Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR- FAKTOR EKONOMI YANG MEMOTIVASI


PETANI DALAM USAHATANI JAHE DI
KECAMATAN TERENTANG KABUPATEN KUBU
RAYA
Oleh :

Yudi Kusairi
NIM. C1021161070

PROGRAM STUDI AGRIBISNI


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
Daftar Isi
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB 2......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
2.1 Landasan Teori........................................................................................6
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jahe...............................................................6
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani untuk Melakukan
Usahatani.........................................................................................................7
2.1.3 Teori Keputusan.............................................................................10
2.2 Penelitian Terdahulu.............................................................................12
2.3 Kerangkan Pemikiran...........................................................................15
2.4 Hipotesis.................................................................................................16
BAB III..................................................................................................................17
METODE PENELITIAN....................................................................................17
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................17
3.2 Populasi dan Responden.......................................................................17
3.3 Teknik Pengumpulan Data...................................................................18
3.4 Analisis Data..........................................................................................18
3.5 Definisi Operasional..............................................................................21
3.6 Batasan Operasional.............................................................................22
Daftar Pustaka......................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jahe merupakan jenis tanaman rimpang-rimpangan yang sudah banyak

dikembangkan dan diteliti khasiat serta kandungan bahan obatnya (Triyono et al

2018). Menurut Saadudin et al (2016), Jahe juga merupakan salah satu komoditas

yang dipasarkan sampai keluar negeri, sehingga mempunyai prospek pemasaran

yang cukup baik untuk dikembangkan.

Tanaman holtikultura yang banyak dibudidayakan di Kalimantan Barat salah

satunya adalah jahe. Berdasarkan data tahun 2019 dari Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalimantan Barat menyebutkan bahwa produksi

jahe di Kalimantan Barat mencapai 1.987.529 kg dengan luas lahan panen

1.265.480 m2. Kabupaten penghasil jahe terbanyak adalah Kabupaten Mempawah

dengan jumlah produksi 689.066 kg disusul Kabupaten Kubu Raya dengan

jumlah produksi 591.675 kg pertahun, akan tetapi untuk tingkat produktivitas

Kabupaten Kubu Raya lebih tinggi dengan produktivitas 2,06 Kg/m 2 sedangkan

Kabupaten Mempawah hanya 1,32 Kg/m 2.

Jahe putih atau jahe gajah merupakan komoditi unggulan di Kubu Raya.

Menurut BPS Kubu Raya tahun 2020. Luas lahan dan jumlah produksi jahe di

Kubu Raya mencapai 151.542 m2 dan 214.137 kg . Kecamatan Terentang

merupakan daerah yang banyak memprodukasi jahe. Hampir setiap desa yang ada

di kecamatan Terentang banyak penduduk yang membudidayakan jahe dilahan

mereka, sebagai tambahan atau selingan untuk menambah pendapatan. Menurut

BPS produksi jahe di Kecamatan Terentang dari tahun 2018-2020 berturut-turut


adalah 75 ton, 125 ton dan 15 ton. Fluktuatifnya produksi jahe di Terentang tidak

terlepas dari minimnya pengetahuan petani dalam pengendalian hama pada

tanaman jahe serta air pasang laut yang sering dialami beberapa tahun terakhir.

Hal ini menyebabkan proses panen jahe dilakukan lebih awal, agar jahe tidak

mengalami pembusukan. Kita mengetahui bahwa tanaman jahe lebih maksimal

jika dibudidayakan pada dataran tinggi. Menurut Hapsoh (2011) Jahe terutama

dibudidayakan di daerah tropika dengan ketinggian tempat antara 0-1.700 mdpl.

Menurut BPS (2020) Dataran di Kecamatan Terentang rata-rata hanya sekitar 84

m (BPS 2020).

Hingga saat ini banyak petani masih membudidayakan jahe di Kecamatan

Terentang. Berbagai masalah yang sering dihadapi berupa hama, banjir, dan

fluktuasi harga yang tidak stabil. Sehingga perlu dilakukan kajian faktor-faktor

ekonomi yang memotivasi petani dalam usahatani jahe di Kecamatan Terentang

Kabupaten Kubu Raya.

Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk

mengulas dalam bentuk skripsi dengan judul “Faktor-faktor Ekonomi yang

Memotivasi Petani dalam Usahatani Jahe di Kecamatan Terentang

Kabupaten Kubu Raya”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, permasalahan yang

dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah apakah faktor-faktor ekonomi

mempengaruhi motivasi petani dalam usahatani jahe di Kecamatan Terentang.


1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap motivasi usahatani jahe di Kecamatan

Terentang.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2 Landasan Teori

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jahe

Jahe merupakan salah satu tanaman empon–empon yang paling banyak

dibudidyakan dan dimanfaatkan orang. Manfaat dan khasiatnya yang sangat

beragam membuat jahe selalu dibutuhkan oleh kalangan masyarakat. Tanaman

jahe merupaka tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 0,4–1 m.

Tanaman ini dapat berusia tahunan (Muhlisah, 2005).

Berdasarkan taksonomi jahe gajah termasuk dalam;

Kingdom: Plantae;

Divisio: Spermatophyta;

Klas: Monocotyledoneae;

Ordo: Zingiberales;

Family: Zingiberaceae;

Genus: Zingiber;

Spesies: Zingiber officinale

(Paimin et al., 2002).

Jahe bisa tumbuh dengan optimal di ketinggian 0–1.500 m dpl, kecuali

jenis jahe gajah di ketinggian 500–950 m dpl. Curah hujan yang cocok agar jahe
dapat berproduksi dengan optimal yaitu 2.500–3.000 mm per tahun, kelembaban

80% dan tanah lembab dengan pH 5,5–7,0 serta unsur hara yang tinggi dan media

tanam tidak boleh tergenang air (Agoes, 2010). Sedangkan menurut Kardinan et

al. (2010) tanaman jahe membutuhkan tipe iklim A, B, dan C (Schmid dan

Ferguson). Lahan yang dikehendaki adalah lempung berpasir dengan aerasi dan

drainase baik serta Nutrisi bahan organik yang tinggi (C/N ratio 12–13).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani untuk Melakukan

Usahatani.

Keputusan petani untuk berusahatani disuatu wilayah memiliki faktor-

faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan petani. Umur petani,

pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan, frekuensi mengikuti penyuluhan

dan kemudahan berusahatani.

1. Umur Petani

Hasyim (2006) berpendapat bahwa umur petani dapat mempengaruhi

perilaku petani dalam memutuskan untuk berusahatani. Perbedaan umur

antarpetani bisa saja menyebabkan kemampuan petani yang berbeda pula dalam

mengelola lahan. Umur dapat pula menjadi tolok ukur melihat aktivitas petani

dalam bekerja. Kemampuan fisik dan daya ingat petani usia produktif umumnya

lebih baik dibandingkan petani yang usianya tidak lagi produktif, begitu pula

dengan keberaniannya dalam mengambil risiko. Tingkat kosmopolitan dan

penerapan teknologi oleh petani usia produktif lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan petani yang usianya lebih tua.

2. Pengalaman Berusahatani

Lamanya waktu berusahatani seorang petani akan mempengaruhi keputusan


petani untuk tetap mempertahankan pekerjaannya, karena waktu yang relatif lebih

lama dalam berusahatani cenderung akan mengurungkan minat petani untuk

beralih profesi ataupun beralih komoditas. Pengalaman yang diperoleh petani

selama melakukan suatu usahatani dapat menentukan keberhasilan usahataninya

karena petani mengetahui secara jelas apa yang menjadi kebutuhan usahataninya.

Petani dengan pengalaman atau waktu bekerja yang lebih lama akan lebih mudah

dalam menetapkan suatu keputusan bagi usahataninya. Pengalaman usahatani

akan mempengaruhi kemampuan petani, seperti pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan dalam menjalankan suatu usahatani. Mulyati, et al., (2014)

berpendapat pengalaman bertani penting dalam keberhasilan usahatani, sebab

pengalaman yang ada akan memapukan petani mengatasi berbagai hambatan.

