OLEH :
SUBEKTI ADI MULYO
NIM. 1606110006
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
SKRIPSI
OLEH :
SUBEKTI ADI MULYO
NIM. 1606110006
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
PENGARUH APLIKASI PUPUK HAYATI DAN AGENS HAYATI
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI MAIN NURSERY
Menyetujui
Pembimbing
Mengetahui
1. Skripsi yang saya ajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Pertanian Universitas Riau bebas dari tindakan plagiat dan telah
disesuaikan dengan kaidah ilmiah, norma akademik dan norma hukum sesuai
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.
2. Bilamana terbukti dan terdapat tindakan plagiat maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
pada tanggal ( )
No Nama Jabatan
1. Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS Ketua
2. Dr. Ir. Tengku Nurhidayah, M.Sc Anggota
3. Prof. Dr. Ir. Nelvia, MP Anggota
4. Isna Rahma Dini, S.Pi, M.Si Anggota
KATA PENGANTAR
judul “Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati dan Agens Hayati terhadap Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery”. Penelitian ini
merupakan bagian dari hibah Penelitian Dasar yang diketuai oleh dosen
pembimbing.
kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis sangat mengharapkan agar skripsi ini bermanfaat bagi kita semua
baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang.
ABSTRACT
RINGKASAN
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
ABSTRACT............................................................................................ v
RINGKASAN......................................................................................... vi
DAFTAR ISI........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xii
I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Tujuan........................................................................................... 4
II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5
2.1 Tanaman Kelapa Sawit................................................................. 5
2.2 Pembibitan Kelapa Sawit.............................................................. 7
2.2 Pupuk Hayati................................................................................ 9
2.3 Agens Hayati................................................................................ 12
2.4 Hama di Pembibitan Kelapa Sawit............................................... 15
III METODOLOGI................................................................................. 16
3.1 Tempat dan Waktu........................................................................ 16
3.2 Bahan dan Alat............................................................................. 16
3.3 Metode Penelitian......................................................................... 17
3.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................. 18
3.5 Pengamatan................................................................................... 22
3.6 Analisis Data................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 53
LAMPIRAN............................................................................................ 59
RIWAYAT HIDUP................................................................................. 74
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................... 75
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4. Volume akar bibit kelapa sawit dengan jumlah aplikasi pupuk hayati
dan agens hayati......................................................................................
....................................................................................................... 35
5. Berat kering bibit kelapa sawit dengan jumlah aplikasi pupuk hayati
dan agens hayati......................................................................................
....................................................................................................... 38
6. Rasio tajuk akar bibit kelapa sawit dengan jumlah aplikasi pupuk
hayati dan agens hayati...........................................................................
....................................................................................................... 42
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
bagi jutaan keluarga petani, sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, serta
peningkatan luas lahan dan produksi kelapa sawit. Luas perkebunan kelapa sawit
di Indonesia selama empat tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari 10,4
juta hektar pada tahun 2013 menjadi 12,30 juta hektar pada tahun 2017 dengan
produksi mencapai 34,47 juta ton CPO. Provinsi Riau merupakan daerah dengan
luas perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia mencapai 2,26 juta hektar dan
untuk produksinya mencapai 7,43 juta ton CPO (BPS, 2018), dari total luas lahan
perkebunan kelapa sawit yang ada akan dilakukan peremajaan (replanting) karena
sudah mencapai umur ekonomis yaitu 25 tahun. Menurut Badan Pengelola Dana
dan peremajaan perkebunan kelapa sawit, oleh karena itu diperlukan peningkatan
kuantitas dan kualitas bibit kelapa sawit. Menurut Salman et al. (1993) kesehatan
oleh usaha budidaya yang baik seperti pemberian unsur hara yang tepat dan
melakukan pemupukan, baik itu pupuk anorganik, pupuk organik, ataupun pupuk
hayati.
kesuburan dan kesehatan tanah. Oleh karena itu, penggunaan pupuk hayati
konsorsium bakteri selulolitik berbasis air cucian beras dapat menjadi solusi dari
ketersediaan hara dalam bentuk tersedia yang dapat diasimilasi tanaman (Rao,
1982). Pupuk hayati berbahan dasar bakteri selulolitik merupakan pupuk hayati
waktu dekomposisi bahan organik dengan begitu hara akan lebih cepat tersedia
bagi tanaman.
Bahan organik yang digunakan pada penelitian ini adalah air cucian beras.
Air cucian beras mengandung karbohidrat dan selulosa yang merupakan substrat
bagi pertumbuhan bakteri selulolitik. Selain itu, air cucian beras juga memiliki
unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pada
penelitian ini akan digunakan konsorsium bakteri selulolitik yang terdiri dari
enam isolat bakteri yaitu dua isolat bakteri asal jerami padi (Bacillus cereus JP6
dan Baccilus cereus JP7), dua isolat bakteri asal tandan kosong kelapa sawit
(Proteus mirabilis TKKS3 dan Proteus mirabilis TKKS7), dan dua isolat asal
serasah akasia (Providencia vermicola SA1 dan Bacillus cereus SA6) yang
selulolitik berbasis air cucian beras ini diharapkan dapat menyediakan unsur hara
pupuk hayati konsorsium bakteri selulolitik berbasis limbah cair air tahu dan air
cucian beras dengan dosis 10 ml dengan pemberian tiga kali pada tanaman cabai
merah memberikan hasil bobot buah tanaman yang baik yaitu sebesar 15,90 g dan
hayati konsorsium bakteri selulolitik berbasis air cucian beras pada tanaman padi
hama pada proses pembibitan. Pada umumnya hama yang menyerang bibit kelapa
sawit adalah hama pemakan daun, antara lain kumbang malam, tungau, belalang
dan ulat daun. Kerusakan daun akibat serangan hama tersebut dapat menurunkan
diupayakan pengendalian yang tepat, yaitu dengan pengendalian yang lebih ramah
mampu menginfeksi banyak ordo dari berbagai fase kehidupan serangga, sehingga
mengendalikan ulat api (Setora nitens) pada kelapa sawit dengan menunjukkan
meningkatkan tinggi tanaman, kehijauan daun, dan hasil padi per tanaman.
judul “Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati dan Agens Hayati terhadap Pertumbuhan
dan agens hayati serta kombinasi jumlah aplikasi pupuk hayati dan agens hayati
II TINJAUAN PUSTAKA
berasal dari Afrika Barat (Fauzi et al., 2012). Menurut Pahan (2008), kelapa sawit
Jacq.
Morfologi tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
perkembangbiakan yang terdiri dari bunga dan buah (Sunarko, 2007). Kelapa
sawit adalah tanaman berbiji satu (monokotil) yang berakar serabut. Pada awal
Selanjutnya radikula akan mati dan membentuk akar utama atau primer. Akar
primer akan membentuk akar sekunder, tersier, dan kuartener. Kelapa sawit
umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar sekunder 2-4mm,
akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3 mm. Akar tersier dan kuartener
adalah akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara berada dikedalaman 0-
60 cm dengan jarak 2-3 m dari pangkal pohon (Lubis dan Agus, 2011).
Batang tanaman kelapa sawit tidak memiliki kambium dan umumnya tidak
cm. Tinggi tanaman biasanya bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm.tahun -1
(Sunarko, 2007).
genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun disanggah oleh pelepah dengan panjang
7,5-9 m. Setiap pelepah memiliki anak daun berkisar antara 250-400 helai.
Pelepah daun terletak pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari
batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki
sekitar 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang
berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua
antara 20-25 helai. Daun akan cepat membuka pada tanah yang subur sehingga
jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama.
Bunga muncul dari ketiak daun. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan
silang (cross pollination) yaitu bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh
bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin atau serangga
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp),
daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) yang mengandung minyak,
kulit biji (endocarp) atau cangkang yang berwarna hitam dan keras, daging biji
Tanaman kelapa sawit umumnya mulai menghasilkan buah setelah berumur 3,5
tahun jika kondisi lingkungan sesuai. Terdapat dua jenis minyak yang dihasilkan
buah kelapa sawit, yaitu CPO (crude palm oil) dari bagian mesocarp dan PKO
(palm kernel oil) dari bagian endosperm yang secara komersial diekstrak secara
terpisah karena kandungan dan kegunaannya pun berbeda (Fauzi et al., 2012).
Kelapa sawit tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU dan 15° LS)
3.000 mm.tahun-1 dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering
berkepanjangan. Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada daerah dengan suhu
kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol,
hidromorfik kelabu, aluvial, atau regosol. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik
pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, tekstur tanah
ringan dan mengandung pasir sedangkan pH tanah optimum 5-5,5 (Fauzi et al.,
2012).
2.2 Pembibitan Kelapa Sawit
Bibit adalah hasil dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat
oleh kesehatan tanaman pada masa pembibitan. Oleh karena itu, teknis
menghadapi kondisi cekaman lingkungan adalah bibit kelapa sawit yang baik
Sistem yang banyak digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini
adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan dua tahap
terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery).
menjadi lebih kecil dan memungkinkan untuk dibuat naungan. Selain itu, dapat
biasanya dipilih pasir atau tanah berpasir. Pembibitan awal dapat dilakukan
dengan menggunakan polybag kecil atau bedengan yang telah diberi naungan.
Kecambah yang normal dengan ciri-ciri radikula (bakal akar) berwarna kekuning-
kuningan dan plumula (bakal batang) keputih-putihan, radikula lebih tinggi dari
plumula, radikula dan plumula tumbuh lurus serta berlawanan arah, panjang
awal (pre nursery) ke dalam polybag dengan ukuran lebih besar. Pada fase
Pupuk hayati adalah produk biologi aktif terdiri dari mikrob yang dapat
Pertanian, 2009). Menurut Rao (1982) pupuk hayati adalah pupuk inokulan
pupuk hayati penambat nitrogen, pupuk hayati pelarut fosfat, pupuk hayati
perombak bahan organik, dan pupuk hayati pemacu pertumbuhan dan pengendali
pupuk hayati perombak bahan organik adalah sebagai pembenah tanah (Soil
anorganik, asam amino, karbohidrat, vitamin, dan bahan bioaktif lainnya yang
secara langsung atau tidak langsung dapat memacu pertumbuhan tanaman serta
bakteri selulolitik berbasis limbah cair air tahu dan air cucian beras dengan dosis
10 ml dengan pemberian tiga kali pada tanaman cabai merah memberikan hasil
bobot buah tanaman yang baik yaitu sebesar 15,90 g dan 11,94 g. Selanjutnya
hasil penelitian Hapsoh et al. (2020b) pemberian pupuk hayati konsorsium bakteri
selulolitik berbasis air cucian beras pada tanaman padi gogo dengan pemberian
tiga kali dengan dosis 10 ml memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman padi
yang baik.
Produk pupuk hayati bisa tunggal atau majemuk, yaitu terdiri dari dua atau
antar konsorsium bakteri dalam keadaan substrat yang mencukupi tidak akan
bakteri selulolitik potensial terpilih yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit,
serasah akasia, dan jerami padi. Enam isolat tersebut terdiri atas spesies Proteus
mirabilis berasal dari tandan kosong kelapa sawit, Bacillus cereus berasal dari
jerami padi, Providencia vermicola dan Bacillus cereus berasal dari dari serasah
dilakukan, menunjukkan bahwa enam isolat bakteri ini kompatibel satu sama lain.
Semua isolat yang diuji menunjukkan hasil yang positif karena tidak ada zona
hambat yang terbentuk di sekitar koloni bakteri yang tumbuh (Hapsoh et al.,
2017). Adanya kompatibilitas atau sinergisme dari dua bakteri atau lebih yang
selulosa menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya menjadi glukosa.
enzim yang dapat menghidrolisis selulosa yaitu enzim selulase (Ibrahim dan El-
hemiselulosa, sehingga tidak mudah larut dalam air, selulosa sulit mengalami
dan Kusnadi, 2015). Hasil penelitian Linda et al. (2017) menunjukkan bahwa
menghasilkan nisbah C/N 26,50 sedangkan kontrol 37,36 selama enam minggu
pengomposan.
Bahan organik yang mengandung selulosa merupakan substrat bagi
dekomposisi bahan organik (Simanungkalit et al., 2010). Air cucian beras atau
disebut leri adalah air yang diperoleh dalam proses pencucian beras. Air cucian
(Handiyanto, 2013). Menurut Citra et al. (2011) air cucian beras mengandung
14,252%, Sulfur 0,027% Besi 0,0427% dan Vitamin B1 0,043%. Hasil penelitian
Ariyanti et al. (2018) menunjukkan bahwa pemberian air cucian beras sebagai
tinggi batang dan pertambahan lilit batang. Hasil penelitian Andrianto (2007)
mati. Kehilangan atau kerugian hasil akibat organisme pengganggu tanaman dapat
sebagai agens hayati tersebut dapat berupa jamur, bakteri, virus, nematoda,
(Untung, 2006).
Entomopatogen adalah satu jenis atau satu kelompok mikroorganisme
(Wahyudi, 2008).
halus (hifa). Cendawan ini tidak dapat memproduksi makanan sendiri, sehingga
serangga yang hidup di dalam tanah, tetapi juga mampu menyerang serangga pada
bassiana pertama kali ditemukan oleh Agostino bassi di Beauce, Perancis yang
kepada Agostino Bassi, cendawan ini kemudian diberi nama B. Bassiana (Posada
Beauveria bassiana berhifa pendek, hialin, lurus dan tebal, konidia bulat
dan bersel satu. Secara makroskopis warna koloni semua isolat B. bassiana adalah
bulat dan memiliki satu sel. Ciri khas dari genus beauveria adalah konidiofor
spora ke dalam kutikula melalui kulit luar serangga. Pertumbuhan hifa akan
mengeluarkan enzim seperti protease, lipolitik, amilase, dan kitinase yang mampu
koordinasi sistem gerak, sehingga gerakan serangga tidak teratur dan lama-
kerusakan jaringan, terutama pada saluran pencernaan, otot, sistem syaraf, dan
antibiotik, yaitu Oosporein yang menekan populasi bakteri dalam perut serangga
serangga inang akan penuh oleh propagul B. bassiana. Pada bagian lunak dari
tubuh serangga inang, cendawan ini akan menembus keluar dan menampakkan
pertumbuhan hifa di bagian luar tubuh serangga inang yang biasa disebut “white
bloom”. Pertumbuhan hifa eksternal akan menghasilkan konidia yang bila telah
spesies atau strain cendawan, dan kepekaan stadium serangga pada tingkat
kelembaban lingkungan, struktur tanah (untuk serangga dalam tanah), dan suhu
yang tepat. Agar terjadi infeksi harus terjadi kontak antara spora B. bassiana yang
diterbangkan angin atau terbawa air dengan serangga inang (Soetopo dan
aplikasi cendawan B. bassiana dengan konsentrasi 30 g.l-1 air dan 35 g.l-1 efektif
mengendalikan ulat api (Setora nitens) pada kelapa sawit dengan menunjukkan
gejala awal hingga larva mati setelah 60-63 jam, Lethal concentration 50% paling
awal yaitu 35 g.l-1 air, lethal time 50% setelah 150 jam dan persentase mortalitas
aplikasi B. bassiana dengan konsentrasi 30 g.l-1 air dan 35 g.l-1 efektif untuk
mengendalikan walang sangit pada tanaman padi dengan gejala awal hingga larva
mati setelah 13,5 jam, Lethal concentration 50% paling awal yaitu 35 g.l-1 air,
lethal time 50% setelah 144 jam dan persentase mortalitas sebanyak 97,5% selama
12 hari.
pada tanaman. Tanaman kelapa sawit dapat terserang hama sejak tahap
bibit kelapa sawit pada tahap main nursery diantaranya adalah uret, kumbang
malam (Apogonia sp), ulat kantong, kutu daun (Aphids), ulat api (Setora nitens),
yang berada pada ketinggian 10 m dpl. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit kelapa sawit
varietas Tenera (DxP) PPKS Marihat umur 3 bulan, air cucian beras, topsoil
inseptisol, isolat konsorsium bakteri selulolitik yang terdiri dari enam isolat
bakteri yaitu dua isolat bakteri asal jerami padi (Bacillus cereus JP6 dan Baccilus
cereus JP7), dua isolat bakteri asal tandan kosong kelapa sawit (Proteus mirabilis
TKKS3 dan Proteus mirabilis TKKS7), dan dua isolat asal serasah akasia
(Providencia vermicola SA1 dan Bacillus cereus SA6) (koleksi Hapsoh et al.,
2016), alkohol 70%, aquades, nutrient agar (NA), nutrient broth (NB),
Carboxymethyl cellulose (CMC), gula merah, air, pupuk NPK, isolat cendawan
Beauveria bassiana Vuillemin lokal (koleksi Hapsoh et al., 2019), jagung pecah,
cm, meteran, cangkul, jerigen, gembor, polynet, timbangan analitik, gelas ukur,
petri, kain kasa, pisau, oven, kertas label, penggaris, jangka sorong, Portable
Photosyntesis System LI-6400XT, Chlorophyll meter, alat tulis dan alat pendukung
lainnya.
Faktor pertama adalah jumlah aplikasi pupuk hayati konsorsium bakteri selulolitik
P2 : Dua kali (pada saat pindah tanam dan 30 hari setelah pindah tanam)
P3 : Tiga kali (pada saat pindah tanam, 30, dan 60 hari setelah pindah tanam)
A2 : Dua kali (pada saat pindah dan 30 hari setelah pindah tanam)
A3 : Tiga kali (pada saat pindah tanam, 30, dan 60 hari setelah pindah tanam)
dilakukan tiga kali ulangan sehingga didapat 48 unit percobaan dengan masing-
masing unit percobaan terdapat 2 bibit kelapa sawit dan 2 bibit langsung dijadikan
sampel. Jadi total bibit kelapa sawit yang digunakan sebanyak 96 (Bagan
akhir formulasi pupuk hayati tersebut yaitu 1 L. Formulasi pupuk hayati tersebut
diinkubasi selama 21 hari pada suhu kamar. Setelah 21 hari pupuk hayati tersebut
diaplikasikan pada tanaman dengan dosis dan waktu yang telah ditetapkan.
Pupuk hayati konsorsium bakteri selulolitik berbasis air cucian beras yang
atau tidaknya bakteri pada pupuk hayati tersebut. Sebanyak 1 ml pupuk hayati
masing formulasi diteteskan ke cawan petri yang telah berisi medium NA dan
Populasi = x
v.p
cendawan B. bassiana Vuillemin lokal (koleksi Hapsoh et al., 2019) dibuat dalam
diambil sebanyak 30 g dan ditambahkan aquades steril sebanyak 1 liter serta gula
pasir sebanyak 15 g lalu diaduk kemudian disaring dengan menggunakan kain
Media yang digunakan adalah topsoil inseptisol yang telah dikering anginkan
selama tiga hari. Tanah diayak untuk mendapat ukuran yang seragam dengan
Bibit kelapa sawit yang digunakan adalah bibit kelapa sawit varietas
Tenera (DxP) PPKS Marihat umur 3 bulan. Dipilih bibit dengan pertumbuhan
cm pada pertengahan media tanam. Bibit dari pre nursery dipindahkan ke media
tanam main nursery yang telah disiapkan dengan cara disayat baby polybag dari
atas ke bawah dan dibuka dengan hati-hati, lalu bibit dimasukkan ke lubang
tanam. Bibit selanjutnya disusun dengan jarak 60 cm antar unit percobaan dan 40
Pemberian perlakuan pupuk hayati yaitu dengan cara pupuk hayati dengan
merata.
Pemberian perlakuan agens hayati yaitu dengan cara agens hayati dengan
penyiraman untuk aplikasi pertama 150 ml, aplikasi kedua 250 ml dan aplikasi
3.4.9 Pemeliharaan
3.4.9.1 Penyiraman
3.4.9.2 Penyiangan
manual dengan menggunakan tangan, sedangkan gulma yang ada di lahan di luar
3.4.9.3 Pemupukan
12:12:17 dengan dosis 10 g per tanaman (PPKS, 2002). Pupuk diberikan setengah
dosis anjuran. Pemberian pupuk dilakukan hanya satu kali, yaitu pada awal
penelitian dan diberikan secara melingkar dengan membuat parit kecil yang
berjarak 6 cm dari batang tanaman, lalu pupuk ditaburkan dan ditutup dengan
tanah (Rekomendasi dosis pupuk bibit kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran
2).
Populasi = x
v.p
Analisis tanah dilakukan pada saat sebelum penanaman dan pada akhir
3.5 Pengamatan
tinggi bibit merupakan selisih dari tinggi bibit akhir dengan tinggi bibit awal.
daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada awal dan akhir
penelitian. Pertambahan jumlah daun merupakan selisih dari jumlah daun akhir
dari kotoran yang melekat dengan air, lalu dikering anginkan.Volume akar
merupakan selisih dari volume air yang naik setelah akar dimasukkan ke gelas
ukur dengan volume air sebelumnya. Volume akar diperoleh dengan rumus :
Keterangan :
kering tajuk dan berat kering akar pada bibit yang sama pada pengamatan rasio
terpisah dan diberi label sesuai perlakuan. Selanjutnya dikeringkan di dalam oven
selama 2 x 24 jam pada suhu 70° dan ditimbang dengan timbangan analitik. Nilai
umur sembilan minggu setelah tanam (MST) pada pukul 11.00-13.00 WIB.
Chlorophyll meter. Pengamatan dilakukan sebanyak satu kali pada umur sembilan
cara mengumpulkan setiap hama yang terdapat pada tanaman. Hama yang didapat
Keterangan:
Yijk : Data pengamatan pada bibit kelapa sawit yang diberi jumlah aplikasi
pupuk hayati taraf ke-i, jumlah aplikasi agens hayati taraf ke- j, dan
ulangan ke- k.
µ : Nilai tengah umum
Pi : Pengaruh jumlah aplikasi pupuk hayati taraf ke-i.
Aj : Pengaruh jumlah aplikasi agens hayati taraf ke-j.
(PA)ij : Pengaruh interaksi jumlah aplikasi pupuk hayati taraf ke-i dengan
jumlah aplikasi agens hayati taraf ke-j.
ijk : Galat percobaan yang diberi pupuk hayati taraf ke-i dan agens hayati
taraf ke-j pada ulangan ke-k.
Data yang diperoleh kemudian diuji lanjut dengan uji jarak berganda
jumlah aplikasi pupuk hayati dan agens hayati berpengaruh tidak nyata terhadap
pertambahan tinggi bibit, sedangkan jumlah aplikasi pupuk hayati dan jumlah
aplikasi agens hayati berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa
sawit. Hasil uji lanjut pertambahan tinggi bibit dengan uji jarak berganda Duncan
Tabel 1. Pertambahan tinggi bibit kelapa sawit dengan jumlah aplikasi pupuk
hayati dan agens hayati
Jumlah Jumlah Aplikasi Agens Hayati
Rata-
Aplikasi Pupuk
Nol kali Satu kali Dua kali Tiga kali rata
Hayati
--------------------------------------
cm----------------------------------
Nol kali 10,72 d 10,31 d 11,13 cd 12,83 bcd 11,27 b
Satu kali 12,13 bcd 14,35 abcd 14,30 15,88 14,16 a
abcd abcd
Dua kali 13,21 abcd 12,55 bcd 14,10 16,90 abc 14,19 a
abcd
Tiga kali 12,57 bcd 17,35 ab 17,50 ab 18,83 a 16,57 a
Rata-rata 12,16 b 13,64 ab 14,28 ab 16,14 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
pertambahan tinggi bibit kelapa sawit dibandingkan dengan tanpa aplikasi pupuk
hayati. Aplikasi pupuk hayati dengan pemberian satu kali sudah memberikan
pertambahan tinggi bibit kelapa sawit yang lebih tinggi dibandingkan tanpa
aplikasi pupuk hayati yaitu 14,16 cm. Hal ini karena dengan aplikasi pupuk hayati
konsorsium bakteri selulolitik berbasis air cucian beras mampu lebih banyak
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi pertambahan tinggi bibit kelapa
sawit.
yang terdapat pada air cucian beras dan terdapat di tanah akan lebih cepat tersedia
bakteri yang mampu saling bekerja sama untuk menguraikan bahan organik.
dengan tanpa aplikasi pupuk hayati (Lampiran 6). Menurut Djukri (2005) hasil
karbon, nitrogen, posfor dan potassium dalam bentuk tersedia bagi tanaman.
Selain itu, salah satu bakteri yang terdapat pada pupuk hayati konsorsium
urease dalam jumlah besar. Enzim urease berperan menyediakan energi internal
berbasis air cucian beras sebanyak tiga kali dengan dosis 10 ml mampu
Pertambahan tinggi bibit kelapa sawit dengan aplikasi agens hayati dengan
pemberian tiga kali berbeda nyata dengan tanpa pemberian agens hayati tetapi
berbeda tidak nyata dengan pemberian satu kali dan dua kali. Aplikasi agens
hayati dengan pemberian tiga kali memberikan pertambahan tinggi bibit lebih
tinggi dibandingkan dengan tanpa aplikasi agens hayati yaitu 16,14 cm. Hal ini
bassiana Vuillemin lokal dapat menekan serangan hama pada bibit kelapa sawit.
(Orycthes rhinoceros) pada tanaman kelapa sawit dengan mortalitas total 80%
pada hari ke 9 setelah infeksi. Pada penelitian ini, ditemukan hama yang
menyerang bibit kelapa sawit yaitu kumbang Apogonia sp. Kumbang Apogonia sp
merupakan hama pemakan daun yang menyerang bibit kelapa sawit pada malam
hari dengan cara melubangi daun pada bagian tepi dan bagian tengah daun.
fotosintesis pada tanaman. Menurut Karowa et al. (2015) serangan hama pada
daun dapat menurunkan jumlah klorofil dan stomata pada daun. Klorofil berperan
dalam fotosintesis dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi
bahan utama dalam proses fotosintesis (Ai dan Banyo, 2011). Adanya klorofil
yang cukup pada daun maka penyerapan cahaya matahari akan berlangsung
dengan baik sehingga proses fotosintesis akan berjalan dengan baik pula dan
Karowa et al. (2015) serangan hama pemakan daun melalui simulasi serangan
daun kedelai menunjukkan tinggi tanaman yang lebih rendah dari tanaman tanpa
serangan.
hayati dan agens hayati dengan pemberian tiga kali berbeda nyata dengan
kombinasi tanpa aplikasi pupuk hayati pada setiap taraf aplikasi agens hayati,
kombinasi aplikasi pupuk hayati satu kali dan tanpa aplikasi agens hayati,
kombinasi aplikasi pupuk hayati dua kali dan satu kali aplikasi agens hayati dan
aplikasi tiga kali pupuk hayati dan tanpa aplikasi agens hayati. Kombinasi aplikasi
pupuk hayati dan agens hayati dengan pemberian tiga kali memberikan
pertambahan tinggi bibit tertinggi yaitu 18,83 cm dan telah mencapai standar
pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit (Lampiran 3). Hal ini dikarenakan
air cucian beras dan agens hayati cendawan B. bassiana Vuillemin lokal dengan
pemberian tiga kali mampu menyediakan unsur hara lebih banyak bagi bibit dan
menjaga kesehatan bibit sehingga mampu meningkatkan tinggi bibit kelapa sawit.
jumlah aplikasi pupuk hayati dan agens hayati berpengaruh tidak nyata terhadap
pertambahan diameter batang, begitu juga dengan jumlah aplikasi agens hayati,
diameter batang bibit kelapa sawit. Hasil uji lanjut pertambahan diameter batang
dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit dengan jumlah aplikasi
pupuk hayati dan agens hayati
Jumlah Jumlah Aplikasi Agens Hayati
Rata-
Aplikasi Pupuk
Nol kali Satu kali Dua kali Tiga kali rata
Hayati
--------------------------------cm--------------------------------
Nol kali 0,89 d 0,94 cd 0,98 bcd 1,04 bcd 0,96 b
Satu kali 1,17 abc 1,05 bcd 1,24 ab 1,14 abc 1,15 a
Dua kali 1,10 abcd 1,17 abc 1,22 ab 1,18 abc 1,16 a
Tiga kali 1,08 abcd 1,21 ab 1,22 ab 1,33 a 1,21 a
Rata-rata 1,06 a 1,09 a 1,16 a 1,17 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati nyata meningkatkan
hayati yaitu 1,15 cm. Hal ini karena dengan aplikasi pupuk hayati konsorsium
bakteri selulolitik berbasis air cucian beras mampu menyediakan kebutuhan unsur
lingkungan rhizosfer yang lebih baik bagi tanaman yang akan mendukung
konsorsium bakteri selulolitik berbasis air cucian beras menyebabkan unsur hara
yang ada pada air cucian beras dan di tanah dapat lebih cepat tersedia, karena
proses degradasi bahan organik sehingga hara pada air cucian beras dan pada
tanah dapat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Berdasarkan penelitian Sijabat et
meningkatkan pertambahan lingkar batang tanaman kelapa sawit pada fase TBM-
III. Hasil analisis tanah (Lampiran 5) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati
tanaman. Menurut Lingga dan Marsono (2013) unsur hara N dalam jumlah yang
nyata dengan tanpa aplikasi agens hayati. Hal ini diduga disebabkan oleh
hara bagi pertambahan diameter batang. Namun pemberian agens hayati sebanyak
tiga kali cenderung memberikan pertambahan diameter batang yang lebih besar
yaitu 1,17 cm. Cendawan B. bassiana lebih berperan dalam menekan serangan
berjalan dengan baik. Setyani et al. (2013) menyatakan bahwa daun yang luas
batang.
aplikasi pupuk hayati dengan pemberian tiga kali dan agens hayati dengan
pemberian tiga kali berbeda nyata dengan kombinasi tanpa aplikasi pupuk hayati
pada setiap taraf aplikasi agens hayati dan kombinasi aplikasi pupuk hayati satu
kali dan aplikasi agens hayati satu kali. Kombinasi aplikasi pupuk hayati dengan
pemberian tiga kali dan aplikasi agens hayati dengan pemberian tiga kali
tercukupinya unsur hara yang dibutuhkan untuk pertambahan diameter batang dan
B. bassiana yang dapat menekan serangan hama pada bibit kelapa sawit.
jumlah aplikasi pupuk hayati dan agens hayati berpengaruh tidak nyata terhadap
pertambahan jumlah daun, begitu juga dengan jumlah aplikasi agens hayati,
jumlah daun bibit kelapa sawit. Hasil uji lanjut pertambahan jumlah daun dengan
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit dengan jumlah aplikasi
pupuk hayati dan agens hayati
Jumlah Aplikasi Jumlah aplikasi Agens Hayati
Rata-rata
Pupuk Hayati Nol kali Satu kali Dua kali Tiga kali
Nol kali 4,33 c 4,33 c 5,17 abc 4,67 bc 4,63 b
Satu kali 5,17 abc 5,50 abc 5,67 abc 5,17 abc 5,38 a
Dua kali 5,00 abc 5,17 abc 5,67 abc 5,67 abc 5,38 a
Tiga kali 5,00 abc 5,33 abc 6,00 ab 6,33 a 5,66 a
Rata-rata 4,88 b 5,08 ab 5,46 ab 5,63 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
tanpa aplikasi pupuk hayati. Aplikasi pupuk hayati dengan pemberian satu kali
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Menurut Alviandy et al.
(2016) jumlah daun ditentukan oleh faktor genetik, sehingga perlu menggunakan
bibit yang berkualitas dalam proses pembibitan. Selain itu, faktor lingkungan juga
berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun, salah satunya adalah unsur hara
yang ada di dalam tanah. Menurut Baning et al. (2016) potensi genetik tanaman
seperti bentuk, ukuran dan berat organ yang dihasilkan dapat ditingkatkan dengan
organik, sehingga unsur hara yang ada pada air cucian beras dan pada tanah akan
lebih cepat tersedia bagi tanaman, sehingga meningkatkan penyerapan unsur hara
oleh tanaman. Tirta (2005) menyatakan bahwa unsur nitrogen merupakan unsur
(2013) unsur nitrogen akan menghasilkan protein untuk pembentukan sel-sel dan
klorofil. Fotosintesis akan berjalan optimal dengan adanya jumlah klorofil yang
pemberian tiga kali berbeda nyata dengan tanpa aplikasi agens hayati tetapi
berbeda tidak nyata dengan pemberian satu kali dan dua kali. Aplikasi agens
memberikan rata-rata pertambahan jumlah daun lebih banyak yaitu 5,63 helai. Hal
ini karena dengan pemberian agens hayati B. bassiana mampu menekan serangan
hama kumbang Apogonia sp yang merupakan hama pemakan daun yang dapat
menurunkan luas daun pada tanaman. Berdasarkan penelitian Nuraini et al. (2018)
mortalitas hama dan menurunkan intensitas serangan hama ulat grayak pada
(2013) luas daun menentukan laju fotosintesis per satuan tanaman. Luas daun
aplikasi agens hayati dengan pemberian tiga kali berbeda nyata dengan kombinasi
tanpa aplikasi pupuk hayati dan tanpa, satu kali, tiga kali aplikasi agens hayati.
Kombinasi aplikasi pupuk hayati dengan pemberian tiga kali dan aplikasi agens
terbanyak yaitu 6,33 helai dan telah mencapai standar pertumbuhan bibit kelapa
sawit (Lampiran 3). Hal ini disebabkan dengan adanya aplikasi pupuk hayati dan
agens hayati, maka unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup dan proses
metabolisme tanaman seperti fotosintesis berjalan dengan baik sehingga mampu
jumlah aplikasi pupuk hayati dan agens hayati berpengaruh tidak nyata terhadap
volume akar, tetapi jumlah aplikasi agens hayati dan jumlah aplikasi pupuk hayati
berpengaruh nyata terhadap volume akar bibit kelapa sawit. Hasil uji lanjut
volume akar dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Volume akar bibit kelapa sawit dengan jumlah aplikasi pupuk hayati dan
agens hayati
Jumlah Aplikasi Jumlah Aplikasi Agens Hayati
Rata-rata
Pupuk Hayati Nol kali Satu kali Dua kali Tiga kali
-----------------------------------ml---------------------------------
Nol kali 8,83 c 11,33 bc 10,53 bc 12,83 bc 10,88 c
Satu kali 8,67 c 13,83 abc 12,67 bc 15,17 abc 12,58 bc
Dua kali 10,17 bc 15,50 abc 16,33 abc 17,33 ab 14,83 ab
Tiga kali 13,83 abc 17,33 ab 21,83 a 18,17 ab 17,79 a
Rata-rata 10,37 b 14,50 a 15,33 a 15,86 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
kali berbeda tidak nyata dengan pemberian dua kali tetapi berbeda nyata dengan
pemberian satu kali dan tanpa aplikasi pupuk hayati terhadap volume akar bibit
kelapa sawit. Aplikasi pupuk hayati konsorsium bakteri selulolitik berbasis air
cucian beras dengan pemberian tiga kali memberikan volume akar lebih besar
yaitu 17,79 ml. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk hayati konsorsium bakteri
selulolitik berbasis air cucian beras mampu meningkatkan unsur hara dan
memperbaiki sifat fisik tanah untuk pertumbuhan akar. Penggunaan pupuk hayati
konsorsium bakteri selulolitik berbasis air cucian beras mampu mempercepat
proses degradasi bahan organik sehingga hara pada air cucian beras dan pada
Selain itu, salah satu bakteri yang terdapat pada pupuk hayati ini adalah
vermicola adalah bakteri pelarut fosfat yang dapat melarutkan fosfat tidak tersedia
menjadi tersedia sehingga dapat diserap oleh tanaman. Berdasarkan analisis tanah
Pertumbuhan akar juga dipengaruhi oleh sifat fisik tanah. Akar tanaman
akan lebih baik pertumbuhannya pada tanah dengan berat isi tanah yang rendah
atau tanah yang gembur dan porositas yang tinggi. Tanah yang gembur memiliki
pori tanah yang tinggi sehingga memudahkan akar untuk tumbuh dan
berkembang. Menurut Nugroho (2017) porositas tanah yang tinggi dan berat
volume tanah yang rendah akan memberikan ruang pesebaran akar yang lebih
luas. Pemberian pupuk hayati konsorsium bakteri selulolitik berbasis air cucian
beras diduga mampu memperbaiki sifat fisik tanah. Menurut Suwahyono (2011)
pupuk hayati perombak bahan organik mampu berperan sebagai pembenah tanah
aerasi tanah, serta meningkatkan kandungan biokimia tanah yang kaya akan
satu kali sudah memberikan volume akar lebih besar dibanding tanpa aplikasi
agens hayati yaitu 14,50 ml. Hal ini karena cendawan B. bassiana yang
daun yaitu kumbang Apogonia sp yang ditemukan pada bibit kelapa sawit di
sebagai alat fotosintesis. Daun yang sehat akan menghasilkan klorofil dalam
menghasilkan karbohidrat dan energi bagi tanaman yang digunakan dalam proses
akar.
Volume akar bibit kelapa sawit dengan kombinasi aplikasi pupuk hayati
dan agens hayati dengan pemberian dua kali berbeda tidak nyata dengan
perlakuaan lainnya, tetapi berbeda nyata dengan kombinasi tanpa aplikasi pupuk
hayati pada setiap taraf aplikasi agens hayati dan kombinasi aplikasi pupuk hayati
satu kali dan tanpa aplikasi agens hayati. Kombinasi aplikasi pupuk hayati dengan
pemberian tiga kali dan aplikasi agens hayati dengan pemberian dua kali
menunjukkan volume akar tertinggi yaitu 21,83 ml. Hal ini karena dengan aplikasi
pupuk hayati konsorsium bakteri selulolitik berbasis air cucian beras dan aplikasi
memperbaiki sifat fisik tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan akar serta
menjaga aktivitas fotosintesis tetap optimal sehingga dihasilkan fotosintat yang
jumlah aplikasi pupuk hayati dan agens hayati berpengaruh tidak nyata terhadap
berat kering bibit, tetapi jumlah aplikasi pupuk hayati dan jumlah aplikasi agens
hayati berpengaruh nyata terhadap berat kering bibit kelapa sawit. Hasil uji lanjut
berat kering bibit dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Berat kering bibit kelapa sawit dengan jumlah aplikasi pupuk hayati dan
agens hayati
Jumlah Aplikasi Jumlah Aplikasi Agens Hayati
Rata-rata
Pupuk Hayati Nol kali Satu kali Dua kali Tiga kali
------------------------------------
g------------------------------------
Nol kali 8,45 c 9,76 bc 13,17 abc 14,05 abc 11,36 b
Satu kali 11,59 abc 14,96 abc 12,94 abc 16,35 ab 13,96 ab
Dua kali 14,10 abc 15,90 ab 12,97 abc 17,97 a 15,27 a
Tiga kali 12,45 abc 14,46 abc 18,03 a 18,46 a 15,85 a
Rata-rata 11,65 b 13,76 ab 14,28 ab 16,71 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 5 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati dengan pemberian dua
kali berbeda tidak nyata dengan pemberian satu kali dan tiga kali tetapi berbeda
nyata dengan tanpa aplikasi pupuk hayati. Aplikasi pupuk hayati konsorsium
bakteri selulolitik berbasis air cucian beras dengan pemberian dua kali
menunjukkan rata-rata berat kering bibit kelapa sawit lebih besar dibandingkan
tanpa aplikasi pupuk hayati yaitu 15,27 g. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi
tanaman. Berat kering tanaman terdiri dari berat kering tajuk dan akar. Berat
kering tanaman merupakan penimbunan hasil fotosintesis pada tanaman, karena
itu untuk mendapatkan berat kering tanaman yang besar dibutuhkan fotosintesis
yang optimal. Menurut Afrillah et al. (2015) berat kering tanaman menunjukkan
dan karena adanya interaksi antara tanaman dengan faktor lingkungan. Salah satu
unsur hara.
beras diduga mampu menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan bibit kelapa
sawit karena dengan adanya konsorsium bakteri selulolitik maka unsur hara yang
ada pada air cucian beras dan di tanah menjadi lebih cepat tersedia bagi tanaman.
Hal ini karena konsorsium bakteri selulolitik merupakan sekumpulan bakteri yang
enzim selulase yang diproduksinya. Hasil penghitungan koloni bakteri pada tanah
setelah aplikasi pupuk hayati menunjukkan bahwa dengan pemberian tiga kali
tanpa, satu kali dan dua kali pemberian (Lampiran 6). Menurut Djukri (2005) hasil
karbon, nitrogen, posfor dan potassium dalam bentuk tersedia bagi tanaman.
Unsur hara yang tersedia akan lebih cepat diserap oleh tanaman, dengan begitu
pertumbuhan tanaman akan berjalan dengan baik. Hasil analisis tanah (Lampiran
berbasis air cucian beras meningkatan unsur N, P, dan K pada tanah. Lingga dan
Marsono (2013) menyatakan unsur hara N dalam jumlah yang cukup mampu
mempercepat pertumbuhan tanaman, khusunya batang dan daun, unsur P berperan
beberapa enzim serta memacu fotosintat berupa karbohidrat dari daun ke organ
tanaman lainnya.
bakteri selulolitik berbasis air cucian beras meningkat diduga juga disebabkan
oleh adanya mikrob yang terdapat pada pupuk hayati ini memiliki kemampuan
dalam menghasilkan IAA oleh bakteri Bacillus cereus (Puspita et al., 2018),
pelarut fosfat oleh bakteri Providencia vermicola (Hussain et al., 2015) dan
menghasilkan enzim urease yang mampu menguraikan urea oleh bakteri Proteus
pemberian tiga kali berbeda nyata dengan tanpa aplikasi agens hayati tetapi
berbeda tidak nyata dengan pemberian satu dan dua kali. Aplikasi agens hayati
memberikan rata-rata berat kering bibit kelapa sawit terbesar yaitu 16,71 g. Hal
pemakan daun bibit kelapa sawit. Rendahnya serangan hama pemakan daun
kering tanaman, hal ini sesuai dengan pendapat Soekarno (2001) berat kering
tanaman adalah hasil penimbunan bersih fotosintesis selama periode
pertumbuhan.
Berat kering bibit kelapa sawit dengan kombinasi aplikasi pupuk hayati
dengan pemberian tiga kali dan aplikasi agens hayati dengan pemberian tiga kali
berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya, tetapi berbeda nyata dengan
kombinasi tanpa aplikasi pupuk hayati dan tanpa, satu kali aplikasi agens hayati.
Kombinasi aplikasi pupuk hayati sebanyak tiga kali dengan aplikasi agens hayati
sebanyak tiga kali memberikan berat kering bibit kelapa sawit terbesar yaitu 18,46
g. Hal ini dikarenakan dengan aplikasi pupuk hayati konsorsium bakteri selulolitik
berbasis air cucian beras dan aplikasi agens hayati cendawan B. bassiana
Vuillemin lokal mampu meningkatkan unsur hara dan fotosintat yang dibutuhkan
untuk meningkatkan berat kering bibit kelapa sawit. Mulyaningsih dan Djumali
jumlah aplikasi pupuk hayati dan agens hayati berpengaruh tidak nyata terhadap
rasio tajuk akar, begitu juga dengan jumlah aplikasi agens hayati tetapi jumlah
aplikasi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar bibit kelapa
sawit. Hasil uji lanjut rasio tajuk akar dengan uji jarak berganda Duncan pada
Tabel 6 menunjukkan bahwa rasio tajuk akar dengan pemberian tiga kali
pupuk hayati berbeda nyata dengan tanpa aplikasi dan satu kali aplikasi pupuk
hayati tetapi berbeda tidak nyata dengan pemberian dua kali pupuk hayati.
Aplikasi pupuk hayati sebanyak tiga kali menunjukkan rasio tajuk akar yang lebih
besar yaitu 3,55. Hal ini karena dengan aplikasi pupuk hayati konsorsium bakteri
selulolitik berbasis air cucian beras sebanyak tiga kali akan menyediakan unsur
hara yang lebih banyak bagi tanaman. Unsur hara yang tersedia akan
meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun yang merupakan
komponen dari berat kering tajuk. Semakin besar berat kering tajuk maka semakin
Aplikasi agens hayati menunjukkan bahwa rasio tajuk akar berbeda tidak
nyata pada setiap perlakuan, tetapi aplikasi agens hayati sebanyak tiga kali
cenderung memberikan rasio tajuk akar terbesar yaitu 3,35. Hal ini karena dengan
aplikasi agens hayati cendawan B. bassiana Vuillemin lokal sebanyak tiga kali
pemakan daun pada bibit kelapa sawit, sehingga bentuk dan ukuran daun
dipertahankan. Daun merupakan komponen dari berat kering tajuk dengan begitu
pemberian tiga kali dan aplikasi agens hayati dengan pemberian tiga kali berbeda
nyata dengan kombinasi tanpa aplikasi pupuk hayati dan tanpa aplikasi agens
hayati. Kombinasi aplikasi pupuk hayati dengan pemberian tiga kali dan aplikasi
agens hayati dengan pemberian tiga kali memberikan rasio tajuk akar terbesar
yaitu 3,90. Hal ini menunjukkan bahwa dengan aplikasi pupuk hayati dan agens
hayati mampu meningkatkan rasio tajuk akar. Rasio tajuk akar menggambarkan
proporsi pembagian fotosintat antara bagian tajuk dan bagian akar. Nilai rasio
tajuk akar pada setiap perlakuan pada penelitian ini lebih dari 1, artinya proporsi
fotosintat lebih banyak ke tajuk daripada ke akar. Menurut Ariyanti et al. (2018)
jumlah aplikasi pupuk hayati dan agens hayati berpengaruh tidak nyata terhadap
laju fotosintesis, begitu juga dengan jumlah aplikasi agens hayati tetapi jumlah
aplikasi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap laju fotosintesis bibit kelapa
sawit. Hasil uji lanjut laju fotosintesis dengan uji jarak berganda Duncan pada
berbeda tidak nyata dengan pemberian dua kali tetapi berbeda nyata dengan tanpa
dan satu kali aplikasi pupuk hayati. Aplikasi pupuk hayati sebanyak tiga kali
memberikan rata-rata laju fotosintesis yang lebih tinggi yaitu 29,27 μmol CO2 m-2
s-1. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati konsorsium bakteri
selulolitik berbasis air cucian beras mampu mencukupi kebutuhan unsur hara bibit
kelapa sawit dalam melakukan fotosintesis. Menurut Setyani et al. (2013) unsur N
mampu menghasilkan protein yang berfungsi dalam pembentukan sel dan klorofil.
cahaya menjadi energi kimia dalam reaksi terang. Energi kimia selanjutnya
digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi karbohidrat dan O2 pada reaksi gelap.
Bila klorofil meningkat dan bahan pendukung lainnya dalam keaadaan optimal
pemberian tiga kali berbeda tidak nyata dengan pemberian satu dan dua kali tetapi
berbeda nyata dengan tanpa aplikasi agens hayati. Aplikasi agens hayati sebanyak
tiga kali memberikan rata-rata laju fotosintesis yang lebih tinggi yaitu 27,99 μmol
CO2 m-2 s-1. Hal ini karena dengan aplikasi agens hayati cendawan entomopatogen
dipengaruhi oleh luas daun dan jumlah klorofil. Luas daun berhubungan dengan
pemberian tiga kali dan aplikasi agens hayati dengan pemberian tiga kali bebeda
nyata dengan kombinasi tanpa aplikasi pupuk hayati dan tanpa aplikasi agens
hayati, kombinasi tanpa aplikasi pupuk hayati dan aplikasi agens hayati satu kali
dan dua kali serta berbeda nyata juga dengan kombinasi aplikasi pupuk hayati
satu kali dan tanpa aplikasi agens hayati. Kombinasi aplikasi pupuk hayati
sebanyak tiga kali dengan aplikasi agens hayati sebanyak tiga kali memberikan
laju fotosintesis tertinggi yaitu 31,52 μmol CO2 m-2 s-1. Hal ini karena dengan
aplikasi pupuk hayati konsorsium bakteri selulolitik berbasis air cucian beras dan
fotosintesis.
jumlah aplikasi pupuk hayati dan agens hayati berpengaruh tidak nyata terhadap
kandungan klorofil, tetapi jumlah aplikasi pupuk hayati dan jumlah aplikasi agens
hayati berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil bibit kelapa sawit. Hasil uji
lanjut kandungan klorofil dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% dapat
Tabel 8. Kandungan klorofil bibit kelapa sawit dengan jumlah aplikasi pupuk
hayati dan agens hayati
Jumlah Aplikasi Jumlah Aplikasi Agens Hayati
Rata-rata
Pupuk Hayati Nol kali Satu kali Dua kali Tiga kali
------------------------------ μmol m-2
-------------------------------
Nol kali 28,0 d 34,8 cd 36,3 bcd 37,6 abcd 34,18 b
Satu kali 34,8 cd 36,1 bcd 36,1 bcd 39,0 abcd 36,54 b
Dua kali 33,9 cd 35,4 bcd 38,8 abcd 47,7 ab 38,39 ab
Tiga kali 39,7 abcd 44,5 abc 39,7 abcd 49,2 a 43,27 a
Rata-rata 34,10 b 37,71 b 37,77 b 42,40 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
kali berbeda tidak nyata dengan pemberian dua kali tetapi berbeda nyata dengan
tanpa dan satu kali aplikasi pupuk hayati. Aplikasi pupuk hayati dengan
pemberian tiga kali memberikan rata-rata kandungan klorofil lebih banyak yaitu
43,27 μmol m-2. Hal ini karena dengan aplikasi pupuk hayati konsorsium bakteri
selulolitik berbasis air cucian beras mampu mencukupi unsur hara yang
selulolitik unsur hara akan lebih cepat tersedia bagi tanaman, sehingga lebih cepat
diserap oleh tanaman. Menurut Wardiana dan Zainal (2003) unsur N yang cukup
fotosintesis.
pemberian tiga kali berbeda nyata dengan tanpa, satu kali dan dua kali aplikasi
agens hayati. Aplikasi agens hayati dengan pemberian tiga kali memberikan rata-
rata kandungan klorofil terbanyak yaitu 40,42 μmol m-2. Hal ini karena dengan
serangan hama kumbang Apogonia sp yang menyerang daun bibit kelapa sawit,
sehingga dapat mempertahankan kesehatan dan luas daun. Luas daun berbanding
lurus dengan jumlah klorofil. Semakin luas daun maka semakin banyak
pemberian tiga kali dan agens hayati dengan pemberian tiga kali berbeda nyata
dengan kombinasi tanpa aplikasi pupuk hayati dan tanpa aplikasi agens hayati.
Kombinasi aplikasi pupuk hayati sebanyak tiga kali dan agens hayati sebanyak
tiga kali memberikan kandungan klorofil terbanyak yaitu 49,2 μmol m-2. Hal ini
cucian beras dan agens hayati cendawan B. Bassiana Vuillemin lokal mampu
dalam proses fotosintesis, sehingga semakin banyak jumlah klorofil pada daun
hama yang menyerang bibit kelapa sawit adalah kumbang Apogonia sp. Kumbang
Ciri morfologi dari kumbang Apogonia sp antara lain berwarna hitam mengkilat
dengan panjang tubuh 7-10 mm. Kumbang Apogonia sp bersifat nokturnal atau
aktif di malam hari. Pada siang hari kumbang Apogonia sp akan bersembunyi di
bagian tepi dan tengah daun. Gejala serangan dari kumbang Apogonia sp adalah
adanya lubang-lubang kecil tidak teratur pada daun bekas gigitan. Menurut
pertumbuhan bibit kelapa sawit, selain itu juga memberikan kesan negatif yang
jumlah aplikasi pupuk hayati dan jumlah aplikasi agens hayati berpengaruh tidak
nyata terhadap intensitas serangan hama, tetapi jumlah aplikasi pupuk hayati dan
Tabel 9. Intensitas serangan hama bibit kelapa sawit dengan jumlah aplikasi
pupuk hayati dan agens hayati
Jumlah Aplikasi Jumlah Aplikasi Agens Hayati
Rata-rata
Pupuk Hayati Nol kali Satu kali Dua kali Tiga kali
---------------------------------- %
-----------------------------------
Nol kali 33,56 a 28,78 a 29,46 a 26,73 ab 29,64 a
Satu kali 27,13 ab 32,95 a 28,70 a 12,80 cd 25,40 ab
Dua kali 25,37 ab 26,78 ab 25,11 ab 8,43 cd 21,42 b
Tiga kali 25,83 ab 16,85 bc 9,23 cd 3,18 d 13,77 c
Rata-rata 27,97 a 26,34 a 23,13 a 12,79 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
kali nyata memberikan intensitas serangan hama yang rendah dibanding dengan
serangan hama tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa aplikasi pupuk hayati
dengan persentase mencapai 28,95%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan aplikasi
pupuk hayati mampu mempengaruhi serangan hama pada bibit kelapa sawit.
tanaman dari serangan hama. Menurut Buckman dan Brady (1982) unsur fosfor
lebih resisten dari serangan hama. Selanjutnya Untung (2006) menyatakan bahwa
serangan pada tanaman padi gogo. Selanjutnya penelitian Hasnah dan Susana
(2010) aplikasi pupuk hayati dan pupuk kandang dapat menekan serangan hama
sebanyak tiga kali nyata memberikan intensitas serangan terendah yaitu 13,77%.
serangan hama tertinggi yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi
menekan serangan hama pada bibit kelapa sawit. Cendawan B. bassiana adalah
Menurut El-Sinary dan Rizk (2007) B. bassiana di dalam tubuh serangga akan
kehilangan koordinasi sistem gerak, sehingga gerakan serangga tidak teratur dan
sistem pernafasan, dan lobang mulut sedangkan, mekanisme infeksi secara racun
bassiana akan memperbanyak diri dengan cepat hingga seluruh jaringan serangga
dan tanpa aplikasi agens hayati berbeda nyata dengan kombinasi aplikasi pupuk
hayati dengan pemberian satu, dua dan tiga kali dan aplikasi agens hayati dengan
pemberian tiga kali. Kombinasi tanpa aplikasi pupuk hayati dan tanpa aplikasi
sedangkan kombinasi aplikasi pupuk hayati sebanyak tiga kali dan aplikasi agens
hayati sebanyak tiga kali menunjukkan intensitas serangan hama terkecil yaitu
3,18%. Hal ini karena dengan kombinasi aplikasi pupuk hayati konsorsium bakteri
selulolitik berbasis air cucian beras dan agens hayati cendawan entomopatogen B.
bassiana Vuillemin lokal mampu menjaga ketahanan tanaman dari serangan hama
5.1 Kesimpulan
aplikasi pupuk hayati konsorsium bakteri selulolitik berbasis air cucian beras
mampu meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di main nursery, dengan
pemberian satu kali yaitu pada saat pindah tanam nyata meningkatkan
jumlah daun, namun perubahan nilai tiap parameter pengamatan cenderung lebih
baik dengan pemberian pupuk hayati sebanyak tiga kali yaitu pada saat pindah
tanam, 30 hari setelah pindah tanam dan 60 hari setelah pindah tanam. Aplikasi
agens hayati cendawan B. bassiana Vuillemin lokal dengan pemberian tiga kali
yaitu pada saat pindah tanam, 30 hari setelah pindah tanam, dan 60 hari setelah
pindah tanam memberikan hasil yang baik pada setiap parameter pengamatan.
Kombinasi aplikasi pupuk hayati dengan pemberian tiga kali dan agens hayati
dengan pemberian tiga kali memberikan hasil terbaik bagi pertumbuhan bibit
5.2 Saran
air cucian beras dengan pemberian tiga kali dan agens hayati cendawan B.
DAFTAR PUSTAKA
Nuraini, A.R., I.P. Sudiarta, dan N.N. Darmiati. 2018. Uji efektifitas jamur B.
bassiana Bals. terhadap ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada tanaman
tembakau. Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 7(1): 11-23.
LAMPIRAN
P2A3
(I)
P0A0
(II)
P3A2
(I)
P1A2
(III)
P2A3
(III)
P0A2 60 cm
(I)
P0A1
(I)
P2A0 60 cm
(II)
Keterangan :
: jarak antar unit percobaan 60 cm
Faktor pertama adalah jumlah aplikasi pupuk hayati terdiri dari 4 taraf yaitu:
P0 : Nol kali (tanpa aplikasi pupuk hayati)
P1 : Satu kali (pada saat pindah tanam)
P2 : Dua kali (pada saat pindah tanam dan 30 hari setelah pindah tanam)
P3 : Tiga kali (pada saat pindah tanam, 30, dan 60 hari setelah pindah tanam)
Faktor kedua adalah jumlah aplikasi agens hayati terdiri dari 4 taraf yaitu:
A0 : Nol kali (tanpa aplikasi agens hayati)
A1 : Satu kali (pada saat pindah tanam)
A2 : Dua kali (pada saat pindah dan 30 hari setelah pindah tanam)
A3 : Tiga kali (pada saat pindah tanam, 30, dan 60 hari setelah pindah tanam)
I, II, III : ulangan
Lampiran 2. Rekomendasi dosis pupuk bibit kelapa sawit (g per bibit)
Umur Pupuk N-P-K-Mg Pupuk N-P-K-Mg
Kieserite
Minggu Ke- (15-15-6-4) (12-12-17-2)
14 2,5
15 2,5
16 5,0
17 5,0
18 7,5
20 7,5
22 10
24 10
26 10
28 10 5
30 10
32 10 5
34 15
36 15 7,5
38 15
40 15 7,5
42 20
44 20 10
46 20
48 20 10
50 25
52 25 10
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2002
Lampiran 3. Standar umum pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit
Keterangan :
Faktor pertama adalah jumlah aplikasi pupuk hayati terdiri dari 4 taraf yaitu:
P0 : Nol kali (tanpa aplikasi pupuk hayati)
P1 : Satu kali (pada saat pindah tanam)
P2 : Dua kali (pada saat pindah tanam dan 30 hari setelah pindah tanam)
P3 : Tiga kali (pada saat pindah tanam, 30, dan 60 hari setelah pindah tanam)
Faktor kedua adalah jumlah aplikasi agens hayati terdiri dari 4 taraf yaitu:
A0 : Nol kali (tanpa aplikasi agens hayati)
A1 : Satu kali (pada saat pindah tanam)
A2 : Dua kali (pada saat pindah dan 30 hari setelah pindah tanam)
A3 : Tiga kali (pada saat pindah tanam, 30, dan 60 hari setelah pindah tanam)
Keterangan :
Faktor pertama adalah jumlah aplikasi pupuk hayati terdiri dari 4 taraf yaitu:
P0 : Nol kali (tanpa aplikasi pupuk hayati)
P1 : Satu kali (pada saat pindah tanam)
P2 : Dua kali (pada saat pindah tanam dan 30 hari setelah pindah tanam)
P3 : Tiga kali (pada saat pindah tanam, 30, dan 60 hari setelah pindah tanam)
Faktor kedua adalah jumlah aplikasi agens hayati terdiri dari 4 taraf yaitu:
A0 : Nol kali (tanpa aplikasi agens hayati)
A1 : Satu kali (pada saat pindah tanam)
A2 : Dua kali (pada saat pindah dan 30 hari setelah pindah tanam)
A3 : Tiga kali (pada saat pindah tanam, 30, dan 60 hari setelah pindah tanam)
1 2 3
4 5 6
Gambar 7.1 Pembuatan pupuk hayati konsorsium bakteri selulolitik berbasis air
cucian beras
1 2 3
4 5 6
Gambar 7.2 Pembuatan agens hayati cendawan Beauveria bassiana Vuillemin
lokal
1 2 3
4 5 6
Gambar 8. Proses penghitungan jumlah koloni di pupuk hayati dan di tanah
setelah penelitian
1 2 3
4 5 6
7 8 9
10 11 12
13 14 15
16 17
Gambar 9. Pelaksanaan penelitian
Keterangan : Persiapan lahan (1), persiapan media tanam (2), persiapan bibit (3),
pindah tanam (4), aplikasi pupuk hayati (5), aplikasi agens hayati
(6), penyiraman tanaman (7), penyiangan gulma (8), pengamatan
tinggi bibit (9), pengamatan diameter batang (10), pengamatan laju
fotosintesis (11), pengamatan kandungan klorofil (12),
pembongkaran bibit (13), pengamatan volume akar (14),
pengeringan bibit (15), penimbangan berat kering tajuk (16),
penimbangan berat kering akar ( 17).
Gambar 10. Bibit kelapa sawit berdasarkan aplikasi pupuk hayati dan agens hayati
Keterangan :
Faktor pertama adalah jumlah aplikasi pupuk hayati terdiri dari 4 taraf yaitu:
P0 : Nol kali (tanpa aplikasi pupuk hayati)
P1 : Satu kali (pada saat pindah tanam)
P2 : Dua kali (pada saat pindah tanam dan 30 hari setelah pindah tanam)
P3 : Tiga kali (pada saat pindah tanam, 30, dan 60 hari setelah pindah tanam)
Faktor kedua adalah jumlah aplikasi agens hayati terdiri dari 4 taraf yaitu:
A0 : Nol kali (tanpa aplikasi agens hayati)
A1 : Satu kali (pada saat pindah tanam)
A2 : Dua kali (pada saat pindah dan 30 hari
setelah pindah tanam)
A3 : Tiga kali (pada saat pindah tanam, 30, dan
60 hari setelah pindah tanam)
RIWAYAT HIDUP
SUBEKTI ADI MULYO, lahir di Pekanbaru pada tanggal 04 Oktober 1997. Lahir
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Mulyono Bambang
Priyono dan Sugiharti. Penulis memulai pendidikan pada tahun 2004 di SD Negeri
006 Ujung Batu dan lulus pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri 1 Ujung Batu dan lulus pada tahun 2013. Penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 2 Ujung Batu dan lulus pada tahun 2016. Melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2016
penulis diterima menjadi Mahasiswa di Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Riau. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di
Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) PT. Arara Abadi,
Perawang, Kabupaten Siak pada bulan Juli-September 2018. Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) pada bulan Juli-September 2019
di Kampung Sri Gading, Kecamatan Lubuk Dalam, Kabupaten Siak. Penulis
melaksanakan penelitian pada bulan Januari-April 2020 dengan judul “Pengaruh
Aplikasi Pupuk Hayati dan Agens Hayati terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery” di bawah bimbingan Prof. Dr.
Ir. Hapsoh, MS. Pada tanggal ( ) penulis dinyatakan
lulus pada ujian Komprehensif Program Studi Agroteknologi Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau.
UCAPAN TERIMA KASIH