Anda di halaman 1dari 22

Riview jurnal Pengaruh Penggunaan Frekuensi Gelombang

Bunyi
terhadap Pertumbuhan Benih jagung dan kacang hijau dalam
bidang pertanian di indonesia

Disusun Oleh:
Nama : Noviana Imamila Mar’ati
Nim : 201010950017
Fakultas : Teknik Kimia
Mata Kuliah : Fisika Dasar 2

UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang-Tanggerang Selatan
Banten
2021
Kata Pengantar
Syukur alhamdullilah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Fisika Dasar II dengan judul: Riview jurnal
Pengaruh Penggunaan Frekuensi Gelombang Bunyi terhadap Pertumbuhan Benih
jagung dan kacang hijau dalam bidang pertanian di Indonesia.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya memiliki. Oleh karena
itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Jakarta, 25 september 2021

(Noviana Imamila Mar’ati)

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 4
1.2 B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 6
1.3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 7
2.1 gelombang bunyi ............................................................................................................ 7
2.2 sifat- sifat gelombang bunyi ........................................................................................... 7
2.3 Karakteristik Gelombang Bunyi ...................................................................................... 7
2.4 Efek Doppler ................................................................................................................... 8
2.5 pemanfaatan gelombang bunyi pada bidang pertanian ................................................ 9
2.6 Gelombang Ultrasonik sebagai Gelombang Harmonik .................................................. 9
2.7 Atenuasi Gelombang Ultrasonik ...................................................................................10
2.8 Pemantulan dan Pembiasan pada Gelombang Ultrasonik ..........................................10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................................12
3.1 Alat dan bahan ..............................................................................................................12
3.2 Prosedur Kerja ..............................................................................................................12
BAB IV PENUTUPAN ......................................................................................................................14
4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................14
4.2 PENUTUP ......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………….……… 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

gelombang adalah gejala dari perambatan usikan (gangguan) di dalam suatu medium.
Pada peristiwa rambatan tersebut tidak disertai dengan perpindahan tempat yang
permanen dari materi–materi medium. Rambatan dari usikan (gangguan) itu merupakan
rambatan energi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mendorong
terciptanya alat pengirim dan penerima informasi yang mempunyai cara kerja dengan
mengirim atau menerima gelombang.Tanpa disadari setiap makhluk hidup di bumi ini
hidup dalam lautan gelombang. Sinar matahari, sinar kosmis yang setiap saat
menghujani bumi, suara bising di jalan, sampai gelombang radio dari seluruh pemancar
di seluruh dunia, berkelebatan tak henti–hentinya di sekitar makhluk hidup di bumi ini.
Sayangnya hanya sedikit gelombang yang dapat terlihat oleh mata manusia secara
langsung, seperti gelombang laut, gelombang diam pada senar gitar. Secara umum
gelombang dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu gelombang Elektromagnetik
dan gelombang mekanik. Yang termasuk gelombang elektromagnetik di antaranya:
gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang TV, gelombang radar, sinar infra
merah, sinar ultraviolet, sinar X dan sinar gamma. Sedangkan yang termasuk gelombang
mekanik adalah gelombang bunyi, gelombang pada tali, gelombang permukaan air dan
lain sebagainya. Salah satu pemanfaatan gelombang dalam kehidupan sehari-hari dapat
digunakan dalam bidang pertanian yaitu pemanfaatan gelombang bunyi tersebut dalam
proses pertumbuhan benih biji jagung, benih biji kacang hijau, benih kedelai. upaya
peningkatan produksi tanaman masih menghadapi berbagai masalah sehingga produksi
jagung yang mempunyai sifat fisiologis dan anatomis yang menguntungkan dalam
kaitannya dengan hasil, yaitu aktifitas fotosintesis pada keadaan normal relative ringgi,
fotorespirasi yang sangat rendah, transpirasi rendah serta efesiensi dalam penggunaan
air yang dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan nasional. Kacang hijau
(Vignaradiata) yang mengembangannya saat ini menempati urutan ketiga setelah kedelai
dan kacang tanah dengan permintaan dari tahun ketahun semakin meningkat melebihi
jumlah produksi nasional sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah
harus mengimpor kacang hijau hingga sebesar 20 ribu ton per tahun, untuk itu produksi
kacang hijau harus terus ditingkatkan.Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan
ditanam masyarakat tani Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan
India. Nikolai Icanovich Vavilov, seorang ahli botani Siviet, menyebutkan bahwa India
merupakan daerah asal sejumlah suku (family) Leguminosae. Salah satu bukti yang
mendukung pendapat Vavilov adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau jenis
Phaseolus mango di India atau disebut kacang hijau India.Kacang hijau yang disebut
juga mung bean, green gram, atau golden gram merupakan tanaman leguminoceae
peringkat ketiga yang dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini mempunyai potensi
pasar yang cukup menjanjikan karena masih dapat dikembangkan lebih lanjut. Bentuk
komuditasnya sebagai biji merupakan salah satu keuntungan yang bisa disimpan dengan
mudah dan tahan lama.Hampir semua Negara di dunia membutuhkan kacang hijau untuk
berbagai macam keperluan. Yang dibutuhkan sekarang tinggal kejelian para petani
produsen kacang hijau dalam memanfaatkan peluang tersebut.Menurut badan statistika
Nasional Kabupaten Takalar, produksi jagung pada Tahun 2012 sebanyak 27.425 ton

4
pipilan kering meningkat dibanding tahun 2011 yaitu 106,60 persen, yaitu produksi
sebesar 13,274 ton. Luas panen jagung pada tahun 2012 ini mengalami peningkatan.
Luas panen mengalami peningkatan sekitar 51,16 persen yaitu dari 2.586 Ha tahun 2011
menjadi 3.909 Ha. Begitu pula pada produksi per hektarnya mengalami kenaikan dari
51,33 Ku/Ha pada tahun 2011 menjadi 70,16 Ku/Ha tahun 2012 atau naik sekitar 36,68
persen. Sedangkan untuk produksi kacang hijau pada tahun 2008-2012 produksinya
mencapai 4.755 Ku/Ha, 1.668 Ku/Ha, 494,17 Ku/Ha, 1.350,90 K/Ha, dan 1.923,10
Ku/Ha.Beberapa peneliti telah malakukan penelitian dalam upaya peningkatan hasil
panen petani. Hal tersebut dapat dilihat pada peneitian oleh Doe Mahdin, dkk. tentang
“Pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (vigna radiate, L.) melalui pemberian
pupuk organik hayati” yang menjelaskan tentang pengaruh pupuk organik hayati dan
perlakuan pupuk organik hayati yang terbaik pada 14 _ Jurnal Teknosains, Volume 11,
Nomor 1, Januari-Juni 2017, hlm. 11 – 26pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik hayati pada
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau berpengaruh nyata pada umur 14 HST,
28 HST, 42 HST, dan 56 HST untuk semua parameter tinggi tanaman, jumlah daun,
umur berbunga, jumlah polong, berat 1000 butir, dan berat biji perhektar. Perlakuan
pupuk petrobio terbaik yang berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman
kacang hijau terdapat pada dosis pupuk 240 kg/ha.Kacang hijau mempunyai nilai gizi
yang cukup baik, mengandung vitamin B1 cukup tinggi dan vitamin A. kacang hijau
yang sudah menjadi kacambah kaya kandungan vitamin E (tokoferol) yang penting bagi
antioksidan, dalam mencegah penuaan dini, dan anti sterilitas. Kandungan protein
kacang hijau mencapai 24%, dengan kandungan asam amino esensial seperti isoleusina,
leusina, lisina, dan lain lain. Begitu pula kandungan kandungan yang dimiliki oleh
jagung yang sangat baik untuk tubuh. Pemberian pupuk tersebut telah menjadi hal yang
lumrah bagi para petani oleh karena itu penulis menganggap perlunya teknik atau cara
baru dalam proses penanaman dan pertumbuhan tanaman kacang hijau maupun jagung
yang menjadi komuditas utama dari Kabupaten Takalar. Salah satu cara yang menurut
penulis cocok adalah penggunaan gelombang bunyi atau suara yang tidak pernah lepas
dari kehidupan masyarakat. Seperti dijelaskan pada penelitian oleh Suwardi, pada
jurnalnya yang berjudul “Kajian pengaruh penggunaan frekuensi gelombang bunyi
terhadap pertumbuhan kecambah Kedalai”. Penelitian ini mengkaji penggunaan
gelombang bunyi dengan berbagai frekuensi pada proses perkecambahan kedelai agar
diperoleh pertumbuhan yang optimal karena melalui rambatan energi gelombang bunyi
yang berpengaruh pada pembukaan stomata dan aktifitas enzim yang diharapkan proses
perkecambahan kedelai menjadi
optimal.Aplikasi gelombang bunyi untuk mempercepat pertumbuhan tanaman
sebenarnya telah lama dilakukan. Sighn pada tahun 960 telah mengamati pengaruh
aplikasi gelombang bunyi dalam bentuk music pada tanaman padi di Madras dan teluk
Bengal, yang ternyata mampu meningkatkan hasil panen 25-60 % lebih banyak dari
rata-rata hasil panen biasa di wilayah itu.Berdasarkan hal tersebut diatas maka dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk dapat membuat benih jagung dan benih kacang hijau
menjadi lebih cepat dalam pertumbuhannya untuk dapat mengefsieankan waktu dan
biaya dalam penggarapan sebelum masa panen dengan menggunakan gelombang bunyi.
Harapannya dalam penelitian ini agar dapat meminimalisir waktu digunakan dan
Rahmaniah dkk, Pengaruh Penggunaan frekuensi Gelombang Bunyi Terhadap biaya
yang dikeluarkan oleh petani dalam proses penanaman benihnya hingga mencapai masa
panen.

5
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis berminat untuk membuat penelitian
dengan rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh frekuensi gelombang bunyi
terhadap pertumbuhan benih jagung dan kacang hijau dalam bidang pertanian di
Indonesia ?

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui pengaruh frekuensi
gelombang bunyi terhadap pertumbuhan benih jagung dan kacang hijau

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 gelombang bunyi
Bunyi atau suara merupakan pemampatan mekanis atau gelombang longitudinal
yang merambat melalui medium. Gelombang longitudinal ialah gelombang yang arah
rambatannya sejajar dengan arah getar.
Gelombang bunyi terdiri dari berbagai molekul-molekul udara yang bergetar merambat
ke berbagai arah. Pada saat molekul-molekul tersebut berdesakan di beberapa tempat,
akan menghasilkan wilayah tekanan tinggi.
Tetapi, saat molekul-molekul tersebut berada di tempat lain merenggang, akan
menghasilkan wilayah tekanan rendah. Gelombang yang memiliki tekanan tinggi
maupun rendah secara bergantian bergerak di udara, menyebar dari sumber bunyi.

2.2 sifat- sifat gelombang bunyi


a. dapat dipantulkan
Berarti, gelombang yang dipantulkan dan menjadi bunyi akan terjadi bila bunyi
tersebut mengenai permukaan benda yang keras, seperti permukaan dinding batu,
semen, besi, kayu, dll.
b. Dapat Dibiaskan
Terjadinya pembiasan (refiaksi) karena adanya pembelokan arah lintasan gelombang
setelah melewati bidang batas antara 2 medium yang berbeda, contoh air atau benang.
c. Dapat Dipadukan
Contohnya, ada dua atau tiga macam bunyi yang menghasilkan suatu campuran bunyi
yang lebih indah. Contohnya dalam pertunjukan orkestra, dimana ada beberapa alat
music yang dimainkan bersamaan untuk menciptakan harmoni nada.
d. Dapat Dilenturkan (difraksi)
Difraksi merupakan peristiwa pelunturan gelombang bunyi ketika melewati suatu celah
sempit.
2.3 Karakteristik Gelombang Bunyi
Cepat rambat bunyi berbeda-beda hal ini tergantung jenis material media rambatnya.
Besar cepat rambat bunyi juga bisa dipengaruhi oleh temperatur, khususnya jika media
rambatnya ialah gas. Misalnya, cepat rambat bunyi di udara pada suhu normal sebesar
343 m/s2, namun cepat rambat bunyi di udara pada suhu 00C hanya sebesar 331 m/s2.
Karena cepat rambat bunyi di berbagai media rambatnya berbeda-beda, maka notasi atau
persamaan untuk mencari cepat rambat bunyi juga berbeda. Berikut ini notasi rumus
cepat rambat bunyi pada ketiga media rambat ;