Menurut Sumantri, et al., (2004), petani yang pengalamannya lebih lama

memungkinkan tingkat keterampilan yang dimilikinya lebih tinggi dan lebih

banyak, selain itu pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani juga akan

mendukung keberhasilan berusahatani. Pengalaman yang diperoleh petani selama

melakukan usatani diharapkan dapat menciptakan aktivitas usahatani yang baik

sesuai dengan yang diharapkan oleh petani.

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga biasanya turut menentukan besar atau kecilnya

pengeluaran suatu rumah tangga. Jumlah anggota keluarga yang banyak akan

menyebabkan pengeluaran juga semakin banyak, mulai dari biaya makan sehari-

hari, transportasi, hingga pendidikan. Menurut Purwanto dan Taftazani, (2018),

jumlah tanggungan keluarga yang besar juga dapat memotivasi petani untuk

melakukan usahatani dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Anggota


keluarga juga dapat membantu segala aktivitas usahatani yang dilakukan oleh

petani, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam suatu usahatani menggunakan

tenaga kerja yang terdiri atas anggota keluarga itu sendiri, atau biasa disebut

dengan tenaga kerja dalam keluarga. Sehingga, petani lebih semangat dan

memutuskan untuk melakukan usahatani karena tidak perlu mengalokasikan biaya

khusus untuk membayar tenaga kerja.

4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Penyuluhan pertanian adalah pendidikan non formalyang diberikan untuk

petani dan keluarganya, di mana pada kegiatan tersebut terjadi proses transfer

informasisertakecakapan dari petugas penyuluh kepada petani. Penyuluh pertanian

harus dapat berkomunikasi secara efektif untuk mempermudah petani dalam

proses belajar, serta penyuluh hendaknya benar-benar memahami mengenai apa

yang disuluhkannya kepada petani. Kegiatan penyuluhan biasanya mengangkat

topik mengenai isu-isu permasalahan yang sedang dihadapi oleh petani, oleh

karena itu penyuluh harus tanggap mengenai masalah yang dihadapi petani dalam

usahataninya (Mardikanto, 2009).

Kegiatan penyuluhan di kalangan petani dapat membantu pembentukan

kesadaran petani, perbaikan pola pikir, sikap dan perilaku, serta keterampilan

petani. Semakin sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan, maka petani akan

memiliki kesadaran tentang arti pentingnya usahatani yang dilakukannya. Apabila

pengetahuan dan keterampilan petani bertambah setelah mengikuti penyuluhan,

maka akan berpengaruh terhadap keputusan petani untuk mempertahankan

usahatani yang dimilikinya, atau melakukan usahatani terhadap komoditas yang

dinilai baik dan bernilai ekonomis. Oleh karena itu, frekuensi petani mengikuti
penyuluhan pertanian bisa saja mempengaruhi seorang petani dalam megambil

keputusan berusahatani.

5. Kemudahan Berusahatani

Petani yang telah melakukan kegiatan usahatani secara terus-menerus atau

kontinyu akan merasa mudah dalam membudidayakn suatu komoditas.

Kemampuan atau keahlian petani dalam melakukan usahatani diperoleh dari

proses belajar selama kegiatan usahatani. Petani yang pengalamannya lebih lama

cenderung lebih tinggi pula tingkat kemahirannya, sehingga petani merasakan

kemudahan dalam melakukan usahatani dibandingkan dengan petani yang masih

baru memulai usahataninya. Kemudahan berusahatani bisa saja menjadi salah satu

faktor pendorong keputusan petani untuk tetap melanjutkan usahataninya, karena

risiko kegagalannya juga lebih kecil apabila telah menguasai teknik-teknik

budidaya yang sesuai. Kemudahan berusahatani bukan saja dilihat dari

kemampuan petani melakukan budidaya, tetapi juga dari komoditas yang

diusahakan. Apabila suatu komoditas tahan terhadap berbagai ancaman dari luar

dan tidak sulit dalam pemeliharaannya, maka akan menciptakan kemudahan bagi

petani untuk membudidayakannya.

