Disusun oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
menyelesaikan Laporan Praktikum Pengantar Pemuliaan Tanaman yang berjudul
“Morfologi Bunga dan Penyerbukan Pada Tanaman Belimbing Manis (Averrhoa
carambola)”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum ini penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bimbingan dan motivasi dari semua pihak, akhirnya Laporan
Praktikum ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada asisten laboratorium saudara Keke Sahputra yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktikum ini. Serta penulis ucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah mendukung secara materi dan psikologis.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan yang dimiliki agar
Laporan Praktikum ini sempurna. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
ABSTRAKSI........................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN................................................................................................................
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................
1.2. Perumusan Masalah......................................................................................................
1.3. Tujuan Khusus...............................................................................................................
1.4. Manfaat..........................................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................
III. METODELOGI PRAKTIKUM.........................................................................................
3.1. Tempat dan waktu.........................................................................................................
3.2. Alat dan Bahan.............................................................................................................
3.3. Metode Pelaksanaan Praktikum....................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................
4.1. Hasil Pengamatan..........................................................................................................
4.2. Pembahasan...................................................................................................................
V. PENUTUP...........................................................................................................................
5.1. Kesimpulan....................................................................................................................
5.2. Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................................................
ABSTRACT
ABSTRAKSI
Ilmu pemuliaan tanaman memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan akhir dalam pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan sifat dan
hasil yang lebih baik yaitu mempunyai kuantitas baik dan kualitas yang baik. Salah satu
teknik pemuliaan yang sudah banyak dikembangkan diluar negeri yaitu dengan induksi
mutasi. Di Indonesia sendiri induksi mutasi sudah mulai dikembangkan terutama pada
tanaman pangan, buah-buahan dan tanaman hias.
Induksi mutasi atau mutasi buatan adalah perubahan materi genetik yang
disebabkan oleh usaha manusia dan merupakan salah satu cara meningkatkan keragaman
tanaman. Induksi mutasi dapat dilakukan dengan perlakuan bahan mutagen terhadap
materi reproduktif yang akan dimutasi. Terdapat dua jenis bahan mutagen, yaitu mutagen
kimia dan mutagen fisika. Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa kimia yang
memiliki gugus alkil, seperti etil metan sulfonat (EMS), dietil sulfat (DES), metil metan
sulfonat (MMS), hidroksil amina, dan nitrous acid. Mutagen fisika merupakan radiasi
energi nuklir, seperti iradiasi sinar gama. Peran utama teknologi nuklir dalam pemuliaan
tanaman terkait dengan kemampuannya dalam menginduksi mutasi pada materi genetik.
Mutations can occur naturally or intentionally induced for specific purposes for
plant genetic repair. Natural mutations can occur due to the presence of sunlight, or
electrical energy such as lightning. Artificial mutations for plant breeding purposes can be
carried out by providing mutagens. There are two groups of mutagens that can be used to
obtain mutants, namely physical mutagens and chemical mutagens. Physical mutagens
include x rays, gamma rays and ultraviolet rays.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pembuatan kultivar baru yaitu melalui
pemuliaan mutasi buatan. Induksi mutasi secara fisik maupun kimiawi merupakan metode
yang sangat baik digunakan untuk pengembangan varietas tanaman yang diperbanyak
secara vegetatif. Teknik pemuliaan ini sudah dapat menghasilkan varietas baru pada
tanaman pisang, anggrek, tanaman hias dan di Malaysia sedang dilakukan pada tanaman
yang menghasilkan biji apomiktik seperti manggis dan duku. Di alam, perbedaan antar
individu dalam suatu populasi selalu dijumpai. Keragaman tersebut ada yang bisa
diwariskan atau disebut variasi genetik, tetapi ada juga yang disebabkan oleh faktor
lingkungan sehingga tidak dapat diwariskan. Keragaman genetik dalam suatu populasi
sangat esensial bagi keberhasilan program pemuliaan tanaman.
Keragaman genetik dapat terjadi secara alami atau spontan, tetapi dapat juga secara
buatan. Keragaman genetik yang terjadi secara spontan disebabkan oleh terjadinya mutasi,
rekombinasi, dan migrasi gen. Mutasi spontan ialah mutasi yang tejadi secara alami yang
berhubungan dengan proses replikasi DNA, yaitu kesalahan dalam replikasi DNA,
kerusakan DNA, kesalahan saat pembelahan sel, perubahan tautomerik, dan perpindahan
materi genetik atau elemen loncat. Mutasi spontan mempunyai frekuensi yang sangat
rendah yakni sekitar 10-9 sampai 10-7 kali. Frekuensinya dapat ditingkatkan oleh
rangsangan dari luar secara buatan baik faktor kimia, fisik atau biologis. Jadi faktor luar
bukan penyebab utama terjadinya mutasi tetapi hanya meningkatkan.
Gamma rays are one of the physical mutagens often used in mutagenesis
techniques plant. Radioactive rays when hitting the tissue plants will cause ionization of
water molecules, will then oxidize the sugars in DNA so the nucleotide sequence will
break. But there is also direct radiation causes the nucleotide bases to be released,
damaged, or change the arrangement of the molecules, thus inhibiting its replication and
transcription and results in no acid production amino because it is not readable at
translation time.
Radiasi juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam komposisi basa dan
juga putusnya rantai DNA. Dinyatakan juga bahwa efek radiasi terhadap basa lebih
penting dan berperan secara langsung dalam proses mutasi gen, seperti terjadinya
substitusi, penambahan atau hilangnya basa dalam molekul DNA. Radiasi juga dapat
menginduksi perubahan struktur kromosom, yaitu terjadinya pematahan kromosom. Pada
dosis rendah dapat menyebabkan terjadinya delesi, dan semakin tinggi dosisnya akan
terjadi duplikasi, inversi, atau translokasi kromosom.
Mutasi adalah perubahan genetik baik gen tunggal, sejumlah gen ataupun susunan
kromsom, dapat terjadi pada setiap bagian tanaman terutama bagian yang aktif melakukan
pembelahan sel (Micke dan Donini, 1993). Secara luas mutasi dihasilkan oleh segala
macam tipe perubahan genetik yang mengakibatkan perubahan penampakan fenotipe yang
diturunkan, termasuk keragaman kromosom maupun mutasi gen (Ahloowalia et al, 2004).
Mutasi juga dapat disebut sebagai perubahan materi genetik pada tingkat genom,
kromosom dan DNA atau gen sehingga menyebabkan terjadinya keragaman genetik
(Soeranto, 2003). Mutasi dapat terjadi secara tiba-tiba dan acak, dan merupakan dasar
sebagai sumber keragaman bagi tanaman dan bersifat terwariskan (heritance). Mutasi
dapat terjadi secara spontan di alam (spontaneous mutation) dan dapat terjadi melalui
induksi (induced mutation) (Koonneef, 1991).
Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi secara alami
dan mutasi hasil induksi. Keduanya dapat menimbulkan variasi genetik untuk dijadikan
dasar seleksi tanaman (Soeranto, 2003). Mutasi induksi dapat dilakukan pada tanaman
dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji,
stek batang, serbuk sari, akar rizome, kalus dan sebagainya (Soeranto, 2003).
Mutagen yang sering digunakan dalam pemuliaan tanaman yaitu mutagen kimia
dan mutagen fisik (Koonneef, 1991; Micke dan Donini, 1993). Frekuensi dan spekrum
mutasi tergantung dari jenis mutagen dan dosis yang digunakan. Mutagen fisik yang telah
luas penggunaannya adalah sinar-X dan sinar gamma, keduanya mempunyai penetrasi
yang baik, bersifat sebagai radiasi pengion (ionizing radiation) (Micke dan Donini, 1993).
Sedangkan mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa alkyl seperti ethyl
methane sulphonat (EMS), diethyl sulphate (dES), metthyl metane sulphonat (MMS),
hydroxylamine, nitrous acids dan sebagainya (Soeranto, 2003).
Mutasi induksi menggunakan radiasi sinar-X dan sinar gamma paling banyak
penggunaannya sebagi metode untuk mengembangkan varietas mutan. Hal ini terlihat dari
2.250 varietas mutan yang dilepas di seluruh dunia dalam kurun waktu 70 tahun terakhir
(Maluszynki et al, 2000), 89 % dari 1.585 varietas yang dilepas sejak tahun 1985 adalah
dikembangkan dari induksi mutasi secara langsung, 64 % diantaranya adalah
dikembangkan dengan menggunakan sinar gamma, sedangkan penggunaan sinar-X hanya
22 %. (Ahloowalia et al, 2004). Secara relatif, proses mutasi dapat menimbulkan
perubahan pada sifat-sifat genetis tanaman baik kearah positif maupun negatif, dan
kemungkinan mutasi yang terjadi dapat juga kembali normal (recovery). Mutasi yang
terjadi ke arah sifat positif dan terwariskan ke generasi berikutnya merupakan mutasi yang
dikehendaki oleh pemulia tanaman pada umumnya (Soeranto, 2003).
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gammacell 220, tray pembibitan,
sekop, penggaris, hand sprayer, gunting, alat tulis dan kamera.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah benih cabai lokal Aceh varietas Odeng, tanah, pupuk
kompos, kertas label dan air.
Tabel 1 menunjuk kan bahwa tanaman kontrol memiliki persentase tanaman tumbuh
tertinggi, yaitu 85%. Sedangkan pada kontrol, dosis 200 Gy, 300 Gy, dan 400 Gy masing-
masing tumbuh sekitar 30%, 95%, 70%, dan 65%. Pada pengamatan kami kali ini, didapatkan
bahwa pada dosis 300 Gy merupakan dosis dengan persenase tanaman tumbuh tertinggi
sebanyak 85%. Hal ini berbeda jauh dengan teori yang ada, dimana isi teori tersebut
mengatakan semakin besar dosis irradiasi semakin kecil persentase tanaman tumbuh.
Kondisi diatas dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor lingkungan hingga
faktor manusia. Karena tidak bias dipungkiri bahwasanya manusia berperan penting dalam
penelitian ini sehingga bias saja terjadi bebepara kesalahan dalam melakukan penelitian ini.
Bahkan hasil diatas bias saja tidak sejalan dengan teori dikarenakan kami sebagai pengamat,
belum tepat dalam melakukan pengamatan.
Pemberian dosis irradiasi pada benih cabai menunjukkan bahwa terdapat beberapa
benih cabai yang mampu tumbuh dan mati dengan dosis yang sama. Adanya perbedaan
tumbuh yang dihasilkan oleh masing-masing benih cabai ini dapat disebabkan karena
masing-masing benih cabai tersebut memiliki respon yang berbeda. Perbedaan respon
tersebut dapat disebabkan karena perbedaan kualitas benih ataupun komposisi materi genetik
pada setiap benih cabai.
Gambar 1. Pola respon persentase tanaman tumbuh terhadap bebrapa dosis Irradiasi
Pola respon persentase tanaman tumbuh yang dihasilkan oleh tanaman cabai yang
diteliti digambarkan dengan kurva polynomial fit dengan model persamaan y = Pola respon
persentase tanaman tumbuh yang dihasilkan oleh tanaman cabai yang diteliti digambarkan
dengan kurva polymonial fit. Nilai LD50 ditunjukkan dengan fungsi y, jika y = 50 yang
artinya adalah 50% tanaman mati akan diperoleh nilai x = 341,964. Nilai x merupakan dosis
efektif yang dapat mengakibatkan 50% tanaman mati, artinya nilai LD50 pada tanaman cabai
yaitu sebesar 341,964 Gy.
Tabel 2. Karakter kuantitatif tinggi tanaman dan jumlah daun pada cabai varietas pase hasil
irradiasi sinar gamma
Karakter Kuantitatif
Dosis Irradiasi Rata-Rata Tinggi Tanaman Rata-Rata Jumlah Daun
(cm) (Dibulatkan)
D0 (tanpa radiasi) 4.6 4
D1 (dosis 100 Gy) 5.2 4
D2 (dosis 200 Gy) 4.8 6
D3 (dosis 300 Gy) 4.2 4
D4 (dosis 400 Gy) 6.4 6
Menurunnya tinggi tanaman merupakan salah satu fenomena yang biasa terjadi pada
tanaman yang tumbuh dari biji yang diberikan perlakuan mutagen. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya penurunan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun,
jumlah cabang tanaman adalah karena adanya kerusakan seluler pada meristem tanaman.
Penurunan tinggi tanaman dapat terjadi karena iradiasi dapat menyebabkan rusaknya
kromosom tanaman, sehingga mengakibatkan terganggunya tanaman tersebut. Selain itu,
terhambatnya pertumbuhan tanaman cabai juga karena adanya penghambatan aktivitas
hormon pertumbuhan tanaman, seperti hormon auksin. Penghambatan pertumbuhan suatu
tanaman tidak selalu berarti negatif karena dapat menimbulkan keragaman baru bagi tanaman
tersebut, dalam hal ini ukuran tanaman yang didapatnya merupakan ukuran tanaman yang
lebih kecil atau kerdil.
Tabel 3. Nilai ragam lingkungan, genetik, fenotipe dan heritabilitas pada karakter kuantitatif
cabai lokal Aceh hasil irradiasi dengaan sinar gamma
Jumlah
Daun 0.89 0.89 1.78 50 Sedang
Tinggi
Tanaman
Keterangan: Heritabilitas: h2(BS) Rendah = h2(BS) ˂ 20 %,h2(BS)Sedang:>20 % dan ≤ 50 %, h2(BS)Tinggi: > 50%
(Stanfield,1991). TT: Tinngi Tanaman, DBT: Tinngi Dikotomus
4.1. Pembahasan
Heritabilitas atau daya waris adalah besaran bagi pengaruh keragaman genetik
terhadap keragaman fenotipik dalam suatu populasi biologis. Besaran ini tidak berdimensi
dan dinyatakan sebagai nisbah (rasio) dari dua varians (ragam). Heritabilitas adalah
parameter genetik yang digunakan untuk mengukur tingkat keterwarisan suatu karakter dalam
populasi tanaman atau suatu pendugaan yang mengukur sejauh mana variabilitas penampilan
suatu karakter dalam populasi yang disebabkan oleh peranan faktor genetik. Sebelum
menetapkan metode pemuliaan dan seleksi yang akan digunakan serta waktu seleksi, perlu
diketahui tingkat keragaman genetik. Keragaman genetik sangat mempengaruhi keberhasilan
seleksi dalam program pemuliaan tanaman. Selain itu, perlu juga diketahui nilai heritabilitas
karakter-karakter yang akan dijadikan target seleksi.
Nilai duga heritabilitas suatu karakter perlu diketahui karena bermanfaat untuk
menduga kemajuan dari suatu seleksi dan untuk mengetahui bahwa karakter tersebut banyak
dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan. Semua karakter mempunyai nilai
heritabilitas arti luas yang tinggi. Nilai heritabilitas yang tinggi untuk karakter tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik lebih besar dibandingkan faktor lingkungan dan
memiliki peluang yang besar untuk dapat terwariskan kepada zuriatnya.
Keragaman genetik dan heritabilitas sangat bermanfaat dalam proses seleksi. Seleksi
akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik yang luas dan heritabilitas
yang tinggi. Selain informasi ragam populasi, nilai tengah masing-masing genotipe juga
berperan dalam efektivitas seleksi. Keragaman genetik yang luas terdapat pada karakter umur
panen, bobot buah, jumlah buah per tanaman, panjang buah dan diameter buah, sedangkan
keragaman genetik sempit terdapat terdapat pada karakter bobot buah per tanaman dan
kekerasan buah. Semua karakter yang diamati mempunyai nilai heritabilitas arti luas yang
tinggi.
Induksi mutasi atau mutasi buatan adalah perubahan materi genetik yang disebabkan
oleh usaha manusia dan merupakan salah satu cara meningkatkan keragaman tanaman.
Induksi mutasi dapat dilakukan dengan perlakuan bahan mutagen terhadap materi reproduktif
yang akan dimutasi. Terdapat dua jenis bahan mutagen, yaitu mutagen kimia dan mutagen
fisika. Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa kimia yang memiliki gugus alkil,
seperti etil metan sulfonat (EMS), dietil sulfat (DES), metil metan sulfonat (MMS), hidroksil
amina, dan nitrous acid. Mutagen fisika merupakan radiasi energi nuklir, seperti iradiasi sinar
gama. Peran utama teknologi nuklir dalam pemuliaan tanaman terkait dengan kemampuannya
dalam menginduksi mutasi pada materi genetik.
Penerapan mutasi induksi di Indonesia dimulai pada tahun 1967 setelah berdirinya
instalasi sinar Co60di PusatAplikasi Isotop dan Radiasi Pasar Jum’at. Program pemuliaan
mutasi secara intensifdimulai tahun 1972 dengan bantuanteknik dari International Atomic
EnergyAgency (IAEA) yang berpusat di Wina( Hendratno dan Mugiono 1996). Prioritas
kegiatan diarahkan pada perbaikanvarietas padi, yakni umur genjah, tahan terhadap serangan
patogen, dan kekeringan, serta kualitas biji disenangikonsumen. Kemudian kegiatan
dilanjutkan pada tanaman palawija, perkebunan,dan hortikultura.
Mutasi dapat menimbulkan keragaman genetik yang berguna dalam pemuliaan
tanaman pada tingkat tertentu, tetapi perubahan genetik itu bukanlah disebabkan oleh
perubahan rekombinasi. Berbeda dengan pemuliaan melalui persilangan, pemuliaan mutasi
dapat digunakan untuk memperoleh varietas unggul dengan memperbaiki beberapa sifat yang
diinginkan, tanpa mengubah sebagian besar sifat baiknya. Keragaman tanaman melalui
induksi mutasi iradiasi dapat dilakukan pada organ reproduksi tanaman seperti biji, setek
batang, serbuk sari, akar rizoma dan kalus sedangkan mutagen fisik atau iradiasi untuk
pemuliaan tanaman yang lazim digunakan adalah sinar gama.
Pemuliaan dengan teknik mutasi bukannya tanpa kelemahan. Mutasi iradiasi pada
tanaman dapat menimbulkan abnormalitas. Hal ini menandakan telah terjadi perubahan pada
tingkat genom, kromosom, dan DNA sehingga proses fisiologis pada tanaman menjadi tidak
normal dan menghasilkan variasi-variasi genetik baru. Abnormalitas atau bahkan kematian
pada populasi mutan (M1) merupakan akibat dari terbentuknya radikal bebas seperti H0,
yaitu ion yang bersifat sangat labil dalam proses reaksi sehingga mengakibatkan perubahan
(mutasi) pada tingkat DNA, sel atau jaringan. Selain itu, perlakuan dosis iradiasi tinggi akan
mematikan bahan yang dimutasi ataumengakibatkan sterilitas.
Delesi adalah mutase gen yang diakibarkan adanya peristiwa penghapusan atau
pengurangan satu basa nitrogen pada gen DNA, perostiwa ini disebabkan karena radiasi sinar
radioaktif dan infeksi suatu virus. Duplikasi kromosom adalah mutase yang terjadi ketika
terdapat bagian kromosom yang diulangi dan identic pada bagian segemn lain. Duplikasi
kromosom terjadi akibat pindah silang, suatu segmen kromosom berpindah ke bagian lain
kromosom homolognya. Inversi kromosom adalah mutase yang menyebabkan terjadinya
perubahan arah dari segmen kromosom, yang disebabkan apabila sebuah kromosom yang
telah mengalami kerusakan, kemudia bergabung kembali ke tempat asalnya dengan arah
berlawanan dan terjadi pada kromosom homolog.
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulam yang didapat dari praktikum kali ini antara lain:
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk praktikum selanjutnya, yaitu
untuk mengedepankan pemahaman dibandingkan berlomba – lomba untuk perolehan
nilai pada saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
HENDRATNO and MUGIONO. Present status of plant mutation breeding in Indonesia. Plant
Mutation Breeding in Asia. Poc. Of Plant Mutation Breeing Seminar. Beijing. 21 —
37 (1996).
Koornneef, M. 1991. Variation and mutan selection in plant cell and tissue culture. in
Biotechnological Innovations. Di dalam: Crop Improvement. Open Universteit
Nederland and Thames Polytechnic United Kingdom. Hlm 99-115.
Malszynski MK, Nichterlein L, Van Zanten, Ahloowalia BS. 2000. Officially released mutant
varieties – the FAO/IAEA database. Mut Breed Rev 12: 1-84.
Micke A and Donini B. 1993. Induced mutation. Di dalam : Hayward MD, Bosemark NO,
Romagosa I, editor. Plant Breeding Principles and prospects. Chapman & Hall. Hlm
52-77.
Nagatomi S. 1996. Resent Progress on Crop Mutation Breeding in Japan. Prosiding of Plant
Mutation Breeding Seminars. Beijing: Cina Agric. Sci. Press. 29-37.
Preston, T. R. and Willis, M. B. 1974. Intensive beef production, second edition. Pergamon
Press, Oxford, UK.
Soeranto H. 2003. Peran iptek nuklir dalam pemuliaan tanaman untuk mendukung industri
pertanian. Jakarta : Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN).
Suzuki, D.T., A.J.F. Griffiths, J.H. Miller and R.C. Lewontin. 1993. An Intoduction to
Genetic Analysis. W.H. Freeman and Co. New York.
LAMPIRAN
Gambar 2.Perubahan Daun Hasil Mutasi Gambar 3.Perubahan Daun Hasil Mutasi