Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN AKTIF HERBISIDA DAN WAKTU

PEMASANGAN PERANGKAP TERHADAP POPULASI KUMBANG


Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae)
DI PPKS MARIHAT KEBUN KALIANTA

SKRIPSI

OLEH:

ARDI ANSYAH
110301167
AGROEKOTEKNOLOGI/HPT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN AKTIF HERBISIDA DAN WAKTU
PEMASANGAN PERANGKAP TERHADAP POPULASI KUMBANG
Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae)
DI PPKS MARIHAT KEBUN KALIANTA

SKRIPSI

OLEH:

ARDI ANSYAH
110301167 / AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN AKTIF HERBISIDA DAN WAKTU
PEMASANGAN PERANGKAP TERHADAP POPULASI KUMBANG
Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae)
DI PPKS MARIHAT KEBUN KALIANTA

SKRIPSI

OLEH:

ARDI ANSYAH
110301167 / HAMA PENYAKIT TUMBUHAN

Skripsi Sebagai Salah Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di


Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

ARDI ANSYAH: Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Aktif


Herbisida dan Waktu Pemasangan Perangkap Terhadap Populasi Kumbang
Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) di PPKS Marihat
Kebun Kalianta, dibawah bimbingan Maryani Cyccu Tobing dan
Suzanna Fitriany Sitepu.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak dari penggunaan
herbisida terhadap populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus. Penelitian ini
dilaksanakan di PPKS Marihat kebun Kalianta, Propinsi Riau dan di Laboratorium
PPKS Marihat, pada bulan Maret sampai Mei 2016. Penelitian di PPKS Marihat
kebun Kalianta menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2
faktor, yaitu faktor 1 adalah jenis herbisida (tanpa herbisida, metil metsulfuron
100 gram/ha, parakuat 400 cc/ha, glifosat 400 cc/ha) dan faktor 2 adalah waktu
pemasangan perangkap (2 jam, 48 jam, 72 jam setelah aplikasi) dengan tiga
ulangan. Penelitian di Laboratorium PPKS Marihat menggunakan Rancangan
Acak Lengkap non faktorial dengan perlakuan jenis herbisida (tanpa herbisida,
metil metsulfuron 100 gram/ha, parakuat 400 cc/ha, dan glifosat 400 cc/ha)
dengan lima ulangan.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perlakuan tanpa
herbisida berpengaruh nyata terhadap populasi kumbang Elaeidobius
kamerunicus, yang menunjukkan pada bunga jantan sebesar 334 ekor/spikelet,
pada bunga betina sebesar 689 ekor, dan pemasangan perangkap 72 jam setelah
aplikasi berpengaruh nyata terhadap populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus,
hanya pada bunga jantan dengan jumlah rataan 282 ekor/spikelet. Hasil penelitian
di laboratorium menunjukkan bahwa perlakuan tanpa herbisida berpengaruh nyata
terhadap kemunculan kumbang baru yaitu sebesar 177 ekor/spikelet.

Kata kunci : Herbisida, Elaeidobius kamerunicus, kelapa sawit, populasi.

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

ARDI ANSYAH : The Influence Herbicides and Time of Trapping After


Application on Population of Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera:
Curculionidae) at Palm oil Plantation Kalianta of Indonesian Oil Palm
Resesarch Institute (IOPRI) Marihat, under the guidance by Maryani Cyccu
Tobing and Suzzana Fitriany Sitepu.
The objective of this research was to study the influence of herbicides and
time of trapping after application on population of weevil Elaeidobius
kamerunicus. This research was conducted at Palm Oil Plantation Kalianta, Riau
and at Laboratory of Indonesian Oil Palm Resesarch Institute (IOPRI), Marihat
from March to May 2016.The Research in Palm Oil Plantation Kalianta, Riau
used a Factorial Randomized Group Design with 2 factors, the first was
herbicides (without herbicide, methyl metsulfuron 100 gr/ha, paracuat 400
cc/ha,glyfosat 400 cc/ha) and the second factor is time of traps (2 hours after
applications, 48 hours after application and 72 hours after application) with three
replications. The research at Indonesian Oil Palm Resesarch Institute (IOPRI),
Marihat used a Non Factorial Randomized Complete Design with four treatments
of herbicides (whitout herbicide, metil metsulfuron 100 g/ha, paracuat 400
cc/ha,glyfosat 400 cc/ha) with five replications.
The results at field showed that treatment without herbicide significant
effect on population of weevil Elaeidobius kamerunicus at male flower was 334
adults/spicelet, female flower was 689 adults, and treatment of 72 hours after
applications significant effect on population of weevil Elaeidobius kamerunicus at
male flower was 282 adults/spicelet. The result at laboratory showed that
treatment without herbicide significant effect onthe new weevil was 177
adults/spicelet.

Keywords : Herbicide, Elaeidobius kamerunicus, Palm Oil, Population.

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Ardi Ansyah dilahirkan di Kotapinang pada tanggal 17 Juli 1992 dari

pasangan Ayahanda Muhammad Yusuf dan Ibunda Sri Anum. Penulis merupakan

anak kelima dari delapan bersaudara. Lulus dari Sekolah Dasar Negeri 114358

tahun 2004. Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kotapinang tahun

2007. Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kotapinang pada tahun 2010

dan pada tahun 2011 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan, Program Studi Agroekoteknologi melalui jalur SNMPTN tertulis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti beberapa

organisasi dan tercatat sebagai anggota BKM Al Mukhlisin Fakultas Pertanian

USU tahun 2012-2013, Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Himadita Nursery

Fakultas Pertanian USU tahun 2014-2015.

Pada tahun 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

PT. Sarana Tetap Perkasa, Pangkalan Susu, Sumatera Utara dan pada tahun 2016

melaksanakan penelitian di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun skripsi ini.

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Jenis Bahan Aktif

Herbisida dan Waktu Pemasangan Perangkap Terhadap Populasi Kumbang

Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) di PPKS Marihat

Kebun Kalianta”, merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua, yang telah

memberi perhatian dan dukungan. Kepada Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS., selaku Ketua dan

Ir. Suzanna Fitriany Sitepu, MP., selaku Anggota, yang telah membimbing dan

memberikan kritik kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada

Pimpinan dan seluruh Tim Peneliti Proteksi Tanaman PPKS Marihat, yang telah

memberikan fasilitas bagi terlaksananya penelitian ini diucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan

skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini

dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang berguna bagi pihak yang

membutuhkan.