2.1.3 Teori Keputusan

Keputusan adalah suatu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, dan

pilihan itu diambil melalui sebuah pertimbangan. Keputusan juga merupakan

penetapan mengenai sesuatu yang diinginkan dari pembuat keputusan. Sang

pembuat keputusan akan memilih berlandaskan logika, memilih salah satu yang

terbaik dari beberapa alternatif yang ada sehingga keputusan yang diperoleh akan
memdekatkan kepada tujuan yang hendak dicapai (Anwar 2014). Menurut Siagian

(2008) keputusan merupakan suatu pendekatan yang terstruktur atau sistematis.

Kesimpulnya adalah keputusan dapat diartikan sebagai tindakan memilih

alternatif terbaik dari berbagi alternatif yang ada dalam proses atau upaya yang

dilakukan manusia untuk mencapai tujuan, dan proses tersebut berlangsung secara

sistematis untuk selanjutnya dijadikan sebagai cara dalam penyelesaian suatu

masalah.

Terry dan Brinckloe (2005) mengemukakan mengenai dasar-dasar

keputusan yang umum digunakan, di antaranya sebagai berikut.

1. Intuisi

Pengambilan keputusan dengan intuisi ini mengandalkan perasaan, sehingga

mudah terpengaruh oleh beberapa hal seperti sugesti atau faktor kejiwaan lain

karena perasaan sifatnya subjektif. Namun, keputusan intuitif juga memiliki

kelebihan, seperti keputusan yang diambil tepat untuk permasalahan yang bersifat

manusiawi.

2. Pengalaman

Keputusan berdasarkan pengalaman memiliki banyak keuntungan, seperti

manusia dengan banyak pengalaman akan lebih bijak dalam mengambil keputusan

dan menyelesaikan permasalahan karena berpedoman dari pengalaman yang

diperoleh.

3. Fakta

Pengambilan keputusan dengan fakta dapat memberikan keputusan yang

meyakinkan karena bersumber dari berbagai fakta yang ada, baik berupa data atau
informasi, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang akurat walaupun

sangat sulit dalam hal memperoleh data dan informasi.

4. Wewenang

Wewenang mendorong seseorang untuk membuat suatu keputusan yang

sifatnya otoriter atau memaksa, keputusan yang dibuat juga seringkali melebihi

batas permasalahan yang seharusnya dipecahkan.

5. Rasional

Keputusan atas suatu permasalahan hendaknya bersifat rasional atau dapat

diterima oleh akal sehat. Keputusan yang dihasilkan atas dasar pemikiran rasional

akan lebih objektif sesuai kebutuhan, sehingga masyarakat dapat merasakan

kepuasan dari keputusan yang diambil oleh sang pembuat keputusan.

3 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memerlukan bahan pertimbangan dan acuan dari beberapa

penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain, seperti berikut ini :

Penelitian Suci Tifani (2019) dengan penelitiannnya yang berjudul

“Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani

Kelapa Sawit Desa Kampung Sennah, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan

Batu”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas usahatani kelapa sawit di Desa Kampung Sennah.

Sampel responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 40 jiwa. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan, tenaga kerja dan luas lahan

berpengaruh signifikan terhadap produktifitas usahatani kelapa sawit, sedangkan

pengalaman bertani dan modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

produktivitas usahatani kelapa sawit.


Penelitian Agus Setiawan, Tetty Wijayanti (2018) yang berjudul “.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah; Faktor sosial

Ekonomi (umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan, lingkungan sosial,

lingkungan ekonomi) dan Tingkat motivasi petani dengan alat analisis yang

digunakan Persentase Skoring, Analisis Deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian

ini didapatkan bahwa ; tingkat motivasi petani dalam usahatani padi sawah (Oryza

sativa L.) di Kelurahan Bukuan Kecamatan Palaran Kota Samarinda termasuk

dalam kategori sedang. Adapun faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi

petani yang memiliki peran paling besar dalam usahatani padi sawah di Kelurahan

Bukuan Kecamatan Palaran yaitu pada faktor internal umur petani.

Erimus Damasus & Midiansyah Effendi (2019) dengan penelitian yang

berjudul “Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Yang Memotivasi Petani Dalam

Usahatani Lada (Piper nigrum L.) (Studi Kasus di Kawasan Perbatasan Desa

Bambangan Kecamatan Sebatik Barat Kabupaten Nunukan)”. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Pendidikan, Profesi Keturunan, Lapangan

Pekerjaan, Pasar, Harga Jual dan Pendapatan. Adapun alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah persentase skoring dan analisis deskriptif

kualitatif. Hasil pembahasan yang didapatkan dalam penelitian ini yakni sebagai

berikut; (1) Faktor sosial yang memotivasi petani dalam usahatani lada di Desa

Bambangan dengan skor rata-rata 30,96. (2) Faktor ekonomi yang memotivasi

petani dalam usahatani lada di Desa Bambangan dengan skor rata-rata 21,72. (3)

Faktor yang dominan memotivasi petani dalam usahatani lada di kawasan

perbatasan Desa Bambangan Kecamatan Sebatik Barat Kabupaten Nunukan

Kalimantan Utara ialah faktor sosial indikator lapangan pekerjaan (96,96%),


diikuti dengan faktor ekonomi indikator pendapatan (66,66% dengan kategori

cukup dominan), faktor ekonomi indikator pasar (63,63% dengan kategori cukup

dominan), faktor ekonomi indikator harga jual (59,59% dengan kategori cukup

dominan), faktor sosial indikator pendidikan (53,53% dengan kategori cukup

dominan), dan faktor sosial indikator profesi keturunan (47,47% dengan kategori

cukup dominan).

Galih Rio Saputra, Isyaturriyadhah dan Pitriani (2017) dengan judul

Penelitian “Faktor Sosial Ekonomi Yang Memotivasi Petani dalam Usahatani

Jahe di Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang

menjadi motivasi petani untuk berusahatani jahe. Alat analisis yang digunakan

untuk penelitian ini adalah Persentase Skoring, Uji Chi-Square ( X 2 ) dan Analisis

Deskriptif Kualitatif, dengan variabel yang digunakan indikator motivasi

(kebutuhan fisiologi, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan

aktualisasi) dan indikator sosial ekonomi ( umur, tanggungan keluarga, tingkat

pendidikan dan pendapatan). Hasil pembahasan dalam penelitian ini adalah; (1)

Motivasi petani dalam berusahatani jahe di Kecamatan Renah Pembarap

Kabupaten Merangin tergolong tinggi yaitu yaitu 74,19 %. (2) Terdapat hubungan

antara factor umur (χ² hitung = 4,03 > χ² tabel 3,84), terhadap motivasi petani

dalam usahatani jahe di Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.

Sedangkan tanggungan keluarga (χ² hitung = 0,01 < χ² tabel 3,84), tingkat

pendidikan (χ² hitung = 0,78 < χ² tabel 3,84) dan tingkat pendapatan (χ² hitung =

0,90 < χ² tabel 3,84) tidak berhubungan dengan motivasi petani dalam

berusahatani jahe di Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.


Penelitian Hayati dan Maisaroh (2019) yang berjudul, “Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Pemilihan Komoditas (Studi Kasus

Pada Tanaman Tembakau dan Padi Di Kabupaten Pamekasan)”, bertujuan

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani memilih

komoditas dan perbedaan pendapatan petani tembakau dan petani padi. Data

dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi binary logistic dan Uji-T

independen dengan analisis pendapatan R/C rasio dengan aplikasi software SPSS.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan petani dalam pemilihan komoditas antara lain luas lahan dan

pengalaman, serta adanya perbedaan antara pendapatan petani tembakau dan

petani padi. Sehingga, strategi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan

sosialisasi terhadap petani tembakau agar petani lebih tanggap, walaupun risiko

tinggi dalam pertanian cerdas dengan jadwal rencana yang pasti.

4 Kerangkan Pemikiran

Petani ketika melakukan suatu usahatani selalu mempertimbangkan faktor-

faktor tertentu yang dapat mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan

usahatani, seperti petani jahe yang ada di Desa Teluk Empening, Kecamatan

Terentang, Kabupaten Kubu Raya. Faktor-faktor yang diprediksikan

mempengaruhi keputusan petani antara lain umur petani, pengalaman

berusahatani, jumlah tanggungan, frekuensi mengikuti penyuluhan, serta

kemudahan berusahatani. Setelah mempertimbangkan faktor-faktor tersebut,

barulah petani dapat termotivasi untuk melakukan atau tidak melakukan usahatani

jahe.
Umur Petani

Pengalaman
Berusahatani

Faktor-Faktor yang
Jumlah Faktor yang
Mempengaruhi
Tanggungan Mempengaruhi
Motivasi Petani
Petani Melakukan
Usahatani Jahe
Frekuensi
Mengikuti
Penyuluhan

Kebudahan
Berusahatani

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat secara


sendiri–sendiri (parsial) dan secara bersama-sama (serempak)

5 Hipotesis

Umur petani, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan, frekuensi

mengikuti penyuluhan, serta kemudahan berusahatani menjadi motivasi terhadap

keputusan petani untuk melakukan usahatani jahe.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Daerah Penelitian dilaksanakan di Desa Teluk Empening, Kecamatan

Terentang, Kabupaten Kubu Raya yang memiliki beberapa desa dengan petani

jahe. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diinginkan sesuai permasalahan dan

tujuan penelitian. Hal ini dilakuakan untuk membantu peneliti agar mendapatkan

data yang memliki nilai lebih representasi. Waktu yang dibutuhkan dalam

penelitian dapat dilaksanakan pada bulan Januari 2022.

3.2 Populasi dan Responden

Populasi merupakan obejek, keseluruhan anggota kelompok orang,

Organisasi atau kumpulan orang yang mempunyai karakteristik tertentu yang

dirumuskan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah petani jahe di Desa Teluk

Empening Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya.

Responden merupakan sebagian subjek yang menjadi wakil populasi yang

akan diteliti (Arikunto, 2006). Teknik penarikan responden menggunakan teknik

simple random sampling, yaitu dilakukan secara acak tanpa mempertimbangkan

strata dan setiap unit responden memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih

(Trisnani, 2019). Jumlah responden diperoleh dari formula Slovin dengan rumus

sebagai berikut;

N
n=
1+ N (e)2
Keterangan:

n = jumlah/ukuran responden

N = jumlah/ukuran populasi

e = persentase kelonggaran ketidak telitian, disebabkan kesalahan pengambilan

responden dan masih dapat ditoleransi (e = 10%)

[ CITATION Uma13 \l 1057 ].

Berdasarkan hasil survey awal di lapangan, diketauhi bahwa jumlah petani

jahe di Desa Tekuk Empening sebanyak 30 orang, sehingga rumus Slovin dengan

taraf kelonggaran sebesar 10% atau 0,10, maka banyaknya responden adalah:

30
n= = 23,08
1+ 30(0,10)2

Sehingga, ditetapkan bahwa jumlah responden sebanyak 23 petani jahe.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

melalui hasil wawancara langsung dengan petani di lokasi penelitian, observasi

atau pengamatan langsung di lapangan, serta menggunakan metode survei dengan

membuat kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Data sekunder diperoleh melalui bahan-bahan referensi seperti jurnal

publikasi, buku-buku literatur, dokumentasi, serta data-data pendukung yang

diperoleh dari instansi terkait.

3.4 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode regresi logistik.

Metode regresi logistik merupakan salah satu jenis regresi yang dapat
menghubungkan antara satu atau lebih variabel terikat atau dependent variable

(Y) yang berupa kategori dengan variabel bebas atau independent variable (X).

Pada variabel terikat (Y) biasanya berupa kategori yang disimbolkan dengan

angka 0 dan angka 1. Model dari metode regresi logistik ini adalah sebagai

berikut.

p( x )
ln ( 1−p (x))=α + βX

Keterangan:

p(x) = probabilitas keputusan petani

α = konstanta

β = parameter yang dicari

X = variabel-variabel yang berpengaruh

Model yang digunakan dalam logit ini adalah sebagai berikut.

Y =α + β 1 X 1+ β2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5

Keterangan:

Y = keputusan petani

1 : petani melakukan usahatani salak Pakkat; dan 0 : petani tidak melakukan

usahatani salak Pakkat.

β1, β2, β3, β4, β5 = parameter yang dicari

X1 = umur petani (tahun)

X2 = pengalaman berusahatani (tahun)

X3 = jumlah tanggungan (orang)

X4 = frekuensi mengikuti penyuluhan (kali/6 bulan)

X5 = kemudahan berusahatani
0 = tidak mudah

1 = mudah

Kriteria Uji

1. Hosmer and Lemeshow Test

Hosmer and Lemeshow Test adalah uji Goodness of Fit (GoF) yang merupakan uji

untuk menentukan apakah model yang dibentuk telah sesuai atau tidak. Suatu

model dikatakan tepat atau sesuai apabila tidak ada perbedaan signifikan antara

model dengan nilai observasinya. Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat

nilai goodness of fit test yang diukur dengan nilai chi square pada taraf

signifikansi 5%. Keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan pertimbangan

berikut.

H0 : model yang dihipotesiskan fit atau sesuai dengan data.

H1 : model yang dihipotesiskan tidak fit atau tidak sesuai dengan data. Jika nilai

Sig > 0,05 maka terima H0 dan tolak H1

Jika nilai Sig ≤ 0,05 maka tolak H0 dan terima H1

2. Uji G atau Uji Simultan

Uji G adalah suatu uji simultan yang digunakan untuk mengetahui signifikansi

parameter β terhadap variabel terikat secara keseluruhan atau serentak. Pengujian

parameter model dengan cara serentak dapat menggunakan uji ratio likelihoodtest

dengan statistik Uji G yang dapat digunakan untuk menguji peranan variabel

bebas yang ada pada model secara keseluruhan. Hipotesis dari Uji G adalah

sebagai berikut.

H0 : β1 = β2 =…= βp = 0 ; secara serempak, variabel bebas tidak mempengaruhi


variabel terikat.

H1 :βj ≠ 0 (j adalah 1, 2, 3, … ,p) ; secara serempak, variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat.

Jika nilai Sig > 0,05 maka terima H0 dan tolak H1

Jika nilai Sig ≤ 0,05 maka tolak H0 dan terima H1

3. Uji Wald atau Uji Parsial (Uji-T)

Uji Wald digunakan untuk mengetahui seberapa besar signifikansi dari masing-

masing variabel bebas (prediktor). Hipotesisnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

H0 : βj= 0 (j adalah 1, 2, 3, … p) ; variabel bebas ke-j tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel terikat.

H1 : βj ≠ 0 (j adalah 1, 2, 3, … p) ; variabel bebas ke-j mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikat.

Jika nilai signifikansi statistik Wald ≤ 0,05 ; terima H1 dan tolak H0

Jika nilai signifikansi statistik Wald> 0,05 ; tolak H1 dan terima H0

3.5 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini perlu dibuat

batasan definisi operasional

1. Tanaman jahe yang dibudidayakan petani di Desa Teluk Empening Kecamatan

Terentang yakni jahe gajah atau jahe putih.

2. Pengambilan keputusan adalah proses petani dalam menentukan keputusannya

dalam melakukan atau tidak melakukan usahatani salak Pakkat.


3. Umur petani adalah usia petani yang dinyatakan dalam tahun pada saat

dilakukannya penelitian dan dikategorikan sebagai petani dewasa, petani lansia

serta petani manula.

4. Pengalaman berusahatani adalah waktu yang ditempuh petani dari awal

melakukan usahatani hingga pada saat dilakukannya penelitian yang

dinyatakan dalam tahun.

5. Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga inti ataupun yang

bukan keluarga inti petani namun biaya hidupnya ditanggung oleh petani.

6. Frekuensi mengikuti penyuluhan adalah seberapa sering petani mengikuti

penyuluhan yang diadakan oleh penyuluh lapangan setiap bulannya.

7. Kemudahan berusahatani adalah tingkat kemahiran petani dalam melaksanakan

usahataninya atau keadaan di mana petani menganggap usahataninya mudah.

3.6 Batasan Operasional

Batasan operasional dibuat agar penelitian menjadi lebih tepat sasaran.

Adapun batasan–batasan operasional adalah sebagai berikut

1. Penelitian dilakukan di Desa Teluk Empening Kecamatan Terentang,

Kabupaten Kubu Raya, Kalimatan Barat.

2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2022.

3. Responden terdiri dari petani jahe gajah atau jahe putih.


Daftar Pustaka

Agus Setiawan, T. W. (2017). Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Yang Memotivsi


Petani Melakukan Usahatani Padi Sawah (Oryza Sativa L.). Jurnal
Ekonomi Pertanian & Pembangunan, 14 No. 2.

BPS. (2020). Kecamatan Terentang dalam Angka 2020. Kubu Raya: BPS
Kabupaten Kubu Raya.

BPS, K. R. (2019). Statistik Pertanian Tanaman Hortikultura Kabupaten Kubu


Raya 2019. Kubu Raya: BPS Kabupaten Kubu Raya.

BPS, K. R. (2020). Statistik Pertanian Tanaman Hortikultura Kabupaten Kubu


Raya 2020. BPS Kabupaten Kubu Raya.

Galih Rio Saputra, I. &. (2017). Faktor Sosial Ekonomi Yang Memotivasi Petani
dalam Usahatani Jahe di Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten
Merangin. Jurnal Agri Sains, Vol. 1 No. 02.

Hasyim, H. (2006). Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi terhadap


Pendaptan (Studi Kasus Desa Dolok Seribu Kecamatan Pagurana
Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian Medan:
Universitas Sumatra Utara, Lembaga Penelitian .

Hayati, M. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam


Pemilihan Komoditas (Studi Kasus Pada Tanaman Tembakau dan Padi Di
Kabupaten Pamekasan). Jurnal PAMATOR, Vol 12 No. 2, 84-92.

Lestari, S. (2020, Agustus 6). (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Prov. Kalbar) Dipetik November 10, 2021, dari Satu Data Kalbar:
http://data.kalbarprov.go.id/dataset/data-produksi-luas-panen-dan-
provitas-jahe-di-kalbar-per-kabupaten-tahun-2019

Mulyati, S. R. (2014). Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani dan Partisipasi


Petani dalam Penerapan Teknologi Pola Tanam Padi (Oryzasativa L) Jajar
Legowo 4:1 (Studi Kasus pada Kelompok Tani Gunung Harja di Desa
Kalijaya Kecamatan Banjar Sari Kabupaten Ciamis).
Purwanto, A. d. (2018). Pengaruh Jumlah Tanggungan terhadap Tingkat
Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Pekerja K3L Universitas Padjajaran.
Jurnal Pekerja Sosial.

Saadudin D, R. Y. (2016). Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C Usahatani Jahe.


Agro Info Galuh, 3(1):1-7.

Sumantri, B. P. (2004). Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Lada di Desa


Kunduran Kecamatan Ulu Musi Kabupaten Lahat Sumatra Selatan.

Tifani, S. (2019). Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi


Produktivitas Usahatani Kelapa Sawit Desa Kampung Sennah, Kecamatan
Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu.

Trisnani, N. (2019). Teknik Sampling dan Suvey. Yogyakarta: IKIP PGRI Wates.

Triyono K, Sumarmi. (2018). Budidaya Tanaman Jahe di Desa Plesung


Kecamatan Gondang Rejo Kabupaten Karang Anyar Provinsi Jawa
Tengah. 2(2):1-9.

Umar, H. (2013). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edidi Kedua.
Jakarta: Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai