian diatas, ekstrak rimpang Kencur

(Kaempferia galanga L.) memiliki potensi penghambatan terhadap bakteri,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak

rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) memiliki aktivitas penghambatan

terhadap bakteri Streptococcus mutans.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas ekstrak rimpang

Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans.

Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah data ilmiah Ekstrak

Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) sebagai sumber obat tradisional

dan menjadi acuan atau pedoman bagi penelitian lanjutan tentang manfaat

Kencur (Kaempferia galanga L.) sebagai antibakteri yang dapat digunakan

dalam mencegah terjadinya karies gigi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

Sumber: Shetu dkk., 2018


Gambar 1. Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L)

1. Klasifikasi Tanaman

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Kaempfria

Jenis : Kaempferia galanga L. (Barus, 2009)

2. Nama Lain Tanaman

Tanaman kencur dibeberapa daerah memiliki Nama lain

diantaranya yaitu Ceku (Bugis), Cakuru (Makassar), Kencur (Jakarta) Tekur

(Aceh), Kawicer (Batak), Cakue (Minang), Cikur (Sunda), sikor

(Kalimantan), Cekuh (Bali), Asuli (Ambon), Ukap (Iran) (Muhlisa, 1999).

4
5

3. Morfologi Tanaman

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman tropis yang

banyak ditemukan di Indonesia. Tanaman ini tumbuh subur didaerah

dataran atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak

air. Kencur digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang

mempunyai daging buah lunak dan tidak berserat. Secara umum terdapat

dua jenis kencur yaitu kencur yang berdaun lebar dan berdaun sempit

(Syukur dan Hernani, 2001).

Kencur merupakan salah satu jenis yang termasuk dalam famili

Zingiberaceae yang memiliki 53 genus dan lebih dari 1.200 spesies, salah

satunya adalah genus Kaempferia. Kaempferia memiliki sekita 50-60

spesies dan sebagaian merupakan tumbuhan endemik. Kaempferia

galanga L. adalah genus berukuran sedang dalam famili Zingiberaceae

(Nopporncharoenku dkk., 2017).

Tanaman kencur (Kaempferia galanga L.) memiliki batang basal

dengan tinggi ± 20 cm tumbuh dalam rumpun, berdaun tunggal warna hijau

dan bagian tepi berwarna merah kecoklatan bergelombang. memiliki bentuk

daun jorong lebar hingga bulat, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung

runcing, pangkai berlekuk dan tepi rata. Permukaan daun bagian atas tidak

berbulu dan bagian bawah berbulu halus. Tangkai daun pendek berukuran

3-10 cm, pelepah tertanam dalam tanah dengan panjang yaitu 1,5–3,5 cm

berwarna putih. Jumlah daun ± 2-3 lembar dengan letak berhadapan

(Damayanti, 2008).
6

Bunga pada tanaman kencur tergolong bunga majemuk sempurna

karena mempunyai bunga jantan, bunga betina, mahkota, dan kelopak

bunga yang terletak dalam satu anak bunga. Setiap tangkai terdapat 1-2

anak bunga. Tangkai bunga dan bakal biji pada tanaman kencur tidak

terlihat karena tangkai dan bakal biji tenggelam ditutupi oleh pelepah daun

atau tangkai daun (Haryudin, 2008).

Bagian tanaman kencur yang sering dimanfaatkan yaitu rimpang

kencur atau rizoma. Akar tanaman berbentuk serabut berwarna coklat

kekuningan. Rimpang kencur bercabang banyak, berwarna coklat,

berbentuk jari dan tumpul, kulit rimpang berwarna coklat mengkilat, bagian

dalam berwarna putih dengan daging lunak dan tidak berserat, memiliki

aroma harum yang spesifik (Damayanti, 2008).

4. Kandungan Kencur

Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol rimpang kencur adalah

alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, tanin, monoterpen, seskuiterpen,

steroid. Senyawa saponin yang terkandung pada kencur menyebabkan

kencur memiliki aroma khas yaitu harum, rasa pahit serta menghasilkan

sensasi pedas dan hangat karena senyawa saponin memiliki rasa pahit

yang menyengat (Hasanah, 2011; Rahayu, 2002).

Kandungan flavonoid, alkaloid, saponin dan steroid pada rimpang

kencur berperan sebagai antimikroba. Flavonoid menyebabkan perubahan

komponen organik dan transport nutrisi yang mengakibatkan timbulnya efek

toksik terhadap jamur. Senyawa alkaloid sebagai antibakteri mampu


7

menghambat sintesis dinding sel bakteri, jika dinding sel bakteri tidak

terbentuk dengan sempurna maka sel bakteri akan lisis dan hancur.

Saponin merupakan senyawa aktif yang mempunyai aktivitas antifungi.

Mekanisme kerja saponin adalah menurunkan tegangan permukaan

sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan

mengakibatkan senyawa intraseluler keluar. Senyawa ini berdifusi melalui

membran luar dan dinding sel yang rentan, lalu mengikat membran

sitoplasma dan mengganggu dan mengurangi kestabilan itu. Hal ini yang

dapat menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang dapat

mengakibatkan kematian sel. Senyawa steroid dapat mengakibatkan

kebocoran pada lisosom bakteri. Interaksi steroid dan membran fosfolipid

bakteri akan menyebabkan menurunnya integritas membran dan terjadi

perubahan morfologi membran bakteri (Hayati dkk., 2017).

5. Manfaat Kencur

Kencur (Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai

ramuan obat-obatan tradisional, fitofarmaka, bahan pembuatan kosmetik,

bioinsektifida, bumbu masakan, maupun minuman atau jamu untuk

mencegah penyakit tertentu seperti masuk angin, batuk dan sakit

tenggorokan, serta dimanfaatkan sebagai campuran saus rokok pada

industri rokok kretek. Secara nyata telah dibuktikan bahwa kencur dapat

digunakan sebagai penambah nafsu makan, mengatasi infeksi bakteri, obat

batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, dan sakit. Selain itu,

kencur memiliki banyak manfaat antara lain sebagai antibakteri, antifungi,


8

anti-inflamasi, antioksidan, antivirus, antihipertensi dan antituberkulosis

(Kumar, 2014).

B. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.

Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan

ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang

umum digunakan antara lain (Ditjen POM, 2000).

1. Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbendaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka

larutan terpekat didesak keluar.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara,


9

tahap perkolasi sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat).

2. Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada

temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut

terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang

selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus

sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secar

umum dilakukan pada temperatur 40-50ºC.

d. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan

nabati. Proses ini dilakukan pada temperatur 90ºC selama 15 menit.

e. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur

sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100ºC.


10

C. Uraian Umum Bakteri

1. Klasifikasi Streptococcus mutans

Dunia : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacili

Bangsa : Lactobacialles

Suku : Streptococcaceae

Marga : Streptococcus

Jenis : Streptococcus mutans (Garrity, 2004)

2. Morfologi Bakteri

Streptococcus mutans adalah suatu bakteri gram positif golongan

viridans yang dapat mengeluarkan toksin sehingga sel-sel pejamu rusak

dan bersifat aerob serta relatif sering terdapat daam rongga mulut yaitu

pada permukaan gigi (Corwin, 2008).

Streptococcus mutans memiliki bentuk bulat dan tersusun seperti

rantai dengan diameter 0,5-0,7 mikron, tidak bergerak dan tidak memiliki

spora. Streptococcus mutans dapat hidup pada daerah kaya sukrosa dan

menghasilkan permukaan asam dengan menurunkan pH di dalam rongga

mulut menjadi 5,5 atau lebih rendah yang membuat email mudah larut

kemudian terjadi penumpukan bakteri dan mengganggu kerja saliva untuk

membersihkan bakteri tersebut, sehingga jaringan keras gigi rusak dan

menyebabkan terjadinya karies gigi (Alfath dkk., 2013).


11

Streptococcus mutans adalah salah satu golongan bakteri yang

heterogen. Beberapa diantaranya termasuk anggota flora normal pada

manusia. Streptococcus mutans bersifat non motil (tidak bergerak),

berdiameter 1-2 m, bakteri anaerob fakultatif dan tidak membentuk spora

(Collier, 1998).

3. Patogenesis

Agen utama pada karies gigi adalah Streptococcus mutans, namun

tanpa adanya faktor lain seperti sukrosa, bakteri ini tidak dapat

menyebabkan keries. Enzim yang dihasilkan bakteri ini yaitu glikosil

tranferase dan fruktosil transferase. Enzim glikosil tranferase menggunakan

sukrosa pada metabolisme karbohidrat untuk mensintesa molekul glukosa

yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3) (Samarayanake,

2002).

Kelarutan ikatan glukosa alfa (1-3) dalam air berpengaruh terhadap

pembentukan koloni Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Ikatan

glukosa alfa (1-3) berfungsi membantu perlekatan koloni bakteri satu sama

lain pada enamel yang erat kaitannya dengan pembentukan plak dan

terjadinya karies gigi (Samarayanake, 2002).

D. Uraian Gigi

1. Pengertian Gigi

Gigi merupakan jaringan yang paling keras dibanding yang lainnya.

Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang

gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan
12

bagian lain yang memperkokoh gigi. Gigi merupakan jaringan tubuh yang

mudah mengalami kerusakan. Kerusakan terjadi karena gigi tidak

memperoleh perawatan yang semestinya (Hermawan, 2010).

2. Bagian-Bagian Gigi

Bagian-bagian gigi terbagi atas beberapa yaitu diantaranya sebagai

berikut: (Hidayat, 2016)

a. Email

Adalah bagian terluar dari gigi dan merupakan bagian paling keras

dari seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang. Bangunan

kristalin yang kompleks dan padat ini mengandung mineral kalsium,

fosfat dan flourida. Email meliputi seluruh mahkota gigi. Fungsi email

melindungi gigi dari zat yang sangat keras dan melindungi gigi saat

menggigit dan mengunyah.

b. Dentin

Adalah bagian yang paling terbesar dari seluruh gigi, dentin lebih

lunak dari email. Dentin ini merupakan saluran yang berisi urat, darah

dan limfe.

c. Pulpa

Adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan

pembuluh darah, fungsinya adalah berespon tehadap stimulus (panas

dan dingin). Normalnya pulpa berespon terhadap panas dan dingin

dengan nyeri yang ringan yang terjadi selama kurang dari 10 detik.

Sedangkan sementum adalah bagian dari akar gigi yang


13

berdampingan/berbatasan langsung dengan tulang rahang di mana

gigi manusia tumbuh.

3. Fisiologi gigi

Dalam suatu proses pencernaan secara mekanik, gigi memotong

dan menghancurkan makanan menjadi ukuran yang lebih kecil. Lidah

membantu untuk mengunyah dan menelan makanan. Organ pelengkap

tersebut mengekresi zat kimia yang dibutuhkan dalan proses pencernaan

dan mengantarkannya kesaluran pencernaan tersebut (Hermawan, 2010).

4. Bentuk dan Fungsi Gigi

Bentuk dan fungsi gigi menurut Tarwoto, 2009 yaitu:

a. Gigi seri, Jumlahnya ada delapan buah, yaitu empat buah gigi seri atas

dan empat buah gigi seri di bawah. Berfungsi memotong dan

menggunting makanan.

b. Gigi taring, Jumlahnya ada empat buah, di atas dua dan di bawah dua.

Gigi taring terletak di sudut mulut, bentuk mahkotanya runcing,

berfungsi untuk mencabik makanan. Akar gigi taring ini hanya satu.

c. Gigi geraham kecil, Jumlahnya ada delapan buah, empat buah di atas

dan empat buah di bawah. Gigi geraham kecil ini merupakan

pengganti gigi geraham sulung. Letaknya di belakang gigi taring, akar

gigi geraham kecil ini semua satu, kecuali yang atas depan, memiliki

dua akar. Gigi geraham kecil berfungsi untuk menghaluskan makanan.

d. Gigi geraham besar, jumlahnya dua belas buah, enam buah di atas

dan enam buah di bawah. Gigi geraham besar terletak di belakang gigi
14

geraham kecil, masing-masing sisi tiga buah permukaannya lebar dan

bertonjol-tonjol, gigi ini yang bawah akarnya dua, yang atas tiga. Gigi

geraham terakhir, sering menjadi satu dan berfungsi untuk menggiling

makanan.

E. Uraian Karies Gigi

1. Pengertian karies gigi

Karies gigi adalah suatu proses penghancuran jaringan gigi yang

dapat terjadi melalui suatu proses dekalsifikasi lapisan email sehingga

menyebabkan terbentuknya suatu lubang. Proses tersebut apabila terus-

menerus dibiarkan maka lubang dapat melewati lapisan email dan meluas

hingga ke pulpa (Dorlan, 2010).

Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit pada gigi

yang ditandai dengan rusaknya email dan dentin disebabkan oleh aktifitas

metabolisme bakteri dalam plak pada jaringan yang menyebabkan

terjadinya demineralisasi akibat interaksi antar produk-produk

Mikroorganisme, ludah dan bagian-bagian yang berasal dari makanan dan

email (Ramayanti, 2013).

2. Etiologi Karies Gigi

Mulut kita penuh akan bakteri yang terdapat pada gigi dalam bentuk

plak, yang berasal dari saliva, maupun berasal dari sisa-sisa makanan.

Bakteri-bakteri tersebut memakan sisa-sisa makanan yang tertinggal pada

gigi, kemudian bakteri tersebut menghasilkan atau memproduksi asam.

Asam yang dihasilkan oleh bakteri inilah yang memakan lapisan email gigi
15

sehingga terbentuk suatu kavitas. Normalnya, ketika asam menggerogoti

email, tidak terasa sakit. Tetapi karena tidak dirawat, asam yang

menimbulkan kavitas tersebut menembus ke Lapisan dentin dan sampai ke

rongga pulpa dari gigi, sehingga dapat menimbulkan rasa sakit. Karies yang

tidak dirawat, lambat dapat menghancurkan lapisan dentin dan pulpa serta

dapat mematikan syaraf dari gigi tersebut (Kidd dan Bechal,1992).

3. Faktor-Faktor Pembentuk Karies Gigi

Menurut (Kidd E, 2013) faktor-faktor pembentuk karies gigi yaitu

diantaranya:

a. Faktor dari dalam mulut

1) Saliva

Saliva atau Air liur yang sedikit mempermudah terjadinya karies

gigi. Saliva bukan saja untuk pelumas makanan tetapi juga sebagai

alat untuk melindungi gigi terhadap proses demineralisasi. Saliva

ini berguna sebagai pembersih mulut dari sisa-sisa makanan

termasuk karbohidrat yang mudah di fermentasi oleh

mikroorganisme mulut. saliva juga bermanfaat untuk

membersihkan asam-asam yang terbentuk akibat proses Glikolisis

karbohidrat.

2) Sukrosa

Sukrosa adalah jenis karbohidrat yang merupakan media untuk

pertumbuhan bakteri dan dapat meningkatkan koloni bakteri

steptococus muntas, kandungan sukrosa dalam makanan seperti


16

permen, coklat, makanan dan faktor pertumbuhan bakteri yang

pada akhirnya akan meningkatkan proses terjadinya karies gigi.

3) Mikroorganisme

Mikroorganisme merupakan faktor paling penting dalam proses

awal terjadinya karies. Mikroorganisme yang memfermentasi

karbohidrat untuk memproduksi asam. Plak gigi merupakan

lengketan yang berisi bakteri produk-produknya, yang terbentuk

pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi

secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian

tahapan. Asam terbentuk dari hasil ferentasi sakar diet oleh bakteri

di dalam plak gigi. Sumber utamanya adalah glukosa yang masuk

dalam plak gigi, sedangkan sumber utama glukosa adalah sukrosa.

Penyebab utama terbentuknya asam tadi adalah Streptococcus

mutans serotipe c yang terdapat di dalam plak karena kuman ini

mematabolisme sukrosa menjadi asam lebih cepat dibandingkan

kuman lain.

4) Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali

mineral selama berlangsungnya proses karies. Sehingga

memberikan tanda bahwa proses karies terdiri dari periode

perbaikan dan perusakan yang silih berganti oleh sebab itu saliva

ada dalam lingkungan gigi maka karies tidak menghancurkan gigi

dalam hitungan hari atau minggu melainkan dalam hitungan bulan


17

atau tahun demikian dapat dilihat ada kesempatan untuk

menghentikan terjadinya karies gigi.

b. Faktor Luar

1) Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan persentase karies pada jenis laki-laki

sebesar 24,5% lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan 22,5%

keterampilan menggosok gigi pada anak perempuan lebih baik

daripada anak laki-laki (Depkes, 2007).

2) Usia

Usia 7-8 tahun yang sering disebut sebagai masa-masa yang

rawan karena masa ini gigi susu mulai tinggal satu persatu dan gigi

permanen pertama mulai tumbuh. Usia mempengaruhi perilaku

seseorang. semakin bertambah usia seseorang maka akan

bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya.

3) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Pengetahuan

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

4) Mengosok Gigi

Adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri dan

plak dan tujuan menggosok gigi adalah membuang plak serta

menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menggosok gigi yang baik yaitu

dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan Tekanan


18

yang ringan, dipusatkan pada daerah yang terdapat plak yaitu tepi

gusi.

F. Uraian Antimikroba

Antimikroba adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan

untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia, termasuk golongan ini

yang dibicarakan berhubungan dengan bidang farmasi antara lain

antibiotika, antiseptika, desinfektan, preservative (Djide, 2008).

1. Sifat Antimikroba

a. Bakteriostatik, yaitu zat atau bahan yang dapat menghambat atau

menghentikan pertumbuhan mikroorganisme (bakteri) tetapi tidak

menyebebkan kamatian seluruh bakteri.

b. Bakteriosida, yaitu zat atau bahan yang dapat membunuh

mikroorganisme. Jumlah mikroorganisme (bakteri) berkurang bahkan

habis sehingga tidak dapat berkembangbiak (multiplikasi). kelompok

ini termasuk penisilin, cefalosporin, neomycin.

2. Mekanisme Kerja Antimikroba

a. Penginaktifan enzim tertentu

Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari

senyawa antiseptika dan desinfektan, seperti turunan aldehida, amida,

karrbanilida, etilen-oksida, halogen, senyawa-senyawa merkuri dan

senyawa amonium kuartemer.


19

b. Denaturasi protein

Turunan alkohol, halogen dan halogenator, senyawa merkuri,

peroksida, turunan fenol dan senyawa amonium kuartener bekerja

sebagai antiseptika dan desinfektan dengan cara denaturasi dan

konjugasi protein sel bakteri.

c. Mengubah permeabilitas membran sitoplasma bakteri

Cara ini adalah model kerja dari turunan amin dan guanidin, turunan

fenol dan senyawa amonium kuartener.

d. Interkalasi ke dalam DNA

Beberapa zat warna seperti turunan trifenilmetan dan turunan

akridin, bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat

asam nukleat, menghambat sintesis DNA dan menyebabkan

perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein.

e. Pembentukan khelat

Beberapa turunan fenol, seperti heksoklorofen dan oksiquinolin

dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk

khelat tersebut masuk kedalam sel bakteri.

f. Bersifat sebagai antimetabolit

Antimikroba bekerja memblok tahap metabolit spesifik mikroba,

seperti pada sulfonamida dan trimetoprim.

g. Penghambatan terhadap sintesi dinding sel

Antimikroba golongan ini menghambat sintesis atau menghambat

aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel mikroorganisme.


20

h. Penghambatan fungsi permeabilitas membran sel

Antimikroba bekerja secara langsung pada membran sel yang

mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa

intraseluler mikroorganisme (bakteri).

i. Penghambatan sintesis protein

Antimikroba memengaruhi fungsi ribosom pada mikroorganise

yang menyebabkan sintesis protein pada mikroba terhambat.

j. Penghambatan asam nukleat

Antimikroba mempengaruhi metabolisme asam nukleat sebagai

contoh rifampisin, mengikat dan menghambat DNA-dependent

RNA, polimerase yang ada pada bakteri (Djide, 2008).

G. Uji Aktivitas Antimikroba

Tujuan pengukuran aktivitas antibakteri adalah untuk menentukan

potensi suatu zat yang diduga atau telah memiliki aktivitas sebagai

antibakteri dalam larutan terhadap suatu bakteri (Jawetz dkk., 2001).

Macam-macam metode uji aktivitas antimikroba antara lain:

1. Difusi Agar

Metode difusi digunakan untuk menentukan aktivitas agen

antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media

agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media

agar tersebut. Area jernih pada permukaan media agar mengindikasikan

adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba

(Pratiwi, 2008).
21

Metode difusi agar dibedakan menjadi dua yaitu cara Kirby Bauer

dan cara sumuran.

a. Cara Kirby Bauer

Metode difusi disk (tes Kirby Bauer) dilakukan untuk menentukan

aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba

diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang

berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan

adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen

antimikroba pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008). Keunggulan

uji difusi cakram agar mencakup fleksibilitas yang lebih besar dalam

memilih obat yang diperiksa (Sacher dan McPherson, 2004).

b. Cara sumuran

Metode ini serupa dengan difusi disk, dimana dibuat sumuran pada

media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada

sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji (Pratiwi, 2008).

2. Metode Dilusi

Metode dilusi dibedakan menjadi yaitu dilusi cair dan dilusi padat.

a. Metode dilusi cair

Metode ini mengukur KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM

(Kadar Bakterisidal minimum). Cara yang dilakukan adalah dengan

membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang

ditambahkan dengan mikroba uji (Pratiwi, 2008).


22

b. Metode dilusi padat

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

media padat (solid). keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi

agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

mikroba uji (Pratiwi, 2008).

c. KLT-Bioautografi

KLT-Bioautografi adalah metode pendeteksian untuk menemukan

senyawa antimikroba yang belum teridentifikasi dengan melokalisir

aktivitas antimikroba pada kromatogram. Metode ini didasarkan atas

efek biologi (antibakteri, antiprotozoa, antitumor, antivirus) dari

substansi yang diteliti (Djide, 2005).

KLT-Bioautografi dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :

1) Bioautografi langsung, mikroorganismenya tumbuh secara

langsung di atas lempeng Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Prinsip

kerja dari metode ini adalah suspensi mikroorganisme uji yang peka

dalam medium cair disemprotkan pada permukaan Kromatografi

Lapis Tipis (KLT) yang telah dihilangkan sisa-sisa eluen yang

menempel pada lempeng kromatogram. Setelah itu dilakukan

inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengeringan kromatogram

dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan “hair dryer” untuk

menghilangkan sisa eluen. Besarnya lempeng KLT yang sering

digunakan adalah 20 x 20 cm dan untuk meratakan suspensi

bakteri yang telah disemprotkan dapat menggunakan alat putar


23

atau “roller” yang dilapisi dengan kertas kromatogram (Whatman,

Clipton). Lempeng KLT diinkubasi semalam (1 x 24 jam) dalam

kotak plastik dan dilapisi dengan kertas, kemudian disemprot

dengan 5 mL larutan cair TTC (20 mg/mL) atau INT (5 mg/mL),

INTB (5 mg/mL) serta MTT (2,5 mg/mL) dan selanjutnya diinkubasi

kembali selama 4 jam pada suhu 37oC (Djide, 2005).

2) Bioautografi kontak, dimana senyawa antimikroba dipindahkan dari

lempeng KLT ke medium agar yang telah diinokulasikan bakteri uji

yang peka secara merata dan melakukan kontak langsung. Prinsip

kerja dari metode ini didasarkan atas difusi dari senyawa yang telah

dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Lempeng

kromatografi ini ditempatkan di atas permukaan medium nutrient

agar yang telah diinokulasikan dengan mikroorganisme yang

sensitif terhadap senyawa antimikroba yang dianalisa. Setelah

30−60 menit, lempeng kromatografi kemudian dipindahkan dari

permukaan medium. Senyawa antibakteri yang telah berdifusi dari

kromatogram ke dalam medium agar akan menghambat

pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi pada waktu dan tempat

temperatur yang tepat, hingga noda yang menghambat tampak

pada permukaan (Djide, 2005).

3) Bioautografi pencelupan, di mana medium agar telah

diinokulasikan dengan suspensi bakteri dituang di atas lempeng

Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Prinsip kerja dari metode ini adalah
24

lempeng kromatografi yang telah dielusi diletakkan cawan petri

sehingga permukaan tertutupi oleh medium agar yang berfungsi

sebagai based layer. Setelah medium agar memadat. Selanjutnya

dituang medium agar yang telah diinokulasi dengan

mikroorganisme berfungsi sebagai seed layer dan diinkubasi pada

suhu yang tepat (Djide, 2005).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September-Oktober 2022

di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Program Studi Farmasi Fakultas

MIPA Universitas Islam Makassar dan Laboratorium Mikrobiologi Sekolah

Tinggi Ilmu Farmasi (STIFA) Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf

(Hirayama), ayakan 40 mesh, alat-alat maserasi, cawan petri (Normax),

erlenmeyer (Iwaki asahi), gelas ukur (Iwaki asahi), inkubator (Memmert),

jangka sorong (Digital caliper), Laminar Air Flow (LAF), lampu spiritus,

mikropipet, ose, oven (Thermo), rotary evaporator, tabung reaksi (Pyrex)

dan timbangan analitik (Henher).

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

aquadest (H2O), bakteri Streptococcus mutans, Ciprofloxacin, Dimetil

sulfoksida (DMSO), ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.),

etanol 70% (C2H5OH), kertas saring, larutan Mc. Farland, medium Nutrient

Agar (NA), medium Nutrient Borth (NB) dan peper disk.

C. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Rimpang Kencur

yang diambil di Desa Kanari Kecematan Lanrisang Kabupaten Pinrang


25
Provinsi Sulawesi Selatan. Lintang Selatan (S) 3o 19’ 13”, Bujur Timur (E)

119o 47’ 20”

2. Pengolahan Sampel

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) diambil pada pagi sampai

hari. Rimpang kencur dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian di

potong-potong kecil, ditimbang sebagai simplisia basah, dikeringkan

dibawah kain hitam dan dibawah sinar matahari, setelah kering ditimbang

sebagai simplisia kering, setelah itu diperkecil partikelnya dengan cara di

blender dan di ayak menggunakan ayakan 40 mesh.

3. Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat-alat yang terbuat dari gelas dicuci hingga bersih dengan

menggunakan detergen, kemudian dibilas dengan air mengalir hingga

bersih. Cawan petri dan alat-alat lainnya yang tidak berskala disterilkan

dalam oven pada suhu 1800C selama 2 jam. Alat-alat gelas yang berskala

dan tidak tahan terhadap pemanasan dan alat yang terbuat dari plastik

sisterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit, dan ose

disterilkan dengan cara dipijarkan pada nyala api bunsen.

4. Ektraksi Sampel

Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi, Tahap

ekstraksi adalah serbuk simplisia ditimbang sebanyak 400 g dimasukkan

kedalam wadah maserasi, lalu dibasahi dengan cairan penyari etanol 70%,

dan dibiarkan selama kurang lebih 15 menit, kemudian ditambahkan

kembali pelarut hingga simplisia terendam sempurna. Ditutup dan dibiarkan

26
selama 3x24 jam dengan pengadukan sesekali dalam bejana tertutup dan

terlindungi dari cahaya, setelah itu disaring, hasil maserasi diuapkan

dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental kemudian

dikeringkan dan ditimbang.

5. Pembuatan Medium

a. Medium Nutrient Agar (NA)

Sebanyak 20 g Nutrient agar disuspensikan ke dalam 1 L aquadest.

Media dimasukkan dalam erlenmeyer diaduk sambal dipanaskan hingga

homogen, diatur pHnya hingga berkisar antara 6,8-7,2. Media disterilkan di

dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.

b. Medium Nutrient Broth (NB)

Timbang media sesuai kebutuhan (perhitungan jumlah mengacu

pada takaran yang tertera pada kemasan), serbuk NB instan sebanyak 8 g

dilarutkan kedalam 1 L aquadest. Media dimasukkan dalam erlenmeyer,

diaduk sambil dipanaskan hingga homogeny, diatur pHnya hingga berkisar

antara 6,8-7,0. Media disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 0C

selama 15 menit.

D. Penyiapan Bakteri Uji

1. Peremajaan Bakteri Uji

Bakteri yang digunakan adalah Streptococcus mutans. Diambil

sebanyak satu ose biakan murni bakteri Streptococcus mutans

diinokulasikan pada permukaan medium NA secara miring dan diinkubasi

27
selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC, sehingga diperoles biakan murni

Streptococcus mutans.

2. Pembuatan Larutan Standar 0,5 Mc. Farland

Barium klorida (BaCl 2) 1% sebanyak 0,5 mL ditambahkan 99,5 mL

Asam sulfat (H2SO4) 1%, diaduk hingga merata. Kemudian disimpan di

tempat yang terhindar dari cahaya matahari langsung, hasilnya setara

dengan 1,5 x 108 cfu/µL

3. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji

Bakteri hasil peremajaan disuspensikan terlebih dahulu sebelum

digunakan dengan menambahkan larutan NaCl fisiologis 0,9% ke dalam

medium agar miring, selanjutnya dimasukkan ke dalam erlenmeyer steril

sebagai stok suspensi bakteri, dari stok suspensi tersebut dibuat

pengenceran. Diambil 1 mL stok suspensi dimasukkan ke dalam tabung

reaksi yang berisi 5 mL NaCl fisiologis 0,9%, dibandingkan kekeruhannya

dengan larutan Mc Farland. Pengenceran dilakukan hingga diperoleh

kekeruhan sama dengan larutan Mc farland. Konsentrasi yang memiliki

kekeruhan sama dengan larutan standar Mc Farland akan digunakan

sebagai bakteri uji.

E. Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dilakukan dengan

metode dilusi (pengenceran), konsentrasi ekstrak rimpang kencur dengan

beberapa variasi konsentrasi, yaitu 20%, 10%, 5%, 2,5%, 1,25% dan

0,625%. Pengenceran konsentrasi dilakukan dengan membuat larutan stok

28
dengan menimbang ekstrak rimpang kencur sebanyak 4 g, dilarutkan

dengan DMSO sampai 10 mL kemudian dihomogenkan, diambil 5 tabung

reaksi diisi dengan Nutrient Broth sebanyak 5 mL untuk masing-masing

konsentrasi, selanjutnya dimasukkan 5 mL larutan stok ekstrak rimpang

kencur kedalam tabung reaksi I kemudian dihomogenkan. Ekstrak rimpang

kencur yang berada dalam tabung reaksi I dipipet sebanyak 5 mL lalu

dimasukkan kedalam tabung reaksi ke II dan begitupun untuk tabung ke III,

IV dan V. Ekstrak rimpang kencur yang berada dalam tabung V dipipet

sebanyak 5 mL untuk disamakan volumenya, masing-masing tabung reaksi

disuspensikan dengan 20 µL bakteri Streptococcus mutans kemudian

diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam.

F. Pengujian Aktivitas Antibakteri secara Difusi Agar

Konsentrasi ekstrak rimpang kencur diambil dari nilai KHM. Media

NA dituangkan ke dalam cawan petri steril, kemudian 10 µL suspensi

bakteri uji ditambahkan ke dalam cawan petri. Secara perlahan cawan petri

digoyangkan dengan gerakan memutar, sehingga bakteri uji tercampur rata

dalam medium agar. Medium agar didiamka sampai memadat. Kemudian

kertas cakram berdiameter 6 mm diteteskan dengan larutan sampel

sebanyak 10 µL, kontrol negatif menggunakan DMSO dan Ciprofloxacin

sebagai kontrol positif. Kertas cakram didiamkan sampai kering atau tidak

menetes lagi, kemudian diletakkan pada media padat menggunakan pinset

steril. Setelah itu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Diamati zona

29
hambat atau zona bening yang terbentuk. Diukur diameter zona hambat

dengan menggunakan jangka sorong (mm).

G. Skrining Fitokimia

1. Uji Flavanoid

Ekstrak rimpang kencur dipipet sebanyak 1 mL, ditambahkan 6

tetes HCl pekat dan 0,1 g serbuk Mg lalu dikocok perlahan, jika terjadi warna

merah, orange dan hijau menunjukkan adanya senyawa flavonoid.

2. Uji Alkaloid

Ekstrak rimpang kencur dipipet sebanyak 1 mL dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 0,1 mL asam klorida 2 N

kemudian diuji dengan pereaksi Mayer dan Dragenroff. Hasil uji positif

diperoleh bila terbentuk endapan berwarna kuning dengan pereaksi Mayer

dan endapan berwarna merah dengan pereaksi Dragendorff.

3. Uji Saponin

Ekstrak rimpang kencur dipipet sebanyak 1 mL ditambahkan

dengan 0,1 mL air panas, selanjutnya dikocok selama 1 menit dan

ditambahkan 0,1 mL HCl 2 N. Jika terbentuk busa yang stabil selama 7

menit menunjukkan positif mengandung senyawa saponin.

4. Uji Tanin

Ekstrak rimpang kencur dipipet sebanyak 1 mL ditambahkan 0,1 mL

larutan FeCl3 1%. Jika terbentuk warna hijau dan biru menunjukkan positif

mengandung tanin .

30
5. Uji Terpenoid

Ekstrak rimpang kencur dipipet sebanyak 1 mL ditambahkan 0,1 mL

kloroform, asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Reaksi positif

apabila terbentuk cincin kecoklatan pada batas larutan.

31
32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kencur

(Kaempferia galanga L.). Rimpang kencur sebanyak 1.520 g yang telah

dicuci bersih dan ditiriskan, kemudian dipotong kecil-kecil dan dikeringkan

dibawah kain hitam dan dibawah sinar matahari. Simplisia kering kemudian

ditimbang dan didapatkan hasil sebanyak 420 g.

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) sebanyak 400 g simplisia

kering diekstraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan etanol

70% diperoleh bobot ekstrak 20,6 g dengan rendemen ekstrak 5, 15%

(Tabel 1).

Tabel 1. Hasil Rendamen Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga


L.) dengan Cairan Penyari Etanol 70%
Berat Volume Berat
Persen rendemen
sampel cairan ekstrak
Sampel (%)
kering penyari kental
(g) (L) (g)

Rimpang Kencur 400 2.000 20,6 5, 15


33

Tabel. 2. Hasil Identifikasi Golongan Senyawa yang Terkandung dalam


Ekstrak Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
Golongan Hasil
No Pereaksi Ket
Senyawa Teori Pengamatan
Endapan Endapan
1. Alkaloid Dragendroff
Merah Merah (+)
Endapan Endapan
Mayer
Kuning Kuning (+)
Merah,
HCL 2 N + Serbuk
2. Flavanoid Orange dan Merah
Mg
Hijau (+)
Busa yang
terdapat
3. Saponin Air Panas + HCl 2N stabil selama
busa
7 menit (+)
Hijau, Biru Hitam
4. Tanin FeCl3
dan Hitam Kemerahan (+)
Klorofom+ H2SO4
5. Terpenoid Cincin Coklat Kuning
Anhidrat + H2SO4 (+)

Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum pada ekstrak rimpang

kencur menggunakan metode dilusi terhadap bakteri Streptococcus mutas.

Pengamatan dilakukan untuk melihat pertumbuhan bakteri. Hasil

pengamatan dilakukan uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak

rimpang kencur terhadap bakteri Streptococcus mutans (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Rimpang


Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus mutans
Nilai
Bakteri Konsentrasi (%) KHM (%)

0,625 1,25 2,5 5 10 20


S.m
+ + + - - - 5%

Keterangan: S.m = Staphylococcus mutans


+ = Keruh (ada pertumbuhan)
- = Tidak Keruh (Tidak Ada pertumbuhan)
34

Tabel 4. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Rimpang


Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus mutans
Diameter Hambatan (mm)
Replikasi Kontrol Kontrol
4% 6% 8% 10%
positif negatif

I 8,55 8,98 10,81 11,75 22,11 -

II 8,12 9,43 11,79 13,34 22,12 -

III 8,74 10,42 10,98 11,78 22,15 -

Jumlah 25,41 28,83 33,58 36,87 66,38 -

Rata-rata 8,47 9,61 11,00 12,29 22,12 -

B. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan sampel rimpang kencur sebanyak 400

g simplisia kering diperoleh 20,6 g ekstrak kental dan rendamen sebanyak

5, 15% yang diekstrasi dengan metode maserasi menggunakan etanol

70%. Metode maserasi digunakan karena memiliki beberapa kelebihan

diantaranya yaitu biaya yang relatif murah, alat-alat yang digunakan

sederhana dan merupakan metode ekstraksi yang tidak tahan panas

sehingga senyawa yang akan diambil tidak rusak atau hilang tetapi proses

ekstraksi membutuhkan waktu yang lama agar analit melarut sempurna

Sarker dkk (2006). Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol memiliki

sifat non toksik, aman dan mampu menarik senyawa yang ada pada

simplisia lebih banyak (Verdiana, dkk., 2018).

Hasil uji skrining fitokimia ekstrak rimpang kencur mengandung

senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid, sehingga


35

dibutuhkan pelarut yang bersifat polar. Pelarut yang bersifat polar

diantarannya adalah etanol 70% (Verdiana, dkk., 2018)

Senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri adalah alkaloid yang

mampu menghambat sintesis dinding sel bakteri, jika dinding sel bakteri

tidak terbentuk dengan sempurna maka sel bakteri akan lisis dan hancur.

Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan

naiknya permeabilitas atau kebocoran sel, sehingga dapat menimbulkan

kematian sel. Senyawa steroid dapat mengakibatkan kebocoran pada

lisosom bakteri (Hayati dkk., 2017).

Ekstrak rimpang kencur dilarutkan dengan dimetil sulfoksida

(DMSO), karena DMSO dapat melarutkan komponen kimia polar maupun

non polar tanpa memberikan penghambatan terhadap beberapa bakteri uji.

Ekstrak diharapkan terdispersi merata di seluruh medium untuk

mendapatkan hasil yang homogen (Jawetz dan Adeberg, 2008).

Pengujian konsentrasi hambat minimum (KHM) secara dilusi yang

ditentukan dengan cara melihat kekeruhan pada tabung uji. Pengujian yang

dilakukan pada ekstrak rimpang kencur yang diperoleh, dibuat dengan

menggunakan beberapa konsentrasi yaitu 0,625%, 1,25%, 2,5%, 5%, 10%,

dan 20%. Nilai hasil pengujian KHM yang diperoleh adalah konsentrasi 5%

pada bakteri uji Streptococcus mutans yang ditandai dengan adanya zona

bening atau tidak keruh. Davis dan Stout (2009) mengatakan bahwa KHM

adalah konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri. Parameter pada penetapan KHM berdasarkan kekeruhan (ada


36

pertumbuhan bakteri) dan kejernihan (tidak ada pertumbuhan bakteri) yang

terlihat setelah diinkubasi selama 1x24 jam.

Kontrol positif menunjukkan bahwa terbentuk zona bening atau

zona hambatan, yang berarti ada aktivitas antibakteri terhadap

penghambatan pertumbuhan Streptococcus mutans. Kontrol positif yang

digunakan adalah ciprofloxacin, karena ciprofloxacin merupakan golongan

obat flouroquinolon yang memiliki fungsi untuk menghambat sintesis DNA

bakteri sehingga dapat menghambat resistensi mikroba dan merupakan

antibakteri berekstrum luas (Setiabudi, 2011).

Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO. DMSO tidak

memiliki zona hambatan karena sifatnya netral dan konsentrasi yang

digunakan tidak lebih dari 1% yang merupakan batas konsentrasi yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Nather (2012) menjelaskan

bahwa zat yang digunakan sebagai kontrol negatif adalah pelarut yang

digunakan sebagai pengencer dari senyawa yang akan diuji. Tujuannya

adalah sebagai pembanding bahwa pelarut yang digunakan sebagai

pengencer tidak memengaruhi hasil uji antibakteri dari senyawa yang akan

diuji.

Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode cakram

(paper disk). Uji aktivitas dengan menggunakan konsentrasi yaitu 4%, 6%,

8% dan 10% terhadap bakteri uji Streptococcus mutans. Hasil pengujian

aktivitas diperoleh zona hambat pada konsentrasi 4% yaitu 8,47 mm; 6%

yaitu 9,61 mm; 8% yaitu 11,00 mm; 10% yaitu 12,29 mm; kontrol positif
37

ciprofloxacin yaitu 22,12 mm; kontrol negatif dimetil sulfoksida (DMSO)

yaitu 0 mm. Diameter terbesar yang diperoleh yaitu pada konsentrasi 10%

dengan rerata zona hambatnya adalah 12,29 mm.

Dwidjoseputro (2003) mengemukakan bahwa semakin rendah

konsentrasi dari antibakteri, maka daya hambatannya akan semakin lemah

sehingga zona bening yang terbentuk ak an semakin kecil. Sebaliknya

semakin tinggi konsentrasi antibakteri, maka semakin kuat daya

hambatannya sehingga semakin besar zona bening yang terbentuk.

Hasil penelitian uji analisis menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) table 5 dengan analisis variasi ANAVA dengan F hitung lebih besar

dari F tabel pada taraf 5% dan 1% yang memberikan hasil yang sangat

signifikan (Sangat berbeda nyata) nilai Koefisien Keseragaman (KK) yang

diperoleh yaitu 5,09% Sehingga dilakukan uji analisis lanjutan dengan uji

SNK.

Hasil uji lanjut SNK dapat dilihat pada (tabel 8) untuk perlakuan

ekstrak rimpang kencur terhadap bakteri Streptococcus mutans

menunjukan menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan

pada analisis perlakuan konsentasi ekstrak rimpang kencur 4%; 6%; 8%

dan 10% terhadap kontrol positif dan kontrol negatif, artinya antara kontrol

negatif dan kontrol positif dengan konsentrasi ekstrak 4%; 6%; 8% dan 10%

terdapat perbedaan yang sangat nyata pengaruhnya dalam menghambat

bakteri uji dalam menghambat kontrol negatif tidak memiliki aktivitas

antibakteri, hal ini karena bahan yang digunakan sebagai kontrol negatif
38

tidak mengandung senyawa antibakteri. Kontrol positif memiliki aktivitas

antibakteri yang lebih besar dibandingkan ekstrak rimpang kencur karena

control positif yang digunakan adalah Ciprofloxacin yang merupakan salah

satu obat yang telah memenuhi syarat uji klinis dan praklinis dan terbukti

dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti Streptococcus mutans.


39

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L)

memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streaptococcus mutans pada

konsentrasi 4% dengan diameter zona hambat 8,47 mm; 6% dengan

diameter zona hambat 9,61 mm; 8% dengan diameter zona hambat 11,00

mm; dan 10% dengan diameter zona hambat 12,29 mm.

B. Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan

metode uji antibakteri yang lain dan lebih lanjut dibuat dalam bentuk

sediaan
40

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an
Alfath, C.R; Yulina, V dan Sunnati, 2013. Antibacterial Effect of Granati
fructus Cortex Extract on Streptococcus mutans in Vitro. J. Dent,
20(1): 5-8
Barus, R., 2009. Amidasi Etil P.Metoksinamat yang Diisolasi dari Kencur
(Kaempferia galanga L). Tesis. Sumatera Utara: USU Repository.

Collier, L., 1998. Microbiologi and Microbial Infections. Oxford University


Press: USA.
Corwin, E., 2008. Buku Saku Patofisiologi, Terjemahan oleh, Subekti, N B.,
2009. EGC: Jakarta. Hal 35
Damayanti, D., 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia Pustaka:.
Jakarta.

Davis dan Stout, 2009. Disc Plate Method of Microbiologi Antibiotical Essay.
Journal of Microbiology

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Keputusan Mentri


Kesehatan RI No: 900/MENKES/VII/2007. Konsep Asuhan
Kebidanan. Jakarta.

Desi, W.A., 2021. Aktivitas Antibakteri dan Karasteristik Organoleptik Hand


Candy Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L) Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Jember
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000. Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Djide, M.N; Sartini dan Syahruddin, K., 2005. Mikrobiologi Farmasi Terapan.
Universitas Hasanuddin: Makassar.
Djide, M.N; dan Sartini, 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi.
Universitas Hasanuddin: Makassar.
Dorland, W.A., 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Dwidjoseputro, D., 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta
41

Garrity, G.M., 2004. Tasxonomic Outline of thse Prokaryotes Bergey’s


Manual of Systematis Bacteriology 2th edition. Spinger. New York
Berlin Hendelberg: Unitetd States of America.

Haryudin, W dan Rostiana O., 2008. Karakteristik Morfologi Bunga Kencur


(Kaempferia galanga L.) Jurnal Penelitian, Vol.19 (2): 109-116
Hasanah, A.N; F. Nazaruddin, E; Febrina dan Zuhrotun. A., 2011. Analisis
Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Jurnal Matematika dan
Sains, 16 (3): 147-152.
Hayati, F; Mudatsir dan Safarianti, 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstral
Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Terhadap Isolat
Klinis Klebsiell a pneumoniae Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Medisia, 2 (1): 68-73.

Hermawan, R., 2010. Menyehatkan Daerah Mulut. Buku Biru: Jogjakarta.


Hidayat, Rahcmat, 2016. Kesehatan gigi dan mulut. CV Andi Offside:
Yogyakarta.

Houwunk., 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Gadjah Mada


University Press: Yogyakarta.
Jawetz, E; Melnick, J.L; Adelberg, E.A., 2001. Mikrobiologi Kedokteran,
Edisi XXII, diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Penerbit Salemba Medika:
Jakarta.

Jawetz, M. & Adelberg, 2008. Medical Microbiology, Edisi 24. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

Kidd, E.A.M dan Bechal, S.J., 1992. Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan
Penanggulangannya. EGC: Jakarta.
Kidd, E.A.M dan Bechal, S.J., 2013. Essentials of Dental Caries, terj. Narlan
Sumawinta dan Safrida Faruk. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Kumar, A., 2014. Chemical Composition Of Essential Oil Isolated From
Rhizomes Of Kaempfaria galanga L. International Journal of
Pharma and Bio Sciences, 5 (1): 225-231

Nather, S. E., 2012. Evaluation of Antibacterial Activity of Morindacitrifolia,


Vilextrifolia, and Chromolaenaadorata. Arfican Juornal of
Pharmacy and Pharmacology vol. 6, no. 11
42

Nopporncharoenkul, N; Chanmai, J; Jenjittikul, T; Jhonsson, K.A., & P;


Soontornchainaksaeng, 2017. Chromosome Number Variation and
Polyploidy in 19 Kaempferia (Zingiberaceae) Taxa from Thailand
and One Species from Laos. Journal of Systematics and Evolution,
55(5): 466-476.

Pratiwi, 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga: Jakarta.

Rahayu, S.E. 2002. Kaemferia galangal L. Kencur. UNAS: Pusat penelitian


dan pengembangan Tumbuhan Obat (P3TO).

Ramayanti, S dan Purnakarya, I., 2013. Peran Makanan Terhadap Kejadian


Karies Gigi, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(7) : 89-93.
Sacher, R.A. and McPherson, R,A., 2004, Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, 519, EGC: Jakarta.
Samarayanake, L.P., 2002. Essential Mikrobiology for Dentistry, 2nd Ed.
Edinburgh: Churchill Livingstone.
Sarker, S. D.; Latif, Z.; Gray, A. I., 2006. Natural Product Isolation. New
Jersey: Humana Press.
Setiabudi, R. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI

Syukur, C; Hernani, 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar


Swadaya: Jakarta.
Shetu, H.J; Trisha, K.T; Sikta, A.S; Anwar, R; Sadman S.B.R., 2018.
Pharmacological importance of Kaempferia galangal
(Zingiberaceae). International Journal of Research in Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences Volume 3; Issue

Tarwoto., 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. CV


Trans Info Media: Jakarta.

Thalbah, Hisham, 2009. Ensiklopedia Mukzizat Al-Qur’an dan Hadist.


Perpustakaan Nasional.

Verdiana, M.; Widarta, I. W. R & Permana, D. G. M., 2018. Pengaruh Jenis


Pelarut pada Ekstraksi Menggunakan Gelombang Ultrasonik
terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak. UNUD. Jurnal ilmu dan
teknologi pangan. Vol. 7, No.4, 213-222

Winarto, W.P., 2007. Tanaman Obat Indonesia untuk Pengobatan Herbal.


Karyasari Herba Media: Jakarta.
43

Lampiran 1. Skema Kerja

Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.)

- Dicuci dengan air mengalir


- Dirajang
- Dikeringkan
- Diserbukkan

Serbuk Rimpang Kencur


(Kaempferia galanga L.)

- Ditimbang 400 g
- Dimaserasi dengan pelarut etanol 70%
- Disaring

Ekstrak Cair Ampas

- Diremaserasi dengan
pelarut 70%
- Disaring

Ekstrak Cair Ampas

Ekstrak Gabungan

Diuapkankan dengan Rotary evaporator

Ekstrak Kental

Gambar 2. Penyiapan Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)


44

Biakan murni bakteri


Streptococcus mutans
Ekstrak Kental
Diinokulasi
pada media NA
miring
Peremajaan Bakteri
Streptococcus mutans
Diinkubasi pada
suhu 37ºC
selama 24 jam
Bakteri Hasil
Peremajan
Disuspensikan
dengan NaCl 0,9%
Uji Kadar Hambat
Suspensi Bakteri
Minimum (KHM)

Uji Aktivitas
Antimikroba

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3. Skema Kerja Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rimpang Kencur


(Kaempferia galanga L.) terhadap Streptococcus mutans
45

Lampiran 2. Dokumentasi penelitian

Sumber: Peta Koordinat (Google Maps, 2022)


Gambar 4. Foto titik kordinat Lokasi Pengambilan Sampel Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.)

Gambar 5. Foto Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)


46

Sumber: Rani, 2022

Gambar 6. Hasil uji Kadar Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Rimpang


Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Bakteri
Streptococcus mutans.

A B
47

Sumber: Rani, 2022

Gambar 7. Hasil Uji Aktivitas antibakteri Ekstrak Ekstrak Rimpang Kencur


(Kaempferia galanga L.) terhadap Bakteri Streptococcus
mutans konsentrasi 4%; 6%; 8% dan 10% dengan kontrol
positif Ciprofloxacin dan kontrol negatif DMSO

Keterangan : a. Replikasi Pertama


b. Replikasi Kedua

c. Replikasi Ketiga

Uji Alkaloid Uji Flavanoid Uji Saponin


48

Uji Tanin Uji Terpenoid

Gambar 8. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia


galanga L.)
49

Lampiran 3. Perhitungan

A. Perhitungan Rendamen

Berat Ekstrak
% Rendamen ekstrak = × 100%
Berat Sampel

87,24 g
= × 100%
500 g

=17,44%

B. Perhitungan Statistik

1. Data Statistik Bakteri Streptococcus mutans

Tabel 5. Analisis Statistik Diameter Zona Hambat Ekstrak Rimpang


Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Bakteri
Streptococcus mutans
Diameter Hambatan (mm)
Replikasi Kontrol Kontrol
4% 6% 8% 10% Total
positif negatif

I 8,55 8,98 10,81 11,75 22,11 -

II 8,12 9,43 11,79 13,34 22,12 -

III 8,74 10,42 10,98 11,78 22,15 -


190,07
Jumlah 25,41 28,83 33,58 36,87 66,38 -
63,49
Rata-rata 8,47 9,61 11,00 12,29 22,12 -

Analisis Sidik Ragam (ASR)

a. Sumber Keragaman

1) Perlakuan (P)

2) Kesalahan (Galat)
50

3) Total perlakuan (T)

b. Perhitungan Derajat Bebas

1) Db Total = (r.t) = 3 × 6 = 18

2) Db Perlakuan = (t-1) = 6-1 = 5

3) Db Galat = t (r-1) = 6 (3-1) = 12

Keterangan:
r = Banyaknya Replikasi

t = Banyaknya Perlakuan

c. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)

1) JKT = T (Yij2)

= (8,55)2 + (8,98)2 + (10,81)2 + (11,75)2 + (22,11)2 + (0)2 +

(8,12)2 + (9,43)2 + (11,79)2 + (13,34)2 + (22,12)2 + (0)2 +

(8,74)2 + (10,42)2 + (10,98)2 + (11,78)2 + (22,15)2 + (0)2

= 2793, 54

2) Faktor koreksi

(Yij)2 (190,07)2 36126, 60


FK = = = = 2007,03
r.t 3×6 18

3) Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)

Y12 +⋯.+Yt2
JKP = – Fk
r

(25,41)2 + (26,83)2 + (33,58)2 + (36, 87)2 + (66,38)2


= - 2007,03
3

8370,15
= - 2007,03
3

= 2790,05 - 2007,03
51

=783,02

4) Jumlah Kuadrat

JKG = JKT- JKP- FK

= 2793, 54 - 783,02 - 2007,03

= 3,48

d. Perhitungan Kuadrat Tengah

1) Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)

JKP 783,02 783,02


KTP = = = = 156,04
t-1 6-1 5

2) Kuadrat Tengah Galat (KTG)

JKG 3,48 3,48


KTG = = = = 0,29
t (r-1) 6(3-1) 12

e. Perhitungan Distribusi

KTP 156,604
Fh = = = 540,0137
KTG 0,29

Tabel 6. Analisis Varians (ANAVA) Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rimpang


Kencur atau Analisi Statistik Ragam (ASR)
F tabel
Sumber Db JK KT Fh Ket
5% 1%
1 2007, 03 2007, 03
FK
5 783, 02 156, 604 540, 0137 3, 26 5, 41 SS
Perlakuan
12 3, 48 0,29
Galat
18 2793, 53
Total
Kesimpulan: Karena FH lebih besar dari Ft (5% dan 1%), ada perbedaan
yang sangat signifikan antara perlakuan kontrol (+), kontrol
(-) dan antibakteri ekstrak rimpang kencur

Keterangan:
Jika Fh >Ftabel 1% dan >5% = SS (Sangat Signifikan)
Jika Fh >Ftabel 1% dan <5% = S (Signifikan)
52

Jika Fh <Ftabel 1% dan <5% = TS (Tidak Signifikan)

Tij 190,07 190,07


Jadi Nilai Tengah (y) = = = = 10,559
r.t 3 ×6 18

Nilai Koefisien Keseragaman (KK) = ×100%

√0,29
= ×100%
10,559

0,5385
= × 100%
10,559

= 5,09%
Keterangan:
Jika KK Besar > 10% dilakukan Uji Dunchan
Jika KK Besar 5% - 10% dilakukan Uji SNK
Jika KK Kecil ≤ 5% dilakukan Uji BNT

2. Analisis Lanjutan Uji SNK

JNTDα = Pα(p.v) Sy,

√KTG
Sy =
r

√0, 29
=
3

= √0, 3

= 0, 55

Tabel 7. Nilai Baku P pada Taraf Kritis 5% dan 1% untuk Uji Jarak Nyata
Student Newman Keuls
Jarak 2 3 4 5
JN 5% 3,08 3,23 3,33 3,36
JNT 5% 1,69 1,77 1,83 1,84
JN 1% 4,32 4,55 4,68 4,76
JNT 1% 2,37 2,50 2,57 2,61
Keterangan:
JN = Jarak Nyata
JNT = Jarak Nyata Terkecil
53

KTG
DMRT = R4,4,0.05) √
r

0,29
= 3,08 × √ = 3,08 × √0, 31 = 3,08 × 0,55 = 1,69
3

0,29
= 3,23 × √ = 3,23 × √0, 31 = 3,23 × 0,55 = 1,77
3

0,29
= 3,33 × √ = 3,33 × √0, 31 = 3,33 × 0,55 = 1,83
3

0,29
= 3,36 × √ = 3,36 × √0, 31 = 3,36 × 0,55 = 1,84
3

KTG
DMRT = R4,4,0.05) √
r

0,29
= 4,32 × √ = 4,32 × √0,31 = 4,32 × 0,55 = 2,37
3

0,29
= 4,55 × √ = 4,55 × √0,31 = 4,55 × 0,55 = 2,50
3

0,29
= 4,68 × √ = 4,68 × √0,31 = 4,68 × 0,55 = 2,57
3

0,29
= 4,76 × √ = 4,76 × √0,31 = 4,76 × 0,55 = 2,61
3

Tabel 8. Penurunan Nilai Rata-Rata Diameter Zona Hambat Ekstrak


Rimpang Kencur terhadap Streptococcus mutans dari terkecil ke
Terbesar
Diperoleh P1 P2 P3 P4 P5 P6
Perlakuan Kontrol (-) R1 R2 R3 R4 Kontrol (+)
Rata-rata 0 8,47 9,61 11,00 12,29 22,12
54

Tabel 9. Aalisis Pengamatan Antibakteri Ekstrak Rimpang terhadap


Streptococcus mutans dan Selisih antara Taraf jnt 1% dan Taraf
JNT 5%

Jarak Nyata
Perlakuan Selisih Ket.
JNT 5% JNT 1%
P1-P2 8,47 1,69 2,37 SS
P1-P3 9,61 1,77 2,50 SS
P1-P4 11,00 1,83 2,57 SS
P1-P5 12,29 1,84 2,61 SS
P1-P6 22,12 1,69 2,37 SS
P2-P3 1,14 1,69 2,37 TS
P2-P4 2,53 1,77 2,50 SS
P2-P5 3,82 1,83 2,57 SS
P2-P6 13,65 1,84 2,61 SS
P3-P4 1,39 1,69 2,37 TS
P3-P5 2,68 1,77 2,50 SS
P3-P6 12,51 1,83 2,57 SS
P4-P5 1,29 1,,69 2,37 TS
P4-P6 11,12 1,77 2,50 SS
P5-P6 9,83 1,69 2,37 SS
Keterangan:
Jika selisih >1% dan >5% = Sangat Signifikan (SS)
Jika selisih <1% dan >5% = Signifikan (S)
Jika selisih <1% dan <5% = Tidak Signifikan (TS)

P1 = Kontrol (-) DMSO


P2 = Ekstrak rimpang kencur konsentrasi 4%
P3 = Ekstrak rimpang kencur konsentrasi 6%
P4 = Ekstrak rimpang kencur konsentrasi 8%
P5 = Ekstrak rimpang kencur konsentrasi 10%
P6 = Kontrol (+) Ciprofloxacin
55

Anda mungkin juga menyukai