Medan, Januari 2017

Penulis

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACK ........................................................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian .................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA. ................................................................................... 4


Bunga Kelapa Sawit ..................................................................................... 4
Penyerbukan Bunga Kelapa Sawit ............................................................... 5
Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) .................... 5
Dampak Penggunaan Herbisida ................................................................... 7
Metil Metsulfuron ........................................................................................ 8
Parakuat ........................................................................................................ 9
Glifosat ......................................................................................................... 9

METODE PENELITIAN. ................................................................................ 11


Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 11
Bahan dan alat .............................................................................................. 11
Metode Penelitian ........................................................................................ 11
a. Pengamatan di lapangan ................................................................... 11
b. Pengamatan di laboratorium ............................................................. 13
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 14
a. Pengamatan di lapangan ................................................................... 14
Pendataan bunga kelapa sawit ....................................................... 14
Aplikasi herbisida .......................................................................... 14
Morfologi Elaeidobius kamerunicus Faust. ................................... 14
Perhitungan aktivitas kunjungan kumbang/spikelet bunga jantan . 14

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perhitungan aktivitas kunjungan kumbang bunga betina............... 15
b. Pengamatan di laboratorium ............................................................. 15
Pengambilan spikelet bunga jantan ............................................... 15
Aplikasi herbisida .......................................................................... 15
Menghitung kemunculan kumbang baru ........................................ 15
Peubah Amatan ............................................................................................ 16
Morfologi Elaeidobius kamerunicus Faust............................................ 16
Aktivitas kunjungan E. kamerunicus pada bunga kelapa sawit............. 16
Kemunculan kumbang baru .................................................................. 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 17


Morfologi Elaeidobius kamerunicus Faust.................................................. 17
Aktivitas kunjungan E. kamerunicus pada bunga kelapa sawit................... 18
a. Kunjungan pada bunga jantan ........................................................... 18
b. Kunjungan pada bunga betina .......................................................... 20
Kemunculan kumbang baru ......................................................................... 21

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 24


Kesimpulan .................................................................................................. 24
Saran ............................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25

LAMPIRAN ....................................................................................................... 29

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Pengaruh jenis bahan aktif herbisida dan waktu pemasangan


perangkap terhadap jumlah E. kamerunicus pada bunga jantan .................. 18

2. Pengaruh jenis bahan aktif herbisida dan waktu pemasangan


perangkap terhadap jumlah E. kamerunicus pada bunga betina .................. 21

3. Kemunculan kumbang E. kamerunicus ....................................................... 22

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. E. kamerunicus betina ............................................................................... 17


2. E. kamerunicus jantan ................................................................................ 17

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Bagan lahan penelitian................................................................................. 29

2. Data jumlah Elaeidobius kamerunicus pada bunga jantan .......................... 30

3. Data jumlah Elaeidobius kamerunicus pada bunga betina .......................... 32

4. Data jumlah Elaeidobius kamerunicus jantan ............................................. 33

5. Data jumlah Elaeidobius kamerunicus betina ............................................. 34

6. Suhu dan kelembaban ruangan .................................................................... 35

7. Grafik nisbah kelamin populasi E. kamerunicus pada bungan jantan ......... 36

8. Grafik nisbah kelamin populasi E. kamerunicus pada kemunculan


kumbang baru .............................................................................................. 37

9. Poto penelitian ............................................................................................. 38

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman pendukung perkembangan

sektor perkebunan di Indonesia, selain sebagai pemasukan bagi masyarakat juga

dapat menyumbang devisa bagi negara. Prospek pengembangan agribisnis

perkebunan kelapa sawit masih baik ditinjau dari segi harga, ekpor dan

pengembangan produk. Selain itu banyak industri hilir yang meningkat dapat

mendukung produktivitas perkebunan kelapa sawit (Wijayanti, 2012).

Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia setiap tahunnya

mengalami peningkatan begitu juga dengan produksi minyak kelapa sawit yang

dihasilkan. Tahun 2008 luas areal perkebunan kelapa sawit 7.363.847 ha dengan

produksi sebesar 17.539.788 ton. Tahun 2014 terjadi peningkatan luas mencapai

10.956.231 ha dengan produksi 29.344.479 ton, didukung dengan ketersediaan

lahan yang masih dapat ditanami tanaman kelapa sawit, tahun 2015 diperkirakan

angka sementara luas areal perkebuan kelapa sawit akan mencapai 11.444.808 ha

dengan produksi sebesar 30.948.931 ton (Statistik Perkebunan Indonesia, 2014).

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecius, pada tanaman yang sama

bunga jantan dan bunga betina terpisah. Bunga betina lebih dahulu mekar

(reseftif) dibandingkan bunga jantan sehingga diperlukan penyerbukan silang

(Appiah et al., 2013). Penyerbukan dapat dikatakan sebagai salah satu penentu

keberhasilan produktivitas kelapa sawit (Prasetyo dan Agus, 2010). Keberadaan

kumbang penyerbuk kelapa sawit di perkebunan sangat diperlukan dalam

pembentukan buah (Wibowo, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Kumbang Elaeidobius kamerunicus merupakan serangga penyerbuk

kelapa sawit yang efektif (Kahono et al., 2012). Pada tahun 1982, atas kerja sama

Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat dan PP. London Sumatera dilakukan

introduksi kumbang E. kamerunicus dari Malaysia ke Indonesia yang

dilaksanakan oleh R. A. Syed (Siregar, 2006). Serangga penyerbuk E.

kamerunicus memiliki kemampuan menyerbuk lebih baik dibanding dengan

serangga penyerbuk kelapa sawit lainnya karena bentuk, struktur dan ukuran

tubuhnya sesuai dengan ukuran dan struktur bunga kelapa sawit (Sunarko, 2007).

Dalam budidaya kelapa sawit, gangguan gulma merupakan salah satu

kendala produksi. Gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan agar

secara ekonomi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Adanya gulma

di perkebunan kelapa sawit akan merugikan (Sastrosayono, 2004). Pengaruh

gulma pada perkebunan kelapa sawit dapat mengurangi produksi panen kelapa

sawit sehinga diperlukan pengendalian gulma dengan teknik pengendalian

menggunakan herbisida (Rambe et al., 2010). Teknik pengendalian gulma dengan

herbisida mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Valverde, 2003).

Semua insektisida, herbisida dan fungisida adalah racun dan harus

diperhatikan dalam penggunaannya untuk melindungi penggunanya, tanaman

budidaya, serta lingkungan hidup (Brown et al., 2008). Penggunaan herbisida

dapat berpengaruh negatif terhadap serangga penyerbuk (Isaacs et al., 2009).

Pestisida yang digunakan berdampak secara langsung terhadap hilangnya

serangga penyerbuk dan secara tidak langsung berdampak terhadap pembuahan

tanaman karena rendahnya populasi dari serangga penyerbuk (Fishel, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Di kebun percobaan PPKS Marihat kebun Kalianta telah dilakukan

pengendalian gulma pada areal pertanaman kelapa sawit usia di atas 3 tahun

menggunakan herbisida dengan jenis bahan aktif glifosat dan parakuat. Namun

demikian, belum diketahui sejauh mana dampaknya terhadap serangga penyerbuk.

Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh dari

penggunaan beberapa jenis bahan aktif herbisida dalam mengendalikan gulma di

perkebunan kelapa sawit terhadap populasi serangga penyerbuk

E. kamerunicus.

Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi pengaruh jenis bahan aktif herbisida terhadap

populasi serangga penyerbuk kelapa sawit E. kamerunicus di perkebunan kelapa

sawit.

Hipotesis Penelitian

Herbisida yang digunakan dalam pengendalian gulma di perkebunan

kelapa sawit memiliki dampak yang bersifat negatif dalam mempengaruhi

populasi serangga E. kamerunicus pada areal perkebunan kelapa sawit.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menambah pengetahuan pengunanaan herbisida di perkebunan kelapa sawit serta

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

TINJAUAN PUSTAKA

Bunga Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman monoecius, yaitu bunga jantan dan betina

terpisah pada tanaman yang sama (Appiah et al., 2013). Tetapi dapat ditemukan

bunga yang hermafrodit (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Dalam satu

tanaman tidak ditemukan tandan bunga jantan yang mekar bersaaam dengan

bunga betina (Winter, 2002).

Setiap tandan bunga jantan memiliki panjang tangkai antara 30-45 cm,

yang mendukung spikelet untuk tersusun secara spiral. Pada awalnya bunga sawit

tertutup oleh dua lapis seludang berserat, kemudian enam minggu sebelum mekar

(anthesis) seludang bagian luar akan pecah, dan 2-3 minggu, kemudian seludang

bagian dalam pecah dan tandan bunga mulai terbuka (Prasetyo dan Agus, 2012).

Mekarnya bunga jantan dimulai dari pangkal spikelet dan disertai aroma khas

serta pelepasan serbuk sari (Hetharie et al., 2007).

Bunga betina memiliki bentuk bulat memanjang atau bulat telur dengan

ukuran panjang mencapai 15 mm dan lebar 8 mm. Saat bunga betina reseftif,

muncul tiga kepala putik berwarna kemerah-merahan dan berlendir

(Siregar, 2009).

Pada saat bunga tanaman kelapa sawit mekar, bunga tersebut akan

mengeluarkan aroma seperti adas (Foeniculum vulgar). Bunga jantan yang sedang

anthesis memiliki bau yang lebih kuat jika dibandingkan dengan bunga betina,

disebabkan oleh adanya senyawa yang menguap (volatile) yang dikeluarkannya

lebih banyak. Senyawa ini pada umunnya diketahui sebagai kairomon yakni

senyawa yang diproduksi dan dilepaskan oleh bunga sawit baik jantan maupun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

betina untuk menarik serangga yang menguntungkan bagi reproduksi kelapa sawit

(Susanto et al., 2007).

Penyerbukan Bunga Kelapa Sawit

Penyerbukan dapat terjadi apabila ada perantara yang mampu

memindahkan serbuk sari dari satu tanaman ke bunga betina tanaman lain yang

sedang reseptif (Siregar, 2010). Proses ini biasanya terjadi dengan bantuan angin,

serangga dan manusia yang disebut dengan assisted pollination (Lubis, 2008).

Penyerbukan bunga kelapa sawit diyakini sebagian besar terjadi oleh

bantuan serangga (Tuo et al., 2011). Penyerbukan kelapa sawit terjadi melalui

mekanisme penyerbukan silang (cross pollination) yang dilakukan terutama oleh

kumbang introduksi E. kamerunicus. Ukuran tubuh E. kamerunicus yang kecil

mampu masuk sampai kedalam tandan bunga betina kelapa sawit (Lubis, 2008).

Kumbang E. kamerunicus mampu beradaptasi dengan baik pada musim basah

maupun kering (Setyamidjaja, 2006).

Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae)

Imago betina meletakkan telur pada spikelet bunga jantan kelapa sawit

dengan bentuk telur bulat memiliki panjang 0,5 mm dan lebar 0,5 mm yang

berwarna kuning bening yang lama kelamaan warna telur akan berubah menjadi

kuning. Periode inkubasi telur berkisar 3 hari yang kemudian saat menetas larva

akan keluar (Herlinda et al., 2006).

Larva dari kumbang E. kamerunicus terdiri atas 3 instar. Instar pertama

berwarna keputihan dengan bagian kepala memiliki bintik hitam dengan ukuran

panjang 2-3 mm dan lebar tubuh 1-1,3 mm. Lama stadium larva pertama berkisar

2-3 hari. Larva instar dua berwarna kekuningan dengan bagian tubuh yang sedikit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

transparan dan warna kepala kecoklatan dengan ukuran panjang 4-5 mm dan

lebar tubuh 1,5-2 mm. Lama stadium ini berkisar 2-3 hari. Larva instar tiga

berwarna kuning jelas dengan bagian kepala berwarna coklat kekuningan,

memiliki panjang 6-7 mm dan lebar tubuh 2-2,5 mm. Lama stadium larva tiga

berkisar 5-8 hari yang kemudian menjadi pupa (Meliala, 2008).

Setelah instar tiga, larva kumbang akan menjadi pupa yang memiliki

ukuran panjang berkisar 3 mm dan lebar pupa 1,5 mm dengan bentuk pupa

memiliki tiga bagaian tubuh yaitu kepala, toraks dan abdomen. Pupa memiliki

warna kuning yang setelah beberapa hari akan berubah menjadi warna kuning

kecoklatan yang kemudian menghitam. Lama periode pupa kumbang ini berkisar

antara 4-5 hari dan akan muncul imago (Herlinda et al.,2006).

Daur hidup kumbang penyerbuk berkisar antara 15-17 hari, dengan

stadia telur 3 hari, larva 7-8 hari, pupa 4-5 hari, dan lama hidup kumbang berkisar

8 hari. Imago kumbang penyerbuk memiliki ciri khusus berupa moncong sehingga

dikatakan kumbang moncong. Ukuran kumbang jantan lebih besar dibandingkan

kumbang betina (Herlinda et al., 2006).

Kumbang E. kamerunicus memiliki warna coklat kehitaman dengan tiga

bagian tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Terdapat dua pasang sayap

depan yang tebal (elytra) dan sepasang sayap yang tipis (membraneus). Tubuh

kumbang jantan lebih ramping, moncong pendek, dan permukaan tubuhnya

terdapat rambut – rambut halus lebih banyak dibandingkan betinanya, dan pada

bagian pangkal elytra kumbang jantan terdapat tonjolan (Windhi, 2010).

E. kamerunicus lebih menyukai tanaman kelapa sawit dibandingkan

dengan tanaman palmae lainnya. Bunga kelapa sawit mengeluarkan senyawa yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

baunya sangat disukai oleh E. kamerunicus. Tanaman kelapa sawit merupakan

tanaman inang bagi kumbang tersebut (Adaigbe et al., 2011).

Kumbang E. kamerunicus sangat baik digunakan sebagai Erangga

Penyerbuk Kelapa Sawit (SPKS) yang dapat meningkatkan produksi kelapa sawit.

Kumbang E. kamerunicus bersifat spesifik inang terhadap tanaman kelapa sawit,

mampu beradaptasi pada musim basah dan musim kering serta dapat

memindahkan serbuk sari dengan kualitas yang sama pada tanaman muda maupun

tanaman tua (Siregar, 2006).

Simbiosis antara kumbang penyerbuk E. kamerunicus dengan bunga

kelapa sawit dapat menambah nilai fruit set kelapa sawit sebesar rerata minimal

75%. Jumlah ideal dalam perkebunan kelapa sawit diperlukan populasi kumbang

E. kamerunicus di atas 20.000 ekor/ha dengan ketersediaan bunga jantan kelapa

sawit mekar lebih dari 3 tandan bunga/ha untuk areal perkebunan kelapa sawit di

Sumatera Utara (Susanto et al., 2007).

Pada suatu areal perkebunan kelapa sawit jumlah kumbang betina yang

ditangkap lebih banyak dibandingkan dengan kumbang jantan. Diperoleh rasio

kumbang betina dan kumbang jantan di bunga jantan kelapa sawit adalah 4:1.

Hasil ini diambil dari jumlah seluruh kumbang yang berhasil ditangkap pada

musim hujan (Harumi, 2011).

Dampak Penggunaan Herbisida

Herbisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia atau

bahanbahan lain yang bersifat bioaktif. Pada dasarnya, pestisida itu bersifat racun.

Setiap racun berpotensi mengandung bahaya. Oleh karena itu, aplikasi

penggunaan pestisida dapat menimbulkan dampak negatif (Djojosumarto, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Dosis herbisida adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam

pengendalian gulma. Dosis herbisida yang optimal digunakan untuk pengendalian

herbisida selektif, dan dosis herbisida ditunjukkan dengan bahan aktif herbisida.

Herbisida glifosat yang diaplikasikan sendiri, pengendalian yang tidak efektif

terhadap pengendalian gulma. Ketika dengan penambahan dari herbisida metil

metsulfuron memungkinkan bertambahnya efikasi, daya racun, kecocokan, efek

yang sinergis dari glifosat (Moenandir et al., 2003).

Dampak negatif penggunaan herbisida, antara lain dapat menimbulkan

resistensi pada hama pertanian, menurunkan populasi serangga penyerbuk

maupun serangga non target, menurunkan populasi organisme yang berperan

penting dalam menjaga kesuburan tanah (cacing tanah, jamur, dan serangga

tanah), tidak terdegradasi di lingkungan sehingga residunya akan terdistribusi

melalui rantai makanan, dan dapat menimbulkan keracunan pada hewan ternak

dan manusia (Khairia, 2009).

Metil Metsulfuron

Metil-metsulfuron adalah herbisida sulfonylurea dengan aktivitas tinggi

pada tingkat aplikasi rendah dan secara luas digunakan di seluruh dunia.

Sulfonylurea menghalangi sintesis acetolaktat, suatu enzim kunci di dalam

biosynthesis cabang asam amino tumbuhan. Mereka biasanya diasumsikan ramah

lingkungan karena pengaruh yang singkat dalam lingkungan, taraf aplikasi yang

rendah dan toxisitas (Tahir dan Sing, 2007).

Cara kerja metil metsulfuron adalah menghambat kerja dari enzim

acetolactate synthase (ALS) dan acetohydroxy synthase (AHAS) dengan

menghambat perubahan dari α ketoglutarate menjadi 2-acetohydroxybutyrate dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

piruvat menjadi 2-acetolactate sehingga mengakibatkan rantai cabang-cabang

asam amino valine, leucine, dan isoleucine tidak dihasilkan. Tanpa adanya asam

amino yang penting ini, maka protein tidak dapat terbentuk dan tanaman

mengalami kematian (Ross dan Childs, 2010).

Parakuat

Parakuat merupakan herbisida yang merusak membran sel dengan

membentuk radikal bebas sehingga menghalangi proses fotosintesis dalam

menangkap cahaya sehingga tidak dapat memproduksi glukosa. Gejala yang

diperlihatkan adalah daun kuning kecoklatan (Lingenfelter dan Hartwig, 2007).

Parakuat terikat kuat pada partikel tanah dan cenderung bertahan dalam

waktu yang lama dalam keadaan tidak aktif. Akan tetapi, saat diserap kembali

akan menjadi aktif dan keberadaannya di dalam tanah dapat mencapai 20 tahun.

Parakuat diserap melalui daun yang merusak jaringan tanaman dengan

mengganggu fotosintesis dan memecahkan membran sel mengakibatkan

keluarnya air sehingga daun menjadi kering. Bahan ini juga dapat

ditranslokasikan di dalam tanaman dan memungkinkan meningkatnya residu

herbisida tersebut (Watts, 2011).

Glifosat

Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan

untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Salah satu jenis

herbisida yang banyak digunakan adalah herbisida glifosat, karena glifosat efektif

dalam membunuh berbagai tanaman, termasuk rumput, tanaman berdaun lebar

dan tanaman berkayu (Riadi, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Glifosat merupakan herbisida kelompok glisin dericative, non-selektif,

diaplikasikan sebagai herbisida pasca tumbuh, bersifat sistemik dan diserap oleh

daun tumbuhan, tetapi segera tidak aktif jika masuk ke dalam tanah. Glifosat

merupakan jenis penghambat 5–enolpiruvyshikimate–3–phosphonate–synthase

(EPSPS), yaitu enzim yang mempengaruhi biosintesis asam aromatik. Dengan

adanya glifosat, sintesis asam amino yang penting untuk pembentukan protein

akan dihambat (Djojosumarto, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan PPKS Kalianta, Kecamatan

Tandun, Kabupaten Bangkinang, Provinsi Pekanbaru dengan luas 18 hektar dan di

Laboratorium Entomologi PPKS Marihat Sumatera Utara mulai bulan

Maret-Mei 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu metil metsulfuron, parakuat,

glifosat, tandan bunga jantan kelapa sawit yang sedang mekar, bunga betina yang

reseptif, perangkap kuning berperekat, air dan etyl asetat.

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu pisau, gunting, gelas ukur,

kantong kasa, kantong plastik, alat semprot, kuas, botol plastik, karet gelang,

mikroskop stereo Olympus SZX10 dan kaca pembesar.

Metode Penelitian

a. Penelitian di lapangan

Penelitian ini dilakukan di areal seluas 18 ha menggunakan Rancangan

Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan tiga ulangan.

Faktor I : Jenis herbisida yang digunakan (H) :

H0 = tanpa herbisida

H1 = Metil metalsulfuron 100 gram/ha

H2 = Paraquat 400 cc/ha

H3 = Glifosat 400 cc/ha

Faktor II :Waktu pemasangan perangkap (D):

D1 = 2 jam setelah aplikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

D2 = 48 jam setelah aplikasi

D3 = 72 jam setelah aplikasi

H0D1 H0D2 H0D3

H1D1 H1D2 H1D3

H2D1 H2D2 H2D3

H3D1 H3D2 H3D3

Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah 4x3 =

12, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut.

(Tc – 1) (n – 1) ≥ 15

(12 – 1) (n – 1) ≥ 15

11 n – 11 ≥ 15

11 n ≥ 15 + 11

11 n ≥ 26

n ≥ 2,3

Ulangan = 3 ulangan

Kombinasi = 12

Luas petak = 0,5 hektar

Luas keseluruhan = (12 x 3 ulangan) x 0,5 hektar

= 18 hektar

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier berikut.

Yij = µ + αi + ∑ij

Keterangan:

Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

µ = Efek nilai tengah

αi = Efek perlakuan ke-i

∑ij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka

dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test).

b. Penelitian di laboratorium

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial dengan

perlakuan jenis bahan aktif herbisida, yaitu:

H0 = tanpa herbisida

H1 = Metil metsulfuron 100 gram/ha

H2 = Paraquat 400 cc/ha

H3 = Glifosat 400 cc/ha

Kombinasi perlakuan (Treatment Combination) yaitu.

Tc (n – 1) ≥ 15

4 (n – 1) ≥ 15

(4n – 4) ≥ 15

4n ≥ 15 + 4

4n ≥ 19

n ≥ 4,75

Ulangan = 5 ulangan

1 perlakuan terdiri dari 3 spikelet bunga jantan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Pelaksanaan Penelitian

a. Penelitian di lapangan

Pendataan bunga kelapa sawit

Dilakukan pendataan bunga jantan dan bunga betina yang sedang mekar

pada areal kebun yang dijadikan kebun penelitian. Bunga jantan didata dengan

mengkategorikan mekarnya bunga dengan kategori (1=25%, 2=50%, 3=75%,

4=100%). Pendataan ini dilakukan dengan menyusuri kebun dan mencatatnya ke

dalam bagan letak bunga yang sedang mekar. Hal ini dilakukan agar mendapatkan

data letak bunga yang sedang mekar untuk pengambilan spikelet dan pemasangan

perangkap kuning berperekat (yellow sticky trap).

Aplikasi herbisida

Areal yang dilakukan penyemprotan memiliki luas 0,5 hektar untuk tiap

perlakuan. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat semprot

(knapsack) pada bagian piringan kelapa sawit dan pasar pikul.

Morfologi Elaeidobius kamerunicus Faust.

Untuk melihat morfologi kumbang E. kamerunicus dilakukan dengan

bantuan mikroskop. Pengamatan yang dilakukan meliputi ukuran, warna, ciri khas

serta perbedaan antara kumbang jantan dan betina.

Perhitungan aktivitas kunjungan kumbang per spikelet bunga jantan

Untuk menghitung jumlah kunjungan kumbang per spikelet bunga jantan

dilakukan dengan cara menemukan bunga jantan anthesis denga tingkat

kemekaran ˃ 75 % sebagai sampel. Dipilih 3 spikelet dari bagian atas, tengah dan

bawah perbungaan. Pengambilan spikelet dilakukan dengan memasukkan spikelet

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

ke dalam botol kemudian dipotong dengan menggunakan pisau. Dilakukan

penghitungan dengan cara menghitung jumlah serangga yang terperangkap.

Penghitungan aktivitas kunjungan kumbang pada bunga betina

Untuk menghitung aktivitas kunjungan kumbang pada bunga betina

dilakukan dengan menggunakan perangkap kuning berperekat (yellow sticky trap)

yang berukuran 3 cm x 30 cm. Perangkap kuning berperekat dibentuk melingkari

tandan bunga betina kelapa sawit. Setelah 24 jam dipasang di atas bunga betina,

perangkap kuning berperekat diambil dan dilakukan penghitungan jumlah

serangga yang terperangkap dengan bantuan hand counter.

b. Penelitian di laboratorium

Pengambilan spikelet bunga jantan

Bunga jantan yang telah memasuki masa mekar di hari kelima, diambil

spikelet dengan ukuran panjang rata – rata 10 cm.

Aplikasi herbisida

Dilakukan penyemprotan spikelet dengan menggunakan hand sprayer.

Penyemprotan perlakuan herbisida dilakukan dengan jarak 30 cm dari spikelet.

Menghitung kemunculan kumbang baru

Spikelet bunga jantan yang telah diaplikasikan herbisida. Kemudian

dimasukkan ke dalam kantung kasa dengan ukuran 10 x 30 cm2 untuk dipelihara

di Laboratorium Entomologi PPKS Marihat selama 21 hari. Kemudian dilakukan

penghitungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Peubah Amatan

Morfologi Elaeidobius kamerunicus Faust.

Pengamatan terhadap morfologi Elaeidobius kamerunicus dilakukan di

bawah mikroskop. Pengamatan meliputi warna, ukuran, ciri khusus kumbang serta

perbedaan kumbang jantan dan betina.

Aktivitas Kunjungan Elaeidobius kamerunicus pada Bunga Kelapa Sawit

Pengamatan terhadap aktivitas kunjungan kumbang E. kamerunicus

diperoleh dari jumlah kumbang yang terperangkap. Pengamatan meliputi jumlah

kumbang E. kamernicus tiap perlakuan.

Kemunculan Kumbang Baru

Pengamatan terhadap kemunculan kumbang baru diperoleh dengan

menghitung jumlah kumbang yang muncul setelah 21 hari dipelihara di kantung

kasa. Pengamatan meliputi jumlah kumbang yang muncul sebagai informasi

terhadap dampak negatif perlakuan yang diberikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengamatan di Lapangan

Morfologi Elaeidobius kamerunicus

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kumbang E. kamerunicus memiliki

ciri-ciri tubuh berwarna cokelat kehitaman. Pada toraks terdapat dua pasang sayap

depan yang tebal (elytra) dan sepasang sayap belakang tipis (membraneus).

Memiliki moncong pada ujung kepalanya. Hal ini sesuai dengan penelitian

Windhi (2010) yang menyatakan kumbang E. kamerunicus memiliki warna coklat

kehitaman dengan tiga bagian tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen.

Terdapat dua pasang sayap depan yang tebal (elytra) dan sepasang sayap yang

tipis (membraneus). Tubuh kumbang jantan lebih ramping, moncong pendek, dan

permukaan tubuhnya terdapat rambut-rambut halus lebih banyak dibandingkan

betinanya serta pada bagian pangkal elytra kumbang jantan terdapat tonjolan.

Gambar 1. E. kamerunicus betina Gambar 2. E. kamerunicus jantan

Kumbang jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar (± 4,5 mm),

moncong lebih pendek, dan permukaan tubuhnya terdapat rambut rambut halus

yang lebih banyak. Bagian pangkal elytra kumbang jantan terdapat tonjolan yang

tidak ditemukan pada individu betina. Kumbang betina berukuran lebih kecil

(± 4,15 mm), tidak memiliki tonjolan pada elytra dan sedikit memiliki bulu halus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Hasil penelitian tidak berbeda jauh dengan penelitian Harumi (2011) menyatakan

kumbang betina memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil (2- 3mm), moncong

panjang, dan tidak terdapat rambut-rambut halus. Kumbang jantan memiliki tubuh

yang lebih panjang (3- 4 mm), moncong lebih pendek, terdapat rambut-rambut

halus yang lebih banyak di bagian abdomen dari kumbang betina, dan terdapat

tonjolan di pangkal elytra.

Aktivitas Kunjungan Elaeidobius kamerunicus pada Bunga Kelapa Sawit

a. Kunjungan pada bunga jantan

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) diperoleh bahwa jenis

bahan aktif herbisida yang digunakan dan pemasangan perangkap yang dilakukan

memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap populasi kumbang

E. kamerunicus pada bunga jantan (ekor/spikelet) (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh jenis bahan aktif herbisida dan waktu pemasangan perangkap
terhadap jumlah E. kamerunicus pada bunga jantan
Pemasangan Perangkap
Jenis Herbisida D1 D2 D3 Rataan
(2 jsa) (48 jsa) (72 jsa)
H0 (tanpa herbisida) 582 1.160 1.269 334,56a
H1 (metil metsulfuron) 424 823 842 232,11b
H2 (parakuat) 341 604 728 185,89c
H3 (glifosat) 212 377 385 108,22d
Rataan 129,92c 247,00b 268,67a -
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berbeda nyata

dengan perlakuan lainnya. Jumlah rataan populasi tertinggi

(334,56 ekor/spikelet) kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan diperoleh pada

perlakuan H0 (tanpa herbisida). Perlakuan tanpa herbisida memiliki jumlah

kumbang yang tertangkap lebih banyak. Hal ini disebabkan areal perlakuan tidak

dilakukan penyemprotan herbisida. Penurunan populasi serangga penyerbuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

terjadi pada saat pengaplikasian herbisida yang dilakukan. Terjadinya penurunan

populasi kumbang dapat disebabkan oleh racun yang terpapar saat pengaplikasian

herbisida. Isaacs et al. (2009) menyatakan penggunaan herbisida dapat

berpengaruh negatif terhadap serangga penyerbuk, yaitu dapat mengurangi

populasi serangga penyerbuk.

Perlakuan H3 (glifosat) memberikan jumlah populasi kumbang terendah

secara signifikan. Hal ini terjadi karena glifosat merupakan herbisida sintetik,

dimana herbisida tersebut tidak mudah terurai. Damalas dan Ilyas (2011)

menyatakan herbisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan

adalah herbisida sintetik, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang

disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain,

karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai.

Tabel 1 juga menunjukkan bahwa jumlah rataan tertinggi

(268 ekor/spikelet) kumbang E. kamerunicus pada bunga jantan diperoleh pada

perlakuan pemasangan perangkap D3 (72 jsa). Hal ini dapat disebabkan terjadinya

penguapan yang mengurangi kadar racun yang diaplikasikan di areal perlakuan.

Assomadi dan Lathif (2010) menyatakan bahwa permukaan yang terbuka,

kelembaban udara dan suhu dapat mempengaruhi kecepatan penguapan.

Hasil penelitian pengaruh jenis bahan aktif herbisida (H/faktor 1) dan

waktu pemasangan perangkap (D/faktor 2) terhadap jumlah E. kamerunicus pada

bunga jantan tidak menunjukkan adanya interaksi (Lampiran 3). Hal ini karena

hasil interaksi dilihat secara keseluruhan dari data sidik ragam. Nilai F hitung dari

HxD lebih kecil dari nilai F Tabel sehingga tidak terjadi interaksi yang nyata

antara faktor 1 dan faktor 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Nisbah kelamin kumbang E. kamerunicus yang tertangkap pada spikelet

bunga jantan kelapa sawit jantan dan betina yaitu sebesar 1:3. Jumlah rataan

kumbang yang tertangkap kumbang E. kamerunicus yang tertangkap sebesar

1.937 ekor jantan dan 5.810 ekor betina.

Jumlah kumbang jantan yang tertangkap lebih rendah dibandingkan

dengan jumlah kumbang betina 1:3. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan

hasil penelitian Harumi (2011) yang menyatakan bahwa di lapangan nisbah

kelamin kumbang E. kamerunicus sebesar 1:4. Jumlah kumbang betina lebih

banyak dibandingkan dengan kumbang jantan karena umur imago jantan lebih

singkat dibandingkan dengan imago betina. Sholehana (2010) menyatakan umur

imago jantan 15 hari dan imago betina 18 hari.

Kumbang jantan maupun betina hinggap bergerombol pada bunga jantan

yang sedang mekar. Dari bunga ini tercium aroma yang sangat kuat yang sangat

disukai oleh kumbang E. kamerunicus. Kumbang yang tampak lebih banyak

dijumpai pada bunga jantan dibanding bunga betina kelapa sawit.

Susanto et al. (2007) menyatakan saat bunga tanaman kelapa sawit mekar, bunga

tersebut akan mengeluarkan aroma seperti adas (Foeniculum vulgar), bunga

jantan yang sedang anthesis memiliki bau yang lebih kuat jika dibandingkan

dengan bunga betina, disebabkan oleh adanya senyawa yang menguap (volatile)

yang dikeluarkannya lebih banyak. Senyawa ini pada umumnya diketahui sebagai

kairomon.

b. Kunjungan pada Bunga Betina

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) diperoleh bahwa jenis

bahan aktif herbisida yang digunakan memberikan pengaruh berbeda nyata dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

pemasangan perangkap yang dilakukan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

terhadap populasi kumbang E. kamerunicus (ekor) pada bunga betina

(Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh jenis bahan aktif herbisida dan waktu pemasangan perangkap
terhadap jumlah E. kamerunicus pada bunga betina
Pemasangan Perangkap
Jenis Herbisida D1 D2 D3 Rataan
(2 jsa) (48 jsa) (72 jsa)
H0 (tanpa herbisida) 1.787 2.060 2.359 689,56a
H1 (metil metsulfuron) 1.624 1.866 2.039 614,33b
H2 (parakuat) 1.170 1.516 1.528 468,22c
H3 (glifosat) 742 953 1.183 319,78d
Rataan 443,58 532,92 592,42 -
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5%

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah rataan populasi tertinggi kumbang

E. kamerunicus yang terperangkap diperoleh pada perlakuan H0 (tanpa herbisida)

yaitu sebanyak 689,56 ekor dan perlakuan pemasangan perangkap D3 (72 jsa)

yaitu sebanyak 592,42 ekor . Perlakuan tanpa herbisida memiliki jumlah kumbang

yang tertangkap lebih banyak. Hal ini dikarenakan areal perlakuan tidak dilakukan

penyemprotan herbisida. Penurunan populasi serangga penyerbuk terjadi pada

saat pengaplikasian herbisida yang dilakukan. Terjadinya penurunan populasi

kumbang dapat disebabkan oleh racun yang terpapar saat pengaplikasian

herbisida. Isaacs et al. (2009) menyatakan penggunaan herbisida dapat

berpengaruh negatif terhadap serangga penyerbuk.

B. Pengamatan di Laboratorium

Kemunculan kumbang baru

Hasil penelitian setelah 21 hari pemeliharaan spikelet yang diambil dari

lapangan, menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan tanpa

herbisida (Tabel 3 dan Lampiran 4 dan 5).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Tabel 3. Kemunculan kumbang E. kamerunicus.


Jenis kelamin Jumlah
Bahan aktif
Jantan Betina Rataan
H0 (tanpa herbisida) 69a 108a 177a
H1 (metal metsulfuron) 35b 56b 91b
H2 (parakuat) 35b 60b 95b
H3 (glifosat) 18c 29c 47c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang
sama berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan tanpa herbisida berpengaruh nyata

terhadap nisbah kelamin, serta kemunculan kumbang baru dengan nilai rataan

kumbang jantan 69 ekor/spikelet, dan kumbang betina 108 ekor/spikelet serta

jumlah rataan kemunculan kumbang 177 ekor/spikelet. Perlakuan H0 (tanpa

herbisida) menunjukkan jumlah kumbang baru yang muncul lebih banyak

dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini dapat disebabkan pada spikelet

bunga jantan tidak terkena senyawa herbisida. Senyawa herbisida dapat

berpengaruh terhadap populasi kumbang E. kamerunicus. Seperti yang dinyatakan

oleh Isaacs, et al. (2009) bahwa penggunaan herbisida dapat berpengaruh negatif

terhadap serangga penyerbuk.

Kemuculan kumbang terendah diketahui pada perlakuan H3 (Glifosat)

dengan nilai rataan kumbang jantan 18 ekor/spikelet, nilai rataan kumbang betina

29 ekor/spikelet dan jumlah rataan kemunculan kumbang baru 47 ekor/spikelet.

Rendahnya kemunculan kumbang baru pada perlakuan H3 dapat diakibatkan

racun yang terserap dan tersimpan di dalam spikelet bunga jantan yang dipelihara,

dimana glifosat merupakan herbisida sistemik yang keberadaannya dapat

tersimpan di dalam bagian tumbuhan. Djojosumarto (2006) menyatakan glifosat

merupakan herbisida kelompok glisin dericative, non-selektif, diaplikasikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

sebagai herbisida pasca tumbuh, bersifat sistemik dan diserap oleh daun tumbuhan

sintesis asam amino yang penting untuk pembentukan protein akan dihambat.

Nisbah kelamin kumbang E. kamerunicus jantan dan betina yang muncul

setelah 21 hari spikelet dipelihara yaitu 1:1,6 atau 38,30%:61,70%. Kemunculan

kumbang baru jantan lebih rendah dibandingkan dengan kumbang betina. Hasil

penelitian ini tidak berbeda dengan yang dilakukan Herlinda et al. (2006) yang

menyatakan di laboratorium keturunan kumbang jantan lebih rendah sebesar

46,4% dibanding betina 53,5%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Populasi tertinggi (334 ekor/spikelet) kumbang E. kamerunicus yang

tertangkap pada bunga jantan diperoleh pada perlakuan tanpa herbisida dan

(282 ekor/spikelet) pada 72 jam setelah aplikasi.

2. Nisbah kelamin kumbang E. kamerunicus yang terperangkap adalah 1:3.

3. Populasi tertinggi (689 ekor) kumbang E. kamerunicus yang tertangkap pada

bunga betina diperoleh pada perlakuan tanpa herbisida dan (592 ekor) pada 72

jam setelah aplikasi.

4. Kemunculan kumbang baru tertinggi (177 ekor/spikelet) diperoleh pada

perlakuan tanpa herbisida.

5. Perlakuan pemberian herbisida dengan bahan aktif glifosat dapat menurunkan

populasi kumbang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan aktif metil

metsulfuron dan parakuat.

Saran

Saat aplikasi herbisida di areal perkebunan kelapa sawit sebaiknya

diperhatikan letak tandan bunga jantan dan betina, jangan sampai terpapar residu

untuk mengurangi dampak negatif herbisida terhadap serangga penyerbuk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

DAFTAR PUSTAKA

Adaigbe, V. C., J. A. Odebiyi, A. A. Omoloye, C. I. Aisagbonhi, and O. Iyare.


2011. Host Location and Ovipgositional Preference of
Elaeidobius kamerunicus on Four Host Palm Species. Crop Protection and
Environmental Biology. University of Ibadan. Nigeria. J. Hort. Forest.
3(5):163-166.

Appiah, S. O. and D. Agyei-Dwarko. 2013. Studies on entomophil pollination


towards sustainable production and increased profitability in the oil palm:
a Review. J. Elixir. Agric. 55:12878-12883.

Assomadi, A. F. dan F. N. Lathif. 2010. Model Alat Desalinasi dengan Evavorasi


dan Kondensasi Menjadi Satu Sistem Ruang. Jurnal. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.

Brown, J., Jim B. Davis, M. Lauver and D. Wysocki, 2008. Canola grower’s
manual. University of Idaho & Oregon State University.

Daud, D. 2008. Uji Efikasi Herbisida Glifosat, Sulfosat dan Paraquat pada Systim
Tanpa Olah Tanah (TOT) Jagung. Prosiding Seminar Ilmiah dan
Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5
November 2008. hlm 317.

Damalas, C. A. and I. G. Eleftherohorinos. 2011. Pesticide Exposure, Safety


Issues, and Risk Assessment Indicators. J. Environ. Res. Publ Health.
6(5):11.

Djojosumarto, P. 2006. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Edisi Revisi Penerbit


Kanisius. Yogyakarta.

Fishel F. M., 2011. Pesticides effect on nontarget organisms. Pesticide


information office. University of Florida, Gainesville, USA.

Harumi, E. R. 2010. Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. pada


Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq.) di PTPN VIII Cimulang
Bogor. Skripsi. IPB, Bogor.

Herlinda, S., Y. Pujiastuti, T. Adam, R.Thalib. 2006. Daur Hidup Kumbang


Penyerbuk Elaeidobius kamerunicus Faust. (Curculionidae : Coleoptera)
bunga kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). J Agria 3(1):10-12.

Isaacs, R., J. Tuell, A. Fiedler. 2009. Maximizing Arthropodmediated Ecosystem


Services in Agricultural Landscapes: The Role of Native Plants. Front
Ecol Environ. 7:196–203.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Kahono, S., P. Lupiyaningdyah, Erniwati, dan H. Nugoroho. 2012. Potensi dan


Pemanfaatan Serangga Penyerbuk untuk Meningkatkan Produksi Kelapa
Sawit di Perkebunan Kelapa Sawit Desa Api-Api, Kecamatan Waru,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Zoo Indonesia.
21(2):23-34.

Lingenfelter, D. D dan N. L, Hartwig. 2007. Introduction to Weeds and


Herbicides. Agriculture Research and Cooperative Extention,
Pennsylvania.

Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat


Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Sumatera Utara.

Khairia, W. 2009. Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Keanekaragaman


Arthropoda Tanah dan kadar Residu Pestisida pada Buah Jeruk (Kasus
Petani Hortikultura di Kabupaten Karo). Tesis. Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa


Sawit. UGM-Press, Yogyakarta.

Meliala R. A. S. 2008. Studi Biologi Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit


Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Elaeis
guinennsis Jacq. di Laboratorium. Skripsi. Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Moenandir, J., E. Murniningtias, dan T. Soemarni. 2003. Pengantar Ilmu dan


Pengendalian Gulma. Rajawali, Jakarta.

Prasetyo, A. E. dan A. Susanto. 2010. Optimalisasi Peran Elaeidobius


kamerunicus Faust pada Perkebunan Kelapa Sawit. Laporan Astra
Agrolestari Award 2009-2010. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Purba, E. 2009. Keanekaragaman Herbisida dalam Pengendalian Gulma


Mengatasi Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Rambe, T. D., L. Pane, P. Sudharto, dan Caliman. 2010. Pengelolaan Gulma pada
Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Smart Tbk. Jakarta.

Riadi, M. 2011. Herbisida dan Aplikasinya. UNHAS-Press, Makassar.

Ross, M. A. and D. J. Childs, 2010. Herbicide Mode of Action. Department of


Botany and Plant Pathology, Purdue University.
http://www.bio5.rwtaachent. Diakses pada 02 Januari 2017.

Santosa, S. 2001. SPPS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional.
PT. Gramedia, Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Sastrosayono, S. 2004. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan.
Kanisius. Yogyakarta.

Sholehana, A. 2010. Demografi Kumbang Penyerbuk Kelapa sawit, Elaeidobius


kamerunicus (Coleoptera: Curculionidae). Skripsi. IPB, Bogor.

Siregar, A. Z. 2006. Kelapa Sawit: Minyak Nabati Berprospek Tinggi. Medan.

Statistik Perkebunan Indonesia. 2014. Kelapa Sawit 2013-2015. Direktorat


Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.


Agromedia Pustaka, Jakarta.

Susanto, A., R. Y. Purba, dan A. E. Prasetyo. 2007. Elaeidobius kamerunicus:


Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit. Seri Buku Saku 28. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.

Tahir, N.M and Nicholas Yeow Jee Sing. 2007. Adsorption of metsulfuron–
methyl on soils under Oil palm plantation: a case study. Universiti Tekno
logi Malaysia.The Malaysian Journal of Analytical Sciences, Vol 12, No 2
(2008): 341 – 347.

Tuo, Y., H. K. Koua, and N. Hala. 2011. Biology of Elaeidobius kamerunicus and
Elaeidobius plagiatus (Coleoptera: Curculionidae) main pollinators of oil
palm in West Africa. Euro. J. Scien. Res. 49(3):426-432.

Valverde, B. E. 2003. Herbicide resistance management in develoving countries.


In Weed Management for Developing Countries. FAO Plant Production
and Protection paper 120 Add. 1.

Watts, M. 2011. Paraquat. PANAP, New York. http://wssroc.agron.ntu.edu.tw.


Diakses pada tanggal 10 Februari 2016.

Wibowo, E. S. 2010. Dinamika Populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus


(Curculionidae: Coleoptera) sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit
(Elaeis quineensis Jacq) Umur Enam Tahun. Skripsi. IPB. Bogor.

Wijayanti, T. 2012. Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit (Elaeis


Guineensis Jacq.) di Desa Makmur Jaya Kecamatan Kongbeng Kabupaten
Kutai Timur. Media SainS, Vol 4. Universitas Mulawarman, Samarinda.

Windhi, D. V. 2010. Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust.


(Curculionidae : Coleoptera) pada Bunga Jantan Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Winter. 2002. Pollunation in a Green Desert: Oil Palm Pollination in Southern


Costa Rica. J. Cent. Conserv. Biol. 14:6-7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Lampiran 1.

Bagan lahan penelitian

Ulangan

I II III
H1D1 H0D2 H2D1

H0D3 H3D2 H1D2

H2D1 H2D1 H3D1

H1D3 H0D1 H0D1

H3D2 H1D3 H3D2

H0D1 H3D1 H2D0

H3D1 H1D2 H0D2

H2D3 H0D3 H2D3

H3D2 H2D2 H1D3

H0D2 H1D1 H3D3

H1D2 H2D3 H0D3

H2D2 H3D3 H1D1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Lampiran 2.
Data jumlah Elaeidobius kamerunicus pada bunga jantan
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
1 2 3
H0D1 169 208 205 582 194,00
H0D2 422 363 375 1.160 386,67
H0D3 417 367 485 1.269 423,00
H1D1 123 182 119 424 141,33
H1D2 339 261 223 823 274,33
H1D3 293 219 330 842 280,67
H2D1 113 107 121 341 113,67
H2D2 206 197 201 604 201,33
H2D3 222 213 293 728 242,67
H3D1 79 62 71 212 70,67
H3D2 104 157 116 377 125,67
H3D3 128 130 127 385 128,33
Total 7.747 -
Rataan - 215,19

Daftar sidik ragam jumlah Elaeidobius kamerunicus pada bunga jantan


SK Db JK KT F Hit F 0,05 F 0,01
Perlakuan 11 1667111,36 151555,58 62,65 ** 2,63 4,02
H 3 241516,08 80505,36 33,28 ** 3,41 5,74
D 2 133718,06 66859,03 27,64 ** 3,81 6,70
HxD 6 26698,83 4449,81 1,84 tn 2,92 4,62
Galat 13 31448,67 2419,13
Total 35 433381,64
Keterangan:
FK = 1.667.111,36
KK = 22,856%
** = sangat nyata
tn= tidak nyata

Uji DMRT pengaruh jenis bahan aktif herbisida terhadap jumlah


Elaeidobius kamerunicus pada bunga jantan
DMRT Jenis Herbisida Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,05
- - H0 (tanpa herbisida) 334,56 a
2 3,055 H1 (metal metsulfuron) 232,11 b
3 3,200 H2 (parakuat) 185,89 c
4 3,288 H3 (glifosat) 108,22 d
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5% (huruf kecil)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Uji DMRT pengaruh pemasangan perangkap terhadap jumlah Elaeidobius


kamerunicus pada bunga jantan
DMRT Pemasangan perangkap Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,05
- - D1 (2jsa) 129,92 c
2 3,055 D2 (48jsa) 247,00 b
3 3,200 D3 (72jsa) 268,67 a
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5% (huruf kecil)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Lampiran 3.
Data jumlah Elaeidobius kamerunicus pada bunga betina
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
1 2 3
H0D1 571 611 605 1787 595,67
H0D2 631 661 768 2060 686,67
H0D3 821 766 772 2359 786,33
H1D1 523 582 519 1624 541,33
H1D2 568 769 529 1866 622,00
H1D3 587 525 927 2039 679,67
H2D1 457 457 256 1170 390,00
H2D2 535 371 610 1516 505,33
H2D3 617 623 288 1528 509,33
H3D1 199 272 271 742 247,33
H3D2 300 150 503 953 317,67
H3D3 496 390 297 1183 394,33
Total 18.827 -
Rataan - 522,97

Daftar sidik ragam jumlah Elaeidobius kamerunicus pada bunga betina


SK db JK KT F Hit F 0,05 F 0,01
Perlakuan 11 866970,31 78815,48 2,85 * 2,63 4,02
H 3 723441,64 241147,21 8,74 ** 3,41 5,74
D 2 134688,22 67344,11 2,44 tn 3,81 6,70
HxD 6 8840,44 1473,41 0,05 tn 2,92 4,62
Galat 13 358890,67 27606,97
Total 35 1225860,97
Keterangan:
FK = 9.845.998,03
KK = 31,771%
* = nyata
** = sangat nyata
tn= tidak nyata

Uji DMRT pengaruh jenis bahan aktif herbisida terhadap jumlah


Elaeidobius kamerunicus pada bunga betina
DMRT Jenis Herbisida Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,05
- - H0 (tanpa herbisida) 689,56 a
2 3,055 H1 (metal metsulfuron) 614,33 b
3 3,200 H2 (parakuat) 468,22 c
4 3,288 H3 ( glifosat) 319,78 d
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5% (huruf kecil)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Lampiran 4.
Data jumlah kemunculan E. kamerunicus jantan
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
1 2 3 4 5
H0 35 67 88 53 105 348 69,6
H1 11 63 50 29 21 174 34,8
H2 60 35 37 18 28 178 35,6
H3 24 23 29 8 7 91 18,2
Total 791 -
Rataan - 39,55

Sidik ragam jumlah kemunculan E. kamerunicus jantan


SK Db JK KT F.hit F0,05
Perlakuan 3 6984,95 2328,32 5,95 * 3,24
Galat 16 6256,00 391,00
Total 19 13240,95 2719,32
Keterangan:
FK = 31.284,05
KK = 49,997%
* = nyata

Uji DMRT kemunculan kumbang baru jantan


DMRT Jenis Herbisida Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,05
- - H0 (tanpa herbisida) 69,60 a
2 2,9980 H1 (metal metsulfuron) 34,80 b
3 3,1440 H2 (parakuat) 35,60 b
4 3,2350 H3 ( glifosat) 18,20 c
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5% (huruf kecil)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Lampiran 5.
Data jumlah kemunculan Elaeidobius kamerunicus betina
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
1 2 3 4 5
H0 78 128 113 88 132 539 107,8
H1 27 93 76 50 32 278 55,6
H2 116 45 65 30 41 297 59,4
H3 34 37 37 14 21 143 28,6
Total 1257 -
Rataan - 62,85

Daftar sidik ragam jumlah kemunculan Elaeidobius kamerunicus betina


SK Db JK KT F.hit F0,05
Perlakuan 3 16290,15 5430,05 8,19 * 3,24
Galat 16 10608,40 663,03
Total 19 26898,55 6093,08
Keterangan:
FK = 79.002,45
KK = 40,969%
*= nyata
tn= tidak nyata

Uji DMRT kemunculan kumbang baru betina


DMRT Jenis Herbisida Rataan Notasi
Jarak
0,05 0,05
- - H0 (tanpa herbisida) 107,80 a
2 2,9980 H1 (metal metsulfuron) 55,60 b
3 3,1440 H2 (parakuat) 59,40 b
4 3,2350 H3 ( glifosat) 28,60 c
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5% (huruf kecil)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Lampiran 6.

Suhu dan kelembapan ruangan

Tanggal Suhu °C Kelembapan %


4-Apr-16 28,57 73,75
5-Apr-16 27,72 80,00
6-Apr-16 28,22 75,50
7-Apr-16 27,70 74,00
8-Apr-16 28,12 69,00
9-Apr-16 29,40 70,25
10-Apr-16 27,85 76,75
11-Apr-16 27,77 79,75
12-Apr-16 28,12 74,00
13-Apr-16 28,20 76,50
14-Apr-16 28,10 75,75
15-Apr-16 27,75 80,50
16-Apr-16 27,95 77,25
17-Apr-16 28,70 76,25
18-Apr-16 28,68 73,75
19-Apr-16 28,70 76,00
20-Apr-16 28,80 64,25
21-Apr-16 28,90 69,75
22-Apr-16 28,20 77,75
23-Apr-16 27,47 82,25
24-Apr-16 27,87 77,00
Rata-rata 28,23 75,24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Lampiran 7.

Grafik nisbah kelamin populasi Elaeidobius kamerunicus pada bunga jantan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Lampiran 8.

Grafik nisbah kelamin populasi Elaeidobius kamerunicus pada kemunculan


kumbang baru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Lampiran 9.

Poto penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai