SKRIPSI
OLEH:
ARDI ANSYAH
110301167
AGROEKOTEKNOLOGI/HPT
FAKULTAS PERTANIAN
2017
SKRIPSI
OLEH:
ARDI ANSYAH
110301167 / AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2017
SKRIPSI
OLEH:
ARDI ANSYAH
110301167 / HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
2017
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
pasangan Ayahanda Muhammad Yusuf dan Ibunda Sri Anum. Penulis merupakan
anak kelima dari delapan bersaudara. Lulus dari Sekolah Dasar Negeri 114358
tahun 2004. Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kotapinang tahun
2007. Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kotapinang pada tahun 2010
dan pada tahun 2011 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
USU tahun 2012-2013, Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Himadita Nursery
PT. Sarana Tetap Perkasa, Pangkalan Susu, Sumatera Utara dan pada tahun 2016
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS., selaku Ketua dan
Ir. Suzanna Fitriany Sitepu, MP., selaku Anggota, yang telah membimbing dan
Pimpinan dan seluruh Tim Peneliti Proteksi Tanaman PPKS Marihat, yang telah
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini
dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang berguna bagi pihak yang
membutuhkan.
Penulis
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACK ........................................................................................................ ii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian .................................................................................... 3
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perhitungan aktivitas kunjungan kumbang bunga betina............... 15
b. Pengamatan di laboratorium ............................................................. 15
Pengambilan spikelet bunga jantan ............................................... 15
Aplikasi herbisida .......................................................................... 15
Menghitung kemunculan kumbang baru ........................................ 15
Peubah Amatan ............................................................................................ 16
Morfologi Elaeidobius kamerunicus Faust............................................ 16
Aktivitas kunjungan E. kamerunicus pada bunga kelapa sawit............. 16
Kemunculan kumbang baru .................................................................. 16
LAMPIRAN ....................................................................................................... 29
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
perkebunan kelapa sawit masih baik ditinjau dari segi harga, ekpor dan
pengembangan produk. Selain itu banyak industri hilir yang meningkat dapat
mengalami peningkatan begitu juga dengan produksi minyak kelapa sawit yang
dihasilkan. Tahun 2008 luas areal perkebunan kelapa sawit 7.363.847 ha dengan
produksi sebesar 17.539.788 ton. Tahun 2014 terjadi peningkatan luas mencapai
lahan yang masih dapat ditanami tanaman kelapa sawit, tahun 2015 diperkirakan
angka sementara luas areal perkebuan kelapa sawit akan mencapai 11.444.808 ha
bunga jantan dan bunga betina terpisah. Bunga betina lebih dahulu mekar
(Appiah et al., 2013). Penyerbukan dapat dikatakan sebagai salah satu penentu
kelapa sawit yang efektif (Kahono et al., 2012). Pada tahun 1982, atas kerja sama
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat dan PP. London Sumatera dilakukan
serangga penyerbuk kelapa sawit lainnya karena bentuk, struktur dan ukuran
tubuhnya sesuai dengan ukuran dan struktur bunga kelapa sawit (Sunarko, 2007).
secara ekonomi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Adanya gulma
gulma pada perkebunan kelapa sawit dapat mengurangi produksi panen kelapa
pengendalian gulma pada areal pertanaman kelapa sawit usia di atas 3 tahun
menggunakan herbisida dengan jenis bahan aktif glifosat dan parakuat. Namun
E. kamerunicus.
Tujuan Penelitian
sawit.
Hipotesis Penelitian
Kegunaan Penelitian
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit adalah tanaman monoecius, yaitu bunga jantan dan betina
terpisah pada tanaman yang sama (Appiah et al., 2013). Tetapi dapat ditemukan
tanaman tidak ditemukan tandan bunga jantan yang mekar bersaaam dengan
Setiap tandan bunga jantan memiliki panjang tangkai antara 30-45 cm,
yang mendukung spikelet untuk tersusun secara spiral. Pada awalnya bunga sawit
tertutup oleh dua lapis seludang berserat, kemudian enam minggu sebelum mekar
(anthesis) seludang bagian luar akan pecah, dan 2-3 minggu, kemudian seludang
bagian dalam pecah dan tandan bunga mulai terbuka (Prasetyo dan Agus, 2012).
Mekarnya bunga jantan dimulai dari pangkal spikelet dan disertai aroma khas
Bunga betina memiliki bentuk bulat memanjang atau bulat telur dengan
ukuran panjang mencapai 15 mm dan lebar 8 mm. Saat bunga betina reseftif,
(Siregar, 2009).
Pada saat bunga tanaman kelapa sawit mekar, bunga tersebut akan
mengeluarkan aroma seperti adas (Foeniculum vulgar). Bunga jantan yang sedang
anthesis memiliki bau yang lebih kuat jika dibandingkan dengan bunga betina,
lebih banyak. Senyawa ini pada umunnya diketahui sebagai kairomon yakni
senyawa yang diproduksi dan dilepaskan oleh bunga sawit baik jantan maupun
betina untuk menarik serangga yang menguntungkan bagi reproduksi kelapa sawit
memindahkan serbuk sari dari satu tanaman ke bunga betina tanaman lain yang
sedang reseptif (Siregar, 2010). Proses ini biasanya terjadi dengan bantuan angin,
serangga dan manusia yang disebut dengan assisted pollination (Lubis, 2008).
bantuan serangga (Tuo et al., 2011). Penyerbukan kelapa sawit terjadi melalui
mampu masuk sampai kedalam tandan bunga betina kelapa sawit (Lubis, 2008).
Imago betina meletakkan telur pada spikelet bunga jantan kelapa sawit
dengan bentuk telur bulat memiliki panjang 0,5 mm dan lebar 0,5 mm yang
berwarna kuning bening yang lama kelamaan warna telur akan berubah menjadi
kuning. Periode inkubasi telur berkisar 3 hari yang kemudian saat menetas larva
berwarna keputihan dengan bagian kepala memiliki bintik hitam dengan ukuran
panjang 2-3 mm dan lebar tubuh 1-1,3 mm. Lama stadium larva pertama berkisar
2-3 hari. Larva instar dua berwarna kekuningan dengan bagian tubuh yang sedikit
transparan dan warna kepala kecoklatan dengan ukuran panjang 4-5 mm dan
lebar tubuh 1,5-2 mm. Lama stadium ini berkisar 2-3 hari. Larva instar tiga
memiliki panjang 6-7 mm dan lebar tubuh 2-2,5 mm. Lama stadium larva tiga
Setelah instar tiga, larva kumbang akan menjadi pupa yang memiliki
ukuran panjang berkisar 3 mm dan lebar pupa 1,5 mm dengan bentuk pupa
memiliki tiga bagaian tubuh yaitu kepala, toraks dan abdomen. Pupa memiliki
warna kuning yang setelah beberapa hari akan berubah menjadi warna kuning
kecoklatan yang kemudian menghitam. Lama periode pupa kumbang ini berkisar
stadia telur 3 hari, larva 7-8 hari, pupa 4-5 hari, dan lama hidup kumbang berkisar
8 hari. Imago kumbang penyerbuk memiliki ciri khusus berupa moncong sehingga
bagian tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Terdapat dua pasang sayap
depan yang tebal (elytra) dan sepasang sayap yang tipis (membraneus). Tubuh
terdapat rambut – rambut halus lebih banyak dibandingkan betinanya, dan pada
dengan tanaman palmae lainnya. Bunga kelapa sawit mengeluarkan senyawa yang
Penyerbuk Kelapa Sawit (SPKS) yang dapat meningkatkan produksi kelapa sawit.
mampu beradaptasi pada musim basah dan musim kering serta dapat
memindahkan serbuk sari dengan kualitas yang sama pada tanaman muda maupun
kelapa sawit dapat menambah nilai fruit set kelapa sawit sebesar rerata minimal
75%. Jumlah ideal dalam perkebunan kelapa sawit diperlukan populasi kumbang
sawit mekar lebih dari 3 tandan bunga/ha untuk areal perkebunan kelapa sawit di
Pada suatu areal perkebunan kelapa sawit jumlah kumbang betina yang
kumbang betina dan kumbang jantan di bunga jantan kelapa sawit adalah 4:1.
Hasil ini diambil dari jumlah seluruh kumbang yang berhasil ditangkap pada
bahanbahan lain yang bersifat bioaktif. Pada dasarnya, pestisida itu bersifat racun.
herbisida selektif, dan dosis herbisida ditunjukkan dengan bahan aktif herbisida.
penting dalam menjaga kesuburan tanah (cacing tanah, jamur, dan serangga
melalui rantai makanan, dan dapat menimbulkan keracunan pada hewan ternak
Metil Metsulfuron
pada tingkat aplikasi rendah dan secara luas digunakan di seluruh dunia.
lingkungan karena pengaruh yang singkat dalam lingkungan, taraf aplikasi yang
asam amino valine, leucine, dan isoleucine tidak dihasilkan. Tanpa adanya asam
amino yang penting ini, maka protein tidak dapat terbentuk dan tanaman
Parakuat
Parakuat terikat kuat pada partikel tanah dan cenderung bertahan dalam
waktu yang lama dalam keadaan tidak aktif. Akan tetapi, saat diserap kembali
akan menjadi aktif dan keberadaannya di dalam tanah dapat mencapai 20 tahun.
keluarnya air sehingga daun menjadi kering. Bahan ini juga dapat
Glifosat
herbisida yang banyak digunakan adalah herbisida glifosat, karena glifosat efektif
diaplikasikan sebagai herbisida pasca tumbuh, bersifat sistemik dan diserap oleh
daun tumbuhan, tetapi segera tidak aktif jika masuk ke dalam tanah. Glifosat
adanya glifosat, sintesis asam amino yang penting untuk pembentukan protein
METODE PENELITIAN
Maret-Mei 2016.
glifosat, tandan bunga jantan kelapa sawit yang sedang mekar, bunga betina yang
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu pisau, gunting, gelas ukur,
kantong kasa, kantong plastik, alat semprot, kuas, botol plastik, karet gelang,
Metode Penelitian
a. Penelitian di lapangan
H0 = tanpa herbisida
(Tc – 1) (n – 1) ≥ 15
(12 – 1) (n – 1) ≥ 15
11 n – 11 ≥ 15
11 n ≥ 15 + 11
11 n ≥ 26
n ≥ 2,3
Ulangan = 3 ulangan
Kombinasi = 12
= 18 hektar
Yij = µ + αi + ∑ij
Keterangan:
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka
b. Penelitian di laboratorium
H0 = tanpa herbisida
Tc (n – 1) ≥ 15
4 (n – 1) ≥ 15
(4n – 4) ≥ 15
4n ≥ 15 + 4
4n ≥ 19
n ≥ 4,75
Ulangan = 5 ulangan
Pelaksanaan Penelitian
a. Penelitian di lapangan
Dilakukan pendataan bunga jantan dan bunga betina yang sedang mekar
pada areal kebun yang dijadikan kebun penelitian. Bunga jantan didata dengan
dalam bagan letak bunga yang sedang mekar. Hal ini dilakukan agar mendapatkan
data letak bunga yang sedang mekar untuk pengambilan spikelet dan pemasangan
Aplikasi herbisida
Areal yang dilakukan penyemprotan memiliki luas 0,5 hektar untuk tiap
bantuan mikroskop. Pengamatan yang dilakukan meliputi ukuran, warna, ciri khas
kemekaran ˃ 75 % sebagai sampel. Dipilih 3 spikelet dari bagian atas, tengah dan
tandan bunga betina kelapa sawit. Setelah 24 jam dipasang di atas bunga betina,
b. Penelitian di laboratorium
Bunga jantan yang telah memasuki masa mekar di hari kelima, diambil
Aplikasi herbisida
penghitungan.
Peubah Amatan
bawah mikroskop. Pengamatan meliputi warna, ukuran, ciri khusus kumbang serta
A. Pengamatan di Lapangan
ciri-ciri tubuh berwarna cokelat kehitaman. Pada toraks terdapat dua pasang sayap
depan yang tebal (elytra) dan sepasang sayap belakang tipis (membraneus).
Memiliki moncong pada ujung kepalanya. Hal ini sesuai dengan penelitian
kehitaman dengan tiga bagian tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen.
Terdapat dua pasang sayap depan yang tebal (elytra) dan sepasang sayap yang
tipis (membraneus). Tubuh kumbang jantan lebih ramping, moncong pendek, dan
betinanya serta pada bagian pangkal elytra kumbang jantan terdapat tonjolan.
Kumbang jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar (± 4,5 mm),
moncong lebih pendek, dan permukaan tubuhnya terdapat rambut rambut halus
yang lebih banyak. Bagian pangkal elytra kumbang jantan terdapat tonjolan yang
tidak ditemukan pada individu betina. Kumbang betina berukuran lebih kecil
(± 4,15 mm), tidak memiliki tonjolan pada elytra dan sedikit memiliki bulu halus.
Hasil penelitian tidak berbeda jauh dengan penelitian Harumi (2011) menyatakan
kumbang betina memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil (2- 3mm), moncong
panjang, dan tidak terdapat rambut-rambut halus. Kumbang jantan memiliki tubuh
yang lebih panjang (3- 4 mm), moncong lebih pendek, terdapat rambut-rambut
halus yang lebih banyak di bagian abdomen dari kumbang betina, dan terdapat
bahan aktif herbisida yang digunakan dan pemasangan perangkap yang dilakukan
Tabel 1. Pengaruh jenis bahan aktif herbisida dan waktu pemasangan perangkap
terhadap jumlah E. kamerunicus pada bunga jantan
Pemasangan Perangkap
Jenis Herbisida D1 D2 D3 Rataan
(2 jsa) (48 jsa) (72 jsa)
H0 (tanpa herbisida) 582 1.160 1.269 334,56a
H1 (metil metsulfuron) 424 823 842 232,11b
H2 (parakuat) 341 604 728 185,89c
H3 (glifosat) 212 377 385 108,22d
Rataan 129,92c 247,00b 268,67a -
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5%
kumbang yang tertangkap lebih banyak. Hal ini disebabkan areal perlakuan tidak
populasi kumbang dapat disebabkan oleh racun yang terpapar saat pengaplikasian
secara signifikan. Hal ini terjadi karena glifosat merupakan herbisida sintetik,
dimana herbisida tersebut tidak mudah terurai. Damalas dan Ilyas (2011)
karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai.
perlakuan pemasangan perangkap D3 (72 jsa). Hal ini dapat disebabkan terjadinya
bunga jantan tidak menunjukkan adanya interaksi (Lampiran 3). Hal ini karena
hasil interaksi dilihat secara keseluruhan dari data sidik ragam. Nilai F hitung dari
HxD lebih kecil dari nilai F Tabel sehingga tidak terjadi interaksi yang nyata
bunga jantan kelapa sawit jantan dan betina yaitu sebesar 1:3. Jumlah rataan
dengan jumlah kumbang betina 1:3. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan
banyak dibandingkan dengan kumbang jantan karena umur imago jantan lebih
yang sedang mekar. Dari bunga ini tercium aroma yang sangat kuat yang sangat
Susanto et al. (2007) menyatakan saat bunga tanaman kelapa sawit mekar, bunga
jantan yang sedang anthesis memiliki bau yang lebih kuat jika dibandingkan
dengan bunga betina, disebabkan oleh adanya senyawa yang menguap (volatile)
yang dikeluarkannya lebih banyak. Senyawa ini pada umumnya diketahui sebagai
kairomon.
bahan aktif herbisida yang digunakan memberikan pengaruh berbeda nyata dan
(Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh jenis bahan aktif herbisida dan waktu pemasangan perangkap
terhadap jumlah E. kamerunicus pada bunga betina
Pemasangan Perangkap
Jenis Herbisida D1 D2 D3 Rataan
(2 jsa) (48 jsa) (72 jsa)
H0 (tanpa herbisida) 1.787 2.060 2.359 689,56a
H1 (metil metsulfuron) 1.624 1.866 2.039 614,33b
H2 (parakuat) 1.170 1.516 1.528 468,22c
H3 (glifosat) 742 953 1.183 319,78d
Rataan 443,58 532,92 592,42 -
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5%
yaitu sebanyak 689,56 ekor dan perlakuan pemasangan perangkap D3 (72 jsa)
yaitu sebanyak 592,42 ekor . Perlakuan tanpa herbisida memiliki jumlah kumbang
yang tertangkap lebih banyak. Hal ini dikarenakan areal perlakuan tidak dilakukan
B. Pengamatan di Laboratorium
terhadap nisbah kelamin, serta kemunculan kumbang baru dengan nilai rataan
dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini dapat disebabkan pada spikelet
oleh Isaacs, et al. (2009) bahwa penggunaan herbisida dapat berpengaruh negatif
dengan nilai rataan kumbang jantan 18 ekor/spikelet, nilai rataan kumbang betina
racun yang terserap dan tersimpan di dalam spikelet bunga jantan yang dipelihara,
sebagai herbisida pasca tumbuh, bersifat sistemik dan diserap oleh daun tumbuhan
sintesis asam amino yang penting untuk pembentukan protein akan dihambat.
kumbang baru jantan lebih rendah dibandingkan dengan kumbang betina. Hasil
penelitian ini tidak berbeda dengan yang dilakukan Herlinda et al. (2006) yang
Kesimpulan
tertangkap pada bunga jantan diperoleh pada perlakuan tanpa herbisida dan
bunga betina diperoleh pada perlakuan tanpa herbisida dan (592 ekor) pada 72
Saran
diperhatikan letak tandan bunga jantan dan betina, jangan sampai terpapar residu
DAFTAR PUSTAKA
Brown, J., Jim B. Davis, M. Lauver and D. Wysocki, 2008. Canola grower’s
manual. University of Idaho & Oregon State University.
Daud, D. 2008. Uji Efikasi Herbisida Glifosat, Sulfosat dan Paraquat pada Systim
Tanpa Olah Tanah (TOT) Jagung. Prosiding Seminar Ilmiah dan
Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5
November 2008. hlm 317.
Rambe, T. D., L. Pane, P. Sudharto, dan Caliman. 2010. Pengelolaan Gulma pada
Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Smart Tbk. Jakarta.
Santosa, S. 2001. SPPS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional.
PT. Gramedia, Jakarta.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan.
Kanisius. Yogyakarta.
Tahir, N.M and Nicholas Yeow Jee Sing. 2007. Adsorption of metsulfuron–
methyl on soils under Oil palm plantation: a case study. Universiti Tekno
logi Malaysia.The Malaysian Journal of Analytical Sciences, Vol 12, No 2
(2008): 341 – 347.
Tuo, Y., H. K. Koua, and N. Hala. 2011. Biology of Elaeidobius kamerunicus and
Elaeidobius plagiatus (Coleoptera: Curculionidae) main pollinators of oil
palm in West Africa. Euro. J. Scien. Res. 49(3):426-432.
Lampiran 1.
Ulangan
I II III
H1D1 H0D2 H2D1
Lampiran 2.
Data jumlah Elaeidobius kamerunicus pada bunga jantan
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
1 2 3
H0D1 169 208 205 582 194,00
H0D2 422 363 375 1.160 386,67
H0D3 417 367 485 1.269 423,00
H1D1 123 182 119 424 141,33
H1D2 339 261 223 823 274,33
H1D3 293 219 330 842 280,67
H2D1 113 107 121 341 113,67
H2D2 206 197 201 604 201,33
H2D3 222 213 293 728 242,67
H3D1 79 62 71 212 70,67
H3D2 104 157 116 377 125,67
H3D3 128 130 127 385 128,33
Total 7.747 -
Rataan - 215,19
Lampiran 3.
Data jumlah Elaeidobius kamerunicus pada bunga betina
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
1 2 3
H0D1 571 611 605 1787 595,67
H0D2 631 661 768 2060 686,67
H0D3 821 766 772 2359 786,33
H1D1 523 582 519 1624 541,33
H1D2 568 769 529 1866 622,00
H1D3 587 525 927 2039 679,67
H2D1 457 457 256 1170 390,00
H2D2 535 371 610 1516 505,33
H2D3 617 623 288 1528 509,33
H3D1 199 272 271 742 247,33
H3D2 300 150 503 953 317,67
H3D3 496 390 297 1183 394,33
Total 18.827 -
Rataan - 522,97
Lampiran 4.
Data jumlah kemunculan E. kamerunicus jantan
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
1 2 3 4 5
H0 35 67 88 53 105 348 69,6
H1 11 63 50 29 21 174 34,8
H2 60 35 37 18 28 178 35,6
H3 24 23 29 8 7 91 18,2
Total 791 -
Rataan - 39,55
Lampiran 5.
Data jumlah kemunculan Elaeidobius kamerunicus betina
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
1 2 3 4 5
H0 78 128 113 88 132 539 107,8
H1 27 93 76 50 32 278 55,6
H2 116 45 65 30 41 297 59,4
H3 34 37 37 14 21 143 28,6
Total 1257 -
Rataan - 62,85
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Poto penelitian