Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

MUTASI FISIK PADA TUMBUHAN

Disusun oleh :

Nama : Qalbin Salim Fazli


NPM : 1905109010052
Jadwal Praktikum : Kamis / Jam 10.00 WIB

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
menyelesaikan Laporan Praktikum Pengantar Pemuliaan Tanaman yang berjudul
“Morfologi Bunga dan Penyerbukan Pada Tanaman Belimbing Manis (Averrhoa
carambola)”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum ini penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bimbingan dan motivasi dari semua pihak, akhirnya Laporan
Praktikum ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada asisten laboratorium saudara Keke Sahputra yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktikum ini. Serta penulis ucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah mendukung secara materi dan psikologis.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan yang dimiliki agar
Laporan Praktikum ini sempurna. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
 

Banda Aceh, 4 Maret 2021


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
ABSTRAKSI........................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN................................................................................................................
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................
1.2. Perumusan Masalah......................................................................................................
1.3. Tujuan Khusus...............................................................................................................
1.4. Manfaat..........................................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................
III. METODELOGI PRAKTIKUM.........................................................................................
3.1. Tempat dan waktu.........................................................................................................
3.2. Alat dan Bahan.............................................................................................................
3.3. Metode Pelaksanaan Praktikum....................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................
4.1. Hasil Pengamatan..........................................................................................................
4.2. Pembahasan...................................................................................................................
V. PENUTUP...........................................................................................................................
5.1. Kesimpulan....................................................................................................................
5.2. Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................................
ABSTRACT

Advancement of Mutation Breeding on Ornamental Plants in Indonesia. Along


with the increasing demand of ornamental plants in Indonesia and the change of consumers
preference, Indonesian breeders have released 102 varieties in the last 5 year. However,
the resulted varieties were not enough to substitute the imported varieties. A breeding
method for a new variety was carried out through induced mutation. Many researches have
been conducted in Indonesia, but these activities have not been comprehensively designed
to create the potential genotypes that ready to be released as new superior varieties.
Commonly, these activities were still in the stage of basic researches about the type and
the most effective dose or lethal dose (LD50), the sensitivity of both the plants cultured in-
vitro and in-vivo to mutagen; and genetic or phenotypic diversity due to the mutagen
treatments.

Keywords : Ornamental plant, induced mutation, mutant

ABSTRAKSI

Perkembangan Pemuliaan Mutasi Tanaman Hias di Indonesia. Seiring dengan


kebutuhan tanaman hias dalam negeri yang terus meningkat dan selera konsumen yang
cepat berubah, pemulia dalam negeri dalam 5 tahun terakhir telah melepas sekitar 102
varietas unggul baru. Namun, hasil tersebut belum dapat mensubsitusi varietas-varietas
impor. Salah satu metode untuk merakit varietas baru adalah melalui teknik mutasi. Cukup
banyak kegiatan penelitian teknik mutasi pada tanaman hias telah dilakukan di Indonesia,
namun belum dirancang secara komprehensif sampai menghasilkan genotip-genotip
harapan yang siap dilepas sebagai varietas unggul baru. Secara umum, kegiatan tersebut
masih dalam tahapan penelitian dasar yang berkaitan dengan jenis, dosis yang paling
efektif, LD50; sensitifitas bagian tanaman baik biakan in-vitro maupun in-vivo terhadap
mutagen dan keragaman yang ditimbulkan pada tanaman akibat pemberian mutagen.

Kata kunci : tanaman hias, teknik mutasi , mutagen, mutan.


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu pemuliaan tanaman memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan akhir dalam  pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan sifat dan
hasil yang lebih baik yaitu mempunyai kuantitas baik dan kualitas yang baik. Salah satu
teknik pemuliaan yang sudah banyak dikembangkan diluar negeri yaitu dengan induksi
mutasi. Di Indonesia sendiri induksi mutasi sudah mulai dikembangkan terutama pada
tanaman pangan, buah-buahan dan tanaman hias.

Induksi mutasi atau mutasi buatan adalah perubahan materi genetik yang
disebabkan oleh usaha manusia dan merupakan salah satu cara meningkatkan keragaman
tanaman. Induksi mutasi dapat dilakukan dengan perlakuan bahan mutagen terhadap
materi reproduktif yang akan dimutasi. Terdapat dua jenis bahan mutagen, yaitu mutagen
kimia dan mutagen fisika. Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa kimia yang
memiliki gugus alkil, seperti etil metan sulfonat (EMS), dietil sulfat (DES), metil metan
sulfonat (MMS), hidroksil amina, dan nitrous acid. Mutagen fisika merupakan radiasi
energi nuklir, seperti iradiasi sinar gama. Peran utama teknologi nuklir dalam pemuliaan
tanaman terkait dengan kemampuannya dalam menginduksi mutasi pada materi genetik.

Penerapan mutasi induksi di Indonesia dimulai pada tahun 1967 setelahberdirinya


instalasi sinar Co60 di PusatAplikasi Isotop dan Radiasi Pasar Jum’at. Program pemuliaan
mutasi secara intensifdimulai tahun 1972 dengan bantuanteknik dari International Atomic
EnergyAgency (IAEA) yang berpusat di Wina(Hendratno dan Mugiono 1996). Prioritas
kegiatan diarahkan pada perbaikanvarietas padi, yakni umur genjah, tahan terhadap
serangan patogen, dan kekeringan, serta kualitas biji disenangi konsumen. Kemudian
kegiatan dilanjutkan pada tanaman palawija, perkebunan,dan hortikultura.

Mutation is a technique that has been developed extensively as an effort to increase


plant genetic diversity to acquire new traits as a means for plant genetic improvement,
especially in plants that are always propagated vegetatively so that genetic diversity is low
or to acquire new characters where these traits are not found. on the existing gene poll.
What is called a mutation is a change in genetic material in living things that occurs
suddenly and randomly and is inherited. Mutations that occur can be inherited and can
return to normal (epigenetic).

Mutations can occur naturally or intentionally induced for specific purposes for
plant genetic repair. Natural mutations can occur due to the presence of sunlight, or
electrical energy such as lightning. Artificial mutations for plant breeding purposes can be
carried out by providing mutagens. There are two groups of mutagens that can be used to
obtain mutants, namely physical mutagens and chemical mutagens. Physical mutagens
include x rays, gamma rays and ultraviolet rays.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pembuatan kultivar baru yaitu melalui
pemuliaan mutasi buatan. Induksi mutasi secara fisik maupun kimiawi merupakan metode
yang sangat baik digunakan untuk pengembangan varietas tanaman yang diperbanyak
secara vegetatif. Teknik pemuliaan ini sudah dapat menghasilkan varietas baru pada
tanaman pisang, anggrek, tanaman hias dan di Malaysia sedang dilakukan pada tanaman
yang menghasilkan biji apomiktik seperti manggis dan duku. Di alam, perbedaan antar
individu dalam suatu populasi selalu dijumpai. Keragaman tersebut ada yang bisa
diwariskan atau disebut variasi genetik, tetapi ada juga yang disebabkan oleh faktor
lingkungan sehingga tidak dapat diwariskan. Keragaman genetik dalam suatu populasi
sangat esensial bagi keberhasilan program pemuliaan tanaman.

Keragaman genetik dapat terjadi secara alami atau spontan, tetapi dapat juga secara
buatan. Keragaman genetik yang terjadi secara spontan disebabkan oleh terjadinya mutasi,
rekombinasi, dan migrasi gen. Mutasi spontan ialah mutasi yang tejadi secara alami yang
berhubungan dengan proses replikasi DNA, yaitu kesalahan dalam replikasi DNA,
kerusakan DNA, kesalahan saat pembelahan sel, perubahan tautomerik, dan perpindahan
materi genetik atau elemen loncat. Mutasi spontan mempunyai frekuensi yang sangat
rendah yakni sekitar 10-9 sampai 10-7 kali. Frekuensinya dapat ditingkatkan oleh
rangsangan dari luar secara buatan baik faktor kimia, fisik atau biologis. Jadi faktor luar
bukan penyebab utama terjadinya mutasi tetapi hanya meningkatkan.

Gamma rays are one of the physical mutagens often used in mutagenesis
techniques plant. Radioactive rays when hitting the tissue plants will cause ionization of
water molecules, will then oxidize the sugars in DNA so the nucleotide sequence will
break. But there is also direct radiation causes the nucleotide bases to be released,
damaged, or change the arrangement of the molecules, thus inhibiting its replication and
transcription and results in no acid production amino because it is not readable at
translation time.

Radiasi juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam komposisi basa dan
juga putusnya rantai DNA. Dinyatakan juga bahwa efek radiasi terhadap basa lebih
penting dan berperan secara langsung dalam proses mutasi gen, seperti terjadinya
substitusi, penambahan atau hilangnya basa dalam molekul DNA. Radiasi juga dapat
menginduksi perubahan struktur kromosom, yaitu terjadinya pematahan kromosom. Pada
dosis rendah dapat menyebabkan terjadinya delesi, dan semakin tinggi dosisnya akan
terjadi duplikasi, inversi, atau translokasi kromosom.

Dosis iradiasi yang digunakan untuk menginduksi keragaman sangat menentukan


keberhasilan terbentuknya tanaman mutan. Kisaran dosis radiasi sinar gamma pada
berbagai jenis tanaman hias, dan untuk tanaman anyelir kisaran yang telah dicobakan
berada pada selang yang masih cukup lebar, yaitu antara 25-120 gray. Jika iradiasi
dilakukan pada benih, pada umumnya kisaran dosis yang efektif lebih tinggi dibandingkan
jika dilakukan pada bagian tanaman lainnya. Semakin banyak kadar oksigen dan molekul
air (H2O) dalam materi yang diiradiasi, maka akan semakin banyak pula radikal bebas
yang terbentuk sehingga tanaman menjadi lebih sensitif. Untuk itu maka perlu dicari dosis
optimum yang dapat efektif menghasilkan tanaman mutan yang pada umumnya terjadi
pada atau sedikit dibawah nilai LD 50 (Lethal Dose 50). LD50 adalah dosis yang
menyebabkan 50% kematian dari populasi yang diradiasi.

1.2. Perumusan Masalah

1. Mengapa mutasi fisik pada tumbuhan dilakukan?


2. Apakah mutasi fisik dan mutasi kimia memiliki perbedaan yang signifikan?
3. Bagaimanakah cara melakukan mutasi fisik pada tumbuhan?
4. Apa sajakah yang mempengaruhi proses mutasi fisik pada tumbuhan?

1.3. Tujuan Khusus


1. Mengetahui pengaruh irradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan benih tanaman.
2. Mengetahui nilai LD50 (Lethal Dose 50) pada benih tanaman.
1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum kali ini adalah:


a. Mahasiswa dapat menselaraskan antara teori dengan apa yang terjadi di lapangan
b. Mengetahui bagaimana mutasi fisik pada tumbuhan dapat terjadi
c. Mengetahui cara untuk menentukan heredibilitas dalam arti luas
II. TINJAUAN PUSTAKA

Mutasi adalah perubahan genetik baik gen tunggal, sejumlah gen ataupun susunan
kromsom, dapat terjadi pada setiap bagian tanaman terutama bagian yang aktif melakukan
pembelahan sel (Micke dan Donini, 1993). Secara luas mutasi dihasilkan oleh segala
macam tipe perubahan genetik yang mengakibatkan perubahan penampakan fenotipe yang
diturunkan, termasuk keragaman kromosom maupun mutasi gen (Ahloowalia et al, 2004).

Mutasi juga dapat disebut sebagai perubahan materi genetik pada tingkat genom,
kromosom dan DNA atau gen sehingga menyebabkan terjadinya keragaman genetik
(Soeranto, 2003). Mutasi dapat terjadi secara tiba-tiba dan acak, dan merupakan dasar
sebagai sumber keragaman bagi tanaman dan bersifat terwariskan (heritance). Mutasi
dapat terjadi secara spontan di alam (spontaneous mutation) dan dapat terjadi melalui
induksi (induced mutation) (Koonneef, 1991).

Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi secara alami
dan mutasi hasil induksi. Keduanya dapat menimbulkan variasi genetik untuk dijadikan
dasar seleksi tanaman (Soeranto, 2003). Mutasi induksi dapat dilakukan pada tanaman
dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji,
stek batang, serbuk sari, akar rizome, kalus dan sebagainya (Soeranto, 2003).

Mutagen yang sering digunakan dalam pemuliaan tanaman yaitu mutagen kimia
dan mutagen fisik (Koonneef, 1991; Micke dan Donini, 1993). Frekuensi dan spekrum
mutasi tergantung dari jenis mutagen dan dosis yang digunakan. Mutagen fisik yang telah
luas penggunaannya adalah sinar-X dan sinar gamma, keduanya mempunyai penetrasi
yang baik, bersifat sebagai radiasi pengion (ionizing radiation) (Micke dan Donini, 1993).
Sedangkan mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa alkyl seperti ethyl
methane sulphonat (EMS), diethyl sulphate (dES), metthyl metane sulphonat (MMS),
hydroxylamine, nitrous acids dan sebagainya (Soeranto, 2003).

Mutasi induksi menggunakan radiasi sinar-X dan sinar gamma paling banyak
penggunaannya sebagi metode untuk mengembangkan varietas mutan. Hal ini terlihat dari
2.250 varietas mutan yang dilepas di seluruh dunia dalam kurun waktu 70 tahun terakhir
(Maluszynki et al, 2000), 89 % dari 1.585 varietas yang dilepas sejak tahun 1985 adalah
dikembangkan dari induksi mutasi secara langsung, 64 % diantaranya adalah
dikembangkan dengan menggunakan sinar gamma, sedangkan penggunaan sinar-X hanya
22 %. (Ahloowalia et al, 2004). Secara relatif, proses mutasi dapat menimbulkan
perubahan pada sifat-sifat genetis tanaman baik kearah positif maupun negatif, dan
kemungkinan mutasi yang terjadi dapat juga kembali normal (recovery). Mutasi yang
terjadi ke arah sifat positif dan terwariskan ke generasi berikutnya merupakan mutasi yang
dikehendaki oleh pemulia tanaman pada umumnya (Soeranto, 2003).

Mutasi induksi dapat memperluas variablitas genetik tanaman. Teknik mutasi


induksi pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif lebih efektif karena dapat
mengubah satu atau beberapa karakter tanpa mengubah karakteristik kultivar asalnya
(Nagatomi, 1996). Mutasi dapat dibedakan atas, mutasi genom, mutasi kromsom dan
mutasi gen. Mutasi genom dapat diakibatkan oleh perubahan jumlah set kromsom baik
penambahan mapun pengurangan jumlah set kromosom. Poliploidi pada tanaman
mencerminkan adanya penambahan satu set kromsom atau lebih. Perubahan jumlah
kromosom dapat dibedakan menjadi euploidi dan aneuploidi (Suzuki, et al. 1993).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman,
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh pada
hari Senin, 17 Mei 2021, pukul 08.00-10.00 WIB. Irradiasi sinar gamma dilakukan di
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN),
Pasar Jum’at, Jakarta Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gammacell 220, tray pembibitan,
sekop, penggaris, hand sprayer, gunting, alat tulis dan kamera.

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah benih cabai lokal Aceh varietas Odeng, tanah, pupuk
kompos, kertas label dan air.

3.3. Metode Pelaksanaan Praktikum


Benih cabai lokal Aceh diberi perlakuan irradiasi sinar gamma terlebih dahulu.
Benih cabai dimasukkan ke dalam alat gammacell 220. Kemudian di irradiasi sinar gamma
dengan dosis 100 Gy, 200 Gy, 300 Gy, dan 400 Gy. Benih cabai yang semula M0 berubah
status menjadi M1setelah diberi perlakuan irradiasi sinar gamma. Kemudian penyemaian
dilakukan dengan menggunakan tray persemaian. Media semai terdiri dari campuran
kompos dan tanah dengan perbandingan 1:1. Media semai disiapkan satu hari sebelum
penyemaian. Setiap dosis diambil 20 benih untuk disemai. Setiap dosis benih ditanam
dengan kedalaman 0,5 cm kesetiap lubang yang ada pada tray sebanyak dua butir.

3.4. Parameter Pengamatan


Pengamatan dilakukan pada tanaman dari tiap dosis M1 dan M0. Parameter yang
diamati meliputi peubah kualitatif dan kuantitatif. Parameter yang digunakan untuk peubah
kualitatif dan kuantitatif adalah sebagai berikut:

3.4.1. Persentase Tanaman Tumbuh (%)

Persentase tanaman tumbuh (%), dihitung dengan menggunakan persamaan

Jumlah Tanaman Hidup


berikut: Persentase Tanaman Tumbuh = X 100%.
Jumlah Tanaman yang Ditumbuhkan
Persentase tanaman tumbuh ini digunakan untuk mencari nilai LD50 yang diperoleh
dengan menggunakan program Curve Expert.
3.4.2. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diamati dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman.
3.4.3. Bentuk Daun
Tanaman yang menunjukkan perubahan pada bentuk daun diamati secara visual
dan di foto.
3.4.4. Jumlah Daun
Tanaman yang menunnjukkan perbedaan jumlah daun, sehingga dilakukan
pengamatan terhadap jumlah daun per tanaman.

3.5. Analisis Data


Data hasil pengamatan dianalisis dengan melakukan pendugaan nilai heritabilitas
arti luas. Heritabilitas merupakan salah satu pengukur yang banyak dipakai dalam
pemuliaan tanaman. Secara sederhana, heritabilitas dari sesuatu karakter dapat
didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara besaran ragam genotipe terhadap besaran
total ragam fenotip dari suatu karakter. Pendugaan heritabilitas dalam arti luas sebagai
berikut:
Ragam lingkungan σ2e= σ2M0+σ2M1/2
Ragam fenotipe σ2p = M1
Ragam genotipe σ2g = σ2p + σ2e

Heritabilitas dalam arti luas (h2BS) dihitung dengan rumus :


σ2g
h2(bs)= x 100
σ2p
Dimana : σ2g = ragam genetik
σ2e = ragam lingkungan
σ2p = ragam fenotipe
h2(bs) = heritabilitas dalam arti luas
Menurut Stanfield (1991) kriteria nilai duga heritabilitas dalam arti luas adalah
tinggi (h2 ≥ 0,50), sedang (0,20 ≤ h2< 0,50), rendah (h2< 0,20).
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil persentase daya tumbuh tanaman cabai disajikan pada Tabel 1. Tabel 1
menunjukkan rata-rata persentase daya tumbuh tanaman pada benih cabai yang diiradiasi.
Tabel 1. Rata-rata persentase tanaman tumbuh pada benih cabai yang diirradiasi
Daya Tumbuh Tanaman
Dosis Irradiasi Jumlah Tanaman Jumlah Tanaman Persentase Tanaman
Ditumbuhkan Hidup Tumbuh (%)
Kontrol (D0) 20 6 30%
100 Gy (D1) 20 9 45%
200 Gy (D2) 20 12 60%
300 Gy (D3) 20 17 85%
400 Gy (D4) 20 13 65%

Tabel 1 menunjuk kan bahwa tanaman kontrol memiliki persentase tanaman tumbuh
tertinggi, yaitu 85%. Sedangkan pada kontrol, dosis 200 Gy, 300 Gy, dan 400 Gy masing-
masing tumbuh sekitar 30%, 95%, 70%, dan 65%. Pada pengamatan kami kali ini, didapatkan
bahwa pada dosis 300 Gy merupakan dosis dengan persenase tanaman tumbuh tertinggi
sebanyak 85%. Hal ini berbeda jauh dengan teori yang ada, dimana isi teori tersebut
mengatakan semakin besar dosis irradiasi semakin kecil persentase tanaman tumbuh.
Kondisi diatas dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor lingkungan hingga
faktor manusia. Karena tidak bias dipungkiri bahwasanya manusia berperan penting dalam
penelitian ini sehingga bias saja terjadi bebepara kesalahan dalam melakukan penelitian ini.
Bahkan hasil diatas bias saja tidak sejalan dengan teori dikarenakan kami sebagai pengamat,
belum tepat dalam melakukan pengamatan.
Pemberian dosis irradiasi pada benih cabai menunjukkan bahwa terdapat beberapa
benih cabai yang mampu tumbuh dan mati dengan dosis yang sama. Adanya perbedaan
tumbuh yang dihasilkan oleh masing-masing benih cabai ini dapat disebabkan karena
masing-masing benih cabai tersebut memiliki respon yang berbeda. Perbedaan respon
tersebut dapat disebabkan karena perbedaan kualitas benih ataupun komposisi materi genetik
pada setiap benih cabai.
Gambar 1. Pola respon persentase tanaman tumbuh terhadap bebrapa dosis Irradiasi

Pola respon persentase tanaman tumbuh yang dihasilkan oleh tanaman cabai yang
diteliti digambarkan dengan kurva polynomial fit dengan model persamaan y = Pola respon
persentase tanaman tumbuh yang dihasilkan oleh tanaman cabai yang diteliti digambarkan
dengan kurva polymonial fit. Nilai LD50 ditunjukkan dengan fungsi y, jika y = 50 yang
artinya adalah 50% tanaman mati akan diperoleh nilai x = 341,964. Nilai x merupakan dosis
efektif yang dapat mengakibatkan 50% tanaman mati, artinya nilai LD50 pada tanaman cabai
yaitu sebesar 341,964 Gy.

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa perbedaan dosis irradiasi dapat mempengaruhi


daya pertumbuhan pada tanaman,dan dapat menaikan daya tumbuh pada tanaman tersebut.
Pertumbuhan tanaman yang mengalami persentase akibat adanya irradiasi sinar gamma yang
disebabkan oleh adanya efek deterministik. Efek Deterministik ( efek non stokastik) Efek ini
terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi
jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada
seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis
ambang dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek
deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang
bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang,
kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan diatas
dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.

Tabel 2. Karakter kuantitatif tinggi tanaman dan jumlah daun pada cabai varietas pase hasil
irradiasi sinar gamma

Karakter Kuantitatif
Dosis Irradiasi Rata-Rata Tinggi Tanaman Rata-Rata Jumlah Daun
(cm) (Dibulatkan)
D0 (tanpa radiasi) 4.6 4
D1 (dosis 100 Gy) 5.2 4
D2 (dosis 200 Gy) 4.8 6
D3 (dosis 300 Gy) 4.2 4
D4 (dosis 400 Gy) 6.4 6

Menurunnya tinggi tanaman merupakan salah satu fenomena yang biasa terjadi pada
tanaman yang tumbuh dari biji yang diberikan perlakuan mutagen. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya penurunan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun,
jumlah cabang tanaman adalah karena adanya kerusakan seluler pada meristem tanaman.

Penurunan tinggi tanaman dapat terjadi karena iradiasi dapat menyebabkan rusaknya
kromosom tanaman, sehingga mengakibatkan terganggunya tanaman tersebut. Selain itu,
terhambatnya pertumbuhan tanaman cabai juga karena adanya penghambatan aktivitas
hormon pertumbuhan tanaman, seperti hormon auksin. Penghambatan pertumbuhan suatu
tanaman tidak selalu berarti negatif karena dapat menimbulkan keragaman baru bagi tanaman
tersebut, dalam hal ini ukuran tanaman yang didapatnya merupakan ukuran tanaman yang
lebih kecil atau kerdil.
Tabel 3. Nilai ragam lingkungan, genetik, fenotipe dan heritabilitas pada karakter kuantitatif
cabai lokal Aceh hasil irradiasi dengaan sinar gamma

Karakter σ2e σ2g σ 2p h2(bs) Kriteria

Jumlah
Daun 0.89 0.89 1.78 50 Sedang
Tinggi
Tanaman
Keterangan: Heritabilitas: h2(BS) Rendah = h2(BS) ˂ 20 %,h2(BS)Sedang:>20 % dan ≤ 50 %, h2(BS)Tinggi: > 50%
(Stanfield,1991). TT: Tinngi Tanaman, DBT: Tinngi Dikotomus

Heritabilitas menunjukkan besarnya peluang keragaman fenotipe yang merupakan


cerminan faktor genetik yang terdapat dalam populasi tanaman. Nilai heritabilitas yang besar
menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik terhadap penampakkan fenotipe besar, sehingga
diharapkan keragaman fenotipe yang muncul merupakan ekspresi dari faktor genetik yang
terdapat didalamnya. Nilai heritabilitas yang rendah menunjukkan kecilnya pengaruh faktor
genetik terhadap keragaman, sehingga keragaman yang nampak lebih banyak disebabkan
oleh lingkungan.

4.1. Pembahasan

Heritabilitas atau daya waris adalah besaran bagi pengaruh keragaman genetik
terhadap keragaman fenotipik dalam suatu populasi biologis. Besaran ini tidak berdimensi
dan dinyatakan sebagai nisbah (rasio) dari dua varians (ragam). Heritabilitas adalah
parameter genetik yang digunakan untuk mengukur tingkat keterwarisan suatu karakter dalam
populasi tanaman atau suatu pendugaan yang mengukur sejauh mana variabilitas penampilan
suatu karakter dalam populasi yang disebabkan oleh peranan faktor genetik. Sebelum
menetapkan metode pemuliaan dan seleksi yang akan digunakan serta waktu seleksi, perlu
diketahui tingkat keragaman genetik. Keragaman genetik sangat mempengaruhi keberhasilan
seleksi dalam program pemuliaan tanaman. Selain itu, perlu juga diketahui nilai heritabilitas
karakter-karakter yang akan dijadikan target seleksi.

Nilai duga heritabilitas suatu karakter perlu diketahui karena bermanfaat untuk
menduga kemajuan dari suatu seleksi dan untuk mengetahui bahwa karakter tersebut banyak
dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan. Semua karakter mempunyai nilai
heritabilitas arti luas yang tinggi. Nilai heritabilitas yang tinggi untuk karakter tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik lebih besar dibandingkan faktor lingkungan dan
memiliki peluang yang besar untuk dapat terwariskan kepada zuriatnya.

Keragaman genetik dan heritabilitas sangat bermanfaat dalam proses seleksi. Seleksi
akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik yang luas dan heritabilitas
yang tinggi. Selain informasi ragam populasi, nilai tengah masing-masing genotipe juga
berperan dalam efektivitas seleksi. Keragaman genetik yang luas terdapat pada karakter umur
panen, bobot buah, jumlah buah per tanaman, panjang buah dan diameter buah, sedangkan
keragaman genetik sempit terdapat terdapat pada karakter bobot buah per tanaman dan
kekerasan buah. Semua karakter yang diamati mempunyai nilai heritabilitas arti luas yang
tinggi.

Karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa penampilan


fenotipik yang tampak pada karakter-karakter tersebut lebih besar dipengaruhi oleh genetik
dari pada lingkungan, sedangkan untuk karakter dengan nilai heritabilitas rendah
menunjukkan bahwa karakter-karakter tersebut lebih besar dipengaruhi oleh lingkungan. Jika
nilainya 0 – 0,2; sedang: 0,2 – 0,4 dan besar (tinggi) jika bernilai lebih dari 0,4 ( Preston dan
Willis. 1974)

Induksi mutasi atau mutasi buatan adalah perubahan materi genetik yang disebabkan
oleh usaha manusia dan merupakan salah satu cara meningkatkan keragaman tanaman.
Induksi mutasi dapat dilakukan dengan perlakuan bahan mutagen terhadap materi reproduktif
yang akan dimutasi. Terdapat dua jenis bahan mutagen, yaitu mutagen kimia dan mutagen
fisika. Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa kimia yang memiliki gugus alkil,
seperti etil metan sulfonat (EMS), dietil sulfat (DES), metil metan sulfonat (MMS), hidroksil
amina, dan nitrous acid. Mutagen fisika merupakan radiasi energi nuklir, seperti iradiasi sinar
gama. Peran utama teknologi nuklir dalam pemuliaan tanaman terkait dengan kemampuannya
dalam menginduksi mutasi pada materi genetik.

Penerapan mutasi induksi di Indonesia dimulai pada tahun 1967 setelah berdirinya
instalasi sinar Co60di PusatAplikasi Isotop dan Radiasi Pasar Jum’at. Program pemuliaan
mutasi secara intensifdimulai tahun 1972 dengan bantuanteknik dari International Atomic
EnergyAgency (IAEA) yang berpusat di Wina( Hendratno dan Mugiono 1996). Prioritas
kegiatan diarahkan pada perbaikanvarietas padi, yakni umur genjah, tahan terhadap serangan
patogen, dan kekeringan, serta kualitas biji disenangikonsumen. Kemudian kegiatan
dilanjutkan pada tanaman palawija, perkebunan,dan hortikultura.
Mutasi dapat menimbulkan keragaman genetik yang berguna dalam pemuliaan
tanaman pada tingkat tertentu, tetapi perubahan genetik itu bukanlah disebabkan oleh
perubahan rekombinasi. Berbeda dengan pemuliaan melalui persilangan, pemuliaan mutasi
dapat digunakan untuk memperoleh varietas unggul dengan memperbaiki beberapa sifat yang
diinginkan, tanpa mengubah sebagian besar sifat baiknya. Keragaman tanaman melalui
induksi mutasi iradiasi dapat dilakukan pada organ reproduksi tanaman seperti biji, setek
batang, serbuk sari, akar rizoma dan kalus sedangkan mutagen fisik atau iradiasi untuk
pemuliaan tanaman yang lazim digunakan adalah sinar gama.

Tingkat keberhasilan iradiasi dalam meningkatkan keragaman populasi sangat


ditentukan oleh radiosensitivitas tanaman (genotipe) yang diiradiasi karena tingkat
radiosensitivitas antargenotipe dan kondisi tanaman saat diiradiasi sangat bervariasi.
Radiosensitivitas dapat diukur berdasarkan nilai LD50 (lethal dose 50), yaitu tingkat dosis
yang menyebabkan kematian 50% dari populasi tanaman yang diiradiasi. Dosis optimal
dalam induksi mutasi yang menimbulkan keragaman dan menghasilkan mutan terbanyak
biasanya terjadi di sekitar LD50. Selain LD50 radiosensitivitas juga dapat diamati dari
adanya hambatan pertumbuhan atau kematian tanaman, mutasi somatik, patahan kromosom,
serta jumlah dan ukuran kromosom. Pada pemuliaan mutasi, selain LD50 pada generasi M1,
tanaman mutan juga dapat diidentifikasi pada tingkat DNA dengan menggunakan marka
molekuler seperti SSR, baik pada populasi M1 maupun pada generasi berikutnya

Pemuliaan dengan teknik mutasi bukannya tanpa kelemahan. Mutasi iradiasi pada
tanaman dapat menimbulkan abnormalitas. Hal ini menandakan telah terjadi perubahan pada
tingkat genom, kromosom, dan DNA sehingga proses fisiologis pada tanaman menjadi tidak
normal dan menghasilkan variasi-variasi genetik baru. Abnormalitas atau bahkan kematian
pada populasi mutan (M1) merupakan akibat dari terbentuknya radikal bebas seperti H0,
yaitu ion yang bersifat sangat labil dalam proses reaksi sehingga mengakibatkan perubahan
(mutasi) pada tingkat DNA, sel atau jaringan. Selain itu, perlakuan dosis iradiasi tinggi akan
mematikan bahan yang dimutasi ataumengakibatkan sterilitas.

 Berbagai teknik pemuliaan tanaman dilakukan untuk menghasilkan tanaman yang


lebih baik melalui perbaikan genetik. Begitu juga dengan pemuliaan melalui induksi mutasi.
Mutasi yang diharapkan adalah yang dapat menimbulkan keragaman pada sifat yang akan
diseleksi sehingga sifat atau karakter yang lebih baik dapat diseleksi, sementara karakter yang
baik pada tanaman/varietas asal tetap dipertahankan.
Lethal Dose (LD50) merupakan suatu dosis efektif yang dapat mengakibatkan 50%
kematian pada suatu populasi yang terirradiasi. Nilai LD50 diperoleh dengan mengetahui
pola respon daya tumbuh tanaman terhadap dosis irradiasi. Nilai LD50 juga biasanya
dijadikan acuan pada penelitian-penelitian lebih lanjut pada komoditas tertentu yang
dilakukan pada dosis dibawah nilai LD50 yang dicapai. Semakin kecil nilai LD50, maka zat
tersebut akan sangat mematikan. Berikut ini adalah daftar LD50 (mg/kg) dari beberapa zat:
ethyl alcohol 10000, sodium chorida (garam dapur) 4000, BHA/BHT (antioksidan) 2000,
aspirin 1750, ethanol 1000, morphine sulfate 900, morphine 500, caffein 200, heroin 150,
lead (timbal) 20, cocain 17.5, sodium cyanide (NaCN) 10, nicotin 1-2, curare 0.5, shellfish
toxin 0.01, sarin 0.001, botulinum toxin 0.00001.

Delesi adalah mutase gen yang diakibarkan adanya peristiwa penghapusan atau
pengurangan satu basa nitrogen pada gen DNA, perostiwa ini disebabkan karena radiasi sinar
radioaktif dan infeksi suatu virus. Duplikasi kromosom adalah mutase yang terjadi ketika
terdapat bagian kromosom yang diulangi dan identic pada bagian segemn lain. Duplikasi
kromosom terjadi akibat pindah silang, suatu segmen kromosom berpindah ke bagian lain
kromosom homolognya. Inversi kromosom adalah mutase yang menyebabkan terjadinya
perubahan arah dari segmen kromosom, yang disebabkan apabila sebuah kromosom yang
telah mengalami kerusakan, kemudia bergabung kembali ke tempat asalnya dengan arah
berlawanan dan terjadi pada kromosom homolog.

Translokasi kromosom adalah mutase yang disebabkan oleh pemindahan fragmen


kromosom dari satu kromosom ke kromosom yang lainnya, ketika semua atau bagian dari
satu kromosom menempel pada kromosom yang bukan homolognya, dimana keseimbangan
gen masih tetap terjada artinya tidak aka nada gen yang hilang atau bertambah. Namun
perubahan fenotip dapat terjadi sesuai dengan kondisi lingkungan yang menyebabkan gen itu
terekspresi.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulam yang didapat dari praktikum kali ini antara lain:

1. Nilai heritabilitas secara umum merujuk ke perbandingan ataupun perbedaan subjek


yang diteliti
2. Hasil pengamatan kami berbeda dengan teori yang ada, hal ini disebabkan oleh faktor
lingkungan bahkan faktor manusia yang bias saja melakukan kesalahan dalam proses
pengamatan
3. Perbedaan dosis irradiasi berpengaruh terhadap genotip dan fenotip tanaman

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan untuk praktikum selanjutnya, yaitu
untuk mengedepankan pemahaman dibandingkan berlomba – lomba untuk perolehan
nilai pada saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Ahloowalia BS, Maluszynski and Nichterlein. 2004. Global impact of mutationderived


varieties. Euphyica 135: 187-204.

HENDRATNO and MUGIONO. Present status of plant mutation breeding in Indonesia. Plant
Mutation Breeding in Asia. Poc. Of Plant Mutation Breeing Seminar. Beijing. 21 —
37 (1996).

Koornneef, M. 1991. Variation and mutan selection in plant cell and tissue culture. in
Biotechnological Innovations. Di dalam: Crop Improvement. Open Universteit
Nederland and Thames Polytechnic United Kingdom. Hlm 99-115.

Malszynski MK, Nichterlein L, Van Zanten, Ahloowalia BS. 2000. Officially released mutant
varieties – the FAO/IAEA database. Mut Breed Rev 12: 1-84.

Micke A and Donini B. 1993. Induced mutation. Di dalam : Hayward MD, Bosemark NO,
Romagosa I, editor. Plant Breeding Principles and prospects. Chapman & Hall. Hlm
52-77.

Nagatomi S. 1996. Resent Progress on Crop Mutation Breeding in Japan. Prosiding of Plant
Mutation Breeding Seminars. Beijing: Cina Agric. Sci. Press. 29-37.

Preston, T. R. and Willis, M. B. 1974. Intensive beef production, second edition. Pergamon
Press, Oxford, UK.

Soeranto H. 2003. Peran iptek nuklir dalam pemuliaan tanaman untuk mendukung industri
pertanian. Jakarta : Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN).

Suzuki, D.T., A.J.F. Griffiths, J.H. Miller and R.C. Lewontin. 1993. An Intoduction to
Genetic Analysis. W.H. Freeman and Co. New York.
LAMPIRAN

Gambar 1.Cabai perintis keseluruhan nya

Gambar 2.Perubahan Daun Hasil Mutasi Gambar 3.Perubahan Daun Hasil Mutasi

Anda mungkin juga menyukai