Anda di halaman 1dari 18

PE NGE NDAL IAN H AMA UL AT API ( Setotoshea asigna Van Eecke )

PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

PAPER

OLEH:

ARISKA
150301054
AGROEKOTEKNOLOGI 1B

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB HAMA


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
PE NGE NDAL IAN H AMA UL AT API ( Setotoshea asigna Van Eecke )
PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

PAPER

OLEH:

ARISKA
150301054
AGROEKOTEKNOLOGI 1B

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Komponen Penilaian


di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Hama Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh:
Dosen Penanggung Jawab

( Dr. Ir. Marheni MP. )


NIP. 1965 0724 1989 032 001

Disetujui Oleh Diperiksa Oleh


Asisten Koordinator Asisten korektor

( Mandra Yulfriyos.S ) ( Ime Chelsi Putri Hutauruk)


NIM.110301245 NIM. 140301014

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB HAMA


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat rahmat dan lindungan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan

paper ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari Paper ini adalah Pengendalian h ama Ul at

Ap i ( Setotoshea asigna Van Eecke ) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq) yang merupakan Salah Satu Syarat Untuk Dapat

Memenuhi Komponen Penilaian di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman

Sub Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Dr. Ir. Marheni, MP selaku dosen penanggung jawab laboratorium dasar

perlindungan tanaman, serta abang dan kakak Asisten Laboratorium Dasar

Perlindungan Tanaman yang telah membantu penulis sehingga laporan ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga paper ini berguna

bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................... 1
Tujuan Penulisan...........................................................................................
Kegunaan Penulisan......................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman 4
Syarat Tumbuh .. 6
Iklim . 6
Tanah .... 7
Biologi Hama Ulat Api(Setotoshea asigna Van Eecke).......................

PE N GE NDAL IAN H AMA UL AT A PI ( Setotoshea asigna Van Eecke )


PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
Gejala Serangan......................................................................................11
Pengendalian Ulat Api(Setotoshea asigna Van Eecke)...........................
Pengendalian secara kultur teknis.............................................
Pengendalian secara Mekanis.....................................................
Pengendalian secara Fisik............................................................
Pengendalian secara Biologi.......................................................
Pengendalian secara Kimia.........................................................

KESIMPULAN.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

LAMPIRAN.......................................................................................................
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) diyakini berasal dari Afrika Barat.

Walaupun demikian, kelapa sawit ternyata cocok dikembangkan di luar daerah

asalnya, termasuk Indonesia. Hingga kini kelapa sawit telah diusahakan dalam

bentuk perkebunan dan pabrik kelapasawit oleh sekitar tujuh negara produsen

terbesarnya(Arifin dkk,. 1997).

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat

diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan

dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan

tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol.

Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan,karena permintaan dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar (Sastrosayono, 2003).

Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya

kumbang tanduk, ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus, dan Apogonia,

serta babi hutan. Penyakit utama kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal

batang kelapa sawit, penyakit antraknosa dan bercak daun. Konsep yang

digunakan dalam pengendalian hama, penyakit ,dan gulma di perkebunan kelapa

sawit adalah Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Integrated Pest

Management(IPM) (PPKS,2006).

Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) S.asigna merupakan hama

penting karena menyerang dan menghilangkan banyak perdaunan kelapa sawit

sehingga menurunkan produksi. Untuk menanggulangi masalah UPDKS

perkebunan selalu menggunakan insektisida kimia sintetik sehingga menimbulkan


akibat buruk pada lingkungan seperti berkurangnya musuh alami hama UPDKS

tersebut (Pardede dan Christa, 1997).

Tujuan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah Untuk mengetahui bagaimana

pengendalian hama ulat api (Setotoshea asigna Van Eecke ) Pada Tanaman Kelapa

Sawit (Elaeis guineensis Jacq).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah Sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian praktikum di laboratorium Dasar

Perlindungan Tanaman Sub-Hama Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan. Dan Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

informasi.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Adapun Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliophyta Class:Monocotyledonae, Ordo:

Cocoineae, Family: Palma, Genus: Elaeis, Spesies: Elaeis guineensis Jacq.

(Steenis, 2001)

Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe akar serabut, tumbuh kebawah dan

kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer

akan tumbuh kebawah sampai batas permukaan air tanah. Batang tumbuh tegak

lurus keatas dan dibungkus oleh pangkal pelepah daun. Bagian bawah batang

umumnya lebih besar, disebut bonggol batang (Lubis, 2008).

Daun tanaman kelapa sawit membentuk pelepah bersirip ganda dan

bertulang sejajar. Panjang pelepah daun dari tanaman yang baik pertumbuhannya

mencapai 7,5-9 meter, dengan jumlah anakan daun berkisar 250-400 helai disetiap

pelepah. Jumlah pelepah daun dalam satu tanaman dapat mencapai 60 pelepah

(Fauzi dkk.,2002).

Kelapa sawit merupakan merupakan tanaman berumah satu (monoecious),

artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon,dimana rangkaian

bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina, walaupun demikian dapat

dijumpai pada beberapa tanaman kelapa sawit bunga jantan dan bunga betina

terdapat pada satu tandan (hermafrodit) dan pada umumnya tanaman kelapa sawit

melakukan penyerbukan silang (Pahan, 2008).

Pada buah kelapa sawit proses pembentukannya dari proses penyerbukan

hingga buah matang dipengaruhi oleh keadaaan iklim dan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman, lama proses pemasakan buah di beberapa


daerah kawasan mempunyai perbedaaan, Di Malaysia proses pemasakan buah

sekitar 5,5 bulan, di Sumatera Sekitar 5 6 bulan, sedangkan di Afrika sekitar

6 9 bulan (Setyamidjaja, 2006).

Syarat Tumbuh

Iklim

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7

jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm,

temperatur optimal 24-28C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-

500 m dpl (di atas permukaan laut).Kelembaban optimum yang ideal untuk

tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu

proses penyerbukan (BPPP, 2008).

Kelembaban udara dan angin merupakan factor yang penting untuk

menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan

keleapa sawit adalah 80% sedangkan kecepatan angin berkisar antara 5-6 km/jam

sangat baik dalam proses penyerbukan (Fauzi,dkk. 2002).

Suhu optimum berkisar 29-300 C, agar tanaman kelapa sawit tumbuh

dengan baik. Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah

(Tim Penulis PS, 2000).

Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata -rata

2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan

kering yang berkepanjangan (Mangoensoekarjo dan Semangun,2003).

Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol,

Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai

dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-
5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik

dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas.

Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15

(BPPP, 2008).

Kemiringan lereng yang cocok pada tanaman kelapa sawit berkisar 0-

12atau 21%. Namun pada kemiringan 13-25masih bisa ditanami kelapa sawit,

tetapi pertumbuhannya kurang baik. Sementara itu lahan yang kemiringan lebih

dari 25sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi penanaman kelapa sawit karena

menyulitkan dalam pengangkutan dan beresiko terjadi erosi (Sunarko, 2007).

Sifat fisik dan kimia tanah yang harus dipenuhin untuk pertumbuhan

tanaman kelapa sawit yang optimum ialah drainase yang baik, air cukup dalam,

solum cukup dalam, tidak berbatu agar pertumbuhan akar tanaman tidak

terganggu (Williams, 1987).

Biologi Hama Ulat Api (Setotoshea asigna Van Eecke )

Klasifikasi S. Asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insekta

Ordo : Lepidoptera

Family : Limacodidae

Genus : Setothosea

Species : Setothosea asigna van Eecke

Ulat api merupakan salah satu jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang

paling sering menimbulkan kerugian besar di perkebunan-perkebunan kelapa

sawit. Jenis-jenis ulat api yang paling banyak ditemukan adalah Setothosea asigna
Setora nitens, Darna trima, D. Diducta dan D. bradley. Jenis yang jarang

ditemukan adalah , Thosea vestusa T. bisura, Susica pallida Birthamula chara

Jenis ulat api yang paling merusak di Indonesia adalah S. asigna, S

(Susanto, 2006).

Setothosea asigna (Lepidoptera:Limacodidae) merupakan salah satu jenis

ulat api terpenting pada tanaman kelapasawit di Indonesia. Ulat api ini merupakan

salah satu hama yang dapat menyebabkan kerusakan berat serta sangat merugikan

di Indonesia(Sudharto, 2001).

Telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, sangat berukuran tipis

dan transparan (Gambar 2). Telur diletakkan berderet 3 4 baris sejajar pada

permukaan daun bagian bawah, biasanya pada pelepah daun ke 6 dan 17. Satu

tumpukan telur berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina mampu

menghasilkan telur sebanyak 300 400 butir. Telur menetas 4 8 hari setelah

diletakkan (Sudharto, 1991).

Larva yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis jaringan daun dari

permukaan daun dan meninggalkan epidermis permukaan bagian atas daun. Larva

berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas (berbentuk pita yang

menyerupai piramida) pada bagian punggungnya. Selain itu pada bagian

punggungnya dijumpai duri-duri yang kokoh. Selama perkembangannya ulat

berganti kulit 7 8 kali dan mampu menghabiskan helai daun seluas 400 cm2

(Prawirosukarto, 2003).

Larva sebelum berubah menjadi kepompong menjatuhkan diri pada

permukaan tanah yang relatif gembur di sekitar piringan atau pangkal batang

kelapa sawit. Kepompong diselubungi oleh kokon yang terbuat dari air liur ulat,

berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap. Kokon jantan dan betina masing-
masing berukuran 16 x 13 mm dan 20 x 16,5 mm. Stadia kepompong berlangsung

selama 39,7 hari (Purba dkk, 2005).

Ngengat jantan berukuran 35 mm dan yang betina sedikit lebih besar. Sayap

depan berwarna coklat dengan garis-garis yang berwarna lebih gelap. Ngengat

aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di pelepah-

pelepah tua atau pada tumpukan daun yang telah dibuang dengan posisi terbalik

(Desmier, 1982).

Serangga dewasa (ngengat) jantan dan betina masing-masing lebar

rentangan sayapnya 41 mm dan 51 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan

garis transparan dan bintik-bintik gelap, sedangkan sayap belakang berwarna

coklat muda (Sipayung, 1991).


PE NGE NDAL IAN H AMA UL AT API (Setotoshea asigna Van Eecke)
PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

Gejala Serangan

Umumnya gejala serangan dimulai dari daun bagian bawah hingga akhirnya

helaian daun berlubang habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun saja. Ulat

ini sangat rakus, mampu mengkonsumsi 300-500 cm daun sawit per hari. Tingkat

populasi 5-10 ulat per pelepah merupakan populasi kritis hama tersebut di

lapangan dan harus segera diambil tindakan pengendalian (Lubis, 2008).

Helaian daun berlubang atau habis sama sekali sehingga hanya tinggal

tulang daun.Gejala ini dimulai dari daun bagian bawah. Dalam kondisi yang parah

tanaman akan kehilangan daun sekitar 90%. Pada tahun pertama setelah serangan

dapat menurunkan produksi sekitar 69% dan sekitar 27% pada tahun kedua.

Dikenal beberapa jenis ulat api yang menyerang kelapa sawit, tetapi yang

terpenting adalah Setora nitens, Darna trima, Ploneta diducta, P. bradleyi dan

Setothosea asigna,Ulat api ini sangat berbahaya pada saat ia diwaktu jadi ulat. Ia

dapat memakan 30 cm setiap hari. Ulat ini akan memakan daun yang lebih muda,

karena bagian yang muda mengandung kandungan air yang lebig tinggi

dibandingkan daun yang tua. Pada bagian yang muda merupakan bagian yang

lunak dan ulat mudah untuk memproses hasil makan dalam tubuhnya. Ulat

memakan bagian epidermisnya, biasanya ia memakan pada bagian paling ujung,

yang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman dapat terganggu dan terhambat

karena daun yang muda telah habis dimakan oleh ulat. Pada gejala yang paling

bera dapat menyebkan kematian pada tanaman karena tanaman tidak mendaptkan

asupan energi yang cukup karena bagian tanaman untuk memasak makanan telah

dimakan oleh ulat (Partoadmodjo, 1989).


Ulat api merupakan hama pemakan daun penting pada tanaman kelapa

sawit, termasuk di Sumatera Utara. Diantara jenisjenis ulat api, Setothosea asigna

Eecke dikenal sebagai ulat yang paling rakus dan yang menimbulkan kerugian di

pertanaman kelapa sawit baik pada tanaman muda maupun pada tanaman tua

(Desmier et al. 1989)

Pengendalian Ulat Api (Setotoshea asigna Van Eecke)

Pengendalian secara kultur teknis

Pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif,

dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT

(Organisme Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang

kendalinya. sebagian besar teknik pengendalian secara budidaya dapat

dikelompokan menjadi empat dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu 1)

mengurangi kesesuaian ekosistem, 2) Mengganggu kontinuitas penyediaan

keperluan hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi OPT menjauhi tanaman, dan 4)

Mengurangi dampak kerusakan tanaman. Beberapa contoh dari pengendalian OPT

secara kultur teknis (Untung, 2006).

Pengendalian secara kultur mekanis dapat dilakukan sebagi berikut :

Menanami pinggiran lahan dengan tanamn jagung atau bunga matahari sebagai

pembatas (barrier) dan memperbanyak populasi agens hayati.Pergiliran (rotasi)

tanaman dengan tanaman bukan inang terutama bukan famili Solanaceae seperti

cabai, terung serta kentang, dan Cucurbitaceae seperti mentimun. Pergiliran

tanaman harus satu hamparan, tidak perorangan, serentak, dan seluas

mungkin.Sanitasi lingkungan terutama untuk mengendalikan gulma daun

babadotan dan ciplukan yang menajai tanaman inang virus. Tumpang sari antara
tanaman sayuran, cabai, tomat, dengan tegeles untuk mengurangi resiko serangan

(Prawirosukarto, 1997).

Pengendalian secara Mekanis

Pemasangan untuk menarik dan memerangkap imago Setothosea asigna Hal

ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kopulasi dan penyebaran serta sebagai

salah satu sarana . Kegiatan pemasangan Light trap dihentikan jika tangkapan

ngengat per malamnya 5 ekor (Lubis,2008)

Pengendalian secara Fisik

Pengendalian fisik adalah pengendalian hama dengan cara mengubah

faktor lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan kematian

pada hama dan mengurangi populasinya. Pengendalian secara mekanik adalah

tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mematikan atau memindahkan

hama secara langsung, baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan bahan

lain. Beberapa tindakan yang termasuk dalam pengendalian (Syarief, 2003).

Pengendalian secara Biologi

Pengendalian secara biologi atau hayati dilakukan dengan

memanfaatkan predator Eocanthecona furcellata, jamur entomopatogen Cordycep

militaris, virus, bakteri Bacillus thuringiensis dan prasitoid.Eocanthecona

furcellata merupakan predator larva dan kadang-kadang ngengat ulat api.

Kemampuan predator ini memangsa larva ulat api adalah 1 larva perhari. E.

furcellata memangsa ulat api dengan cara menusuk permukaan tubuh ulat api

kemudian menghisap cairan tubuhnya dengan menggunakan suatu struktur pada

bagian mulutnya yang menyerupai tanduk. Ciri-ciri ulat api yang terserang adalah

tubuh ulat kisut dan semakin lama semakin berkerut. (Wood et all.,1972).
Pengendalian hayati ulat api pada kelapa sawit dapat menggunakan

mikroorganisme entomopatogenik, yaitu jamur Cordyceps militaris, bakteri

Bacillus thuringiensis, virus Nudaurelia, dan Multiple nucleopolyhedrovirus

(MNPV) (Prawirosukarto dkk., 1997).

Predator ulat api yang sering ditemukan adalah (Hemiptera: Pentatomidae) dan

(Hemiptera:Reduviidae) Parasitoid pada larva Adalah dan sedangkan parasitoid

telur adalah Hymenoptera: Trichogrammatidae) Parasitoid dapat diperbanyak dan

dikonservasi di perkebunan kelapa sawit dengan menyediakan makanan bagi

imagoparasitoid tersebut seperti dan Oleh karena itu, tidak dianjurkan dan

tanaman tanaman tersebut hendak-nya tetap ditanam dan jangan dimusnahkan.

Tiong (1977) juga melaporkan bahwa adanya penutup tanah dapat mengurangi

populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat (Liau , 1993).

Pengendalian secara Kimia

Pengendalian kimiawi dilakukan bila telah terjadi serangan eksplosif.

Insektisida yang dapat digunakan sebaiknya tepat sasaran dan berspektrum sempit

dengan daya kerja bersifat racun oral maupun dermal. Aplikasi insektisida dapat

dilakukan dengan penyemprotan bertekanan tinggi menggunakan mist

blower atau pengasapan dengan menggunakan fogger (Wood et all, 1972).


KESIMPULAN

1. Serangan ulat api mengakibatkan daun kelapa sawit habis dengan sangat

cepat dan berbentuk seperti melidi.

2. pengendalian secara hayati, dilakukan dengan : penggunaan parasitoid

larva seperti Trichogramma sp dan predator berupa Eocanthecona sp

Penggunaan virus seperti Granulosis Baculoviruses, MNPV (Multiple

Nucleo Polyhedro Virus) dan jamur Bacillus thuringiensis .

3. Penyemprotan (spraying) dilakukan pada tanaman yang berumur 2,5 tahun

dengan menggunakan penyemprotan tangan, sedangkan tanaman yang

berumur lebih dari 5 tahun penyemprotan dilakukan dengan mesin

penyemprot - Penyemprotan udara dilakukan apabila dalam suatu keadaan

tertentu luas areal yang terserang sudah meluas yang meliputi daerah

dengan berbagai topografi.

4. Penggunaan feromon seks sintetik efektif untuk merangkap ngengat jantan

ulat api S. asigna selama 45 hari.

5. pengendalian secara mekanik, yaitu pengutipan ulat ataupun pupa di

lapangan kemudian dimusnahkan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, A., Rolettha, Y., Petrus, P., Lukman dan Eka, N. 1997. Pengendalian
Hama Oryctes dan Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit Secara Terpadu.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

BPPP. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Badan Penelitian dan


Pengembangan Pertanian Jakarta.

Desmier de Chenon, R. 1982. Field guide for coconut and oil palm pests and
diseases and plantation sanitary protection. Dir. Gen. of Estate, Spec.
Team for the Ext. Ass. Proj., Jakarta, April 1982. 195 p.

Desmier de Chenon, R. A. Sipayung and P.S Sudharto. 1989. The importance of


Natural enemies on leaf eating caterpillars in oil palm in Sumatera uses
and possibilities. Proc.Of the PORIM International Palm Oil
Conference.PORIM, Bangi p.245-26

Fauzi, Yan., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa, Imam dan hartono, R. 2002. Kelapa
Sawit. Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan
Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar Swadaya: Jakarta.

Liau SS & Ahmad A. 1993. Defoliation and croploss in young oil palms. 1993.
PORIMInt. Palm Oilcongr. -Update and Vision (Agriculture)pp. 408
425.

Lubis A. 2008. Oil Palm ( Jacq.) in Indonesia. Second edition. Medan.

Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agrobisnis kelapa


Sawit. Gajah Mada University Press,Yogyakarta.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta

Pardede, C. U., Dj.Ginting dan A. Djamin, 1997. Formulasi Baru Bacillus


thuringiensis dan Pengaruhnya Terhadap Ulat Setothosea asigna Van Ecke
pada Perkebunan Kelapa Sawit. Warta PPKS 1995, Vol. 3(1) : 35-38.

Partoadmodjo, R., 1989. Tanaman kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta.

PPKS, 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Prawirosukarto, S., A. Djamin dan Dj. Pardede. 1997. Pengendalian Oryctes


rhino ceros dan Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit Secara Terpadu.
Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Hal. 38-39.

Prawirosukarto, S., R.Y. Purba, C. Utomo dan A. Susanto. 2003. Pengenalan dan
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan. Sumatera Utara.Hal. 2-9.
Purba, Razak. Akiyat, Edy Sigit Sutarta, Agus Sutanto, Amir Purba, Condro
Utomo, Donald Siahaan, Edy Suprianto, Lukman Fadli, Rolettha,
Sudharto, Winarna, Yurna Yenni, Sugiyono, Suroso Rahutomo. 2005.
Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Setyamidjaja, D., 2006. Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.


Agromedia Pustaka, Jakarta.

Susanto, 2006. Pengendalian Hama ulat api dan kumbang, PPKS.Medan

Sudharto Ps. 2001. The biological controll of nettle caterpillar in oil palm
plantations using entomopathogenic microorganisms, Newspaper of Iptek.

Sipayung A. 1991. Sistem pengawasan dini (Early warning system) terhadap


perkembangan populasi hama pada perkebunan kelapa sawit. 10 p.

Steenis, C. G. G. J. Van. (2006). Flora Pegunungan Jawa. Pusat Penelitian Biologi


(LIPI). Bogor.

Syarief, R., 2003. Teknologi Penyimpanan Pangan, Arcan, Jakarta.

Tim Penulis PS, 2000. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan.
Penebar Swadaya, Jakarta.

William Wells, J. Burnett & Sandra Moriaty. 1987. Advertising Principles.


Prentice Hall Inc. New Jersey.

Wood BJ, Corley RHV, & Goh KH. 1972. Studies on the effect of pest damage
on oil palm yield. Advanced in oil palm cultivation (Wastrie RL & Earp
DA. eds.). The Incorp. Soc. of Plant., K.Lumpur. pp. 360-379.

Anda mungkin juga menyukai