Anda di halaman 1dari 65

SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT Actinomycetes DARI


RIZOSFER TANAMAN KASUMBA TURATE (Carthamus
tinctorius L.) ASAL GALESONG TERHADAP
BAKTERI UJI PENYEBAB INFEKSI KULIT

SAFIRA BRIGEETA KINANTI


15020190039

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

*) Sari proposal ini diseminarkan di Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia pada:
Hari / tanggal :
Pukul :
Tempat :
AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT Actinomycetes DARI
RIZOSFER TANAMAN KASUMBA TURATE (Carthamus
tinctorius L.) ASAL GALESONG TERHADAP
BAKTERI UJI PENYEBAB INFEKSI KULIT

HALAMAN JUDUL

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

Disusun dan diajukan oleh

SAFIRA BRIGEETA KINANTI

15020190039

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SAFIRA BRIGEETA KINANTI

Stambuk : 15020190039

Judul Skripsi : Aktivitas Antibakteri Isolat Actinomycetes Dari


Rizosfer Tanaman Kasumba Turate (Carthamus
tinctorius L.) Asal Galesong Terhadap Bakteri Uji
Penyebab Infeksi Kulit

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar karya tulis penulis

sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan plagiat,

duplikat, tiruan atau dibuat dan dibantu oleh orang lain sebagian atau

secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi

hukum.

Makassar, Maret 2023

Penulis

SAFIRA BRIGEETA KINANTI

ii
SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT Actinomycetes DARI


RIZOSFER TANAMAN KASUMBA TURATE (Carthamus
tinctorius L.) ASAL GALESONG TERHADAP
BAKTERI UJI PENYEBAB INFEKSI KULIT

Disusun dan diajukan oleh

SAFIRA BRIGEETA KINANTI

Stambuk : 15020190039

Menyetujui,

apt. Rachmat Kosman S.Si., M.Kes apt. Rusli., S.Si., M.Si


Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Mengetahui,

Dekan Fakultas Farmasi Ketua Program Studi

apt. Abd. Malik, S.Farm., M.Sc., Ph,D apt. Dewi Yuliana, S.Si.,M.Farm.,Ph.D
NIPs : 116 06 0837 NIPs : 116 06 0838

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi pada tanggal

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi pada tanggal


(………….) Maret 2023

Nama : SAFIRA BRIGEETA KINANTI


Stambuk : 1502090039
Judul Skripsi : Aktivitas Antibakteri Isolat Actinomycetes Dari
Rizosfer Tanaman Kasumba Turate (Carthamus
tinctorius L.) Asal Galesong Terhadap Bakteri Uji
Penyebab Infeksi Kulit

Tim Penguji :

1. Ketua : Prof. Dr. apt. H. Tadjuddin Naid, M. Sc (.................)

2. Sekertaris : Ayyub Harly Nurung, S.Farm., M.Sc (.................)

3. Anggota 1 : apt. Rachmat Kosman S.Si., M.Kes (.................)

4. Anggota 2 : apt. Rusli., S.Si., M.Si (.................)

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillaahi Rabbil’aalamin segala Puji bagi Allah , Tuhan

semesta alam, yang telah memberikan limpahan rahmat, hidayah, dan

karunia serta kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis. Shalawat

serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Segala puji

syukur bagi Allah yang telah memudahkan penulis menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “Aktivitas Antibakteri Isolat

Actinomycetes Dari Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius

L.) Asal Galesong Terhadap Bakteri Uji Penyebab Infeksi Kulit” sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

Dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan, kerjasama, dan doa dari berbagai pihak sehingga kendala-

kendala yang penulis alami dapat dihadapi dan diselesaikan. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua

orang tua yaitu Ibunda tercinta Sekar Sari dan Ayahanda tercinta Robert

P. yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, semangat, motivasi,

nasihat, dan selalu memanjatkan do’a untuk penulis. Penulis juga berterima

kasih kepada saudari kandung penulis Sagita Nabilla Dwi Larasati dan

Sazkia Miranda Tri Kirana yang selalu memberikan dukungan kepada

penulis.

v
Selanjutnya, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada

Bapak apt. Rachmat Kosman S.Si., M.Kes selaku Pembimbing Pertama

dan Bapak apt. Rusli., S.Si., M.Si selaku Pembimbing Kedua atas segala

ketulusan dan kesabaran memberikan arahan, dukungan, dan saran serta

keikhlasan dalam meluangkan waktu, tenaga dan pikiran sejak awal

perencanaan penelitian hinggal selesainya penyusunan skripsi ini.

Kepada Bapak Apt. Ahmad Najib, S.Si., M.Farm selaku Penasehan

Akademik, penulis menyampaikan terima kasih atas segala perhatian,

bantuan, dan nasihat selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

Sehubungan dengan terselesaikannya skripsi ini, izinkan penulis

menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak apt. Abd. Malik, S.Farm., M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

2. Ibu apt. Faradiba, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Wakil Dekan I Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

3. Ibu apt. Aktsar Roskiana Ahmad, S.Farm., M.Farm., Ph.D. selaku

Wakil Dekan II Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

4. Bapak apt. Zainal Abidin, S.Farm., M.Farm selaku Wakil Dekan III

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

5. Bapak Bambang Sampurno, S.Pd.I., MA selaku Wakil Dekan IV

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

6. Ibu Apt. Dewi Yuliana, S.Si., M.Farm.,Ph.D selaku Ketua Program

Studi Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

vi
7. Ibu apt. Fitriana, S.Farm, M.Si selaku Kepala Laboratorium

Mikrobiologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Fakultas Farmasi Universitas

Muslim Indonesia terima kasih atas segala ilmu dan bimbingan selama

penulis menjalani perkuliahan dan aktivitas akademik.

9. Kepada kakak-kakak asisten, dan teman-teman peneliti

Laboratorium Mikrobiologi terima kasih atas bantuan dan kerja sama

sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.

10. Kepada Muh. Fiqri R. Terima kasih atas segala perhatian, semangat,

waktu dan bantuan, serta selalu percaya bahwa penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada ”Sektor Terdepan” Muthmainnah, Nur Ainun, Nurul Annisya

Juradi, Safira Kartika Handayani, Siti Fazriati Kau, Nahda Nabilla,

Nafa Febryanti terima kasih atas kebersamaan, dukungan, dan kerja

sama dan telah menjadi teman seperjuangan penulis dari awal

perkuliahan hingga sekarang.

12. Kepada ”JF” Yusriani Yusran, Agu Naim, Sinar Haerul, Nurul Jaziah,

Nurfadillah, Febryanti, Dais Utami, sahabat penulis sejak SMP yang

selalu memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

13. Kepada ”Club Nobar” Yama Uci Michiko, Nurul Faatiah, Amelia

Reski Putri, Ramadhani, sahabat seperjuangan penulis sejak SMA

terima kasih karena selalu ada untuk mendukung penulis.

Semoga semua do’a, ilmu, dukungan, dan motivasi yang diberikan

mendapatkan imbalan dari Allah SWT sebagai amal dan ibadah. Penulis

vii
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran sangat diharapkan demi perbaikan-perbaikan kedepan. Penulis

berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 1 Maret 2023

Penulis

SAFIRA BRIGEETA KINANTI

viii
ABSTRAK

SAFIRA BRIGEETA KINANTI. Aktivitas Antibakteri Isolat Actinomycetes


Dari Rizosfer Tanaman Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) Asal
Galesong Terhadap Bakteri Uji Penyebab Infeksi Kulit. (Dibimbing oleh
Rachmat Kosman dan Rusli)

Actinomycetes merupakan salah satu kelompok mikroorganisme


yang mampu menghasilkan metabolit sekunder yang berfungsi sebagai
antibakteri. Isolat Actinomycetes yang digunakan yaitu hasil isolasi dari
rizosfer tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas antibakteri isolat
Actinomycetes dari rizosfer kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) yang
paling besar dan paling banyak terhadap bakteri infeksi kulit.. Hasil
penelitian diperoleh 2 isolat yang paling aktif. IARK-6 diperoleh bercak
dengan nilai Rf = 0,70 untuk bakteri Staphylococcus aureus, Rf1 = 0,70 dan
Rf2 = 0,38 untuk bakteri Staphylococcus epidermidis, Rf = 0,70 untuk bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan hasil pengujian KLT-Bioautografi
untuk isolat IARK-7 diperoleh bercak dengan nilai Rf = 0,38 untuk bakteri
Staphylococcus aureus, Rf = 0,70 untuk bakteri Staphylococcus
epidermidis, Rf = 0,38 untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Kata Kunci : Antibakteri, Actinomycetes, rizosfer kasumba turate, KLT-


Bioautografi, Carthamus tinctorius L.

ix
ABSTRACT

SAFIRA BRIGEETA KINANTI. Antibacterial Activity of Actinomycetes


Isolates from the Rizosphere of Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.)
Plant of Galesong Origin Against Test Bacteria Causing Skin Infections.
(Supervised by Rachmat Kosman and Rusli)

Actinomycetes is one group of microorganisms capable of producing


secondary metabolites that function as antibacterials. Actinomycetes
isolates used were isolated from the rhizosphere of the kasumba turate
plant (Carthamus tinctorius L.). The purpose of this study was to determine
the antibacterial activity of Actinomycetes isolates from the rhizosphere of
kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) which is the largest and most
against skin infection bacteria. The results of the study obtained 2 isolates
that are most active. IARK-6 obtained spot with Rf value = 0.70 for
Staphylococcus aureus bacteria, Rf1 = 0.70 and Rf2 = 0.38 for
Staphylococcus epidermidis bacteria, Rf = 0.70 for Pseudomonas
aeruginosa bacteria. While the results of KLT-Bioautography testing for
isolate IARK-7 obtained spots with a value of Rf = 0.38 for Staphylococcus
aureus bacteria, Rf = 0.70 for Staphylococcus epidermidis bacteria, Rf =
0.38 for Pseudomonas aeruginosa bacteria.

Keywords: Antibacterial, Actinomycetes, kasumba turate rhizosphere, KLT-


Bioautography, Carthamus tinctorius L.

x
DAFTAR ISI

DAFTAR

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK ix

ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Maksud dan Tujuan 4

1. Maksud 4

2. Tujuan 4

D. Manfaat Penelitian 4

1. Manfaat teoritis 4

2. Manfaat praktis 5

E. Kerangka Pikir 5

F. Hipotesis 5

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Uraian Kasumba Turate 6

1. Klasifikasi tanaman 6

2. Nama daerah 6

3. Morfologi tanaman 6

4. Manfaat tanaman 7

5. Kandungan kimia 8

B. Rizosfer 8

C. Actinomycetes 9

D. KLT-Bioautografi 10

E. Uraian Bakteri Uji 12

1. Staphylococcus aureus 12

2. Staphylococcus epidermidis 13

3. Pseudomonas aeruginosa 14

BAB III METODE PENELITIAN 16

A. Waktu dan Tempat Penelitian 16

B. Populasi dan Sampel 16

C. Metode Kerja 16

D. Alat dan Bahan 16

1. Alat-alat yang digunakan: 16

2. Bahan-bahan yang digunakan: 17

E. Prosedur Kerja 17

1. Penyiapan alat dan bahan 17

xii
2. Pengambilan dan penyiapan sampel 17

3. Pembuatan medium 18

4. Penyiapan bakteri uji 19

5. Penyiapan isolat Actinomycetes 19

6. Ekstraksi 20

7. Uji aktivitas antibakteri (Uji Antagonis) 20

8. Pengamatan morfologi 21

9. KLT-Bioautografi 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 30

A. KESIMPULAN 30

B. SARAN 31

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 37

xiii
DAFTAR TABEL

Table 1. Hasil uji mikroskopik isolat Actinomycetes rizosfer kasumba


turate (Carthamus tinctorius L.) dengan pengecatan Gram 23

Tabel 2. Hasil uji antagonis isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer


kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) 24

Tabel 3. Hasil uji aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes rizosfer


kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) secara KLT-
Bioautografi dengan menggunakan eluen kloroform : metanol
(5:1) 27

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rizosfer kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) 38

Gambar 2. Foto Hasil Pemeriksaan Mikroskopik pada Isolat


Actinomycetes Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus
tinctorius L.) 39

Gambar 3. Uji antagonis isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer


kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) 40

Gambar 4. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus 42

Gambar 5. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus 42

Gambar 6. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis. 43

Gambar 7. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis. 43

Gambar 8. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Pseudomonas aeruginosa. 44

Gambar 9. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Pseudomonas aeruginosa. 44

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja : Aktivitas Antibakteri Isolat Actinomycetes Dari


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) Asal
Galesong Terhadap Bakteri Uji Penyebab Infeksi Kulit 37

Lampiran 2. Tanaman Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) 38

Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Isolat Atinomycetes Rizosfer


Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) 39

Lampiran 4. Hasil Penelitian Isolat Actinomycetes Rizosfer Kasumba


Turate (Carthamus tinctorius L.) 40

Lampiran 5. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) 42

Lampiran 6. Pembuatan Medium 45

Lampiran 7. Perhitungan Nilai Rf 47

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan faktor penyakit yang paling banyak di derita

di negara maju maupun negara berkembang, termasuk di Indonesia (Rusli et

al, 2020). Salah satunya yaitu infeksi kulit, kesehatan kulit sangatlah penting

bagi manusia, tetapi masih banyak yang sering mengabaikan dan

menganggap remeh penyakit ini. Prevalensinya pada negara berkembang

dapat beriksar 20%-80% (Djata et al, 2022)

Penyakit kulit di Indonesia pada umumnya lebih banyak disebabkan

karena infeksi bakteri, jamur, virus, dan karena dasar alergi. Faktor lainnya

yaitu kebiasaan masyarakat dan lingkungan yang tidak bersih (Agustina et

al, 2017).

Untuk menanggulangi penyakit infeksi digunakan antibiotik, antibiotik

merupakan suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan suatu

mikroorganisme. Antibiotik yang awalnya peka terhadap mikroorganisme

bisa menjadi tidak peka disebut dengan resistensi, dimana disebabkan oleh

beberapa faktor, seperti intensitas paparan pada suatu wilayah serta

penggunaan antibiotik yang tidak rasional (Rusli et al, 2020).

Semakin meluasnya resistensi mikroba terhadap obat-obat antibiotika

tersebut yang mendorong pentingnya penggalian sumber obat-obatan

antimikroba lain dari bahan alam. Tanaman obat diketahui memiliki potensi

untuk dikembangkan lebih lanjut pada pengobatan penyakit infeksi, namun

1
masih banyak yang belum dapat dibuktikan bioaktivitasnya secara ilmiah

(Herwin & St. Maryam, 2017)

Tanah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia

dan ekosistem kehidupan berbagai organisme. Kondisi tanah merupakan

salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan tanaman. Sebagaimana

firman Allah SWT dalam Surah Al-A’raf ayat 58 yang berbunyi :

َ ٰ َ ً َ َّ ُ ُ ْ َ َ َ ُ َ ْ َّ َ َ ْ ٗ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ُ َّ ُ َ َ ْ َ
‫والبلد الط ِّيب يخرج نباته ِّب ِّاذ ِّن ر ِّبهٖۚ وال ِّذي خبث لا يخرج ِّالا ن ِّكداۗكذ ِّلك‬
َ ُ ْ َّ َ ْٰ ُ َ ُ
٥ ࣖ ‫نص ِّرف الا ٰي ِّت ِّلق ْو ٍم يشك ُر ْون‬
Terjemahnya :
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur
dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-
tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang
yang bersyukur” (Kemenag RI, 2019).

Tafsir ayat di atas menjelaskan bahwa tanah yang baik, tanamannya

tumbuh subur dan hidup dengan izin Allah. Dan tanah yang tidak subur, tidak

menghasilkan kecuali sedikit tanaman yang tidak berguna, bahkan menjadi

penyebab kerugian pemiliknya (Shihab, 2022).

Mikroba penghasil antibiotik kebanyakan diperoleh dari mikroba tanah,

salah satunya adalah Actinomycetes, yang dimana merupakan penghasil

senyawa aktif terbanyak dibandingkan dengan bakteri atau kapang, seperti

senyawa antimikroba, antikanker, antivirus, maupun antikokesterol (Fitriana

& Rusli, 2018). Memiliki kemampuan besar untuk mensintesis metabolit

sekunder bioaktif (Lestari & Mukarlina, 2019).

Telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai isolasi Actinomycetes

dari tanah. Diantaranya adalah (Sukmawaty et al, 2020) yang mengatakan

2
bahwa terdapat 15 isolat Actinomycetes yang diisolasi dari tanah rizosfer

hutan pinus Malino. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebanyak

12 isolat bergenus Streptomycetes berpotensi menghasilkan antimikroba.

Penelitian (Ambarwati et al, 2010) berhasil mengisolasi Streptomyces dari

rizosfer jagung (Zea mays) dan berhasil menemukan 23 isolat, 5 diantaranya

mampu menghambat Staphylococcis aureus. Sementara itu (Ambarwati,

2007) berhasil mendapatkan 7 isolat Actinomycetes dari rizosfer putri malu

(Mimosa pudica L.) dan 1 isolat dari rizosfer kucing-kucingan (Acalypha

indica L.). 5 isolat yang ditemukan dari rizosfer putri malu dan 1 isolat dari

rizosfer kucing-kucingan dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli

dan Staphylococcus aureus.

Hal tersebut mendorong untuk dilakukan penelitian tentang aktivitas

antibakteri isolat Actinomycetes dari rizosfer tanaman kasumba turate

(Carthamus tinctorius L.) asal Galesong terhadap bakteri uji penyebab infeksi

kulit.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan pada penelitian ini adalah :

1. Isolat bakteri Actinomycetes dari rizosfer tanaman kasumba turate

(Carthamus tinctorius L.) yang manakah memiliki aktivitas antibakteri

yang paling besar dan banyak terhadap bakteri uji penyebab infeksi kulit?

2. Bagaimana profil bioautogram aktivitas antibakteri ekstrak fermentat

isolat rizosfer tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)?

3
C. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Maksud penelitian ini yaitu melakukan isolasi bakteri Actinomycetes

dari rizosfer tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) asal

Galesong yang aktif terhadap bakteri uji penyebab infeksi kulit.

2. Tujuan

a. Tujuan umum

Untuk mendapatkan isolat bakteri Actinomycetes dari rizosfer

tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) asal Galesong dan

aktivitas antibakteri uji penyebab infeksi kulit.

b. Tujuan khusus

1. Untuk menentukan isolat bakteri Actinomycetes dari rizosfer

tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) memiliki

aktivitas sebagai antibakteri.

2. Untuk menentukan profil bioautogram aktivitas antibakteri pada

ekstrak fermentat isolat rizosfer tanaman kasumba turate

(Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri uji penyebab infeksi

kulit.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumber rujukan

untuk penelitian lanjutan isolasi bakteri Actinomycetes dari rizosfer

tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) yang aktif terhadap

bakteri penyebab infeksi kulit.

4
2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai salah satu sumber

antibakteri baru untuk dikembangkan dalam skala penelitian lebih lanjut.

E. Kerangka Pikir

Infeksi Kulit Antibakteri Resistensi

Tanaman Kasumba
Turate

Isolasi Bakteri
Rizosfer

Uji Aktivitas Antibakteri

Data Ilmiah

F. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah isolat bakteri Actinomycetes dari

rizosfer tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) memiliki aktivitas

sebagai antibakteri terhadap bakteri uji penyebab infeksi kulit.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Kasumba Turate


1. Klasifikasi tanaman

Tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut (Vosen & Umali, 2001).

Dunia : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Anak Divisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Anak Kelas : Sympetalae

Bangsa : Asterales

Suku : Asteraceae

Marga : Carthamus

Jenis : Carthamus tinctorius Linn.

2. Nama daerah

Kasumba turate (Makassar), kembang pulu (Jawa), ralle’ (Bugis).

3. Morfologi tanaman

Morfologi dari kasumba turate yaitu tanaman tegak lurus, bercabang

banyak, gundul, tingginya 30-180 cm. Sistem akar tumbuh dengan baik,

berwarna coklat keabu-abuan, akar tunggang tebal dan berdaging,

menembus hingga sedalam 3 m di tanah, cabang samping tipis terutama

pada 30 cm bagian atas. Batang berbentuk silinder, padat dengan

empulur lunak, berkayu didekat pangkal. Daun tersusun spiral, lonjong,

6
hingga bulat telur dengan ukuran 4-20 cm x 1-5 cm, tepi daun bergerigi,

berwarna hijau tua mengkilap. Bunga majemuk, panjang sekitar 4 cm dan

diameter 2,5-4 cm, hanya berisi kuntum bunga. Memiliki kelopak

involucral yang banyak, tersusun spiral, bagian luar lonjong, menyempit

di bagian atas pangkal 3-7 cm x 0,5-1,6 cm. Dasar bunganya rata hingga

berbentuk kerucut, banyak, tegak, berbulu keputihan dengan panjang 1-

2 cm dan 20-80 bunga tunggal berkelamin ganda, tubular, aktimorf,

panjangnya sekitar 4 cm, gundul, sebagian besar berwarna oranye

kemerahan hingga merah tua saat berbunga, terkadang berwarna

kekuningan (Vosen & Umali, 2001).

4. Manfaat tanaman

Bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) merupakan tanaman

endemik dari Sulawesi Selatan yang digunakan dalam pengobatan

tradisional untuk penyakit campak, bunga yang kering diseduh

menggunakan air panas untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Malik et

al, 2021).

Bunga kasumba turate dapat digunakan untuk pengobatan penyakit

kardiovaskular dan serebrovaskular. Memiliki khasiat obat untuk

menyembuhkan beberapa penyakit kronis, seperti hipertensi, penyakit

kardiovaskular, arthritis, spondylosis, dan kemandulan baik pada pria

maupun wanita (Vrijendra & N. Nimbkar, 2007).

Pada penelitian (Park & Lee, 2011) penggunaan ekstrak kasumba

turate dalam bentuk sabun kosmetik mengalami peningkatan yang luar

biasa pada jerawat di dahi setelah digunakan selama lebih dari dua bulan,

7
karena terjadi peningkatan sirkulasi oleh penetrasi yang baik dari ekstrak

kasumba turate.

5. Kandungan kimia

Kandungan kimia yang terkandung dalam kasumba turate

(Carthamus tinctorius L.) yaitu senyawa terpenoid dan dapat digunakan

sebagai obat penyakit cacar air.

Kasumba turate juga mengandung senyawa fenolik, flavonoid,

karotenoid, alkaloid, saponin, tannin, dan antrakuinon, serta quinokalkon,

glikosida, hidroksi safflower yellow A,N-(P Kumaeroil) dan serotonin yang

memiliki aktivitas antioksidan (Yasir et al, 2021).

B. Rizosfer

Rizosfer merupakan daerah di sekitar perakaran tanaman yang menjadi

daerah ideal bagi berkembangnya mikroba tanah, termasuk di dalamnya

agen hayati berupa jamur, bakteri, virus, serangga, dan hewan lainnya

(Ristiari et al, 2018). Hubungan interaksi antara tanaman dan organisme ini

berlangsung secara mutualisme, tanaman menarik mikroba menguntungkan

di daerah rizosfer dengan cara mengeluarkan eksudat akar seperti gula,

asam amino, vitamin yang digunakan sebagai nutrisi untuk tumbuh dan

bermultiplikasi mikroorganisme (Wisdawati et al, 2019).

Keberadaan penghuni rizosfer mempunyai jumlah yang lebih besar

dibandingkan lapisan tanah lainnya. Keberadaan mikroorganisme tersebut

ada yang berfungsi sebagai pemacu kesuburan tanaman serta berfungsi

sebagai agens antagonis terhadap patogen tular tanah (Irfan et al, 2012).

8
Rizosfer juga sering diartikan sebagai material atau bahan-bahan yang

berukuran mikro yang masih menempel pada akar tanaman setelah

dilakukan pencelupan dan sedikit digerak-gerakkan di dalam air. Secara teori

luas daerah rizosfer sangat dipengaruhi oleh seberapa luasnya daerah yang

asih tercakup oleh pengaruh aktivitas perakaran tanaman beserta dengan

mikroorgannisme yang berasosiasi dengannya. (Sylvia et al, 2005)

Mikroorganisme yang dapat hidup pada daerah rizosfer sangat cocok

digunakan sebagai agen pengendalian hayati, seperti yang diketahui bahwa

rizosfer merupakan daerah yang utama dimana akar tanaman terbuka

terhadap serangan patogen. Patogen akan berhadapan dengan

mikroorganisme antagonis selama terjadi penyebaran dan infeksi akar

apabila terdapat mikroorganisme antagonis pada daerah ini. (Syahputra et

al, 2017).

C. Actinomycetes

Berbagai macam penelitian telah dilakukan sebelumnya untuk

mengendalikan bakteri patogen dan mengidentifikasi jenis-jenis agen

antimikroorganisme terbaru. Bakteri tanah yang sering dilakukan eksploitasi

dengan tujuan untuk mengetahui kemampuannya sebagai sumber obat

alami adalah Actinomycetes.

Actinomycetes merupakan kelompok bakteri yang telah diketahui

memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa antibakteri, sekitar 50%

yang telah digunakan selama kurang lebih lima dekade terakhir. Antibakteri

merupakan zat yang menekan pertumbuhan atau reproduksi bahkan

9
membunuh bakteri patogen tetapi menyebabkan sedikit atau tidak ada

kerusakan pada inang (Fitriana et al, 2021)

Habitat asli Actinomycetes berada pada lingkungan tanah dengan

keadaan ekstrim, seperti tingkat kekeringan, suhu, serta kadar keasaman

yang relatif lebih tinggi. Keberadaan bakteri kelompok Actinomycetes sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tipe dan karakteristik tanah, serta

derajat keasaman (pH) (Abdullah et al, 2020).

D. KLT-Bioautografi

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan kromatograsi kolom pada

prinsipnya sama. Apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari

beberapa komponen yang diserap lemah oleh adsorben akan keluar lebih

cepat bersama eluen, sedangkan komponen yang diserap kuat akan keluar

lebih lama. KLT merupakan suatu Teknik pemisahan dengan menggunakan

adsorben (fase stasioner) berupa lapisan tipis seragam yang disalutkan pada

permukaan bidang datar berupa lempeng kaca, pelat alumunium, atau pelat

plastik. Pengembangan kromatografi terjadi ketika fase gerak tertapis

melewati adsorben.

KLT dapat digunakan jika:

1. Senyawa tidak menguap atau tingkat penguapannya rendah.

2. Senyawa bersifat polar, semi polar, non polar, atau ionic

3. Sampel dalam jumlah banyak harus dianalisis secara simultan, hemat

biaya, dan dalam jangka waktu tertentu

4. Sampel yang akan dianalisis akan merusak kolom pada Kromatografi

Cair (KC) ataupun Kromatografi Gas (KG)

10
5. Pelarut yang digunakan akan mengganggu penjerap dalam kolom

Kromatografi Cair

6. Senyawa dalam sampel yang akan dianalisis tidak dapat dideteksi

dengan model KC ataupun KG atau memiliki tingkat kesulitan yang

tinggi

7. Setelah proses kromatografi, semua komponen dalam sampel perlu

dideteksi (berkaitan dengan nilai Rf)

8. Komponen dari suatu campuran dari suatu senyawa akan dideteksi

terpisah setelah pemisahan atau akan dideteksi dengan berbagai

metode secara bergantian (misalnya pada drug screening)

9. Tidak ada sumber listrik.

KLT digunakan secara luas untuk analisis solute-solute organic

terutama dalam bidang biokimia, farmasi, klinis, forensic, baik untuk analisis

kualilatif dengan cara membandingkan nilai Rf solut dengan nilai Rf senyawa

baku atau untuk analisis kualitatif. Penggunaan umum KLT adalah untuk

menentukan banyaknnya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa,

memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian,

menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk

memantau kromatografi kolom, melakukan screening sampel untuk obat

(Tetti, 2014).

KLT-Bioautografi terbagi atas tiga kelompok yaitu (Djide & Sartini,

2008):

a. Bioautografi langsung

11
Prinsip kerja dari metode ini adalah suspensi mikroorganisme

uji yang peka dalam medium cair disemprotkan pada permukaan KLT

yang telah dihilangkan sisa-sisa eluen yang menempel pada lempeng

kromatogram. Setelah itu dilakukan inkubasi pada suhu dan waktu

tertentu.

b. Bioautografi kontak

Metode ini didasarkan atas difusi dari senyawa yang telah

dipisahkan dengan KLT atau kromatografi kertas. Lempeng

kromatografi tersebut ditempatkan diatas permukaan medium Natrium

Agar yang telah diinokulasi dengan mikroorganisme yang sensitif

terhadap senyawa antimikroba yang dianalisis.

c. Bioautografi pencelupan

Pada prakteknya metode ini dilakukan sebagai berikut yaitu

bahwa lempeng kromatografi yang telah dielusi, diletakkan dalam

cawan petri, sehingga permukaannya ditutup oleh medium agar.

Selanjutnya dituangi medium yang telah disuspensikan mikroba ujji

kemudian diinkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai.

E. Uraian Bakteri Uji

1. Staphylococcus aureus

a. Klasifikasi (Garrity, 2004)

Kingdom : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

12
Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

b. Sifat dan morfologi

Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif yang

menghasilkan pigmen berwarna kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak

berspora dan tidak motil, tumbuh berpasangan maupun berkelompok,

berdiameter 0,5-5µm. Bakteri ini mampu bertahan terhadap

pengeringan dan toleransi terhadap garam yang berkonsentrasi tinggi

(NaCl 10%) bila ditanaman pada media buatan. Walaupun terhadap

manusia bakteri ini merupakan flora normal, tetapi tetap menjadi

bakteri patogen yang potensial (Tammi, 2015).

c. Patogenesis

Staphylococcus aureus dapat menyebabkan sistitis, pyelitis,

meningitis, septikemia, endokarditis, osteomielitis, dan lain-lain.

Bakteri ini akan menyebar melalui pembuluh getah bening dan

pembuluh darah, yang mengakibatkan sering terjadi peradangan pada

vena dan thrombosis (Tammi, 2015).

2. Staphylococcus epidermidis

a. Klasifikasi (Garrity, 2004).

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

13
Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaaeceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus epidermidis

b. Sifat dan morfologi

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram-positif,

warna koloni kuning atau putih, bersifat anaerob fakultatif (Wulaisfan

& Hasnawati, 2017). Staphylococcus epidermidis berbentuk bola atau

kokus berkelompok tidak teratur, berdiameter 0,8-1,0 µm tidak

berspora, tidak bergerak, tumbuh cepat pada suhu 37ºC (Wulandari,

2017).

c. Patogenesis

Staphylococcus epidermidis dapat menyebabkan infeksi kulit

ringan yang disertai dengan pembentukan abses. Bakteri ini dapat

menyebabkan infeksi kronis pada manusia (Wulaisfan & Hasnawati,

2017). Staphylococcus epidermidis berkembang pada kelenjar

sebaceous dan tersumbat, menghasilkan zat-zat yang dapat

menyebabkan iritasi pada daerah sekitarnya kemudian akan

membengkak (Marbun et al, 2021). Bakteri ini berperan dalam

menyebabkan infeksi jerawat dengan cara memproduksi metabolit

yang dapat bereaksi dengan sebum sehingga meningkatkan inflamasi

(Herwin et al, 2018).

3. Pseudomonas aeruginosa

a. Klasifikasi (Garrity, 2004).

14
Domain : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Ordo : Pseudomonadales

Family : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas aeruginosa

b. Sifat dan morfologi

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri batang Gram

negative, aerob, dan bergerak dengan menggunakan flagel. Bakteri

ini mampu beradaptasi dengan kondisi oksigen dan nutrisi rendah

(Nanda, 2021).

Berbentuk datar, menyebar, tepi bergerigi dan bentuk yang

khas, seperti anggur. Bentukan kolonial terlihat halus, lunak dan juga

mengkilap. (Azkina, 2021).

c. Patogenesis

Pseudomonas aeruginosa adalah patogen oportunistik, yaitu

memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk

membuat suatu infeksi. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada

saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, dermatitis, infeksi jaringan

lunak, bakteremia, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran

pencernaan dan berbagai macam infeksi sistemik lainnya, terutama

pada penderita luka bakar berat, kanker, dan AIDS yang mengalami

penurunan pada sistem imun (Mayasari, 2005).

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2022 sampai selesai.

Dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Program Studi Sarjana

Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar.

B. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah tanaman kasumba

turate (Carthamus tinctorius L.), dan sampel yang digunakan adalah rizosfer

tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) yang berasal dari

Kecamatan Galesong utara Kabupaten Takalar.

C. Metode Kerja

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimental

laboratorium dengan menggunakan rizosfer tanaman kasumba turate

(Carthamus tinctorius L.).

D. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan:

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat gelas

kimia (Iwaky Pyrex), autoklaf (SIMC Model YX280 B), cawan petri

(Normax), rotavapor, inkubator (Memmert), sendok stainless stell, jangka

sorong, Laminar Air Flow (LAF), mikroskop, oven (Memmert), pipet mikro,

rotary shaker, dan timbangan analitik (Chyo).

16
2. Bahan-bahan yang digunakan:

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain aquades,

bakteri uji Staphylococcus aureus (ATCC 25923), Staphylococcus

epidermidis (ATCC 14990), Pseudomonas aeruginosa (ATCC 27853),

etanol 70%, etil asetat, lempeng KLT silika gel GF 254, metanol, SNA

(Starch Nitrite Agar), SNB (Starch Nitrite Broth), NA (Nutrien Agar), NaCl

0,9% dan kertas cakram 6mm.

E. Prosedur Kerja

1. Penyiapan alat dan bahan

a. Alat dan bahan disiapkan

b. Sterilisasi alat-alat

Alat-alat yang digunakan dicuci hingga bersih dengan air suling,

kemudian alat-alat gelas dikeringkan lalu dibungkus dengan kertas dan

disterilkan dengan menggunakan oven pada suhu 180ºC selama 2 jam.

Alat-alat logam disterilkam dengan cara dipijarkan pada bunsen,

sedangkan alat ukur dan alat yang terbuat dari karet atau plastik

disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit

(Asmi, 2018).

2. Pengambilan dan penyiapan sampel

a. Pengambilan sampel tanah

Sampel tanah diambil dari tanah tempat tumbuh tanaman kasumba

turate (Carthamus tinctorius L.), kemudian tanah tersebut digali pada

kedalaman 15 cm dari permukaan tanah, setelah itu sampel tanah diambil

dengan menggunakan sendok stainless stell yang telah disemprotkan

17
dengan etanol 70%, sampel dimasukkan ke dalam botol coklat yang telah

disterilkan kemudian di bawah ke laboratorium (Simatupang, 2008).

b. Pembuatan suspensi sampel

Sampel tanah ditimbang 1 gram, lalu dimasukkan ke dalam botol steril

untuk dilakukan pengenceran dan dicelupkan dengan air suling hingga 10

mL dan dibuat pengenceran 10-1 hingga pengenceran 10-5 (Marni, 2009).

3. Pembuatan medium

a. Medium nutrient agar

Ditimbang medium NA sebanyak 2 gram kemudian dimasukkan

kedalam Erlenmeyer lalu dilarutkan dalam 100 ml aquades, kemudian

dihomogenkan, diatur pH menjadi 7 selanjutnya didihkan dan sterilkan

pada autoklaf dengan suhu 121ºC selama 1 jam dengan tekanan 2 atm

(Asmi, 2018).

b. Medium starch nitrate agar

Ditimbang agar sebanyak 20 g, starch 20 g, KNO3 1 g, MgSO4 0,5 g,

K2HPO4 0,5 g, NaCl 0,5 g, dan FeSO4 0,01 g, kemudian dimasukkan

kedalam Erlenmeyer selanjutnya dilarutkan dalam 1000 ml aquades,

kemudian dihomogenkan, diatur pH menjadi 7 selanjutnya didihkan dan

disterilkan pada autoklaf suhu 121ºC selama 1 jam menggunakan

tekanan 2 atm (Asmi, 2018)

c. Medium starch nitrate broth

Ditimbang starch 20 g, KNO3 1 g, MgSO4 0,5 g, K2HPO4 0,5 g, NaCl

0,5 g, dan FeSO4 0,01 g, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer,

selanjunya dilarutkan dalam 1000 ml aquades, kemudian dihomogenkan,

18
diatur pH menjadi 7 selanjutnya didihkan dan disterilkan pada autoklaf

dengan suhu 121ºC selama 1 jam dengan tekanan 2 atm (Asmi, 2018).

4. Penyiapan bakteri uji

a. Peremajaan bakteri uji

Inokulasikan biakan segar bakteri uji (Staphylococcus aureus,

Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa) ke dalam 10 ml

medium nutrient agar (NA) pada tabung reaksi dengan cara digores pada

agar miring kemudian diinkubasi selama 1x24 jam dengan suhu 37ºC

(Asmi, 2018).

b. Pembuatan suspensi bakteri uji

Bakteri uji (Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,

Pseudomonas aeruginosa) yang diremajakan disuspensikan dengan

larutan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak 10 ml kemudian dibandingkan

kekeruhan dengan standar Mc Farland 0,5 sebagai pembanding visual

dari kepadatan visual (Asmi, 2018).

5. Penyiapan isolat Actinomycetes

a. Peremajaan isolat actinomycetes

Isolat actinomycetes yang diperoleh diremajakan dengan cara

diinokulasikan ke dalam medium starch nitrate agar miring sebanyak 10

ml dalam tabung reaksi dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC.

b. Fermentasi isolat actinomycetes

Isolat actinomycetes yang telah diremajakan dipindahkan kedalam

labu erlenmeyer 500 mL yang mengandung 200 mL medium SNB.

Fermentasi dilakukan selama 14 hari pada suhu kamar dalam kondisi

19
tergojok menggunakan rotary shaker dengan kecepatan 200 rpm (Asmi,

2018).

6. Ekstraksi

Setelah proses fermentasi, 1000 ml media fermentasi isolat

actinomycetes disaring dengan menggunakan kain kasa untuk

memisahkan biomassa dan cairan fermentasi. Sebanyak 7,04 gram

biomassa diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan metanol

sebanyak 700 ml, kemudian cairan fermentasi sebanyak 1000 ml

diekstraksi dengan menggunakan metode ekstaksi cair-cair dengan 1000

ml pelarut etil asetat dalam corong pisah lalu digojok kemudian didiamkan

selama 20 menit hingga menghasilkan 2 lapisan. Lapisan atas (etil asetat)

diekstraksi sebanyak 2 kali lalu diuapkan menggunakan rotavapor hingga

didapatkan ekstrak kering, kemudian lapisan bawah (air) dikeringkan

dengan freeze dryer. (Asmi, 2018).

7. Uji aktivitas antibakteri (Uji Antagonis)

Pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan medium Nutrient

Agar (NA) untuk bakteri Actinomycetes, kemudian semua cawan petri

diinkubasi pada suhu 37ºC selama 1 x 24 jam, selanjutnya diamati

adanya aktivitas antibakteri yang ditandai dengan adanya zona bening

disekitar cakram dan dilakukan pengukuran garis tengah zona bening

dengan menggunakan jangka sorong (Asmi, 2018).

20
8. Pengamatan morfologi

Medium Nutrient Agar (NA) dituang kedalam cawan petri kemudian

dibiarkan memadat dan diinokulasikan dengan biakan murni secara

goresan. Kemudian diinkubasi selama 1 hari pada suhu 37ºC.

a. Pengecatan Gram

Gelas objek dibersihkan menggunakan alkohol 70% kemudian

difiksasi diatas lampu spiritus, selanjutnya biakan murni diambil secara

aseptis dan diletakkan pada gelas objek. Selanjutnya difiksasi kembali

diatas lampu spiritus, setelah diangin-anginkan diteteskan cat Gram A

(Kristal Violet) 2-3 tetes selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air

mengalir dan dikeringkan. Setelah itu ditetesi dengan Gram B (Iodium)

selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan.

Kemudian ditetesi Gram C (Alkohol 96%) selama 30 detik, kemudian

dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Terakhir ditetesi dengan

Gram D (Safranin) selama 45 detik, kemudian dicuci dengan air mengalir

dan kelebihan air dihilangkan dengan kertas serap (Mutmainnah, 2013).

Pengamatan terhadap karakterisasi isolat dengan menggunakan

mikroskop perbesaran 400x (Asmi, 2018).

9. KLT-Bioautografi

Ekstrak yang aktif ditotol pada lempeng KLT yang dikembangkan

dengan campuran fase gerak chloroform : methanol (5 : 1). Noda hasil

pemisahan diamati pada sinar UV (254 nm dan 366 nm). Noda pada

lempeng ditempelkan ke cawan petri yang berisi medium NA dan telah

berisi biakan bakteri uji, lempeng KLT dibiarkan menempel selama 30

21
menit. Kemudian, diangkat dengan perlahan-lahan. Setelah itu,

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Setelah diinkubasi, dilakukan

pengamatan dengan melihat zona bening yang terbentuk (Asmi, 2018)

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolat Actinomycetes yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil

isolasi dari rizosfer tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) untuk

mengetahui aktivitas antibakterinya terhadap bakteri uji Staphylococcus

aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas aeruginosa. Isolat

Actinomycetes kemudian diremajakan pada medium Starch Nitrate Agar

(SNA). SNA merupakan medium selektif yang digunakan untuk isolasi

Actinomycetes dan dapat meminimalisir kontaminasi bakteri lain (Riyanti et

al, 2012). Peremajaan bakteri Actinomycetes dilakukan pada inkubator pada

suhu 37ºC selama 3 x 24 jam.

Setelah proses peremajaan selanjutnya dilakukan pengamatan secara

mikroskopik, ini bertujuan untuk melihat bentuk sel dan sifat Gram dengan

membuat preparat dari masing-masing isolat murni sampel bakteri kemudian

melakukan pewarnaan (Oka S, 2019). Dilakukan pengecatan / pewarnaan

Gram untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar belakangnya karena

mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya karena tidak

mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya (Dwijoseputro D, 1998).

Pewarnaan Gram juga bertujuan untuk mengetahui bakteri endofit bersifat

Gram positif atau Gram negatif (Hidayati, 2014).

Table 1. Hasil uji mikroskopik isolat Actinomycetes rizosfer kasumba


turate (Carthamus tinctorius L.) dengan pengecatan Gram.

Kode Isolat Pewarnaan Gram

23
IARK -1 Gram Negatif

IARK - 2 Gram Negatif

IARK - 3 Gram Negatif

IARK - 4 Gram Negatif

IARK - 5 Gram Positif

IARK - 6 Gram Negatif

IARK - 7 Gram Negatif

Keterangan : IARK = Isolat Actinomycetes rizosfer kasumba turate

Isolat yang didapatkan selanjutnya dilakukan uji antagonis terhadap

bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas

aeruginosa dengan cara diinokulasikan pada medium Nutrient Agar (NA)

yang telah diinokulasi dengan bakteri uji kemudian diamati aktivitasnya.

Hasil uji antagonis aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes rizosfer

kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dapat dilihat pada tabel 2 dan

gambar 3

Tabel 2. Hasil uji antagonis isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer


kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

Kode Diameter Zona Hambat (mm)

Isolat SA SE PA

IARK - 1 17,69 16,45 13,39

IARK - 2 12,30 13,19 15,94

IARK - 3 16,67 10,67 16,34

24
IARK - 4 16,71 17,51 14,26

IARK - 5 16,85 17,67 15,18

IARK - 6 17,00 17,68 17,80

IARK - 7 17,16 17,52 17,75

Keterangan : IARK = Isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer kasumba turate

SA = Staphylococcus aureus

SE = Staphylococcus epidermidis

PA = Pseudomonas aeruginosa

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengujian antagonis isolat

antibakteri Actinomycetes rizosfer kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

terhadap bakteri uji, kode IARK-6 dan IARK-7 memberikan aktivitas zona

hambat yang paling tinggi terhadap bakteri uji. Zona hambat merupakan

daerah jernih di sekeliling media pertumbuhan bakteri uji yang tidak

ditumbuhi bakteri (Putri VA et al, 2016). Menurut (Davis & Stout, 1971) kriteria

kekuatan daya antibakteri sebagai berikut: diameter zona hambat 5 mm atau

kurang dikategorikan sebagai lemah, diameter 5-10 mm dikategorikan

sebagai sedang, diameter 10-20 mm dikategorikan sebagai kuat dan terakhir

diameter 20 mm atau lebih dikategorikan sebagai sangat kuat. Berdasarkan

kriteria yang telah disebutkan maka daya antibakteri isolat dengan kode

IARK-6 dan IARK-7 terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus,

Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa termasuk dalam

katogeri kuat.

25
Selanjutnya dilakukan proses fermentasi isolat dengan zona hambat yang

paling tinggi yaitu IARK-6 dan IARK-7 dengan menggunakan medium Starch

Nitrate Broth (SNB) pada suhu ruang selama 14 hari dengan kecepatan

penggojokan 150 rpm. Penggunaan SNB sebagai medium karena kaya akan

kandungan karbon dan mineral. Menurut (Todar K, 2009) media

pertumbuhan yang baik yaitu media yang mampu menyediakan sumber

karbon dan mineral-mineral lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

aktivitas mikroorganisme. Sumber karbon SNB berasal dari soluble starch

yang mengandung unsur C yang beragam dari pati dan gliserol (Ali A, 2009).

Medium SNB juga mengandung KNO3 sebagai sumber anorganik dan kaya

akan mineral-mineral seperti magnesium, natrium, besi, dan kalium.

Setelah proses fermentasi dilakukan selanjutnya fermentat disaring

menggunakan kertas saring agar terpisah biomassa dan supernatan.

Kemudian supernatan diekstraksi dengan metode ekstraksi cair-cair

menggunakan pelarut etil asetat dengan perbandingan 1:1. Menurut

(Sulistyani & Akbar, 2014) pelarut etil asetat mampu menarik metabolit

sekunder paling banyak dan memiliki aktivitas paling tinggi dibandingkan

dengan ekstrak lainnya. Setelah digojok selama 30 menit dan didiamkan

sebentar, setelah itu akan terbentuk 2 lapisan pada corong pisah, lapisan

atas diuapkan hingga didapatkan ekstrak isolat fermentat kemudian disimpan

dalam desikator untuk pengujian berikutnya.

Selanjutnya uji identifikasi Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Ekstrak

fermentat etil asetat IARK-6 dan IARK-7 ditotolkan ke lempeng KLT setelah

itu di elusikan menggunakan eluen kloroform : metanol (5 : 1). Untuk melihat

26
pola pemisahan noda kromatografi dideteksi dengan deteksi visible yaitu

dengan mata langsung, dibawah lampu UV 254 nm dan 366 nm.

Pada pengujian KLT-Bioautografi digunakan metode kontak karena lebih

mudah, sederhana, dan paling umum digunakan . Metode ini juga dapat

terjadi perpindahan senyawa aktif ke medium agar yang dimana dapat

menghasilkan daya hambat yang lebih besar dibandingkan dengan metode

bioautografi direct (langsung) yang mudah terkontaminasi dan bioautografi

overlay (pencelupan) yang sukar diamati zona hambatnya (Djide & Sartini,

2009).

Hasil dari uji aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes rizosfer kasumba

turate (Carthamus tinctorius L.) secara KLT-Bioautografi dapat dilihat pada

tabel 3 dan gambar 4 sampai gambar 9

Tabel 3. Hasil uji aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes rizosfer


kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) secara KLT-
Bioautografi dengan menggunakan eluen kloroform : metanol
(5:1)

Kode Bakteri Bercak Rf Warna penampak

Isolat bercak

UV 254 UV 366 nm

nm

Staphylococcus 1 0,70 Biru Ungu

aureus

IARK 6 Staphylococcus 1 0,70 Biru Ungu

epidermidis 2 0,38

27
Biru Ungu

berpendar berpendar

Pseudomonas 1 0.70 Biru Ungu

aeruginosa

Staphylococcus 1 0,38 Biru Ungu

aureus berpendar berpendar

IARK 7 Staphylococcus 1 0,70 Biru Ungu

epidermidis

Pseudomonas 1 0,38 Biru Ungu

aeruginosa berpendar berpendar

Keterangan : IARK = Isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer kasumba

turate

Hasil pengujian KLT-Bioautografi untuk isolat dengan IARK-6 diperoleh

bercak dengan nilai Rf = 0,70 untuk bakteri Staphylococcus aureus, Rf1 =

0,70 dan Rf2 = 0,38 untuk bakteri Staphylococcus epidermidis, Rf = 0,70

untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan hasil pengujian KLT-

Bioautografi untuk isolat IARK-7 diperoleh bercak dengan nilai Rf = 0,38

untuk bakteri Staphylococcus aureus, Rf = 0,70 untuk bakteri Staphylococcus

epidermidis, Rf = 0,38 untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa. Nilai Rf yang

telah memenuhi ketentuan nilai Rf yang baik yaitu antara 0,2-0,8 (Rohman,

2009).

28
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dua isolat

Actinomycetes rizosfer kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) yaitu IARK-

6 dan IARK-7 yang memiliki aktivitas antibakteri sehingga berpotensi sebagai

antibakteri.

29
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer kasumba turate (Carthamus

tinctorius L.) sebanyak tujuh isolat, dimana dua diantaranya yaitu IARK-6

dan IARK-7 memiliki aktivitas antibakteri yang paling besar dalam

menghambat pertumbuhan bakteri uji penyebab infeksi kulit yaitu

Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas

aeruginosa.

2. Profil bioautogram dari fermentat isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer

kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) IARK-6 diperoleh bercak

dengan nilai Rf = 0,70 untuk bakteri Staphylococcus aureus, Rf1 = 0,70

dan Rf2 = 0,38 untuk bakteri Staphylococcus epidermidis, Rf = 0,70 untuk

bakteri Pseudomonas aeruginosa.

3. Hasil pengujian KLT-Bioautografi untuk isolat IARK-7 diperoleh bercak

dengan nilai Rf = 0,38 untuk bakteri Staphylococcus aureus, Rf = 0,70

untuk bakteri Staphylococcus epidermidis, Rf = 0,38 untuk bakteri

Pseudomonas aeruginosa.

30
B. SARAN

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode

lain serta menggunakan bakteri uji selain dari bakteri infeksi kulit.

31
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A., Almuhardi, I., Antoni, A., & Rahmawati, R. 2020. Aktivitas
Antibakteri Actinomycetes Asal Desa Cempaka Kapuas Hulu
Kalimantan Barat Terhadap Enteropatogenik Gastroenteritis. Al-
Kauniyah: Jurnal Biologi. 13(1).

Agustina, D., Mustafidah, H., & Purbowati, M. R. 2017. Sistem Pakar


Diagnosa Penyakit Kulit Akibat Infeksi Jamur. JUITA: Jurnal
Informatika.

Ali A. 2009. Skrining dan Karakterisasi Persial Senyawa Antifungi dari


Actinomycetes Asal Limbah Padat Sagu Terdekomposisi. Berk Penel
Hayati.

Ambarwati A., C.J, Soegihardjo & Sembiring, L. 2010. Isolasi dan Identifikasi
Streptomycetes dari Rizosfer Jagung (Zea mays L.) yang Berpotensi
Sebagai Penghasil Antibiotik: Jurnal Biota.

Ambarwati. 2007. Kajian Actinomycetes yang Berpotensi Menghasilkan


Antibiotika Dari Rhizosfer Putri Malu (Mimosa pudica L.) dan Kucing-
Kucingan (Acalypha indica L.): Jurnal Sains & Teknologi, Vol. 8, No.1.
LPPM UMS

Asmi, N. 2018. Analisis KLT-Bioautografi Metabolit Sekunder Actinomycetes


KK-2.1 dari Rhizosfer Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus) Sebagai
Kandidat Penghasil Antibakteri. Universitas Hasanuddin: Makassar.

Azkina, A. 2021. Identifikasi Suspect Bakteri Pseudomonas aeruginosa Pada


Kucing Yang Mengalami Abses Di Klinik Hewan Pendidikan
Universitas Hasanuddin: Makassar.

Djata, I. M. R., Setyobudy, A., & Hinga, I. A. T. 2022. Gambaran Sanitasi


Lingkungan dan Hygiene Perseorangan dengan Kejadian Penyakit
Kulit di Lapas Anak Kota Kupang. SEHATMAS: Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat.

Djide, M.N., & Sartini. 2008. Analisis Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium


Mikrobiologi Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Hasanuddin: Makassar.

Dwijoseputro, D., 1998. Dasar – dasar Mikrobiologi Pangan. PT Raja


Grafindo Persada : Jakarta.

Fitriana & Rusli. 2018. Penentuan Waktu Optimum Produksi Metabolit


Sekunder Isolat Bakteri Actinomycetes Dari Tanah Rhizosfer Akar
Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas. L) Terhadap Bakteri
Patogen. Jurnal Ilmiah As-Syifaa..

32
Fitriana., Nurung, A. H., Naid, T., & Umarella, D. R. 2021. Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata (L.) R.M.)
Secara KLT-Bioautografi. Jurnal Ilmiah As-Syifaa.

Garrity, G, M., Bell, J, A., & Lilburn, T, G. 2004. Taxonomic Outline of The
Prokaryotes Bergey’s Manual of Systematic Bacteriologi, 2th Edition.
Springen, New York Berlin Hendelberg: United States of America.

Herwin., Maryam, St. 2017. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Teh Hijau
(Camellia sinensis) Dan Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
Terhadap Mikroba Patogen Secara Bioautography-TLC. Jurnal As-
Syifaa Farmasi.

Herwin., Sari, Z,P,. Nuryanti, S. 2018. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol


Daun dan Ampas Teh Hijau (Camellia sinensis L.) Terhadap Bakteri
Penyebab Jerawat (Propionibacterium acne dan Staphylococcus
epidermidis) Secara Difusi Agar. Jurnal As-Syifaa Farmasi.

Irfan., Marsuni, Y., & Fitriyanti, D. 2021. Eksplorasi Cendawan Rizosfer Asal
Tahura Sultan Adam Yang Dapat Bersifat Sebagai Agens Antagonis
Terhadap Fusarium oxysporum Secara In Vitro. Jurnal Proteksi
Tanaman Tropika.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi : Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. CV.


Yrama Widya: Bandung.

Kementrian Agama RI. 2019. Kitab Al-Qur’an Dengan Alat Peraga Tajwid
Kode Arab. PT. Insan Media Pustaka : Jakarta.

Lestari, S., & Mukarlina, R. K. 2019. Identifikasi dan Deteksi Aktivitas Daya
Hambat Bakteri Actinomycetes yang diisolasi Dari Tanah Gambut di
Desa Tajok Kayong Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont.

Liu, F., Guo, D. D., Tu, Y. H., Xue, Y. R., Gao, Y., & Guo, M. L. 2016.
Identification of Reference Genes For Gene Expression Normalization
in Safflower (Carthamus tinctorius L.). Revista Brasileira de
Farmacognosia. 26, 564-570.
http://dx.doi.org/10.1016/j.bjp.2016.05.006.

Malik, F., Malaka, M. H., Fristiohady, A., Hamsidi, W. R., & Sahidin, A. F. G.
2021. AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL BUNGA
KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius Linn.) TERHADAP LINI
SEL KANKER PAYUDARA T47D. Vol 7 No. 3. Jurnal Farmasi Sains
dan Praktis.

Marni L. 2009. Isolasi Mikroorganisme Penghasil Antibiotika Pada Tanah


Tempat Tumbuh Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus L.).
Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

33
Marbun, E. D., Sapitri, A., & Asfianti, V. 2021. ACTIVITY ETHANOL
EXTRACT, ETHYLE ACETATE FRACTION, N-HEXAN FRACTION
OF SOFO-SOFO LEAVES (Acmella cf) Against Propionibacterium
acnes AND Staphylococcus epidermidis AS ANTIBACTERIES. JBIO:
Jurnal Biosains (The Journal Of Biosciences).

Mayasari, E. 2006. Pseuodomonas aeruginosa; Karakteristik, Infeksi dan


Penanganan. Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran.
Universitas Sumatera Utara : Medan.

Muhammad Quraish Shihab. 2022. https://risalahmuslim.id/quran/al-araaf/7-


58/

Mutmainnah. 2013. Isolasi Actinomycetes Dari Tanah Pembuangan Limbah


Pabrik Gula Tebu (Camming) Bone Sebagai Penghasil Antibiotika.
Universitas Hasanuddin : Makassar.

Nanda, G. D. 2021. UJI PEMBENTUKAN PIGMEN Pseudomonas


aeruginosa PADA BERBAGAI MEDIA ISOLASI DENGAN VARIASI
WAKTU INKUBASI. Doctoral dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Nasional: Sukoharjo

Oka Suyasa, I. B. 2019. ISOLASI DAN KARAKTERISASI MORFOLOGI


KOLONI BAKTERI PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN KERAPU
(Cephalopholis miniata) DARI PERAIRAN KABUPATEN
KLUNGKUNG BALI. Meditory: The Journal of Medical Laboratory.

Park, Y., & Lee, C. 2011. Efficacy of Safflower on the Acne Skin and Its
Application for Facial Cleansing Biomedical Material. Journal of
Korean Chemical Society.

Putri, V. A., Posangi, J., Nangoy, E., & Bara, R. A. 2016. Uji daya hambat
jamur endofit rimpang lengkuas (Alpinia galanga l.) terhadap
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. eBiomedik.

Rajvanshi, A. K., Singh, V., & Nimbkar, N. 2007. Biofuels–Promise /


Prospects. In Conference at National Oilseeds Conference,
Hyderabad.

Ristiari, N. P. N., Julyasih, K. S. M., & Suryanti, I. A. P. 2018. Isolasi dan


Identifikasi Jamur Mikroskopis pada Rizosfer Tanaman Jeruk Siam
(Citrus nobilis Lour.) di Kecamatan Kintamani, Bali. Jurnal Pendidikan
Biologi Undiksha.

Riyanti, Aziz, S., Sabdono, A., dan Radjasa, K. 2012. Deteksi Gen NPRS
Aktinomisetes Simbion Rumput Laut dan Karang Lunak. Prosiding
Seminar Nasional. Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan
Kearifan Lokal Berkelanjutan II

34
Rohman A. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Rusli., Kosman R., & Melinda, P. 2020. Penelusuran Fungsi Endofit pada
Daun Kopasanda (Chromolaena odorata L.) yang Berpotensi Sebagai
Penghasil Antibakteri Terhadap Bateri Penyebab Infeksi Kulit. As-
Syifaa Jurnal Farmasi.

Simatupang, D.S. 2008. Berbagai Mikroorganisme Rizosfer pada Tanaman


Pepaya (Carica papaya L.) di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika
(PKBT) IPB Desa Ciomas, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Sukmawaty, E., Sitti, R.S., dan Mashuri, M. 2020. Characterization of Soil


Actinomycetes From Malino Pine Forest Rhizosphere of South
Sulawesi.

Sulistyani N dan Akbar, A. N. 2014. Aktivitas Isolat Actinomycetes dari


Rumput Laut (Eucheuma cottoni) sebagai Penghasil Antibiotik
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia.

Syahputra, M. H., Anhar, A., & Irdawati, I. 2017. Isolasi Trichoderma spp. dari
Beberapa Rizosfer Tanaman Padi Asal Solok (Isolation Trichoderma
spp. from Seme Rizosphere Rice Plants Solok). Berkala Ilmiah Bidang
Biologi.

Sylvia, D., Fuhrmann,J., Hartel, P., Zuberer, D. 2005. Principles and


Applications of Soil Microbiology. Pearson Education Inc: New Jersey

Tammi, A. 2015. Aktivitas Antibakteri Buah Makasar (Brucea javanica)


terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Jurnal Agromedicine.

Tetti, M. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa


Aktif. Jurnal Kesehatan.

Todar K. 2009. Online Textbook of Microbiology. Madison. Wisconsin.

Vosen Van der, H.A.M., Umali, B.E. 2001 ”Plant Resources of South- East
Asia: Vegetables oils and fats. Volume 14. Backhuys Publishers.
Leiden.

Wisdawati, E., Kuswinanti, T., Rosmana, A., & Nasruddin, A. 2019.


KEANEKARAGAMAN CENDAWAN RIZOSFER PADA TANAMAN
TALAS SATOIMO. Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan
Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan.

Wulaisfan, R., & Hasnawati, H. 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Sukun
(Artocarpus altilis) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
epidermidis. Warta Farmasi.

35
Wulandari, S, A, R. 2017. Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri
Staphylococcus epidermidis Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Daun
Kersen (Muntingia calabura L.) dengan Fase Minyak Isopropyl
Misirytate. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Yasir, J. W., Momuat, L. I., & Pontoh, J. 2021. Efektivitas Antioksidan dari
Ekstrak Bunga Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) dan
Potensinya Sebagai Antihiperkolesterolemia. JURNAL ILMIAH
SAINS.

36
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja : Aktivitas Antibakteri Isolat Actinomycetes Dari


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) Asal
Galesong Terhadap Bakteri Uji Penyebab Infeksi Kulit

Sampel rizosfer tanaman


kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.)
Dilakukan pengenceran 10-1 – 10-5

Dilakukan pengenceran 10-1 –


Isolasi Actinomycetes rizosfer
10-5
tanaman kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.)
Dilakukan pengenceran 10-1 –
Medium SNA
10-5
Isolat Dilakukan pengenceran 10-1 –
- 10-5
Dipindahkan kedalam medium
SNA baru
Isolat Murni Dilakukan pengenceran 10-1 –
- pengenceran 10-1 –
10Dilakukan
-5
-Diremajakan
10-5
-Dipindahkan ke medium NA yang
berisi bakteri uji
Uji antagonis Dilakukan pengenceran 10-1 –
10-5
Dilakukan
Diamati zonapengenceran 10-1 –
hambat yang terbentuk
10 -5

Isolat aktif
-Dimasukkan kedalam Erlenmeyer berisi
medium SNB
- Difermentasi selama 14 hari dengan
kecepatan 150 rpm

Fermentat
Dilakukan pengenceran
-Diekstraksi fermentat dengan – 10-5 etil
10-1pelarut
asetat selama 30 menit (Corong pisah)
- Diuapkan

Ekstrak aktif
Dilakukan pengenceran 10-1 – 10-5

-Pengecatan Gram KLT-Bioautografi


-Gram (+) atau (-)
-Eluen kloroform : metanol (5:1)
-Nilai Rf
Mikroskopik Pembahasan

Kesimpulan
37
Lampiran 2 . Tanaman Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.)

(Dokumen: Pribadi)
Gambar 1. Rizosfer kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

38
Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Isolat Actinomycetes Rizosfer
Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.)

a) b) c)

d) e) f)

g)
Gambar 2. Foto Hasil Pemeriksaan Mikroskopik pada Isolat Actinomycetes
Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.)

Keterangan :

a) IARK-1
b) IARK-2
c) IARK-3
d) IARK-4
e) IARK-5
f) IARK-6
g) IARK-7

39
Lampiran 4 . Hasil Penelitian Isolat Actinomycetes Rizosfer Kasumba Turate
(Carthamus tinctorius L.)

SA 1-3 SA 4-7

a)

SE 1-3 SE 4-7

b)

PA 1-3 PA 4-7

c)
Gambar 3. Uji antagonis isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer kasumba
turate (Carthamus tinctorius L.)

40
Keterangan :
a) Hasil uji antagonis IARK-1, IARK-2, IARK-3, IARK-4, IARK-5, IARK-6, dan

IARK-7 terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus.

b) Hasil uji antagonis IARK-1, IARK-2, IARK-3, IARK-4, IARK-5, IARK-6, dan

IARK-7 terhadap bakteri uji Staphylococcus epidermidis.

c) Hasil uji antagonis IARK-1, IARK-2, IARK-3, IARK-4, IARK-5, IARK-6, dan

IARK-7 terhadap bakteri uji Pseudomonas aeruginosa.

41
Lampiran 5. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes
Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.)

Staphylococcus aureus 6

Gambar 4. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes Rizosfer


Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus 7

Gambar 5. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus

42
Staphylococcus epidermidis 6

Gambar 6. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis.

Staphylococcus epidermidis 7

Gambar 7. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis.

43
Pseudomonas aeruginosa 6

Gambar 8. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes


Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Pseudomonas aeruginosa 7
Gambar 9. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes
Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap
bakteri Pseudomonas aeruginosa.

44
Lampiran 6. Pembuatan Medium

1. Medium Strach Nitrate Agar (SNA)

Komposisi :

Agar 20 g

Starch 20 g

KNO3 1g

MgSO4 0,5 g

K2HPO4 0,5 g

NaCl 0,5 g

FeSO4 0,01 g

Aquadest hingga 1000 mL

Pembuatan medium :

Semua bahan tersebut dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 1000 mL

dan dilarutkan dalam aquadest kemudian dipanaskan sampai mendidih

hingga semua larut. Disterilkan dalam autoklaf 121ºC selama 15 menit.

2. Medium Starch Nitrate Broth (SNB)

Starch 20 g

KNO3 1g

MgSO4 0,5 g

K2HPO4 0,5 g

NaCl 0,5 g

FeSO4 0,01 g

Aquadest hingga 1000 mL

Pembuatan medium :

45
Semua bahan tersebut dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 1000 mL

dan dilarutkan dalam aquadest kemudian dipanaskan sampai mendidih

hingga semua larut. Disterilkan dalam autoklaf 121ºC selama 15 menit.

1. Medium Nutrient Agar (NA)

Ekstrak daging 0,3 g

Pepton 0,5 g

Agar 1,5 g

Aquadest hingga 100 mL

Pembuatan medium :

Semua bahan tersebut dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 100 mL

dan dilarutkan dalam aquadest kemudian dipanaskan sampai mendidih

hingga semua larut. Disterilkan dalam autoklaf 121ºC selama 15 menit.

46
Lampiran 7. Perhitungan Nilai Rf

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑠𝑎𝑙


Harga Rf =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑠𝑎𝑙

a) Perhitungan nilai Rf hasil pengujian aktivitas Isolat Actinomycetes

Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) dengan kode isolat

IAARKT-6

• Bakteri Staphylococcus aureus

3,9
- Rf1 = = 0,70
5,5

• Bakteri Staphylococcus epidermidis

3,9
- Rf1 = = 0,70
5.5

2,1
- Rf2 = = 0,38
5.5

• Bakteri Pseudomonas aeruginosa

3,9
- Rf1 = = 0,70
5,5

b) Perhitungan nilai Rf hasil pengujian aktivitas Isolat Actinomycetes

Rizosfer Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) dengan kode isolat

IAARKT-7

• Bakteri Staphylococcus aureus

2,1
- Rf1 = = 0,38
5.5

• Bakteri Staphylococcus epidermidis

3,9
- Rf1 = = 0,70
5,5

47
• Bakteri Pseudomonas aeruginosa

2,1
- Rf1 = = 0,38
5.5

48

Anda mungkin juga menyukai