7
2. Padat
Penjelasan,
E = modulus elastisitas material (N/m2
p = massa jenis material (kg/m3)
3. Gas
Penjelasan,
P = takanan gas (N/m2)
= konstanta Laplace (kg/m3)
4. Cair
Penjelasan,
B = modulus Bulk (N/m2)
Selain itu, berdasarkan frekuensinya bunyi juga dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu ;
Bunyi Audiosonik = frekuensinya antara 20 Hz hingga 20.000 Hz. Bunyi audiosonik
adalah satu-satunya bunyi yang dapat kita dengar secara baik.
Bunyi Ultrasonik = frekuensinya diatas 20.000 Hz. Kita tidak dapat mendengarnya, tapi
sebagian binatang dapat mendengarnya, misalnya seperti anjing dan kelelawar.
Bunyi Infrasonik = frekuensinya dibawah 20 Hz. Contohnya seperti gelombang bunyi
yang disebabkan gempa bumi, halilintar, dan gunung berapi.
2.4 Efek Doppler
Efek Doppler merupakan peristiwa naik atau turunnya frekuensi gelombang bunyi yang
terdengar penerima bunyi ketika sumber bunyi bergerak mendekat atau menjauh.
Contoh efek Doppler dapat kita dilihat pada gambar dibawah. Saat sumber suara diam,
kedua penerima mendengar besar frekuensi yang sama. Pada saat sumber suara
bergerak, salah satu penerima mendengar frekuensi yang lebih besar dari sebelumnya
dan penerima lain mendengar frekuensi yang lebih kecil dari sebelumnya.gelombang
bunyi Besarnya frekuensi bunyi yang terdengar penerima dinotasikan dengan ;

Penjelasan :
V = cepat rambat bunyi di udara (m/s)
Vp = kecepatan pendengar (m/s)
Bernilai plus (+), jika pendengar mendekati sumber bunyi
Bernilai minus (-), jika pendengar menjauhi sumber bunyi
Bernilai nol (0), jika pendengar diam
V8 = kecepatan sumber bunyi (m/s)
Bernilai plus (+), jika sumber bunyi menjauhi pendengar

8
Bernilai minus (-), jika sumber bunyi mendekati pendengar
Bernilai nol (0), jika sumber bunyi diam
F8 = frekuensi sumber bunyi (Hz)
2.5 pemanfaatan gelombang bunyi pada bidang pertanian
dalam bidang pertanian gelombang bunyi yang digunakan merupakan gelombang bunyi
ultrasonik yang mana gelombang ultrasonik merupakan gelombang bunyi yang
frekuensinya di atas 20 kHz. Gelombang ini termasuk dalam gelombang mekanik
longitudinal sehingga dalam penjalarannya, gelombang ini selalu memerlukan medium
baik itu medium padat, cair, atau gas. Partikel-partikel penyusun medium
mentransmisikan energi bunyi dengan cara berosilasi dalam arah penambatan
gelombang itu sendiri tanpa adanya perpindahan parikel medium yang dilaluinya
(Halliday & Resnick, 1989; Alonso & Finn, 1992). Berdasarkan sifat ini, gelombang
ultrasonik telah banyak dimanfaatkan untuk kehidupan di muka bumi ini. Beberapa
kelebihan penggunaannya adalah karena gelombang ini tidak mengganggu atau merusak
medium yang dilaluinya, tidak terdengar oleh telinga manusia normal dan mudah
difokuskan.
2.6 Gelombang Ultrasonik sebagai Gelombang Harmonik
Jenis gelombang bunyi yang paling penting untuk memahami gelombang adalah
gelombang harmonik, yaitu gelombang yang dapat dinyatakan alam fungsi sinus atau
kosinus. Untuk sebuah gelombang harmonik yang merambat dalam arah x (dalam m)
dengan kecepatan c (dalam m/s), pada saat waktu t (dalam s), kelebihan tekanan
gelombang p dinyatakan dengan persamaan : 𝑝 = 𝑝𝑜 cos [2𝜋𝜈 (𝑡 − 𝑥 𝑐 )] (2.1) Besaran
po disebut amplitudo gelombang (dalam Pa), yaitu nilai tekanan maksimum sepanjang
perambatan gelombang. Besaran ν adalah frekuensi (dalam Hz), yaitu banyaknya siklus
yang terjadi dalam satu detik, Untuk setiap titik, kelebihan tekanan berulang dalam
waktu 1/ν, yang disebut periode gelombang T (dalam s). Besaran lain yang berperan
penting adalah panjang gelombang λ (dalam m). Hubungan antara panjang gelombang ,
kecepatan, dan frekuensi dinyatakan dengan persamaan : 𝜆 = 𝑐 𝜈 = 𝑐𝑇 (2.2) Frekuensi
rendah selalu dikaitkan dengan panjang gelombang panjang, dan berlaku juga
sebaliknya. 2.3 Intensitas dan Tingkat Tekanan Bunyi Intensitas bunyi adalah energi
gelombang bunyi per satuan waktu (daya gelombang bunyi) yang ditransmisikan pada
satu satuan luas (Haris, 1995). Dalam kaitannya dengan tekanan bunyi p (dalam Pa),
intensitas bunyi I (dalam W/m2 ) dapat dinyatakan dengan persamaan : 𝐼 = 𝑝 2 2𝜌𝑐 (2.3)
dengan ρ dan c masing-masing adalah massa jenis medium (kg/m 3 ) dan kecepatan
gelombang dalam medium (m/s). Satuan intensitas yang sangat penting dalam praktek
adalah desibel (dB). Suatu bunyi dengan intensitas I dikatakan sejumlah desibel di atas
atau di bawah intensitas acuan standar Io. Satuan ini menyatakan tingkat tekanan bunyi
atau SPL (Sound Level Pressure), yang diberikan oleh : 𝑆𝑃𝐿 = 10 log 𝐼 𝐼𝑜 (2.4) Pada
umumnya, besarnya Io = 10-12 W/m2 , yang diambil intensitas terkecil (intensitas
ambang pendengaran) dan intensitas terbesar 1 W/m 2 atau (intensitas ambang
perasaan). Dengan kata lain, intensitas bunyi yang dapat mengakibatkan kerusakan
telinga adalah intensitas di atas 120 dB.

9
2.7 Atenuasi Gelombang Ultrasonik
Dalam perambatannya di dalam medium, gelombang ultrasonik akan mengalami
pelemahan intensitas (atenuasi). Atenuasi ini dihasilkan oleh absorbsi energi gelombang
7 oleh medium dan penyimpangan energi oleh peristiwa-peristiwa gelombang seperti
pemantulan, pembiasan, dan hamburan bunyi. Penyerapan energi gelombang (peristiwa
absorbs) disebabkan oleh adanya panas konduksi dan geseran yang terjadi pada medium.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi banyaknya penyerapan, yaitu: kekentalan
(viskositas), waktu relaksasi (waktu yang dibutuhkan oleh molekul untuk kembali ke
keadaan semula), dan frekuensi (jumlah pergeseran/osilasi yang dilakukan sebuah
partikel dalam satu detik dalam satuan hertz. Untuk medium udara, di samping
disebabkan oleh ketiga faktor di atas, juga disebabkan oleh adanya kelembaban udara
.Peristiwa absorbsi, yang disebabkan oleh viskositas, konduksi panas, dan proses
relaksasi molekuler, mengubah sebagian energi akustik menjadi panas .Absorbsi energi
gelombang ini menjadi faktor utama yang memberikan kontribusi pada atenuasi. Adanya
atenuasi mengakibatkan variasi intensitas bunyi I pada jarak r sepanjang lintasan bunyi,
yang ditulis sebagai : 𝐼 = 𝐼𝑜𝑒 −∝𝑟 (2.5) dengan Io adalah intensitas awal saat r = 0, dan
α adalah koefisien atenuasi bunyi. Di samping itu bergantung pada sifat medium,
koefisien atenuasi untuk fluida meningkat dengan kuadrat frekensinya. Atenuasi dapat
meningkat jika koefisien atenuasi meningkat dan atau jika perjalanan bunyi semakin
jauh.
2.8 Pemantulan dan Pembiasan pada Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik adalah gelombang yang sudah tentu dapat mengalami peristiwa
pemantulan dan pembiasan bila melewati bidang batas di ntara dua medium. Atau
jelasnya, peristiwa pemantulan dan pembiasan gelombang akan terjadi bila suatu
gelombang melintasi suatu permukaan yang memisahkan dua medium. Peristiwa
pemantulan dan pembiasan dari suatu gelombang ultrasonik yang akan dibahas dibatasi
hanya untuk gelombang ultrasonik yang datang dari medium udara ke medium padatan
Gelombang ultrasonik datang tegak lurus (normal) pada bidang batas medium udara ke
padatan Untuk gelombang ultrasonik yang datang tegak lurus (normal) pada bidang
batas dua medium, tekanan gelombang datang 𝑃𝑖 , tekanan gelombang pantul 𝑃𝑟 , dan
tekanan Medium
1: udara Medium
2: padatan Bidang batas dua medium Pi Pr Pt 9 gelombang bias 𝑃𝑡 masing-masing
dinyatakan dalam bentuk fungsi eksponensial sebagai :
𝑃𝑖 = 𝐴1𝑒 𝑖(𝜔𝑡−𝑘1𝑥) 𝑃𝑟 = 𝐵1𝑒 𝑖(𝜔𝑡−𝑘1𝑥) (2.9) 𝑃𝑡 = 𝐴2𝑒 𝑖(𝜔𝑡−𝑘2𝑥)
dengan 𝐴1, 𝐵1, dan 𝐴2 masing-masing adalah amplitudo tekanan gelombang datang,
tekanan gelombang pantul, dan tekanan gelombang bias sedangkan 𝑘1, dan 𝑘2 masing
masing menyatakan bilangan gelombang untuk medium udara dan padatan. Penerapan
dua syarat batas pada setiap titik pada bidang batas, yaitu impedansi akustik spesifik dan
kecepatan gelombang pada kedua sisi bidang harus sama, akhirnya dapat diperoleh:
𝐵1 = (𝜌2𝐶2 − 𝜌1𝐶1) (𝜌2𝐶2 + 𝜌1𝐶1) 𝐴1 (2.10)

10
Oleh karena medium
1 berupa udara dan medium
Berupa padatan maka akan selalu terjadi keadaan di mana impedansi akustik 𝜌2𝐶2
lebih besar dari 𝜌1𝐶1. Atau dengan kata lain, tekanan gelombang pantul akan selalu
sefase dengan tekanan gelombang datang. Perbandingan antara intensitas
gelombang pantul dan gelombang datang, yang juga disebut koefisien refleksi daya,
dinyatakan oleh persamaan: 𝛼𝑟 = ( (𝜌2𝐶2 − 𝜌1𝐶1) (𝜌2𝐶2 + 𝜌1𝐶1) ) 2 (2.11) Seperti
halnya pada persamaan (2.10), juga dari persamaan (2.11) dapat diperoleh bahwa
intensitas gelombang pantul dan gelombang datang hampir sama untuk gelombang
yang datang dari medium udara (medium 1) ke medium padatan (medium 2). 2.7
Transduser Ultrasonik Transduser ultrasonik adalah suatu komponen elektronik
yang terbuat dari bahan piezoelektrik, yang dapat mengkonversi sinyal listrik
frekuensi ultrasonik menjadi gelombang mekanik frekuensi ultrasonik dan dapat
juga berfungsi sebaliknya, yaitu 10 mengkonversi gelombang mekanik frekuensi
ultrasonik menjadi sinyal listrik frekuensi ultrasonik. Berkaitan dengan sifat
btransduser tersebut maka satu transduser dapat berfungsi ganda, yaitu dapat
difungsikan sebagai pemancar atau penerima ultrasonik . Pada dasarnya,
pemasangan transduser dapat saling dipertukarkan antara terminal satu dengan
terminal lainnya, hampir mirip dengan pemasangan transduser magnet
(loudspeaker) dan pada kenyataanya, transduser ultrasonik yang telah tersedia di
pasaran hanya transduser ultrasonik 40 kHz. Dimensi (ukuran) transduser ultrasonik
40 kHz bervariasi dari yang berukuran kecil sedang dan besar yang sudah
dilengkapi dengan corong pemfokus dan dikemas bahan aluminium. Penguat
Ultrasonik Penguat ultrasonik yang dimaksud adalah rangkaian penguat elektronik
yang digunakan pada kedua pemancar dan penerima ultrasonik. Secara umum,
penguat ini dapat dikatagorikan menjadi penguat analog dan penguat digital.
Penguat analog biasanya bertumpu pada penggunaan transistor sebagai komponen
aktif yang dipadukan dengan beberapa komponen pendukung (komponen pasif),
sedangkan penguat digital lehih banyak bertumpu pada penggunaan gerbang-
gerbang logika atau penguat operasional dalam bentuk rangkaian terintegrasi IC
atau dalam bentuk chip.

11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 . Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Alat
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Buzzer 3000 Hz dan rangkainya 1 buah digunakan sebagai sumber frekuensi
audiosonik.
b. Sumber bunyi ultrasonik dengan frekuensi 25.000 Hz
c. Meteran 3 buah digunakan sebagai alat ukur parameter.
d. Neraca 1 buah sebagai timbangan massa pupuk yang digunakan.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Jagung (Zea mays ssp. mays) jenis hibrida.
b. Kacang hijau (Vigna radiate)
c. Pupuk jenis urea.
d. Tanah gembur.
e. Air
3.2 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Tahap penanaman dimulai dengan mencuci sampel dengan menggunakan
air mengalir.
2. Merendam biji jagung dan kacang hijau selama 6 jam yang dimasudkan agar
pada saat proses pertumbuhan benih tidak membutuhkan waktu yang lama
16 _ Jurnal Teknosains, Volume 11, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hlm. 11 – 26
untuk tumbuh kemudian memulai menanam benih pada media tanam yang
telah disiapkan berupa tanah yang telah digemburkan dan diairi sebelumnya.
3. Proses penanaman dilakukan dengan cara mentugal tanah yang telah
digemburkan sedalam 3 cm kemudian menempatkan sebanyak 1 sampai 2
biji benih dan menutup kembali dengan tanah serta mengairinya kembali
dengan menggunakan 1 liter air.

12
4. Frekuensi bunyi mulai diberikan pada setiap sampel yang diberikan
frekuensi gelombang bunyi sedangkan untuk sampel yang tidak diberikan
perlakuan di tempatkan pada lokasi yang berbeda.
5. Pemupukan dilakukan pada hari ke 11 setelah penanaman dengan jarak 8
sentimeter ke kanan dan 8 cm ke kiri.
6. Mengairi benih sebanyak 1 liter air perhari setiap harinya.Setiap
perkembangan pada pertumbuhan dilihat, diukur dan dicatat pada tabel
pengamatan.

13
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Frekuensi Gelombang Bunyi Terhadap Pertumbuhan Benih Jagung
Penelitian ini dilakukan di Kec. Galesong Selatan, Kab. Takalar, Sulawesi Selatan.
Penelitian difokuskan pada tanaman yang berasal dari daerah tersebut, tanaman yang
digunakan adalah Jagung jenis Hibrida dan Kacang hijau. Masing- masing biji sempel
yang digunakan memiliki kondisi yang tidak terdapat gigitan ulat pada setiap bagiannya
yang dimaksudkan agar biji yang nantinya ditanam akanmengalami pertumbuhan yang
bagus pula. Penanaman sampel dilakukan pada tanah gembur dan tidak tergenang air
tetapi merupakan areal yang memiliki persediaan air yang cukup (sumber: budidaya
jagung hibrida oleh PT. Multi sarana Indotani).
Perlakuan yang diberikan untuk masing-masing sampel setelah penanaman pada media
tanam berupa tanah yang telah digemburkan terdiri dari 3 jenis perlakuan yang berbeda
yaitu pemberianfrekuensigelombang bunyi yang terdiri dari alat yang memiliki keluaran
bunyi yang dikategorikan sebagai frekuensi audiosonik dan frekuensi ultrasonik.
Alat yang digunakan sebagai penghasil gelombang bunyi tersebut digunakan Buzzer
dengan frekuensi 3000 Hz sebagai sumber frekuensi audiosonik. Sedangkan untuk alat
yang digunakan sebagai penghasil frekuensiultrasonik yaitu dengan menggunakan alat
pengusir tikus yang menghasilkan frekuensisebesar 25.000 Hz. Parameter yang terukur
pada penelitian ini adalah tinggi batang (cm), panjang daun (cm), lebar daun (cm), dan
jumlah daun (lembar). Pengukuran masing-masing parameter tersebut dilakukan setiap
hari setelah 7 hari masa tanam karena pada masa tersebut pertumbuhan masing-masing
sampel untuk setiap perlakuan telah mengalami perbedaan pertambahan setiap parameter
terukur. Pengukuran tersebut dilakukan selama 20 hari setelah masa tanam.
Penanaman semua jenis sampel dilakukan secara manual. Menurut PT. Multi sarana
Indotani, cara penanaman dilakukan pada saat kondisi tanah lembab, setelah hujan atau
setelah dialiri, penanaman secara tugal dilakukan sedalam + 3 cm dan memasukkan 1-2
biji ke lubang lalu ditutup dengan tanah atau pupuk organik. Untuk parameter tinggi
batang (cm), panjang daun (cm) dan lebar daun (cm) diukur dengan menggunakan
meteran sedangkan untuk parameter jumlah daun (lembar) ditentukan dengan cara
menghitung jumlah daun yang telah muncul pada setiap tanaman tanpa
mempertimbangkan lebar dan panjangnya. Pemberian perlakuan untuk masing-masing
sampel mulai diberikan setelah setiap biji atau sampel tersebut ditanam setelah masa
perendaman selama 6 jam yang dimaksudkan untuk meminimalisir waktu yang
dibutuhkan benih untuk tumbuh.
Untuk permasalahan pengaruh frekuensi gelombang bunyi yang diberikan pada sampel
dengan pemberian frekuensi audiosonik dan ultrasonik. Pada keadaan pertama yaitu
untuk benih jagung yang diberikan perlakuan menggunakan alat buzzer yang
menghasilkan frekuensi audiosonik, sumber suara ditempatkan 15 cm diatas tanah
karena alat yang digunakan menggunakan aliran listrik sebagai sumber tegangannya
dimaksudkan agar pada saat penyiraman dilakukan, sumber suara yang digunakan tidak
mengalami gangguan.

14
Untuk frekuensi ultrasonik, digunakan sumber suara yang berupa alat pengusir tikus
yang posisi penempatan sumber suara dengan benih berada di tengah antara sampel
jagung dan kacang hijau tersebut ditanam yaitu dengan jarak 12 cm dari setiap sampel,
sumber tegangan yang diberikan pada alat tersebut dengan menggunakan batterai.
Selanjutnya untuk pengairannya, digunakan 1 liter air perhari untuk setiap perlakuan
baik itu perlakuan dengan menggunakan frekuensi audiosonik, frekuensi ultrasonik
maupun tanpa menggunakan perlakuan. Pengairan merupakan faktor penting dalam budi
daya tanaman jagung.
Kekurangan air berpengaruh pada produktivtas tanaman. Kelebihan air (lahan tergenang
dalam jangka waktu lama) juga menyebabkan tanaman jagung mati. Beberapa faktor
lain yang dapat berpengaruh pada proses pertumbuhan jagung adalah apabila lahan yang
digunakan memiliki jaringan irigasi dan persediaan air yang cukup maka harus
dilakukan pengairan setiap 10 hari sekali dengan cara mengalirkan pada larikan dan
secepatnya dibuang dan dipastikan tidak ada yang menggenang. Apabila lahan yang
digunakan merupakan lahan tanpa irigasi atau lahan darat yang tidak mempunyai
persediaan air (sungai, danau, rawa-rawa, dan lain-lain) maka pengairan bisa dilakukan
dengan sistem irigasi sumur atau disiram secara manual serta membuat sumur-sumur
gali atau bor di dekat lahan dan alirkan airnya dengan menggunakan pompa.
Benih yang ditanam mulai tumbuh pada hari ke 4 setelah penanaman dilakukan. Pada
hari ke 7, untuk tanaman jagung untuk masing-masing perlakuan tinggi batangnya
belum terlalu menujukkan perbedaan yang signifikan tetapi melihat pertambahan untuk
masing masing perlakuan, pemberian frekuensi ultrasonik memiliki pertambahan
ketinggiannya lebih banyak dibandingkan perlakuan yang lain. Untuk benih kacang
hijau, ketinggian batang tanaman tanpa perlakuan jauh dibawah ketinggian batang
dengan pemberian frekuensi gelombang bunyi, perbedaan pertumbuhan antara benih
tanpa perlakuan dengan frekuensiultrasonik hampir 2 kali lipat perbedaan
pertumbuhannya. Sedangkan panjang daun ultrasonik juga relatif memiliki pertambahan
panjang yang lebih bagus dibandingkan dengan panjang daun dari perlakuan yang lain
baik yang menggunakan audiosonik maupun tanpa menggunakan perlakuan untuk
masing- masing benih begitu pula untuk lebar daunnya. Untuk hari ke 8 sampai hari ke
10, pertumbuhan masing-masing parameter untuk setiap benih setiap perlakuan,
pemberian frekuensiultrasonik pertumbuhannya jauh lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan yang lain. Proses pemupukan dilakukan pada hari ke 11 setelah penanaman
dengan menggunakan 150 gram pada setiap sampel. Hal ini dilakukan karena pada hari
ke 11 adalah masa dimana benih siap untuk diberikan perlakuan berupa pemberian
pupuk. Pemupukan secara manual dilakukan dengan membuat lubang di samping
tanaman dengan jarak 8 cm kemudian pupuk dimasukkan kedalam lubang dan ditutup
dengan tanah (sumber: budidaya jagung hibrida oleh PT. Multi sarana
Indotani).Kemudian pada hari ke 20 setelah penanaman, baik itu pada sampel benih
jagung maupun pada benih kacang hijau, perbedaan pertumbuhan pada setiap perlakuan
untuk setiap parameter telah terlihat jelaspengaruh dari pemberian frekuensi gelombang
bunyi tersebut. Perlakuan dengan menggunakan frekuensiultrasonik jauh lebih baik
pertumbuhannya dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

15
Pemberian perlakuan pada setiap benih memiliki perbedaan respon. Pada benih jagung,
perlakuan yang diberikan membuat perbedaan pertumbuhan yang baik terutama pada
parameter panjang daun. Perbedaan pertumbuhan masing- masing parameter terukur
untuk semua perlakuan dapat dilihat pada berikut ini:
Grafik 1. Hubungan ketinggian batangpada benih jagung dari berbagai jenis perlakuan

Pada grafik 1. dapat dilihat ketinggian benih jagung dengan menggunakan frekuensi
gelombang bunyi audiosonik, Ultrasonik, dan tanpa menggunakan perlakuan (alami).
Pertumbuhan pada hari ke 7 hingga hari ke 10 belum menunjukkan perbedaan
pertumbuhan yang signifikan. Perbedaan pertumbuhan ketinggian batang pada setiap
perlakuan dapat dilihat jelas pada hari ke 15 hingga pada hari ke terakhir pengukuran
yaitu pada hari ke 20 setelah masa tanam, dimana pada hari tersebut ketinggian batang
dari benih jagung pada frekuensi ultrasonik menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik
dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Sehingga pada parameter ini dapat dilihat
respon yang baik terjadi pada sampel yang diberi perlakuan dengan pemberian frekuensi
ultrasonik.
Grafik 2.Hubungan Lebar daun pada benih jagung dariberbagai perlakuan yang
diberikan:

16
Pada grafik 2 menunjukkan perbedaan lebar daun (cm) jagung dengan menggunakan
frekuensi gelombang bunyi audiosonik, ultrasonik, dan sebagai pembanding dapat
dilihat pula lebar daun jagung yang tidak diberikan tambahan pemberian frekuensi
gelombang bunyi. Dari grafik 2 telah terlihat perbedaan pertumbuhan pada lebar daun
untuk masing-masing perlakuan. Pemberian perlakuan pada frekuens iultrasonik
merupakan perlakuan yang memberikan respon yang baik disetiap harinya sehingga
pertambahan lebar daun pada frekuensi tersebut dapat dikatakan sebagai mengalami
pertumbuhan yang baik khususnya pada pertambahan lebar daun.
Grafik 3.Hubungan Jumlah daun pada benih jagung dengan berbagai jenis perlakuan:

Pada grafik 3. yaitu grafik yang menunjukkan jumlah daun jagung (lembar) baik itu
dengan menggunakan perlakuan berupa pemberian frekuensiaudiosonik, ultrasonik,
maupun jumlah daun tanpa pemberian frekuensi. Pada grafik tersebut dapat dilihat
jumlah daun pada setiap perlakuan tidak terlalu banyak memiliki perbedaan meskipun
ada perbedaan antar semua perlakuan. Pemberian frekuensi ultrasonik merupakan
perlakuan yang memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibandingakan dengan
pemberian frekuensi yang lain. Sehingga pemberian frekuensi tersebut merupakan
perlakuan yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Grafik 4.Hubungan panjang daun dari benih jagung dengan dengan berbagai jenis
perlakuan:

Pada grafik 4 menujukkan perbedaan panjang daun jagung untuk semua perlakuan yang
diberikan berupa pemberian frekuensiaudiosonik, ultrasonik serta pertumbuhan daun
jagung tanpa pemberian perlakuan pemberian frekuensi. Dapat dilihat perbedaan
pertumbuhan setiap harinya yang menujukkan perbedaan respon yang diberikan oleh
daun jagung tersebut. Pada awal pengukuran yaitu pada hari ke 7 hingga hari ke 8
17
pengukuran, perbedaan panjang daun untuk semua perlakuan belum memiliki perbedaan
yang terlalu terlihat jelas. Perbedaan pertumbuhan signifikan dapat dilihat pada hari ke 9
yang menunjukkan pertambahan panjang daun yang sangat besar terjadi pada pemberian
frekuensiultrasonik. Begitu pula pada hari ke 10 sampai hari terakhir pengukuran yang
menunjukkan perbedaan pertambahan panjang daun yang sangat bagus yang
ditunjukkan oleh jagung yang diberikan perlakuan penambahan frekuensi gelombang
bunyi berupa pemberian frekuensi ultrasonik. Sehingga dari pengukuran parameter
tersebut merupakan parameter yang paling baik merespon pemberian perlakuan yang
diberikan padanya.
Berdasarkan grafik 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan perbedaan masing-masing pertumbuhan
dari semua perlakuan yang diberikan baik itu dengan pemberian frekuensi audiosonik,
ultrasonik, maupun benih jagung yang tanpa pemberian gelombang bunyi (alami).
Sehingga dari semua parameter terukur tersebut yang merupakan tolak ukur baik atau
tidaknya pertumbuhan dari jagung yang ditanam tersebut.
B. Pengaruh Frekuensi Gelombang Bunyi Terhadap Pertumbuhan Kacang
Hijau
Untuk benih yang kedua yaitu benih kacang hijau, pengukuran setiap parameter terukur
dilakukan pada hari ke 7 setelah penanaman. Pertumbuhan pada benih tersebut untuk
parameter lebar daun (cm), jumlah daun (lembar) dan panjang daun (cm) tidak terjadi
perbedaan pertumbuhan yang cukup banyak, parameter yang sangat signfikan perbedaan
pertumbuhannya adalah pada ketinggian batang (cm). Ketinggian batang masing masing
benih setiap perlakuan memiliki perbedaan pertumbuhan yang sangat besar sehingga
berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat pengaruh dari pemberian frekuensi
gelombang bunyi, frekuensiapa yang memiliki pengaruh yang sangat bagus direspon
oleh benih kacang hijau. Perbedaan pertumbuhan semua parameter dapat terlihat jelas
pada hari ke 9 setelah penanaman.Masing-masing nilai dari parameter terukur tersebut
dapat dilihat pada grafikdibawah.
Grafik 5. Hubungan Ketinggian batang dari benih Kacang Hijau dengan berbagai jenis
perlakuan

Pada grafik 5 yang menunjukkan ketinggian benih kacang hijau dengan beberapa
perlakuan diataranya pemberian frekuensiaudiosonik, ultrasonik dan benih kacang hijau
yang tanpa pemberian frekuensi. Dari grafik tersebut dapat dilihat parameter ukur
ketinggian batang pada hari ke 7 hingga hari ke 20. Pertambahan ketinggian batang
mulai terlihat jelas pengaruh dari pemberian perlakuan pada hari pertama pengukuran
18
yaitu pada hari ke 7 setelah masa tanam. Pertambahan ketinggian tersebut terus terjadi
hingga hari terakhir pengukuran. Sehingga dari hal tersebut dapat dilihat respon yang
baik yang diberikan oleh benih kacang hijau dengan pemberian perlakuan dengan
penambahan frekuensiultrasonik.
Grafik 6. Hubungan Lebar daun (cm) dari benih Kacang Hijau dengan berbagai jenis
perlakuan

Grafik 6 di atas menunjukkan perbedaan lebar daun (cm) kacang hijau dengan berbagai
pelakuan. Dapat dilihat bahwa lebar daun dengan pemberian frekuensiultrasonik adalah
jenis frekuensi yang direspon paling baik oleh daun tersebut. Dengan perbedaan ukuran
antara pemberian frekuensiaudiosonik dengan lebar daun alami tidak terlalu jauh
perbedaan antar keduanya meskipun pemberian audiosonik agak lebih lebar
dibandingkan dengan daun benih kacang hijau yang tanpa pemberian gelombang bunyi.
Grafik.7. Hubungan Jumlah daundari benih Kacang Hijau dengan berbagai jenis
perlakuan

Pada grafik 7 menujukkan jumlah daun benih kacang hijau dengan berbagai perlakuan.
Jumlah daun hari ke 7 hingga hari ke 10 setelah penanaman dilakukan menunjukkan
kesamaan. Pada hari ke 15 dapat dilihat pertambahan lembar daun pada pemberian
frekuensiaudiosonik dengan frekuensiultrasonik keadaan tersebut sama hingga pada hari
ke 18 setelah masa tanam. Selanjutnya pada hari ke 19 jumlah daun untuk pemberian
frekuensiultrasonik memiliki pertambahan jumlah daun. Sehingga dari keadaan tersebut
dapat dilihat bahwa pemberian frekuensiultrasonik dapat membantu dalam proses
pertambahan jumlah daun pada benih kacang hijau.
19
Grafik 8. Hubungan Panjang daundari benih Kacang Hijau dengan menggunakan
berbagai jenis perlakuan.

Pada grafik 8 dapat dilihat pertambahan panjang benih kacang hijau dengan berbagai
perlakuan. Grafik 8 tersebut menunjukkan bahwa pemberian frekuensi ultrasonik
memberikan pengaruh yang baik untuk daun pada benih kacang hijau yang ditanam.
Pertambahan panjangnya terus meningkat dari hari pertama pengukuran yaitu hari ke 7
hingga pada hari ke 20 penanaman. Sehingga dari hal tersebut dapat dilihat bahwa
frekuensiultrasonik dapat direspon dengan baik oleh benih kacang hijau dibandingkan
dengan pemberian perlakuan yang lain baik itu dengan pemberian frekuensiaudiosonik
dengan kacang hijau yang tidak diberikan tambahan pemberian frekuensi.
Salah satu penentu cepat tidaknya pertumbuhan tanaman dapat dilihat dari bagaimana
proses dan kelancaran pembukaan stomata dan aktifitas enzimserta aktifitas hormon
Auksin pada tumbuhan. Semakin bagus pembukaan stomata dan aktifitas enzim serta
aktifitas hormon Auksin maka semakin cepat pula pertumbuhan pada tanaman tersebut.
Karena stomata dan enzim tersebut bekerja sesuai dengan bagaimana perlakuan yang
diberikan padanya sehingga berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dilihat bahwa
frekuensi yang diberikan pada masing masing benih direspon oleh stomata dan enzim.
Meskipun semua frekuensi yang diberikan pada benih direspon oleh stomata dan enzim,
terdapat frekuensi yang direspon dengan baik oleh benih. Serta Auksin berperan penting
dalam pertumbuhan tumbuhan Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam
proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan
batang, mempercepat perkecambahan membantu dalam proses pembelahan sel,
mempercepat pemasakan buah, jumlah biji dalam buah.
Pemberian frekuensi ultrasonic merupakan jenis perlakuan yang diberikan respon yang
sangat baik sehingga pertumbuhan dari benih pada setiap parameternya menunjukkan
pertumbuhanyang bagus pula karena frekuensi yang tinggi dari gelombang ultrasonik
mempunyai daya tembus yang sangat kuat Gelombang ini dapat merambat pada medium
padat, cair dan gas. Relaktivitas dari gelombang ultrasonik ini dipermukaan cairan
hampir sama dengan permukaan padat, tapi pada tekstil (batang tumbuhan) dan busa,
maka jenis gelombang ini akan diserah.

20
4.2 PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi
ultrasonik dianggap sebagai frekuensi yang paling baik digunakan pada benih jagung
dan kacang hijau karena dapat membantu dalam proses pembukaan stomata dan
aktifitas enzim pada tumbuhan tersebut. Pemberian frekuensi ultrasonik merupakan jenis
perlakuan yang memberikan respon yang sangat baik sehingga pertumbuhan dari jagung
dan kacang hijau untuk setiap parameter pertumbuhannya menunjukkan peningkatan hal
ini disebabakan karena frekuensi yang tinggi dari gelombang ultrasonik mempunyai
daya tembus yang sangat kuat

21
DAFTAR PUSTAKA

Isna. 2010. Kamusku pengertian dan defenisi. http://pengertian_dan_defenisi_


tumbuh_dan_pertumbuhan.html. Diakses 23 september 2021.
Permali. 2012. Kingdom Of biologi Pertumbuhandanperkembangan.
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=436025436436699
&id=418771441495432. Diakses 23 september 2021
Rukmana,Rahmat. 1997. Tanaman Kacang Hijau. (Bandung: PustakaAbadi). Surabaya.
2010. Pengertian Frekuensi. http://dilihatya.com/2719/pengertian-
frekuensi-menurut-para-ahli-adalah. Diakses 20 septembar 2021.
Usman, H. 2013. Badan Pusat Statistik Kab. Takalar. (Katalog BPS: 5228.7305.03). Diakses
24 september 2021.
Wikipedia. 2014. Gelombang. file:///D:/gelombang%Wikipedia%bahasa%
Indonesia_ensiklopedia%20bebas.html. Diakses 24 september 2021.
Wikipedia. 2014. Jagung. file:///D:/pengertian_jagung_%Wikipedia%bahasa% 20
Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.html. Diakses 15 september 2021
Documents/digital_125472-FIS.032-08-Rekonstruksi%20sinyal-Metodologi.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/6e44796ca85735ef0f3edc2abbb1232c.
pdf#:~:text=Dalam%20bidang%20pertanian%2C%20gelombang%20ultrasonik%20dimanfaat
kan%20dalam%20pengendalian,%28Epenhuijsen%20et%20al.%2C%201997%3B%20Vincen
%20et%20al.%2C%202002%29.
simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/6e44796ca85735ef0f3edc2abbb1232c.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai