PAPER
OLEH:
ARISKA
150301054
AGROEKOTEKNOLOGI 1B
PAPER
OLEH:
ARISKA
150301054
AGROEKOTEKNOLOGI 1B
Diperiksa Oleh:
Dosen Penanggung Jawab
Perlindungan Tanaman yang telah membantu penulis sehingga laporan ini dapat
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga paper ini berguna
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................... 1
Tujuan Penulisan...........................................................................................
Kegunaan Penulisan......................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman 4
Syarat Tumbuh .. 6
Iklim . 6
Tanah .... 7
Biologi Hama Ulat Api(Setotoshea asigna Van Eecke).......................
KESIMPULAN.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) diyakini berasal dari Afrika Barat.
asalnya, termasuk Indonesia. Hingga kini kelapa sawit telah diusahakan dalam
bentuk perkebunan dan pabrik kelapasawit oleh sekitar tujuh negara produsen
Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan,karena permintaan dari
kumbang tanduk, ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus, dan Apogonia,
serta babi hutan. Penyakit utama kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal
batang kelapa sawit, penyakit antraknosa dan bercak daun. Konsep yang
Management(IPM) (PPKS,2006).
Tujuan Penulisan
pengendalian hama ulat api (Setotoshea asigna Van Eecke ) Pada Tanaman Kelapa
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah Sebagai salah satu syarat
Utara, Medan. Dan Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
informasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
(Steenis, 2001)
Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe akar serabut, tumbuh kebawah dan
kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer
akan tumbuh kebawah sampai batas permukaan air tanah. Batang tumbuh tegak
lurus keatas dan dibungkus oleh pangkal pelepah daun. Bagian bawah batang
bertulang sejajar. Panjang pelepah daun dari tanaman yang baik pertumbuhannya
mencapai 7,5-9 meter, dengan jumlah anakan daun berkisar 250-400 helai disetiap
pelepah. Jumlah pelepah daun dalam satu tanaman dapat mencapai 60 pelepah
(Fauzi dkk.,2002).
artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon,dimana rangkaian
bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina, walaupun demikian dapat
dijumpai pada beberapa tanaman kelapa sawit bunga jantan dan bunga betina
terdapat pada satu tandan (hermafrodit) dan pada umumnya tanaman kelapa sawit
hingga buah matang dipengaruhi oleh keadaaan iklim dan faktor-faktor lain yang
Syarat Tumbuh
Iklim
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7
temperatur optimal 24-28C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-
500 m dpl (di atas permukaan laut).Kelembaban optimum yang ideal untuk
tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu
keleapa sawit adalah 80% sedangkan kecepatan angin berkisar antara 5-6 km/jam
dengan baik. Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata -rata
Tanah
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai
dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-
5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik
dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas.
(BPPP, 2008).
12atau 21%. Namun pada kemiringan 13-25masih bisa ditanami kelapa sawit,
tetapi pertumbuhannya kurang baik. Sementara itu lahan yang kemiringan lebih
dari 25sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi penanaman kelapa sawit karena
Sifat fisik dan kimia tanah yang harus dipenuhin untuk pertumbuhan
tanaman kelapa sawit yang optimum ialah drainase yang baik, air cukup dalam,
solum cukup dalam, tidak berbatu agar pertumbuhan akar tanaman tidak
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Family : Limacodidae
Genus : Setothosea
Ulat api merupakan salah satu jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang
sawit. Jenis-jenis ulat api yang paling banyak ditemukan adalah Setothosea asigna
Setora nitens, Darna trima, D. Diducta dan D. bradley. Jenis yang jarang
(Susanto, 2006).
ulat api terpenting pada tanaman kelapasawit di Indonesia. Ulat api ini merupakan
salah satu hama yang dapat menyebabkan kerusakan berat serta sangat merugikan
di Indonesia(Sudharto, 2001).
dan transparan (Gambar 2). Telur diletakkan berderet 3 4 baris sejajar pada
permukaan daun bagian bawah, biasanya pada pelepah daun ke 6 dan 17. Satu
tumpukan telur berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina mampu
menghasilkan telur sebanyak 300 400 butir. Telur menetas 4 8 hari setelah
Larva yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis jaringan daun dari
permukaan daun dan meninggalkan epidermis permukaan bagian atas daun. Larva
berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas (berbentuk pita yang
berganti kulit 7 8 kali dan mampu menghabiskan helai daun seluas 400 cm2
(Prawirosukarto, 2003).
permukaan tanah yang relatif gembur di sekitar piringan atau pangkal batang
kelapa sawit. Kepompong diselubungi oleh kokon yang terbuat dari air liur ulat,
berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap. Kokon jantan dan betina masing-
masing berukuran 16 x 13 mm dan 20 x 16,5 mm. Stadia kepompong berlangsung
Ngengat jantan berukuran 35 mm dan yang betina sedikit lebih besar. Sayap
depan berwarna coklat dengan garis-garis yang berwarna lebih gelap. Ngengat
aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di pelepah-
pelepah tua atau pada tumpukan daun yang telah dibuang dengan posisi terbalik
(Desmier, 1982).
rentangan sayapnya 41 mm dan 51 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan
Gejala Serangan
Umumnya gejala serangan dimulai dari daun bagian bawah hingga akhirnya
helaian daun berlubang habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun saja. Ulat
ini sangat rakus, mampu mengkonsumsi 300-500 cm daun sawit per hari. Tingkat
populasi 5-10 ulat per pelepah merupakan populasi kritis hama tersebut di
Helaian daun berlubang atau habis sama sekali sehingga hanya tinggal
tulang daun.Gejala ini dimulai dari daun bagian bawah. Dalam kondisi yang parah
tanaman akan kehilangan daun sekitar 90%. Pada tahun pertama setelah serangan
dapat menurunkan produksi sekitar 69% dan sekitar 27% pada tahun kedua.
Dikenal beberapa jenis ulat api yang menyerang kelapa sawit, tetapi yang
terpenting adalah Setora nitens, Darna trima, Ploneta diducta, P. bradleyi dan
Setothosea asigna,Ulat api ini sangat berbahaya pada saat ia diwaktu jadi ulat. Ia
dapat memakan 30 cm setiap hari. Ulat ini akan memakan daun yang lebih muda,
karena bagian yang muda mengandung kandungan air yang lebig tinggi
dibandingkan daun yang tua. Pada bagian yang muda merupakan bagian yang
lunak dan ulat mudah untuk memproses hasil makan dalam tubuhnya. Ulat
karena daun yang muda telah habis dimakan oleh ulat. Pada gejala yang paling
bera dapat menyebkan kematian pada tanaman karena tanaman tidak mendaptkan
asupan energi yang cukup karena bagian tanaman untuk memasak makanan telah
sawit, termasuk di Sumatera Utara. Diantara jenisjenis ulat api, Setothosea asigna
Eecke dikenal sebagai ulat yang paling rakus dan yang menimbulkan kerugian di
pertanaman kelapa sawit baik pada tanaman muda maupun pada tanaman tua
dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT
Menanami pinggiran lahan dengan tanamn jagung atau bunga matahari sebagai
tanaman dengan tanaman bukan inang terutama bukan famili Solanaceae seperti
babadotan dan ciplukan yang menajai tanaman inang virus. Tumpang sari antara
tanaman sayuran, cabai, tomat, dengan tegeles untuk mengurangi resiko serangan
(Prawirosukarto, 1997).
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kopulasi dan penyebaran serta sebagai
salah satu sarana . Kegiatan pemasangan Light trap dihentikan jika tangkapan
hama secara langsung, baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan bahan
Kemampuan predator ini memangsa larva ulat api adalah 1 larva perhari. E.
furcellata memangsa ulat api dengan cara menusuk permukaan tubuh ulat api
bagian mulutnya yang menyerupai tanduk. Ciri-ciri ulat api yang terserang adalah
tubuh ulat kisut dan semakin lama semakin berkerut. (Wood et all.,1972).
Pengendalian hayati ulat api pada kelapa sawit dapat menggunakan
Predator ulat api yang sering ditemukan adalah (Hemiptera: Pentatomidae) dan
imagoparasitoid tersebut seperti dan Oleh karena itu, tidak dianjurkan dan
Tiong (1977) juga melaporkan bahwa adanya penutup tanah dapat mengurangi
populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat (Liau , 1993).
Insektisida yang dapat digunakan sebaiknya tepat sasaran dan berspektrum sempit
dengan daya kerja bersifat racun oral maupun dermal. Aplikasi insektisida dapat
1. Serangan ulat api mengakibatkan daun kelapa sawit habis dengan sangat
tertentu luas areal yang terserang sudah meluas yang meliputi daerah
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, A., Rolettha, Y., Petrus, P., Lukman dan Eka, N. 1997. Pengendalian
Hama Oryctes dan Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit Secara Terpadu.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Desmier de Chenon, R. 1982. Field guide for coconut and oil palm pests and
diseases and plantation sanitary protection. Dir. Gen. of Estate, Spec.
Team for the Ext. Ass. Proj., Jakarta, April 1982. 195 p.
Fauzi, Yan., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa, Imam dan hartono, R. 2002. Kelapa
Sawit. Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan
Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar Swadaya: Jakarta.
Liau SS & Ahmad A. 1993. Defoliation and croploss in young oil palms. 1993.
PORIMInt. Palm Oilcongr. -Update and Vision (Agriculture)pp. 408
425.
PPKS, 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Prawirosukarto, S., R.Y. Purba, C. Utomo dan A. Susanto. 2003. Pengenalan dan
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan. Sumatera Utara.Hal. 2-9.
Purba, Razak. Akiyat, Edy Sigit Sutarta, Agus Sutanto, Amir Purba, Condro
Utomo, Donald Siahaan, Edy Suprianto, Lukman Fadli, Rolettha,
Sudharto, Winarna, Yurna Yenni, Sugiyono, Suroso Rahutomo. 2005.
Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Sudharto Ps. 2001. The biological controll of nettle caterpillar in oil palm
plantations using entomopathogenic microorganisms, Newspaper of Iptek.
Tim Penulis PS, 2000. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Wood BJ, Corley RHV, & Goh KH. 1972. Studies on the effect of pest damage
on oil palm yield. Advanced in oil palm cultivation (Wastrie RL & Earp
DA. eds.). The Incorp. Soc. of Plant., K.Lumpur. pp. 360-379.